You are on page 1of 20

ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No.

01

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM


PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KOMUNITAS PERDESAAN
Society and Stakeholder Participation in Corporate Social Responsibility (CSR) Program and the
Impact of Rural Community

Isma Rosyida*) dan Fredian Tonny Nasdian

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

*) Email : ismarosyida@gmail.com

Diterima 10 Februari 2011 / Disetujui 30 Maret 2011

ABSTRACT
Empowerment is road to participation and participation determine social and economical community
development program’s impacts. Generally, this research aims to identifiy the correlation between
participation level of society and stakeholders in holding Corporate Social Responsibility program of
Geothermal Corporation through Micro Finance Board and its impact to the society’s social and economical
condition. This research was concerned to see the implementation of Community Based Micro Finance
Program in Kabandungan District by holding LKMS Kartini. The subjects of this research were the society
of Cihamerang Village, including its local government and local community, also corporate staffs. Methodes
which are implied in this reseach consist of quantitative and qualitative study. Sample taken as many as
fourty-five respondents who represent Cihamerang Village community, with the informant as many as nine
persons. Results of this research shows that every stakeholders have different type and degree of
participation. The higher micro finance board member’s participation level in every steps of program
implementation, the higher social and economical impacts will be got.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Community Development, Society and Stakeholder
Participation Level, Social and Economical Impacts
PENDAHULUAN yang dapat diperbaharui dan digunakan sebagai
pembangkit listrik melalui pemanfaatan daya alami uap
Latar Belakang
bumi. Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab
Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan sosial perusahaan, Perusahaan Geothermal
dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. menyelenggarakan program CSR (Corporate Social
Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat Responsibility) yang mencakup tiga area kritis, yakni
membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta kebutuhan dasar, pendidikan dan pelatihan, serta
budaya. Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan pengembangan usaha kecil mikro. CSR yang
oleh perusahaan bersinggungan, baik secara langsung diselenggarakan oleh Perusahaan Geothermal merupakan
maupun tidak langsung dengan masyarakat dan bagian dari strategic plan perusahaan, yang mana fokus
lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat pelaksanaannya berorientasi pada penciptaan
dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya pertumbuhan ekonomi melalui capacity building dan
adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat investasi masyarakat.
reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder
Penting untuk melihat sejauhmana implementasi dari
lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai
program pengembangan masyarakat (Community
tingkatan elemen masyarakat. Hubungan baik ini dapat
Development) dalam kaitannya dengan partisipasi seluruh
dibentuk dari adanya interaksi antar stakeholder dalam
stakeholder yang pada akhirnya membawa dampak bagi
kaitannya dengan penyelenggaraan program CSR
komunitas perdesaan. Pada dasarnya keberhasilan suatu
(Corporate Social Responsibility).
program CSR, salah satunya berkaitan dengan bagaimana
Perusahaan Geothermal di Gunung Salak merupakan program CSR tersebut dapat berpengaruh secara
perusahaan yang mendayagunakan energi panas bumi signifikan dan pada akhirnya membawa dampak positif
terbesar di dunia. Panas bumi adalah sumber daya alam terhadap kehidupan komunitas disekitar wilayah

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia | April 2011, hlm. 51-70
perusahaan. Oleh karena itu, hal yang akan menjadi Kegunaan Penelitian
pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder
manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang
dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak
terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada:
sosial ekonomi komunitas perdesaan?
1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai
Perumusan Masalah
CSR dalam kaitannya dengan analisis dampak
Konsep Triple Bottom Line yakni Sosial (People), implementasi program CSR, termasuk bagi peneliti
Lingkungan (Planet), dan Ekonomi (Profit) yang yang ingin melakukan penelitian lanjutan dan
diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1997 pengembangan dengan penelitian terkait yang sudah
melalui bukunya “Cannibals with Forks, The Triple ada sebelumnya.
Bottom Line of Twentieth Century Business”, menjelaskan
2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur
keterkaitan antara tujuan perusahaan dengan keberadaan
dalam melakukan kajian mengenai CSR.
masyarakat dan lingkungan penting untuk diperhatikan.
Konsep tersebut juga menyangkut peran dan fungsi dari 3. Kalangan non akademisi, pemerintah, maupun
stakeholder sebagai bagian dari elemen people dalam swasta dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan
konsep triple bottom line. Stakeholder dalam peran dan pertimbangan dalam penerapan CSR yang
fungsinya mendukung penyelenggaraan program CSR, berbasiskan pengembangan masyarakat.
dapat dilihat dari sejauhmana keterlibatannya dalam
setiap tahapan penyelenggaraan program. Oleh karena itu, PENDEKATAN KONSEPTUAL
dapat dirumuskan bahwa: Bagaimana tingkat partisipasi Tinjauan Pustaka
stakeholder (pemerintah, masyarakat, swasta) dalam
penyelenggaraan program CSR? Corporate Social Responsibility

Untuk mengetahui sejauhmana komitmen perusahaan Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki
yang diwujudkan melalui implementasi program CSR, beberapa definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli.
salah satunya dapat dilihat melalui penyelenggaraan Definisi CSR berasal dari konsep dan pemikiran yang
program Community Development (Pengembangan dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam bukunya
Masyarakat). Penting halnya melihat pengaruh yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom
implementasi program tersebut terhadap komunitas lokal, Line of Twentieth Century Business”, dimana dalam buku
khususnya bagi anggota kelompok simpan pinjam sebagai tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit,
salah satu subjek pelaksana program, hingga sejauh mana people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam
implementasi tersebut dapat membawa dampak baik menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar
positif, maupun negatif bagi komunitas pedesaan. Kedua profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus
aspek tersebut mengkonstruksi pertanyaan utama dalam dapat memberikan kontribusi positif bagi people
penelitian ini yaitu Bagaimana hubungan antara tingkat (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007).
Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan Menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008), CSR adalah
dampak sosial komunitas perdesaan dan bagaimana tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-
hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-
simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
program CSR dengan dampak ekonomi komunitas diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis
perdesaan? yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan
Tujuan Penelitian pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menganalisis ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta
terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.Telaah
tingkat partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan
lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa
program CSR dan hubungannya dengan dampak sosial
ada empat skema yang biasa dipergunakan untuk
ekonomi. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab
melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yakni : menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu (1)
kontribusi pada program pengembangan masyarakat, (2)
1. Menganalisis tingkat partisipasi stakeholder pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal, (3)
(pemerintah, masyarakat, swasta) dalam partisipasi masyarakat dalam bisnis, dan (4) tanggapan
penyelenggaraan program CSR. atas tekanan kelompok kepentingan1. Wibisono (2007)
mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah
2. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi
berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini
implementasi CSR sebagai berikut:
dalam penyelenggaraan program CSR dengan
dampak sosial komunitas perdesaan. 1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga
langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini
dalam penyelenggaraan program CSR dengan 1
Jalal.2010.Masukan bagi Program PROPER Kementrian
dampak ekonomi komunitas perdesaan. Lingkungan Hidup. Jakarta: Laboratorium Sosiologi
Universitas Indonesia
52 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Community Development (Pengembangan Masyarakat)
Building merupakan langkah awal untuk sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana
membangun kesadaran perusahaan mengenai arti aktualisasi CSR yang paling baik jika dibandingkan
penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dengan implementasi yang hanya berupa charity,
dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain,
lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk karena dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat
memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama
aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi,
perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi perasaan solidaritas. Tanggung jawab sosial dapat
penerapan CSR secara efektif. Pada tahap diwujudkan melalui pengembangan potensi
membangun, CSR manual, dilakukan melalui kedermawanan perusahaan. Kedermawanan perusahaan
benchmarking, menggali dari referensi atau meminta sesungguhnya adalah kedermawanan sosial dalam
bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. kerangka kesadaran dan komitmen perusahaan untuk
Pedoman ini diharapkan mampu memberikan melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Saidi, 2003).
kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola Menurut Steiner (1994) dalam Nursahid (2006), terdapat
tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya sejumlah alasan mengapa perusahaan memiliki program-
pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan program filantropik atau kedermawanan sosial, yaitu
efisien. pertama, untuk mempraktikkan konsep “good corporate
citizenship”; kedua, untuk meningkatkan kualitas
2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa
lingkungan hidup; dan ketiga, untuk meningkatkan
poin yang harus diperhatikan seperti
kualitas sumber daya manusia terdidik.
pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk
menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, Konsep Partisipasi
pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan
Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan
sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk
atau sarana menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap
mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
tersebut, tentu saja dibutuhkan upaya-upaya
3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua
dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi
untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan (Nasdian, 2006_). Nasdian (2006) mendefinisikan
CSR sehingga membantu perusahaan untuk partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh
memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir
perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
berdasarkan rekomendasi. menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari
partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian
4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk
mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek
membangun sistem informasi, baik untuk keperluan
yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan
proses pengambilan keputusan maupun keperluan
bahwasanya partisipasi dalam pengembangan komunitas
keterbukaan informasi material dan relevan
harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan
mengenai perusahaan.
tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat
Ide mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan
(stakeholder) adalah hal mendasar bagi kebanyakan masyarakat. Cohen dan Uphoff (1979) membagi
perusahaan, bahkan ide ini mewakili substansi dari partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
bagaimana sebuah perusahaan dibangun dan dikelola,
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan
serta menjadi penting berkaitan dengan manajemen
dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.
strategis secara khusus (Sukada, 2007). Stakeholders,
Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini
yang jamak diterjemahkan dengan pemangku kepentingan
yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu
adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik
program.
langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau
aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting
tersebut mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan
perusahaan (Saidi, 2004). Menurut Sukada (2007), adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada
pelibatan pemangku kepentingan ditentukan berdasarkan tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi
derajat relevansinya dengan keberadaan serta program dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk
yang akan diselenggarakan. Sukada (2007) sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai
menambahkan, semakin relevan pemangku kepentingan anggota proyek.
dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi
masyarakat perusahaan, maka pelibatannya menjadi
masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik
keharusan.
yang dapat memberi masukan demi perbaikan
Community Development pelaksanaan proyek selanjutnya.

