You are on page 1of 3

‫‪Bab Jujur Kitab Riyadhush Shalihin‬‬

‫‪Hadits 4-5‬‬
‫الرابع‪ :‬عن أبي ثابت‪ ،‬وقيل‪ :‬أبي سعيد‪ ،‬وقيل‪ :‬أبي الوليد‪ ،‬سهل ابن ُح َنيْفٍ َو ُه َو بدر ٌّ‬
‫ي‬
‫سأ َ َل هللاَ تَعَالَى ال َّ‬
‫ش َهادَة َ‬ ‫ي ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪ -‬قَا َل‪َ « :‬م ْن َ‬ ‫أن النَّب ّ‬
‫(‪ )1‬رضي هللا عنه‪َّ :‬‬
‫علَى فِ َرا ِش ِه»‪ )2( .‬رواه مسلم‪)3( .‬‬ ‫ات َ‬‫اء َو ِإ ْن َم َ‬
‫ش َهدَ ِ‬ ‫ق بَلَّغَهُ َمن ِ‬
‫َاز َل ال ُّ‬ ‫ص ْد ٍ‬
‫ِب ِ‬
‫‪“Siapa yang dengan jujur meminta kepada Allah untuk mati syahid, maka Allah akan‬‬
‫‪mengangkat derajatnya seperti derajat orang yang mati syahid, meskipun nantinya‬‬
‫‪dia akan mati di ranjang.” (HR. Muslim 5039, dan Ibnu Majah 2797).‬‬

‫‪Pelajaran yang dapat diambil:‬‬

‫‪1. Hati yang jujur adalah sebab tercapainya tujuan. Siapa yang berniat untuk suatu‬‬
‫‪amal kebaikan, ia mendapatkan pahalanya meski tidak mampu melakukan atau‬‬
‫‪belum menyelesaikannya secara sempurna.‬‬

‫‪2. Meminta kesyahidan dan ikhlas dalam permintaan tsb merupakan amal yang‬‬
‫‪dicintai. Seorang hamba akan mencapai derajat tersebut jika mengharapkannya‬‬
‫‪secara jujur‬‬

