You are on page 1of 14

STUD1 BEBAN KERJA PETUGAS DALAM KEGIATAN PENCATATAN

DAN PELAPORAN Dl PUSKESMAS WLlNGl DAN NGLEGOK


KABUPATEN BLITAR

Lestari Handayani, Bambang Wasito, Sulistiyawati, Siswanto'

ABSTACT
Recording and reporting (RR) program is one out of many activities that run in health center
(HC). Complain from the health manpower were still exist althought some revision of the RR
forms has been done. Hence, it was become the topic of this study. This study described the fact
at 2 HCs in Blitar that are Nglegok HC (with inpatient services) and Wlingi HC (without inpatient
semMce).
The study found that there are 135 recording forms and 87 reporting Iorms in HC which
cover the semces programs run by HC. The HC staffs spend 30% of their working hour in average
to do the RR. Most of the data came from the rural area wich collected by bidan desa" (midwives
who located in ruralarea) and then the HC staff did the data rec@tulation. The HC staffs complained
about the RR activities due to the complexity, ovedapping, inconsistency and the number of RR
forms. The obstacles for doing the RR is explored, and the study found some of them such as!he
high target to be reach, many program to be handled, limitation of the resource. The HC staffs
expected simple RR forms which cover only the important data needed by higher level (district
health oifice) while the rest will record and report according to the HC need.

Key words: recording and reporting; health centre

PENDAHULUAN serta meningkatkan kesehatan baik


individu rnauiun kelornpok rnasyarakat.
Kegiatan yang dilakukan puskesrnas
Dalarn melaksanakan kegiatan yang
meliputi kegiatan pelayanan pengobatan
diiaksanakan di puskesmas selalu
dan perawatan kepada rnasyarakat
disertai dengan kegiatan pencatatan
yang rnernbutuhkan. Disarnping itu
pelaporan. Kegiatan ini rnerupakan
puskesrnas rnernpunyai tugas untuk
rekarnan dari seluruh kegiatan
mernbina rnasyarakat di wilayahnya
puskesrnas yang dapat dirnanfaatkan
dalarn rnenjaga dan mernpertahankan
sebagai dokumentasi kegiatan, sebagai

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanandan Teknologi Kesehatan JI. lndrapura 17, Surabaya
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001:27-40

laporan pertanggungjawaban pelaksana- kegiatan tersebut kurang dirasakan. Yang


an program, memonitor kegiatan, atau dipermasalahkan dalam penelitian ini
sebagai penilaian kinerja puskesmas adalah seberapa jauh kegiatan PP
(Bucharl Lapau dkk. 1987). mengambil waktu kerja efektif petugas
Sistem Pencatatan Pelaporan puskesmas dan seberapa besar beban
Terpadu Puskesmas (SP2T P) serta kendala yang dihadapi.
merupakan suatu sistem pencatatan dan
pelaporanyang diterapkandi puskesmas
TUJUAN PENELlTlAN
secara nasional sejak tahun 1981 (Dinkes
Propinsi Jawa Timur, 1981). SP2TP Secara umum penelitian ini bertujuan
disadari telah memberikan beban untuk (1) mengkaji beban keja petugas
tambahan, serta kurang dirasakan dalam melaksanakan kegiatan
manfaatnya dalam menunjang pencatatan dan pelaporan terpadu
manajemen puskesmas. Telah puskesmas (SP2TP) serta pencatatan
ditemukan beberapa kendala rendahnya pelaporanyang lain di tingkat puskesmas;
pemanfaatan SP2TP antara lain variabel (2) mengkaji tentang jenis dokumen
terlalu banyak dan lebih berorientasipada pencatatan dan pelaporan yang
kebutuhan tingkat pusat, hasil isian dikerjakan di tingkat puskesmas dan
SP2TP sulit dimengerti maknanya untuk (3) hambatan yang ditemukan dalam
kepentingan lokal, umpan balik jarang pelaksanaan kegiatan pencatatan
diberikan, seringnya permintaan laporan pelaporan. Saran dari petugas pelaksana
khusus baik dari tingkat kabupaten, pencatatan dan pelaporan ditampung
propinsi maupun pusat, pedoman sebagai masukan bagi pihak pengambil
pemanfaatan data SP2TP belum ada. keputusan.
Oleh karena itu pada tahun 1996
dilakukan penyederhanaan SP2TP yang
lebih sesuai dengan kebutuhandi tingkat BAHAN DAN CARA
operasional dilengkapi dengan Sistem Penelitian ini merupakan suatu
lnformasi Manajemen Puskesmasl penelitian deskriptif dengan lama
SlMPUS (Depkes, Buku I, 11, 111 1997). penelitian sembilan bulan dimulai pada
Meskipun telah dilakukan bulan Maret sampai Desember 2000.
penyederhanaan SP2TP namun pada Populasi penelitian adalah puskesmas
kenyataannya keluhan tentang kegiatan dengan pelayanan rawat jalan dan rawat
pencatatan dan pelaporan (PP) oleh inap yang melayani masyarakat dengan
petugas puskesmas masih sering jumlah kunjungan bulanan yang cukup
dijumpai (Buchari Lapau dkk, 1987). tinggi. Sampel penelitian diambil secara
Petugas puskesmasmerasa kegiatan PP purposif yaitu 2 puskesmas di kabupaten
memberatkan sedangkan manfaat dari Blitar, satu puskesmas non perawatan
Studi Beban Kerja Petugas dalarn Kegiatan (1.estari Handayani eta0