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 53
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan (Citizen masyarakat
indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada Control)
tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain Sumber: Arnstein (1969:217) dalam Wicaksono (2010)
itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek
pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi
dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen
sasaran. partisipation is citizen power). Partisipasi masyarakat
bertingkat sesuai dengan gradasi kekuasaan yang dapat
Keseluruhan tingkatan partisipasi di atas merupakan dilihat dalam proses pengambilan keputusan.
kesatuan integratif dari kegiatan pengembangan
perdesaan, meskipun sebuah siklus konsisten dari Konsep Modal Sosial
kegiatan partisipatoris mungkin dinilai belum biasa. Modal sosial adalah seperangkat nilai-nilai, norma-norma,
Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana dan kepercayaan yang memungkinkan sekelompok warga
terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil dapat bekerjasama secara efektif dan terkoordinasi untuk
(redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan mencapai tujuan-tujuannnya (Putman,1993 dalam
kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat Suwartika, 2003). Uphoff (2000) dalam Suwartika (2003)
tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat membagi komponen modal sosial ke dalam dua kategori,
wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan
proses pengambilan keputusan. Gradasi peserta dapat dengan berbagai bentuk asosiasi sosial dan kedua,
digambarkan dalam Tabel 1 sebagai sebuah tangga kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses
dengan delapan tingkatan yang menunjukkan peningkatan mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan
partisipasi tersebut (Arnstein 1986 dalam Wicaksono budaya. Komponen-komponen modal sosial (Uphoff,
2010): 2000 dalam Suwartika, 2003) tersebut diantaranya:

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga 1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola
Partisipasi Arnstein hubungan pertukaran dan kerjasama yang
melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini
No Tangga/Tingka Tingkatan
Hakekat memfasilitasi tindakan kolektif yang saling
. Pembagian
tan Partisipasi Kesertaan menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan.
Kekuasaan
Komponen ini termasuk pada kategori struktural.
Permainan
Manipulasi
1. oleh 2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan
(Manipulation)
pemerintah yang diyakini dan disetujui bersama.
Tidak ada
Sekedar agar
3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma
masyarakat partisipasi
Terapi tentang hubungan timbal balik, nilai-nilai untuk
2. tidak
(Therapy) menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada
marah/sosiali
bentuk ini juga dikembangkan keyakinan bahwa
sasi
anggota lain akan memiliki keinginan untuk
Sekedar
bertindak sama. Komponen ini termasuk dalam
pemberitahua
Pemberitahuan kategori kognitif.
3. n
(Informing)
searah/sosiali 4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong
sasi orang lain, bersama-sama, menutupi biaya bersama
Masyarakat untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan
Tokenism/seke
didengar, tapi dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan
Konsultasi dar justifikasi
4. tidak selalu bahwa anggota lain akan melaksanakannya.
(Consultation) agar
dipakai Komponen ini termasuk dalam kategori struktural
mengiyakan
sarannya
5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk
Saran bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap
Masyarakat
Penentraman kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri,
5. diterima tapi
(Placation) akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk
tidak selalu
kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama
dilaksanakan
akan menguntungkan. Komponen ini termasuk
Timbal balik dalam kategori kognitif.
Kemitraan
6. dinegosiasika
(Partnership) Menurut Djohan (2007), modal sosial yang ideal adalah
n
Masyarakat modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Modal sosial
Pendelegasian diberi Tingkat yang dimiliki seyogianya memiliki muatan nilai-nilai
Kekuasaan kekuasaan kekuasaan ada yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai universal
7. yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian
(Delegated (sebagian di masyarakat
Power) atau seluruh (achievement values) dengan nilai-nilai lokal.
program)
Kontrol Sepenuhnya
8. Konsep Dampak Program CSR
Masyarakat dikuasai oleh
54 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
Min-Dong Paul Lee (2008) melakukan studi khusus mengukur hasil dan memahami bagaimana CSR dapat
terkait bagaimana jejak dan perkembangan mengenai teori memberikan nilai baik bagi perusahaan maupun bagi
tanggung jawab sosial perusahaan diulas secara detail komunitas. Jalal (2010) mengemukakan bahwasanya
dalam jurnalnya yang berjudul “A Review of the Theories praktik-praktik bisnis yang dilakukan oleh banyak
of Corporate Social Responsibility: Its Evolutionary Path perusahaan di Indonesia dalam berhubungan dengan
and the Road Ahead”. Studi ini ditujukan untuk masyarakat yang tinggal di sekitarnya belum dapat
menunjukkan jejak evolusioner konseptual dari teori-teori dibilang memadai, tampaknya kesimpulan itu tidak akan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan untuk ditolak. Pertanyaan penting berkaitan dengan kondisi itu
melihat refleksi implikasinya terhadap pembangunan. adalah bagaimana cara untuk mengetahui bahwa sebuah
Restropeksi menunjukkan bahwa perkembangan tren program pengembangan masyarakat oleh perusahaan
telah menjadi sebuah rasionalisasi progresif dari konsep telah dapat dianggap memadai. Jawaban tersebut
dengan sebuah fokus tertentu dalam ikatan lebih kuat sebenarnnya ada pada fungsi indikator keberhasilan.
terhadap tujuan finansial perusahaan. Telah banyak upaya Indikator keberhasilan akan menjadi sangat penting
dilakukan oleh berbagai pihak di dunia untuk manakala perusahaan hendak mengetahui kinerja program
menstimulasi pelibatan aktif masyarakat, bagaimana pengembangan masyarakatnya, atau hendak menyusun
membangun kemitraan baik untuk mengatur hubungan rencana strategik yang menginginkan tingkat kinerja
dengan masyarakat dan lingkungan. tertentu.
Jurnal Reporting on Community Impacts: A survey Kerangka Pemikiran
conducted by the Global Reporting Initiative,
Kerangka pemikiran penelitian ini mengacu pada tingkat
menambahkan bahwa peningkatan terjadi ketika upaya
keterlibatan atau partisipasi stakeholder dalam
tersebut disusun secara strategis dan dikaitkan dengan
penyelenggaraan program Corporate Social
kerangka internasional seperti halnya Millenium
Responsibility (CSR), yakni program pemberdayaan
Development Goals (MDGs) (Dragicevic, 2008). Pada
ekonomi lokal melalui pembentukan LKMS Kartini.
waktu yang sama, pertumbuhan atau peningkatan yang

terjadi memperkuat pemahaman mengenai dampak dari


kegiatan bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan. Ada
Bagaimana membentuk dan membina hubungan sinergis
peningkatan kepentingan dari stakeholders kepada
diantara stakeholder-stakeholder tersebut, hal ini
perusahaan untuk mengklarifikasi dan
merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai
mendemonstrasikan dampaknya. Bagaimanapun juga,
keberhasilan dalam penyelenggaraan LKMS Kartini, yang
berdasarkan sebuah penelitian terkait dampak dari CSR
mana salah satu kegiatannya adalah kelompok simpan
pada perusahaan besar agar mampu melihat dampak
pinjam. Oleh karena itu, stakeholder yang terdiri dari
secara umum, kasus bisnis, sikap bisnis, kesadaran dan
pemerintah (government), perusahaan (private), dan
praktik seharusnya juga mengetahui secara baik kebiasaan
masyarakat (society) memiliki peran dalam keseluruhan
stakeholder, tetapi upaya untuk mengklarifikasi dampak
tahapan penyelenggaraan program tersebut. Para
pada hubungan terhadap manusia. Oleh karena itu, saat ini
stakeholder tersebut terkategori berdasarkan keberadaan
makin maraknya tren terhadap kepentingan yang lebih
dan tingkat kepetingannya sesuai dengan konsep
dari sebuah perusahaan dan stakeholder nya untuk
pemangku kepentingan menurut Rhenald Khasali (2005)

