You are on page 1of 7

HUBUNGAN KEJADIAN BULLYING VERBAL DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA

DI SMA SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

Rukhaila Ulfatun Nafisah, Dwi Indah Iswanti, Fery Agusman Mutoho Mendrofa
STIKES Karya Husada Semarang, Jl. Kompol R. Soekanto No. 46 Semarang, (024) 6724581
Email: rukhailaun45@gmail.com

ABSTRAK

Pada remaja sering bertindak secara emosional tanpa memikirkan dampaknya sehingga emosional tersebut dapat
menghambat dalam perkembangan anak. Salah satu penghambat dalam perkembangan anak adalah bullying. Bullying
adalah penindasan, peperundungan, perisakan atau pengintimidasian pada seseorang yang akan merasa tertekan dengan
lingkungan disekitarnya sehingga dapat terganggunya interaksi sosial. Mengetahui hubungan kejadian bullying verbal
dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja di SMA Sultan Agung 1 Kota Semarang. Deskriptif kuantitatif dengan
desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah proportional random sampling dengan cara undian pada 153
siswa dengan uji data chi-square. Ditunjukkan mayoritas mempunyai kejadian bullying rendah sebanyak 86 responden
(56,2%), mayoritas mempunyai interaksi sosial baik sebanyak 93 responden (60,8%) dan didapatkan nilai p value sebesar
0,000 < 0,05. Ada hubungan kejadian bullying verbal dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja di SMA Sultan
Agung 1 Kota semarang.

Kata kunci: bullying verbal; interaksi sosial; remaja

ABSTRACT

In adolescents often act emotionally without thinking about its effects so that emotional can inhibit children's development.
One of the obstacles in children's development is bullying. Bullying is oppression, harassment, or intimidation on someone
who will feel pressured by the surrounding environment so that social interaction can be disrupted. This study was to find
out the relationship between the occurrence of verbal bullying and the ability of social interaction in adolescents in Sultan
Agung 1 High School, Semarang City. Quantitative descriptive with cross sectional design was used in this study. The
sampling technique was proportional random sampling by lottery on 153 students with the chi-square data test. It was
shown that the majority had low incidence of bullying as many as 86 respondents (56.2%), the majority had good social
interaction as many as 93 respondents (60.8%) and obtained a p value of 0,000 <0.05. There is a correlation between the
occurrence of verbal bullying with the ability of social interaction in adolescents in Sultan Agung 1 High School Semarang.

