You are on page 1of 10

As-Syifaa Jurnal Farmasi Desember 2019; 11 (02):137-146.

ISSN : 2085-4714

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN EMULSI MINYAK


IKAN LEMURU (Sardinella lemuru)

Patihul Husni1, Yasarah Hisprastin1, Melinda Januarti2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor
2
Klinik Padjadjaran, Jatinangor
Email : patihul.husni@unpad.ac.id

ABSTRACT

Lemuru fish (Sardinella lemuru), a small type of pelagic fish, is often found in Indonesia.
Lemuru fish oil contains high omega-3 which is benecficial for health. One effort that can be done to
optimize the benefits of lemuru fish oil is formulated as an emulsion dosage form. The purpose of this
study was to determine the formula and physical stability of the lemuru fish oil emulsion. The method
in this study included preparation of emulsions with varian concentration of fish oil (F1: 5%, F2: 10%,
and F3: 15%) using natural emulgators (gummi arabicum) and physical stability tests carried out at
two temperature variations, 25oC and 40oC for 30 days. Physical stability tests included organoleptic,
homogeneity, emulsion type, viscosity, pH, and the size of the average globule. The organoleptic test
results showed that the three formulas showed phase separation at different time points at both the
storage temperatures. The viscosity test results showed that the viscosity of the three formulas has
decreased during the storage period. In the emulsion type test it was shown that all three formulas
had an oil-in-water (O/W) emulsion type. The pH test results indicated fluctuations during the storage
period. The average globul size test results showed that the F3 emulsion formula has a larger
average globule size than F1 and F2. In conclusion, the most stable formula was F3 that containing
15% fish oil. F3 was stable for more than 21 days at 25 oC and more than 14 days at 40oC.

Key Words: Lemuru fish oil, emulsion, physical stability.

PENDAHULUAN di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar


Indonesia merupakan negara mencapai lebih dari 10 juta ton. Ikan lemuru
kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan
luas perairan sebesar 3.257.483 km2. Luasnya baku untuk ikan kaleng, tepung ikan, dan
laut Indonesia menandakan banyaknya jumlah minyak ikan. Ikan lemuru termasuk ikan
dan variasi ikan yang ada di laut sehingga dengan berlemak tinggi dengan kandungan
hasil perikanan melimpah. Data Kementerian minyak lemak yang tinggi serta bervariasi.
Kelautan dan Perikanan tahun 2014 Minyak ikan yang berkualitas adalah minyak
menyatakan bahwa produk olahan industri ikan yang kaya akan asam lemak yang
perikanan mencapai 5,37 juta ton pada tahun bermanfaat bagi kesehatan. Omega-3
1
2014. merupakan salah satu asam lemak tak jenuh
Ikan lemuru (Sardinella lemuru) esensial dan dibutuhkan oleh tubuh.
merupakan jenis ikan pelagis kecil yang Berdasarkan penelitian Rubio-Rodriguez et al.
banyak dijumpai di perairan Indonesia (2010)3 ikan lemuru mengandung omega-3
khususnya di perairan Selat Bali. Data tertinggi ketiga diantara ikan laut lainnya
2
penelitian Listiyani et al. (2017) menyatakan setelah mackerel dan salmon.
bahwa pada tahun 2015 produksi ikan lemuru Eikosapentanoat (EPA) dan

