Professional Documents
Culture Documents
goo.gl/PbDtAE
Sejak semester ganjil 2016/2017 pembelajaran Konsep Dasar Kimia mengikuti kurikulum
berorientasi KKNI. Hal ini berarti capaian pembelajaran mata kuliah ini setara dengan
kerangka kualifikasi nasional pada level 6. Selain itu, perubahan juga terjadi pada rangkaian
perangkat pembelajaran mulai dari disusunnya Rancangan Perkuliahan Semester (RPS),
Rancangan Perkuliahan Mingguan (RPM) dan keharusan adanya enam macam tugas, yaitu:
Tugas rutin, critical book report (CBR), Journal Review (JR), riset mini, rekayasa ide dan tugas
proyek.
Bahan ajar Konsep Dasar Kimia terdiri atas 7 materi pokok:
1. Stoikiometri
2. Struktur Atom
3. Sistem Periodik Unsur
4. Ikatan Kimia
5. Bentuk Molekul
6. Termodinamika
7. Kinetika Kimia
goo.gl/PbDtAE
Senyawa I, Massa A : B = 50 : 50 = 1 : 1
Senyawa II, Massa A : B = 60 : 40 = 3 : 2
Jika massa A dibuat tetap, maka perbandingan massa B pada senyawa I dan II adalah 3:2.
Perbandingan 3:2 adalah bilangan bulat dan sederhana.
Contoh: Jika 1 gram unsur H direaksikan dengan 10 gram unsur O. Massa unsur H yang
bereaksi adalah 1 gram, sementara unsur O yang bereaksi adalah 8 gram (unsur O bersisa
2 gram) dan air yang terbentuk adalah 9 gram. Massa zat sebelum reaksi adalah massa
Contoh Soal 1:
Suatu perusahaan pertambangan menghasilkan batu galian yang mengandung 11% berat
Cu2S. Sedangkan Cu2S tersebut mengandung 79,86% berat Cu. Berapa ton batu galian
dibutuhkan untuk memproduksi 600 ton logam campuran (alloy) yang mengandung 90%
berat Cu?
Pembahasan: (Aplikasi hukum Dalton)
Mencari perbandingan massa batu galian dengan Cu, disamakan massa Cu2S
Batu galian : Cu2S = 100 : 11 x 100
Cu2S : Cu = 100 : 79,86 x 11
Batu galian : Cu = 10.000 : 878,46
Mencari perbandingan massa batu galian dengan alloy, disamakan massa Cu
Batu galian : Cu = 10.000 : 878,46 x 90
Cu : alloy = 90 : 100 x 878,46
Batu galian : alloy = 900.000 : 87.846
𝟗𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Jika massa alloy = 600 ton, massa batuan galian = 𝒙𝟔𝟎𝟎 𝒕𝒐𝒏 = 𝟔𝟏𝟒𝟕, 𝟏𝟐 𝒕𝒐𝒏
𝟖𝟕.𝟖𝟒𝟔
Contoh Soal 2:
Copperas merupakan campuran yang mengandung FeSO47H2O (Mr = 274,0) sebagai bahan
penghasil besi. Bila 1 g copperas dilarutkan dalam air dan ke dalamnya ditambahkan larutan
NH3 sehingga semua besi diubah menjadi Fe(OH)3. Fe(OH)3 yang telah disaring dipanaskan
maka didapatkan Fe2O3 (Mr = 159,7) seberat 0,2671 g. Hitunglah kadar FeSO4 7H2O dalam
copperas tersebut!
dimana v1 dan v2 adalah kecepatan difusi gas 1 dan gas 2, d1 dan d2 adalah kerapatan gas
1 dan gas 2.
Karena kerapatan suatu gas sebanding dengan berat molekul (BM)nya, maka:
v1 BM 2
v2 BM 1
Contoh Soal 3:
Satu mol gas N2 memerlukan waktu 30 detik untuk berefusi melalui satu lubang dan satu
mol gas X memerlukan waktu 52 detik untuk berefusi melalui lubang yang sama pada
kondisi yang sama. Tentukan berat molekul gas X tersebut.
Pembahasan: (v 1/t)
tX BM X
tN2 BM N 2
Hukum Charles-Boyle
“Jika gas yang tidak berdisosiasi dengan massa tertentu dipanaskan akan berlaku
pxV
persamaan: tetap ”
T
Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa keadaan suatu gas dipengaruhi oleh tiga
variabel yaitu: Tekanan (p), Volume (V) dan Suhu (T). Tekanan suatu gas akan berbanding
lurus dengan Suhu gas (p T) dan berbanding terbalik dengan Volume gas (p 1/V).
Apabila suatu gas dipanaskan dari T1 menjadi T2 didapat hubungan bahwa:
p1 .V1 p 2 .V2
T1 T2
dimana p1 , V1 dan T1 adalah tekanan, volume dan suhu gas sebelum pemanasan dan p2 ,
V2 dan T2 adalah tekanan, volume dan suhu gas sesudah pemanasan.
Hukum Avogadro
“Bila diukur pada p dan T yang sama, bila volume gas sama akan mengandung jumlah
molekul yang sama”
Misalkan Gas Oksigen dan Nitrogen diukur pada p dan T yang sama, bila volume gas
nitrogen dan oksigen adalah sama, maka jumlah molekul gas oksigen akan sama dengan
jumlah molekul gas nitrogen.
Hukum Gay-Lussac
“Bila diukur pada p dan T yang sama, perbandingan volume gas-gas pereaksi dan hasil
reaksi adalah sebagai bilangan bulat dan sederhana”
Hukum Gay-Lussac-Avogadro
“Pada p dan T tertentu, Gas-gas dengan dengan jumlah molekul tertentu akan mengikuti
persamaan gas ideal”
Persamaan gas ideal adalah pxV nxRxT , dimana n adalah jumlah mol gas. Satu mol gas
memiliki 6,02 x 1023 molekul.
Hukum Dalton
“Tekanan total suatu campuran gas adalah merupakan jumlah tekanan parsial masing-
masing komponennya”
Bila sejumlah gas bercampur dalam suatu ruangan, tekanan total (Pt) gas dinyatakan
dengan persamaan:
n
Pt p p1 p 2 ... p n
i
Contoh Soal 5:
Gas hidrogen yang ditangkap di atas air pada 25 oC tekanan dan volumenya adalah 760,0
mm dan 100 ml. Berapakah volume gas hidrogen tersebut dalam keadaan kering pada 0 oC
dan 760,0 mm?
Pembahasan: (Aplikasi hukum Dalton dan Charles-Boyle)
Gas hidrogen yang ditangkap di atas air pada 25 oC: T2 = 298 K, p2 = (760,0 – 23,6) mm =
736,4 mm, dan V2 = 100 ml.
Gas hidrogen kering pada 0 oC: T1 = 273 K, p1 = 760,0 mm dan V1 dihitung dengan
T . p .V 273 K 736,4 mm
menggunakan rumus: V1 1 2 2 x x 100 ml 88,8 ml
T2 . p1 298 K 760,0 mm
Pembahasan:
Jika gas Cl2 dianggap berperilaku ideal, tekanan gas Cl2 (P) dihitung dengan rumus:
n.R.T 4,32 mol x 0,082 L.atm.mol 1 .K 1 x 311 K
P 44,97 atm
V 2,45 L
Jika gas Cl2 dianggap tidak berperilaku ideal, tekanan gas dihitung dengan menggunakan
persamaan van der Waals. Faktor koreksi untuk tekanan dihitung dengan rumus:
an 2 0,49 atm.L2 .mol 2 x (4,32 mol ) 2
1,52 atm , dan faktor koreksi terhadap volume
V2 (2,45 L) 2
dihitung dengan rumus: nb 4,32 mol x 0,0562 L.mol 1 0,24 L .
( P 1,52) atm x (2,45 0,24) L 4,32 mol x 0,082 L.atm.mol 1 .K 1 x 311 K
P = 48,33 atm
Glukosa: Fruktosa:
H H H OH H H H H H OH O H
H C C C C C C O H C C C C C C H
OH OH OH H OH OH OH OH H OH
Perbedaan rumus struktur senyawa, baik yang sejenis maupun yang berbeda jenis akan
menyebabkan perbedaan sifat-sifat kima/fisika senyawa.
Contoh Soal 7:
Pada pembakaran 37 gram suatu senyawa organik menghasilkan 66 gram CO2 dan 27 gram
H2O
(a). Tentukan rumus empiris senyawa organik tersebut!
(b). Jika Mr senyawa organik = 74, tentukan rumus molekulnya.
Pembahasan:
Misalkan rumus molekul senyawa organik adalah: CxHyOz
Berdasarkan hukum kekekalan massa; massa C dalam CxHyOz = massa C dalam CO2 dan
massa H dalam CxHyOz = massa H dalam H2O
Massa C dalam CO2 = (12/44) x 66 gram = 18 gram
Massa H dalam H2O = (2/18) x 27 gram = 3 gram
Massa O dalam CxHyOz = massa CxHyOz – (massa C + massa H) = 37 – (18 + 3) gram = 16
gram:
Mol C : mol H : mol O = 18/12 : 3/1 : 16/16 = 1,5 : 3 : 1 = 3 : 6 : 2
(a). Rumus Empiris (RE) CxHyOz adalah C3H6O2 Massa Rumus Empiris (Me) = 74
Mr 74
(b). Rumus Molekul (RM) CxHyOz RE. (C 3 H 6 O2 ) C3 H 6 O2
Me 74
dimana %1, %2 dan %n adalah persen isotop 1, 2 dan n; m1, m2 dan mn adalah massa isotop
1, 2 dan n.
Mol (n)
Mol (n) adalah Suatu besaran dalam Ilmu Kimia yang menyatakan banyak partikel dari
suatu zat. Satu mol setiap zat mengandung 6,02 x 1023 partikel. Bilangan 6,02 x 1023 disebut
bilangan Avogadro (). Bila mol zat sama, maka jumlah partikelnya akan sama.
Hubungan antara banyak partikel dengan mol suatu zat dinyatakan dengan rumus:
X n.6,02.10 23
dimana X adalah banyak (jumlah) partikel zat.
Contoh soal 9:
Hitung berapa mL H2SO4 98%w/w ( = 1,8 g/mL, MM = 98 g/mol) yang dibutuhkan untuk
membuat 500 mL larutan H2SO4 0,2 M
Pembahasan:
Molaritas H2SO4 sebelum diencerkan
Reaksi Kimia
Reaksi kimia terdiri dari: Pereaksi (Reaktan) dan Hasil reaksi (produk). Untuk dapat
menuliskan reaksi kimia secara tepat, perlu mengetahui Rumus kimia dan wujud dari
pereaksi maupun hasil reaksinya serta prinsip-prinsip reaksi penggaraman. Reaksi yang
telah dilengkapi koefisien reaksi disebut Persamaan Reaksi. Reaksi kimia dapat ditulis
dalam bentuk Reaksi Molekul dan/atau Reaksi Ionik, sehingga persamaan reaksi dibedakan
atas Persamaan Reaksi Molekul dan Persamaan Reaksi Ionik. Persamaan reaksi ionik dapat
diturunkan langsung dari persamaan molekul reaksi dengan aturan sebagai berikut:
1. Pereaksi atau hasil reaksi berupa; unsur bebas, gas, dan endapan ditulis dalam
bentuk molekul
2. Hasil reaksi sebagai senyawa hipotetik, ditulis dalam bentuk hasil hipotetik
3. Pereaksi atau hasil reaksi yang terionisasi sempurna ditulis dalam bentuk spesi ionik
4. Spesi ionik yang sama pada Pereaksi dan hasil reaksi, harus ditiadakan.
Contoh Soal 14:
Perak klorida (AgCl) adalah termasuk garam yang sukar larut (mengendap) dalam air dan
berwarna putih. Garam tersebut dapat dibuat dari reaksi antara larutan perak nitrat
Pembahasan:
Persamaan reaksi molekul: AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Persamaan reaksi ionik:
Ag+(aq) + NO3-(aq) + Na+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) + Na+(aq) + NO3-(aq)
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
Pembahasan:
Persamaan reaksi molekul:
Zn(s) + H2SO4(aq) ZnSO4(aq) + H2(g)
Persamaan reaksi ionik:
Zn(s) + 2H+(aq) + SO42-(aq) Zn2+(aq) + SO42-(aq) + H2(g)
Zn(s) + 2H+(aq) Zn2+(aq) + H2(g)
Dalam suatu persamaan reaksi, perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan
mol pereaksi yang dapat bereaksi dengan mol zat hasil reaksi yang terbentuk. Bila mol
pereaksi-pereaksi yang direaksikan tidak sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya,
maka salah satu pereaksi akan habis bereaksi (disebut sebagai pereaksi pembatas)
sementara pereaksi yang lain akan bersisa.
Pereaksi Pembatas
Pereaksi yang menjadi pereaksi pembatas adalah pereaksi yang memiliki harga mol dibagi
koefisien reaksi paling kecil dari pada mol dibagi koefisien reaksi pereaksi lainnya. Untuk
mencari mol zat hasil reaksi yang terbentuk, perhitungan dimulai dari pereaksi pembatas.