Keywords: verbal bullying; social interaction; teenagers


LATAR BELAKANG seperti terjadinya penurunan nilai yang
Remaja adalah seseorang yang sedang berada signifikan, ketakutan, ansietas, depresi,
pada masa transisi dimana antara masa anak- keinginan bunuh diri, bahkan menimbulkan
anak dan masa dewasa. Perubahan dapat terjadinya gangguan interaksi sosial (Zakiyah,
terjadi pada aspek biologis, kognitif, sosial Sahadi dan Meilanny, 2017).
sehingga emosional yang terjadi pada masa Interaksi sosial adalah suatu hubungan
remaja (Sarouphim & Issa, 2017). Tetapi individu dengan individu lainnya, yang dapat
seiring dengan perkembangan zaman, remaja mempengaruhi bahkan terdapat hubungan
sering bertindak secara emosional tanpa timbal balik diantaranya. Perkembangan suatu
memikirkan dampak yang akan dilakukan, remaja tidaklah selalu berjalan dengan optimal,
mengakibatkan seseorang menyakiti sehingga terdapat banyak hal yang
lingkunganya, sehingga emosional tersebut menghambat dalam proses perkembangan
dapat menghambat dalam perkembangan remaja tersebut (Pratiwi, 2016).
anak. Salah satu penghambat dalam Hasil survey wawancara pada hari Jumat, 2
perkembangan anak adalah bullying (Rizki Nur, Februari 2019 dengan guru BK (Bimbingan
2018). Konseling) yang ada pada SMA Islam Sultan
Menurut National Center for Injury Agung 1 Kota Semarang pada didapatkan dari
Prevention and Control (2014), Bullying adalah data bahwa terdapat siswa kelas X-XI
perilaku yang tidak diharapkan terjadi terutama sebanyak 7-10 anak selama satu bulan
di lingkungan sekolah. Bullying dapat diartikan mengadu ke guru BK karena di bullying oleh
sebagai salah satu agresif yang terjadi pada sesama siswa setempat. Hasil survey
kalangan usia sekolah dan melibatkan pendahuluan tidak dijumpai adanya kekerasan
kekuatan yang melibatkan ketidakseimbangan secara fisik, dan mayoritas berupa kekerasan
kekuatan yang berpotensi untuk dilakukan verbal hingga secara psikologis. Sehingga,
secara berulang-ulang. Data Komisi siswa yang menjadi korban bullying tersebut
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2018 menjadi sulit berinteraksi dengan antar
menjelaskan kasus yang paling terjadi dalam temannya dan membuat interaksi sosialnya
pendidikan indonesia adalah bullying. KPAI tidak dapat berjalan dengan optimal. Dampak
mengatakan kasus pendidikan per tanggal 30 yang terjadi korban bullying yaitu yang pendiam
Mei 2018 berjumlah 161 kasus (Nurita, Dewi & dan kurang dapat bergaul menjadi semakin
Rina, 2018). Sedangkan bullying yang paling terkucilkan keberadaanya dan memberikan
banyak dialami pada anak remaja adalah dampak negatif seperti tidak betah pada waktu
bullying verbal sebesar (47%), bullying fisik jam pelajaran bahkan membolos pada waktu
sebesar (30%), bullying sosial sebesar (20%) jam belajar. Adapun rincian data dampak
dan cyberbullying sebesar (3%). Dari data bullying pada siswa pada bulan Januari -
tersebut dapat diketahui bahwa kasus bullying Februari 2019 adalah sebanyak 60% siswa
verbal sangatlah memprihatinkan (Gitry dkk, yang sulit ber interaksi dengan temannya, tidak
2017). betah waktu jam pelajaran adalah 30% siswa,
Menurut Sejiwa (2008), Bullying verbal membolos pada waktu jam pelajaran sebanyak
merupakan tindakan yang dapat terdeteksi dari 10% siswa.
indra pendengaran kita. Bullying secara verbal Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
misalnya, memanggil panggilan yang meledek, untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
pemalakan, pemerasan, mengancam, atau mengenai bullying dengan judul “Hubungan
intimidasi, mengahasut, berkata jorok pada Kejadian Bullying Verbal dengan Kemampuan
korban, berkata menekan, dan Interaksi Sosial pada Remaja di Sma Islam
menyebarluaskan kejelekan korban. Menurut Sultan Agung 1 Kota Semarang”.
International Journal of Special Education ,
Carter & Spancer, mengatakan bahwa
beberapa dampak yang muncul terkait perilaku
bullying dapat dilihat dalam lingkungan sekolah
METODE
Pelaksanaan penelitian ini telah dilaksanakan Tabel 2 Distribusi frekuensi interaksi sosial
di SMA Sultan Agung 1 Kota Semarang dari pada siswa kelas X yang bersekolah di
bulan Desember 2019 – Januari 2020. Jenis SMA Islam Sultan Agung 1 Kota Semarang
penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan pedekatan desain cross Interaksi
Frekuensi
Persentase
sectional. Penelitian kuantitatif dipilih karena sosial (%)

peneliti ingin mengetahui hubungan kejadian Baik 93 60.8


bullying verbal dengan kemampuan interaksi Kurang baik 60 39.2
sosial pada remaja di SMA Sultan Agung 1 Total 153 100.0
Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X yang bersekolah di SMA Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat
Islam Sultan Agung 1 Kota Semarang diketahui bahwa siswa kelas X yang
sebanyak 153 siswa dengan teknik bersekolah di SMA Islam Sultan Agung 1 Kota
Semarang sebagian besar mempunyai
proportional random sampling dengan cara
interaksi sosial baik sebanyak 93 responden
undian. Data dikumpulkan dengan cara peneliti (60,8%) dan sebagian kecil mempunyai
membagi kuesioner pertama yaitu kuesioner interaksi sosial kurang baik sebanyak 60
kejadian bullying verbal, selanjutnya diambil responden (39,2%).
dan diteruskan dengan kuesioner interaksi
sosial kepada responden dan diolah dengan uji Hubungan kejadian bullying verbal dengan
chi-square. interaksi sosial pada remaja di SMA Sultan
Agung 1 Kota Semarang
Tabel 3. Tabel silang antara kejadian bullying
HASIL verbal dengan interaksi sosial pada remaja
Kejadian bullying di SMA Sultan Agung 1 Kota Semarang
Tabel 1. Distribusi frekuensi Kejadian
bullying pada siswa kelas X yang Interaksi sosial p-
Kejadian Jumlah
bersekolah di SMA Islam Sultan Agung 1 Baik Kurang baik value
bullying
Kota Semarang F % F % F %
Tinggi 13 19,4 54 80,6 67 100
Rendah 80 93,0 6 7,0 86 100 0,000
Kejadian Persentase
Frekuensi
bullying (%)
Tinggi 67 43.8 Jumlah 93 60,8 60 39,2 153 100
Rendah 86 56.2
Total 153 100.0

Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat


Berdasarkan table 1 di atas maka dapat
diketahui bahwa remaja di SMA Sultan Agung
diketahui bahwa siswa kelas X yang
1 Kota Semarang dari 67 responden yang
bersekolah di SMA Islam Sultan Agung 1 Kota
mengacu kejadian bullying mayoritas interaksi
Semarang sebagian besar mempunyai
sosial kurang baik sebanyak 54 responden
kejadian bullying rendah sebanyak 86
(80,6%) dan sebagian kecil mempunyai
responden (56,2%) dan sebagian kecil
interaksi sosial baik sebanyak 13 responden
mempunyai kejadian bullying tinggi sebanyak
(19,4%). Sedangkan dari 86 responden
67 responden (43,8%).
mempunyai kejadian bullying mayoritasnya
mempunyai interaksi sosial baik sebanyak 80
responden (93,0%) dan sebagian kecil
mempunyai interaksi sosial kurang baik
sebanyak 6 responden (7,0%). Dari hasil olah
Interaksi sosial
data dengan chi square, didapatkan nilai p
value sebesar 0,000 < 0,05, maka berdasarkan mengenai siswa yang memiliki perilaku kategori
kriteria penolakan Ho dapat dinyatakan perilaku bullying sangat tinggi dan sangat
hipotesa (Ho) ditolak dan Hipotesa (Ha) rendah. Siswa yang memiliki perilaku bullying
diterima berarti ada Hubungan kejadian dengan kategori sangat tinggi berjumlah 6
bullying verbal dengan interaksi sosial pada siswa (21,42%), kategori tinggi berjumlah 10
remaja di SMA Sultan Agung 1 Kota siswa (35,71%), kategori sedang berjumlah 6
Semarang. siswa (21,42%), kategori rendah berjumlah 2
siswa (7,14%), dan kategori sangat rendah
PEMBAHASAN berjumlah 4 siswa (14,28%). Berdasarkan data
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat yang di peroleh maka dapat disimpulkan bahwa
diketahui bahwa siswa kelas X yang masih terdapat sebagian besar siswa yang
bersekolah di SMA Islam Sultan Agung 1 Kota mendapat perlakuan bullying dengan kategori
Semarang mayoritas mempunyai kejadian tinggi.
bullying rendah sebanyak 86 responden Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
(56,2%) dan sebagian kecil mempunyai diketahui bahwa siswa kelas X yang
kejadian bullying tinggi sebanyak 67 bersekolah di SMA Islam Sultan Agung 1 Kota
responden (43,8%). Menurut Sejiwa (2008), Semarang sebagian besar mempunyai
Bullying adalah sebuah situasi di mana interaksi sosial baik sebanyak 93 responden
terjadinya penyalahgunaan kekuatan yang (60,8%) dan sebagian kecil mempunyai
dilakukan oleh seseorang/ sekelompok. Bentuk interaksi sosial kurang baik sebanyak 60
yang paling umum terjadi pada kasus bullying responden (39,2%).
di sekolah adalah pelecehan verbal, yang Menurut Soyomukti (2013), Interaksi sosial
bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda bagi remaja merupakan hal yang sangat
atau meledek seseorang. Kasus bullying penting dalam proses penyesuaian diri remaja,
yang awalnya hanya secara verbal dapat agar bisa berkembang menjadi individu dengan
pula menyebabkan munculnya perlakuan pribadi yang sehat. Hal ini perlu diperhatikan
yang lebih berbahaya, seperti pelecehan mengingat masa remaja dapat dikatakan
secara fisik. sebagai masa yang paling sulit dan masa yang
Perilaku bullying yang terjadi disebabkan rawan dalam tugas perkembangan manusia ini
oleh karena adanya perbedaan antar siswa karena masa remaja adalah masa pancaroba
seperti perbedaan kognitif siswa antara siswa atau masa transisi, dan masa kanak-kanak
yang pintar dan yang kurang pintar, siswa menuju ke masa dewasa. Kemampuan