1
Formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan emulsi minyak ikan lemuru (Sardinella lemuru)

dekoheksapentanoat (DHA) merupakan jenis sediaan emulsi dengan menggunakan


omega-3 yang dominan terdapat pada minyak emulgator yang sesuai sehingga diharapkan
ikan. Omega-3 diketahui bermanfaat untuk dapat meningkatkan stabilitas emulsi yang
mencegah penyakit jantung koroner, memiliki daya simpan lebih lama.
menurunkan kolesterol, dan meningkatkan METODE PENELITIAN
3
kesehatan untuk otak dan mata. Alat dan bahan
Kandungan asam lemak yang cukup Alat yang digunakan dalam penelitian
tinggi pada ikan lemuru menjadikan minyak ini adalah alat-alat gelas laboratorium di
ikan lemuru mudah mengalami oksidasi dan Universitas Padjadjaran, mixer (STIRER IKA ®),
pembusukan, baik karena aktivitas homogenizer (WiseTis), timbangan analitik
mikrobiologis maupun autolisis. Hal ini (Mettler Toledo), viskometer brookfield (DV-E),
merupakan salah satu hambatan masyarakat magnetic stirrer (Yellowline), climatic chamber
dalam mengonsumsinya. Salah satu cara (Irmeco), pH meter (Mettler Toledo), Particle
untuk mengatasinya adalah dengan Size Analyzer (Beckman Coulter), kaca arloji,
memformulasikan minyak ikan lemuru menjadi mortar dan stamper. Bahan-bahan yang
sediaan emulsi. Emulsi merupakan suatu digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak
sistem sediaan heterogen yang terdiri atas ikan lemuru (Sardinella lemuru) dari
dua larutan yang tidak menyatu dimana salah Kementerian Kelautan, gliserin (Brataco), gom
satu fase terdispersinya sebagai tetesan arab (Brataco), xanthan gum (Brataco), BHT
seragam di dalam fase lainnya. Hasil (Brataco), essence, natrium benzoat
4
penelitian Haryati et al. (2017) diketahui (Brataco), dan aqua destilata.
kandungan EPA dan DHA pada minyak ikan Prosedur penelitian
lemuru dapat dimanfaatkan dalam pembuatan Formula sediaan emulsi
emulsi. Sediaan emulsi minyak ikan lemuru
Kajian mengenai stabilitas emulsi dibuat dalam tiga formula (F1, F2 dan F3)
minyak ikan lemuru belum banyak dilakukan. yang mengandung konsentrasi minyak ikan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh lemuru yang berbeda. Komposisi ketiga
5
Permadi (1999) yaitu pembuatan emulsi formula tertera pada tabel 1.
minyak ikan sardin dengan menggunakan Pembuatan sediaan emulsi
lesitin dan tween sebagai pengemulsi dan Pembuatan sediaan emulsi minyak
carboxymethylcelulosa (CMC) sebagai ikan lemuru dilakukan sesuai dengan metode
penstabil menghasilkan tingkat kestabilan penelitian Suseno et al. (2017)6 dengan
emulsi yang rendah yaitu selama 28 jam. beberapa modifikasi. Pertama, bahan-bahan
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Suseno ditimbang sesuai dengan berat masing-
6
et al. (2017) yaitu pembuatan emulsi minyak masing. Gom arab sebagai emulgator
ikan lemuru menggunakan whey protein ditambahkan dengan sejumlah aquadest
sebagai pengemulsi dan guar gum sebagai didalam beaker glass lalu diaduk
penstabil hanya memiliki kestabilan hingga menggunakan mixer dengan selama 15 menit.
hari ke-18 penyimpanan. Oleh karena itu Emulgator adalah fase air. Minyak ikan lemuru
penelitian ini perlu dilakukan untuk membuat didalam beaker glass ditambahkan BHT dan
dihomogenkan menggunakan homogenizer Uji organoleptis: pengamatan sediaan emulsi
dengan kecepatan 30 rpm selama 1 menit. dilakukan dengan mengamati dari segi
Selanjutnya minyak sedikit demi sedikit penampilan, rasa, aroma dan homogenitas
ditambahkan ke dalam fase air dan diaduk dari sediaan uji (F1, F2, dan F3).7
menggunakan mixer selama 15 menit hingga Uji tipe emulsi: uji tipe emulsi dilakukan
terbentuk korpus emulsi. Xanthan gum dengan menggunakan methylene blue yang
dikembangkan menggunakan aquadest dan dapat memberi warna biru pada emulsi tipe
gliserin sampai mengental lalu dimasukkan ke O/W.8
dalam korpus emulsi dan dihomogenkan Uji viskositas: pengukuran viskositas sediaan
dengan kecepatan 50 rpm selama 5 menit. dilakukan dengan menggunakan viskometer
Natrium benzoat ditambahkan kedalam emulsi Brookfield.6 Viskometer yang digunakan
dan diaduk menggunakan mixer. Pada adalah Viskometer Brookfiled DV-E dengan
akhirnya, ditambahkan sakarin dan essence spindle nomor 2.
secukupnya sambil diaduk hingga didapatkan Uji pH: pengukuran pH dilakukan dengan
rasa dan warna yang sesuai. menggunakan pH meter. Elektroda
Evaluasi stabilitas fisik sediaan emulsi sebelumnya telah dikalibrasi. Kemudian
Evaluasi stabilitas fisik sediaan emulsi elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH
dilakukan dalam dua kondisi suhu yaitu suhu yang muncul diamati dan dicatat.6 Kriteria nilai
25oC (suhu kamar) dan suhu 40 oC dengan pH emulsi adalah pH oral (5,5-7,5).9
cara menyimpan sediaan pada climatic Uji ukuran globul: diameter globul emulsi
o
chamber dengan suhu yang diatur 40 C dan diukur menggunakan instrument Particle Size
kelembaban 75%. Evaluasi tersebut dilakukan Analyzer.6 Kriteria ukuran globul sediaan
pada hari ke- 0, 7, 14, 21, dan 30 hari. emulsi berada pada rentang 0,1-100 μm.10
Tabel 1. Formula emulsi (Suseno et al. (2017)6 yang dimodifikasi)

