You are on page 1of 14

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG UPAYA PEMBERANTASAN PENYAKIT

DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA PEKANBARU

OLEH
Novriadi/ 1301120297
(novriadi94@gmail.com)

Pembimbing : Prof. Dr. H. Sujianto, M.Si

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Riau
Program Studi Ilmu Administrasi Publik FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax 0761-63272

Abstract
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a dangerous fever disease that influenced by
dengue virus, that went into human blood circulation through the bite of mosquito from Denus
Aedes, such as Aedes Aegypti or Aedes Alpopictus. The Government of Pekanbaru City, through
Health Department of Pekanbaru City still trying to Eradicate Dengue Haemorrhagic Fever. That
efforts included in the Judgement of Health Ministry of Republic Indonesia Number
581/Menkes/SK/VII/1992 about Eradicate Dengue Haemorrhagic Fever. The objective of this
research is to determine how implementation and factors that influence the Implementation of
Attempts to Eradicate Dengue Haemorrhagic Fever Policy at Pekanbaru City.
Theoretical concept used is theory of implementation based from George C. Edward III.
The implementation approach includes communication, resources, disposition, and bureaucracy
structure factors. This research used qualitative method with descriptive data assessment. In
collecting data, researcher use methods of interview, observation, and documentation with
snowball sampling method as the source of information and data analyzing with descriptive
qualitative method.
The result of this research showed that Implementation of Attempts to Eradicate Dengue
Haemorrhagic Fever Policy was not effective yet because the Health Department of Pekanbaru
City was not optimum enough in did their program, this matter because the information was not
clear enough for the society, and available estimate, and there is still no of Standard Operational
Prosedure (SOP).
Keyword: Implementation, Eradicate, Dengue Haemorrhagic Fever

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 1


Pemerintah Kota Pekanbaru melalui
1.1 Latar Belakang
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru terus
Penyakit Demam Berdarh Dengue berupaya melakukan pemberantasan
merupakan penyakit yang berbahaya dimana penyakit Demam Berdarah Dengue. Upaya
penderitanya akan mengalami demam tersebut tertuang dalam Petunjuk Teknis
dengue yang disertai pembesaran hati dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
manifestasi perdarahan yang mana Kota Pekanbaru. Petunjuk teknis tersebut
menyebabkan gangguan pada pembuluh merupakan penjabaran dari Keputusan
darah kapiler dan pada sistem pembekuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan- Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien Dengue.
jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran
Untuk pengendalian Demam
plasma.
Berdarah Dengue (DBD) pemerintah
Hingga kini belum ada vaksin atau Indonesia mengeluarkan Keputusan Menteri
obat anti virus bagi penyakit ini. Penularan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty atau Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
aedes albopictus betina yang sebelumnya Dengue. Tujuan dari di keluarkannya
telah membawa virus dalam tubuhnya dari Keputusan Menteri Kesehatan ini yaitu untuk
penderita demam berdarah lain. Nyamuk memberikan pedoman bagi masyarakat,
aedes aegepty berasal dari Brasil dan tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan
Ethiopia, sering menggigit manusia pada sektor-sektor terkait dalam upaya bersama
waktu pagi dan siang. Orang yang beresiko mencegah dan membatasi penyebaran
terkena demam berdarah adalah anak-anak penyakit Demam Berdarah Dengue sehingga
berusia 15 tahun, dan masyarakat yang terjadinya kejadian luar biasa/wabah dapat
tinggal di daerah lembab serta pemukiman dicegah dan angka kesakitan dan kematian
kumuh. Penyakit ini sering terjadi dan dapat diturunkan serendah-rendahnya.
muncul pada musim penghujan.
Di dalam Keputusan Menteri
Permasalahan Demam Berdarah Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Dengue (DBD) tidak hanya berdampak pada 581/MENKES/SK/VII/1992, Bab VI tentang
masalah klinis individu yang terkena Demam Upaya Pemberantasan dijelaskan upaya
Berdarah Dengue (DBD), tetapi juga pemberantasan penyakit Demam Berdarah
berdampak pada kondisi Sosial dan Ekonomi Dengue dilakukan melalui kegiatan meliputi:
masyarakat sehingga penanganannya tidak (1) pencegahan, (2) penemuan, pertolongan
hanya diselesaikan oleh sektor kesehatan dan pelaporan, (3) pengamatan penyakit dan
saja, namun peran aktif berbagai pihak penyelidikan epidemiologi, (4)
khususnya pemerintah daerah, DPRD dan penanggulangan seperlunya.
seluruh masyarakat.
Upaya pemberantasan pertama yaitu
Kasus Demam Berdarah Dengue di kegiatan pencegahan yang dilaksanakan oleh
Provinsi Riau selama tahun 2016 sebanyak masyarakat dirumah dan tempat umum
3212 kasus, dari jumlah tersebut yang dengan melakukan pemberantasan sarang
terendah adalah Kabupaten Rokan Hilir yaitu nyamuk (PSN). Adapun langkah-langkah
sebanyak 53 kasus dan terbanyak adalah yang dilakukan adalah menguras tempat
Kota Pekanbaru sebanyak 873 kasus. penampungan air seminggu sekali. Langkah

