You are on page 1of 8

MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN SISTEM

BLOK PADA PELAJARAN PENJAS


DI SMTI PONTIANAK

Arief Dwi Wibowo, Mimi Haetami, Fitriana Puspa Hidasari


Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP Untan, Pontianak
E-mail: arifdwi.wibowo20@gmail.com

Abstract
This research discussed about the block system learning model in vocational productive
subjects at SMK-SMTI Pontianak. The school held the productive subjects about 2 (two)
up to 3 (three) weeks. Therefore, the students did not get physical education subject and
the schedule lesson is random in every week. The aim of this research was to know
students’ interest in block system learning in physical education subject at SMK-SMTI
Pontianak. The research method was a quantitative descriptive study. The researcher
also used the survey method. The sample of this research were the eleventh grade
students of SMK-SMTI Pontianak, which consist73 students. The instrument of research
was a questionnaire. Technique of data collection was to pour the frequency into a
percentage. The results of this research was students’ interest to block system learning in
physical education subject at SMK-SMTI Pontianak was very high with the highest
frequency considering in the high category with 38 students or 52.05%. Therefore, the
researcher concluded that students’ interest in block system learning in physical
education subject at SMK-SMTI Pontianak was very high which 38 students or 52.05%
and high which 35 students or 47.95%.

Keywords: block system, learning interest, physical education.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat peran dalam membentuk Sumber Daya
penting dan menjadi kebutuhan umat manusia. Manusia (SDM) yang berkualitas bagi suatu
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bangsa. Karena kemajuan suatu bangsa juga
dasar manusia yang diperlukan sebagai bekal dapat dilihat melalui kemajuan pendidikannya.
untuk menjalani kehidupan. Syukri & Definisi pendidikan menurut Undang-
Marmawi (2010: 24) menyatakan, “Pendidikan Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1,
merupakan proses pengubahan sikap dan tata adalah usaha sadar dan terencana untuk
laku seseorang atau kelompok orang dalam mewujudkan suasana belajar dan proses
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran agar peserta didik secara aktif
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, serta mengembangkan potensi dirinya untuk
cara mendidik”. memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
Sedangkan menurut Nurani Soyomukti pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
(2015: 21) “Pendidikan adalah proses untuk akhlak mulia, serta keterampilan yang
memberikan manusia berbagai macam situasi diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
yang bertujuan memberdayakan diri”. Melalui negara. Dalam pendidikan terdapat satuan
pendidikan, manusia ditempa menjadi seorang pendidikan, yakni kelompok layanan
pemikir dan diharapkan dapat hidup pendidikan yang menyelenggarakan
bermasyarakat dengan baik. Dengan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
pendididikan, seseorang dapat meraih cita- informal pada setiap jenjang dan jenis
citanya dan mendapatkan kebahagiaan melalui pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur
ilmu yang dimilikinya. Pendidikan memiliki pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