Jumlah(% b/v)
Bahan F2 F3
F1
Minyak ikan 5 10 15
Gliserolum 4,5 4,5 4,5
Gom Arab 15 15 15
Xanthan gum 1 1 1
BHT 0,05 0,05 0,05
Sakarin 0,1 0,1 0,1
Essence 4 4 4
Na. Benzoat 0,1 0,1 0,1
Aquadest ad 100 100 100

HASIL DAN PEMBAHASAN emulsi yang dipilih adalah tipe minyak dalam
Pembuatan minyak ikan lemuru air (O/W) dikarenakan untuk sediaan oral, tipe
menjadi sediaan emulsi dilakukan dengan emulsi ini dapat memberikan kenyamanan
tujuan untuk menghilangkan rasa berminyak saat dikonsumsi.
dari minyak ikan lemuru agar menjadi produk Dalam pembuatan sediaan emulsi
yang lebih baik dengan mengurangi atau minyak ikan lemuru, emulgator yang
menutupi rasa berminyak tersebut. Tipe digunakan adalah emulgator yang berasal dari

139
alam yaitu gom arab. Gom arab merupakan dan tajam untuk menutupi bau minyak ikan
koloid hidrofilik polisakarida yang dapat lemuru. Kemudian untuk menghindari adanya
berfungsi sebagai emulgator. Koloid hidrofilik pertumbuhan mikroba maka digunakan bahan
berperan sebagai emulgator dengan cara yang berfungsi sebagai antimikroba atau
menyelubungi globul minyak dengan lapisan pengawet. Bahan yang digunakan sebagai
multilayer untuk mencegah globul-globul untuk pengawet adalah natrium benzoat.
bersatu kembali. Senyawa-senyawa koloid Uji organoleptis dilakukan terhadap
hidrofilik tersebut diadsorpsi pada antar muka sediaan emulsi minyak ikan lemuru secara
minyak-air dan akhirnya terbentuk lapisan visual yang meliputi warna, bau, rasa, dan
hidrofilik di sekitar globul sehingga setiap homogenitas. Pengamatan ini bertujuan untuk
molekul terikat pada beberapa titik pada antar mengetahui perubahan yang mungkin terjadi
11,12
muka minyak-air. Sebagai emulgator, gom pada sediaan emulsi setelah dilakukan
arab dapat digunakan pada konsentrasi 10- penyimpanan. Hasil pengamatan organoleptis
13
20%. masing-masing formula sediaan emulsi
Xanthan gum merupakan bahan meliputi bau, warna, rasa dan homogenitas
pengental untuk meningkatkan viskositas selama masa penyimpanan 30 hari pada suhu
emulsi yang digunakan luas baik secara oral 25oC dan suhu 40oC dapat dilihat pada Tabel 2
maupun topikal dalam bidang farmasi. 13 dan Tabel 3.
Diketahui xanthan gum banyak digunakan Hasil pengamatan homogenitas pada
dalam industri makanan karena memiliki sifat suhu kamar 25oC dan 40oC menunjukkan
kekentalan yang tinggi pada konsentrasi bahwa ketiga formula sediaan emulsi minyak
rendah. Xanthan gum umum digunakan ikan lemuru mengalami pemisahan selama 30
bersama dengan gom arab dalam pembuatan hari penyimpanan. Pemisahan menandakan
11
emulsi. ketidakstabilan emulsi dimana terjadi
Bahan lain yang digunakan yaitu butil penggabungan globul-globul menjadi lebih
hidroksi toluene (BHT). BHT digunakan besar. Ketidaksempurnaan pelapisan globul ini
sebagai antioksidan untuk mencegah oksidasi dapat disebabkan antara lain konsentrasi
yang dapat menimbulkan bau tengik dari emulgator yang digunakan belum sesuai untuk
minyak. Sebagai antioksidan, umumnya BHT menyelimuti globul-globul secara optimal atau
13
digunakan pada konsentrasi 0,01-1%. pengembangan emulgator yang belum
Minyak memiliki rasa dan bau yang tidak enak, sempurna sehingga proses pembentukan
oleh karena itu digunakan sakarin dan lapisan multimolekular belum sempurna.
essence sebagai pemanis dan pengharum. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah sistem