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 55
dalam Wibisono (2007), yakni pemerintah dan Pendekatan Penelitian
masyarakat sebagai stakeholder eksternal dan pihak
swasta sebagai stakeholder internal. Sejauhmana Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah
keterlibatan para stakeholders dalam tahapan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan
penyelenggaraan program tersebut digambarkan melalui kualitatif. Untuk penelitian kuantitatif digunakan metode
tingkat partisipasi masing-masing stakeholder. Tingkat survei. Kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk
partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1979) terdiri dari mengumpulkan informasi dari responden. Metode survei
empat kategori, yakni tingkat pengambilan keputusan ini digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan
(perencanaan), tingkat pelaksanaan, tingkat evaluasi, dan hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok
tingkat pemanfaatan hasil, namun pada penelitian ini LKMS Kartini dengan aspek dampak sosial masyarakat
hanya digunakan tingkatan pertama, kedua, dan ketiga. pemanfaat program CSR atau dalam hal ini anggota
Dampak sosial terkait dengan bagaimana kekuatan modal LKMS Kartini dan juga melihat hubungan antara aspek
sosial yang terbangun dalam masyarakat. Modal sosial tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam
dalam hal ini, sesuai dengan konsep modal sosial menurut LKMS Kartini dengan dampak ekonomi setelah
Uphoff (2000) dalam Suwartika (2003) diukur dari implementasi program CSR. Metode studi kasus pada
tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan kekuatan penelitian kualitatif adalah bersifat explanatory research
kerjasama. Sedangkan dampak ekonomi dilihat dari untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan program
tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat CSR oleh Perusahaan Geothermal dalam setiap tahapan,
tabungan, dan juga taraf hidup masyarakat baik perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan
melibatkan berbagai stakeholder terkait dan juga
Hipotesis Penelitian menggali infomasi dampak penyelenggaraan program
Pada penelitian evaluasi ini, hipotesis disusun untuk CSR tersebut terhadap kondisi sosial ekonomi anggota
menguji signifikansi tingkat partisipasi anggota kelompok kelompok simpan pinjam LKMS Kartini.
simpan pinjam dengan dampak sosial dan dampak Teknik Pemilihan Responden dan Informan
ekonomi. Hipotesis uji meliputi :
Terdapat dua subjek dalam penelitian ini, yaitu informan
1. Semakin tinggi partisipasi anggota kelompok simpan dan responden. Informan adalah pihak yang memberikan
pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan keterangan tentang diri sendiri, keluarga, pihak lain dan
program CSR, maka semakin kuat modal sosial lingkungannya. Pemilihan informan dilakukan secara
komunitas perdesaan. purposive dengan teknik snowball (teknik bola salju).
2. Semakin tinggi tingkat partisipasi anggota kelompok Informan kunci yang dipilih adalah pihak Perusahaan
simpan pinjam LKMS Kartini dalam Geothermal yang menangani bidang CSR, Departemen
penyelenggaraan program CSR, maka semakin PGPA (Policy, Government, and Public Affair), dalam hal
tinggi taraf hidup komunitas perdesaan. ini Community Engagement. Selain itu, tokoh masyarakat
berserta masyarakat Desa Cihamerang, Kecamatan
METODE PENELITIAN Kabandungan, Kabupaten Sukabumi yang mendapat
Lokasi dan Waktu Penelitian manfaat dari program Community Engagement.
Pemerintah setempat, yakni pemerintah Desa
Penelitian dilakukan di Desa Cihamerang, Kecamatan Cihamerang dan pemerintah Kecamatan Kabandungan
Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, sebagai salah satu juga menjadi informan kunci dalam penelitian ini. Untuk
penerima dan partisipan dalam Program Corporate Social melengkapi data yang didapatkan dari informan kunci,
Responsibility atau dalam hal ini disebut sebagai program diperlukan data dari informan-informan lainnya yang
Community Engagement. Program Community Based kemudian akan didiskusikan bersama informan kunci.
Micro Finance melalui pembentukan Lembaga Keuangan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah
Mikro Syariah (LKMS) Kartini menjadi fokus dalam tangga masyarakat Desa Cihamerang yang menjadi
penelitian ini yang mencakup seluruh desa di Kecamatan anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini, yakni
Kabandungan, namun dalam penelitian ini hanya dalam hal ini berjumlah 75 orang. Dari keseluruhan
difokuskan ke Desa Cihamerang saja. Hal tersebut populasi, dibentuklah kerangka sampling yang berjumlah
dikarenakan Desa Cihamerang memiliki jumlah tertinggi 54 orang dengan meliputi anggota kelompok simpan
masyarakat yang menjadi anggota kelompok simpan pinjam di dua dusun/kampung, yakni dusun/kampung
pinjam LKMS Kartinidan anggota kelompok simpan Pasir Haur dan Pameungpeuk. Pemilihan kedua dusun
pinjam di Desa Cihamerang tergolong aktif dan beberapa tersebut didasarkan pada kriteria, dimana kelompok di
kelompok telah memperoleh pinjaman lebih dari satu dua dusun tersebut tergolong aktif mengadakan kumpulan
putaran. Penelitian ini difokuskan untuk melihat setiap minggunya dan juga frekuensi putaran pinjaman
sejauhmana partisipasi anggota kelompok simpan pinjam, modal yang sudah minimal dua kali dilakukan.
berikut stakeholder terkait lain dalam penyelenggaraan Pengambilan sampel dari kerangka sampling dilakukan
program, dan hubungannya dengan dampak sosial secara puposif, mengingat penelitian ini diarahkan untuk
ekonomi yang diperoleh oleh anggota tersebut. melihat dampak penyelenggaraan program sehingga
Penjajagan lokasi penelitian dilakukan pada bulan Juni responden yang dipilih merupakan anggota kelompok
hingga Agustus tahun 2010 yang terintegrasi dengan simpan pinjam yang sudah mengikuti dua kali putaran
kegiatan KKP (Kuliah Kerja Profesi), sedangkan pinjaman modal. Selain itu, faktor frekuensi
penelitian dimulai pada bulan Oktober dan berakhir pada penyelenggaran kumpulan juga menjadi pertimbangan
bulan November akhir di tahun 2010. dalam pemilihan responden. Jumlah responden yang
56 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
diambil dalam penelitian ini berjumlah 45 orang, yang pelaporan dengan dampak sosial dan ekonomi anggota.
terdiri dari 30 responden dari rumah tangga anggota Disamping itu, melihat perbandingan antara masyarakat
kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan 15 pemanfaat program dan masyarakat yang bukan
responden pembanding dari rumah tangga non-anggota pemanfaat program untuk mengetahui dampak dari
kelompok simpan pinjam LKMS Kartini. Responden implementasi program bagi masyarakat digunakan tabel
sebanyak 30 orang dari kategori rumah tangga anggota frekuensi untuk melihat persentase.
kelompok simpan pinjam diambil dari kerangka sampling
GAMBARAN UMUM LOKASI
yang dengan pertimbangan bahwasanya tidak semua
anggota kelompok simpan pinjam dalam kerangka Profil Desa Cihamerang
sampling dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat
Desa Cihamerang merupakan salah satu dari enam desa
diwawancarai untuk diambil datanya.
yang ada di Kecamatan Kabandungan. Bagian utara Desa
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Cihamerang berbatasan langsung dengan Desa Cipeuteuy,
dan di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Citarik.
Data primer dan data sekunder merupakan dua jenis data Batas sebelah selatan dan timur Desa Cihamerang adalah
yang diperlukan dalam penelitian ini. Data primer wilayah hutan, baik milik perhutani maupun Taman
merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara Nasional Gunung Halimun Salak. Wilayah Desa
mendalam yang dilakukan terhadap informan dan juga Cihamerang memiliki bentuk topografi berbukit-bukit dan
penyebaran kuesioner kepada responden, di samping itu pegunungan yang membentang di gunung Salak dengan
data primer juga diperoleh peneliti selama di lapangan warna tanah merah dan derajat kesuburan lempungan.
melalui observasi, sedangkan data sekunder merupakan Ketinggian wilayah Desa Cihamerang mencapai 700-850
data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik meter di bawah permukaan laut. Iklim Desa Cihamerang
yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi tergolong iklim basah, dimana hal tersebut dapat dilihat
tentang instansi terkait. Teknik pengumpulan data yang dari curah hujan rata-rata, yaitu 200 mm dan jumlah bulan
digunakan untuk penelitian kuantitatif adalah dengan hujan selama delapan bulan. Letaknya yang secara
penyebaran instrumen pengumpulan data, yakni geografis berada di kawasan pegunungan membuat suhu
kuesioner. harian di desa ini mencapai 20 0C. Kondisi iklim
Metode triangulasi merupakan metode yang dipilih untuk demikian sangat cocok dengan corak hidup dan mata
pengumpulan data kualitatif agar diperoleh kombinasi pencaharian masyarakat yang bertumpu pada sektor
yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan. Seiring
berperanserta dan penelusuran dokumen. Untuk dengan fenomena semakin meningkatnya pemanasan
menghindari adanya distorsi pesan, maka setelah global terutama di wilayah pegunungan, seringkali hujan
melakukan wawancara mendalam dengan informan, turun tidak menentu di wilayah Desa Cihamerang.
peneliti menulis kembali hasil wawancara dalam bentuk Jumlah masyarakat desa ini mencapai 6.715 jiwa yang
catatan harian. Catatan harian atau catatan lapangan terbagi ke dalam 1761 kepala keluarga (KK) dengan
adalah isntrumen utama yang melekat pada metode- proporsi seimbang antara jumlah masyarakat perempuan
metode pengumpulan data kualitatif (Sitorus, 1998). dan laki-laki, yaitu sebanyak 3369 jiwa untuk laki-laki
Hasilnya dapat digunakan untuk menjelaskan gejala sosial dan 3346 jiwa untuk perempuan. Data kemasyarakatan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan program CSR. menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang
Teknik Pengolahan dan Analisis Data sekolah hanya mampu mencapai tahap Sekolah Dasar
(SD), kemudian kurang dari sepertujuhnya melanjutkan
Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data ke Sekolah Menegah Pertama (SMP), dan yang akhirnya
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif baik primer melanjutkan ke SMA hanya setengah dari masyarakat
maupun sekunder yang telah didapatkan akan diolah dan yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, sedangkan
dianalisis secara kualitatif. Analisis data kuantitatif yang sisanya tidak mengenyam pendidikan sama sekali.
mengukur dampak implementasi program terhadap Kondisi tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan sarana
masyarakat akibat adanya program CSR, dilakukan pendidikan yang ada di desa ini, dimana hanya ada empat
melalui hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Sekolah Dasar di wilayah Desa Cihamerang, dan untuk
Data yang diperoleh diolah dengan proses editing, coding, melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA mereka harus
scoring, entry, cleaning, dan analisis data dengan menuju ibukota Kecamatan Kabandungan. Sebagian besar
menggunakan program microsoft excel dan SPSS 15.0 for masyarakat bekerja di sektor pertanian, baik sebagai
Windows. petani maupun hanya sebagai buruh tani, kemudian
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat partisipasi sebagian kecil masyarakat menggantungkan hidupnya
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan dengan bekerja sebagai pedagang keliling, pengerajin,
aspek dampak sosial penyelenggaraan program, serta PNS, pembantu rumah tangga, dll. Sektor pertanian
hubungan antara keterlibatan dengan aspek dampak menjadi tumpuan penduduk Desa Cihamerang, yakni
ekonomi dari implementasi program CSR digunakan uji dengan komoditas tanaman unggulan di desa ini adalah
korelasi rank spearman. Uji statistik ini dilakukan untuk padi, namun komoditas lain yang juga dikembangkan
melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, tomat, mentimun,
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS buncis, terong, cabai, dan sawi.
Kartini dalam setiap tahapan penyelenggaraan program, Perusahaan Geothermal
baik perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 57
Perusahaan geothermal di wilayah Salak merupakan kesejahteraan dan keadilan ekonomi, membantu mencari
bagian dari Perusahaan Geothermal Indonesia, yang dan menciptakan pasar yang dapat menyerap hasil
beroperasi di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. produksi masyarakat, menjadi Lembaga Keuangan
Perusahaan ini mulai melakukan operasi panasbumi di Syariah yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan
kawasan area Gunung Salak, Kabupaten Bogor dan pertumbuhan usaha nasabahnya, melaksanakan
Kabupaten Sukabumi sejak tahun 1982. Perusahaan pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah dalam rangka
Geothermal mengelola energi panasbumi menjadi energi mendukung penguatan ekonomi syariah dalam praktik,
listrik. Energy Geothermal (energi panas bumi) adalah baik melalui institusi keuangan maupun kegiatan bisnis
energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Energi dan usaha riil. Rapat pembentukan LKMS Kartini
yang berasal dari kerak bumi ini dapat dimanfaatkan diselenggarakan pada pertengahan tahun 2008 dengan
untuk menghasilkan listrik. Perusahaan Geothermal kerjasama antara Perusahaan Geothermal dan PNM
memiliki komitmen untuk membangun dan membuka sebagai penyelenggara. Setelah itu kedua pihak
hubungan positif dengan masyarakat setempat, khususnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berminat
masyarakat yang berada paling dekat dengan wilayah dalam pendirian LKMS ini. Selanjutnya terbentuklah
operasi. Kebijakan sosial telah diterapkan termasuk kelompok pendiri yang ditargetkan dapat mengumpulkan
komitmen untuk menyediakan peluang di bidang modal awal dari masyarakat untuk proses awal pendirian
pengembangan sosial, pendidikan, ekonomi, pelatihan, koperasi. Dalam perjalannya, LKMS Kartini dikelola oleh
dan memperkerjakan warga setempat di sekitar masyarakat yang memiliki inisiasi awal dengan dibantu
perusahaan melalui penyelenggaraan Corporate Social oleh beberapa staff yang direkrut langsung dari
Responsibility. Departemen PGPA inilah yang masyarakat, mewakili masing-masing desa yang memiliki
bertanggung jawab dalam program CSR yang dilakukan keanggotaan di LKMS Kartini.
oleh Perusahaan Geothermal, diantaranya program
HASIL PENELITIAN
Community Based Micro Finance (CBMF) melalui
Koperasi Kartini di Kabandungan. Tujuan kerja dari Tingkat Partisipasi
Departemen PGPA adalah membangun image dan
reputasi perusahaan, memiliki hubungan saling Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan
pengertian, suara yang sama, dan penerimaan dari Pinjam dalam Penyelenggaraan Program
stakeholder. Tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam
LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini
pemberdayaan ekonomi lokal melalui pembentukan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini Lembaga Keuangan Mikro Syariah Kartini di Kecamatan
merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang Kabandungan, khususnya Desa Cihamerang, didasarkan
dibentuk sebagai salah satu aktualisasi penyelenggaraan pada tahapan partisipasi menurut Uphoff (1979). Pada
Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Perusahaan praktek penyelenggaraan program, terdapat berbagai
Geothermal dalam hal pengembangan ekonomi jenjang partisipasi dari anggota kelompok simpan pinjam
masyarakat di tingkat lokal. Kegiatan ini merupakan LKMS Kartini, dimana seluruh jenjang ini ditentukan
bagian dari rangkaian program community development` oleh seberapa jauh masyarakat berpartisipasi/terlibat pada
(Pengembangan Masyarakat) Perusahaan Geothermal seluruh tahapan proses penyelenggaraan. Pengukuran
sebagai wujud dari program Corporate Social tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan
Responsibility (CSR) yang dalam hal ini disebut sebagai anggota kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan
program Community Engagement. Lembaga ini berbadan dalam tahapan penyelenggaraan program yang
hukum Koperasi no. 22/BH/XIII.15/V/2009 pada dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap
tanggal 22 Mei 2009. Kegiatan usaha Kartini bergerak pelaksanaan, tahap evaluasi, maupun tahap pelaporan.
dalam bidang Jasa Keuangan Syariah yang diperkenalkan Pada setiap tahapan penyelenggaraan, dilihat sejauhmana
kepada masyarakat dengan nama Lembaga Keuangan keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam,termasuk
Mikro Syariah (LKMS). Kantor operasional saat ini frekuensi kehadiran, tingkat keaktifan, tingkat
beralamat di Jl. Babakan Jayanegara Gunung Salak RT pemahaman, dan juga keterlibatan dalam pengambilan
08/04, Desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan, keputusan. Keempat kategori responden dalam penelitian
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. memiliki tingkatan partisipasi yang berbeda-beda. Hal
tersebut dapat dilihat dari pie chart berikut:
Visi dari Lembaga Keuangan Syariah Kartini adalah
menjadi Lembaga Keuangan Syariah yang terbaik dan
terdepan secara regional dalam membangun kekuatan
ekonomi umat yang dapat meningkatkan kesejahteraan
bersama secara adil dan merata sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah serta menjadi mitra dan memberi solusi
yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan
kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan pada
prinsip-prinsip fathonah, amanah, shiddiq dan tabligh.
Sedangkan misinya adalah meningkatkan akses
permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun
nonfinansial, membantu menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan produktivitas masyarakat kecil demi