1
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri
menengah, dan pendidikan tinggi. saling ketergantungan yang diarahkan untuk
Pada jenjang pendidikan menengah mencapai suatu tujuan. Adapun salah satu
terdapat pendidikan menengah umum dan sistem pembelajaran yang digunakan pada
pendidikan menengah kejuruan. Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan yaitu sistem blok,
Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu Menurut Prastiyo (dalam Novian: 2016)
bentuk satuan pendidikan formal yang “Sistem blok proses pem-bagian jadwal
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada pelajaran didasarkan pada jumlah jam
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan akumulasi yang telah ditentukan pada silabus
dari tingkat dibawahnya. SMK sering juga di (kurikulum) dengan asumsi jumlah jam
sebut STM (Sekolah Teknik Menengah). pelajaran akumulasi tidak boleh kurang dari
Kurikulum pada Sekolah Menengah Kejuruan jumlah jam pelajaran akumulasi yang telah
(SMK) lebih ditekankan terhadap pelajaran ditentukan di kurikulum”. “Sistem
kejuruan yang diambil oleh siswa dan lebih pembelajaran blok mengorganisasikan proses
mengedepankan praktek dari pada teori pada pembelajaran dalam jumlah pertemuan yang
saat proses belajar mengajar. lebih sedikit namun pertemuan tersebut akan
SMK berperan dalam menciptakan dilaksanakan dalam waktu yang lebih lama,
Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga dapat meningkatkan flexibilitas
dan mandiri di usia muda. Dikatakan demikian aktifitas instruksional”, LAB (dalam
karena lulusan SMK memiliki keahlian khusus Masbahah: 2014). “Dalam praktik blok
yang didapat selama menempuh pendidikan. pertemuan praktik dilakukan secara berturut-
Keahlian khusus tersebut belum tentu dimiliki turut dengan selang waktu antar pertemuan
oleh lulusan sekolah menengah umum. Dengan yang relatif pendek”, Hayati (dalam Novian:
adanya keahlian khusus yang dimiliki oleh 2016).
lulusan SMK akan lebih mempermudah dalam Penjelasan di atas dapat disimpulkan
mengarahkan langkah pendidikan tinggi yang bahwa waktu yang cukup akan membuat siswa
hendak ditempuh. Selain itu, dengan keahlian lebih fokus dalam mempelajari konsep-konsep
yang dimiliki, lulusan SMK juga berpeluang sehingga siswa dapat memahami dan
besar bersikap mandiri karena siap untuk mendalami materi seutuhnya khususnya pada
bekerja bahkan dapat membuka usaha sesuai mata pelajaran produktif kejuruan, namun
bidang keahlian yang dimilikinya. dalam konteks ini mata pelajaran penjasorkes
Dalam menciptakan lulusan SMK yang pada sistem pembelajarannya juga harus bisa
unggul, model pembelajaran menjadi hal yang menyesuaikan jadwal dan waktu agar dapat
sangat penting untuk diperhatikan guna berjalan selaras dengan kurikulum yang telah
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. ditetapkan sehingga minat belajar peserta didik
Dengan model pembelajaran yang tepat, maka terhadap mata pelajaran penjasorkes tidak
motivasi peserta didik akan meningkat, berkurang. Pembelajaran sistem blok
sehingga tingkat ketuntasan dalam merupakan suatu sistem pembelajaran di mana
pembelajaran juga tinggi. Salah satu model terdapat restrukturisasi jadwal harian untuk
pembelajaran yang ada adalah pembelajaran membuat unit waktu untuk masing-masing
sistem blok. kelas. Sistem Blok menciptakan pembelajaran
SMK-SMTI Pontianak merupakan salah atau pertemuan yang lebih sedikit setiap hari,
satu Sekolah Menengah Kejuruan yang namun bertemu untuk waktu yang cukup lama.
menggunakan pembelajaran sistem blok. Terdapat filosofi mengenai sistem blok, yakni
Menurut Hamalik, (dalam Wina Sanjaya,2008) apa yang dikatakan langsung dikerjakan, yang
“Sistem Pembelajaran adalah suatu kombinasi bermaksud bahwa harus tuntasnya
terorganisasi yang meliputi unsur-unsur pembelajaran teori hingga prakteknya yang
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan harus dilaksanakan secara tuntas.
dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai Di SMK-SMTI Pontianak, pembelajaran
suatu tujuan”. Sebagai suatu sistem seluruh sistem blok diberlakukan pada pelaksanaan