Sakarin adalah zat pemanis yang umum emulsi yang terbentuk kurang kental, sehingga
digunakan dalam sediaan oral yang memiliki globul-globul tidak dapat dipertahankan tetap
tingkat kemanisan sekitar 300-600 kali dari pada posisinya yang mengakibatkan
sukrosa. Dalam sediaan oral, sakarin dapat pemisahan semakin membesar. Pemisahan
digunakan pada konsentrasi 0,02-0,5%.13 yang lebih cepat terjadi pada suhu 40 oC juga
Kemudian essence yang digunakan adalah dapat dikarenakan pengaruh suhu.
jeruk keprok yang memiliki aroma yang wangi Peningkatan suhu akan meningkatkan laju
reaksi, yang berdampak meningkatnya jumlah kuning pekat. Akibat dari ketidakstabilan ini
tumbukan sehingga menaikkan tegangan bau minyak menjadi lebih tajam serta
permukaan.6 perubahan warna menjadi lebih kuning dari
Ketidakstabilan yang terjadi pada tiap sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan
formula juga mempengaruhi bau dan warna organoleptis, diketahui bahwa selama masa
selama masa penyimpanan baik pada suhu penyimpanan pada suhu 25oC dan 40oC,
25oC dan 40oC. Minyak ikan lemuru memiliki terjadi perubahan bau dan warna ketika
bau minyak yang cukup khas dan berwarna sediaan tidak homogen.

Tabel 2. Hasil pengamatan uji organoleptis pada suhu 25oC

Pengamatan
Formula (Hari ke-) Bau Warna Rasa Homogenitas

0 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

7 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

F1 14 Kuning Lebih terasa Pemisahan


Khas+ pucat minyak fase

21 Kuning Lebih terasa Pemisahan


Khas++ pucat minyak fase
Kuning Lebih terasa Pemisahan
30 Khas++ pucat minyak fase

0 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

7 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

F2 14 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

21 Kuning Lebih terasa Pemisahan


Khas+ pucat minyak Fase
Kuning Lebih terasa Pemisahan
30 Khas++ pucat minyak Fase
Putih Manis sedikit
0 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Putih Manis sedikit
7 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Putih Manis sedikit
F3 14 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Putih Manis sedikit
21 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Kuning Lebih terasa Pemisahan
30 Khas+ pucat minyak Fase

Uji tipe sediaan emulsi selama masa hidrofilik sehingga mudah larut dalam air, hasil
o o
penyimpanan pada suhu 25 C dan suhu 40 C positif menunjukkan warna akan larut pada
dilakukan dengan metode pewarnaan. Metode emulsi.14
pewarnaan dipilih karena mudah dan Pada metode pewarnaan dengan
memberikan hasil yang jelas secara visual. methylene blue, terlihat warna biru menyebar
Umumnya untuk tipe emulsi minyak dalam air, ke seluruh bagian krim yang dioleskan pada
pewarna yang digunakan untuk pengujian kaca arloji sehingga dapat disimpulkan bahwa
adalah methylene blue karena memiliki sifat tipe sediaan emulsi adalah minyak dalam air.
Uji tipe emulsi pada masing-masing formula
maka sediaan tersebut semakin kental. 15 Hasil
sediaan emulsi dapat dilihat pada Tabel 4 dan
pengamatan viskositas dalam cP (centi poise)
Tabel 5.
dari sediaan emulsi minyak ikan lemuru pada
Uji viskositas dilakukan untuk
dua suhu 25oC dan suhu 40oC selama masa
mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1
yang dihasilkan. Semakin tinggi viskositasnya
dan Gambar 2.