(puskesrnasWlingi) dan satu puskesrnas IMR 17,53 perrnil & 24,l perrnil, MMR
dengan perawatan (puskesrnas Nglegok) 0,94 perrnil & 0,71 perrnil, CDR
dan dipilihkan dengan keadaan wilayah 5,25perrnil & 6,12 perrnil. Wilayah
dan status sosial ekonorni serta puskesrnas Nglegok terdiri dari
kesehatan yang tidak jauh berbeda. 1 kelurahan dan 10 desa. Jenis
Variabel penelitian adalah beban pelayanan di puskesrnas Nglegok selain
kerja pencatatan dan pelaporan, jenis pelayanan rawat jalan juga rnerniliki unit
pencatatan dan pelaporan, alur/proses rawat inap dengan 13 ternpat tidur
pengisian laporan, harnbatan yang perawatan dan 3 ternpat tidur untuk
dihadapi petugas puskesmas dalarn persalinan serta merniliki 3 puskesrnas
rnelaksanakan tugas pencatatan pembantu dan 7 polindes serta
pelaporan dan saran yang disarnpaikan. 85 posyandu. Wilayah puskesrnas Wlingi
Data dikumpulkan dengan bantuan terdiri dari 5 kelurahan dan 1 1 desa.
kuesioner dan forrnulir isian serta buku Puskesrnas Wlingi hanya rnernberikan
catatan harian yang digunakan untuk pelayanan rawat jalan dengan fasilitas
rnernbantu dan rnernberi kernudahan lain berupa 4 puskesrnas pernbantu dan
dalarn pengurnpulan data. Data tersebut 1 1 polindes. Karena letaknya yang cukup
akan rnenggarnbarkanjurnlah jam dalarn strategis dan rnerupakan kota kecarnatan
satu bulan yang dirnanfaatkan yang cukup rarnai, di wilayah Wlingi juga
oleh petugas puskesrnas dalarn terdapat fasilitas kesehatan lain yaitu
rnelaksanakan kegiatan utarna sesuai 1 rurnah sakit, 1 rumah bersalin dan
tugas pokok dalarn struktur puskesrnas, 4 klinik swasta.
kegiatan tarnbahan dan kegiatan lain di
luar tugas puskesrnas. Data yang Beban Kerja Petugas Puskesmas
diperoleh disusun secara deskriptif
Petugas puskesrnas yang
dengan ditarnbah dengan rnasukan dari
rnelakukan pelayanan langsung untuk
petugas rnaupun kepala puskesmas
rnasyarakat (di luar petugas tata usaha)
untuk rnendapatkan hasil yang lebih
banyak yang rnelaksanakan kegiatan
konkrit,
rangkap. Petugas puskesrnas Nglegok
yang melaksanakan tugas rangkap
HASlL PENELlTlAN & PEMBAHASAN antara lain Perawat Pustu rnerangkap
untuk semua kegiatan yang dilaksanakan
Kedua puskesrnas sarnpel penelitian
di pustu mulai kegiatan pembersihan
terletak dalarn wilayah kabupaten Blitar
sarnpai dengan pelayanan pengobatan,
yaitu puskesrnas Nglegok dan Wlingi. petugas loket rnerangkap P2M, petugas
Status kesehatan kedua wilayah ini tidak sanitasi rnerangkap PKM, JPS BK dan
jauh berbeda. Data tentang indikator
JPKM. Sedangkan untuk puskesrnas
kesehatan di Nglegok dan Wlingi yaitu
Wlingi kegiatan yang dirangkap adalah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 27-40