58 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan adanya gradasi tingkat
partisipasi dalam penyelenggaraan program dari
keseluruhan responden yang merupakan anggota
kelompok simpan pinjam LKMS Kartini. Tingkat
partisipasi responden dalam penyelenggaraan program
terklasifikasi berdasarkan kategori tinggi, rendah, dan
sedang yang mengacu pada konsep partisipasi menurut
Uphoff (1979), yang mana partisipasi diukur menurut
tahapan penyelenggaraan kegiatan, meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan sebagai tambahan adalah
tahapan pelaporan. Begitu pula dengan skor modal sosial
Gambar 2. Persentase Tingkat Partisipasi Anggota dari masing-masing indikator dalam variabel kekuatan
Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini modal sosial dan taraf hidup. Secara umum, tingkatan
dalam Program Menurut Kategori Sosial partisipasi dari 30 responden yang terbagi menjadi tiga
kategori, searah juga dengan tingkatan skor modal sosial
Berdasarkan pie chart di atas, dapat dilihat bahwasanya dan taraf hidup responden. Itu artinya peningkatan
dari 30 orang responden penelitian, kategori sosial 4 partisipasi anggota kelompok simpan pinjam diiringi
yaitu kategori sosial non-farm/buruh memiliki peningkatan kekuatan modal sosial dan taraf hidup
keterlibatan paling tinggi, sedangkan kategori sosial 3 anggota. Namun, dapat dilihat bahwasanya aspek tingkat
yaitu kategori sosial farm/buruh memiliki keterlibatan pengeluaran tidak secara penuh berhubungan dengan
yang paling rendah dalam partisipasi terhadap program sejauhmana tingkat partisipasi anggota kelompok simpan
dari keseluruhan 30 responden. Keempat kategori sosial pinjam Dapat dilihat adanya gradasi yang beracak
tersebut memiliki senjang nilai yang masing-masing tidak terhadap tingkatan partisipasi. Berikut adalah pie chart
terlalu jauh. Berikut adalah tabel yang menggambarkan yang menggambarkan persentase anggota kelompok
skor tingkat partisipasi dan skor kekuatan modal sosial 30 simpan pinjam dari 30 orang responden berdasarkan
orang responden dari anggota kelompok simpan pinjam tingkatannya:
LKMS Kartini:
Tabel 2. Tingkat Partisipasi dan Kekuatan Modal Sosial
Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS
Kartini Menurut Konsep Uphoff

Sedangkan untuk tingkat partisipasi dan taraf hidup Gambar 3 memaparkan persentase klasifikasi tingkat
digambarkan melalui tabel di bawah ini : partisipasi anggota berdasarkan derajat tinggi, rendah,
Tabel 3. Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Anggota maupun sedang. Pengklasifikasian tersebut didasarkan
Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut pada skor yang diperoleh dari hasil kuesioner dan hasil
Konsep Uphoff menunjukkan bahwasanya sebagian besar anggota berada
pada level tingkat partisipasi sedang, yakni sejumlah 17
responden dari 30 responden anggota kelompok.
Sedangkan untuk Tingkat partisipasi rendah berjumlah 12
responden dari 30 responden dan dengan jumlah terkecil
adalah anggota dengan tingkat partisipasi tertinggi yang
hanya berjumlah satu orang. Meskipun tingkat partisipasi
anggota kelompok LKMS Kartini di Desa Cihamerang
bergradasi, namun kecenderungannya partisipasi anggota
LKMS belum dapat dikategorikan memiliki tingkatan
yang tinggi karena jumlah tertinggi masih berada pada
tingkat sedang dan rendah.
Sebagai pembanding dalam mengidentifikasi tingkat
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS
Kartini, dilakukan identifikasi dan analisis mengenai
tingkat partisipasi anggota dengan konsep Arnstein

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 59
(1969), yang manatingkatan partisipasi terbagi menjadi
delapan tipe tahapan berdasarkan hubungan kekuasaan
diantara stakeholder. Kedelapan tipe tingkatan tersebut
adalah tipe manipulasi, tipe terapi, tipe pemberitahuan,
tipe konsultasi, tipe penentraman, tipe kemitraan, tipe
pendelegasian kekuasaan, tipe kontrol masyarakat.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan tingkat
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dan juga
kekuatan modal sosial dari anggota tersebut berdasarkan
tangga partisipasi Arnstein:
Tabel 4. Tingkat Partisipasi dan Kekuatan Modal Sosial
Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS
Kartini Menurut Konsep Arnstein

Gambar di atas menjelaskan mengenai persentase tingkat


partisipasi anggota berdasarkan tingkatan partisipasi
Arnstein (1969), yang mana dapat dilihat bahwasanya
sebagian besar anggota kelompok simpan pinjam
tergolong berpartisipasi pada tipe pemberitahuan dan
Tabel 5. Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Anggota kosultasi. Itu artinya, dalam penyelenggaraan program
Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini CSR tersebut, anggota kelompok simpan pinjam masih
Menurut Konsep Arnstein berposisi sebagai objek dari program pemberdayaan.
Anggota kelompok simpan pinjam belum sepenuhnya
memiliki kekebasan untuk menyampaikan saran dan
aspirasi, terlebih dalam pengambilan keputusan. Saran
dan pendapat cenderung dapat disampaikan, namun
belum tentu dipenuh dan dilaksanakan. Di samping itu,
pada hubungan kekuasaan tokenism ini, anggota
kelompok simpan pinjam masin berada di bawah kontrol
dari pihak yang powerfull.
Tingkat Partisipasi Stakeholder (Pemangku
Kepentingan) dalam Penyelenggaraan Program
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini
Tabel 4 dan Tabel 5 menggambarkan skor dan tingkatan merupakan LKM yang mendapatkan dari Perusahaan
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Geothermal untuk melakukan pengembangan ekonomi
Kartini mengacu pada konsep partisipasi menurut masyarakat di tingkat lokal, yakni melalui program
Arnstein (1969), dimana dalam penelitian ini didapatkan Community Based Micro Finance (CBMF).
pengkategorian partisipasi anggota ke dalam tiga Penyelenggaraan LKMS Kartini ini merupakan wujud
tingkatan pada hubungan kekuasaan tokenism, yakni dari pelaksanaan program community development
berkisar diantara tipe pemberitahuan, tipe konsultasi, dan Perusahaan Geothermal sebagai bagian dari corporate
tipe penentraman. Gradasi tingkat partisipasi anggota social responsibility implementation. Dalam
kelompok, dalam hal ini diwakili oleh 30 responden, penyelenggaraan LKMS Kartini tersebut, melibatkan
berkaitan dengan kondisi kekuatan modal sosial dan taraf berbagai pihak (stakeholder), yakni pemerintah desa dan
hidup anggota kelompok. Secara umum, tingkatan kecamatan, dinas koperasi, mitra perusahaan, dan
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam yang masyarakat. Terkait dengan bagaimana dan sejauhmana
dikategorikan menurut konsep Arnstein (1969) sejalan keterlibatan stakeholder-stakeholder dalam
dengan tingkatan kekuatan modal sosial dan taraf hidup penyelenggaran LKMS Kartini dapat dilihat melalui tabel
anggota kelompok simpan pinjam. berikut:
Berikut adalah gambar pie chart mengenai persentase
tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam
LKMS Kartini berdasarkan tipe-tipe partisipasi Arnstein
(1969):

60 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
Tabel 6. Keterlibatan Stakeholder-stakeholder dalam Perusahaan Geothermal dan Mitra Perusahaan (PNM),
Penyelenggaraan Program kedua stakeholder tersebut terlibat pada setiap tahapan
penyelenggaraan program. Dalam hal ini, perusahaan
geothermal adalah pihak yang pertama kali memfasilitasi
ide dari masyarakat yang saat ini menjadi pengurus
koperasi untuk membentuk sebuah lembaga keuangan
mikro sebagai pendukung dari keberadaan usaha-usaha
kecil menengah di tingkat masyarakat lokal, sedangkan
mitra perusahaan dalam hal ini berpartisipasi sebagai
fasilitator yang mendampingi koperasi pada setiap
tahapan penyelenggaraan program. Bentuk partisipasi
kedua pihak tersebut memang cenderung berbeda,
perusahaan geothermal lebih berperan dalam bidang
manajerial program, sedangkan mitra perusahaan lebih ke
hal-hal teknis pada seluruh tahapan penyelenggaraan.
Tipe kemitraan dalam tingkatan partisipasi kedua
pemangku kepentingan tersebut menggambarkan
bagaimana tingkatan kekuasaan yang mereka miliki.
Kedua belah pihak stakeholder memiliki kerjasama yang
saling menguntungkan satu sama lain, tapi keduanya
memiliki kontrol melalui keterlibatannya tersebut.
Masyarakat dalam hal ini yang berposisi sebagai pengurus
koperasi juga memiliki tipe partisipasi kemitraan. Ide
pendirian koperasi ini berasal dari kategori masyarakat
tersebut, namun dalam perencanaan program, para
pengurus koperasi ini tidak dilibatkan dalam perancangan
program. Para pengurus tersebut, mengikuti tahapan yang
telah dipersiapkan oleh para konseptor, baik dari
Perusahaan Geothermal maupun mitra perusahaan. Jadi
secara umum, ketiga stakeholder tersebut berpartisipasi
pada keseluruhan tahapan penyelenggaraan sesuai dengan
konsep partisipasi menurut Uphoff (1979), meskipun
dengan jenis keterlibatan yang berbeda-beda. Pengurus
Koperasi cenderung berpartisipasi penuh pada tahapan
pelaksanaan hingga pelaporan, sedangkan pada tahap
Community Development (Pengembangan Masyarakat) perencanaan tidak memegang kendali untuk merancang
sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana perihal teknis dan non-teknis program, sedangkan untuk
aktualisasi CSR yang paling baik jika dibandingkan Perusahaan Geothermal dan mitra terlibat dalam setiap
dengan implementasi yang hanya berupa charity, tahapan.
philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain,
karena dalam pelaksanaan community development Anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan
terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama Dinas Koperasi merupakan dua pihak stakeholder yang
antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, memiliki tipe partisipasi dalam hubungan kekuasaan yang
produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan bersifat tokenism. Tipe partisipasi stakeholder-
perasaan solidaritas. Stakeholders, yang jamak stakeholder tersebut berada pada tingkatan
diterjemahkan dengan pemangku kepentingan adalah pemberitahuan, konsultasi, hingga penentraman, dimana
pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung seluruh stakeholder terkait diberikan pendampingan dan
maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas konsultasi oleh semua pihak (pemerintah dan perusahaan)
perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut sehingga pandangan-pandangan diperhitungkan dan tetap
mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh perusahaan dilibatkan dalam menentukan keputusan. Dinas Koperasi
(Saidi, 2004). Pemberdayaan memiliki dua elemen dalam hal ini memiliki wewenang untuk melakukan audit
pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Partisipasi pada kelayakan LKMS Kartini untuk selanjutnya diberi
adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga izin pendirian koperasi sehingga harus
komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka mengimplementasikan kaidah-kaidah pada Badan Hukum
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga Koperasi. Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan konsep
dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan partisipasi menurut Uphoff (1979), Dinas Koperasi hanya
kontrol secara efektif. Menurut Nasdian (2006), terlibat pada tingkat perencanaan saja. Masyarakat yang
pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju tergolong sebagai anggota koperasi maupun anggota
partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja kelompok cenderung hanya terlibat pada tahapan
dibutuhkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh pelaksanaan. Sebagian besar masyarakat memiliki
karena itu, pemberdayaan masyarakat tidak akan berhasil intensitas keterlibatan yang tinggi, khususnya pada
tanpa partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan yang pertemuan/kumpulan mingguan kelompok. Beberapa
terlibat. anggota kelompok simpan pinjam memiliki kemampuan