Tabel 3. Hasil pengamatan uji organoleptis pada suhu 40oC

Pengamatan
Formula (Hari ke-) Bau Warna Rasa Homogenitas
Putih Manis sedikit
0 Khas kekuningan Homogen
rasa minyak
Putih Manis sedikit
7 Khas
F1 kekuningan rasa minyak Homogen
14 Kuning Lebih terasa Pemisahan
Khas+ pucat minyak Fase

21 Kuning Lebih terasa Pemisahan


Khas++ pucat minyak Fase
Kuning Lebih terasa Pemisahan
30 Khas++ pucat minyak Fase

0 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

7 Putih Manis sedikit


Khas kekuningan rasa minyak Homogen

F2 14 Kuning Lebih terasa Pemisahan


Khas+ pucat minyak Fase
21 Kuning Lebih terasa Pemisahan
Khas++
pucat minyak Fase
Kuning Lebih terasa Pemisahan
30 Khas++ pucat minyak Fase
Putih Manis sedikit
0 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Putih Manis sedikit
7 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Putih Manis sedikit
F3 14 Khas kekuningan rasa minyak Homogen
Kuning Lebih terasa Pemisahan
21 Khas+ pucat minyak Fase
Kuning Lebih terasa Pemisahan
30 Khas++ pucat minyak Fase

Tabel 4. Hasil uji tipe emulsi pada suhu 25oC

Tipe emulsi
Hari ke F1 F2 F3
0 M/A M/A M/A
7 M/A M/A M/A
14 - M/A M/A
21 - - M/A
30 - - -
Tabel 5. Hasil uji tipe emulsi pada suhu 40oC

Tipe emulsi
Hari ke F1 F2 F3
0 M/A M/A M/A
7 M/A M/A M/A
14 - - M/A
21 - - -
30 - - -

Pada Gambar 1 dan Gambar 2 dapat paling kental. Perbedaan kekentalan


dilihat selama masa penyimpanan, hasil berhubungan dengan meningkatnya jumlah
pengukuran menujukkan viskositas emulsi F1 droplet yang terbentuk, semakin banyak
lebih rendah dibandingkan dengan F3. jumlah minyak yang ditambahkan maka
Diantara ketiga formula, F3 dengan semakin banyak jumlah droplet yang
konsentrasi minyak sebesar 15% bersifat terbentuk. 6

500

400
Viskositas (cP)

300

200
F1 F2 F3

100
0 5 10 15 20 25 30
Waktu Penyimpanan (hari)

Gambar 1. Hasil pengukuran viskositas emulsi pada suhu 25oC (n=2)

500

400
Viskositas (cP)

300

200
F1 F2 F3

100
0 5 10 15 20 25 30
Lama Penyimpanan (hari)

Gambar 2. Hasil pengukuran viskositas emulsi pada suhu 40oC (n=2)


Tabel 6. Hasil pengukuran diameter globul emulsi minyak ikan lemuru

Formula Diameter globul (μm)


F1 1,41
F2 1,45
F3 1,55

Emulsi pada F3 memiliki viskositas pembentukan flok akan mengalami


yang tinggi dan kestabilan yang paling lama peningkatan. Hal ini disebabkan jaringan flokul
meskipun konsentrasi minyak pada F3 lebih yang lemah pada emulsi dengan viskositas
banyak dibandingkan F1 dan F2. Menurut rendah akan mudah untuk hancur. Sebaliknya,
Nikovska (2012)16, emulsi dengan viskositas emulsi dengan konsentrasi minyak yang lebih
yang lebih tinggi menunjukkan stabilitas tinggi, tetesan menjadi lebih kompak sehingga
emulsi yang lebih baik terhadap pemisahan. terjadi peningkatan viskositas dan interaksi
Pada konsentrasi minyak yang rendah, antar droplet, dan dengan demikian
viskositas emulsi juga memiliki nilai yang menurunkan laju pemisahan.16,17
rendah sehingga agregasi droplet dan