petugas KIA merangkap BP pustu, lama jam kej a efektif sesuai kenyataan
petugas BP merangkap bendahara dengan lama jam kerja seharusnya
JPKM, retribusi barang, petugas BP terdapat selisih sekiiar 2000 menit atau
merangkap TB Paru dan kesehatan jiwa, 33 jam 20 menit dalam sebulan, atau
petugas BP pustu merangkap UKS dan dengan pengertian lain lama waktu
imunisasi, petugas PHN merangkap tersebut merupakanjam kerja yang tidak
program usila dan bendahara, petugas termanfaatkan. Dengan melihat keadaan
UKS merangkap JPSBK. tersebut, tampaknya efektifitas kerja
Beban kerja untuk kegiatan petugas puskesmas masih dapat
pencatatan dan pelaporan di puskesmas ditingkatkan dengan memaksimalkan
Nglegok dan Wlingi bervariasi untuk waktu kerja efektif.
setiap jenis program. Waktu kerja efektif Bila dilihat dari pemanfaatan jam
(dihitung berdasar waktu yang benar- kerja yang digunakan untuk kegiatan
benar dimanfaatkanuntuk melaksanakan pencatatan, terlihat jauh lebih tinggi
tugas puskesmas) yang digunakan dibandingkan untuk pelaporan. Kegiatan
petugas puskesmas Nglegok untuk pencatatan dilakukan oleh seluruh
melaksanakan tugas puskesmas secara petugas puskesmas yang terlibat dalam
keseluruhan berkisar antara 5.91 0 menit suatu program puskesmas sedangkan
sampai 16.875 menit dengan rata-rata untuk menyusun laporan dikerjakan oleh
8.324 menit per bulan (32 responden). petugas tertentu saja. 8 orang (25%) staf
~hdangkanuntuk puskesmas Wlingi puskesmas Nglegok menggunakan
berkisar antara 4.895 menit sampai waktu efektif kurang dari 20%, 18 orang
12.130 menit dengan rata-rata 8.01 0 (56,3%) memanfaatkan > 20-40%
menit per bulan (21 responden). Lebih sedangkan 6 orang (18.7%)
lengkapnya dapat dilihat tabel 1 dan 2. memanfaatkan lebih dari > 40% waktu
Secara keseluruhan rata-rata efektifnya untuk kegiatan pencatatan dan
petugas di dua puskesmas penelitian pelaporan (PP). Sedangkan di
melaksanakantugas puskesmas selama puskesmas Wlingi, 10 orang (47,7%)
lebih dari 8.000 menit dalam satu bulan. petugas puskesmas melakukan kegiatan
Bila dihitung seluruh jam kerja PP yang proporsinya kurang dari 20%
seharusnya pada saat yang sama dengan dari seluruh jam kerja efektif. Sembilan
pencatatan waktu efektif studi ini (satu orang (42,8%) rnelakukan pekerjaan PP
bulan dengan 6 hari kerja per minggu, jam dengan proporsi antara > 20-40%
kerja Senin sampai dengan Kamis pukul sedangkan hanya 2 orang (9,5%) yang
07.00-14.00 dan Jum'at pukul 07.00- proporsi beban kerja PP terhadap seluruh
11.OO serta Sabtu pukul 07.00-1 2.00) jam kerja efektif sebesar lebih dari 40%
rnaka ditemukan angka sebesar 10.140 diantaranyatermasuk petugas loket yang
menit. Dengan demikian dibandingkan seluruh waktu efektifnya digunakan untuk
Studi Beban Kerja Petugas dalam Kegiatan (Lestari Handayani eta0

Tabel 1. Beban Kerja Petugas Puskesrnas untuk Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan (PP) dan
Kegiatan Non PP Selama Satu Bulan, Kecarnatan Nglegok - Blitar, Juli-Agustus 2000
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 27-40

l a b e l 2 Beban Kerja Petugas Puskesmas untuk Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan (PP) dan
-
Kegiatan Non PP Selama Satu Bulan, Kecamatan Wlingi Blitar, Juli-Agustus 2000

Keterangan untuk tabel 1 dan 2:


