You are on page 1of 10

Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No.

1 Tahun 2017
ISSN : 0215/9635
Published by Lab Sosio,

PERAN FASILITATOR DALAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT PADA PROGRAM PENATAAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS
(Studi Kasus di Desa Kemiri, Kecamatan Kebakkramat,
Kabupaten Karanganyar)

Wulan Ayuningtyas Agustin


Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta
Email: ulan.ayu22@yahoo.com

Supriyadi S.N.
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta
Email: supriyadi.sn.su@gmail.com
Received: 07-05-2017 Accepted: 14-07-2017 Online Published: 12-10-2017

Abstrack
This research aims to find out the facilitator’s role and inhibiting and supporting
factors in the Community- Based Environment Arrangement Program (PLPBK)
in Kemiri Village. The theory used in this research is Max Weber’s Social
Action Theory. The role of facilitator is the rational social action because the
facilitator has contribution and purpose in performing community
empowerment. The method employed in this research i s descriptive with
case study. The sampling technique used was purposive sampling. Techniques of
collecting data used were interview, documentation study and direct
observation. Data validation was carried out using source triangulation.
Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis. The
result of research shows that facilitators serve to improve human resource
quality through the activities of socialization, community facilitation and
program evaluation as well as grant in the form of plan developer and
construction executor. The inhibiting factors in PLPBK program included limited
fund and limited construction tools. Meanwhile the supporting factors in
PLPBK program included facilitator personnel, high participation of Kemiri
Villagers and close relationship established between stakeholders in PLPBK
program.
Keywords: Role of Facilitator, Community Empowerment, Community- Based
Environment Arrangement Program

Pendahuluan memenuhi kebutuhan dasar tersebut


Kemiskinan merupakan (Anwas, 2014: 83). Di Indonesia
masalah yang sangat kompleks. penduduk miskin masih menghantui
Indikator utama kemiskinan terkait masalah pembangunan.
dengan pemenuhan kebutuhan Permasalahan ini ditunjukkan
primer, realitas penduduk Indonesia dengan banyaknya rumah tidak layak
masih banyak yang sulit huni dan permukiman kumuh yang
identik dengan kemiskinan.

69
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

Permukiman menjadi bagian dari (Program Nasional Pemberdayaan


lingkungan hidup yang akan Masyarakat). Kabupaten
digunakan sebagai tempat tinggal Karanganyar yang dijalankan oleh
dari sekelompok manusia yang Pemerintah di lokasi kawasan
saling berinteraksi serta prioritas adalah Desa Kemiri.
berhubungan dalam mewujudkan Berdasarkan Pasal 1 ayat 1-6
masyarakat yang tentram. Untuk Undang-undang Republik Indonesia
mengatasinya pemerintah masih Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
terus melakukan pembangunan yang Perumahan dan Kawasan
merata di seluruh Indonesia. Permukiman bahwa perumahan
Paradigma pembangunan yang dan kawasan permukiman adalah
baru berprinsip bahwa pembangunan salah satu kesatuan sistem yang
harus pertama-tama dan terutama terdiri atas pembinaan,
dilakukan atau inisiatif dan penyelenggaraan
dorongan kepentingan- kepentingan perumahan, penyelenggaraan
masyarakat, masyarakat harus diberi kawasan permukiman,
kesempatan untuk terlibat di dalam pemeliharaan dan perbaikan,
keseluruhan proses perencanan dan pencegahan dan peningkatan
pelaksanaan pembangunannya, kualitas terhadap perumahan
termasuk pemilikan serta kumuh dan permukiman kumuh,
penguasaan aset infrastrukturnya. penyediaan tanah, pendanaan dan
Dengan semua itu jaminan bahwa sistem pembiayaan, serta peran
distribusi keuntungan dan manfaat masyarakat. Perumahan yaitu
yang lebih adil bagi masyarakat kumpulan rumah sebagai bagian
dari operasinya akan dapat dari permukiman, baik perkotaan
diletakkan dengan lebih kokoh. maupun pedesaan yang dilengkapi
Aspek penting dalam suatu program dengan prasarana, sarana dan
pemberdayaan masyarakat adalah utilitas umum sebagai hasil upaya
program yang disusun sendiri oleh pemenuhan rumah yang layak
masyarakat, mampu menjawab huni. Kawasan permukiman itu
kebutuhan dasar masyarakat, bagian dari lingkungan hidup di
mendukung keterlibatan kaum luar kawasan lindung, baik berupa
miskin dan kelompok yang kawasan perkotaan maupun
terpinggirkan lainnya, dibangun dari pedesaan, yang berfungsi sebagai
sumber daya lokal, sensitif terhadap lingkungan tempat tinggal atau
nilai-nilai budaya lokal, lingkungan hunian dan tempat
memperhatikan dampak lingkungan, kegiatan yang mendukung
tidak menciptakan ketergantungan, perikehidupan dan penghidupan.
berbagai pihak terkait terlibat Lingkungan hunian juga bagian
(instansi pemerintah, lembaga dari lingkungan hunian yang
penelitian, perguruan tinggi, LSM, terdiri atas lebih dari satu satuan
swasta, dan lainnya), serta perumahan yang mempunyai
berkelanjutan. prasarana, sarana, utilitas umum,
Rumah Tidak Layak Huni serta mempunyai penunjang
salah satu program kegiatan kegiatan fungsi lain di kawasan
Penataan Lingkungan Berbasis perkotaan atau kawasan perdesaan.
Komunitas (PLPBK) yang menjadi Dalam penyelenggaraan perumahan
rangkaian program PNPM dan kawasan permukiman adalah