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 61
dalam menyampaikan pendapat dan mengambil Tabel 7. Skor Rata-rata Taraf Hidup Menurut Kategori
keputusan, namun yang menjadi masalah adalah akses Sosial
mereka cenderung terbatas. Anggota kelompok berposisi
lebih kepada penerima program yang selanjutnya
diarahkan untuk bisa mengembangkan usaha pribadi
secara mandiri, bukan ditekankan pada partisipasi dalam
penyelenggaraan LKMS.
Stakeholder yang terakhir adalah pemerintah Desa
Cihamerang dan pemerintah Kecamatan Kabandungan.
Pemerintah lokal dalam hal ini hanya terlibat pada
evaluasi, itu pun dengan derajat keterlibatan yang sangat
rendah. Kedua stakeholder tersebut memiliki posisi dan
derajat keterlibatan yang sama dengan tipe partisipasi
terapi, dimana pada tingkatan tersebut stakeholder tidak
terlibat secara langsung dalam program ini. Dapat dilihat Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui
dari tabel di atas, pihak pemerintah desa dan kecamatan bahwa tidak semua kategori sosial dari sejumlah 30 orang
hanya berposisi sebagai pemberi izin bagi responden penelitian memperoleh dampak taraf hidup
penyelenggaraan program ini karena dalam positif. Kategori sosial non-farm/pengusaha dan non-
pelaksanaannya staff LKMS Kartini harus secara intensif farm/buruh memiliki dampak positif dalam taraf hidup,
terjun langsung ke lapangan, sehingga memerlukan sedangkan dampak taraf hidup negatif dapat dilihat pada
dukungan dari pihak aparat desa maupun kecamatan kategori sosial farm/pengusaha dan farm/buruh. Itu
dalam hal pendekatan kepada masyarakat calon anggota artinya, penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan
kelompok simpan pinjam. Selebihnya, aparat desa dan ekonomi melalui pembiayaan kelompok simpan pinjam
kecamatan hanya dilibatkan ketika ada event-event belum tentu mementukan peningkatan taraf hidup anggota
tertentu sebagai tamu undangan, serta memberikan saran kelompok simpan pinjam.Untuk variabel tingkat
dari perkembangan LKMS Kartini, namun dalam hal ini pendapatan anggota kelompok simpan pinjam dapat
mereka tidak terlibat dalam penyelenggaraan baik pada dilihat melalui tabel berikut:
tahapan perencanaan, pelaksanaan, bahkan pelaporan. Tabel 8. Skor Rata-rata Pendapatan (Rp/Bulan) Menurut
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Penyelenggaraan Kategori Sosial
Program
Perubahan yang dirasakan dan diperoleh oleh anggota
kelompok simpan pinjam setelah terlibat dalam
implementasi program CSR dengan mengacu pada
variabel-variabel kemiskinan menurut BPS (2005) dalam
Rahman (2009) dan indikator BPS dalam SUSENAS
(2003). Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk
mengukur dampak ekonomi yang digunakan, diantaranya
adalah variabel tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran,
tingkat tabungan, dan tingkat taraf hidup yang mencakup
jenis lantai bangunan terluas tempat tinggal, jenis dinding
rumah terluas, fasilitas tempat buang air besar/wc, sumber Tabel di atas menunjukkan bahwasanya tidak semua
penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk kategori sosial dari 30 orang responden memperoleh
memasak, dan alat transportasi yang dimiliki. Data dampak positif dalam tingkat pendapatan terhadap
mengenai dampak ekonomi penyelenggaraan program penyelenggaraan LKMS Kartini, dapat dilihat bahwa
diperoleh dengan mencari selisih atau delta dari keterlibatan dalam program ini tidak memberikan dampak
pendapatan anggota kelompok simpan pinjam dan non- bagi pendapatan anggota kelompok dari kategori sosial
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini pada farm/pengusaha dan non-farm/pengusaha, sedangkan
setiap kategori sosial. Variabel pertama yang dilihat untuk anggota kelompok dari kategori sosial farm/buruh dan
mengukur dampak ekonomi adalah taraf hidup rumah non-farm/buruh memperoleh dampak bagi
tangga anggota kelompok simpan pinjam. Berikut adalah pendapatannya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai delta
tabel yang menunjukkan bagaimana dampak yang positif pada pendapatan. Itu artinya keterlibatannya
penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal dalam penyelenggaraan program ini dimungkinkan
terhadap taraf hidup rumah tangga anggota kelompok membawa dampak bagi perolehan pendapatan rumah
simpan pinjam LKMS Kartini: tangga per bulan.
Melihat aspek dampak pada tingkat pendapatan, perlu
disesuaikan juga dengan bagaimana tingkat pengeluaran
rumah tangga anggota kelompok simpan pinjam LKMS
Kartini. Berikut adalah tabel yang menggambarkan
bagaimana dampak terhadap tingkat pengeluaran rumah
tangga anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini:

62 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
Tabel 9. Skor Rata-rata Tingkat Pengeluaran Menurut tingkat tabungan rumah tangga anggota kelompok simpan
Kategori Sosial pinjam menurut kategori sosial:
Tabel 10. Skor Rata-rata Tingkat Tabungan Menurut
Kategori Sosial

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30


Data pada tabel menunjukkan bahwa semua kategori
orang responden yang merupakan anggota kelompok
sosial dari 30 responden yang merupakan anggota
simpan pinjam LKMS Kartini dengan kategori sosial
kelompok simpan pinjam LKMS Kartimi memiliki delta
Farm/Pengusaha, Non-Farm/Pengusaha, Farm/Buruh
yang positif. Aspek tingkat pendapatan memiliki
memiliki nilai delta yang positif pada variabel tingkat
keterkaitan yang erat dengan aspek tingkat pengeluaran.
tabungan. Itu artinya anggota kelompok pada ketiga
Sebuah rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang
kategori sosial tersebut memiliki kemampuan untuk
tinggi namun pengeluaran juga tinggi, bahkan defisit,
menyisihkan sebagian uangnya dengan cara ditabung
tidak lebih baik dibandingan rumah tangga dengan tingkat
dibandingkan non-anggota kelompok pada kategori sosial
pendapatan yang rendah namun pengeluaran juga rendah.
tersebut. Sedangkan untuk data kategori sosial Non-
Dalam hal ini dapat diamati bahwasanya kategori anggota
Farm/Buruh menunjukkan nilai delta yang negatif,
kelompok simpan pinjam yang berlatarbelakang
dimana itu artinya anggota kelompok kategori tersebut
pengusaha baik dari sektor farm maupun non-farm
memiliki rata-rata tingkat tabungan yang lebih rendah
memiliki kecenderungan sama-sama tidak memperoleh
dibanding non-anggota kelompok pada kategori tersebut.
dampak positif dalam hal tingkat pendapatan oleh
Jika dikaitkan dengan penjelasan aspek dampak ekonomi
penyelenggaraan program ini. Sejalan dengan data
pada tingkat pendapatan dan juga tingkat pengeluaran di
tersebut, pada kenyataannya penyelenggaraan program ini
atas, dapat dilihat bahwasanya kategori sosial non-
menunjukkan delta yang positif dalam aspek tingkat
farm/pengusaha dan farm/pengusaha, meskipun keduanya
pengeluaran pada kedua kategori sosial tersebut. Berbeda
memiliki nilai delta negatif pada peningkatan pendapatan,
halnya dengan kategori sosial farm/buruh dan non-
namun dalam dilihat dari data pada tingkat tabungan,
farm/buruh, dimana kedua kategori sosial tersebut sama-
kedua kategori sosial tersebut sama-sama memiliki nilai
sama memperoleh dampak peningkatan pendapatan oleh
delta positif. Itu artinya, meskipun tidak terjadi
penyelenggaraan program tersebut. Meskipun demikian,
peningkatan pendapatan oleh penyelenggaraan program
peningkatan pendapatan oleh kategori sosial ini, memiliki
ini, dari aspek tabungan kategori sosial tersebut
kecenderungan diiringi pula oleh peningkatan
mengalami peningkatan. Secara umum, keterlibatan
pengeluaran. Peningkatan pengeluaran dimungkinkan
anggota kelompok simpan pinjam pada penyelenggaraan
terjadi karena beberapa hal, yakni faktor internal seperti
program pemberdayaan ekonomi lokal melalui kegiatan
pengeluaran pribadi dalam rumah tangga yang meningkat,
simpan pinjam LKMS Kartini memberi dampak pada
pengeluaran untuk usaha baru atau juga pengembangan
tingkat ekonomi anggotanya tapi tidak pada seluruh aspek
usaha yang lama, dan juga faktor eksternal seperti
dan tidak pada seluruh kategori sosial.
kebutuhan dari luar yang mendadak.
Dampak sosial didefinisikan sebagai perubahan yang
Aspek tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran,
dirasakan oleh anggota kelompok simpan pinjam setelah
memiliki keterkaitan dengan aspek tabungan/saving.
terlibat dalam penyelenggaraan program pada variabel
Sejauhmana anggota kelompok simpan pinjam LKMS
kepercayaan (trust), variabel kerjasama (cooperation), dan
Kartini dapat mengatur keuangan rumah tangga mereka,
variabel jejaring (networking). Dampak sosial dalam hal
dan berpikir progressive dengan menyisakan sebagian
ini dapat dilihat dengan menghitung senjang/delta dari
pendapatan untuk tujuan masa depan. Sebuah rumah
skor total variabel-variabel dalam modal sosial. Tingkat
tangga, meskipun memiliki tingkat pengeluaran yang
kepercayaan didefinisikan sebagai perasaan tanpa saling
besar namun diimbangi tabungan yang juga besar,akan
curiga, cenderung saling ingin memajukan diantara
memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan dengan
anggota masyarakat. Pengukuran tingkat kepercayaan
yang berpengeluaran sedikit namun tidak menabung.
didasarkan pada kepercayaan antara masyarakat, baik
Begitu pun juga dengan rumah tangga yang memiliki
anggota kelompok simpan pinjam maupun non-anggota
pendapatan yang kecil namun secara rutin menabung,
kelompok simpan pinjam. Variabel kedua pada dampak
akan memiliki perencanaan keuangan untuk masa depan
pengukuran adalah kekuatan kerjasama yang
yang lebih baik dibandingkan dengan sebuah rumah
didefinisikan sebagai sebuah kondisi dimana di dalam
tangga yang memiliki pendapatan besar namun tidak
masyarakat terdapat norma-norma untuk bekerjasama,
mengalokasikan sebagian pendapatannya secara rutin
bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan
untuk ditabung. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan
bagaimana dampak penyelenggaraan program terhadap