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 2


ini dilakukan oleh masyarakat guna penderita adalah anak sekolah. Kegiatan
mencegah adanya jentik nyamuk sekitar fogging ini bertujuan memutus mata rantai
rumah. penularan dengan membunuh nyamuk
dewasa yang sudah mengandung virus
Peran masyarakat diharapkan dapat
dengue.
aktif dalam melakukan pelaporan kasus
penyakit Demam Berdarah Dengue. Masalah yang dihadapi di Kota
Pelaporan dapat dilakukan mulai dari pihak Pekanbaru dalam hal ini adalah adanya
keluarga dari penderita penyakit kepada kecenderungan peningkatan kasus Demam
RT/RW sekitar. Tahapan selanjutnya RT/RW Berdarah Dengue dari tahun ke tahun.
yang menerima laporan kasus penyakit Sehingga kasus penderita Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue melaporkan Dengue tetap ada dan kasus ini berpotensi
kepada lurah setempat. Lurah yang menerima terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu
laporan segera meneruskan kepada timbulnya atau meningkatnya penderita atau
Puskesmas setempat. Langkah penemuan, kematian akibat penyakit Demam Berdarah
pertolongan dan pelaporan tersebut belum Dengue. Penanganan secara cepat Penyakit
dapat dilaksanakan dengan baik. Demam Berdarah Dengue selalu menjadi
masalah karena Dinas Kesehatan Kota
Langkah pengamatan penyakit dan
Pekanbaru belum bisa mengimplementasikan
penyelidikan epidemiologi, dilaksanakan
kebijakan secara keseluruhan dalam
oleh Petugas Kesehatan yang menemukan
mengatasi kasus Demam Berdarah Dengue,
atau menerima laporan penderita berguna
hal ini yang mengakibatkan meningkatnya
untuk memantau situasi Penyakit Demam
jumlah kasus Demam Berdarah Dengue
Berdarah Dengue secara teratur sehingga
(DBD) di Kota Pekanbaru.
kejadian luar biasa dapat diketahui sedini
mungkin. Langkah ini dilakukan dengan cara Jumlah penderita Demam Berdarah
surveilans kesehatan yaitu kegiatan Dengue (DBD) di Kota Pekanbaru dari tahun
pengamatan yang sistematis dan terus 2014-2016 mengalami peningkatan, yaitu
menerus terhadap data dan informasi sebanyak 272 orang di tahun 2014 meningkat
kejadian atau masalah kesehatan dan kondisi sebanyak 516 orang di tahun 2015 dan
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kembali mengalami peningkatan sebanyak
dan penularan penyakit atau masalah 873 orang di tahun 2016. Kemudian jumlah
kesehatan untuk memperoleh dan orang yang meninggal juga mengalami
memberikan informasi guna mengarahkan peningkatan sejak tahun 2014 sebanyak 5
tindakan pengendalian dan penanggulangan orang dan bertambah banyak di tahun 2016
secara efektif dan efisien. yaitu sebanyak 10 orang.
Upaya pemberantasan yang terakhir Upaya pemberantasan penyakit
yaitu penanggulangan seperlunya. Langkah Demam Berdarah Dengue yang dilakukan
yang dilakukan yaitu memotong siklus oleh Dinas Kesehatan belum berjalan optimal
penyebarannya dengan Pemberantasan dikarenakan belum terlaksananya kegiatan
Sarang Nyamuk (PSN). Bila ditemukan 3 promosi dan penyuluhan dilingkungan
atau lebih penderita dan ditemukan jentik, masyarakat, sehingga masyarakat baru akan
maka akan dilakukan penyemprotan mengetahui tentang penyakit tersebut setelah
insektisida (fogging) 2 siklus dengan interval terserang penyakit Demam Berdarah
1 minggu disertai penyuluhan di rumah Dengue. Hal tersebutlah yang membuat
penderita dan sekitarnya dalam radius 200 peran serta masyarakat dalam melaksanakan
meter dan sekolah yang bersangkutan bila pelaporan kasus Demam Berdarah Dengue

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 3


bisa dinilai kurang terlaksana, karena apabila a. Kegiatan promosi, penyuluhan dan
ada keluarganya yang terserang penyakit pemantauan situasi penyakit Demam
Demam Berdarah Dengue, masyarakat Berdarah Dengue dilingkungan
langsung membawa penderita kerumah sakit sekitar masyarakat belum
dan tidak melaporkannya ke Ketua RT/RW, dilaksanakan dengan baik.
sehingga tindak lanjut untuk melakukan b. Pada langkah penemuan, pertolongan
pemberantasan penyakit Demam Berdarah dan pelaporan dari tingkat
Dengue tidak terlaksana. Diakui gerakan 3M masyarakat hingga puskesmas kurang
ini merupakan kegiatan yang praktis, murah terlaksana dengan baik. Hal ini
dan dapat dilakukan oleh siapapun dan terlihat dari kurangnya partisipasi
dimanapun. Namun partisipasi aktif masyarakat dalam hal pelaporan jika
masyarakat dalam pelaksanaannya masih keluarga atau orang terdekat terkena
kurang. kasus Demam Berdarah Dengue
sehingga upaya pemberantasan
Penanggulangan seperlunya melalui
kegiatan fogging telah dilaksanakan namun terlambat dilakukan.
c. Penyaluran bubuk abate dari Dinas
masih dinilai kurang efektif, karena fogging
Kesehatan ke Puskesmas ataupun
sering terlambat dilakukan, hal ini
masyarakat tidak diketahui oleh
dikarenakan Dinas Kesehatan Kota
masyarakat. Selain itu kurangnya
Pekanbaru baru akan melakukan fogging
partisipasi masyarakat dalam
setelah adanya laporan melalui prosedur yang
kegiatan penaburan bubuk abate.
panjang terlebih dahulu dan dalam
Sebagian masyarakat juga belum ada
pelaksanaannya, petugas yang melakukan
yang mengetahui keberadaan dan
fogging yaitu dari Lembaga Swadaya
kegunaan dari bubuk abate.
Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat
d. Dalam peraturan pelaksana
dan masyarakat lainnya. Hal yang sama juga
operasional pengendalian vector
berlaku terhadap penyaluran bubuk abate
menggunakan fogging dilaksanakan
kepada masyarakat, permasalahan yang
oleh petugas Dinas Kesehatan
terjadi yaitu ketidakjelasan penyaluran bubuk
Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
abate yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Dalam pelaksanaannya petugas yang
dan kurangnya antusiasme masyarakat untuk
melakukan fogging adalah dari
menggunakan bubuk abate, kebanyakan
Lembaga Swadaya Masyarakat
masyarakat juga tidak mengetahui apa itu
(LSM), Organisasi Masyarakat
bubuk abate.
(Ormas) dan masyarakat lainnya.
Salah satu daerah yang mengadakan Selain petugas pelaksana, cara
penyediaan Saat ini Pemerintah Kota pengasapan dilaksanakan 2 siklus
Pekanbaru terus melakukan pembenahan- dengan interval 1 minggu, namun
pembenahan sesuai dengan aturan Undang- dalam penerapannya dilaksanakan 1
Undang yang berlaku dan melihat secara siklus dalam 1 minggu.
langsung ke lapangan, akan tetapi
Hal tersebut yang membuat
implementasinya banyak yang tidak sesuai
implementasi Keputusan Menteri Kesehatan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 dalam
581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
upaya pemberantasan Demam Berdarah
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue, maka fenomena yang ditemukan
Dengue dan Petunjuk Teknis Pengendalian
adalah:
Demam Berdarah Dengue Kota Pekanbaru