70
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

kegiatan perencanaan, dan penghambat yang dialami


pembangunan, pemanfaatan, dan fasilitator dalam melaksanakan
pengendalian termasuk di dalamnya program tersebut. Program PLPBK
pengembangan kelembagaan, ini pada dasarnya dibuat dalam
pendanaan dan sistem pembiayaan, rangka upaya pembangunan
serta peran masyarakat yang masyarakat. Program ini masih
terkoordinasi dan terpadu. tergolong baru dan belum tentu
Program Penataan Lingkungan setiap daerah bisa mendapatkan
Permukiman Berbasis Komunitas bantuan dari program PLPBK ini.
(PLPBK) merupakan program yang Maka untuk mengetahui bagaimana
diadakan oleh pemerintah untuk peran fasilitator kepada masyarakat
menindaklanjuti program dalam adanya program Penataan
penaggulangan kemiskinan di Lingkungan Permukiman Berbasis
perkotaan. Program ini merupakan Komunitas di Desa Kemiri yang ada
reward yang diberikan oleh di Kabupaten Karanganyar yang
pemerintah bagi desa atau mendapatkan bantuan dari program
kelurahan yang memiliki Badan PLPBK di tahun 2015.
Keswadayaan Masyarakat (BKM).
BKM merupakan lembaga Metode Penelitian
perwakilan masyarakat dengan Penelitian yang dilaksanakan
kepemimpinan kolektif dari tingkat di Desa Kemiri, Kecamatan
kelurahan yang dibentuk sebagai Kebakkramat, Kabupaten
wadah aspirasi masyarakat. Tujuan Karanganyar ini menggunakan
utama dari Program Penataan metode penelitian kualitatif
deskriptif yaitu perpaduan antara
Lingkungan Berbasis Komunitas
jenis penelitian deskriptif dengan
(PLPBK) untuk mendukung upaya
metode penelitian kualitatif yang
pemerintah dalam meningkatkan
bertujuan memperoleh gambaran
kesejahteraan masyarakat dan
tentang suatu hal dengan
kualitas kehidupan masyarakat,
memaparkan, menuturkan,
khususnya peningkatan kualitas
menafsirkan, dan menganalisa data
permukiman.
yang ada (Moleong, 2013:21).
Pemilihan masalah tentang Penelitian ini menggunakan teknik
Peran Fasilitator dalam Purposive Sampling (sampel
Pemberdayaan Masyarakat pada bertujuan). Sampel yang dijadikan
Program Penataan Lingkungan informan dalam penelitian ini
Permukiman Berbasis Komunitas adalah fasilitator, masyarakat Desa
di Desa Kemiri, Kecamatan Kemiri, dan perangkat Desa Kemiri.
Kebakkramat, Kabupaten Penelitian ini bersumber dari
Karanganyar merupakan salah satu data primer dan data sekunder.
daerah yang dijadikan sebagai lokasi Data primer merupakan data yang
dalam Program Penataan berasal dari sumber aslinya secara
Lingkungan Permukiman Berbasis langsung yang akan merespon atau
Komunitas. Dalam penelitian ini memberi keterangan dalam
penulis ingin mengetahui bagaimana penelitian. Data primer didapatkan
peran fasilitator terhadap warga dari keterangan yang diberikan oleh
masyarakat dalam Program Penataan informan penelitian. Data sekunder
Lingkungan Permukiman Berbasis merupakan data yang diperoleh dari
Komunitas serta faktor pendukung arsip-arsip, buku-buku yang