yang aktif dan siswa yang pasif, siswa yang interaksi sosial merupakan suatu proses
rajin dengan siswa yang cenderung nakal, seseorang sebagai individu dapat melakukan
adanya kelompok- kelompok bermain atau hubungan dengan individu lain sehingga terjadi
terjadi interaksi yang pilih kasih antar siswa hubungan timbal balik dan proses
dengan membeda-bedakan teman serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
terdapat beberapa anak yang memiliki perilaku Seorang individu melakukan suatu bentuk
mengusai kelas sehingga teman-teman lain interaksi sosial bertujuan untuk dapat
menjadi takut dan enggak untuk bermain melangsungkan kehidupannya sebagai
bersama. Hal tersebut yang membuat siswa seorang individu yang seutuhnya. Di dalam
satu dengan yang lain kurang dapat membaur proses interaksi sosial harus terdapat ciri-ciri,
dan membuat korban bullying semakin aspek- aspek, dan syarat-syarat yang saling
terbatasi serta tidak dapat berinteraksi dan mendukung dan saling melengkapi sehingga
bergaul dengan baik di lingkungan sosialnya, interaksi sosial tersebut dapat terjadi
sehingga hal tersebut menyebabkan Menurut penelitian yang dilakukan oleh
kemampuan interaksi sosial siswa yang masih Wahyu Endang (2017), tentang hubungan
kurang (Sejiwa, 2008). antara Perilaku Bullying (Korban Bullying) yang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa interaksi sosial yang
sejalan dengan penelitian Regina Putri (2016), cukup sebanyak 58 responden dengan
persentase 69,9%, sedangkan interaksi sosial guru sangat penting dalam membimbing
yang kurang sebanyak 12 responden dengan siswanya sehingga masalah bullying dapat
persentase 14.5%. teratasi.
Hasil penelitian bahwa Ada Hubungan Menurut Ismiatun (2014), perilaku bullying
kejadian bullying verbal dengan interaksi sosial memberikan dampak bagi interaksi sosial siswa
pada remaja di SMA Sultan Agung 1 Kota sehingga membuat anak yang tidak memiliki
Semarang p value sebesar 0,000 < 0,05. teman menjadi semakin terkucil serta tidak
Sedangkan penelitian dapat diketahui pada dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan
remaja di SMA Sultan Agung 1 Kota Semarang kelasnya. Hal ini sudah sesuai dengan
dari 67 responden yang mempunyai kejadian pendapat dari Les Parson dalam Rohmah
bullying tinggi sebagian besar mempunyai Ismiatun mengenai perilaku bullying terjadi
interaksi sosial kurang baik sebanyak 54 karena terdapat pandangan bahwa interaksi
responden (80,6%) dan sebagian kecil sosial adalah menyangkut hal yang
mempunyai interaksi sosial baik sebanyak 13 membangun dan memelihara suatu hierarki
responden (19,4%). Sedangkan dari 86 sosial sehingga Anak dengan sengaja
responden mempunyai kejadian bullying menggunakan paksaan, manipulasi, status,
rendah sebagian besar mempunyai interaksi harga diri, dan dominasi mereka dalam
sosial baik sebanyak 80 responden (93,0%) perilaku mereka.
dan sebagian kecil mempunyai interaksi sosial Perilaku bullying adalah penghambat besar
kurang baik sebanyak 6 responden (7,0%). bagi seorang anak untuk mengaktualisasikan
Bullying verbal berpengaruh terhadap diri. Perilaku bullying dapat menimbulkan hal-
kehidupan sosial setiap anak terutama pada hal seperti tidak memberikan perasaan aman
korbannya. Bullying membuat anak menjadi dan nyaman, perasaan takut dan terintimidasi,
tidak dapat berinteraksi dengan baik rendah diri, sulit berkonsentrasi dalam belajar,
terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. tidak tergerak untuk bersosialisasi dengan