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 4


belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan menindak lanjuti hasil penelitian
fenomena diatas, penulis tertarik untuk ini dengan mengambil penelitian
mengangkat judul penelitian “Implementasi yang sama.
Kebijakan Tentang Upaya b. Kegunaan Praktis
Pemberantasan Penyakit Demam Diharapkan bisa memberikan
Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru”. masukan positif bagi Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru dalam
1.2 Perumusan Masalah mengimplementasikan Kebijakan
tentang Upaya Pemberantasan
Berdasarkan fenomena yang telah
Penyakit Demam Berdarah
penulis paparkan sebelumnya maka penulis
Dengue di Kota Pekanbaru.
menetapkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan 1.4 Konsep Teori
Tentang Upaya Pemberantasan 1. Teori Kebijakan Publik
Penyakit Demam Berdarah Dengue Menurut Laswelldalam Indiahono
Di Kota Pekanbaru? (2009:18), kebijakan publik mencakup
2. Faktor-faktor apa saja yang metode penelitian proses kebijakan, hasil dari
mempengaruhi Implementasi studi kebijakan, dan hasil temuan penelitian
Kebijakan Tentang Upaya yang memberikan kontribusi paling penting
Pemberantasan Penyakit Demam untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan
Berdarah Dengue Di Kota intelegensi era sekarang.
Pekanbaru? Thomas R. Dyedalam Winarno
(2012:20) mengatakan bahwa kebijakan
1.3 Tujauan dan Manfaat Penelitian publik adalah apapun yang dipilih oleh
1. Tujuan Penelitian pemerintah untuk dilakukan dan tidak
a. Untuk mengetahui bagaimana dilakukan. Apabila pemerintah memilih
Implementasi Kebijakan Tentang untuk melakukan, maka pemerintah harus
Upaya Pemberantasan Penyakit mengetahui tujuan (goals) dan kebijakan itu.
Demam Berdarah Dengue Di Kota Kemudian apabila pemerintah memilih untuk
Pekanbaru. tidak melakukan, maka pemeritah harus
b. Untuk mengetahui faktor-faktor mengetahui dampak (impact) dari kebijakan
apa saja yang mempengaruhi tersebut.
Implementasi Kebijakan Tentang
Kebijakan publik adalah peraturan
Upaya Pemberantasan Penyakit
perundangan yang digunakan sebagai dasar
Demam Berdarah Dengue Di Kota
tindakan pemerintah untuk mengatur dan
Pekanbaru.
melayani masyarakat dalam berbagai bidang
2. Kegunaan Penelitian
kehidupan sehari hari. Kebijakan publik juga
a. Keguanaan Teoritis
dapat diartikan sebagai keputusan yang
Penelitian diharapkan dapat
dibuat oleh negara, khususnya pemerintah,
memperkaya khasanah
sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan
perpustakaan pendidikan,
negara yang bersangkutan. Kebijakan publik
khususnya mengenai pelaksanaan
dalam bentuk undang - undang atau perda
sebuah aturan yang ingin di
adalah jenis kebijakan yang memerlukan
implementasikan serta dapat
kebijakan publik penjelas atau yang sering
menjadi sebuah bahan masukan
diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan.
bagi mereka yang berniat untuk