1. Tempat tugastunit kerjalprogram yang ditangani.
2. Waktu (dalam menit) yang dimanfaatkan untuk melakukan tugas puskesmas.
3. Proporsi waktu yang dipergunakan untuk melakukan pencatatan kegiatan puskesmas
dibandingkan dengan seluruh waktu efektif.
4. Proporsi waktu yang dipergunakan untuk melakukan pelaporan kegiatan puskesmas
dibandingkan dengan seluruh waktu efektif.
5. Proporsi waktu yang dipergunakan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan
puskesmas dibandingkan dengan seluruh waktu efektif.
6. Proporsi waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan puskesmas yang bukan (non)
pencatatan dan pelaporan dibandingkan dengan seluruh waktu efektif.
Studi Beban Kerja Petugas dalam Kegiatan (Lestari Handayani et al)

melakukan pencatatan dan pelaporan. bulanan dan tahunan ditarnbah beberapa


Secara rata-rata diketahui bahwa laporan tambahan lain bila ada.
kegiatan PP di puskesmas Nglegok dan Diperoleh keterangan dari petugas
Wlingi mengambil waktu efektif petugas bahwa untuk pelaksanaan kegiatan PP,
sebesar 28,91 dan 25,46%. petugas pemegang program puskesmas
Perlu diperhatikan dalam ha1 ini sebagian pernah mendapat pelatihan
adalah apakah penggunaan porsi waktu tetapi dikhususkan untuk setiap jenis
untuk kegiatan PP tersebut memang program bukan secara keseluruhan.
sudah proporsional dalam rangka Sedangkan petugas SP2TP belum
pelaksanaan tugas selaku fasilitas mendapat pelatihan secara khusus namun
pelayanan kesehatan. Penggunaan sudah menerima buku-buku pedoman
waktu kerja untuk kegiatan PP SP2TP dan SIMPUS sebagai acuan dalam
selayaknya dalam proporsi yang penyelenggaraan kegiatan PP.
seimbang dengan kegiatan pelayanan Pada umumnya kegiatan pelaporan
untuk masyarakat yang merupakan tugas oleh petugas SP2TP banyak dibantu oleh
utama puskesmas. Namun perlu diingat petugas masing-masing program untuk
pula bahwa selaku fasilitas milik menyediakan data yang dibutuhkan.
pemerintah tentu juga mempunyai Sumber data dokumen pelaporan di
tanggung jawab dalam ha1 pelaporan, di puskesmas dilakukan dengan berdasar
mana data dari pelaporan tersebut pada dokumen pencatatan yang
sebenamya ditujukan antara lain untuk dikerjakan sebagai kegiatan harian
dimanfaatkan dalam rangka peningkatan ataupun mingguan atau bulanan petugas ,
manajemen puskesmas. program yang bersangkutan. Beberapa
pencatatan yang dibuat tidak
Jenls Dokumen Pencatatan dan dimanfaatkan sebagai sumber pelaporan
Pelaporan serta Proses Penyusunan tetapi dipersiapkan untuk memenuhi
Pelaporan kebutuhan data yang menunjang
Kegiatan PP dalam SP2TP telah peningkatan pelayanan kesehatan baik
disederhanakan dan pengaturan lebih lintas program ataupun lintas sektor yang
rinci serta teknis tentang SP2TP diatur terkait dengan kesehatan, serta dalam
dalam SIMPUS (Sistem lnformasi rangka penilaian kinerja puskesmas.
Manajemen Puskesmas). Dalam Petugas SP2TP mengumpulkan data dari
pedoman terbaru terdapat perubahan masing-masing program kemudian
pada beberapa formulir pelaporan yang digabungkan dengan beberapa data lain
harus diisi oleh puskesmas. Dengan dari luar puskesmas misalkan
demikian puskesmas hanya akan kecamatan, BKKBN, Pertanian,
dibebani oleh formulir pelaporan rutin Depdikbud, PU dll. untuk disusun dalam
forrnulir pelaporan.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 27-40