71
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

berkaitan dengan bantuan/program pada program bantuan RTLH di


PNPM untuk masyarakat miskin di Kabupaten Karanganyar khususnya
daerah tertentu di Indonesia, yang Desa Kemiri. Proses PLPBK di
mendapatkan bantuan pemerintah
Desa Kemiri berlangsung mulai
supaya mendapatkan kehidupan
yang layak. Teknik pengumpulan dari bulan Januari 2015 hingga
data yang digunakan melalui cara Januari 2016. Pendanaan RTLH
wawancara secara langsung terhadap dalam program PLPBK di Desa
informan dengan pedoman Kemiri ini dianggarkan Rp
wawancara, dokumentasi yang 15.000.000 untuk setiap unitnya.
bersumber dari arsip-arsip dan Dana tersebut dipegang oleh
dokumen yang terdapat pada
pemerintah desa (Bapak Lurah).
berbagai instansi terkait, dan
pengamatan atau observasi secara Masyarakat yang mendapatkan
langsung. bantuan program telah sepakat
Validitas merupakan jaminan untuk tidak memegang uang
bagi kemantapan simpulan dan tafsir bantuan tersebut secara langsung.
makna sebagai hasil penelitian. Mereka menyerahkan kepada
Dalam penelitian kualitatif terdapat pemerintah desa untuk
beberapa cara yang bisa dipilih
membelanjakan uang tersebut
untuk pengembangan validitas
(kesahihan) data penelitian (Sutopo, dengan bahan bangunan dan
2002: 77). Teknik validitas yang menyerahkan kepada masyarakat
digunakan yaitu triangulasi sumber. dalam bentuk bahan material
Metode analisis data yang digunakan untuk membangun rumah bukan
dalam peneltian ini adalah model dalam bentuk uang.
analisis interaktif. Dimana dalam
model ini terdapat tiga komponen Pemberdayaan masyarakat
pokok menurut Miles dan Huberman ditujukan untuk merubah perilaku
yaitu reduksi data, suatu bentuk masyarakat agar berdaya sehingga
analisis yang mempertegas atau masyarakat dapat meningkatkan
memperpendek, membuat fokus, dan kualitas hidupnya dan dapat
membuang hal yang tidak penting
merasakan kesejahteraan. Dalam hal
dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dapat ini, fasilitator merupakan pelaksana
dilakukan. Selanjutnya, penyajian pemberdayaan masyarakat.
data dan penarikan kesimpulan. Fasilitator berperan dalam
mendampingi masyarakat penerima
Hasil dan Pembahasan manfaat dalam menerima program
Kegiatan PLPBK di Desa dan menjalin kerjasama dengan
Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar berbagai pihak yang relevan dengan
utamanya memperbaiki konteks pemberdayaan masyarakat.
infrastruktur seperti Rumah Tidak Dalam melaksanakan program
Layak Huni (RTLH), jamban, PLPBK di Desa Kemiri ini,
jalan, saluran, ruang terbuka hijau, fasilitator sangat berperan penting
taman dan pembangunan manusia. bagi masyarakat penerima bantuan
Dalam hal ini PLPBK difokuskan program PLPBK maupun menjalin