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 5


Kebijakan publik yang bisa langsung (trasmisi), kejelasan informasi (clarity) dan
operasional antara lain keppres, inpres, konsistensi informasi (consistency). Dimensi
kepmen, keputusan kepala daerah, keputusan tranformasi menghendaki agar informasi
kepala dinas, dll (Nugroho, 2014:357). yang jelas dan mudah dipahami, selain itu
untuk menghindari kesalahan interpretasi
dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran
2. Teori Implementasi Kebijakan
maupun pihak yang terkait dalam
Menurut Berman dalam Hamdi implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi
(2014:101) implementasi kebijakan terjadi konsistensi menghendaki agar informasi
pada dua level. Pada level implementasi- yang disampaikan harus konsistten sehingga
makro, aktor yang berlokasi di pusat tidak menimbulkan kebingungan pelaksana
menetapkan suatu program pemerintah dan kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak
pada level implementasi-mikro, organisasi terkait.
lokal memberikan reaksinya terhadap 2. Sumber Daya (Resources)
rencana level makro, mengembangkan
Sumber daya berkaitan dengan segala
program mereka sendiri, dan
sumber yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikannya. Dibawah kondisi
mendukung keberhasilan implementasi
tersebut, menurut penganut paham bottom-
kebijakan. Sumber daya ini mencakup
up, kalau para pelaksana di level lokal tidak
sumber daya manusia, anggaran, fasilitas,
diberi kebebasan untuk mengadaptasikan
informasi dan kewenangan yang dijelaskan
program dengan kondisi lokal, maka program
sebagai berikut:
tersebut cenderung gagal.
a. Sumber Daya Manusia (Staff)
Para penganut paham bottom-up Implementasi kebijakan tidak akan
berpendapat bahwa tujuan, strategi, aktivitas, berhasil tanpa adanya dukungan dari
dan kontak dari para aktor yang terlibat sumber daya manusia yang cukup
dalam proses implementasi-mikro harus kualitas dan kuantitasnya. Kualitas
dimengerti dalam upaya memahami sumber daya manusia berkaitan
implementasi. Senyatanya, pada level dengan keterampilan, dedikasi,
mikrolah kebijakan secara langsung profesionalitas, dan kompetensi di
mempengaruhi masyarakat. Pengaruh bidangnya, sedangkan kualitas
kebijakan terhadap tindakan birokrat berkaitan dengan jumlah sumber daya
pelaksana (street-level bureaucrats) harus manusia apakah sudah cukup untuk
dievaluasi dalam upaya memprediksi melingkupi seluruh kelompok
dampak atau akibat yang dihasilkan oleh sasaran. Sumber daya manusia sangat
suatu kebijakan. berpengaruh terhadap keberhasilan
Menurut George C. Edward III implementasi, sebab tanpa sumber
dalam Nawawi (2009:136), mengatakan daya manusia yang kehandalan
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh sumber daya manusia, implementasi
empat variabel, yaitu: kebijakan akan berjalan lambat.
1. Komunikasi (Communication) b. Anggaran (Budgetary)
Anggaran berkaitan dengan
Komunikasi merupakan proses kecukupan modal atau investasi atas
penyampaian informasi dari komunikator suatu program atau kebijakan untuk
kepada komunikan. Komunikasi dalam menjamin terlaksananya kebijakan,
implementasi kebijakan mencakup beberapa sebab tanpa dukungan anggaran yang
dimensi penting yaitu transformasi informasi memadai, kebijakan tidak akan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 6


berjalan dengan efektif dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur
mencapai tujuan dan sasaran. organisasi ini melingkupi dua hal yaitu
c. Fasilitas (Facility) mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri.
Fasilitas atau sarana dan prasarana Aspek pertama adalah mekanisme, dalam
merupakan salah satu faktor yang implementasi kebijakan biasanya sudah
berpengaruh dalam implementasi dibuat standar operation procedur (SOP).
kebijakan. Pengadaan fasilitas yang SOP menjadi pedoman bagi setiap
layak, seperti gedung, tanah dan implementator dalam bertindak agar dalam
peralatan perkantoran akan pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari
menunjang dalam keberhasilan tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua
implementasi suatu program atau adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi
kebijakan. yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan
d. Informasi dan kewenangan cenderung melemahkan pengawasan dan
(Information and Authority) menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit
Informasi juga menjadi faktor penting dan kompleks yang selanjutnya akan
dalam implementasi kebijakan, menyebabkan aktivitas organisasi menjadi
terutama informasi yang relevan dan tidak fleksibel.
cukup terkait bagaimana
1.5 METODE PENELITIAN
mengimplementasikan suatu
kebijakan. Sementara wewenang 1. Jenis Penelitian
berperan penting terutama untuk Penelitian ini penulis menggunakan
meyakinkan dan menjamin bahwa jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dimana
kebijakan yang dilaksanakan sesuai deskriptif kualitatif ini dapat di artikan
dengan yang dikehendaki. sebagai metode yang menafsirkan dan
3. Disposisi (Disposition) menuturkan data yang bersangkutan dengan
Kecendrungan perilaku atau situasi yang sedang terjadi, sikap serta
karakteristik dari pelaksana kebijakan pandangan yang terjadi didalam masyarakat.
berperan penting untuk mewujudkan Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan
implementasi kebijakan yang sesuai dengan fakta, keadaan, fenomena, dan keadaan yang
tujuan atau sasaran. Karakter penting yang terjadi saat penelitian berjalan dan
harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan menyampaikan apa adanya.
misalnya kejujuran dan komitmen yang
tinggi. 2. Lokasi Penelitian
Sikap dari pelaksana kebijakan akan Penelitian ini dilaksanakan di Kota
sangat berpengaruh dalam implementasi Pekanbaru. Untuk memperoleh data primer
kebijakan. Apabila implementator memiliki dan data sekunder maka penelitian ini
sikap yang baik maka dia akan dapat dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota
menjalankan kebijakan dengan baik seperti Pekanbaru khususnya Bidang Pengendalian
apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru,
sebaliknya apabila sikapnya tidak hal ini karena instansi tersebut merupakan
mendukung maka implementasi tidak akan pelaksana dari kebijakan tentang upaya
terlaksana dengan baik. pemberantasan penyakit Demam Berdarah
4. Struktur Birokrasi (Bureucratic Dengue di Kota Pekanbaru.
Structure)
Struktur organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap 3. Informan penelitian