Reaksi Gas
Bila diukur pada suhu dan tekanan sama, dalam persamaan reaksi gas (pereaksi dan hasil
reaksi sama-sama gas), perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan volume
gas pereaksi yang dapat bereaksi dengan volume gas hasil reaksi yang terbentuk. Bila
perbandingan volume gas pereaksi-pereaksi yang direaksikan tidak sesuai dengan
perbandingan koefisien reaksinya, maka akan terdapat pereaksi pembatas.
Reaksi Campuran
Persamaan reaksi campuran terjadi bila salah satu pereaksi terdiri dari beberapa
komponen pereaksi yang terdapat dalam campuran, dimana masing-masing komponen
tersebut tidak saling bereaksi. Beberapa komponen dalam campuran mungkin akan
bereaksi dengan pereaksi lainnya. Persamaan reaksi masing-masing komponen yang
bereaksi ditulis secara terpisah dan persamaan reaksinya tidak boleh dijumlahkan. Untuk
melihat hubungan perbandingan koefisien reaksi dengan perbandingan mol zat-zat
pereaksi yang bereaksi dengan zat-zat hasil reaksi, mol masing-masing komponen
dimisalkan dengan huruf dan kemudian diselesaikan secara aljabar. Cara yang sama dapat
digunakan untuk pereaksi campuran yang berwujud gas, dimana perbandingan koefisien
reaksi sama dengan perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dengan gas-gas hasil
reaksi.
Pembahasan:
Reaksi pemanasan KClO3:
2 KClO3(s) 2 KCl(s) + 3 O2(g)
p.V 743 torr . 0,185 l
Mol O2 = = = 0,0071 mol
R.T 64,4 l.torr .K 1 .mol 1 x 299 K
Mol KClO3 = 2/3 x 0,0071 mol = 0,0047 mol
Massa KClO3 = 122,55 g.mol-1 x 0,0071 mol = 0,58 g
% KClO3 = 0,58/1,5 x 100 % = 38,67 %
Senyawa I Senyawa II
Senyawa H2O H2O2
Perbandingan massa H : O 1:8 1 : 16
Jika massa H tetap, O I : OII = 8: 16 = 1 : 2
perbandingan massa O
dalam senyawa I dan II Angka 1 dan 2 adalah bilangan bulat
Senyawa I Senyawa II
Senyawa FeO Fe2O3
Perbandingan massa Fe : O ............... ....................
Jika massa Fe tetap, O I : OII = ...: ..... = ... : .....
perbandingan massa O
dalam senyawa I dan II Angka ...... dan ....... adalah bilangan bulat
Hukum Dalton: ..........................................................................................
Keadaan Standar:
STP singkatan dari Standard Temperature and Pressure atau temperatur dan tekanan
standar.
Temperatur standar = 0o C
Tekanan standar = 1 atm
Konsep mol
Mol adalah satuan menyatakan jumlah tertentu zat, molekul atau unsur. Sebagai ilustrasi
kita sudah mengenal istilah lusin, kodi dll.
1 lusin = 12 buah, 12 biji, 12 komponen, bisa juga 12 molekul
1 kodi = 20 lembar
.....
.....
Buat rumus umum yang menghubungkan massa zat (w), Massa molar (MR) atau Berat
atom (MA) dan mol (n)
....................................................................
B. Esai
1. Dengan analisis spektrometri masa ditemukan bahwa perbandingan banyak isotop
atom silikon yang terdapat di alam ialah : 92,23% 28Si, 4,67% 29Si, dan 3,10% 30Si.
Hitunglah bobot atom silikon dari informasi tersebut dan dari masa nuklida!
(Jawab : 28,109)
2. Suatu senyawa organik menurut analisis ternyata mengandung 47,37 % C dan 10,59 %
H. Sisanya diperkirakan O. Bagaimanakah rumus empiris senyawa itu?
(Jawab : C3H8O2)
3. Suatu katalis eksperimental yang digunakan dalam polimerisasi butadiena mengandung
23,3 % Co, 25,3 % Mo, dan 51,4 % Cl. Bagaimanakah rumus empirisnya ? (Jawab :
Co3Mo3Cl11)
4. Berapakah bobot CuO yang diperlukan untuk menghasilkan 200 kg tembaga? (Jawab :
250 kg CuO)
5. Kadar arsen dalam insektisida dilaporkan sebagai 28 % As2O5. Berapa persen arsen
dalam preparat itu ? (Jawab : 18 % As)
Petunjuk:
Bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 mahasiswa.
Hukum kekealan massa dapat ditunjukkan dengan menimbang massa zat sebelum dan
sesudah reaksi berlangsung. Untuk itu dibutuhkan timbangan yang kepakaannya
mencapai 0,001 g.
Pelajarilah apa yang dimaksud dengan kepekaan timbangan.
Adakah alat timbangan di lab yang mempunyai kepekaan seperti itu
bagaimana cara menggunakan alat timbangan tersebut.
TUJUAN PERCOBAAN
...................
TINJAUAN TEORITIS
...........................
HASIL PENGAMATAN
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
PEMBAHASAN
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
KESIMPULAN
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
+ +
Seandainya kita mempunyai stok komponen sepada seperti gambar berikut, maka ada
berapa sepeda yang dapat kita rakit?
+ +
Buatlah contoh rekayasa ide yang saudara temukan sendiri dalam hal yang terkait dengan
pembelajaran stoikiometri. Tidak usah kuatir atas kesederhanaan ide Saudara. Dalam
kesederhanaan mungkin terdapat sesuatu yang dahsyat.
Rubrik penilaian Tugas Rekayasa Ide:
Penilaian Kinerja
Aspek Penilaian
Perlu Perbaikan Kompeten Teladan
Ide/Gagasan Gagasan yang diajukan Gagasan yang diajukan Gagasan yang diajukan
tidak menarik, kurang menarik, aktual, tetapi orisinil, menarik,
aktual, dan tidak kurang bermanfaat. aktual, dan sangat
bermanfaat. bermanfaat.
1 2 3 4 5 6
Konten Penyajian konten tidak Penyajian konten Penyajian konten
jelas, tidak akurat, cukup jelas, akurat, sangat jelas, akurat,
dan/atau tidak cukup dan/atau cukup dan/atau argumen
argumen mendukung argumen mendukung yang kuat mendukung
ide utama; cakupan ide utama; cakupan ide utama; cakupan
konten hanya konten menampilkan konten menampilkan
menampilkan pengetahuan cukup pengetahuan yang
pengetahuan dasar; mendalam; menambah sangat mendalam;
memberikan wawasan
𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑅𝐼 = 𝑥 100%
18
1.11. Tugas Review Jurnal
Cermatilah jurnal berikut ini dan tulislah dalam bahasa sendiri apa isi artikel tersebut.
2.1. Pendahuluan
Struktur atom dalam ilmu kimia sangat penting artinya. Karena dalam struktur
atom akan dipelajari tentang tatanan atom yang merupakan bagian terkecil suatu materi
tersusun atas partikel proton, neutron dan elektron. Dimana partikel-partikel tersebut
menentukan sifat-sifat dari suatu materi.
Dalam perkembangannya banyak teori-teori maupun eksperimen-eksperimen
yang dilakukan oleh para ahli untuk mempelajari ataupun mengetahui tentang struktur
atom ini. Dalam struktur atom ini akan dipelajari mengenai perkembangan teori atom,
partikel dasar penyusun atom, Konfigurasi elektron dan aturan penyusunan konfigurasi
elektron dan bilangan kuantum elektron.
Dengan mempelajari bab ini akan dipahami partikel penyusun atom, bagaimana
elektron terdistribusi disekitar inti atom, bagaimana cara penyusunan konfigurasi
elektron dan penentuan bilangan kuantum elektron.
Teori atom Dalton ini walaupun memiliki kelemahan yaitu pada pernyataan 2 dan 3.
tetapi pada zamannya teori tersebut merupakan terobosan besar dalam perkembangan
ilmu kimia. Akan tetapi kemajuan yang sangat pesat dalam bidang sains pada awal abad
ke 19 membuat para ahli tidak sepenuhnya dapat menerima teori atom Dalton tersebut.
Sinar katoda tidak tampak, hanya melalui pengaruh fluoresensi dari bahan sinar
ini dapat dilacak. Berkas sinar katoda dibelokkan oleh medan magnit. Pembelokkan ini
menunjukkan bahwa sinar katoda bermuatan negatif. Sifat-sifat ini terutama sifat 5
menunjukkan bahwa partikel sinar katoda merupakan partikel dasar setiap materi, yang
sekarang dikenal dengan elektron. Istilah elektron pertama kali dikemukakan oleh Stoney
(1891) sebagai satuan listrik.
b. Proton
Sebelum elektron diidentifikasi, Eugen Goldstein pada tahun 1886 melakukan
serangkaian percobaan dan ia menemukan partikel jenis baru yang disebut sinar kanal
(canal rays) atau sinar positif . Ia menyatakan bahwa suatu fluoresensi nampak pada
permukaan dalam dari suatu tabung sinar katoda di balik katoda yang dilubangi. Ini
Gambar 2.2. Sinar kanal, ion positif bergerak melewati lubang-lubang katoda
Setelah elektron ditemukan para ahli fisika mengerahkan usahanya untuk mencari
partikel dasar yang bermuatan positif. Studi mengenai tabung sinar katoda menyatakan
bahwa banyak jenis partikel dapat terjadi, tergantung pada jenis gas yang digunakan
untuk membilas tabung sebelum penghampaan. Bila gas hidrogen yang digunakan, maka
akan diperoleh partilkel positif terringan. Partikel ini mempunyai angka banding e/m
sebesar 9,5791 x 104 C/g. Muatan partikel ini sama dengan muatan elektron sebesar
1,6022 x10-19 C. Karena bermuatan positif, maka muatan relatifnya adalah +1. Dari angka
banding e/m dan harga e yang telah diketahui diperoleh massa partikel sebesar 1,6726
x 10-24 gram, atau 1836 kali massa elektron. Partikel sub atom yang massanya 1,6726 x
10-24 gram dengan muatan +1 disebut proton.
Moseley menyatakan, bahwa atom hidrogen terdiri dari satu proton, helium dua
proton dan litium tiga proton dalam intinya. Jadi nomor atom pastilah banyaknya proton.
Karena atom bermuatan netral maka jumlah elektron harus sama dengan jumlah elektron
dalam suatu atom.
c. Neutron
Dengan spektrograf massa telah diketahui bahwa isotop hidrogen yang paling
lazim mempunyai massa sebesar 1,0078 sma. Diketahui pula bahwa massa proton dan
elektron masing-masing 1,0073 sma dan 4859 x 10 –8 sma. Massa isotop hidrogen yang
paling lazim dianggap cocok dengan menggambarkan sebuah proton sebagai inti dan
sebuah elektron di luar inti.
Contoh Soal 1:
Berapakah jumlah proton, elektron dan neutron unsur 12Mg24 .
Penyelesaian:
Untuk unsur netral maka nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron
Jumlah proton (p) = 12
Jumlah elektron (e) = 12
Jumlah neutron = Nomor massa – jumlah proton
= 24 – 12 = 12
Contoh Soal 2:
Berapakah jumlah elektron ion Cu2+ yang bernomor atom 29.
Penyelesaian:
Ion Cu2+, berarti atom Cu melepaskan 2 elektron.
Jumlah elektron = 29 – 2 = 27
Contoh Soal 3:
Konfigurasi ion S2- = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6, maka nomor atom S adalah :
Penyelesaian:
Dalam keadaan netral, nomor atom = jumlah elektron.
Ion S2- mempunyai elektron = 18
Maka atom S mempunyai elektron = 18 – 2 = 16
Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan atom Hidrogen dan atom yang mirip
hidrogen, yang terdiri atas inti dan satu elektron. Model atom Bohrn mampu menjelaskan
garis spektrum emisi dan absorpsi dari atom hidrogen dengan menggunakan tingkat
energi pada gambar 4 berikut ini
Contoh Soal 4:
Berapa panjang gelombang elektron yang memiliki massa 9,11 x 10-28 g dan bergerak
mengelilingi inti atom dengan kecepatan 6 x 107 cm/dtk
dimana m adalah massa elektron, V adalah energi potensial sistem sebagai fungsi
koordinat, dan adalah fungsi gelombang.
Contoh Soal 5:
Berapa nilai l yang diijinkan jika n = 3 ?. Berapa banyak orbial yang mungkin jika n=3
Penyelesaian:
a. Harga yang diijinkan untuk l adalah 0 sampai n-1, sehingga jika n=3, maka l adalah:
0 ; 1; 2
b. Harga l menunjukkan bentuk orbital.
