You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 1, Januari 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH DALAM PENANGANAN KASUS


ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA PASCA PENDATAAN
PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
(Studi kasus di Puskesmas Padangsari Kota Semarang)

Nur Laili Agustin, Ayun Sriatmi, Rani Tiyas Budiyanti


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: nurlely230@gmail.com

Abstract:
The number of ODGJ cases in Padangsari Public Health Center in Semarang
has increased from 2016 to 2018. The increase in the number of patients must be
balanced with an increase in the process of providing Puskesmas services
specifically for mental disorders. The purpose of the study was to analyse home
visit process in handling ODGJ cases after the collection of PIS-PK data at
Padangsari Health Center, Semarang City. This research is a qualitative research
with a descriptive analytic approach. Data collection was carried out by an in-
depth interview. The research subjects were the current ODGJ Program Holders,
Health Cadres in the work area, and PIS-PK Coordinator Padangsari Health
Center as the main informant.. Whereas triangulation informants were the person
in charge of the Health Office’s PIS-PK, Head of Padangsari Community Health
Center, ODGJ Family and Referral Hospital Health Workers. Factors analyzed
include input, process, and environmental variables in home visit handling ODGJ
cases. The results of this study are that in the home visit process of handling
ODGJ cases after PIS-PK data collection there is shows that in the home visit
process in handling ODGJ cases, only a few houses have been visited. Of the 64
cases, there are still many ODGJ families who have not been conducted
regularly. In this process, ODGJ families tend not to be visited because they are
closed or ashamed. Health workers ask for help from the head of the local RT to
be communicated to the families of the ODGJ concerned. There are several
obstacles in the home visit process of handling ODGJ cases after the collection
of PIS-PK data at Padangsari Public Health Center in Semarang City which have
an impact on the running of home visit process that is less than optimal.

Keywords: Handling ODGJ, home visit, PIS-PK


.
PENDAHULUAN Nomor 18 Tahun 2014 dirumuskan
bahwa kesehatan jiwa adalah
Menurut World Health kondisi seseorang untuk dapat
Organization (WHO), sehat berkembang secara fisik, mental,
didefinisikan sebagai keadaan yang spiritual, dan sosial sehingga
sempurna baik fisik, jiwa maupun seseorang tersebut menyadari
sosial serta tidak hanya terbebas kemampuan diri, dapat mengatasi
dari penyakit atau kecacatan.1 Dari tekanan, dapat bekerja secara
definisi tersebut dapat disimpulkan produktif serta mampu memberikan
bahwa kesehatan jiwa menjadi salah kontribusi untuk komunitasnya.2
satu komponen penting dalam Pengobatan gangguan jiwa di
terwujudnya kesehatan secara negara berpenghasilan rendah dan
paripurna. Dalam Undang-Undang menengah seperti di Indonesia

87
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kurang menjadi perhatian. Sebanyak puskesmas untuk menjangkau