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 7


Informan adalah subjek penelitian
yang memberikan data berupa informasi 5. Teknik Pengumpulan Data
kepada penulis. Dalam menentukan informan Data-data penelitian ini dapat
selanjutnya dilakukan dengan cara Snowball diperoleh melalui:
Sampling. Menurut Sugiyono (2013:97) a. Wawancara
Snowball Sampling adalah teknik penentuan Wawancara, dalam hal ini dilakukan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kepada informan penelitian untuk
kemudian membesar. Dalam penentuan memperoleh data dan informasi yang
sampel, pertama-tama dipilih satu orang atau berkaitan dengan permasalahan penelitian.
lembaga, tetapi karena informasi belum b. Observasi
lengkap terhadap data yang diberikan, maka
penulis memperoleh rekomendasi informan Observasi, dalam hal ini peneliti
yang dipandang lebih tahu dan dapat melakukan metode pengumpulan data
melengkapi data yang diberikan oleh dengan cara mengamati langsung instansi
informan sebelumnya. Sehingga jumlah terkait dan kondisi lapangan sekitar yang
informan itu tidak bias diketahui sebelum terdapat kasus Demam Berdarah Dengue.
melakukan penelitian. Adapun yang menjadi Pengamatan yang peneliti lakukan mengacu
informan adalah Kepala Seksi Pencegahan pada Implementasi Kebijakan tentang Upaya
dan Pemberantasan Penyakit Kesehatan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Dengue di Kota Pekanbaru.

4. Sumber Data 6. Analisis Data


Data adalah unsur terpenting dalam Analisis data yang penulis
penelitian berupa suatu fakta yang ada untuk pergunakan adalah analisis model interaktif.
memperoleh data-data yang dapat diuji Menurut Miles dan Huberman dalam
kebenarannya, relevan dan lengkap maka Patilima (2011:100) analisis model
jenis data dalam penelitian ini adalah: interaktif ini memiliki tiga komponen analisis
a. Data Primer yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan dilakukan dengan
Merupakan data yang diperoleh bentuk interaktif dengan proses
secara langsung dari informan yang berkaitan pengumpulan data sebagai suatu siklus.
dengan pelaksanaan tentang upaya a. Reduksi data
pemberantasan Demam Berdarah Dengue Pada tahap ini dilakukan proses
oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Data pemilihan, pemusatan perhatian ada
penelitian diperoleh melalui wawancara penyederhanaan, pengabstrakan, dan
secara langsung guna mendapatkan jawaban transformasi data yang muncul dari
yang relevan terhadap permasalahan dan catatan-catatan lapangan sehingga
melakukan observasi langsung di lapangan. menajamkan, menggolongkan,
b. Data Sekunder mengarahkan, membuang yang tidak
Merupakan data yang diperoleh untuk perlu, dan mengorganisasikan data
melengkapi data primer yang didapatkan dari dengan cara sedemikian rupa hingga
Bidang Pengendalian Kesehatan Dinas kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
Kesehatan Kota Pekanbaru, seperti jumlah diverifikasi.
kasus Demam Berdarah Dengue, Petunjuk b. Penyajian data
Teknis Pelaksanaan, dan lain-lain yang Selanjutnya dilakukan penyajian data.
dinilai berkaitan dengan penelitian ini. Penyajian yang dimaksud adalah