‫سو ُل هللا ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم‪:‬‬ ‫الخامس‪ :‬عن أبي هريرة َ ‪ -‬رضي هللا عنه ‪ -‬قَا َل‪ :‬قَا َل َر ُ‬
‫علَيْه ْم ‪ -‬فَقَا َل ِلقَوم ِه‪ :‬ال َيتْبَ َع ِنّي َر ُج ٌل َملَ َك‬ ‫سالَ ُمهُ َ‬ ‫صلَ َواتُ هللاِ َو َ‬ ‫ياء ‪َ -‬‬ ‫ي ِمنَ األ ْن ِب ِ‬ ‫«غَزَ ا نب ٌّ‬
‫سقُوفَ َها‪،‬‬ ‫ض َع (‪ْ )1‬ام َرأ ٍة َو ُه َو يُريد ُ أ َ ْن َي ْب ِني ِب َها َو َل َّما َيب ِْن ِب َها‪َ ،‬وال أ َحد ٌ َبنَى بُيُوتًا لَ ْم َي ْرفَ ْع ُ‬ ‫بُ ْ‬
‫صالةَ‬ ‫ت َو ُه َو َي ْنتَ ِظ ُر أَ ْوالدَها (‪ .)2‬فَغَزا فَدَنَا ِمنَ القَ ْر َي ِة َ‬ ‫َوال أ َحد ٌ ا ْشت َ َرى َغنَ ًما أ َ ْو َخ ِلفَا ٍ‬
‫علَ ْينَا‪،‬‬ ‫ور‪ ،‬اللَّ ُه َّم ْ‬
‫اح ِب ْس َها َ‬ ‫ورة ٌ َوأنَا َمأ ُم ٌ‬ ‫ش ْم ِس‪ِ :‬إنَّ ِك َمأ ُم َ‬ ‫ص ِر أ َ ْو قَريبًا ِم ْن ذ ِل َك‪ ،‬فَقَا َل ِلل َّ‬ ‫ال َع ْ‬
‫ار ‪ِ -‬لتَأ ُكلَ َها (‪ )4‬فَلَ ْم‬ ‫اءت ‪ -‬يعني النَّ َ‬ ‫علَي ِه‪ ،‬فَ َج َم َع الغَنَا ِئ َم َف َج ْ‬ ‫ت (‪َ )3‬حتَّى فَتَ َح هللاُ َ‬ ‫س ْ‬‫فَ ُح ِب َ‬
‫ت (‪َ )6‬يدَ َر ُج ٍل‬ ‫وال (‪ ،)5‬فَ ْليُباي ْعنِي ِم ْن ُك ِّل قَ ِبيلَ ٍة َر ُجلٌ‪ ،‬فَلَ ِزقَ ْ‬ ‫غل ُ ً‬ ‫إن فِي ُك ْم ُ‬ ‫تَط َع ْمها‪ ،‬فَقَا َل‪َّ :‬‬
‫ِب َي ِد ِه فَقَا َل‪ :‬فِي ُك ُم الغُلُو ُل فَلت ُ َبا ِي ْعنِي َق ِبيلت َ َك‪ ،‬فَلَزقَت َيد ُ َر ُجلَين أو ثَالَثة بيده‪ ،‬فقال‪ :‬فيكم‬
‫ار َفأ َكلَتْها‪ .‬فَلَ ْم‬
‫ض َع َها فَ َجا َءت النَّ ُ‬ ‫ب‪ ،‬فَ َو َ‬ ‫أس َبقَ َرةٍ ِمنَ الذَّ َه ِ‬ ‫الغُلُو َل‪ ،‬فَ َجاؤُوا ِب َرأْس مث ِل َر ِ‬
‫ض ْعفَنا َو َع ْجزَ نَا فَأ َحلَّ َها لَنَا»‪ُ .‬متَّفَ ٌق‬‫تَح َّل الغَنَائِ ُم أل َح ٍد قَ ْب َلنَا‪ ،‬ث ُ َّم أ َح َّل هللا لَنَا الغَنَائِ َم َل َّما َرأَى َ‬
‫علَي ِه‪)7( .‬‬ ‫َ‬
‫الحامل‪.‬‬
‫ِ‬ ‫الالم‪ :‬جمع ِخلفة وهي الناقة‬ ‫«ال َخ ِلفَاتُ » بفتحِ الخ ِ‬
‫َاء المعجمة وكسر ِ‬
‫__________‬
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Suatu ketika, seorang Nabi (Yusya bin Nun Alaihi Salam) berperang, kemudian ia
berkata kepada kaumnya, ‘Janganlah ikut serta dalam peperanganku ini seseorang
lelaki yang baru saja menikah dan ia hendak berhubungan dengan istrinya itu, jangan
pula ikut serta dalam peperangan ini seorang yang tengah membangun rumah dan
belum mengangkat atapnya, jangan pula seseorang yang membeli kambing atau onta
yang sedang bunting tua yang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu’.”
“Lantas sang Nabi berangkat perang. Ketika ia telah dekat dengan sebuah desa pada
waktu shalat ashar atau sudah dekat dengan itu, ia berkata kepada matahari,
‘Sesungguhnya engkau diperintahkan dan saya pun juga diperintahkan.
Ya Allah! Tahanlah jalan matahari itu di atas kami.’
Kemudian matahari itu tertahan (tertunda dari waktu terbenamnya) sehingga
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemenangan kepada sang Nabi.
Kemudian ia mengumpulkan banyak harta rampasan. Kemudian datanglah api untuk
membakar harta rampasan tadi, tetapi api tersebut enggan membakarnya. Sang Nabi
berkata, ‘Sesungguhnya di antara kalian semua itu ada yang mencuri harta rampasan.
Oleh karena itu, hendaklah dari setiap kabilah ada satu orang yang berbaiat padaku.
Lalu ada seorang lelaki yang tangannya melekat dengan tangan Nabi tersebut. Lalu
sang Nabi berkata, lagi, ‘Sesungguhnya di kalangan kabilahmu ada yang mencuri
harta rampasan. Oleh sebab itu, hendaklah setiap orang dari kabilahmu berbaiat
kepadaku.’ Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya lekat dengan tangan
sang Nabi, lalu beliau berkata pula, ‘Di kalangan kabilahmu ada yang mencuri harta
rampasan.’ Mereka lalu menyerahkan sebongkah emas sebesar kepala lembu, lalu
mereka meletakkan benda tersebut, kemudian datanglah api yang langsung
melalapnya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkan harta rampasan
tersebut untuk kita. Dia mengetahui betapa lemahnya diri kita. Oleh sebab itu,
Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkannya untuk kita.” (Muttafaq alaih).

Pelajaran yang dapat diambil:

1. Kecintaan terhadap dunia memunculkan sifat takut mati. Oleh karena itu Yusya bin
Nun melarang kaumnya yang memiliki beberapa kondisi di atas untuk mengikuti
peperangan. Karena yang memiliki kondisi tersebut akan terikat hatinya sehingga
lemah tekadnya dalam jihad dan mencari kesyahidan.

2. Disenanginya memenuhi kebutuhan duniawi para mujahid. Agar mereka dapat


totalitas berjihad.

3. Perintah untuk makhluk “mati” berupa paksaan, sedangkan bagi makhluk berakal
berupa taklif.

4. Adanya mukjizat para Nabi.

5. Di antara keistimewaan ummat ini ialah aibnya tidak diungkap oleh Allah Ta’ala.

6. Hukuman bagi sekelompok orang karena kelakuan orang jahil di antara mereka.
Referensi : Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhus Shalihin; Sumber hadits: konsultasi syariah, aslibumiayu

You might also like