85% penderita gangguan jiwa belum keluarga tidak hanya dengan
mendapatkan layanan kesehatan mengandalkan Upaya Kesehatan
jiwa yang dibutuhkan. Cakupan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang
layanan kesehatan jiwa di Indonesia selama ini dilaksanakan, melainkan
masih sangat rendah yaitu kurang dengan cara langsung mengunjungi
dari 10% dan tingkat kekambuhan tiap keluarga. Sasaran
pasien pasca perawatan kesehatan dilaksanakannya PIS PK yaitu agar
jiwa cukup tinggi.3 terjadi peningkatan derajat
Berdasarkan Riset Kesehatan kesehatan dan status gizi
Dasar tahun 2018, angka prevalensi masyarakat melalui upaya
gangguan mental emosional yang kesehatan serta pemberdayaan
menunjukkan anxietas dan gejala masyarakat. Tahapan PIS PK
depresi pada penduduk usia 15 dimulai dengan pendataan
tahun ke atas mengalami kenaikan kesehatan keluarga, membuat dan
sejak tahun 2007 yaitu sebesar 9,8% mengelola data puskesmas,
dari jumlah penduduk Indonesia. menganalisis, merumuskan
Salah satu provinsi yang mengalami intervensi masalah kesehatan,
kenaikan angka prevalensi menyusun rencana puskesmas,
gangguan mental emosional adalah penyuluhan kesehatan melalui
Jawa Tengah yaitu mencapai 0,90% kunjungan rumah hingga pelaporan
atau sebanyak 9 orang per 1000 data puskesmas. Dari tahapan-
penduduk Jawa Tengah. Angka tahapan tersebut, diintegrasikan ke
prevalensi tersebut melebihi angka dalam langkah-langkah manajemen
normal yaitu 0,70%.4 puskesmas yaitu P1 (Perencanaan),
Untuk mengatur pelayanan P2 (Penggerakan-Pelaksanaan),
kesehatan jiwa di Indonesia, telah serta P3 (Pengawasan-
dibentuk suatu regulasi yang Pengendalian-Penilaian).7
menjadi acuan dasar. Pelaksanaan Berdasarkan survei awal yang
integrasi layanan kesehatan jiwa diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota
pada pelayanan kesehatan umum Semarang, menunjukkan bahwa dari
yang ada di Puskesmas terdapat 7580 KK di wilayah kerja Puskesmas
pada pasal 34 Undang-Undang Padangsari yang sudah terdata
Nomor 18 Tahun 2014 tentang sebanyak 7256 KK. Dari KK yang
Kesehatan Jiwa.5 Selain itu juga sudah terdata, ditemukan kasus
dirumuskan kebijakan nasional ODGJ sebesar 64 kasus. Dari
berbentuk pelaksanaan Program penemuan kasus tersebut, seluruh
Indonesia Sehat dengan pasien ODGJ sedang ditindaklanjuti
Pendekatan Keluarga (PIS PK) oleh Puskesmas Padangsari.
sesuai dengan Peraturan Menteri Pada studi pendahuluan yang
Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 telah dilakukan peneliti dari tahun
yang salah satu indikatornya 2016 sampai 2018 terjadi
berfokus pada penanganan masalah peningkatan jumlah kasus secara
gangguan jiwa berat di masyarakat.6 kumulatif untuk ODGJ di wilayah
Sesuai dengan pembangunan kerja Puskesmas Padangsari. Pada
kesehatan tahun 2015-2019, tahun 2016 jumlah kasus sebanyak
pemerintah berupaya untuk 19 kasus, pada tahun 2017
menguatkan kesehatan dasar sebanyak 41 kasus, dan pada tahun
(primary health care) yang 2018 sebanyak 64 kasus. Untuk
berkualitas. Di dalam PIS PK, cara trend kasus baru, pada 3 tahun