Sebagaimana jawaban (a), jika n=3, l berharga : 0 ; 1; 2Masing-masing harga l itu
mempunyai m1 berharga : 0 untuk l=0
+1 ; 0 dan -1 untuk l = 1
+2; +1; 0 ;-1 dan -2 untuk l =2
Jadi jumlah total orbital jika n=3 adalah 9
Contoh Soal 6:
Tentukan nilai keempat bilangan kuantum elektron terakhir dari unsur berikut ini:
a. 6C b. 20Ca
Penyelesaian:
a. 6C = 1s2 2s2 2p2
berdasarkan aturan Hunt maka konfigurasi yang benar :
2 1 3
6C = 1s 2s 2p
Contoh Soal 7:
Suatu atom, elektron terakhirnya menempati n = 3, l = 1, m = 0 dan s = -1/2
Tentukan nomor atom unsur tersebut.
Penyelesaian:
n = 3, l = 1, berarti elektron terletak pada 3p. Elektron 3p. Elektron 3p yang mempunyai
m = 0 dan s = -1/2 terdapat diorbital yang tengah dengan arah ke bawah.
m = 0 dan s = -1/2
Karena pada orbital tersebut sudah ada arah ke bawah, berarti sebelumnya ada arah
elektron ke atas, jadi orbital yang tengah berpasangan dan orbital yang ujung kiri juga
harus berpasangan, sedangkan orbital ujung kanan hanya boleh berisi satu elektron.
3p5
Jadi konfigurasi elektronnya = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Nomor atom = 17
Pengisian elektron pada setiap orbital untuk setiap sub kulit tidaklah sembarangan,
melainkan mengikuti hukum- hukum yang bersifat periodik. Untuk pengisian elektron –
elektron pada setiap orbital berlaku hukum :
a. Aturan Aufbau
Aturan Aufbau menjelaskan bahwa elektron mulai mengisi orbital dari tingkat energi
terendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Urutan pengisian orbital pada setiap sub kulit
adalah sebagai berikut :
1s
2s 2p
3s 3p 3d
4s 4p 4d 4f
5s 5p 5d 5f
6s 6p 6d
7s 7p
Urutan tersebut disusun berdasarkan kenaikan tingkat energi. Jadi salah jika orbital sub
kulit 3d terlebih dahulu diisi baru 4s, karena tingkat energi 3d lebih tinggi dari 4s.
Contoh Soal 8:
Tentukan konfigurasi elektron 19K
Contoh Soal 9:
a. Tuliskan konfigurasi elektron 26Fe
b. Berapakah jumlah elektron untuk tiap kulit.
Penyelesaian:
a. 26Fe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6
b. Kulit 1 (K) = 1s2 = 2
Kulit 2 (L) = 2s2 2p6 = 8
Kulit 3 (M) = 3s2 3p6 3d6= 8
Kulit 4 (N) = 4s2 = 2
Jadi jumlah elektron untuk kulit K L M N = 2, 8, 14, 2
b. Aturan Hunt
Hunt menyatakan bahwa pengisian elektron dalam orbital pada sub kulit (tingkat
energi) yang sama tidak akan berpasangan sebelum semua orbital setingkat diisi oleh
sebuah elektron.
c. Larangan Pauli
Wolfgang Pauli menyatakan bahwa tidak mungkin terdapat dua elektron dalam
satu atom yang memiliki 4 bilangan kuantum yang sama. Dua elektron dapat memiliki
bilangan kuantum utama, bilangan kuantum azimut dan bilangan kuantum magnetik yang
sama, namun bilangan kuantum spinnya akan berbeda. Hal ini terjadi karena arah
perputaran pada sumbu saling berlawanan.
Tabel 2.3. Penulisan susunan elektron pada suatu atom unsur
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat,
maka unsur-unsur yang ditemukan semakin hari semakin banyak. Untuk mengenal,
mempelajari dan memahami unsur-unsur dengan mudah maka perlu dilakukan
pengelompokkan. Oleh karena itu ahli-ahli kimia mengajukan beragam bentuk
pengelompokkan unsur-unsur berdasarkan keteraturan sifat fisika dan sifat kimia unsur-
unsur.
3.2.1 Pengelompokkan Unsur Lavoiser
Antoine Laurent Lavoiser (1789) membagi unsur-unsur terdiri atas 2 kelompok yakni
unsur logam dan unsur non logam. Dalam bukunya Traite Elementaire de Chimie, Lavoiser
mencatat 16 unsur logam dan 7 unsur non logam yang dikenal saat itu, yakni:
1. Unsur Logam terdiri atas:
Tabel 2.2 Tabel Periodik Unsur Menurut Sistem Berkala Unsur Mendeleyev
No Gol. I Gol.II Gol. III Gol. IV Gol. V Gol. VI Gol. VII Gol.VIII
1 H(1)
2 Li(7) Be(9) B(11) C(12) N(14) O(16) F(19)
3 Na(23) Mg(24) Al(27) Si(28) P(31) S(32) Cl(35,5) Fe(56)
Co(59)
Ni(59)
Cu(63)
4 K(39) Ca(40) …(44) Ti(48) V(51) Cr(52) Mn(55) (?)
5 Cu(63) Zn(65) …(68) …(72) As(75) Se(78) Br(80) (?)
6 Rb(85) Sr(87) Yt(88) Zr(90) Nb(94) Mo(96) …(100) Ru(101)
Rh(103)
Pd(106)
Ag(108)
7 Ag(108) Cd(112) In(113) Sn(118) Sb(122) Te(125) I(127) (?)
8 Cs(133) Ba(137) Dy(138) Ce(140) (?) (?) (?) (?)
9 (?) (?) (?) (?) (?) (?) (?) (?)
10 (?) (?) Er(178) La(180) Ta(182) W(184) (?) Os(195)
Ir(197)
Pt(198)
Au(199)
11 Au(199) Hg(200) Ti(204) Pb(207) Bi(208) (?) (?) (?)
12 (?) (?) (?) Th(231) (?) U(240) (?) (?)
Menurut Mendeleyev:
Sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atomnya. Ini disebut Hukum Periodik
Mendeleyev. Meyer dan Mendeleyev menyusun unsur dalam sistem berkala berdasarkan
kenaikan massa atom relatifnya. Tetapi ada beberapa unsur yang posisinya kemudian
ditukar oleh Mendeleyev demi mempertahankan kemiripan sifat. Seperti:
Posisi Te yang memiliki massa atom 127,6 ditukar dengan
posisi I yang memiliki massa atom 126,9. Kemudian
Posisi Co yang memiliki massa atom 58,9 ditukar dengan
posisi Ni yang memiiki massa atom 58,7.
2 Li Be B C N O F Ne
4 K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
5 Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
6 Cs Ba Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
7 Fr Ra Lr Rf Db Sg Bh Hs Mt
LANTANIDA La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ha Er Tm Yb
AKTINIDA Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cr Es Fm Md No
3.3.1 Golongan
Golongan adalah kelompok unsur-unsur dalam Tabel Periodik Unsur Modern yang
tersusun dalam kolom vertikal dari atas ke bawah kecuali golongan Lantanida dan Actinida
yang disusun secara horisontal. Unsur-unsur dalam satu golongan mempunyai sifat-sifat
kimia yang mirip namun sifat fisika maupun kimia unsur tersebut berubah secara periodik.
Dalam Tabel Periodik Unsur Modern terdapat 8 golongan unsur utama, 8 golongan unsur
logam transisi dalam dan 2 golongan unsur logam transisi luar. Golongan unsur utama ini
diberi simbol golangan IA – VIIIA. Sedangkan golongan unsur logam transisi dalam diberi
3.3.2 Perioda
Perioda adalah kelompok unsur-unsur dalam Tabel Periodik Unsur Modern yang tersusun
dalam baris horizontal dari kiri ke kanan.
Unsur-unsur dalam satu perioda memiliki keteraturan perbedaan sifat fisika maupun kimia.
Dalam Tabel Periodik Unsur Modern ada 7 perioda yang diberi nomor 1 – 7.
Contoh:
Contoh:
25Mn konfigurasi elektronnya 1s2 2s2 2p6 2s2 3p6 3d5 4s2
Golongan VII B
Perioda 4
Contoh:
Contoh lainnya:
Sehubungan dengan semakin banyaknya penemuan unsur baru, maka saat ini
berkembang tabel periodik modern yang sedikit berbeda dari tabel periodik unsur modern
Moseley. Tabel periodik unsur tersebut diperkenalkan oleh International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC) sebagaimana ditunjukkan berikut ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 2
1
H He
3 4 5 6 7 8 9 10
2
Li Be B C N O F Ne
11 12 13 14 15 16 17 18
3
Na Mg Al Si P S Cl Ar
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
4
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
5
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
55 56 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
6
Cs Ba Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
87 88 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116
7
Fr Ra Lr Rf Db Sg Bh Hs Mt Ds Uuu Uub Uut Uuq Uup Uuh
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ha Er Tm Yb
89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102
Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cr Es Fm Md No
ra
K=2
L=8
M=2
Pada Tabel 2.5 dirangkum jari-jari atom dalam Tabel Periodik Unsur Modern dalam
golongan maupun perioda.
ra Makin kecil
(Taro Saito terjemahan Ismunandar, 1996)
Contoh persamaannnya:
Mg(g) + I Mg(g)2+ + 2e-
Makin besar jari-jari atom, makin kecil gaya tarik inti terhadap elektron valensi sehingga
makin kecil energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron valensi tersebut dan
sebaliknya.
Afinitas elektron dapat dianggap sebagai energi ionisasi pembentukan ion negative (anion).
Berdasarkan definisinya berarti afinitas elektron adalah selisih energi di antara energi
elektron bebas dan energi kulit terluar. Karena tingkat energi kulit dari kulit terdalam (n =1)
menuju ke kulit luar (n > 1) semakin besar maka:
A >< n kulit, n kulit ra maka A >< ra
7. Unsur X yang memiliki nomor atom 13 terletak satu golongan dengan unsur Z yang
memiliki nomor atom :
A. 30 B. 31 C. 32 D. 33 E. 34
LANGKAH KERJA :
1. Kerjakan masalah pada LK ini secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 –
5 orang.
2. Pelajari setiap masalah pada Lembaran Kerja (LK) kemudian cari informasi baik
melalui Bahan Ajar Konsep Dasar Kimia, Buku Sumber Lainnya, maupun Sumber On
line dari Internet untuk menyelesaikan setiap masalah pada LK.
3. Susun hasil pemecahan masalah dalam bentuk softcopy menggunakan program
Microsoft Office (Power Points, Excel atau Word) sesuai keperluannya!
4. Selanjutnya komunikasikan hasil pemecahan masalah melalui presentasi di depan
kelas.
PETUNJUK :
1. Diketahui: Konfigurasi elektron beberapa ion sebagai berikut:
X2+: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Y3- : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Z3+: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5
Ditanyakan:
a. Tuliskan konfigurasi elektron atom X, Y dan Z
b. Tentukan letak unsur X, Y dan Z tersebut dalam Tabel Periodik Unsur Modern!
2. Diketahui: Atom A terletak pada golongan VIIA perioda 3 sedangkan atom G terletak
pada golongan VIIB perioda 4.
Ditanyakan:
a. Tuliskan konfigurasi elektron atom A dan G
b. Tuliskan konfigurasi elektron ion A- dan G2+
TUJUAN :
Mengasah keterampilan berkreasi membuat alat peraga untuk pembelajaran sistem
periodik unsur
PENTUNJUK UMUM
1. Pelajari cara membuat alat peraga Sistem Periodik Unsur dari buku atau sumber
lainnya.
2. Buat rancangan Alat Peraga Sistem Periodik Unsur dan jelaskan cara pengerjaannya.
3. Setelah dirancang, uji alat peraga dalam penentuan letak unsur utama, transisi dalam
dan transisi luar dalam Tabel Periodik Modern berdasarkan konfigurasi elektronnya.
4. Catat hasil uji coba dan hal-hal yang penting untuk perbaikan alat
5. Lakukan perbaikan alat kalau diperlukan!
6. Selamat mencoba, mudah-mudahan alat hasil kreativitasmu dapat dimanfaatkan dalam
Pembelajaran Materi Sistem Periodik Unsur. Semangat!
Capaian Pembelajaran: Memahami teori ikatan kimia sehingga dapat menentukan ikatan ion
atau ikatan kovalen yang terbentuk pada suatu molekul berdasarkan kepolaran suatu ikatan
Materi terdiri atas atom. Oleh karena kimia mempelajari materi, teori atom
merupakan fondasi logis kimia. Namun, kimia tidak berbasiskan atom saja. Kimia pertama
akan muncul ketika atom bergabung membentuk molekul. Proses yang menjelaskan
bagaimana karakter hubungan atom dengan atom, yakni pembentukan ikatan kimia sangat
berperan dalam perkembangan kimia. Ikatan antar atom antara lain ikatan ionik dan ikatan
kovalen Selain ikatan antar atom dikenal juga ikatan antar molekul seperti ikatan hidrogen
dan ikatan van der waals. Untuk memahami ikatan kimia dengan sebenarnya diperlukan
dukungan mekanika kuantum. Kini mekanika kuantum merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kimia. Jadi mekanika kuantum sangat diperlukan bagi yang ingin
mempelajari betapa pentingnya ikatan kimia.