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 63
penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan uji korelasi rank spearman dan menggunakan alat bantu
bahwa kerjasama akan menguntungkan, yakni antar SPSS v .15.0, didapatkan angka korelasi antara variabel
masyarakat baik anggota kelompok simpan pinjam tingkat partisipasi (tahap perencanaan) dan variabel
maupun non-anggota kelompok simpan pinjam. Variabel kekuatan modal sosial adalah sebesar 0.849. Karena p-
ketiga adalah kekuatan jaringan yang didefinisikan value (Sig.(2-tailed)) > alpha (0.1=10 persen) maka
sebagai interaksi dan relasi individu masyarakat dengan terima Ho, artinya tidak ada korelasi antara variabel
individu lain dalam masyarakat maupun pihak eksternal. tingkat partisipasi (tahap perencanaan) dan variabel
Pengukurannya didasarkan pada kekuatan solidaritas dan kekuatan modal sosial. Hubungan antara kedua variabel
kerjasama yang terbentuk sebagai hasil dari interaksi tersebut tidak berhubungan secara signifikan sehingga
sosial tersebut. semakin tinggi tingkat partisipasi anggota kelompok
simpan pinjam pada tahap perencanaan tidak
Berikut adalah tabel yang menggambarkan perbandingan
berhubungan pada peningkatan kekuatan modal sosial
variabel-variabel modal sosial antara anggota kelompok
kelompok simpan pinjam.
simpan pinjam dan non-anggota kelompok simpan pinjam
menurut kategori sosial: Uji kedua dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel tingkat partisipasi (tahap pelaksanaan) dan
Tabel 11. Skor Rata-rata Kekuatan Modal Sosial Menurut
variabel kekuatan modal sosial. Berdasarkan hasil
Kategori Sosial
perhitungan dan pengujian, didapatkan angka korelasi
antara variabel tingkat partisipasi (tahap pelaksanaan) dan
variabel kekuatan modal sosial adalah sebesar 0.017.
Karena p-value (Sig.(2-tailed)) < alpha (0.1=10 persen)
maka tolak Ho, artinya ada korelasi antara variable
tingkat partisipasi (tahap pelaksanaan) dan variabel
kekuatan modal sosial. Terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut, sehingga semakin tingggi tingkat
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam maka
semakin tinggi kekuatan modal sosial anggota kelompok
simpan pinjam.
Uji ketiga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
Penyelenggaraan kegiatan kelompok simpan pinjam oleh variabel tingkat partisipasi (tahap evaluasi) dan variabel
LKMS Kartini memberi dampak pada modal sosial kekuatan modal sosial. Berdasarkan hasil perhitungan dan
anggota kelompok simpan pinjam ketika selisih nilai pengujian, didapatkan angka korelasi antara variabel
antara anggota kelompok simpan pinjam dan non-anggota tingkat partisipasi (tahap evaluasi) dan variabel kekuatan
kelompok simpan pinjam bernilai positif. Namun pada modal sosial adalah sebesar 0.088. Karena p-value
kenyataannya tidak semua kategori sosial anggota (Sig.(2-tailed)) > alpha (0.1=10 persen) maka tolak Ho,
kelompok memiliki nilai positif untuk selisih nilai modal artinya ada korelasi antara variabel tingkat partisipasi
sosial. Data pada tabel di atas menunjukkan bahwasanya (tahap evaluasi) dan variabel kekuatan modal sosial.
dari 30 responden penelitian, anggota kelompok simpan Hubungan antara kedua variabel tersebut bernilai
pinjam kategori Non-Farm/Pengusaha memiliki nilai signifikan sehingga semakin tinggi tingkat partisipasi
selisih negatif, dimana itu artinya penyelenggaraan anggota kelompok simpan pinjam pada tahap perencanaan
program pemberdayaan ekonomi lokal melalui kelompok berpengaruh pada peningkatan kekuatan modal sosial
simpan pinjam tidak memberi dampak positif pada anggota kelompok simpan pinjam, begitu pun sebaliknya.
kekuatan modal sosial pada kategori sosial tersebut. Sedangkan untuk penghitungan variabel tingkat
Namun, untuk tiga kategori sosial lain, yakni partisipasi pada tahap pelaporan dan kekuatan modal
Farm/Pengusaha, Farm/Buruh, Non-Farm/Buruh sosial, nilai korelasi tidak keluar karena pada tahap
memiliki nilai selisih positif. Itu artinya dalam pelaporan nilainya sama (1), jadi walaupun kekuatan
penyelenggaraan program dimungkinkan memberikan modal sosial naik turun, dapat diperkiraan tidak ada
dampak positif pada kekuatan modal sosial anggota hubungannya dengan tahap pelaporan.
kelompok simpan pinjam. Selanjutnya adalah uji untuk mengukur hubungan antara
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota tingkat partisipasi pada keseluruhan tahapan
Kelompok Simpan Pinjam dan Dampak Sosial penyelenggaraan program dan kekuatan modal sosial.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis di
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah semakin atas, didapatkan angka korelasi antara variabel tingkat
tinggi partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam partisipasi (tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
penyelenggaraan program CSR maka semakin kuat modal evaluasi, dan tahap pelaporan) dan variabel kekuatan
sosial komunitas perdesaan. Berdasarkan hipotesis modal sosial adalah sebesar 0.079. Karena p-value
tersebut, terdapat dua variabel yang akan diukur, yakni (Sig.(2-tailed)) > alpha (0.1=10 persen) maka tolak Ho,
variabel tingkat partisipasi, yang dalam hal ini terbagi artinya ada korelasi antara variabel tingkat partisipasi
dalam tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pada seluruh tahapan dan variabel kekuatan modal sosial.
pinjam pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, Sebagai pembanding, dilakukan uji statistik terhadap
maupun pelaporan, dan variabel kekuatan modal sosial, variabel tingkat partisipasi menggunakan kerangka
mencakup tingkat kepercayaan, kekuatan kerjasama, serta konsep Arnstein (1969) terhadap kekuatan modal sosial
kekuatan jaringan. Melalui perhitungan statistika dengan
64 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini untuk dan menggunakan alat bantu SPSS v .15.0, didapatkan
melihat korelasi diantara kedua variabel tersebut. Hasil uji angka korelasi antara variabel tingkat partisipasi (tahap
statistik menunjukkan angka korelasi sebesar 0.031. perencanaan) dan variabel dampak ekonomi (mencakup
Karena p-value (Sig.(2-tailed)) > alpha (0.1=10 persen) tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat
maka tolak Ho, artinya ada korelasi antara variabel tabungan, dan taraf hidup) adalah sebesar 0.468. Karena
tingkat partisipasi pada seluruh tahapan dan variabel p-value (Sig.(2-tailed)) > alpha (0.1=10 persen) maka
kekuatan modal sosial. Kedua uji statistik dengan dua terima Ho, artinya tidak ada korelasi antara variabel
kerangka konsep yang berbeda menunjukkan hasil yang ingkat Partisipasi (Tahap Perencanaan) dan Dampak
sama, dimana semakin tinggi partisipasi anggota Ekonomi. Hubungan antara kedua variabel tersebut tidak
kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan signifikan sehingga itu artinya semakin tinggi tingkat
program CSR maka semakin kuat modal sosial yang partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan tidak
terbentuk. berhubungan pada peningkatan tingkat pendapatan,
tingkat pengeluaran, tingkat tabungan serta taraf hidup
Berdasarkan uji korelasi antara variabel tingkat partisipasi
anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini.
pada setiap tahapan penyelenggaraan program dengan
dampak sosial menunjukkan bahwasanya hanya tingkat Uji kedua dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
partisipasi pada tahap pelaksanaan dan evaluasi saja yang variabel tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan dan
menunjukkan hubungan signifikan sehingga dalam hal ini dampak ekonomi atau taraf hidup. Berdasarkan hasil
keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam pada perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada
pelaksanaan program mempengaruhi kekuatan modal tabel diatas, didapatkan angka korelasi antara variabel
sosial mereka. Sedangkan pada tahap perencanaan dan tingkat partisipasi (tahap pelaksanaan) dan variabel
pelaporan, kedua variabel tersebut tidak berkorelasi, dampak ekonomi (mencakup tingkat pendapatan, tingkat
sehingga itu artinya, partisipasi anggota kelompok pada pengeluaran, tingkat tabungan, dan taraf hidup) adalah
tahapan tersebut tidak berpengaruh pada kekuatan modal sebesar 0.215. Karena p-value (Sig.(2-tailed)) > alpha
sosial. Ketika variabel tingkat partisipasi secara (0.1=10 persen) maka terima Ho, artinya tidak ada
keseluruhan diuji hubungannya terhadap dampak sosial, korelasi antara variabel tingkat partisipasi (tahap
baik dengan kerangka Uphoff maupun dengan kerangka perencanaan) dan dampak ekonomi. Hubungan antara
Arnstein, diperoleh angka hubungan yang signifikan, itu kedua variabel tersebut bernilai negatif sehingga semakin
artinya partisipasi anggota kelompok dalam tinggi tingkat partisipasi anggota kelompok simpan
penyelenggaraan program, baik pada tahap perencanaan, pinjam pada tahap pelaksanaan tidak berpengaruh pada
tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap pelaporan, peningkatan tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran,
berhubungan dengan kekuatan modal sosial anggota tingkat tabungan serta taraf hidup anggota kelompok
kelompok simpan pinjam. simpan pinjam.
Bagaimana tingkat kepercayaan, kekuatan jejaring, serta Uji ketiga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
kekuatan kerjasama antara masyarakat dengan masyarakat variabel tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dan
lain, maupun masyarakat terhadap pemerintah desa, dan dampak ekonomi atau taraf hidup. Berdasarkan hasil
masyarakat terhadap perusahaan geothermal sudah perhitungan dan pengujian, didapatkan angka korelasi
terbentuk sebelum program pemberdayaan ekonomi lokal antara variabel tingkat partisipasi (tahap evaluasi) dan
ini diselenggarakan. Seiring dengan berjalannya waktu, variabel dampak ekonomi (mencakup tingkat pendapatan,
hingga terbentuknya LKMS Kartini yang memfasilitasi tingkat pengeluaran, tingkat tabungan, dan taraf hidup)
terbentuknya kelompok-kelompk simpan pinjam dengan adalah sebesar 0.245. Karena p-value (Sig.(2-tailed)) >
mengutamakan kebersamaan kelompok, dapat alpha (0.1=10 persen) maka terima Ho, artinya tidak ada
meningkatkan kepercayaan diantara masyarakat terhadap korelasi antara variabel tingkat partisipasi (tahap evaluasi)
para stakeholder. Adanya kumpulan mingguan dan sistem dan dampak ekonomi. Hubungan antara kedua variabel
tanggung renteng yang berlaku dalam kelompok memberi tersebut tidak signifikan, sehingga semakin tinggi tingkat
peluang bagi mereka untuk lebih merekatkan satu dengan partisipasi anggota kelompok simpan pinjam pada tahap
lainnya. Meskipun demikian, sejauhmana keterlibatan evaluasi, tidak behubungan dengan peningkatan tingkat
masyarakat dapat membawa dampak bagi kekuatan modal pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat tabungan serta
sosial mereka, juga ditentukan oleh individu masing- taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam.
masing.
Uji keempat dilakukan untuk mengetahui hubungan
Hubungan antara Tingkat Partisipasi Anggota antara variabel tingkat partisipasi pada tahap pelaporan
Kelompok Simpan Pinjam dan Dampak Ekonomi dan dampak ekonomi atau taraf hidup. Berdasarkan hasil
perhitungan dan pengujian, nilai korelasi tidak keluar
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah semakin
karena pada tahap pelaporan nilainya sama (1), jadi
tinggi partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam
diperkirakan, keterlibatan anggota kelompok simpan
penyelenggaraan program CSR, maka semakin kuat taraf
pinjam dalam penyelenggaraan program pada tahap
hidup komunitas perdesaan. Berdasarkan hipotesis
pelaporan tidak memiliki korelasi terhadap kondisi
tersebut, terdapat dua variabel yang akan diukur, yakni
ekonomi anggota kelompok simpan pinjam, meliputi
variabel tingkat partisipasi, yang dalam hal ini tingkat
tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dan variabel
tabungan, dan taraf hidup. Uji terakhir dilakukan untuk
taraf hidup, mencakup komposit, tingkat pendapatan,
mengetahui hubungan antara variabel tingkat partisipasi
tingkat pengeluaran, dan tingkat tabungan. Melalui
pada seluruh tahapan penyelenggaraan program dan
perhitungan statistika dengan uji korelasi rank spearman