72
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

relasi bagi pihak pemerintah desa rembuk warga secara door to door
hingga pusat untuk melaksanakan di setiap RW. Rembuk warga
program dengan baik. merupakan lanjutan sosialisasi dari
Program PLPBK di Desa pengenalan program. Pada tahap
Kemiri dimulai dengan tahap perencanaan dan pemasaran sosial,
persiapan, tahap perencanaan dan fasilitator berperan sebagai
pemasaran sosial, tahap pelaksanaan Penyusun rencana yang
hingga tahap keberlanjutan. ditunjukkan dengan peran
Fasilitator berperan di semua merencanakan pelaksanaan dan
tahapan kegiatan berlangsung mensosialisasikannya kepada
selama program tersebut masyarakat desa dan perangkat Desa
dilaksanakan. Fasilitator yang Kemiri. Perencanaan pelaksanaan
bertugas di Desa Kemiri berjumlah program PLPBK ini disepakati
3 orang, yaitu Bapak Anung bersama agar pelaksanaan program
sebagai fasilitator sosial, Mbak Ika sesuai dengan visi dan tujuan
dan Ibu Dhanti sebagai fasilitator program PLPBK diadakan di Desa
teknik. Peran fasilitator dijelaskan Kemiri. Selanjutnya tim fasilitator
dalam setiap tahap kegiatan PLPBK melaksanakan pemasaran sosial yang
di Desa Kemiri, yaitu: Pada tahap dibantu dengan perangkat desa dan
persiapan, fasilitator berperan BKM yang melakukan
sebagai Sosialisator yang pemetaan swadaya untuk
ditunjukkan dengan peran mengidentifikasi lokasi dari potensi
mengadakan lokakarya di tingkat sosial dan ekonomi masyarakat.
kabupaten yang menghadirkan Pada tahap pelaksanaan
semua SKPD terkait dengan pembangunan, fasilitator berperan
perencanaan seperti DPU, Bappeda, sebagai Pelaksana konstruksi dan
BLH, Bapermasdes, dan DKP serta pendampingan masyarakat yang
dinas-dinas lainnya. Fasilitator ditunjukkan dengan peran
melakukan pendekatan di tingkat melibatkan masyarakat dan
desa yang mencakup perangkat mengorganisasikan mereka ke
desa dan masyarakatnya. dalam pelaksanaan pembangunan.
Mengadakan sosialisasi kepada Fasilitator bertanggung jawab untuk
masyarakat penerima bantuan. melakukan pemberdayaan
Sosialisasi ini dilakukan di Aula masyarakat yang dilakukan dengan
Desa Kemiri untuk memberikan melibatkan masyarakat sebagai
pengetahuan kepada masyarakat sasaran utama program PLPBK.
penerima bantuan mengenai program Selama proses pelaksanaan
PLPBK salah satunya yaitu renovasi pembangunan, peran fasilitator yaitu
rumah tidak layak huni yang akan meninjau dan memantau proses
dilaksanakan dan manfaat yang akan pembangunan rumah. Dalam hal
diterima termasuk rumah layak huni. sosial, fasilitator terus berperan
Tim fasilitator juga mengadakan untuk mendampingi masyarakat dan