Na ( 2. 8. 1 ) ....... . .......... Na + ( 2. 8 ) + e
Elektron yang dilepaskan atom natrum ditangkap oleh Cl sehingga atm Cl berubah menjadi
ion Cl - yang mempunyai konfigurasi elektron sama dengan atom argon.
Cl ( 2. 8. 7 ) ......... .......... Cl – ( 2. 8. 8 )
Kedua ion yang dihasilkan akan terikat satu sama lain oleh gaya antaraksi elektrostatik.
Ikatan ion terbentuk jika terjadi reaksi antara atom unsur yang sangat elektropositif (gol. I
A dan II A dan logam – logam lainnya) dengan unsur yang sangat elektronegatif ( gol I A
dan II A dan logam lainnya). Beberapa contoh dari pembentukan ikatan ion dikemukakan
di bawah ini.
Bukti-bukti yang mendukung keberadaan ion positif dan ion negatif dalamsenyawa ion,
dikemukakan berikut ini :
a. Peta kerapatan elektron dari senyawa yang ditentukan oleh analisis sinar X
menunjukkan adanya daerah-daerah bermuatan yang terpisah .
b. Lelehan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini menunjukkan
senyawa ion tersusun dari partikel-partikel bermuatan.
c. Analisis sinar X dari KCl (contoh senyawa ion) memperlihatkan bahwa tiap partikel
mempunyai jumlah elektron sama. Jadi atom kaium (19 elektron) telah memberikan
satu elektronnya kepada atom klor (17 elektron) untuk pembentukan partikel-
partikel yang isoelektrik (mempunyai jumlah elektron sama, yakni K + (18 elektron)
dan Cl – (18 elektron).
d. Dalam reaksi kimia senyawa ion, tampak bahwa ion-ion tidak tergantung pada ion-
ion pasangannya dalam senyawa itu. Misalnya , semua reaksi ion klorida dengan ion
perak dalam pelarut air memberikan endapan putih dari perak klorida, apapun
pasangan ion klorida dan pasangan ion perak dalam larutannya masing-masing.
b. Ikatan kovalen
Teori Kossel tentang ikatan elektrovalen tidak dapat menerangkan ikatan antara
atom-atom identik yang mempunyai susunan elektron sama, seperti dalam molekul H2, Cl2,
O2 dan N2+ disamping itu teori Kossel tak dapat menjelaskan struktur senyawa organik
seperti CH4 dan CCl4 yang tidak mempunyai sifat ion.
Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dan
Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang tidak terjelaskan
oleh teori teori Kossel. Lewis mengajukan cara lain tentang penggabungan atom-atom.
Menurut Lewis atom-atom dapat berikatan dengan cara membentuk pasangan elektron
hasil persekutuan sehingga pasangan elektron tadi menjadi milik kedua atom yang
berikatan. Dengan mekanisme seperti itu kestabilan gas mulia tercapai. Langmuir
menyebut senyawa yang terbentuk dengan cara ikatan yang dikemukakan lewis sebagai
senyawa kovalen. Menurut Lewis persekutuan elektron selalu terjadi dalam pasangan-
pasangan elektrn. Ikatan tunggal terbentuk oleh pasangan elektron. Ikatan rangkap
terbentuk oleh dua pasangan elektron. dan Ikatan rangkap tiga terbentuk oleh tiga
pasangan elektron.
Seperti halnya Kossel, Lewis menganggap penyebab terjadinya ikatan kovalen ialah
kecenderungan atom-atom mencapai konfigurasi elektron atom gas muia yang stabil, yaitu
8 elektron pada kulit terluar (kecuali 2 elektron untuk He). Oeh karena itu teori Lewis
tentang ikatan kovalen disebut teori oktet.
Cara lewis menggambarkan ikatan kovalen ialah menuliskan titik-titik di sekeliling
tanda atom unsur yang berikatan. Tanda atom menunjukkan inti masing-masing atom yang
berikatan. Sedangakan titik-titik menunjukkan elektron –elektron valensi atom tersebut.
Pasangan elektron yang dipakai berikatan dalam notasi lewis digambarkan sebagai suatu
garis. Struktur lewis kadang-kadang disebut ” rumus titik” (dot formula).
Fluor (F2)
Stuktru Lewis bagi atom fluor dengan 7 elektron valensi ialah : .. . . Tiap atom fuor
F
kekurangan 1 elektron untuk mencapai konfigurasi elektron .. atom Ne. Dengan
mempersekutukan satu elektron yang belum berpadangan dari 2 atom fluor diperoleh
molekul F2 dengan struktur Lewis yang digambarkan di bawah ini. Kedua atom Fluor
mencapai kestabilan dengan cara berikatan seperti itu :
F : F atau F- F
Struktur Lerwis untuk atom hidrogen dan klor ialah H dan Cl, dengan cara menyekutukan 1
elektron valensi yang belum berpasangan dari kedua atom tersebut, diperoleh molekul HCl.
H : Cl atau H - Cl
Struktur Lewis untuk atom karbon dan klor ialah C dan Cl . Dengan demikian tiap atom
C dapat membentuk empat pasangan elektron hasil persekutuan dengan 4 atom Cl.
Nitogen (N2)
Tiap atom nitrogen mempunyai struktur Lewis N . Dengan demikian dalam molekul N 2,
harus terdapat tiga pasangan elektron yang dpersekutukan, karena dengan cara itu kedua
atom nitrogen mempunyai struktur elektron valensi sepert atom Neon.
: N ::: N : atau : N = N :
Etena (C2H4)
Rumus molekul etena ialah C2H4. Dua atom C dan empat atom H agar mencapai konfigurasi
elektron atom gas mulia harus menyusun diri seperti digambarkan struktur Lewisnya
berikut ini :
| : O = N – O : |-
dengan memperluasnya untuk molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah
penggunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit terluar
yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom atau
ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu. Teori ini kemudian diperluas menjadi teori
oktet. Teori ini menjelaskan, untuk gas mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit
valensinya disusun seolah mengisi kedelapan pojok kubus (gambar 4.1) sementara untuk
atom lain, beberapa sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan
penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan bersama rusuk
atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami ikatan kimia yang
membentuk molekul hidrogen. Namun, pertanyaan paling fundamental, mengapa dua
atom hidrogen bergabung, masih belum terjelaskan. Sifat sebenarnya ikatan kimia masih
belum terjawab.
Gambar 4.1. Teori oktet Lewis/Langmuir, Model atom dan molekul sederhana.
c. Ikatan koordinat
Dengan menggabungkan teori valensi dengan teori ikatan ion dan kovalen, hampir
semua ikatan kimia yang diketahui di awal abad 20 dapat dipahami. Namun, menjelasng
akhir abad 19, beberapa senyawa yang telah dilaporkan tidak dapat dijelaskan dengan teori
Kekulé dan Couper. Bila teori Kekulé dan Couper digunakan untuk mengintepretasikan
struktur garam luteo, senyawa yang mengandung kation logam dan amonia dengan rumus
rasional Co(NH3)6Cl3, maka struktur singular (gambar 4.3(a)) harus diberikan. Struktur
semacam ini tidak dapat diterima bagi kimiawan Swiss Alfred Werner (1866-1919). Ia
mengusulkan bahwa beberapa unsur termasuk kobal memiliki valensi tambahan, selain
valensi yang didefinisikan oleh Kekulé dan Couper, yang oleh Werner disebut dengan
valensi utama. Menurut Werner, atom kobalt dalam garam luteo berkombinasi dengan tiga
anion khlorida dengan valensi utamanya (trivalen) dan enam amonia dengan valensi
tambahannya (heksavalen) membentuk suatu oktahedron dengan atom kobaltnya di pusat
(gambar 4.3 (b)).
Setelah melalui debat panjang, kebenaran teori Werner diterima umum, dan
ditemukan bahwa banyak senyawa lain yang memiliki valensi tambahan. Dalam senyawa-
senyawa ini, atomnya (atau ionnya) yang memerankan peranan kobalt disebut dengan
atom pusat, dan molekul yang memerankan seperti amonia disebut dengan ligan. Sifat
sebenarnya dari valensi tambahan ini diungkapkan oleh kimiawan Inggris Nevil Vincent
Sidgewick (1873-1952). Ia mengusulkan sejenis ikatan kovalen dengan pasangan elektron
yang hanya disediakan oleh salah satu atom, yakni ikatan koordinat. Jadi atom yang
menerima pasangan elektron harus memiliki orbital kosong yang dapat mengakomodasi
pasangan elektron. Kekulé telah mengungkapkan amonium khlorida sebagai NH3HCl.
Menurut Sidgewick, suatu ikatan koordiant dibentuk oleh atom nitrogen dari amonia dan
proton menghasilkan ion amonium NH4+, yang selanjutnya membentuk ikatan ion dengan
ion khlorida menghasilkan amonium khlorida. Amonia adalah donor elektron karena
mendonorkan pasangan elektron, sementara proton adalah akseptor elektron karena
menerima pasangan elejtron di dalam orbital kosongnya. Dalam hal garam luteo, ion kobalt
memiliki enam orbital kosong yang dapat membentuk ikatan koordinat dengan amonia.
Ikatan yang menggunakan pasangan elektron untuk mengikat atom A dan B disebut
ikatan kovalen, dan ditulis sebagai A-B atau A:B. Karena ada dua pasang elektron yang
terlibat dalam ikatan ganda dan tiga pasang di ikatan rangkap tiga; ikatan-katan itu ditandai
berturut-turut dengan A=B, A≡B atau A::B, A:::B. Ikatan kovalen sangat sederhana, namun
merupakan konsep yang sangat bermanfaat. Konsep ini diusulkan oleh G. N. Lewis di awal
abad 20 dan representasinya disebut Struktur Lewis. Pasangan elektron yang tidak
digunakan bersama disebut pasangan elektron bebas, dan disimbolkan dengan pasangan
titik, seperti A:
Contoh soal 1:
Gambarkan struktur Lewis molekul nitrogen (N2) dan oksigen (O2).
Jawab :
: N:::N : , : O::O :
Delapan elektron diperlukan untuk mengisi satu orbital s dan tiga orbital p, dan bila bila
jumlah total elektron yang digunakan untuk ikatan dan pasangan elektron bebasnya sama
dengan delapan, struktur molekul yang stabil akan dihasilkan. Aturan ini disebut aturan
oktet dan sangat bermanfaat dalam mendiskusikan struktur molekular senyawa golongan
utama secara kualitatif. Jelas, aturan ini tidak berlaku untuk molekul hidrogen, H 2, tetapi
dapat digunakan untuk molekul kovalen, seperti O2 atau CO dan bahkan senyawa organik
yang rumit. Untuk unsur-unsur setelah periode ke-3, jumlah ikatan kovalen sering lima
(misalnya PCl5) atau enam (misalnya SF6) dan atom pusat dalam molekul-molekul ini
menunjukkan hipervalensi. Dalam kasus ini, karena elektron s dan p kekurangan untuk
membentuk lebih dari empat ikatan kovalen dua elektron, dulunya dipercaya bahwa dalam
hipervalensi elektron d ikut terlibat. Namun saat ini, dipercaya ikatan hipervalen ini hanya
melibatkan orbital s dan p saja dengan orde ikatan yang lebih rendah dari orde-ikatan
ikatan tunggal.
Gambar 4.6. Representasi skematik MO logam Magnesium. Orbital 1s, 2s dan 2p terlokalisasi, tetapi
orbital 3s dan 3p bertumpangtindih membentuk struktur pita.
b. Ikatan hidrogen
Awalnya diduga bahwa alasan mengapa hidrogen fluorida HF memiliki titik didih
dan titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan hidrogen halida lain (gambar 4.7.) adalah
bahwa HF ada dalam bentuk polimer. Alasan tepatnya tidak begitu jelas untuk kurun waktu
yang panjang. Sangat tingginya titik didih dan titik leleh air juga merupakan masalah yang
sangat menarik. Di awal tahun 1930-an, ditunjukkan bahwa dua atom oksigen membentk
ikatan yang mengapit hidrogen seperti dalam kasus HF (gambar 4.7). Kemudian diketahui
bahwa ikatan jenis ini umum didapatkan dan disebut dengan ikatan hidrogen.
Latihan Soal:
Energi interaksi antara dua muatan listrik Q1 dan Q2 (keduanya adalah bilangan bulat positif
atau negatif) yang dipisahkan dengan jarak r (nm) adalah E = 2,31x10 –19 Q1Q2/r (J nm).
Hitung energi interaksi untuk kasus:
(1) interaksi antara Na+ dan Cl– dengan r = 0,276 nm
(2) interaksi antara Mg2+ dan O2– dengan r = 0,25 nm.
Jawab:
(1) E = 2,31x10–19 (+1)(-1)/(0,276) = -8,37x10–19 (J); atau untuk per mol,
E(mol) = -8,37x10–19 x 6,022x1023 J = 5,04 x 105 J = 504,0 kJ.