7
6
5
4
3
pH

2
1

F1 F2 F3

051015202530
Waktu Penyimpanan (hari)

Gambar 3. Hasil pengukuran pH emulsi pada suhu 25oC (n=2)

7
6
5
4
3
2
pH

F1 F2 F3

1
0 5 10 15 20 25 30
Waktu Penyimpanan (hari)

Gambar 4. Hasil pengukuran pH emulsi pada suhu 40oC (n=2)


Selama masa penyimpanan, secara dipengaruhi oleh pH, nilai pH yang tinggi akan
keseluruhan viskositas emulsi minyak ikan menurunkan kecepatan oksidasi lipid.
lemuru mengalami penurunan. Perubahan Oksidasi lipid yang cepat juga dipengaruhi
viskositas emulsi selama masa penyimpanan oleh temperatur selama penyimpanan emulsi.
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan Hasil pengukuran diameter globul
pada emulsi. Penurunan viskositas rata-rata minyak sediaan emulsi minyak ikan
menunjukkan sediaan semakin encer dimana lemuru dapat dilihat pada Tabel 6.
fase terdispersi akan mudah bergerak dalam Pengukuran dilakukan untuk mengetahui
fase luar sehingga peluang terjadinya bahwa emulsi yang dibuat masuk ke dalam
tabrakan antar globul akan semakin tinggi dan syarat ukuran globul emulsi. McClements dan
mengakibatkan globul-globul cenderung Li (Tahun)10 menyatakan ukuran globul
18
bergabung menjadi partikel yang lebih besar. sediaan emulsi berada pada rentang 0,1-100
Viskositas emulsi yang menurun μm. Berdasarkan hasil pengukuran globul,
selama penyimpanan juga dapat disebabkan ukuran globul yang terbentuk pada emulsi tiap
oleh kenaikan temperatur sehingga formula masih masuk kedalam kriteria yaitu
menyebabkan viskositas minyak dan 0,1-100 μm. Ukuran globul emulsi paling kecil
emulsifier menurun. Hal ini terjadi selama ditunjukkan pada emulsi F1 dan ukuran globul
o
masa penyimpanan pada suhu 40 C. Suhu yang paling besar ditunjukkan oleh F3.
yang tinggi menyebabkan molekul-molekul KESIMPULAN
cairan bergerak dan menyebabkan gaya Formula emulsi minyak ikan lemuru
interaksi antar molekul melemah sehingga yang terbaik selama penelitian dihasilkan pada
menaikkan tegangan permukaan. Peningkatan F3 dengan konsentrasi minyak sebesar 15%.
19
suhu akan menurunkan viskositas cairan. F3 memiliki kestabilan yang tinggi
o
Oleh karena itu penyimpanan pada suhu 40 C dibandingkan F1 dan F2 pada dua kondisi
memiliki viskositas yang lebih rendah daripada suhu. Pengujian stabilitas fisik sediaan emulsi
o
suhu 25 C. minyak ikan lemuru telah dilakukan dan
Hasil pengukuran pH dari sediaan diperoleh bahwa F3 memiliki kestabilan lebih
emulsi minyak ikan lemuru pada dua kondisi baik dibandingkan dengan F1 dan F2.
penyimpanan yaitu suhu 25oC dan suhu 40oC Kestabilan emulsi F3 bertahan hingga lebih
dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. dari 21 hari pada suhu 25 oC dan lebih dari 14
Berdasarkan data pada Gambar 3 dan hari pada suhu 40oC.
Gambar 4 tiap formula memiliki nilai pH yang
tidak jauh berbeda. Pada suhu 25 oC, diperoleh DAFTAR PUSTAKA
pH yang berkisar 4,8-4,94 dan pada suhu 1. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Statistika Perikanan Tangkap Indonesia.
40oC diperoleh pH yang berkisar 4,83-4,94.
Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan
Apabila nilai pH pada emulsi terlalu rendah, Tangkap, 2014.
hal ini dapat mempercepat oksidasi lipid
2. Listiyani A, Wiajayanto D, Jayanto BB.
sehingga kestabilan emulsi akan mengalami Analysis of CPUE (Catch Per Unit Effort)
and Utilization Rates Of Fishery Resource
penurunan. Jacobsen (2004)20 menyatakan
Lemuru (Sardinella lemuru) in the Bali
kecepatan oksidasi lipid salah satunya strait. Indonesian Journal of Capture Fish
2017; 1(1):1-9.
3. Rubio-Rodriguez N, Beltran S, Jaime I.
Production of Omega-3 Polyunsaturated 12. Dickinson E. Hydrocolloids as Emulsifiers
Fatty Acid Concentrates. Innovative Food and Emulsion Stabilizers. Food
Science & Emerging Technologies 2010; Hydrocolloids 2009; 23:1473-1482.
11(1):1-12.
13. Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME.
4. Haryati K, Suseno H, Nurjanah. Minyak Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Ikan Sardin Hasil Sentrifugasi dan 6th ed. London : Pharmaceutical Press,
Adsorben Untuk Emulsi. Jurnal 2009.
Pengolahan dan Perikanan Indonesia
2017; 20(1):84-94. 14. Kale SN, Sharada LD. Emulsion Micro
Emulsion and Nano Emulsion: A Review.
5. Permadi A. Kajian Stabilitas Emulsi Sys Rev Pharm 2017; 8(1):39-47.
Minyak Ikan Lemuru (Sardinella lemuru)
dan Pengaruhnya Terhadap Efisiensi 15. Fatimah F, Fardiaz D, Apriyantono A,
Enkapsulasi (Thesis). Bogor: Institut Andarwulan N. Pengaruh Kadar Minyak
Pertanian Bogor, 1999. Terhadap Efektifitas Antioksidan Dalam
Sistem Emulsi Oil-In-Water. Jurnal
6. Suseno SH, Jacoeb AM, Nuryanti M, Teknologi dan Industri Pangan 2010;
Ernawati. Sardine (Sardinella sp.) Oil 14(1):39-50.
Emulsion and Its Stability During Storage.
World Journal of Fish and Marine 16. Nikovska K. Study of Olive Oil-In-Water
Sciences 2017; 9(5):31-38. Emulsions With Protein Emulsifiers. J
Food Agric 2012; 24(1):17-24.
7. Departemen Kesehatan RI. Farmakope
Indonesia. V ed. Jakarta: Departemen 17. Hadnadev TD, Dokic P, Krstonosic V,
Kesehatan, 2014. Hadnadev M. Influence of Oil Phase
Concentration On Droplet Size Distribution
8. Hadning I. Formulasi dan Uji Stabilita Fisik and Stability Of Oil-In-Water Emulsions.
Sediaan Oral Emulsi Virgin Coconut Oil. Eur. J. Lipid Sci. Technol. 2013; 115:313–
Mutiara Medika 2011; 11(2):88-100. 321