88
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

terakhir ini juga mengalami dikumpulkan melalui kegiatan


peningkatan yaitu ditemukan 22 wawancara mendalam (indepth
kasus baru pada tahun 2017 dan interview) kepada informan/ subjek
pada tahun 2018 ditemukan 23 yang kriterianya telah dipilih secara
kasus baru di wilayah kerja purposive oleh peneliti. Tujuan
Puskesmas Padangsari. Indikator penelitian ini adalah untuk
penanganan kasus ODGJ terdiri dari mendeskripsikan proses kunjungan
beberapa tahapan salah satunya rumah dalam penanganan kasus
yaitu kunjumgan rumah. Kunjungan Orang Dengan Gangguan Jiwa
rumah adalah kegiatan untuk pasca pendataan Program Indonesia
mendata serta mendeteksi kondisi Sehat dengan Pendekatan Keluarga
ODGJ dalam kaitannya dengan di Puskesmas Padangsari Kota
tingkat gangguan kejiwaan yang Semarang.
diderita. Kunjungan rumah Subjek yang digunakan dalam
dimaksudkan untuk melakukan penelitian terdiri atas informan
pemberdayaan keluarga guna dapat utama dan informan triangulasi yang
mengatasi masalah kesehatan sudah ditetapkan dan dipilih.
terkait gangguan jiwa. Kunjungan Adapaun informan utama terdiri atas
rumah ODGJ pasca pendataan PIS- Pemegang Program ODGJ
PK ini dilakukan untuk mengetahui Puskesmas, Kader Kesehatan
lebih lanjut kondisi ODGJ yang wilayah kerja Puskesmas dan
sebelumnya sudah terdata pada Koordinator PIS-PK Puskesmas.
kegiatan pendataan PIS-PK. Proses Sedangkan untuk informan
kunjungan rumah kasus ODGJ triangulasi terdiri atas Pemegang
pasca pendataan PIS PK di PIS-PK DKK, Kepala Puskesmas,
Puskesmas Padangsari saat ini Keluarga ODGJ serta Tenaga
sedang dilakukan, tetapi masih Kesehatan RS Rujukan.
diperlukan upaya yang lebih Variabel yang dianalisis
mendalam mengingat masih adanya berdasarkan pendekatan teori
beberapa kendala dan sistem yang berfokus pada aspek
permasalahan yang berdampak input, proses dan lingkungan terkait
pada kondisi ODGJ tersebut. kunjungan rumah dalam
Berdasarkan uraian di atas, penanganan kasus ODGJ pasca
mendukung peneliti untuk menelaah pendataan PIS-PK. Untuk
lebih lanjut mengenai proses pengolahan data dimulai dari proses
kunjungan rumah dalam reduksi, kemudian penyajian data,
penanganan kasus Orang Dengan selanjutnya penarikan kesimpulan
Gangguan Jiwa pasca pendataan dan yang terakhir dilakukan uji
Program Indonesia Sehat dengan validitas dengan melakukan cross
Pendekatan Keluarga di Puskesmas check dan pembanding terhadap
Padangsari Kota Semarang data yang diperoleh.8 Penelitian
menggunakan teori pendekatan yang dilakukan juga telah divalidasi
sistem Azrul Azwar (1996). dengan ethical clearance dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat
MATERI DAN METODE Nomor: 430/EA/KEPK-FKM/2019.

Penelitian ini adalah penelitian


kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitik. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian

89
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 2 diketahui


Gambaran Umum Karakteristik bahwa informan triangulasi
Informan Penelitian merupakan pihak yang berkaitan
Penelitian ini dilaksanakan secara tidak langsung dalam proses
dengan menggunakan pedoman kunjungan rumah dalam
wawancara dengan metode indepth penanganan kasus ODGJ pasca
interview dengan subjek penelitian pendataan PIS-PK di Puskesmas
yang ditetapkan dan dipilih Padangsari Kota Semarang.
berdasarkan kesesuaian
pengetahuan dan informasi yang Hasil Proses Kunjungan Rumah
dimiliki subjek penelitian terkait dalam Penanganan Kasus ODGJ
proses kunjungan rumah dalam Pasca Pendataan PIS-PK di
penanganan kasus ODGJ pasca Puskesmas Padangsari
pendataan PIS-PK di Puskesmas
Padangsari Kota Semarang. Berikut Berdasarkan informasi yang
merupakan gambaran secara umum didapatkan dari informan penelitian,
karakteriktik informan utama dan proses kunjungan rumah dilakukan
triangulasi dalam penelitian ini: dengan cara petugas enumerator
1. Informan Utama PIS-PK melaporkan kasus baru
Tabel 1. Karakteristik Informan ODGJ kepada pemegang program
Utama terlebih dahulu, kemudian
Kode Usia Pendidikan Lama pemegang program mendata kasus
Terakhir Kerja ODGJ baru tersebut. Setelah didata,
IU 1 27 D3 1 pemegang program beserta kader
Keperawatan menentukan waktu untuk kunjungan
IU 2 46 SMA 1 rumah. kemudian ditentukan
IU 3 45 D3 5 kesepakatan waktu terlebih dahulu
Keperawatan antara petugas puskesmas dengan
Tabel 1 menunjukan bahwa keluarga ODGJ. Untuk
Informan utama dalam penelitian ini menggambarkan jawaban informan
terdiri dari pihak yang berkaitan terkait proses kunjungan rumah
langsung dalam proses kunjungan dapat dilihat pada kotak 1.
rumah dalam penanganan kasus Kotak 1
ODGJ pasca pendataan PIS-PK di “....dari enumerator kan laporan ke
Puskesmas Padangsari Kota aku kalo misal ada ODGJ baru, aku
Semarang. data sek terus nanti aku sama
kader nentuin waktu untuk
2. Informan Triangulasi kunjungan kesana...”
Tabel 2. Karakterisitik Informan
Triangulasi IU
Kode Usia Pendidikan Lama “....Mereka ngajak janjian dulu,
Terakhir Kerja bisanya kapan. Terus kalo udah
IT 1 35 S1 4 disepakati mereka kunjungan
IT 2 51 S1 5 kesini.....”
Kedokteran IT
IT 3 55 SMP -
IT 4 63 SMA - Proses kunjungan rumah
IT 5 45 SMA - pada keluarga ODGJ tidak hanya
IT 6 42 D3 2 dilakukan sekali saja. Proses
Keperawatan kunjungan rumah keluarga ODGJ di