(2) E = 2,31x10–19 (+2)(-2)/(0,205) = -4,51 x 10–18 (J); atau per mol,
E(mol) = -4,51x10–18 x 6,022x1023 J = 2,71 x 105 J = 271,0 kJ
Alasan mengapa yang kedua lebih besar adalah lebih besarnya muatan ion dan kedua
karena jarak antar ionnya lebih pendek.
Jawab:
9. Gunakan Model TPEKV untuk meramalkan geometri dari C2H4 dan NO3-
10. Ramalkan apakah tiap-tiap molekul ini memiliki momen dipol:
a. H2O b. C2H5OH c. CO2 d. SO2
11. Jelaskan pembentukan H2 berdasarkan teori Ikatan Valensi, bagaimana pembentukan
hibridisasi sp3 pada CH4 dan sp3d2 pada SF6
12. Bagaimana pembentukan ikatan dalam etilena (C2H4) dan asetilena (C2H2)
13. Jelaskan dengan teori orbital molekul bahwa molekul O2 bersifat paramagnetik, sedangkan N2
bersifat diamagnetik.
14. Orde ikatan yang semakin besar maka panjang ikatannya makin berkurang, prediksi
perbandingan panjang dan kekuatan ikatan antara F2 dengan F2-.
Sampai di sini, penyusun zat diungkapkan dalam rumus dengan simbol unsur dan
ikatan dalam dua dimensi. Konsep atom karbon asimetri di SMA juga mungkin dibahas,
walau biasanya jarang mendalam. Umumnya, struktur molekul dianggap datar. Kini kita
akan membahas, bahwa struktur zat dapat dianggap obyek tiga dimensi, dan molekul
planar adalah kekecualian. Lebih lanjut, faktor-faktor yang menentukan struktur tiga
dimensi zat akan dipelajari. Penting untuk mempelajari stereokimia untuk memahami
masalah penting dalam kimia modern, khususnya untuk mengetahui hubungan struktur
dan fungsi molekul.
Ikatan ionik dibentuk oleh tarikan elekrostatik antara kation dan anion. Karena
medan listrik suatu ion bersimetri bola, ikatan ion tidak memiliki karakter arah. Sebaliknya,
ikatan kovalen dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom. Karena tumpang tindih
sedemikian sehingga orbital atom dapat mencapai tumpang tindih maksimum, ikatan
kovalen pasti bersifat terarah. Jadi bentuk molekul ditentukan oleh sudut dua ikatan, yang
kemudian ditentukan oleh orbital atom yang terlibat dalam ikatan. Paparan di atas adalah
pembahasan umum struktur molekul.
Pada tahun 1940, Sidgwick mengusulkan teori yang disebut dengan Teori tolakan
pasangan elektron valensi (Valence Shell Electron Pair Repulsion, VSEPR), yang karena sifat
kualitatifnya sangat mudah dipahami. Teorinya sangat cocok untuk memprediksi struktur
senyawa berjenis XYm. Menurut teori ini, jumlah pasangan elektron menentukan
penyusunan pasangan-pasangan elektron di sekitar atom pusat molekul. Terdapat gaya
tolak elektrostatik antara dua pasangan elektron yang cenderung menolak orbital atom
sejauh mungkin satu sama lain. Karena pasangan elektron menempati orbital atom,
pasangan elektron bebas juga mempunyai dampak yang sama dengan pasangan elektron
ikatan. Dengan kata lain, pasangan elektron bebas dan pasangan elektron ikatan juga tolak
menolak sejauh mungkin.
Pasangan elektron bebas (PEB)-PEB > PEB- Pasangan elektron ikatan (PEI)> PEI-PEI.
Beberapa ion poliatomik semacam SO42-dan SO32- juga memiliki struktur tetrahedral.
Latihan Soal 1:
Prediksikan struktur spesi kimia berikut dengan teori VSEPR: (a) SO2, (b) SO3 (c ) SO42-
Jawab: (a) segitiga, (b) piramidal , (c ) tetrahedral
Diharapkan bahwa berilium khlorida BeCl2 dan timah (II) khlorida SnCl2 akan memiliki
struktur yang mirip karena memiliki rumus molekul yang mirip. Namun, ternyata senyawa
pertama berstruktur linear sedang yang kedua bengkok. Hal ini dapat dijelaskan dengan
perbedaan orbital atom yang digunakan. Bila elektron-elektron mengisi orbital atom
mengikuti prinsip Aufbau, elektron akan mengisi orbital atom yang berenergi terendah.
Dua elektron diizinkan mengisi satu orbital. Menurut prinsip Pauli, tidak ada elektron yang
memiliki satu set bilangan kuantum yang tepat sama. Masalah yang timbul adalah akan
diletakkan di mana elektron ke-empat atom karbon. Telah ditetapkan bahwa konfigurasi
elektron terendah atom adalah konfigurasi dengan jumlah elektron tak berpasangan
maksimum dan masih tetap diizinkan oleh aturan Pauli dalam set orbital dengan energi
yang sama (dalam kasus karbon adalah tiga orbital 2p). Dalam kasus ini awalnya semua
elektron akan memiliki bilangan kuantum spin yang sama (yakni, +1/2 atau –1/2) (gambar
5.2).
Gambar 5.2. Konfigurasi elektron atom; dari hidrogen samapai neon. Orbital secara berangsur diisi
dengan cara seperti yang dibahas di bawah ini.
Dalam kasus fosfor, ada dua kasus. Dalam satu kasus atom fosfornya trivalen
dengan satu pasang elektron bebas seperti nitrogen, dan di satu kasus lain fosfornya
pentavalen dengan orbital hibrida dsp3. Fosfor pentavalen memiliki struktur trigonal
bipiramidal. Ion kompleks dengan ion nikel atau kobal sebagai atom pusat berkoordinasi
enam dengan struktur oktahedral. Sebagaimana didiskusikan di atas, baik teori VSEPR
maupun hibridisasi orbital atom akan memberikan kesimpulan struktur molekul dan ion
yang sama. Walaupun teori VSEPR hanya bergantung pada tolakan antar pasangan
elektron, dan teori hibridisasi memberikan justifikasi teoritisnya.
5.5. Struktur Senyawa Karbon
a. Keisomeran karena atom karbon asimetrik, keisomeran optik
Dua senyawa memiliki sifat fisika (misalnya titik leleh) dan kimia yang sama, tetapi
ada perbedaan dalam sifat optik dalam larutan masing-masing senyawa. Keduanya
Kedua isomer atau antipoda, berhubungan layaknya tangan kanan dan kiri. Pada
atom karbon pusat di asam laktat, empat atom atau gigus yang berbeda terikat. Atom
karbon semacam ini disebut dengan atom karbon asimetrik. Umumnya, jumlah
stereoisomer akan sebanyak 2n (n adalah jumlah atom karbon asimetri). Asam tartarat
memiliki dua atom karbon asimetrik. Namun, karena keberadaan simetri molekul, jumlah
stereoisomernya kurang dari 2n, dan lagi salah satu stereoisomer secara optik tidak aktif
(gambar 5.5). Semua fenomena ini dapat secara konsisten dijelaskan dengan teori atom
karbon tetrahedral.
Gambar 5.5. Stereoisomer asam tartarat (+)-asam tartarat dan (-)-asam tartarat membentuk
pasangan enantiomer. Namun karena adanya simetri, meso-asam tartarat secara
optik tidak aktif.
Latihan Soal 2:
Gambarkan perspektif gliseraldehida OHCCHOHCH2OH, gula paling sederhana, seperti cara
yang ditunjukkan pada gambar 5.6.
b. Isomer geometri
Van’t Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan rotasi
di ikatan ganda, suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik. Isomer
jenis ini disebut dengan isomer geometri. Dalam bentuk trans subtituennya (dalam kasus
asam fumarat dan maleat, gugus karboksil) terletak di sisi yang berbeda dari ikatan
rangkap, sementara dalam isomer cisnya subtituennya terletak di sisi yang sama. Dari dua
isomer yang diisolasi, van’t Hoff menamai isomer yang mudah melepaskan air menjadi
anhidrida maleat isomer cis sebab dalam isomer cis kedua gugus karboksi dekat satu sama
lain. Dengan pemanasan sampai 300°C, asam fuarat berubah menjadi anhidrida maleat.
Hal ini cukup logis karena prosesnya harus melibatkan isomerisasi cis-trans yang
merupakan proses dengan galangan energi yang cukup tinggi (gambar 5.7).Karena
beberapa pasangan isomer geometri telah diketahui, teori isomer geometri memberikan
dukungan yang baik bagi teori struktural van’t Hoff.
Gambar 5.7. Isomer geometri asam maleat (bentuk cis) mempunyai dua gugus karboksil yang
dekat, dan mudah melepas air mnejadi anhidrida (anhidrida maleat).
Latihan Soal 3:
Gambarkan rumus struktur semua isomer dikhloroetilena C2H2Cl2.
Jawab:
Dua atom khlorin dapat terikat pada atom karbon yang sama, atau pada atom karbon yang
berbeda. Dan pada kasus yang kedua akan ada isomer geometri.
c Struktur benzen
Struktur benzen menjadi enigma beberapa tahun. Di tahun 1865, Kekulé
mengusulkan struktur siklik planar dengan tiga ikatan tunggal dan tiga ikatan ganda yang
terhubungkan secara bergantian. Strukturnya disebut dengan struktur Kekulé. Bukti
struktur semacam ini datang dari jumlah isomer benzen tersubstitusi. Dengan struktur
Kekulé, akan ada tiga isomer kresol, yakni, o-, m- dan p-kresol (gambar 5.8).
Dalam gambar 4.16 (a) (proyeksi Newman), Anda dapat melihat molekul di arah
ikatan C-C. Atom karbon depan dinyatakan dengan titik potong tiga garis pendek (masing-
Glukosa, HOCH2(CHOH)4CHO, memiliki enam atom karbon dan merupakan salah satu
senawa alam yang berlimpah.
(a) Ada berapa atom karbon asimetrik dalam molekul ini?
(b) Gambarkan rumus struktur semua stereoisomer gula ini seperti yang ditunjukan
dalam gambar 5.12.
Jawab:(a) Empat. Di struktur di bawah in, atom karbon asimetrik ditandai dengan *.
(b) Jumlah stereoisomer=2 4 = 16
Faktor elektronik yang menentukan ikatan dan struktur
Ikatan dan struktur senyawa ditentukan oleh sifat elektronik seperti kekuatan
atom-atom penyusun dalam menarik dan menolak elektron, orbital molekul yang diisi
eletron valensi, dsb. Susunan geometris atom juga dipengaruhi oleh interaksi elektronik
antar elektron non ikatan. Di bawah ini beberapa konsep fundamental akan dipaparkan.
a. Muatan inti efektif
Karena muatan positif inti biasanya sedikit banyak dilawan oleh muatan negatif
elektron dalam (dibawah elektron valensi), muatan inti yang dirasakan oleh elektron
valensi suatu atom dengan nomor atom Z akan lebih kecil dari muatan inti, Ze. Penurunan
ini diungkapkan dengan konstanta perisai σ, dan muatan inti netto disebut dengan muatan
inti efektif, Zeff.
Zeff = Z – σ
Muatan inti efektif bervariasi mengikuti variasi orbital dan jarak dari inti.
b Energi ionisasi
Energi ionisasi didefinisikan sebagai energi minimum yang diperlukan untuk
mengeluarkan elektron dari atom dalam fasa gas (g), sebagaimana ditunjukkan dalam
persamaan berikut.
A(g) → A+(g) + e(g)
Energi ionisasi diungkapkan dalam satuan elektron volt (eV), 1 eV = 96.49 kJmol-1. Energi
ionisasi pertama, yang mengeluarkan elektron terluar, merupakan energi ionisasi
terendah, dan energi ionisasi ke-2 dan ke-3, yang mengionisasi lebih lanjut kation,
meningkat dengan cepat. Entalpi ionisasi, yakni perubahan entalpi standar proses ionisasi
dan digunakan dalam perhitungan termodinamika, adalah energi ionisasi yang ditambah
dengan RT (R adalah tetapan gas 8.31451 JK-1mol-1 dan T adalah temperatur, 2.479 kJ (0.026
eV), pada suhu kamar). Perbedaan kedua parameter ini kecil. Energi ionisasi pertama
bervariasi secara periodik dengan nomor atom dalam tabel periodik, dengan unsur di kiri
bawah tabel (cesium, Cs) memiliki energi ionisasi pertama yang terkecil dan unsur yang
terkanan dan teratas (helium, He) adalah yang terbesar. Dapat dipahami bahwa unsur alkali
umumnya memiliki energi ionisasi terendah sebab unsur-unsur ini akan terstabilkan
dengan pengeluaran satu elektron terluar untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Unsur-
unsur gas mulia memiliki struktur elektronik yang stabil, dan dengan demikian energi
ionisasinya terbesar. Walaupun energi ionisasi meningkat hampir secara monoton dari
logam alkali sampai gas mulia, ada penurunan di beberapa tempat, seperti antara nitrogen
d. Ke-elektronegatifan
Ke-elektronegatifan adalah salah satu parameter atom paling fundamental yang
mengungkapkan secara numerik kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam
molekul. Kelektronegatifan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam
ikatan, struktur dan reaksi dari sudut pandang sifat atom. Berbagai cara telah diajukan
untuk menjelaskan dasar teori kekuatan tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif
dilakukan untuk mencari nilai numerik dari ke-elektronegatifan. Skala Pauling, dikenalkan
pertama sekali tahun 1932, masih merupakan skala yang paling sering digunakan, dan nilai-
nilai yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila nilainya dekat dengan skala Pauling.