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 65
dampak ekonomi. Berdasarkan hasil perhitungan dan bagaimana hubungan antar stakeholder dalam
pengujian hipotesis yang tertera di atas, didapatkan angka penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal
korelasi antara variabel tingkat partisipasi (tahap melalui pembentukan LKMS Kartini:
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap
pelaporan) dan variabel dampak ekonomi adalah sebesar
0.058. Karena p-value (Sig.(2-tailed)) > alpha (0.1=10 Skema di atas menjelaskan bagaimana keterkaitan antar
persen) maka tolak Ho, artinya ada korelasi antara stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaraan LKMS
variabel tingkat partisipasi (tahap evaluasi) dan variabel Kartini. Hubungan dengan garis panah lurus menjelaskan
dampak ekonomi. Sebagai pembanding, dilakukan uji bahwa terdapat hubungan langsung antara kedua
statistik untuk melihat korelasi antara variabel tingkat stakeholder, sedangkan hubungan dengan garis lurus
partisipasi dengan kerangka konsep arnstein dan variabel putus-putus menjelaskan bahwa hubungan antara kedua
taraf hidup. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian stakeholder tersebut tidak secara langsung.
hipotesis yang tertera di atas, didapatkan angka korelasi
sebesar 0.006, yang mana berarti terdapat hubungan yang Hubungan antar stakeholder dalam penyelenggaraan
LKMS Kartini terkait dengan sejauhmana masing-masing
signifikan diantara dua variabel tersebut. Uji statistik yang
stakeholder terlibat atau berpartisipasi dalam setiap
dilakukan dengan kerangka konsep Uphoff maupun
tahapan penyelenggaraan program, baik pada tahapan
Arnstein menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan.
dengan signifikan. Jadi semakin tinggi partisipasi anggota
kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana
program CSR maka semakin kuat taraf hidup komunitas terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil
(redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan
perdesaan.
kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat
Hasil pengolahan data mengenai hubungan antara tingkat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat
partisipasi dengan dampak ekonomi, baik dengan wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam
kerangka konsep Uphoff (1979) maupun konsep Arnstein proses pengambilan keputusan (Arnstein 1986 dalam
(1969) menunjukkan bahwasanya tingkat partisipasi Wicaksono 2010).
anggota kelompok simpan pinjam memiliki hubungan
Aspek-aspek dalam derajat keterlibatan/partisipasi
korelasi yang signifikan terhadap dampak ekonomi. Itu
menentukan tipe partisipasi stakeholder yang dianalisis
artinya bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi anggota
menggunakan konsep Tangga Partisipasi Arnstein. Di
kelompok simpan pinjam, maka semakin tinggi pula
dampak ekonomi yang akan diperoleh oleh anggota bawah ini adalah matriks keterlibatan/partisipasi
kelompok simpan pinjam. Meskipun demikian, hasil Stakeholder pada setiap tahapan berikut tipe partisipasi
yang dianalisis menggunakan Tangga Partisipasi
pengolahan data juga menunjukkan bahwasanya
Arnstein.
hubungan antara tingkat partisipasi pada setiap tahapan,
yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
pelaporan, masing-masing tidak memiliki korelasi positif
dengan dampak ekonomi. Itu artinya, dalam melihat
hubungan antara tingkat partisipasi dengan dampak
ekonomi tidak dapat dipisahkan secara parsial tiap-tiap
tahapan penyelenggaraan program. Suatu program akan
memiliki dampak yang lebih nyata, ketika setiap
stakeholder berpartisipasi pada setiap tahapan
penyelenggaraan.
Analisis dan Sintesis Partisipasi Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas
Perdesaan
Perusahaan Geothermal tidak berjalan sendiri dalam
menyelenggarakan program pemberdayaan ekonomi lokal
melalui pembentukan LKMS Kartini, melainkan
menggandeng mitra yakni Permodalan Nasional Madani,
sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang
konsultan ekonomi. Antara Perusahaan Geothermal
dengan mitranya membentuk kesepakatan kerjasama dan
kemitraan dalam pelaksanaan program ini. Masyarakat
juga terlibat dalam penyelenggaraan LKMS Kartini, baik
yang tergolong sebagai pengurus LKMS Kartini, maupun
sebagai anggota LKMS Kartini (anggota kelompok ibu-
ibu simpan pinjam). Pemerintah Desa dan Kecamatan
juga memiliki keterlibatan dalam penyelenggaraan LKMS
Kartini beserta Dinas Koperasi sebagai representasi dari
pemerintah. Berikut adalah skema yang menjelaskan

66 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
yang lebih tinggi dibanding masyarakat dari sektor farm.
Analisis juga dilakukan dengan kerangka konsep Arnstein
(1969) dimana hasil frekuensi dan penghitungan skor
menunjukkan bahwasanya sebagian besar anggota
kelompok simpan pinjam berpartisipasi hingga tingkat
tokenism, atau dalam hal ini hingga tipe pemberitahuan
dan konsultasi. Dalam hal ini, anggota kelompok simpan
pinjam hanya diarahkan untuk menerima informasi
melalui sosialisasi dan jikalau ada saran, hanya sekedar
didengar atau diterima, namun tidak untuk dilaksanakan.
Oleh karena itu, keterlibatan anggota kelompok simpan
pinjam di Desa Cihamerang tergolong rendah menuju
sedang dengan tingkat kekuasaan pada level tokenism,
yakni berorientasi pada justifikasi masyarakat agar
mengiyakan segala sesuatu yang telah dirancang sehingga
anggota kelompok simpan pinjam tidak memiliki kontrol
untuk mengambil keputusan.
Sejauhmana program pemberdayaan ekonomi lokal
melalui penyelenggaraan LKMS Kartini dapat
berimplikasi dan berkontribusi terhadap seluruh
stakeholder, khususnya anggota kelompok simpan
pinjam, adalah ketika dapat dilihat dampak dari
penyelenggaraan program, baik dari sisi ekonomi maupun
sosial. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana
hubungan atau korelasi antara tingkat partisipasi atau
Masing-masing stakeholder memiliki derajat partisipasi tingkat keterlibatan stakeholder, khususnya anggota
yang berbeda-beda dalam penyelenggaraan LKMS kelompok simpan pinjam, pada setiap tahapan
Kartini. Tingkat partisipasi tertinggi terletak pada penyelenggaraan program terhadap dampak sosial dan
perusahaan geothermal, mitra perusahaan, dan pengurus dampak ekonomi program yang mereka peroleh. Dampak
koperasi, tingkat partisipasi sedang terletak pada anggota sosial didefinisikan sebagai perubahan yang dirasakan
kelompok simpan pinjam, dan tingkat partisipasi rendah oleh anggota kelompok simpan pinjam setelah terlibat
terdapat pada pemerintah desa dan kecamatan, serta Dinas dalam penyelenggaraan program pada variabel
Koperasi. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kepercayaan (trust), variabel kerjasama (cooperation), dan
sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat, khususnya variabel jejaring (networking). Hasil pengolahan data baik
anggota kelompok simpan pinjam terhadap dengan kerangka konsep partisipasi menurut Uphoff
penyelenggaraan program. (1979), maupun Arnstein (1969), menunjukkan bahwa
diperoleh hubungan antara variabel tingkat partisipasi
Variabel Tingkat Partisipasi diukur berdasarkan intensitas
dengan dampak sosial yang signifikan. Hal tersebut
keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam berikut
menunjukkan bahwa partisipasi anggota kelompok
sejauhmana peran dan fungsi anggota kelompok simpan
simpan pinjam secara keseluruhan dalam
pinjam, tingkat pelibatan anggota kelompok simpan
penyelenggaraan program berhubungan dengan kekuatan
pinjam dalam pengambilan keputusan dalam program
modal sosial dalam masyarakat tersebut. Uji korelasi
juga dijadikan dasar dalam menganalisis tingkat
antara variabel tingkat partisipasi pada setiap tahapan
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam terhadap
dengan dampak sosial menunjukkan bahwasanya tingkat
kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang
partisipasi pada tahap pelaksanaan dan evaluasi
dilaksanakannya, baik pada tahap perencanaan, tahap
menunjukkan hubungan korelasi sehingga dalam hal ini
pelaksanaan, tahap evaluasi, maupun tahap pelaporan.
keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam pada
Dalam penelitian ini, anggota kelompok simpan pinjam
pelaksanaan program mempengaruhi kekuatan modal
dikategorikan berdasarkan tipe mata pencahariannya
sosial mereka. Pada tahap perencanaan dan pelaporan,
menjadi empat kategori sosial, yakni farm/pengusaha,
kedua variabel tersebut tidak berkorelasi, sehingga itu
non-farm/pengusaha, farm/buruh, dan non-farm/buruh.
artinya partisipasi anggota kelompok simpan pinjam pada
Analisis frekuensi skor tingkat partisipasi dengan
tahapan tersebut tidak berpengaruh pada kekuatan modal
kerangka konsep Uphoff (1979) Menunjukkan
sosial. Penyelenggaraan LKMS Kartini memberi dampak
bahwasanya kategori sosial 4 yaitu kategori sosial non-
pada modal sosial anggota kelompok simpan pinjam
farm/buruh memiliki keterlibatan paling tinggi dalam
ketika selisih nilai antara anggota kelompok simpan
penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal
pinjam dan non-anggota kelompok simpan pinjam, namun
melalui kegiatan simpan pinjam koperasi, sedangkan
tidak semua kategori sosial anggota kelompok simpan
kategori sosial 3 yaitu kategori sosial farm/buruh
pinjam memperoleh dampak sosial. Hal tersebut
memiliki keterlibatan yang paling rendah dalam
dijelaskan melalui hasil penelitian bahwasanya anggota
partisipasi terhadap program. Kategori sosial 1 dan
kelompok simpan pinjam kategori non-farm/pengusaha
Kategori sosial 2 cenderung memiliki tingkat partisipasi
memiliki nilai selisih negatif, dimana itu artinya
yang sedang. Masyarakat dari sektor mata pencaharian
keterlibatannya dalam penyelenggaraan program
non-farm memiliki kecenderungan keterlibatan/partisipasi