90
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas Padangsari sudah pendanaan tersebut. Pada proses


dilakukan dua kali kepada keluarga kunjungan rumah ini tidak banyak
yang berbeda-beda. Kader membutuhkan dana karena dana
kesehatan menyatakan bahwa hanya dibutuhkan untuk mencetak
kunjungan rumah sudah dilakukan form SRQ. Proses kunjungan rumah
berkali-kali karena sekalian sarana prasarana yang dibutuhkan
melakukan pemantauan. Informan sama seperti kunjungan dari
utama juga menyatakan bahwa Puskesmas biasa yaitu membawa
kunjungan rumah belum alat tulis serta form SRQ. Form SRQ
dilaksanakan secara rutin dan saat tersebut berisi gejala-gejala yang
ini belum dilakukan kunjungan mungkin terjadi pada penderita
rumah ke keluarga ODGJ lagi. ODGJ. Form tersebut akan diisi oleh
Sumber daya manusia dalam petugas kesehatan dari puskesmas
kegiatan kunjungan rumah terdiri setelah melakukan anamnesis
dari pemegang program ODGJ dan dengan pasien ODGJ. Saat ini,
kader kesehatan. Terdapat 3 puskesmas padangsari juga
kelurahan dalam wilayah kerja mempunyai program yang bernama
Puskesmas Padangsari dengan SISEHO. SISEHO ini berbasis
hanya memiliki 1 kader jiwa dan aplikasi offline yang dapat
pemegang program. Sehingga kader memudahkan petugas kesehatan.
jiwa dan pemegang program harus Namun aplikasi SISEHO tersebut
memegang seluruh kelurahan yang belum digunakan lagi dikarenakan
berada di wilayah kerja Puskesmas. masih dalam tahap sosialisasi.
Untuk menggambarkan jawaban Proses kunjungan rumah ini belum
informan terkait SDM kunjungan memiliki SOP khusus.
rumah dapat dilihat pada kotak 2.
Kotak 2 Analisis Proses Kunjungan
“....kalau kunjungan rumah kita Rumah dalam Penanganan Kasus
punya kader di per wilayah ODGJ Pasca Pendataan PIS-PK di
kelurahan, jadi tiap kelurahan itu Puskesmas Padangsari
ada kadernya dek. Biasanya
kadernya itu nanti kunjungan Pelaksanaan kunjungan rumah
bareng pihak puskesmas juga. Tapi keluarga gangguan jiwa termasuk
untuk kader jiwa itu hanya punya dalam intervensi awal PIS-PK.
1....” IU Kunjungan rumah merupakan upaya
“....kalau khusus untuk ODGJ yang dilakukan tenaga kesehatan
cuma punya 1, soalnya kader yang untuk mendeteksi kondisi pasien
lain mengurusi indikator yang gangguan jiwa dalam kaitannya
lain....” dengan permasalahan yang dialami
IT agar mendapat berbagai informasi
yang dapat digunakan untuk proses
Sumber dana pada proses lebih lanjut. Adanya kunjungan
kunjungan rumah berasal dari BOK rumah dapat membantu tenaga
(Bantuan Operasional Kesehatan). kesehatan untuk dapat mengetahui
Dana tersebut diberikan oleh dinas keadaan terkini pasien kasus
kesehatan kepada seluruh gangguan jiwa. Kunjungan rumah
puskesmas kemudian dinas juga dapat membantu tenaga
kesehatan memberikan wewenang kesehatan untuk berkoordinasi
kepada setiap puskesmas untuk dengan keluarga pasien gangguan
mengelola mengatur sendiri jiwa dalam menangani kasus