Bullying juga dapat menghambat proses lingkungan, dan sulit berkomunikasi. Hal
perkembangan diri pada anak sehingga tersebut menjelaskan bahwa tindakan bullying
perilaku bullying menyebabkan dapat memberikan dampak yang buruk bagi diri
ketidakbahagiaan pada anak sehingga anak anak, oleh karena itu anak akan selalu merasa
tidak dapat mencapai potensinya secara tertekan dengan lingkungan disekitarnya
penuh. Oleh karena itu kemampuan interaksi sehingga perkembangan diri anak termasuk
sosial yang baik sangat diperlukan oleh setiap dalam hal interaksi sosial akan terhambat .
anak sehingga anak mampu untuk (Sejiwa, 2008). Pada penelitian sebelumnya
bersosialisasi dan bergaul dengan baik di mengenai Hubungan Perilaku Bullying dengan
lingkungannya (Ismiati, 2014). Kemampuan Interaksi Sosial Siswa sekolah
Menurut Wharton (2009), faktor-faktor dasar yang berisikan bahwa hasil penelitian
terjadinya bullying yaitu faktor lingkungan dan pembahasan nilai korelasi sebesar 0,501
sekolah maupun lingkungan disekitarnya. sehingga peneliti menyimpulkan bahwa
Faktor lingkungan sekolah meliputi karakteristik terdapat hubungan yang signifikan dengan
anak yang berbeda dengan yang lain sehingga kategori sedang antara perilaku bullying
mengakibatkan adanya perbedaan antar siswa, dengan kemampuan interaksi sosial siswa
perbedaan kognitif siswa antara siswa yang kelas V SD Negeri 3 Bandar Sakti (Siti, 2018).
pintar dan yang kurang pintar, dan adanya Hasil penelitian menunjukkan responden
kelompok-kelompok bermain yang membuat mempunyai kejadian bullying tinggi tetapi
siswa satu dengan yang lain kurang dapat mempunyai interaksi sosial yang baik sebanyak
membaur. Bullying membuat siswa tidak dapat 13 responden (19,4%), hal tersebut disebabkan
bergaul dengan baik kepada lingkungannya, responden mempunyai bekal pendidikan dari
hal tersebut terjadi karena kemampuan orang tua yang selalu mengajarkan untuk
interaksi sosial siswa yang masih rendah. selalu bersabar, serta pendidikan agama yang
Dalam hal ini di lingkungan sekolah peran baik. Sedangkan responden yang mempunyai
kejadian bullying rendah tetapi mempunyai lebih luas, misalnya membandingkan perilaku
interaksi sosial yang kurang baik, hal tersebut bullying antara remaja Desa dengan Kota,
dimungkinkan karena responden seorang yang antar tingkat pendidikan ataupun status sosial
pendiam sebanyak 6 responden (7,0%), ekonomi orangtua.
sehingga jarang bergaul dengan teman-teman
disekolah maupun diluar sekolah sehingga REFERENSI
cendrung berperilaku tertutup. Hasil penelitian Gitry Marela., Abdul Wahab & Carla
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Raymondalexas Marchira. (2017).
oleh Wahyu (2018), bahwa responden yang Bullying verbal menyebabkan depresi
tidak pernah menjadi korban bullying tidak pada remaja SMA di kota Yogyakarta
pernah dengan kemampuan interaksi sosial Verbal bullying. Volume 33 Nomor 1
baik 1 responden untuk responden yang Halaman 43-44.
mengalami korban bullying dengan Ismiatun Rohmah. (2014). Bullying Di SD
kemampuan interaksi sosial ada cukup 39 Negeri Gondolayu Kota Yogyakarta. Di
responden, pada responden yang mengalami unduh dari http://eprints.uny.ac.id. Pada
korban bullying dengan kemampuan interaksi tanggal 20 Desember 2017, pukul
sosial kurang sebanyak 5. Maka dari itu 17.00.
terdapat perbedaan diantara penelitian yang Khalifah, Rizki Nur. (2018). Hubungan Perilaku