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 8


sekumpulan informasi tersusun yang Pembentukan kebijakan Menteri
member kemungkinan adanya penarikan Kesehatan yang dibuat untuk mendukung
kesimpulan dan pengambilan tindakan. pemberantasan penyakit Demam Berdarah
Penyajian yang digunakan pada Dengue disusun dalam Peraturan Menteri
penelitian ini adalah bentuk teks naratif, Kesehatan Republik Indonesia Nomor
dimana peneliti akan menyederhanakan 581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Upaya
informasi yang kompleks ke dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
kesatuan bentuk yang disederhanakan Dengue, Bab VI tentang Upaya
dan selektif yang mudah dipahami. Pemberantasan meliputi:
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi 1. Pencegahan.
Dari permulaan pengumpulan data, 2. Penemuan, Pertolongan dan
peneliti mulai mencari arti benda-benda, Pelaporan.
pola-pola penjelasan, konfigurasi- 3. Pengamatan Penyakit dan
konfigurasi yang mungkin, alur sebab Penyelidikan Epidemiologi.
akibat, dan proposisi. Kesimpulan 4. Penanggulangan Seperlunya.
terakhir tergantung pada besarnya Dimana hal tersebut nantinya dapat
kumpulan-kumpulan catatan lapangan, menekan penyebaran penyakit Demam
pengkodean, penyimpanan, dan metode Berdarah Dengue sehingga jumlah kasus
pencarian ulang yang digunakan. Namun penderita penyakit Demam Berdarah Dengue
disini penarikan kesimpulan hanya bisa diturunkan. Untuk mencapai tujuan
sebagian dari suatu kegiatan dari tersebut diperlukan peran serta dari seluruh
konfigurasi yang utuh. Pembuktian elemen masyarakat untuk ikut andil dalam
kembali atau verifikasi dapat dilakukan mensukseskan jalannya kebijakan tentang
untuk mencari pembenaran dan
Upaya Pemberantasan Penyakit Demam
persetujuan sehingga validitas dapat Berdarah Dengue, karena hal ini bukan hanya
tercapai. menjadi tanggung jawab pemerintah saja.
HASIL PENELITIAN DAN Adanya kerja sama antar semua pihak bisa
PEMBAHASAN menwujudkan tujuan dari dibuatnya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Pada bab ini penulis akan
Indonesia.
memaparkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan selama di lapangan dengan judul 1. Pencegahan
Implementasi Kebijakan Tentang Upaya Mengenai upaya pencegahan
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah penyakit Demam Berdarah Dengue yang
Dengue di Kota Pekanbaru. Dan peneliti dilakukan oleh instansi pemerintah dalam hal
melakukan analisis fenomena di lapangan ini Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan
dengan menggunakan Peraturan Menteri instansi kesehatan atau Puskesmas yaitu
Kesehatan Republik Indonesia Nomor dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat
581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Upaya tentang gerakan satu rumah satu jumantik
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah (Juru pemantau jentik), penyuluhan tentang
Dengue. upaya pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue, Pemberantasan Sarang
A. Implementasi Kebijakan Tentang
Nyamuk (PSN), kegiatan Ovitrap dan
Upaya Pemberantasan Penyakit
pemberian bubuk abate kepada masyarakat
Demam Berdarah Dengue di Kota
atau abatisasi.
Pekanbaru
a. Sosialisasi Gerakan Satu Rumah Satu
Jumantik
JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 9
Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas yang seharusnya diberikan secara gratis oleh
Kesehatan Kota pekanbaru dan Instansi Puskesmas yang ada didaerah tempat tinggal
kesehatan atau Puskesmas tidak berjalan mereka. Kemudian karena bubuk abate ini
dengan baik karena masih banyak bersifat kimiawi yang mengandung racun,
masyarakat yang tidak mengerti dengan sehingga masyarakat takut untuk
Gerakan satu rumah satu jumantik. Hal menggunakannya. Rendahnya tingkat
tersebut dikarenakan kurang intensifnya penggunaan bubuk abate oleh masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan yang menyebabkan upaya pencegahan
Puskesmas dalam mempropagandakan penyakit Demam Berdarah Dengue melalui
programnya ditambah lemahnya akses untuk kegiatan abatisasi menjadi kurang efektif.
mensosialisasikan kemasyarakat secara Hal ini dapat dikendalikan dengan tindakan
langsung. turun tangan oleh petugas dari Dinas
b. Penyuluhan Upaya Pemberantasan Kesehtan Kota Pekanbaru untuk
Penyakit Demam Beradarh Dengue membagikan bubuk abate tersebut dan
penyuluhan tentang upaya memberikan penyuluhan tentang bagaimana
pemberantasan penyakit Demam Berdarah penggunaan dari bubuk abate, sehingga dapat
Dengue yang dilaksanakan oleh Dinas mendorong keinginan masyarakat untuk
Kesehatan Kota Pekanbaru kepada menggunakan bubuk abate tersebut.
masyarakat baik yang dilakukan didalam atau 2. Penemuan, Pertolongan dan
diluar gedung maupun menggunakan mobil Pelaporan
pengeras suara secara langsung tidak berjalan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
sebagaimana semestinya. Hal tersebut karena sudah menjalankan upaya pemberantasan
minimnya intensitas kegiatan penyuluhan penyakit Demam Berdarah Dengue dengan
mengenai penyakit Demam Berdarah kegiatan Penemuan, Pertolongan dan
Dengue kerena perilaku masyarakat yang Pelaporan sesuai Peraturan Menteri
tidak mau untuk mengikuti dan Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992
melaksanakan apa yang sudah disampaikan. tentang Upaya Pemberantasan Penyakit
c. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Tetapi belum
(PSN) berjalan efektif karena tidak adanya
implementasi dari Kegiatan sosialisasi kemasyarakat terlebih dahulu
Pemberantasan Sarang Nyamuk yangn bahwa untuk kegiatan pelaporan ketika ada
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota angggota keluarga yang terkena Penyakit
Pekanbaru kurang efektif, disebabkan Demam Berdarah Dengue wajib dilakukan
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap oleh masyarakat sehingga Dinas Kesehatan
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan ataupun Puskesmas setempat tidak bisa
juga kerena kegiatan ini dilakukan ketika melakukan tindakan selanjutnya untuk
sudah terjadinya kasus Demam Berdarah memberantas penyebaran penyakit Demam
Dengue sehingga menyebabkan lingkungan Berdarah Dengue.
masyarakat menjadi semakin berpotensi Laporan dari masyarakat langsung
terjangkit penyakit Demam Berdarah sangat dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan
Dengue. untuk mengetahui dari penyebaran penyakit
d. Abatisasi Demam Berdarah Dengue. Dengan kata lain
implementasi dari upaya pencegahan bahwa partisipasi aktif dari masyarakat dapat
dengan kegiatan abatisasi tidak berjalan membantu Dinas Kesehatan dan Instansi
dengan baik karena masih banyak Kesehatan lainnya dalam hal melakukan
masyarakat yang harus membeli bubuk abate upaya pemberantasan penyakit Demam