91
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

gangguan jiwa. Merujuk pada SPM, sumber daya manusia dengan


kegiatan yang harus dilakukan melihat aspek ketersediaan dan
dalam pelayanan kesehatan bagi kompetensi sumber daya manusia
kasus ODGJ salah satunya adalah untuk mendukung proses kunjungan
pelaksanaan kunjungan rumah yang rumah dalam penanganan kasus
mana dalam kegiatan tersebut juga ODGJ pasca pendataan PIS-PK
dilakukan pemberian KIE Keswa, khususnya di Puskesmas
melatih perawatan diri, kegiatan Padangsari. Berdasarkan hasil
rumah tangga serta aktivitas bekerja wawancara terhadap informan,
sederhana.9 diperoleh informasi bahwa sumber
Pelaksanaan kunjungan rumah daya manusia yang terlibat pada
terkait proses penanganan kasus proses kunjungan rumah dalam
ODGJ pasca pendataan PIS-PK di penanganan kasus ODGJ pasca
Puskesmas Padangsari belum pendataan PIS-PK di Puskesmas
optimal karena masih banyak Padangsari diantaranya yaitu
kendala-kendala yang terjadi. Dalam pemegang program dan kader
pelaksanaan kunjungan rumah ini kesehatan jiwa. Sehingga dengan
dipengaruhi oleh variabel input dan jumlah kasus ODGJ yang banyak
lingkungan. Variabel input yang dan terbatasnya petugas pelaksana
mempengaruhi pelaksanaan menyebabkan ketidakseimbangan
kunjungan rumah meliputi sumber antara jumlah kasus dan petugas
daya manusia, dana, sarana pelaksana yang menyebabkan
prasarana dan metode. Sedangkan adanya pasien ODGJ yang tidak
variabel lingkungan yang terkunjungi. Dalam Permenkes
mempengaruhi pelaksanaan Nomor 39 tahun 2016 disebutkan
kunjungan rumah yaitu faktor bahwa sumber daya manusia yang
dukungan keluarga. Jumlah kasus melaksanakan kunjungan rumah
ODGJ di wilayah kerja Puskesmas adalah tenaga Puskesmas atau
Padangsari sebanyak 64 kasus. orang yang ditunjuk oleh
Dalam satu tahun ini, tidak Puskesmas.10
keseluruhannya pasien penderita Oleh karena itu, dapat
ODGJ mendapatkan kunjungan disimpulkan bahwa tenaga
rumah. kesehatan di Puskesmas
Aspek sumber daya manusia Padangsari pada proses kunjungan
mempunyai pengaruh yang sangat rumah dalam penanganan kasus
penting dalam pelaksanaan suatu ODGJ sudah dapat menjalankan
program. Dalam teori Van Meter dan proses penanganan sesuai dengan
Van Horn disebutkan bahwa suatu tugas dan tanggung jawab masing-
kebijakan harus didukung oleh masing meskipun dengan jumlah
sumber daya yang memadai baik sumber daya manusianya yang
sumber daya manusia, sumber daya terbatas. Supaya proses kunjungan
finansial maupun sarana dan dapat dilaksanakan secara
prasarananya. Dalam sebuah maksimal, perlu adanya
penelitian menjelaskan bahwa penambahan jumlah perawat di
ketersediaan sumber daya dalam Puskesmas sebagai tenaga untuk
melaksanakan sebuah program mendukung proses kunjungan
maupun kebijakan merupakan salah rumah dalam penanganan kasus
satu faktor yang harus selalu ODGJ serta penambahan jumlah
diperhatikan. Dalam hal ini sumber kader kesehatan sebagai tenaga
daya yang dimaksudkan adalah untuk melakukan kunjungan rumah.