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 67
pemberdayaan ekonomi lokal melalui kelompok simpan tahapan penyelenggaraan. Partisipasi atau keterlibatan
pinjam tidak memberi dampak positif. Namun, untuk tiga anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan
kategori sosial lain, yakni farm/pengusaha, farm/buruh, program pemberdayaan ekonomi lokal melalui kegiatan
non-farm/buruh memiliki nilai selisih positif. Itu artinya simpan pinjam LKMS Kartini memberi dampak pada
keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam pada tingkat ekonomi anggota kelompok simpan pinjam..
kategori tersebut dalam penyelenggaraan program Kategori sosial non-farm/Buruh memiliki tingkat
dimungkinkan memberikan dampak positif bagi kekuatan partisipasi yang paling tinggi diantara kategori sosial
modal sosial anggota kelompok simpan pinjam.Sejalan yang lain. Hal tersebut ternyata diiringi dengan dampak
dengan pembuktian terhadap hipotesis pertama, hasil sosial ekonomi yang diperoleh kategori sosial tersebut,
pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dimana tingkat pastisipasi masyarakat dari kategori sosial
anggota kelompok simpan pinjam, baik dengan kerangka non-farm/buruh memberi dampak positif pada taraf hidup,
konsep partisipasi menurut Uphoff (1979) dan Arnstein tingkat pendapatan, kekuatan modal sosial. Kategori
(1969), memiliki hubungan korelasi yang signifikan sosial anggota kelompok simpan pinjam farm/buruh
terhadap dampak ekonomi. Itu artinya bahwa semakin memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara
tinggi tingkat partisipasi anggota kelompok simpan kategori sosial yang lain. Keikutsertaan anggota
pinjam, maka semakin tinggi pula dampak ekonomi yang kelompok simpan pinjam kategori sosial tersebut sejalan
akan diperoleh oleh anggota kelompok simpan pinjam. dengan kondisi taraf hidup karena tidak ada nilai
peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan
Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwasanya
simpan pinjam. Meskipun demikian, tingkat partisipasi
hubungan antara tingkat partisipasi pada setiap tahapan,
masyarakat dengan kategori sosial tersebut memiliki
yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
hubungan terhadap tingkat pendapatan, tingkat tabungan,
pelaporan, masing-masing tidak memiliki korelasi positif
dan kekuatan modal sosial. Untuk kategori Non-
dengan dampak ekonomi. Itu artinya, dalam melihat
farm/pengusaha, dan farm/pengusaha, tingkat partisipasi
hubungan antara tingkat partisipasi dengan dampak
mereka tergolong sedang, namun data menunjukkan
ekonomi tidak dapat dipisahkan secara parsial tiap-tiap
bahwa keterlibatan pada kategori sosial tersebut tidak
tahapan penyelenggaraan program. Keterlibatan anggota
diikuti oleh peningkatan tingkat pendapatan, tingkat
kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan belum
tabungan serta kekuatan modal sosial, kecuali untuk
tentu menentukan peningkatan taraf hidup anggota
variabel taraf hidup, karena data menunjukkan bahwa
kelompok simpan pinjam pada semua kategori karena
terdapat peningkatan taraf hidup pada kategori Non-
hasil penelitian menunjukkan bahwa Kategori sosial non-
farm/pengusaha. Dengan memandirikan masyarakat
farm/pengusaha dan non-farm/buruh memiliki dampak
melalui penyelenggaraan program pemberdayaan
positif dalam taraf hidup terhadap penyelenggaraan
ekonomi lokal maka masyarakat dapat secara mandiri
LKMS Kartini, sedangkan dampak taraf hidup negatif
mengembangkan perekonomiannya di tingkat rumah
dapat dilihat pada kategori sosial farm/pengusaha dan
tangga dan tidak perlu bergantung terus kepada
farm/buruh, tidak semua kategori sosial memperoleh
Perusahaan Geothermal.
dampak positif dalam tingkat pendapatan terhadap
penyelenggaraan LKMS Kartini, dapat dilihat bahwa PENUTUP
keterlibatan dalam program ini tidak memberikan dampak
Kesimpulan
bagi pendapatan anggota kelompok simpan pinjam dari
kategori sosial farm/pengusaha dan non-farm/pengusaha, Penyelenggaraan LKMS Kartini merupakan salah satu
sedangkan anggota kelompok simpan pinjam dari kategori wujud penyelenggaraan program CSR Perusahaan
sosial farm/buruh dan non-farm/buruh memperoleh Geothermal yang berfokus pada area pemberdayaan
dampak bagi pendapatan rumah tangganya. Aspek tingkat ekonomi lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan memiliki keterkaitan yang erat dengan aspek tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam di
tingkat pengeluaran. Sebuah rumah tangga dengan tingkat Desa Cihamerang dalam penyelenggaraan program
pendapatan yang tinggi namun pengeluaran juga tinggi, pemberdayaan ekonomi lokal berhubungan dengan
bahkan defisit, tidak lebih baik dibandingkan rumah dampak sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga jika
tangga dengan tingkat pendapatan yang rendah namun partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam
pengeluaran juga rendah. Dari keempat kategori sosial, penyelenggaraan program tinggi, maka dampak sosial dan
seluruhnya memiliki nilai delta yang positif dalam aspek ekonomi juga akan tinggi. Sejauhmana dampak sosial
tingkat pengeluaran. Antara aspek tingkat pendapatan ekonomi diperoleh anggota kelompok simpan pinjam juga
dan tingkat pengeluaran, memiliki keterkaitan dengan ditentukan oleh partisipasi dari stakeholder lain yang
aspek tabungan/saving. Anggota kelompok simpan terkait. Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang
pinjam dengan kategori sosial farm/pengusaha, non- ada, masyarakat dengan kategori sosial farm/buruh
farm/pengusaha, farm/buruh memiliki dampak positif memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara
terhadap tingkat tabungan rumah tangga. Keterlibatan kategori sosial yang lain. Keikutsertaan anggota
anggota kelompok simpan pinjam dalam kelompok kelompok simpan pinjam kategori sosial tersebut, sejalan
simpan pinjam membuat kategori masyarakat tersebut dengan kondisi taraf hidup anggota kelompok simpan
dapat mengatur keuangan rumah tangga mereka, dan pinjam karena tidak ada nilai peningkatan taraf hidup
berpikir progressive dengan menyisakan sebagian setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam. Meskipun
pendapatan untuk masa depan. demikian, tingkat partisipasi pada kategori sosial tersebut
memiliki hubungan terhadap tingkat pendapatan, tingkat
Suatu program akan memiliki dampak yang lebih nyata,
tabungan, dan kekuatan modal sosial. Untuk kategori
ketika setiap stakeholder berpartisipasi pada setiap
68 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan
anggota kelompok simpan pinjam non-farm/pengusaha, Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia.
dan farm/pengusaha tingkat partisipasi mereka tergolong Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
sedang, namun data menunjukkan bahwa keterlibatan
Anonim, 2008. Annual Report Perusahaan Geothermal.
masyarakat pada kategori sosial tersebut tidak diikuti oleh
Jakarta: Perusahaan Geothermal.
peningkatan tingkat pendapatan, tingkat tabungan serta
kekuatan modal sosial, kecuali untuk variabel taraf hidup, Anonim, 2009. Annual Report Perusahaan Geothermal.
karena data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Jakarta: Perusahaan Geothermal.
taraf hidup pada masyarakat kategori non-
Arnstein, Sherry R. 1969. A Ladder Warga Negara
farm/pengusaha.
Partisipasi. http://lithgow-schmidt.dk/sherry-
Penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal arnstein/ladder-of-citizen-participation.html
secara langsung dan langsung membawa dampak pada diakses pada 26 Januari 2011.
kondisi sosial ekonomi anggota kelompok simpan pinjam
pada khususnya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh Dahlsrud, Alexander. How Corporate Social
sejauhmana anggota kelompok simpan pinjam turut Responsibility is Defined: an Analysis of 37
Definitions. Corporate Social Responsibility and
berpartisipasi dalam penyelenggaraannya. Dalam hal ini,
Environmental Management, Volume 15, 2008,
tingkat keterlibatan masing-masing stakeholder memiliki
hal. 1-13. www.interscience.wiley.com DOI:
tingkatan yang berbeda-beda. Pada pelaksanaannya,
10.1002/csr.132.
penyelenggaraan program ini didominasi oleh peran dan
fungsi Perusahaan Geothermal sebagai penyandang dana Djohan, Robby. 2007. Lead to togetherness. Fund Asia
sekaligus pengambil keputusan pada awal pendirian. Eduaction. Jakarta.
Stakeholder lain memiliki derajat keterlibatan yang
rendah dengan peran dan fungsi yang berbeda. Dragicevic, Damir dkk. Reporting on Community
Masyarakat, yang dalam hal ini seharusnya secara aktif Impacts: A survey conducted by the Global
terlibat sebagai subjek dalam program, belum sepenuhnya Reporting Initiative.Global Reporting Initiative,
terlibat sebagaimana mestinya. Begitu pun dengan pihak 2008.
pemerintah lokal yang seharusnya dapat turut Kriyantono, Rahmat. 2009. Teknik Praktis Riset
berpartisipasi dalam mendukung penyelenggaraan Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group
program, sejauh ini tidak terlibat secara langsung.
Dominansi keterlibatan pihak swasta dalam Lakin, Nick dan Veronica Scheubel.Corporate
penyelenggaraan program mempengaruhi sejauhmana Community Involvement: The Definitive Guide to
program pemberdayaan berlangsung. Sejauhmana Maximizing Your Business Societal Engagement.
partisipasi anggota kelompok simpan pinjam Greenleaf Publishing, 2010.
berhubungan dengan dampak sosial ekonomi yang Lee, Min-Dong Paul. A Review of the Theories of
diperoleh juga dipengaruhi oleh faktor keterlibatan Corporate Social Responsibility:Its Evolutionary
stakeholder lain. Path and the Road Ahead. International Journal of
Saran Management Reviews Doi : 10.1111/j.1468-
2370.2007.00226.xx, 2008. \
Mengacu pada hasil penelitian, maka terdapat beberapa
hal yang dapat dijadikan masukan atau saran, diantaranya: Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan
Masyarakat (Community Development). Bogor:
1. Sebaiknya Perusahaan Geothermal melakukan Institut Pertanian Bogor.
pendekatan partisipatif terhadap masyarakat dan
pemerintah, begitu pun pemerintah dan Nursahid, Fajar. 2006. Tanggung jawab sosial BUMN:
masyarakat terhadap Perusahaan Geothermal Analisis Terhadap Model Kedermawanan Sosial
sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis, Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT
saling mempercayai satu sama lain dan dapat Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia.
membangun kerjasama yang baik. Rahman, Arief. Implementasi Corporate Social
2. LKMS Kartini sebaiknya mulai diarahkan untuk Responsibility sebagai Kenggulan Kompetitif
mengubah orientasi kegiatan yang hanya Perusahaan. Jurnal Sinergi (Kajian Bisnis dan
berfokus pada tingkat pengembalian dalam Manajemen), Volume 6, No. 2, 2004, hal. 37-46.
pembiayaan LKMS, melainkan orientasi perlu Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility:
diarahkan pada sejauhmana pencapaian Antara Teori dan KenyataanYogyakarta: Media
perguliran dana masing rumah tangga dalam Pressindo
pemanfaatan modal usaha.
Pemerintah Desa Cihamerang. 2010. “Profil Desa
3. Kebijakan pemerintah lokal dapat disinergikan Cihamerang”. Kecamatan Kabandungan.
dengan keberadaan perusahaan, sehingga Kabupaten Sukabumi.
penyelenggaraan program yang berkaitan dengan
pengembangan masyarakat tidak tumpang tindih Saidi, Zaim dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan
dan secara penuh melibatkan stakeholder terkait :Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia Survei
226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta Selatan:
DAFTAR PUSTAKA Piramedia.

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 5, No. 1 2011 | 69
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia
Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif “Suatu
Perkenalan”. Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu
sosial untuk laboratorium Sosiologi, Antropologi
dan Kependudukan Jurusan Ilmu sosial dan
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Soemanto, Bakdi dkk. 2007.Sustainable Corporate :
Implikasi Hubungan Harmonis Perusahaan dan
Masyarakat.Gresik: PT Semen Gresik (Persero).
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Masyarakat “Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial”. Bandung :PT Refika Aditama.
Sukada, Sonny dkk. 2007.Membumikan Bisnis
Berkelanjutan. Jakarta: Indonesia Business Links.
Uphoff, NT.,Cohen, JM., dan Goldsmith, AA. Rural
Development Committee: Feasibility and
Application of Rural Development Participation:
A. State-of-the-Arth Paper. New York: Cornell
University.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi
CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik:
Fascho Publishing.
Wicaksono, Mohammad Arya. 2010. Analisis Tingkat
Partisipasi Warga Dalam Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Studi Kasus: PT Isuzu Astra Motor
Indonesia Assy Plant Pondok Ungu). Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Program Studi Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.

70 | Rosyida, Isma. et. al. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan

You might also like