9. Baliga S, Sangeeta, Muglikar, Rahul K. 18. Traynor MP, Burke R, Frias JM, Gaston E,
Salivary pH: A Diagnostic Biomarker. Barry-Ryan C. Formation and Stability Of
Journal of Indian Society of An Oil In Water Emulsion Containing
Periodontology 2013; 17(4):461-465. Lecithin, Xanthan Gum and Sunflower Oil.
International Food Research Journal 2013;
10. McClements DJ, Li Y. Structured 20(5):2173-2181.
Emulsion-Based Delivery Systems:
Controlling The Digestion And Release Of 19. Seeton CJ. Viscosity-Temperature
Lipophilic Food Components. Advances in Correlation for Liquids. Proceedings of
Colloid and Interface Science 2010; IJTC, 2006; 1-12.
159(2):213-228.
20. Timm-Heinrich M, Xu X, Nielsen NS,
11. esplanques , r d ric , ichel Jacobsen C. Oxidative Stability Of
, Catherine M. Impact of Chemical Mayonnaise And Milk Drink Produced With
Composition Of Xanthan And Acacia Structured Lipids Based On Fish Oil And
Gums On The Emulsification And Caprylic Acid. Eur Food Res Technol
Stability Of Oil-In-Water Emulsions. 2004; 219:32-41.
Food Hydrocolloids 2012; 27:401-410.

You might also like