92
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Untuk beban kerja, pemegang langsung. Selama ini dana yang


program dan kader merasa terlalu diterima oleh Puskesmas
banyak menangani pasien gangguan Padangsari dapat mencukupi
jiwa namun dapat teratasi dengan kebutuhan dana dalam proses
bantuan tenaga kesehatan lain. penanganan kasus gangguan jiwa.
Kinerja dalam melaksanakan proses Hal ini sesuai dengan Peraturan
kunjungan rumah dalam Menteri Kesehatan RI Nomor 71
penanganan kasus gangguan jiwa Tahun 2016 tentang Juknis
sudah bagus. Penggunaan DAK Non Fisik Bidang
Pada aspek dana juga Kesehatan yang menyebutkan
mempengaruhi pelaksanaan bahwa dana BOK masuk ke dalam
kunjungan rumah ini. Dana dana alokasi khusus non fisik pada
merupakan suatu elemen input bidang kesehatan. Khususnya
(masukan) yang digunakan untuk diarahkan untuk upaya kesehatan di
membiayai kegiatan organisasi guna setiap jenjang pelayanan kesehatan
mencapai tujuan yang telah termasuk pelayanan yang ada di
ditetapkan.11 Dana yang digunakan Puskesmas.13 Namun, pada saat ini
untuk kegiatan selalu berhubungan Puskesmas Padangsari belum
langsung dengan kebutuhan melakukan perencanaan alokasi
pelayanan kesehatan, tidak hanya dana khusus untuk proses
pada tindakan yang dilakukan kunjungan rumah dalam
melainkan juga pada peralatan yang penanganan kasus ODGJ. Baik
digunakan. Berdasarkan Peraturan alokasi dana untuk kader kesehatan
Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun maupun untuk kebutuhan lainnya.
2017 tentang Pedoman Pendanaan Selanjutnya aspek sarana
PIS-PK disebutkan bahwa sumber prasarana juga mempengaruhi
dana Puskesmas untuk PIS-PK proses kunjungan rumah. Sarana
dapat berasal dari dana Anggaran dan prasarana merupakan salah
Pendapatan Belanja Daerah satu alat penunjang keberhasilan
(APBD), dana kapitasi JKN, Dana suatu proses upaya yang dilakukan
Alokasi Khusus fisik dan non fisik dalam pelayanan publik. Apabila
dalam bentuk dana Bantuan kedua aspek ini tidak tersedia maka
Operasional Kesehatan (BOK), dana semua kegiatan yang dilaksanakan
desa, dan sumber dana lainnya yang tidak dapat mencapai hasil yang
sah.12 Dana pendukung proses diharapkan sesuai rencana
kunjungan rumah dalam sebelumnya. Menurut penelitian
penanganan kasus gangguan jiwa sebelumnya yang dilakukan oleh
bersumber dari dana BOK (Biaya Yunari pada tahun 2017 menyatakan
Operasional Kesehatan). Hal bahwa kelengkapan sarana dan
tersebut sudah sesuai dengan prasarana merupakan bukti fisik dari
Permenkes Nomor 19 Tahun 2017, adanya tingkat kualitas pelayanan.14
karena dana berasal dari BOK. Sarana dan prasarana yang
Sumber dana dari BOK tersebut dibutuhkan untuk mendukung proses
kemudian dikelola oleh Puskesmas kunjungan rumah adalah alat tulis
Padangsari yang dipergunakan dan form SRQ. Sarana prasarana
untuk biaya operasional Puskesmas. yang tersedia sudah mendukung
Hal tersebut sesuai dengan keberjalanan proses kunjungan
Permenkes Nomor 19 tahun 2017 rumah yang dilaksanakan oleh
bahwa alokasi dana ini menjadi puskesmas padangsari. Selanjutnya
kewenangan Kepala Puskesmas