Jenis dokurnen PP yang dikirirn ke 1 kartu rekarn kesehatan keluarga,


tingkat atas sangat bewariasi untuk setiap 16 kartu individu, 42 register atau total
jenis upaya pokok puskesmas. 59 rnacarn pencatatan.
Pencatatan dilakukan di registedkartu Pelaporan dalam penelitian ini
status/formulir isian yang telah baku atau diternukan sebanyak 87 formulir/jenis
di buku bantu yang disusun sendiri oleh pelaporan yang dibuat oleh petugas (lihat
petugas. Pelaporan pada urnumnya tabel 3) sedang jumlah laporan yang
dilakukan dengan format yang sudah dikirirn ke Dinas Kesehatan tingkat I1
baku dalam bentuk formulir isian. Dalarn sebanyak 53 rnacarn terdiri dari 3 buah
penelitian ini setelah dirangkurn untuk laporan tahunan, 1 laporan sernesteran,
kedua puskesrnas Nglegok dan Wlingi 43 buah laporan bulanan, 2 laporan
diternukan 135 macarn pencatatan (lihat rningguan, 1 laporan 2 rningguan,
tabel 3) yang berupa register, kartu status, 3 laporantribulan. Hal ini oleh karena ada
formulir isiankartu lain dan buku bantu. beberapa laporan yang tidak dikirirn tetapi
Jumlah pencatatan ini dua kali lipat dipersiapkan untuk penilaian puskesmas
dibandingkan jurnlah pencatatan atau keperluan lain. Sedangkan bila
sehantsnya berdasarkan buku petunjuk dibandingkan dengan petunjuk SP2TP
pengisian pencatatan SPPTP yaitu ternyata pengiriman jurnlah pelaporan

TaBel 3. Jenis pencatatan dan pelaporan untuk setiap jenis upaya pokok puskesmas
Studi Beban Kerja Petugas dalarn Kegiatan (1.estari Handayani eta?

rutin bulanan hanya terdiri dari 4 macam merupakan beban tambahan serta
formulir saja yaitu formulir data kesakitan sebagian menganggap sebagai
(LBl), laporan pemakaian dan lembar pekerjaan yang sia-sia karena
permintaan obat (LB2), gizi, KIA, manfaatnya secara langsung tidak
imunisasi dan pengamatam penyakit dirasakan. Pemanfaatandata puskesmas
(LB3), serta kegiatan puskesmas (LB4), sebagai bahan untuk pelaksanaan
sedang laporan bulanan sentinel adalah manajemen puskesmas juga kurang
formulir data penyakit imunisasi, lspa dan dirasakan oleh dokterrkepala puskesmas
diare (LB-1S) dan KIA, gizi dan penyakit oleh karena terbatasnya petugas yang
akibat kerja (LB-2s). Laporan tersebut mampu menganalisis data.
belum termasuk laporan tahunan rutin
puskesmas yang terdiri dari LT-1 (data Hambatan dan Saran dalarn
dasar puskesrnas), LT-2 (data Pelaksanaan Kegiatan Pencatatan dan
kepegawaian) dan LT-3 (data peralatan). Pelaporan
Jumlah pelaporanyang ditemukan dalam
Hambatan yang dirasakan dalarn
penelitian ini menjadi banyak antara lain
melaksanakan kegiatan PP untuk
karena beberapa formulir dipecah-pecah
masing-masing pemegang program
sesuai jenis program, meskipun begitu
masih banyak tambahan laporan yang disampaikan kepada peneliti dilengkapi
harus dibuat oleh petugas puskesmas. dengan hasil wawancara dengan dokterl
Bila ditotal secara keseluruhan kepala puskesmas menghasilkan
terdapat lebih dari 200 macam informasi sebagai berikut:
pencatatan dan pelaporan yang harus a) Rata-rata petugas di puskesmas
dikerjakan oleh petugas puskesmas. terlibat di beberapa program pokok
Selain banyaknya macam pencatatan puskesmas. Pada petugas yang
dan pelaporan rutin yang harus dibuat dianggap mampu maka semakin
puskesmas, adanya beberapa jenis PP tinggi beban kerja yang ditangani
tambahan telah menarnbah jumlah PP terrnasuk untuk kegiatan PP.
yang harus disusun. Besarnyajumlah dan b) Berdasar perkiraan dokter
jenis PP layak untuk diperhatikan puskesmas, kegiatan PP menyita
mengingat terbatasnya jumlah petugas hampir 50 persen dari jam kerja
puskesmas disamping beban kerja rata- efektif khususnya yang rnempunyai
rata yang cukup tinggi dengan adanya beban kerja tinggi seperti bidan desa
berbagai program yang harus karena sumber data berasal dari
dilaksanakan. masing-masing wilayah desa.
Dari hasil wawancara, diperoleh Keterlambatan masuknya laporan
bahwa sebagian besar petugas dari wilayah (desa) akan
berpendapat bahwa kegiatan PP penting mengganggu ketepatan waktu
untuk dikerjakan tetapi di satu sisi juga penyelesaian laporan puskesmas.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 27-40