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 10


Berdarah Dengue sehingga dapat Dengue di Kota Pekanbaru sebagai berikut
menurunkan jumlah penderita penyakit ini:
Demam Berdarah Dengue di Kota
1. Komunikasi
Pekanbaru.
3. Pengamatan Penyakit dan Komunikasi merupakan alat kebijakan
Penyelidikan Epidemiologi. untuk menyampaikan informasi, yang mana
Mereka telah menjalakan tugasnya hal ini berkenaan dengan bagaimana suatu
sesuai dengan protab yang telah ditetapkan kebijakan disosialisakan kepada organisasi
dan melalui proses yang panjang. Akan tetapi atau publik dan adanya dampak yang timbul
penyelidikan epidemiologi sering terlambat dari komunikasi tersebut. Informasi perlu
dilakukan karena lamanya laporan yang disampaikan kepada para pelaku kebijakan
diterima pihak Puskesmas dari Dinas agar pelaku kebijakan dapat memahami apa
Kesehatan Kota Pekanbaru sehingga yang menjadi isi, tujuan, dan arah kebijakan,
penanganan secara cepat tidak dapat sehingga pelaku kebijakan dapat
dilakukan, hal tersebut menyebabkan mempersiapkan hal-hal apa saja yang
penyebaran penyakit Demam Berdarah berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan,
Dengue semakin meningkat. Selain itu tidak agar proses implementasi kebijakan bisa
adanya inisiatif petugas untuk melakukan berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan
pengamatan langsung dilingkungan kebijakan itu sendiri.
masyarakat, hal tersebut yang menyebabkan a. Informasi Kebijakan
jumlah penderita di Kota Pekanbaru menjadi sosialisasi mengenai kebijakan
meningkat setiap tahunnya. tentang upaya pemberantasan penyakit
4. Penanggulangan Seperlunya Demam Berdarah Dengue yang disampaikan
Upaya Penanggulangan Seperlunya oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
yang dilakukan Dinas Kesehatan yaitu kepada Puskesmas dan masyarakat telah
dengan Kegiatan Fogging karena Fogging dilakukan. Informasi disampaikan dengan
dapat membunuh langsung nyamuk dewasa cara penyuluhan secara langsung dengan
dan memutus mata rantai penyebarannya. perwakilan Puskesmas bidang Demam
Akan tetapi kegiatan Fogging yang dilakukan Berdarah Dengue dan dengan menggunakan
oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tidak media sosial. Bentuk informasi yang
bisa diimplementasikan dengan optimal disampaikan yaitu mulai dari cara
karena kegiatan Fogging dianggap kurang pencegahan, pelaporan penyakit, dan cara
baik untuk dilaksanakan karena mengandung melakukan kegiatan Penyelidikan
racun insektisida, sehingga mendapat banyak Epidemiologi. Namun setelah Dinas
penolakan dari masyarakat karena Kesehatan Kota Pekanbaru telah melakukan
masyarakat takut terkena dari racun Sosialisasi kepada Puskesmas, jumlah
insektisida tersebut dan dapat mengganggu penderita penyakit Demam Berdarah Dengue
kesehatan. semakin meningkat di Kota Pekanbaru
karena informasi yang diperoleh oleh
B. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Puskesmas tidak terealisasikan secara
Adapun faktor-faktor yang maksimal disampaikan kepada masyarakat.
mempengaruhi berdasarkan Teori Edward III b. Kejelasan kebijakan
yang peneliti gunakan yang berkaitan dengan Kebijakan yang disampaikan oleh
Implementasi Kebijakan tentang Upaya Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru kepada
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Puskesmas sudah cukup jelas karena
informasi yang disampaikan sudah sesuai