L. Pauling mendefinisikan ke-elektrogenatifan sebagai besaran kuantitatif karakter ionik
ikatan. Awalnya persamaan berikut diusulkan untuk mendefinisikan karakter ionik ikatan
antara A dan B.
Δ = D(AB)-½(D(AA)+D(BB))
D adalah energi ikatan kovalen. Namun, kemudian diamati Δ tidak selalu positif, dan Pauling
memodifikasi definisinya dengan:
Δ = D(AB) - (D(AA) × D(BB) )
dan meredefinisikan karakter ionik ikatan A-B. Lebih lanjut, ke-elektronegatifan χ
didefinisikan dengan cara agar perbedaan ke-elektronegativam atom A dan B sebanding
dengan akar kuadrat karakter ion. Di sini, koefisien 0.208 ditentukan agar kelektronegatifan
H 2.1 bila energi ikatan dinyatakan dalam satuan kkal mol-1.
XA−XB= 0.208 (Δ A B )1/2
Karena ke-elektronegativan Pauling meningkat dengan kenaikan bilangan oksidasi atom,
nilai-nilai ini berhubungan dengan bilangan oksidasi tertinggi masing-masing unsur.
e. Orbital molekul
Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena
kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat
fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi
gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping
(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam
molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan
negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek
interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital
molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul adalah
jumlah atom dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan, non-
ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam ikatan antar
atom. Kondisi pembentukan orbital molekul ikatan adalah sebagai berikut.
Syarat pembentukan orbital molekul ikatan:
(1) Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
(2) Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
(3) Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B dan
akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat di
atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi
dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda
berlawanan yang akan dihasilkan ( Gambar 2.15). Tingkat energi orbital molekul ikatan
lebih rendah, sementara tingkat energi orbital molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat
energi orbital atom penyusunnya. Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti
ikatan, semakin kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B,
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital molekul
adalah kombinasi linear orbital atom (Linear Combination of the Atomic Orbitals, LCAO))
diungkapkan sebagai ψ = CAφA + CBφB hanya orbital-orbital atom kulit elektron valensi
yang digunakan dalam metoda orbital molekul sederhana. Pembentukan orbital molekul
diilustrasikan di bawah ini untuk kasus sederhana molekul dua atom. Semua tingkat di
bawah HOMO terisi dan semua tingkat di atas LUMO kosong. Dalam molekul hidrogen, H2,
tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen membentuk orbital ikatan σg bila
cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan σu bila bertanda berlawanan, dan
dua elektron mengisi orbital ikatan σg (Gambar 5.16).
Gambar 5.16. Orbital molekul H2. Tanda panah mengindikasikan spin elektronnya.
Dalam molekul dua atom periode dua, dari litium Li2 sampai flourin F2, bila sumbu z adalah
sumbu ikatan, 1σg dan 1σu dibentuk oleh tumpang tindih orbital 2s dan 2σg dan 2σu dari
orbital 2pz dan 1πu dan 1πg dari 2px, dan 2py. Tingkat energi orbital molekul dari Li2
sampai N2 tersusun dalam urutan 1σg < 1σu < 1πu < 2σg < 1πg < 2σu dan elektron
menempati tingkat-tingkat ini berturut-turut dari dasar. Contoh untuk molekul N2 dengan
10 elektron valensi ditunjukkan di gambar 5.17. Karena urutan orbital agak berbeda di O2
dan F2, yakni orbital 2σg lebih rendah dari 1πu, orbital molekul untuk O2, diilustrasikan di
Gambar 5.18. Elektron ke-11 dan 12 akan mengisi orbital 1πg yang terdegenerasi dalam
keadaan dasar dan spinnya paralel sesuai aturan Hund dan oleh karena itu oksigen memiliki
dua elektron tidak berpasangan.
Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang
tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih
rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya
lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-
elektronegativan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-
elektronegativan lebih kecil.
LatihanSoal:
1. Dengan menggunakan persamaan Pauling, hitung ke-elektronegativan khlorin dari
energi ikatan molekul H2 (432 kJ.mol-1), khlorin Cl2 (239 kJ.mol-1), dan hidrogen khlorida
HCl (428 kJ.mol-1) dan ke-elektronegativan hidrogen ( χ = 2,1).
2. Mengapa tingkat energi σg<σu dalam orbital dengan karakter sigma dan πu<πg dalam
orbital dengan karakter pi dalam orbital molekul N2 maupun O2?
3. Jelaskan bentuk molekul berikut:
O
H H
b) NH3( piramida trigonal)
HN
H H
c) CH4(tetrahedron)
H
H H
H
F
F F
F S
F
F
F S F
dimana: q adalah kalor, m adalah massa bahan yang menyerap/ melepaskan panas, c
adalah kalor jenis, ∆t adalah perubahan temperatur dan C adalah kapasitas panas
Satuan kalor adalah Joule atau kalori.
Hubungan antara sistem dan lingkungan menyangkut keluar masuknya kerja dan kalor
digambarkan pada Gambar 6.1.
dw = + (>0)
dq = + (>0) dq = - (<0)
SISTEM Lingkungan
Lingkungan
dw = i (<0)
Lingkungan
Salah satu bentuk Hukum Termodinamika 1 dapat dinyatakan dalam bentuk Hukum
Kekekalan Energi. Hukum kekekalan energi berbunyi: Energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi energi dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain atau jumlah total
energi di jagat raya adalah konstan. Hukum Kekekalan Energi juga berlaku pada energi
dalam yang terdapat dalam sistem tersekat. Dalam sistem tersekat energi dalam tidak
berubah kecuali bila kalor yang masuk atau keluar dan bila ada ada sistem menerima atau
melakukan kerja. Pernyataan ini merupakan bunyi dari Hukum Termodinamika I yang
diilhami oleh Hukum Kekekalan Energi. Hukum Termodinamika I secara matematika dapat
dinyatakan sebagai:
dU dq dW
U1
U q W
dimana: ΔU adalah Perubahan Energi Dalam, q adalah Kalor dan w adalah Kerja.
Contoh Soal 1:
Sebuah motor listrik menghasilkan 20 kJ energi setiap detik sebagai kerja mekanik dan
kehilangan 5 kJ sebagai panas pada lingkungan. Berapakah perubahan energi dalam ?
Pembahasan:
Sistem adalah: motor listrik
Sistem melakukan kerja, w = -20 kJ
Sistem membebaskan kalor ke lingkungan, q = -5 kJ
Perubahan energi dalam (∆U) ∆U = q + W = -5 kJ +(-20 kJ) = -25 kJ
Contoh Soal 2:
Jika sebuah pegas diputar, kerja 100 Joule dilakukan padanya tetapi 25 joule terlepas
kelingkungan sebagai kalor. Berapa perubahan energi dalam ?
Pembahasan:
Sistem adalah: pegas
Sistem menerima kerja, w = 100 J
Sistem membebaskan kalor ke lingkungan, q = -25 J
Perubahan energi dalam (∆U) ∆U = q + W = -25 J + 100 J = 75 J
Latihan Soal:
1. Sebuah penangas listrik menghasilkan kalor sebesar 15 kkal perubahan energi dalam
sebesar 32 kJ. Berapakah kerja yang bekerja pada sistem tersebut.
2. Satu mol gas sempurna dipanaskan sehingga sistem menyerap kalor sebesar 30 kJ,
sekaligus melakukan kerja terhadap lingkungannya sebesar 45 kJ. Berapakah harga
perubahan energi dalam.
6.3. Termokimia
Perubahan materi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi perubahan fisika dan
perubahan kimia. Yang membedakan antara perubahan fisika dan perubahan kimia bahwa
pada perubahan kimia disertai dengan pembentukan zat baru. Pembentukan zat baru
disertai pemutusan ikatan lama dan pembentukan ikatan baru. Proses pemutusan ikatan
kimia membutuhkan kalor dan proses pembentukan ikatan kimia disertai dengan
pelepasan kalor. Dalam proses pembentukan zat baru selalu ada selisih kalor antara kalor
yang dibutuhkan dan kalor yang dilepaskan. Karena ada selisih ini maka perubahan kimia
(reaksi kimia) selalu disertai perubahan kalor reaksi, baik melepaskan kalor maupun
menerima kalor. Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari panas reaksi adalah termokimia.
Konsep termokimia merupakan salah satu aplikasi dari hukum termodinamika 1.
Diagram proses perubahan tingkat energi keadaan awal/ reaktan , dan keadaan akhir/
produk ditampilkan pada Gambar 6.2.
E
n Reaktan/ E Produk/ Keadaan
e Keadaan awal n akhir
r e
g Panas yang r
i dilepaskan g
i
Panas yang
H<0 dibutuhkan
H>0
Produk/ Reaktan/ Keadaan
Keadaan Akhir awal
Gambar 6.2 menunjukkan bagaimana perubahan energi yang terjadi pada reaksi eksoterm
dan endoterm. Sebelum terjadi perubahan/ reaksi, maka reaktan harus mempunyai
sejumlah energi minimum (energi aktivasi) untuk menghasilkan produk.
E
Ea
E Produk C+D
N Ea diserap Panas
E Reaktan: A+B Endoterm
q>0
R
G
I dilepaskan
panas
Produk: C’+D’
q<0
Eksoterm
Contoh Soal 3:
50 ml larutan HCl 0,1 M pada temperatur 25oC dicampurkan dengan 50 ml larutan NaOH
0,1 M pada temperatur 25oC dalam beaker plastik. Hasil pencampuran memiliki temperatur
30oC, bila diketahui cair = 4,18 J/gr. oC. Berapakah harga kalor penetralan?
Pembahasan:
Vcamp = 100 ml, mcamp = 100 g, t1 = 25oC, t2 = 30oC dan cair = 4,18 J/gr. oC
q = m c t q = 100 g x 4,18 J/g. oC x (30oC - 25oC) = 2.090 J
= 2,090 kJ
Karena terjadi kenaikan temperatur berarti sistem melepaskan kalor (reaksi berlangsung
eksoterm) dan reaksi berlangsung pada tekanan tetap, sehingga qp = H = -2,090 kJ.
Contoh Soal 4:
Dalam suatu percobaan 10 g logam gallium (berlebihan) ditambahkan ke dalam 250 cm 3
larutan CuSO4 0,2 mol/dm3 dan terjadi reaksi:
2 Ga (s) + 3 Cu2+(aq) 2 Ga3+(aq) + 3 Cu(s)
Setelah reaksi selesai, ternyata suhu larutan naik sebesar 14,2 oC. Bila diketahui panas
spesifik larutan 4,2 JK-1g-1, jika densitas larutan 1 g/cm3, hitunglah perubahan entalpi, H:
a. Reaksi dari 250 cm3 0,2 mol/dm3 CuSO4 tersebut
b. Reaksi untuk 1 mol Cu2+ dan Ga berlebih
c. Reaksi untuk 3 mol Cu2+ dan Ga berlebih
Pembahasan:
Jumlah mol Cu2+ yang bereaksi = 0,250 dm3x 0,2mol/dm3 = 0,05 mol Cu2+
Panas yang dibebaskan reaksi = panas yang diserap larutan
= volume x densitas larutan x perubahan suhu x panas spesifik
Panas yang diserap = V x ρ x C x T
=250 cm3 x 1g/cm3 x 4,2 JK-1 x14,2 K
= 14910 J
= 14,910 kJ
Contoh Soal 5:
Dalam kalorimeter bom yang kapasitas panasnya 2,71 kJ/oC, sebanyak 1 gram etanol cair,
CH3CH2OH, dibakar dengan gas oksigen dan menghasilkan gas CO2 dan H2O cair. Setelah reaksi
selesai, suhu 3000 gram air naik dari 24,284 OC menjadi 26,225 oC. Diketahui panas spesifik air =
4,184 J.g-1.oC-1, Tentukanlah nilai E reaksi untuk:
a. 1 gram etanol.
b. 1 mol etanol (46 g/mol).
Pembahasan:
Reaksi: CH3CH2OH (l) + 3 O2 (g) 2 CO2 (g) + 3 H2O(l) + qv kJ
Latihan Soal:
1. 50 ml larutan HCl 0,1 M pada temperatur 25oC dicampurkan dengan 25 ml larutan
NaOH 0,1 M pada temperatur 25oC dalam beaker plastik. Hasil pencampuran memiliki
temperatur 32oC, bila diketahui cair = 4,18 J/gr. oC. Berapakah harga kalor penetralan?