2
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran (tiga) minggu siswa tidak mendapatkan mata
produktif kejuruan. Pembelajaran sistem blok pelajaran Penjasorkes, jadwal pelajaran yang
untuk mata pelajaran produktif memang tidak tetap di setiap minggunya dan terkadang
dipandang cukup baik karena dapat pada minggu – minggu tertentu setelah ataupun
meningkatkan keterampilan dan kesiapan sebelum mata pelajaran produktif kejuruan
peserta didik untuk siap diterjunkan dalam tersebut berlangsung terdapat jadwal mata
dunia usaha dan industri nantinya. Namun, di pelajaran Penjasorkes yang terdapat lebih dari
samping itu juga terdapat dampak lain yang 2 (dua) hari berturut – turut dalam 1 (satu)
ditimbulkan dari pelaksanaan pembelajaran minggu Oleh karena itu maka menimbulkan
sistem blok. Dengan digunakannya pertanyaan mengenai seberapa besar minat
pembelajaran sistem blok di SMK-SMTI belajar peserta didik pada mata pelajaran
Pontianak dalam mata pelajaran produktif, penjasorkes di SMK-SMTI Pontianak, Minat
maka akan mempengaruhi mata pelajaran lain merupakan masalah yang paling penting dalam
seperti mata pelajaran penjasorkes. pendidikan, apalagi bila berkaitan dengan
Pendidikan jasmani merupakan suatu aktifitas seseorang dalam kehidupan sehari-
proses pendidikan yang melibatkan aktivitas hari. Menurut Slameto (2010: 180) “Minat
jasmani, yang disusun secara sistematis dan adalah suatu rasa suka dan rasa ketertarikan
bertahap berdasarkan tingkat pertumbuhan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
serta perkembangan, meningkatkan menyuruh dan cenderung untuk memberikan
kemampuan dan ketrampilan jasmani, perhatian yang lebih besar terhadap hal atau
membentuk potensi-potensi yang ada dan aktivitas tersebut”. Sedangakan Menurut Agus
membentuk kepribadian individu yang Sujanto (2004:92) “Minat sebagai suatu
berintelektual dan kepribadian sosial guna pemusatan perhatian yang tidak disengaja
mencapai tujuan pendidikan nasional.Selain itu terlahir dengan penuh kemauannya dan
Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan tergantung dari bakat serta lingkungannya”
dapat dikatakan sebagai proses pendidikan Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli
melalui akivitas jasmani yang di dalamnya di atas, minat belajar dapat didefinisikan
terdapat banyak makna kehidupan untuk sebagai ketertarikan dari diri peserta didik
memperoleh kebugaran tubuh dan menjunjung dalam proses belajar sebagai wujud kemauan
tinggi sportifitas. untuk melaksanakan suatu kegiatan belajar
Menimbang begitu pentingnya mata dengan ciri timbulnya perasaan senang,
pelajaran penjasorkes bagi kehidupan, maka perhatian, dan aktivitas dalam melaksanakan
sudah sepatutnya mata pelajaran pesjasorkes kegiatan tersebut.
harus disampaikan dan diterima secara efektif Oleh karena itu melalui penelitian ini
dalam kegiatan belajar mengajar. Keefektifan penulis berharap mampu mengetahui tentang
pembelajaran mata pelajaran penjasorkes di Minat Belajar Peserta Didik Terhadap
SMK-SMTI Pontianak juga harus didukung Pembelajaran Sistem Blok Pada Mata
oleh hal-hal dan faktor-faktor yang Pelajaran Pendidikan Jasmani Di SMK-SMTI
mempengaruhinya. Ada berbagai faktor yang Pontianak.
mempengaruhi efektivitas suatu pembelajaran,
baik dari faktor guru, faktor siswa, materi METODE
pembelajaran, media, metode maupun model Dalam penelitian ini jenis penelitian
pembelajaran. yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Namun pada kenyataannya mata pelajaran Zainal Arifin (2012: 41) menyatakan bahwa:
penjasorkes terkena dampak dari adanya Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
pembelajaran sistem blok dalam mata digunakan untuk menggambarkan (to
pelajaran produktif kejuruan yang discribe), menjelaskan, dan menjawab
dilaksanakan di SMK-SMTI Pontianak dengan persoalan-persoalan tentang fenomena dan
demikian selama mata pelajaran produktif peristiwa yang terjadi saat ini baik tentang
tersebut berlangsung 2 (dua) sampai dengan 3 fenomena yang sebagaimana adanya maupun