73
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

menyadarkan masyarakat untuk ini dilaksanakan secara bergilir


memiliki permukiman yang layak, dari satu RT ke RT yang lain.
bersih dan sehat. Pada tahap Untuk menunjang proses
keberlanjutan, fasilitator berperan pembangunan rumah ini
sebagai Evaluator dimana dibutuhkan tukang untuk
fasilitator melakukan evaluasi mengerjakannya. Tukang yang
terhadap program yang telah selesai dibutuhkan dalam satu unit rumah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan sekitar 3-4 orang. Pemilihan
secara tertulis dan dijadikan laporan tukang ini dilakukan oleh
akhir. Laporan akhir ini memuat masyarakat secara swadaya. Akan
rincian dana yang telah digunakan, tetapi peralatan dalam
dokumentasi lapangan dan proses pembangunan rumah pun hanya
pembangunan, dan lain-lain. Dalam mengandalkan peralatan yang
laporan akhir ini dapat dilihat dimiliki oleh tukang tersebut.
perencanaan hingga pelaksanaan Alat-alat penunjang proses
akhir yang kemudian diserahkan pembangunan disiapkan secara
kepada koordinator kabupaten swadaya oleh penerima bantuan
sebagai bentuk pertanggungjawaban. dan tukang. Fasilitator tidak terlibat
Terdapat beberapa faktor penuh dalam memfasilitasi
yang menjadi penghambat dan alat pembangunan. Fasilitator
pendukung fasilitator dalam hanya membantu mencarikan
melakukan pemberdayaan pinjaman peralatan yang dapat
masyarakat di program PLPBK. digunakan bersama seperti molen.
Faktor yang menjadi penghambat Sedangkan faktor pendukung
di antaranya yaitu Kurangnya dalam program PLPBK yaitu
Pendanaan, meskipun dana Rp Adanya tenaga fasilitator, dengan
15.000.000 diberikan dalam bentuk adanya fasilitator ini dapat
bahan material penerima bantuan merencanakan, mengatur dan
masih merasa kurang dengan dana merelokasi kegiatan dalam
dan bahan material yang telah program PLPBK. Fasilitator tidak
diberikan akibatnya mereka hanya ditugaskan dalam masalah
menggunakan uang pribadi untuk infrastruktur tetapi juga dalam
membeli kekurangan bahan perilaku sosial masyarakat yang
mateial, membayar tukang dan berada di kawasan kumuh.
memberi makan siang tukang yang Fasilitator sangat bermanfaat bagi
mengerjakan renovasi rumahnya. program PLPBK di Desa Kemiri.
Faktor penghambat lainnya yaitu Keberadaan fasilitator juga sangat
Keterbatasan alat membantu masyarakat penerima
pembangunan, proses renovasi bantuan. Fasilitator tidak hanya
rumah tidak layak huni mewujudkan rumah yang layak
berlangsung sekitar satu bulan di bagi masyarakat Desa Kemiri tetapi
setiap rumah. Proses pembangunan juga membantu masyarakat

74
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

memiliki pengetahuan untuk masyarakat penerima bantuan.


berperilaku hidup yang bersih dan Pemerintah pusat sebagai
menjaga permukiman yang sudah penanggungjawab program PLPBK
dibangun bersama. Tingginya secara nasional. Pemerintah
partisipasi masyarakat Desa Kabupaten Karanganyar dan
Kemiri, program PLPBK adalah Kecamatan Kebakkramat turut
program pemberdayaan masyarakat mendukung pelaksanaan program
yang ditujukan untuk masyarakat PLPBK di Desa Kemiri. Bagi
miskin. Maka dari itu keterlibatan pemerintah Desa Kemiri, program
masyarakat dalam program ini PLPBK ini sangat membantu
sangat membantu berjalannya warganya yang tidak memiliki
keberhasilan program yang sukses. rumah yang layak dan membantu
Partisipasi masyarakat ditunjukkan warganya menikmati fasilitas
dengan keterlibatan di setiap umum yang bersih dan sehat. Pada
tahapan. Mulai dari tahap kegiatan pelaksanaan program
persiapan, masyarakat turut hadir PLPBK, turut menghadirkan
dalam sosialisasi sebagai penerima perangkat desa untuk melakukan
bantuan yang mengetahui arahan pemetaan swadaya yang
pelaksanaan program. Dalam tahap dibutuhkan untuk mengidentifikasi
perencanaan dan pemasaran sosial, lokasi dari potensi sosial dan
masyarakat penerima bantuan ekonomi warga. Badan
berpartisipasi untuk turut Keswadayaan Masyarakat (BKM)
menyetujui visi misi PLPBK Desa juga melakukan analisis data dari
Kemiri. Adanya relasi yang kuat, hasil pemetaan swadaya tersebut.
Fasilitator tidak hanya melalukan Adanya dukungan tersebut menjadi
inovasi dan mempengaruhi dukungan fasilitator dan
masyarakat mengambil keputusan masyarakat penerima bantuan
tetapi juga menjadi jembatan dalam melaksanakan program
penghubung antara pemerintah dan PLPBK di Desa Kemiri karena
masyarakat dalam mencapai tujuan dengan adanya pengarahan dan
program. Dalam program PLPBK pengawasan kegiatan tersebut
ini berlangsung di Desa Kemiri, menjadi selesai tepat waktu dan
banyak pihak yang terlibat dalam berhasil membuat permukiman
menyukseskan program ini bagi desa yang layak, bersih dan sehat.
masyarakat. Bukan hanya Peran fasilitator dalam
fasilitator dan masyarakat program pemberdayaan masyarakat
penerima bantuan yang berada penerima bantuan program PLPBK
dalam relasi program PLPBK di di Desa Kemiri, Kabakkramat,
Desa Kemiri. Di setiap tahapan Karanganyar selama ini telah
kegiatan PLPBK, terdapat banyak mengubah kehidupan masyarakat
pihak yang terlibat. Mulai dari baik dari segi pengetahuan, sikap
pemerintah pusat hingga dan tindakan. Adapun perubahan