Beberapa jenis laporan tumpang I) Kurang umpan balik dari tingkat atas
tindih satu dengan lainnya (Laporan (Dinas Kesehatan tingkat 11).
SIMPUS dan SP2TP), karena ada m) SDM untuk analisis data kurang
beberapa item yang sama misalkan sehingga pemanfaatan data di
pada LB3-KIA (SP2TP) dan tingkat puskesmas kurang.
SIMPUS. n) Adanya pasien dari luar wilayah
Pengelompokan umur tidak sama puskesmas.
antara formulir satu dengan yang lain o) Laporan bulanan PKL tidak sama
sehingga menyulitkan dan dengan LB4 kesing (SP2TP)
menambah pekerjaan. sehingga pencatatan yang dibuat
Laporan dan administrasi JPS-BK juga harus berbeda.
terialu rumit, laporan harus dipilah- p) Untuk membuat laporan tahunan
pilah untuk setiap program, ditambah tidak cukup dengan melihat data
lagi jumlah kunjungan pasien yang kegiatan yang telah dicatat tapi hams
memanfaatklan program JPS-BK melihat dari instansi lain.
yang meningkat. q) Beberapa target kegiatan tidak
Kegiatan pelaporanpada akhir bulan mungkin dicapai dengan mengikuti
sering mengganggu tugas pokok petunjuk pelaksanaan kegiatan misal
puskesmas. pada program UKS.
Keterbatasan sarana berupa
formulir, komputerlmesin ketik, serta Saran yang diperoleh adalah:
sarana transportasi berupa a) Sistem pencatatan dan pelaporan
kendaraan ataupun biaya bensin disusun lebih sederhana sehingga
untuk melaksanakan kegiatan ke tidak terjadi beberapa laporan yang
masyarakat. sama di beberapa formulir laporan.
Format laporan berganti- (Salah satu saja SP2TP atau
ganti sehingga membingungkan SIMPUS).
sedangkan yang lama tidak dicabut. b) Banyak laporan yang isinya sama
Pengisian ICD untuk diagnosa tetapi kemudian hams dibuat dalam
penyakit seringkali tidak tepat oleh bentuk laporan yang berbeda-beda.
karena dalam pencatatan pada kartu Puskesmas seharusnya hanya
status pasien pada umumnya mengeluarkan satu laporan yang
petugas hanya mengisikan gejala mencakup semua informasi
atau keluhan. yang dibutuhkan dan bukannya
Pengelompokan penyakit ada yang puskesmas hams memilah-milahnya
tidak masuk dalam standar. menjadi beberapa laporan sesuai
Terlalu banyak formulir/kartu/ kebutuhan masing-masingbidang di
register yang harus diisi di BP. tingkat atas.
Studi Beban Kerja Petugas dalam Kegiatan (L.estari Handayani et a0

c) Formulir baru yang ditambahkan Jumlah kunjungan yang seharusnya


untuk menggantikan yang lama dilakukan tidak seimbang dengan jumlah
seharusnya diiringi dengan hari efektif masuk sekolah yang tersedia
penarikan formulir yang lama sedangkan tenaga puskesmas terbatas
sehingga tidak terjadi laporan yang jumlahnya. Hal ini masih ditambah
tumpang-tindih. dengan adanya benturan waktu dengan
d) Formulir dicukupi sehingga tidak tugas untuk program yang lain sehingga
harus menggandakan sendiri. waktu petugas semakin sempit.
e) Laporan disamakan pengelompokan- Umpan balik yang diperoleh dari
nya agar tiak rnenyulin. tingkat atas dirasakan kurang bermanfaat
untuk puskesmas oleh karena hanya
Meskipun sebagian besar petugas menekankan pada ketepatan waktu
menyatakan bahwa pencatatan dan penyerahan laporan dan pencapaian
pelaporan merupakan salah satu target. Umpan balik yang menyangkut isi
kegiatan yang penting tetapi kesadaran laporan belum diberikan oleh tingkat yang
untuk menyampaikan data yang akurat lebih atas sehingga puskesmas belum
tampaknya masih kurang. Adanya target merasakan manfaat dari SP2TP/
dari Dinas kesehatan merupakan salah SIMPUS. Kenyataan ini senada dengan
satu pemicu petugas untuk memanipulasi pernyataan dari satu puskesmas di
data. Hal ini juga diakui oleh dokter Sumatera Barat (Rosmaini Rustam,
puskesmas maupun petugas bahwa data 1986) yang menyatakan tidak menerima
yang disajikan oleh puskesmas tidak umpan-balik dari tingkat yang lebih tinggi.
dapat dikatakan ketepatannya loo%, Oleh karena itu ha1 ini perlu menjadi
namun selisihnya juga tidak terlalu besar pemikiran bagi pemegang program di
dibandingkan dengan angka yang tingkat kabupaten mengingat pentingnya
sebenarnya. Kenyataan tersebut tidak dukungan manajemen di tingkat
selalu dapat digunakan sebagai cermin kabupaten dalam proses perencanaan
rendahnya kinerja petugas oleh karena tingkat puskesmas.
ada beberapa kendala yang mungkin Data puskesmas berupa register,
menyertai dalam pelaksanaan kegiatan buku bantu, formulir pencatatan/
PP. Sebagai contoh adanya kendala pelaporan, seharusnya merupakan
untuk melakukan kegiatan sesuai informasi yang dapat dipakai
petunjuk pelaksanaan, seperti yang menjalankan fungsi menejemen
dialami petugas UKS. Program UKS puskesmas baik menyangkut
mentargetkan jumlah kunjungan ke perencanaan, penggerakan maupun
sekolah-sekolah yang tidak mampu fungsi pengendalian. (Ellen M Brooke
dipenuhi oleh petugas karena banyaknya 1976) menyatakan bahwa suatu register
jumlah sekolah di wilayah puskesmas. dalam pelayanan kesehatan dapat
Buletin Penelitian SisteIm Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 27-40