3
analisis hubungan antara berbagai variabel Bentuk penelitian ini merupakan
dalam suatu fenomena. Pola-pola penelitian penelitian Survei. Menurut Winarno
deskriptif ini, antara lain: survei, studi kasus, Surakhmad (dalam Suharsimi Arikunto, 2006:
causal-comparative, korelasional, dan 110) “Survei merupakan cara mengumpulkan
pengembangan. Tujuan dari penelitan data dari sejumlah unit atau individu dalam
deskriptif adalah untuk (a) menjelaskan suatu waktu (atau jangka waku) yang bersamaan dan
fenomena, (b) mengumpullkan informasi yang jumlahnya cukup besar.” Adapun menurut
bersifat aktual dan faktual berdasarkan Zainal Arifin (2012: 42) “Penelitian survei
fenomena yang ada, (c) mengidentifikasi bertujuan bukan hanya untuk mengetahuistatus
masalah-masalah atau melakukan justifikasi fenomena, tetapi juga untuk menentukan
kondisi-kondisi dan praktik-praktik yang kesamaan status dengan cara
sedang berlangsung, (d) membuat membandingkannya dengan standar, norma
perbandingan dan evaluasi, dan (e) atau kriteria yang sudah ditentukan”.
mendetermiinasi apa yang dikerjakan orang Disimpulkan bahwa survei adalah
lain apabila memiliki masalah atau situasi yang pengumpulan data yang digunakan untuk
sama dan memperoleh keuntungan dari mendapatkan keterangan dari suatu atau
pengalaman mereka untuk membuat rencana sejumlah unit dalam waktu yang bersamaan
dan keputusan di masa yang akan datang. dan dengan jumlah yang cukup besar atau
Sedangkan Menurut Purwanto (2010: banyak terhadap suatu persoalan tertentu.
177) metode deskriptif adalah, “penelitian Adapun beberapa jenis penelitian survei yaitu,
yang hanya melibatkan satu variabel pada satu school survey, job analysis,document analysisi,
kelompok, tanpa menghubungkan dengan publick opinion surveys, dan community
variabel lain atau membandingkan dengan surveys. Survei yang digunakan dalam
kelompok lain.” Suatu penelitian harus penelitian ini adalah school survey. Menurut
menggunakan metode yang tepat dan sesuai Zainal Arifin (2012: 65) school survey adalah
dengan tujuan, sehingga dapat “jenis survei yang “bertujuan meningkatkan
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara efisiensi dan efektivitas pendidikan”
ilmiah.
Jenis penelitian deskriptif yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan pada penelitian ini dimaksudkan Hasil
untuk memperoleh informasi mengenai Deskripsi Hasil Minat Belajar Peserta
persepsi siswa SMK-SMTI Pontianak pada Didik Terhadap Pembelajaran Sistem Blok
minat belajar mata pelajaran pendidikan Pada Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Di
jasmani terhadap penerapan pembelajaran SMK-SMTI Pontianak.
sistem blok secara mendalam. Selain itu, Dari hasil analisis data penelitian yang
metode ini sesuai untuk mengumpulkan data dilakukan maka dapat dideskripsikan dalam
tentang situasi dan permasalahan yang bentuk tabel sebagai berikut:
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran
penjasorkes di SMK-SMTI Pontianak.