75
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

yang terjadi di dalam masyarakat pada para individu, pola-pola dan


Desa Kemiri yang telah regularitas-regularitas tindakan dan
mendapatkan pendampingan dari bukan pada kolektivitas. Tipe-tipe
fasilitator selama program tindakan sosial menurut Weber
berlangsung adalah: Segi yaitu Zwerk Rational, yaitu
pengetahuan, masyarakat Desa tindakan sosial murni. Dalam
Kemiri yang menerima bantuan tindakan ini aktor tidak hanya
program PLPBK telah sekedar menilai cara yang terbaik
mendapatkan berbagai pengetahuan untuk mencapai tujuannya tapi juga
baik terkait proses pengambilan menentukan nilai dari tujuan itu
keputusan maupun perawatan sendiri. Tujuan dalam zwerk
rumah layak huni. Hal ini terlihat rational tidak absolut. Ia dapat juga
dari masyarakat yang memiliki menjadi cara dari suatu tujuan
pengetahuan dirinya sebagai subjek lain berikutnya. Bila aktor
sekaligus objek pembangunan berkelakuan dengan cara yang
sehingga masyarakat turut paling rasional maka mudah
menentukan keputusan dalam hal memahami tindakannya tersebut.
penerimaan dana bantuan. Selain Werkrational action, di dalam
itu masyarakat yang dulunya tindakan dipilihnya itu merupakan
terbiasa pengetahuan untuk suatu yang paling tepat untuk
merawat mereka yang telah mencapai sebuah tujuan yang lain.
direnovasi. Segi tindakan, Ini menunjuk kepada tujuan itu
pendampingan oleh fasilitator sendiri. Di dalam tindakan ini
dilihat dari segi tindakan memang antara tujuan dan cara
perubahannya adalah masyarakat mencapainya cenderung menjadi
penerima bantuan PLPBK di Desa sulit untuk dibedakan. Namun,
Kemiri yang lebih kritis dan tindakan ini rasional, kepada
kreatif dalam memilih langkah pilihan terhadap cara kiranya
selanjutnya. Ini dapat dilihat sudah menentukan tujuan yang
dengan adanya keputusan dari diinginkan. Tindakan tipe ini masih
masyarakat untuk berpartisipasi rasional meskipun tidak serasional
selama tahapan kegiatan program yang tipe pertama. Affactual
PLPBK dan aktif dalam action, tindakan ini yang dibuat-
menyampaikan aspirasi mereka buat, yang dipengaruhi oleh
dalam rencana pembangunan perasaan emosi aktor, tindakan ini
permukiman. sulit dipahami, kurang atau tidak
Peran fasilitator dalam rasional. Traditional action,
program PLPBK di Desa Kemiri tindakan yang didasarkan atas
dapat dianalisis dengan teori kebiasaan dalam mengerjakan
tindakan sosial dari Max Weber. sesuatu dimasa lalu.
Weber dalam Ritzer (2002: 60) Dari keempat tipe dasar
menyebut teori tindakan berfokus tindakan sosial ditemukan fakta