dirnanfaatkan untuk perencanaan, kegiatan tentunya betbecia untuk rnasing-


pelaksanaan dan penilaian pelayanan. rnasing puskesrnas sesuai dengan situasi
Pada kenyataannya, keadaan di dan kondisi puskesrnas dan wilayah kerja
puskesrnas belurn rnernanfaatkan data yang rnenjadi tanggung jawabnya.
yang ada secara optimal. Hal ini antara Kenyataan yang dihasilkan oleh studi
lain oleh karena adanya keterbatasan ini dapat dijadikan surnber informasi untuk
kernarnpuan SDM (surnber daya rnernperbaiki penyelenggaraan SPPTP.
rnanusia) puskesrnas dalarn Perbaikan diharapkan akan rnernberikan
rnenganalisis data yang ada. hasil informasiyang baik dan bermanfaat
Keluhan petugas tentang banyaknya guna rnernbantu rneningkatkan kualitas
jenis pencatatan dan pelaporan, turnpang rnanajernen puskesrnas. Peningkatan
tindih pelaporan, pengelornpokan yang kualitas pelayanan pernerintah di
tidak konsisten, pernanfaatan yang tidak berbagai bidang terrnasuk pelayanan
dirasakan, perlu rnenjadi pertirnbangan kesehatan sangat penting di era otonorni
bagi usulan penyederhanaan baik daerah karena dapat rneningkatkan
pencatatan dan pelaporan. SPPTP yang efektifitas pernanfaatan puskesrnas
sebenarnya telah direvisi dan sehingga puskesrnas rnarnpu rnengelola
disederhanakan seharusnya segera pelayanan yang diberikan dengan
diterapkan dan tidak lagi banyak rnernanfaatkan secara rnaksirnal
ditarnbah dengan pencatatan dan pendapatan yang diperoleh.
pelaporan lainnya. Kebutuhan data yang
belurn terpenuhi dalarn forrnulir SP2TP
baik untuk tingkat kabupaten, propinsi KESlMWLAN DAN SARAN
atau pusat hendaknya ditarnbahkan Pencatatan dan pelaporan di
secukupnya saja dan bukan dengan cara puskesmas rnerupakan kegiatan yang
rnengulang-ulang formulir lama. hasilnya seharusnya dapat rnenunjang
Adanya keluhan keterbatasansarana rnanajernen puskesrnas tetapi pada
untuk kegiatan pencatatandan pelaporan kenyataannya belurn dirnanfaatkan
seperti ketersediaanforrnulir, rnesin ketik, maksirnal dan hanya dirasakan sebagai
adanya tugas rangkap dll. rnerupakan beban oleh petugas puskesrnas.
suatu kendala yang perlu dipikirkan Keqiatan PP telah rnengarnbilporsi waMu
pernecahannya. Hal ini perlu dikaitkan kerja efektif petugas puskesrnas
dkgan pernanfaatan waMu kej a secara sebanyak harnpir 30%. Peningkatan
efektif sehingga petugas rnarnpu kinerja petugas dengan rneningkatkan
rnelaksanakan tugas pelayanan bagi jurnlah jam kerja, pengaturanpembagian
rnasyarakatdengan baik tanpa melupakan tugas dan pernanfaatan sarana
kegiatan pencatatan dan pelaporan. yang tersedia diharapkan dapat
Pertirnbangan strategi pelaksanaan rnengefektifkan pernanfaatan waktu.
Studi Beban Kerja Petugas dalam Kegiatan (Lestari Handayani eta/)