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 11


dengan isi dari kebijakan dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur, untuk saat ini
petunjuk teknis pemberantasan penyakit Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru belum
Demam Berdarah Dengue dari Kementerian memiliki Standar Operasional Prosedur akan
Kesehatan. Namun komunikasi antara Dinas tetapi Semua Kegiatan pemberantasan
Kesehatan, Puskesmas dan masyarakat yang dijalakan berdasarkan Petunjuk Teknis
bersifat satu arah membuat tujuan dari Pengendalian Demam Berdarah Dengue
sosialisasi kebijakan menjadi tidak sampai Kota Pekanbaru.
kemasyarakat sehingga banyak masyarakat
yang tidak tahu kebijakan tentang upaya
pemberantasan penyakit Demam Berdarah PENUTUP
Dengue tersebut. A. Kesimpulan
1. Berdasarkan dari data primer dan data
2. Sumber Daya sekunder disertai empat indikator
masalah dana ternyata juga menjadi Implementasi Kebijakan tentang Upaya
kendala dalam menjalankan kebijakan Pemberantasan Penyakit Demam
tentang upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru
Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru ini, belum efektif karena:
kurangnya anggaran yang tersedia membuat a. Pencegahan, dilihat dari kegiatan
banyaknya kegiatan yang menjadi terhambat sosialisasi yang dilakukan tidak
dan tidak berjalan, selain itu anggaran juga berjalan dengan baik karena masih
berpengaruh terhadap fasilitas-fasilitas yang banyak masyarakat yang tidak
tersedia, fasilitas yang dimaksud seperti alat mengerti dengan Gerakan satu
operasional dan gedung untuk kegiatan rumah satu jumantik. Kemudian
penyuluhan. minimnya intensitas kegiatan
3. Disposisi/Sikap Pelaksana penyuluhan mengenai penyakit
Demam Berdarah Dengue.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Selanjutnya kurangnya
memiliki wewenang penuh dalam pengetahuan masyarakat terhadap
mengimplementasikan kebijakan tetapi kegiatan Pemberantasan Sarang
untuk upaya pemberantasan penyakit Nyamuk dan juga kerena kegiatan
Demam Berdarah Dengue dengan ini dilakukan ketika sudah
Penyelidikan Epidemiologi itu dilimpahkan terjadinya kasus Demam Berdarah
oleh pihak Puskesmas tetapi dengan Dengue. Serta kegiatan abatisasi
persetujuan dari Dinas Kesehatan Kota tidak berjalan dengan baik karena
Pekanbaru sebagai pelaksana kebijakan. masih banyak masyarakat yang
Tetapi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
harus membeli bubuk abate yang
belum memiliki komitmen yang kuat dalam seharusnya diberikan secara gratis.
menjalankan kebijakan seperti dalam hal b. Pertemuan, pertolongan dan
penyuluhan, Dinas Kesehatan hanya Pelaporan, belum berjalan efektif
melakukan penyuluhan ke Puskesmas dan karena tidak adanya sosialisasi
menugaskan Puskesmas untuk melakukan kemasyarakat terlebih dahulu.
penyulahan kepada masyarakat. c. Pengamatan Penyakit dan
4. Struktur Birokrasi Penyelidikan Epidemiologi, sering
Struktur birokrasi dapat terlambat dilakukan karena
mempengaruhi implementasi kebijakan lamanya laporan yang diterima
tentang upaya pemberantasan penyakit
Demam Berdarah Dengue berdasarkan aspek
JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 12
pihak Puskesmas dari Dinas 2. Bagi masyarakat diharapkan untuk
Kesehatan Kota Pekanbaru. meningkatkan kesadaran untuk hidup
d. Penanggulangan Seperlunya, bersih dan sehat serta peduli akan
upaya Penanggulangan kebersihan lingkungan sekitar karena
Seperlunya yang dilakukan Dinas bersih dan sehat itu harus dimulai dari diri
Kesehatan yaitu dengan Kegiatan sendiri. Selanjutnya masyarakat sebaiknya
Fogging Akan tetapi tidak bisa tidak membiarkan persediaan air selama
diimplementasikan dengan berhari-hari terbuka dan melakukan
optimal karena mendapat banyak pengaturan yang benar, sehingga dapat
penolakan dari masyarakat. mencegah terjadinya tempat
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk penyebab
Implementasi Kebijakan tentang Upaya penyakit Demam Berdarah Dengue.
Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Kota Pekanbaru
DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan hasil penelitian adalah
Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, Agustino, Leo. 2012. Dasar – dasar
dan Struktur Birokrasi. Komunikasi Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
antara Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik
masyarakat yang bersifat satu arah Proses, Analisis, dan Partisipasi.
membuat tujuan dari sosialisasi Bogor: Ghalia Indonesia.
kebijakan menjadi tidak sampai
kemasyarakat. Sumber Daya kurangnya Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan
staff dan anggaran yang tersedia Publik Berbasis Dynamic Policy
membuat banyaknya kegiatan yang Analisis. Yogyakarta: Gava Media.
menjadi terhambat dan tidak berjalan.
Disposisi/Sikap Pelaksana belum Keban, Yeremian T. 2008. Enam Dimensi
memiliki komitmen yang kuat dalam Strategis Administrasi Publik
menjalankan kebijakan seperti dalam hal Konsep, Teori dan Isu (edisi ke-2).
penyuluhan. Struktur Birokrasi dimana Yogyakarta: Gava Media.
SOP yang mengatur upaya
pemberantasan penyakit Demam Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy.
Berdarah Dengue belum ada baik dari Surabaya: PNM.
Dinas maupun Puskesmas. Nugroho, Riant D. 2012. Public Policy.
B. Saran Jakarta: Kompas Media.
1. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dala
melakukan upaya pemberantasan . 2014. Public Policy.
Penyakit Demam Berdarah Dengue perlu Jakarta: Elex Media Komputindo.
meningkatkan kegiatan pemberdayaan . 2014. Kebijakan Publik
masyarakat dan bekerja sama dengan di Negara Berkembang. Yogyakarta:
Puskesmas dalam kegiatan penyuluhan Pustaka Pelajar.
sehingga dapat lebih intensif memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang Pasolong, Harbani. 2016. Teori Administrasi
perlunya perilaku hidup bersih dan sehat. Publik. Bandung: Alfabeta.
Serta peningkatan partisipasi masyarakat
Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian
melalui kegiatan pemberantasan sarang
Kualitatif (Edisi Revisi). Alfabeta:
nyamuk secara rutin.
Bandung.

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 13


Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Petunjuk Teknis Pengendalian Demam
Administrasi. Bandung: Alfabeta. Berdarah Dengue Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan
Publik Panduan Praktis Mengkaji
Masalah Dan Kebijakan Publik.
Bandung: Alfabeta.

Sujianto. 2008. Implementasi Kebijakan


Publik (Konsep, Teori, dan Praktik.
Riau: Alaf Riau.

Syawkani, dkk. 2005. Implementasi


Kebijakan Publik. Jakarta: Gramedia.
Tangkilisan, H.N. 2005. Manajemen Publik.
Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis
Kebijakan dan Formulasi Kebijakan.
Malang: Bumi Aksara.

Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis


Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara
(edisi kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

_____________________. 2008. Pengantar


Analisis Kebijakan Publik. Malang:
UMM Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses


Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Pressindo.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik


(Teori, Proses, dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS.

Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik


(Teori, Proses, dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS

Dokumen:
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.
581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue.

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 - Oktober 2017 Page 14

You might also like