sudah dilakukan sebelumnya yang Bullying Dengan Kemampuan Interaksi
mengatakan bahwa bullying tinggi maka Sosial Siswa Kelas V Sd Negeri 3
kemampuan interaksinya pasti menurun, tidak Bandar Sakti.
semua orang yang mengalami bullying dan Http://digilib.unila.ac.id/32486/3/skripsi
interaksinya menurun, dan kesimpulan %20tanpa%20bab%20pembahasan.pdf
akhirnya yaitu korban bullying jarang namun (diakses pada tanggal 1 Januari 2019).
interaksinya cukup. National Center for Injury Prevention and
Control. (2014). Bullying Surveillance
KESIMPULAN DAN SARAN Among Youths: Uniform Definitions for
Siswa kelas X yang bersekolah di SMA Islam Public Health and Recommended Data
Sultan Agung 1 Kota Semarang sebagian Elements, Version 1.0 is a publication of
besar mempunyai kejadian bullying rendah the National Center for Injury Prevention
sebanyak 86 responden (56,2%). Siswa kelas and Control,Centers for Disease Control
X yang bersekolah di SMA Islam Sultan Agung and Prevention and the United States
1 Kota Semarang sebagian besar mempunyai Department of Education.
interaksi sosial baik sebanyak 93 responden Https://www.cdc.gov/violenceprevention/
(60,8%). Ada Hubungan kejadian bullying pdf/bullying-definitions-final-a.pdf
verbal dengan interaksi sosial pada remaja di (diakses pada tanggal 1 Januari 2019).
SMA Sultan Agung 1 Kota Semarang (Pvalue: Nurita, Dewi., & Rina Widiastuti. (2018). Hari
0,000). Diharapkan dapat menambah wawasan Anak Nasional, KPAI Catat Kasus
mengenai bullying, mendorong interaksi sosial Bullying Paling Banyak.
dan keterbukaan komunikasi dua arah pada https://nasional.tempo.co/read/1109584/
pihak sekolah, peer group maupun orang tua hari-anak-nasional-kpai-catat-kasus-
untuk mengawasi tingkah laku anak di sekolah bullying-paling-banyak (diakses pada
sehingga dapat menjalin komunikasi untuk tanggal 1 Januari 2019).
peran penting dalam perkembangan anak. Pratiwi, Regina Putri. (2016). The Corelation
Serta untuk peneliti selanjutnya dapat Between Bullying With The Students
memperhatikan peran interaksi sosial dan Social Skill Of 3nd Grade In Elementary
fungsi media sosial untuk merevisi penelitian School Of Minomartani 6 Sleman.
bullying maupun faktor lainnya dan populasi http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.
dan memperbanyak sampel, agar ruang php/pgsd/article/download/415/672
lingkup dan generalisasi penelitian menjadi (diakses pada tanggal 2 Januari 2019).
Sarouphim, K., & Issa, N. (2017). Investigating dengan Kemampuan Interaksi Sosial di
Identity Stattuses Among Lebanese SMA Semarang.
Youth: Relation With Gender and Wharton, Steve. (2009). How to Stop that Bully.
Academic Achievement. Youth & Yogyakarta: Kanisius.
Society, Vol 8 No 21-20. Zakiyah., Sahadi., & Meilanny. (2017). Faktor
Sejiwa. (2008). Bullying : Mengatasi kekerasan yang mempengaruhi remaja dalam
di sekolah dan lingkungan sekitaranak. melakukan bullying. Jurnal penelitian
Jakarta : PT Grasindo. dan PPM, FISIP Universitas
Siti, Nur Kholifah. (2018). Hubungan Perilaku Padjadjaran. 4(2).
Bullying dengan Kemampuan Interaksi https://r.search.yahoo.com/jurnal.unpad.
Sosial Siswa sekolah dasar. ac.id%2fprosiding%2farticle
Soyomukti, Nurani. (2013). Pengantar %2fdownload
Sosiologi. AR-RUZZ MEDIA. %2f14352%2f6931/K=2/RS=v7Z.VogIlq6
Yogyakarta. vRtzUfrXgwCYlaCQ. Diakses tanggal 2
Januari 2019).

Wahyu, Endang. (2017). Hubungan antara


Perilaku Bullying (Korban Bullying)

You might also like