93
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dalam aspek metode dalam pada Permenkes Nomor 39 tahun


pelaksanaan kunjungan rumah. 2016 yang menyatakan bahwa
Metode dalam penanganan kunjungan rumah dilakukan secara
kasus ODGJ ini dimaksudkan berkala dengan cara petugas
sebagai ketersediaan pedoman atau pelaksana kunjungan rumah
mekanisme terkait pelaksanaan membuat jadwal kunjungan agar
penanganan kasus ODGJ di tidak terjadi benturan atau tumpang
Puskesmas Padangsari. Suatu tindih antara jadwal kunjungan ke
organisasi dapat dikatakan berhasil rumah pasien satu dengan yang
dalam mencapai tujuan, apabila lainnya.10
peraturan atau kebijakan dan Dalam pelaksanaan
prosedur organisasi berhubungan kunjungan rumah, dukungan
terhadap pencapaian tujuan keluarga juga sangat mempengaruhi
11
organisasi. Kebijakan adalah suatu keberjalanannya. Di wilayah
ketetapan yang memuat prinsip- Puskesmas Padangsari masih
prinsip untuk mengarahkan cara terdapat keluarga yang tidak mau
bertindak yang dibuat secara diajak kerjasama atau menutup-
terencana dan konsisten untuk nutupi bahwa dikeluarganya terdapat
mencapai tujuan tertentu.15 Terdapat penderita ODGJ sehingga
beberapa metode dalam proses mempengaruhi pelaksanaan
penanganan kasus gangguan jiwa kunjungan rumah yang
agar dapat mencapai tujuan salah mengakibatkan proses ini tidak
satunya adalah tersedianya dapat berjalan dengan optimal.
prosedur dalam setiap proses Menurut penelitian yang dilakukan
penanganan kasus. Puskesmas oleh Keliat (2009) menyatakan
padangsari belum memiliki prosedur bahwa intervensi awal yang
khusus untuk dijadikan pedoman dilakukan melalui kunjungan rumah
dalam proses kunjungan rumah. dapat meningkatkan partisipasi
Adanya prosedur dimaksudkan dukungan keluarga dan kemandirian
untuk memberikan suatu konsep pasien jiwa.16 Selain itu, adanya
yang jelas, dipahami oleh semua ketidakterbukaan pasien ODGJ.
petugas dan dituangkan dalam Pasien ODGJ merasa dia tidak sakit
dokumen prosedural untuk setiap dan baik-baik saja, sehingga sulit
penanganan kasus. Menurut Azrul untuk terbuka dengan petugas
Azwar semakin dipatuhinya Puskesmas. Keluarga ODGJ yang
pedoman pelayanan atau prosedur, tidak mau dikunjungi biasanya dari
semakin baik pencapaian standar kalangan terpandang, mungkin
pelayanan. Kepatuhan dalam merasa malu sehingga ketika ada
melaksanakan prosedur kerja akan petugas kesehatan yang hendak
berdampak dalam meningkatkan kunjungan rumah selalu ditolak
mutu pelayanan sehingga dengan alasan yang bermacam-
mendukung keberhasilan proses macam. Upaya yang sudah
kunjungan rumah dalam dilakukan oleh petugas Puskesmas
penanganan kasus gangguan jiwa. adalah meminta bantuan kepada RT
Pelaksanaan kunjungan rumah ini untuk mengkomunikasikan dengan
belum dilaksanakan secara rutin dan keluarga yang bersangkutan.
berkelanjutan melainkan hanya pada Dengan dilakukannya upaya
saat awal ditemukannya kasus tersebut, terkadang masih terdapat
ODGJ baru sehingga belum sesuai keluarga yang tetap tidak mau untuk
dengan ketentuan yang terdapat dikunjungi.