2. 50 ml larutan CH3COOH 0,1 M pada temperatur 27oC dicampurkan dengan 50 ml
larutan KOH 0,05 M pada temperatur 26oC dalam beaker plastik. Hasil pencampuran
memiliki temperatur 30oC, bila diketahui cair = 4,18 J/gr. oC. Berapakah harga kalor
penetralan?
3. 2 gr logam Mg dilarutkan dalam 50 ml larutan HCl 1 M menghasilkan gas H2 dengan
temperatur awal 29oC dan temperatur akhir 35oC bila diketahui cair = 4,18 J/gr. oC.
Berapakah harga kalor pembentukan gas?
4. Seorang siswa mencampurkan 50 mL larutan HCl 1,0 M dan 50 mL NaOH 1M dalam
calorimeter yang kapasitas panasnya dapat diabaikan. Setelah reaksi, ternyata suhu
larutan naik dari 21,0 oC menjadi 27,5 oC. Bila densitas larutan adalah 1,0 g/mL dan
panas spesifik larutan adalah 4,18 J.g-1K-1, maka hitunglah entalpi reaksi netralisasi
tersebut.
5. Dalam kalorimeter bom yang kapasitas panasnya 2,71 kJ/oC, sebanyak 1 gram metanol
cair, CH3OH, dibakar dengan gas oksigen dan menghasilkan gas CO2 dan H2O cair.
Setelah reaksi selesai, suhu 2000 gram air naik dari 26OC menjadi 33oC. Diketahui panas
spesifik air = 4,184 J.g-1.oC-1, Tentukanlah nilai U reaksi untuk:
a. 1 gram metanol.
b. 1 mol metanol.
6. Dalam kalorimeter bom yang kapasitas panasnya 2,71 kJ/oC, sebanyak 4 gram glukosa
C6H12O6, dibakar dengan gas oksigen dan menghasilkan gas CO2 dan H2O cair. Setelah
reaksi selesai, suhu 1000 gram air naik dari 27OC menjadi 37oC. Diketahui panas
spesifik air = 4,184 J.g-1.oC-1, Tentukanlah nilai U reaksi pembakaran tersebut!.
H r 254kJ
o
Hof AgCl = = = - 127 kJ/mol
2 2
K(s) + Mn(s) + 2 O2(g) KMnO4(s) Hof = - 813 kJ/mol
Hof KMnO4= Hor = - 813 kJ/mol
Nilai nilai ∆Hof tersebut dapat digunakan untuk menghitung ∆H reaksi dari berbagai reaksi,
misalkan entalpi reaksi penguraian, pembakaran, penetralan, perlarutan, penguapan dan
sebagainya. Nilai ∆Hof dapat digunakan untuk menghitung perubahan entalpi reaksi standar
(∆Hor). Harga ∆Hor ditentukan menggunakan persamaan:
Contoh Soal 6:
Hitunglah perubahan entalpi reaksi (Hr):
SnO2 (s) + 2 CO(g) Sn(s) + 2 CO2(g)
Bila diketahui: Hf SnO2 = -581 kJ/mol, Hf CO = -111 kJ/mol dan Hf CO2 = -394 kJ/mol
Pembahasan:
∆Hr =∑ n∆Hf produk - ∑ n∆Hf reaktan
Hr = (Hf Sn + 2Hf CO2) - (Hf SnO2 + 2Hf CO)
= {1(0) + 2(- 394)} - {(- 581) + 2(-111)}= -798 + 803
= +15 kJ/mol SnO2
Contoh Soal 7:
Tentukanlah perubahan entalpi reaksi (∆Hor) dari reaksi:
C2H4 (g) + H2O (l) C2H5OH (l)
Jika diketahui: masing masing ∆Hof C2H5OH (l)= -277,7 kJ/mol, C2H4 (g) = +52,3 kJ/mol dan
H2O(l)= -285,8 kJ/mol.
Pembahasan:
∆Hor =∑n∆Hof produk - ∑n∆Hof reaktan
Latihan Soal:
1. Berdasarkan data-data perubahan entalpi pembentukan standar yang dikemukakan
dalam tabel tentukan perubahan entalpi reaksi standar untuk reaksi:
Na(s) + H2O(l) NaOH(aq) + H2(g)
2. Berdasarkan data-data perubahan entalpi pembentukan standar yang dikemukakan
dalam tabel tentukan perubahan entalpi reaksi standar untuk reaksi:
K(s) + H2O(l) KOH(aq) + H2(g)
3. Dari entalpi reaksi berikut ini:
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g) H = -196 kJ.,
2S (s) + 3O2 (g) 2SO3 (g) H = -790 kJ.
Berapakah perubahan entalpi pembentukan (Hf) SO2?
Contoh Soal 8:
Sebanyak 500 gram gas propana (C3H8, M= 44 g/mol) dibakar sempurna, dan terjadi reaksi
eksotermis. Bila diketahui entalpi pembentukan: Hof C3H8(g) =-103,8 kJ/mol; Hof CO2 (g)
= -393,5kJ/mol : Hof H2O(l) =-285,8 kJ/mol, maka:
a. Tuliskan reaksi pembakaran sempurna gas propana.
b. Tentukanlah entalpi pembakaran (HoC) gas propana
c. Tentukanlah kalor yang dapat dihasilkan dari pembakaran 500 g propana tersebut.
Pembahasan:
a. Reaksi: C3H8 (g) + 5 O2 (g) 3 CO2 (g) + 4 H2O (l) ∆HC =
b. ∆HC C3H8(g) = (3Hof CO2 (g) + 4Hof H2O(l)) – (Hof C3H8(g)+ 5Hof O2(g))
={3(-393,5kJ)+ 4(-285,8 kJ)}-{(1(-103,8 kJ)+ 5(0)}
=(-2323,7) – (-103,8) = -2219,9 kJ/mol propana
c. Kalor yang dihasilkan dari 500 g propana, qp:
500 g
qp = 2219 ,9 kJ / mol 11,36 2219 ,9 kJ = 25218 kJ
44 g / mol
Contoh Soal 9:
Sebanyak 3,6 g glukosa, C6H12O6 (180 g/mol) dibakar sempurna dengan oksigen. Panas yang
dihasilkan dari pembakaran tersebut dapat menaikkan suhu 10 dm 3 air sebesar 1,34 oC.
Hitunglah entalpi pembakaran, Hc glukosa (kalor spesifik, C H2O= 4,2 JK-1g-1, densitas air
= 1g/cm3)
Latihan Soal:
1. Berdasarkan data-data perubahan entalpi pembentukan standar yang dikemukakan
dalam tabel tentukan perubahan entalpi reaksi standar untuk reaksi:
C2H2(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(l)
2. Sebanyak 7,2 g glukosa, C6H12O6 (180 g/mol) dibakar sempurna dengan oksigen. Panas
yang dihasilkan dari pembakaran tersebut dapat menaikkan suhu 1000 cm3 air sebesar
3,21 oC. Hitunglah entalpi pembakaran, Hc glukosa, bila diketahui kalor spesifik, c H2O
= 4,2 JK-1g-1 dan densitas air = 1g/cm3)
3. Entalpi pembakaran fruktosa, C6H12O6 (M =180 g/mol) adalah –2812 kJ/mol. Bila 1
buah apel yang beratnya 120 g, rata-rata mengandung 15% (berat) fruktosa. Tentukan
jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh 5 buah apel!
4. Hidrazin, N2H4 (MM = 32 g/mol), adalah bahan bakar yang banyak digunakan untuk
roket. Reaksi pembakaran hidrazin adalah: N2H4 (l) + O2 (g) N2 (g) + 2 H2O (g).
Bila 1 gram hidrazin dibakar dalam calorimeter bomb, suhu calorimeter naik sebesar
3,1 OC. Bila kapasitas panas calorimeter adalah 5,510 kJ/oC, tentukan:
a. Berapa jumlah panas yang dibebaskan pada pembakaran ini?
b. Berapa panas pembakaran hidrazin?
Entalpi disosiasi:
H-H (g) H (g) + H (g) H = D = +436 kJ/mol
NN (g) N (g) + N (g) H = D = +946 kJ/mol
H-F (g) H (g) + F (g) H = D = +569 kJ/mol
H3C-CH3 (g) H3C (g) + CH3 (g) H = D = +347 kJ/mol
H2C=CH2 (g) H2C (g) + CH2 (g) H = D = +611 kJ/mol
H3CCH3 (g) HC (g) + CH (g) H = D = +837 kJ/mol
Nilai energi disosiasi selalu positif, karena disosiasi adalah pemutusan ikatan:
- Pemutusan ikatan adalah proses endoterm, ∆H >0
- Pembentukan ikatan adalah proses eksoterm, ∆H <0
Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan berdasarkan selisih entalpi (energi pemutusan
ikatan reaktan dan entalpi pembentukan ikatan poduk):
Pembahasan:
Reaksi: ½ N2 (g) + 3/2 H2 (g) NH3 (g) H1 = Hof = - 46 kJ mol-1
½ N2 (g) N (g) H 2 = ½ (D NN) = ½(946 kJ)= 473 kJ
3/2 H
2 (g) 3 H H 3 = 3/2 (D H–H) = 3/2(436 kJ)= 654 kJ
N (g) + 3 H (g) NH3 (g) H4 = - Ha
½ N2 (g) + 3/2 H2 (g) NH3 (g) H1 = Hof = H2 + H3 + H4
H1 = H2 + H3 + H4
H4 = H1 - H2 - H3
= (– 46 – 473 – 654) kJ mol-1
= – 1173 kJ mol-1
Ha = -(H4 )
= – (– 1173 kJ.mol-1)
= + 1173 kJ.mol-1
Ha ikatan N–H = 1/3 (+1173kJ)
= +391 kJ/mol ikatan N–H
5. Perubahan Entalpi Transisi (∆H0tr)
Perubahan Entalpi transisi (∆H0tr) merupakan perubahan entalpi yang ditimbulkan
transisi antara dua fasa (perubahan fisika), yaitu proses peleburan, penguapan,
penyubliman.
Peleburan : padat – cair H2O(s) H2O(l) ∆H0fus
Penguapan : cair – gas H2O(l) H2O(g) ∆H0uap
Peleburan : padat – gas H2O(s) H2O(g) ∆H0sub
∆H0sub = ∆H0fus + ∆H0uap
C D
A B
∆HoA – B = ∆HoA–C + ∆H oC–D + ∆H oD–-B
Hukum Hess sangat berguna karena dapat dipakai untuk menghitung perubahan entalpi
reaksi atau perubahan keadaan yang sulit untuk diukur.
C (s) + 2 H2 (g)
Langkah Hf
Langsung =H1+2H2+(-H3)
Langkah tak = - 74,8 kJ
langsung 1
+2O2 (g) CH4 (g)
Gambar 6.6. Diagram energi pembentukan CH4: Langsung dan tak langsung,
berdasarkan perhitungan hukum Hess.
Pembahasan:
C2H5OH(l) + 3 O2(g) 2 CO2(g) + 3 H2O(l) H = - 327,6 kCal (1)
C2H4O(l) + 5/2 O2(g) 2 CO2(g) + 2 H2O(l) H = - 279 kCal (2)
Lakukan perubahan sesuai dengan produk reaksi yang diinginkan:
Reaksi (1)x2: 2 C2H5OH(l) + 6 O2(g) 4 CO2(g) + 6 H2O(l) H= -655,2 kkal
{Reaksi (2)dibalik}x2: 4 CO2(g) + 4 H2O(l) 5 O2(g) + 2 C2H4O(l) H =+558 kkal
Total Reaksi: 2 C2H5OH(l) + O2(g) 2 H2O(l)+2 C2H4O(l) Hr = - 97,2 kkal
Route
Route11 H1=Hf NaCl = - 411 kJ
H2=Hpenguapan Na = +109 kJ
H1 H1 H3=Hionisasi 1 (IE1) Na =+494 kJ
Na(s) + ½ Cl2 NaClNaCl
(s) (s) H4= Hatomisasi Cl2 = +121 kJ
H5= Afinitas electron (EA) Cl = -364 kJ
H2 H4
H6= Energi Kisi (LE) NaCl
Na(g) Cl(g)
H6 Atau: Na+(g) + Cl-(g) Na+Cl-(s) H6
Berdasarkan Hukum Hess maka: H route 1 = H
H3 H5
route 2
Maka: H1 = H2 + H3 + H4 +H 5 +H6
Na+(g) Cl-(g)
Route 2
H6 = H1 - H2 - H3 - H4 - H 5 = - 411 -109
- 494 - 121 – (-364) = -771 kJ
Jadi energi kisi NaCl, Eenegi kisi adalah -771 kJ/mol
Nyala api
Regulator selang
infus
Selang Infus
Bak air
Lakukan inovasi atau rekayasa atas pemanfaatan reaksi karbit dengan air. Buatlah sketsa
dari ide yang muncul. Misalnya mungkin anda mau memanfaatkan reaksi tersebut untuk
memansakan mie instant. Sehingga orang tat kala membeli mie instan tidak perlu
merebus air dengan kompor tetapi memansakan dari panas yang timbul dari reaksi.