76
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

bahwa tindakan fasilitator cenderung (instrumen) yang digunakan untuk


pada tipe tindakan zwerk rational mencapai tujuan. Fasilitator
(tindakan rasional instrumental). menggunakan segala kemampuan
Seperti yang telah diketahui bahwa dan keahlian yang dimiliki untuk
zwerk rational adalah tindakan sosial memberdayakan masyarakat
murni. Disini aktor bertindak atas penerima bantuan dan menjalin
dasar tindakan yang rasional. kerjasama dengan pihak yang
Tindakan fasilitator dikatakan terkait dengan program PLPBK.
sebagai tindakan sosial yang rasional Fasilitator menggunakan alat
karena fasilitator menjalankan berupa haknya sebagai penyusun
kewajiban dan haknya dalam dan penanggungjawab program
melakukan pemberdayaan PLPBK untuk mencapai tujuan
masyarakat. Kewajiban yang program. Dengan menggunakan
dijalankan oleh fasilitator yaitu alat- alat yang dimiliki, fasilitator
mengarahkan tindakan kepada dapat mencapai tujuan bagi dirinya
orang lain seperti masyarakat sendiri maupun orang lain.
penerima bantuan program dan Fasilitator yang melaksanakan
perangkat desa saat menjalin relasi. tugas dengan berperan
Adapun kewajiban tersebut melaksanakan pemberdayaan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan masyarakat akan mendapatkan gaji
keberhasilan program PLPBK di sesuai dengan pekerjaannya dan
Desa Kemiri. Sedangkan hak yang dapat membantu masyarakat
dimaksud adalah tindakan nyata mendapatkan permukiman yang
yang bersifat subjektif yang dapat layak.
dilihat saat fasilitator menjadi
penyusun rencana program dan Kesimpulan
Desa Kemiri, Kecamatan
menjadi pihak yang bertanggung Kebakkramat, Kabupaten
jawab saat program berlangsung. Karanganyar merupakan desa yang
Tindakan rasional menerima Program Penataan
instrumental adalah tindakan Lingkungan Permukiman Berbasis
fasilitator yang mempunyai Komunitas (PLPBK). Peran
pertimbangan dan tujuan ketika fasilitator dalam program PLPBK
yaitu sebagai sosialitator yang
melakukan pemberdayaan
melakukan sosialisasi kepada
masyarakat penerima bantuan masyarakat dan perangkat desa
PLPBK di Desa Kemiri. Fasilitator untuk mengenalkan program yang
mempunyai tujuan untuk akan dijalankan, sebagai penyusun
melaksanakan program yang rencana yang melakukan pemetaan
ditugaskan dari pemerintah pusat. swadaya untuk mengidentifikasi
lokasi penerima bantuan dan
Adapun yang dimaksud dengan
melakukan rembuk warga untuk
pertimbangan dalam tindakan menyepakati program dan jadwal
rasional instrumental tersebut kegiatan pelaksanaan. Fasilitator
adalah suatu kondisi atau alat juga berperan sebagai pelaksana

77
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 1 Tahun 2017

kontruksi yang bertanggungjawab Sutopo, H.B. 2002. Metodelogi


memantau dan mengawasi pada Penelitian Kualitatif.
proses pembangunan RTLH serta Surakarta: Sebelas Maret
pendamping masyarakat untuk University Press
berperilaku bersih dan sehat.
Fasilitator berperan sebagai evaluator
umntuk mengevaluasi program
PLPBK dengan masyarakat dan
pemerintah terkait dan membuat
laporan akhir sebagai bentuk
pertanggungjawaban.
Program PLPBK di Desa
Kemiri memiliki faktor pendukung
dan penghambat. Faktor
penghambat adalah kurangnya
pendanaan untuk setiap unit
renovasi rumah yang
mengakibatkan masyarakat
mencukupi dana tersebut secara
swadaya serta keterbatasan alat
pembangunan yang hanya
mengandalkan alat dari tukang.
Terdapat pula faktor pendukung
yaitu adanya peran fasilitator yang
bermanfaat, partisipasi masyarakat
tinggi yang mau terlibat dalam
program serta adanya relasi dari
pemerintah pusat hingga
masyarakat yang saling
mendukung untuk mencapai tujuan
program PLPBK.

Daftar Pustaka
Anwas, Oos M. 2014.
Pemberdayaan Masyarakat di Era
Global. Bandung: Alfabeth
Moleong, Lexy J. 2013.
Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ritzer, George . 2002. Teori
Sosiologi. Bantul: Kreasi
Kencana

78

You might also like