94
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

KESIMPULAN 4. Hasil Riset Kesehatan Dasar


Dari hasil penelitian yang telah Tahun 2018
dilaksanakan dapat ditarik 5. Undang-Undang Nomor 18
kesimpulan bahwa Proses Tahun 2014 tentang Kesehatan
kunjungan rumah belum Jiwa.
dilaksanakan secara optimal karena 6. Peraturan Menteri Kesehatan
selama ini hanya dilakukan pada Republik Indonesia Nomor 39
beberapa rumah dalam 2 kali tahun 2016 tentang Pedoman
kunjungan pada keluarga yang Penyelenggaraan Program
berbeda-beda. Proses kunjungan Indonesia Sehat Dengan
rumah belum dilaksanakan secara Pendekatan Keluarga.
rutin dan berkelanjutan, melainkan 7. Kementerian Kesehatan
hanya dilaksanakan pada saat awal Indonesia. Pedoman Umum
ditemukannya kasus gangguan jiwa Program Indonesia Sehat
baru. Untuk mengatasi hal tersebut, dengan Pendekatan Keluarga.
petugas kesehatan berkoordinasi Jakarta: Kementerian Kesehatan
dengan kepala RT setempat untuk RI. 2016.
dibantu mengkomunikasikan dengan 8. Herdiansyah H. Metodologi
keluarga ODGJ yang bersangkutan. Penelitian Kualitatif, Kuantitatif
Adapun saran yang diberikan oleh dan R&D. Bandung: Alfabeta.
peneliti bagi Puskesmas Padangsari 2014.
Kota Semarang yaitu: 1) melakukan 9. Kementerian Kesehatan
kunjungan rumah secara rutin dan Indonesia. Peraturan Menteri
berkelanjutan bagi pasien ODGJ Kesehatan Republik Indonesia
yang sudah terdata agar melakukan Nomor 4 tahun 2019 tentang
pemeriksaan lebih lanjut, 2) Standar Teknis Pemenuhan
mengadakan pelatihan khusus untuk Mutu Pelayanan Dasar Pada
kader kesehatan mengenai Standar Pelayanan Minimal
kesehatan jiwa, 3) penambahan Bidang Kesehatan. Jakarta:
jumlah kader jiwa wilayah kerja Kementerian Kesehatan RI.
puskesmas padangsari, 4) 2019.
melakukan koordinasi rutin dengan 10. Peraturan Menteri Kesehatan
RT setempat untuk mengatasi Republik Indonesia Nomor 39
keluarga ODGJ yang tertutup. tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program
DAFTAR PUSTAKA Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta:
1. Constitution of the World Health Kementerian Kesehatan RI.
Organization. Principles. [Online] 2016.
[Disitasi 3 Maret 2019]. Diakses 11. Satrianegara, Fm. Organisasi
melalui: Dan Manajemen Pelayanan
www.who.int/about/mission/en/ Kesehatan: Teori Dan Aplikasi
2. Undang-undang Republik Dalam Pelayanan Puskesmas
Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Dan Rumah Sakit. Jakarta:
tentang Kesehatan Jiwa. Salemba Medika. 2014.
3. Laporan Akuntabilitas Kinerja 12. Peraturan Menteri Kesehatan
Instansi Pemerintahan 2017 Republik Indonesia Nomor 19
Direktorat Pencegahan dan tahun 2017 tentang Pedoman
Pengendalian Masalah Pendanaan Program Indonesia
Kesehatan Jiwa dan Napza Sehat Dengan Pendekatan

95
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Keluarga. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI. 2017.
13. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2016 Tentang
Juknis Penggunaan DAK Non
Fisik Bidang Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
2016.
14. Yunari, Ida. Pengaruh Sarana
Prasarana Terhadap Kualitas
Pelayanan. 2017. 8 (2). 155-156.
15. Suhartono, E. Membangun
Masyarakat Memberdayakan
Rakyat. Bandung: Refika
Aditama. 2008.
16. Keliat, BA. Model Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC. 2009.

96

You might also like