Banyaknya jenis pencatatan dan tingkat kabupaten mernberikan 'feed


pelaporan di puskesrnas pada back' yang bermanfaat bagi puskesmas
kenyataannya jauh rnelebihijurnlah yang khususnya bagi petugas yang terlibat
seharusnya dibuat sebagairnana langsung dalarn suatu program.
petunjuk pada pedornan SIMPUS. Masih
banyak turnpang-tindih pencatatan dan
DAFTAR PUSTAKA
pelaporan, sefta berbagai buku bantu dan
pencatatan serta pelaporan tambahan Brooke, E.M. 1976. Penggunaan Register
rnenjadikan kegiatan PP rnenjadi beban pada Dewasa ini den pada Wakiu yang
yang cukup rnengganggu tugas pokok akan Datang dalam Sistim lnformasi
mernberikan pelayanan kesehatan Kesehatan. (terjemahan). Jakarta:
kepada rnasyarakat. Depkes RI.
Penyederhanaan bentuk pelaporan Departemen Kesehatan RI. 1997. Buku I.
sebenarnya sudah dilakukan oleh Pedoman sistem infomsi manajemen
Departernen Kesehatan narnun puskesmas. Jakarta: Direktorat
tarnpaknya belurn diterapkan secara Jenderal Pembinaan Kesehatan
rnenyeluruh sehingga masih banyak Masyarakat.
saran untuk penyederhanaanpelaporan.
. 1997. Buku II, Seri A.
Revisi terhadap beberapa formulir
Batasan operasional SP2TP. Jakarta:
pencatatan dan pelaporan perlu Direktorat Jenderal Pembinaan
dipertirnbangkan. Format laporan Kesehatan Masyarakat.
hendaknya tersusun dengan baik
terrnasuk konsistensinya sehingga . 1997. Buku II. Seri B.
rnernudahkan pihak puskesrnas dan Petunjuk pengisian fonulirpencatatan
SP2TP. Jakarta: Direktorat Jenderal
dapat dipilah-pilah sendiri oleh setiap
Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
bidang atau seksi di tingkat kabupaten,
propinsi atau pusat. - . 1997. Buku II Seri D.
SP2TP belum mampu memberikan 1. Kodifikasi Puskesmas, 2. Dafter
inforrnasildata yang akurat oleh karena Tabulasi Dasar Penyakit, 3. lndeks Klas
adanya beberapa kendala agar ha1 Terapi, 4. Daffar Singkatan. Jakarta:
tersebut tidak terjadi perlu ditekankan Direktorat Jenderal Pembinaan
kesadaran kepada petugas teniang Kesehatan Masyarakat.
pentingnya data yang akurat sebagai . 1997. Buku Ill. Petunjuk
salah satu dasar dalam rnengelola suatu Pengolahan dan Pemanfaatan Data
fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk itu SP2TP. Jakarta: Direktorat Jenderal
disarankan agar pihak Dinas Kesehatan Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 27-40

1998. Pedoman Penyusunan . 1995. Sistem Pencatatan


Laporan Puskesmas tentang Morbiditas dan Pelaporan Terpadu Puskesmas.
(LB- 1 ) Berdasar Daftar Tabulasi Untuk Pelatihanpratugas dokfer/dohier
Morbiditas ICD- 10 dan Gejala Penyakit. gigi PTT. Jakarta: Pusat Pendidikandan
Jakarta: Dirjen Binkesmas, Yanmed, Latihan Pegawai.
PPM PLP.
Dinas Kesehatan Provinsi Dati I Jawa Timur.
------ . 1992. Pedoman 1981. Sistem Pencatatan dan
Perencanaan Tingkat Puskesmas Pelaporan Terpadu Puskesmas.
(Microplanning). Jakarta: Pusat Surabaya: Dinkes Prop. Dati I Jatim.
Pendidikan dan Latshan Pegawai.
Lapau Buchari, Achamad Djohari, Mymawati,
. 1997. Petunjuk pengisian Djoko Hartono. 1987. Pemanfaatan
fonnulirpelaporanSPZTP. Buku 11, Seri Data untuk Meningkatkan Kemampuan
C. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen dalam Pelayanan
Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Kesehatan di Tingkat Puskesmas.
Jakarta: Universitas Indonesia, Ford
Foundation, Unicef.

You might also like