𝑺𝒌𝒐𝒓
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑻𝒖𝒈𝒂𝒔 𝑹𝑰 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟏𝟖
Terjadinya reaksi kimia disebabkan karena adanya tumbukan atau tabrakan antar
molekul-molekul pereaksi dengan arah yang tepat dan memiliki energi yang cukup untuk
mengatasi energi aktivasi molekul pereaksi. Molekul pereaksi yang menerima tumbukan
akan berubah menjadi molekul teraktivasi (kompleks transisi) dan segera berubah menjadi
produk (hasil reaksi). Senyawa pada keadaan kompleks teraktivasi ini bersifat tida k
stabil. Untuk mencapai keadaan kompleks teraktivasi, diperlukan energi yang disebut
energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi potensial yang harus dilampaui sebelum
terjadi reaksi kimia.
Kompleks teraktivasi merupakan tahap persimpangan ketika kenaikan mulus
energi potensial pada saat pereaksi (reaktan) saling mendekat menjadi penurunan mulus
ketika molekul hasil reaksi (produk) memisah. Ini berarti, tidak semua pasangan yang
bereaksi menghasilkan reaksi. Hanya pasangan yang memiliki energi kinetik cukup dapat
melonggarkan ikatannya dan menata ulang atom-atomnya sewaktu mencapai keadaan
transisi yang memisahkan pereaksi dari hasil reaksi. Jika halangan ini terlalu tinggi,
hampir semua pasangan molekul pereaksi yang bertumbukan berpisah satu sama lain
tanpa bereaksi. Gambar 7.1 adalah grafik energi potensial versus posisi di sepanjang
lintasan reaksi untuk reaksi:
Dua energi aktivasi yang ditunjukkan pada gambar 7.1 adalah Ea,f (energi aktivasi
untuk reaksi ke arah hasil reaksi), dan E a,r (energi aktivasi untuk reaksi ke arah
energi
energi
EA = energi aktivasi
EA = energi aktivasi
hasil reaksi
H = pereaksi H =
Gambar 7.2 Energi Aktivasi (a) Untuk Reaksi Endoterm (b). Untuk Reaksi Eksoterm
Laju reaksi () adalah perubahan konsentrasi (C) pereaksi atau hasil reaksi dalam
setiap perubahan satuan waktu (t). Laju reaksi merupakan harga rata-rata laju reaksi
dalam setiap satu satuan waktu karena reaksi pada awalnya lambat, makin cepat, lambat
dan berhenti. Karena laju reaksi merupakan harga rata-rata, rumus laju reaksi ditetapkan
melalui persamaan diferensial dan integral
d [ N 2 ] d [ H 2 ] d [ NH 3 ] d [ N 2 ] 3.d [ N 2 ] 2.d [ N 2 ]
v N 2 : v H 2 : v NH 3 : : : : 1: 3 : 2
dt dt dt dt dt dt
7.3. Rumus Umum Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Sebagian besar reaksi kimia berlangsung melalui beberapa tahap reaksi agar
menghasilkan tumbukan yang efektif. Hukum laju untuk reaksi keseluruhan untuk reaksi
yang demikian tidak dapat diturunkan langsung dari persamaan reaksi stoikhiometrinya,
melainkan harus melalui data eksperimen. Setiap langkah (tahap) reaksi disebut reaksi
elementer. Laju reaksi elementer berbanding langsung dengan hasil kali konsentrasi
unsure-unsur yang bereaksi dan masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
Reaksi elementer dibedakan atas: (1) reaksi elementer unimolekuler (melibatkan satu
molekul pereaksi), (2) reaksi elementer bimolekuler (melibatkan dua molekul pereaksi) dan
(3) reaksi elementer termolekuler (melibatkan tiga molekul pereaksi meskipun reaksinya
sangat jarang terjadi).
Pembahasan:
Misalkan v k .[ NO]x .[O2 ] y
v1 [ NO]1 x [O2 ]1 y
( ) .( )
v2 [ NO]2 [O2 ]2
1 1
( )x x = 2
4 2
Rumus umum laju reaksi adalah: v k .[ NO] .[O2 ]
2
Contoh Soal 3:
Dari reaksi: A + B C pada suhu tertentu diperoleh data percobaan sebagai berikut:
No. Percobaan [A] (M) [B] (M) Laju reaksi (M/detik)
1 0,01 0,09 3.10-5
2 0,02 0,04 4.10-5
3 0,03 0,25 1,5.10-4
4 0,04 0,16 1,6.10-4
Tentukan hukum laju dan tetapan laju reaksi dari reaksi tersebut!
Pembahasan:
v3 [ A]3 x [ B]3 y 4
( ) .( ) 1,5.105 ( 0,03 ) x .( 0,25 ) y 15 ( 3 ) x .( 25 ) y
v2 [ A]2 [ B]2 4.10 0,02 0,04 4 2 4
Oleh Karena penentuan perubahan konsentrasi yang kecil (C) selama interval waktu
yang singkat (t) agak sukar maka laju reaksi harus dibuat dalam persamaan integral.
(Waktu paruh reaksi (t-1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar separuh dari pereaksi sudah
bereaksi atau separuh lagi masih tinggal. Bentuk diferensial dan integral dari suatu reaksi:
P H, ditunjukkan dalam tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1. Rumus umum laju reaksi terintegrasi
Orde Diferensial Integral Waktu paruh (t-1/2)
reaksi
0 dC Ct C0 k .t C0
k.C 0 k
dt 2.k
1
dC
k.C
ln Ct ln C0 k .t 0,693
dt k
2
dC
k.C 2
1
1
k .t
1
dt Ct C 0 C 0 .k
Contoh Soal 4:
Laju reaksi: OH-(aq) + NH4+(aq) H2O(l) + NH3(aq) adalah orde reaksi satu bagi
konsentrasi OH- maupun NH4+ dan tetapan laju (k) pada 200C adalah 3,4.1010 L.mol-1.s-
1. Andaikan 1 L Larutan NaOH 0,001 M dengan cepat dicampurkan dengan NH4Cl 0,001 M
Pembahasan:
Orde reaksi terhadap OH- = 1 dan orde reaksi terhadap NH4+ = 1, maka orde reaksi total =
2
1 1 1 1
k .t 5
3
3,4.1010.t t = 2,9.10-6
Ct C 0 1.10 1.10
Waktu yang diperlukan adalah 2,9.10-6 detik
Latihan Soal:
1. Data laju reaksi dari reaksi: P + Q R ditunjukkan pada tabel berikut:
Rumus umum dan tetapan laju reaksi dapat ditetapkan dengan cara: (a)
membandingkan data percobaan demi percobaan hingga diperoleh harga orde reaksi yang
tetap atau hampir sama, (b) dengan memplot grafik dan (c) menggunakan kalkulator.
Contoh Soal 5:
Penguraian dinitrogen pentoksida telah dikaji dalam pelarut karbon tetra klorida (CCl 4)
pada suhu tertentu: 2 N2O5 4 NO2 + O2 dengan data percobaan sebagai berikut:
No [N2O5] (M) Laju awal (M/detik)
1 0,92 0,95.10-5
2 1,23 1,20.10-5
3 1,79 1,93.10-5
4 2,00 2,10.10-5
5 2,21 2,26.10-5
Tentukan hukum laju reaksi dan hitung konstanta laju reaksi dengan cara: (a)
membandingkan data percobaan, (b) membuat grafik dan (c) menggunakan kalkulator!
Pembahasan:
Misalkan hukum laju adalah: v k.[ N 2O5 ]n (n adalah orde reaksi)
a. Membandingkan data percobaan demi percobaan
v2 [ N 2O5 ]2 n 1,20.105 1,23 n
( ) 5
( ) 1,263 1,337 n
v1 [ N 2O5 ]1 0,95.10 0,92
log 1,263 n. log 1,337 0,1014 = n. 0,1261 n = 0,804 ….… (1)
v3 [N O ] 5
( 2 5 3 ) n 1,93.105 (1,79 )n 1,608 1,455 n
v2 [ N 2O5 ]2 1,20.10 1,23
log 1,608 n. log1,455 0,206 = n. 0,1629 n = 1,265 …........… (2)
v4 [ N 2O5 ]4 n 2,10.10 5 2,00 n
( ) 1,088 1,117
n
) 5
(
v3 [ N 2O5 ]3 1,93.10 1,79
log 1,088 n. log1,117 0,037 = n. 0,048 n = 0,770 …..…… (3)
v5 [N O ] 5
( 2 5 5 ) n 2,26.105 ( 2,21 )n 1,076 1,105 n
v4 [ N 2O5 ]4 2,10.10 2,00
log 1,076 n. log1,105 0,032 = n. 0,043 n = 0,744 …..…….. (4)
(0,804 1,265 0,770 0,744)
Rata-rata harga n 0,896 n 1
4
NB: Harga rata-rata n akan semakin akurat jika membandingkan percobaan demi
percobaan semakin banyak.
Hukum laju reaksi ádalah v k.[ N2O5 ]
Harga k ditetapkan dengan cara mensubstitusi hukum laju pada setiap percobaan:
b. Membuat Grafik
Hukum laju reaksi adalah v k.[ N 2O5 ]n log v log k n. log[ N 2O5 ]
Plot log [N2O5] (sb x) terhadap log v (sb y) akan menghasilkan intersep sebesar log k dan
slop sebesar n. atau y/x
-4,58
-0,05
-4,62 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
-4,66
-4,7
-4,74
-4,78
log v
-4,82
-4,86
-4,9
-4,94
-4,98
-5,02
-5,06
log [N2O5}
Slop (kemiringan garis) ditetapkan dengan mencari selisih harga dua titik pada sumbu x dan
y.
y y4 y3 4,6778 (4,7144 0,0366
0,76 , berarti n = 0,76 n 1
x x4 x3 0,3010 0,2529 0,0481
Intersep (titik potong terhadap sumbu y) = -4,99, berarti log k = -4,99 k 1,05.10-5
Hukum laju reaksi v 1,05.105.[ N2O5 ]
c. Menggunakan Kalkulator program Linier (Lin)
Persamaan umum garis linier (garis lurus) pada kalkulator ádalah: y = a + b x dimana a
adalah intersep dan b adalah slop. Persamaan garis linier tersebut akan sama dengan
persamaan log v log k n. log[ N 2O5 ] dimana y = log v, a = log k, b = n dan x = log [N2O5].
Dari data pada tabel 7.1, terlihat bahwa tingkat reaksi atau orde reaksi
terhadap NO adalah 2. Artinya, jika konsentrasi NO dinaikkan dua kali, maka laju reaksi
menjadi empat kali. Dan jika konsentrasi NO dinaikkan menjadi tiga kali, maka laju
reaksinya menjadi sembilan kali.
Gambar 7.3. Distribusi energi kinetik molekul gas pada T dan (T + 10) K
Pada tahun 1889, Svante Arrhenius menyatakan bahwa tetapan laju bervariasi
secara eksponensial dengan kebalikan suhu, sesuai dengan persamaan:
k Ae Ea / RT
dimana k adalah tetapan laju, Ea adalah energi aktivasi, A adalah tetapan Arrhenius,
R adalah tetapan Gas Ideal (R=8,314 J.K -1 .mol-1 ) dan T adalah suhu mutlak. Logaritma
natural (ln) untuk persamaan ini adalah:
Ea
ln k ln A
RT
Apabila dibuat grafik dengan cara memplot 1/T (sumbu x) terhadap ln k (sumbu y)
akan diperoleh persamaan garis lurus, dengan kemiringan (slop) yang besarnya sama
dengan –Ea/R. Garis lurus tersebut akan memotong sumbu y pada ln A
Contoh Soal 6:
Penguraian hidroksilamina (NH 2 OH) dengan adanya oksigen mengikuti hukum laju
Karena nilai Ea sudah diketahui, maka tetapan A dapat dihitung dengan menggunakan
data pada salah satu suhu. Pada 273 K,
Ea
ln A ln k1
RT
6,52 x10 4 Jmol 1
ln A ln( 0,237 x10 4 ) 10,65 28,73 18,08
8,314 JK 1 mol 1 (273 K )
A e18,08 7,1x10 7 Lmol 1 det 1
Nilai Ea dan A yang lebih teliti dapat ditentukan dari beberapa suhu, bukan hanya dari
dua suhu.
Pengaruh Katalis
Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi tanpa mengalami perubahan kekal
dalam reaksi. Katalis jenis ini sering disebut pula katalis positif. Keterlibatan katalis dalam
reaksi tidak memberikan energi tambahan kepada molekul-molekul yang bereaksi, tetapi
memberikan jalan baru untuk berlangsungnya pemutusan dan pembentukan ikatan
dengan energi aktivasi yang lebih rendah, sehingga lebih banyak molekul yang dapat
melampaui energi aktivasi, seperti yang ditunjukkan pada gambar 7.5.