Tabel 1. Kategorisasi Faktor Intrinsik Minat Belajar


NO KATEGORI NILAI FREKUENSI PERSENTASE
1 Sangat Tinggi 69-84 43 58,90%
2 Tinggi 53-68 30 41,10%
3 Rendah 37-52 0 0,00%
4 Sangat Rendah 21-36 0 0,00%
Jumlah 73 100,00%

4
Persentase Nilai

Gambar 1. Diagram Batang Faktor Intrinsik Minat Belajar

Dari data di atas dapat diketahui faktor Pontianak yang berkategori sangat tinggi 42
intrinsik minat belajar peserta didik terhadap peserta didik atau 57,53%, tinggi 31 peserta
pembelajaran sistem blok pada mata didik atau 42,47%.
pelajaran pendidikan jasmani di SMK-SMTI

Tabel 2. Kategorisasi Faktor Ekstrinsik Minat Belajar


NO KATEGORI NILAI FREKUENSI PERSENTASE
2 Sangat Tinggi 39-47 35 47,95%
3 Tinggi 30-38 38 52,05%
4 Rendah 21-29 0 0,00%
5 Sangat Rendah 12-20 0 0,00%
Jumlah 73 100,00%
Persentase Nilai

Gambar 2. Diagram Batang Faktor Ekstrinsik Minat Belajar

5
Dari data di atas dapat diketahui faktor yang berkategori sangat tinggi 36 peserta didik
ekstrinsik minat belajar peserta didik terhadap atau 49,32%, tinggi 36 peserta didik atau
pembelajaran sistem blok pada mata pelajaran 49,32%, sedang 1 peserta didik atau 1,37%.
pendidikan jasmani di SMK-SMTI Pontianak

Tabel 3. Kategorisasi Minat Belajar


NO KATEGORI NILAI FREKUENSI PERSENTASE
1 Sangat Tinggi 108-132 38 52,05%
2 Tinggi 83-107 35 47,95%
3 Rendah 58-82 0 0,00%
4 Sangat Rendah 33-57 0 0,00%
Jumlah 73 100,00%
Persentase Nilai

Gambar 3. Diagram Batang Minat Belajar

Dari data di atas dapat diketahui minat belajar di SMK-SMTI Pontianak yang berkategori
peserta didik terhadap pembelajaran sistem sangat tinggi 38 peserta didik atau 52,05%,
blok pada mata pelajaran pendidikan jasmani tinggi 35 peserta didik atau 47,95%.

Pembahasan
Deskripsi hasil penelitian yang dilakukan dengan frekuensi terbanyak berkategori sangat
tentang minat belajar peserta didik terhadap tinggi 38 peserta didik 52,05%.
pembelajaran sistem blok pada mata pelajaran Hasil penelitian yang dilakukan tentang
pendidikan jasmani di SMK-SMTI Pontianak minat belajar peserta didik terhadap
pada faktor intrinsik adalah sangat tinggi pembelajaran sistem blok pada mata pelajaran
dengan frekuensi terbanyak yaitu dengan 42 pendidikan jasmani di SMK-SMTI Pontianak
peserta didik atau 57,53%, pada faktor diperoleh hasil bahwa minat belajar peserta
ekstrinsik adalah sangat tinggi dengan didik terhadap pembelajaran sistem blok pada
frekuensi terbanyak 36 peserta didik atau mata pelajaran pendidikan jasmani di SMK-
49,32%, dengan demikian secara keseluruhan SMTI Pontianak yang berkategori sangat
minat belajar peserta didik terhadap tinggi 38 peserta didik atau 52,05%, tinggi 35
pembelajaran sistem blok pada mata pelajaran peserta didik atau 47,95%.
pendidikan jasmani di SMK-SMTI Pontianak

6
Jadi, minat belajar peserta didik terhadap dimbil kesimpulan bahwa minat belajar peserta
pembelajaran sistem blok pada mata pelajaran didik terhadap pembelajaran sistem blok pada
pendidikan jasmani di SMK-SMTI Pontianak mata pelajaran pendidikan jasmani di SMK-
adalah sangat tinggi dengan pertimbangan SMTI Pontianak adalah tinggi dengan
frekuensi terbanyak yaitu dengan 38 peserta pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu pada
didik atau 52,05%. Dari kelima indikator kategori sangat tinggi dengan 38 peserta didik
pendukung minat belajar menunjukkan bahwa atau 52,05%. Minat belajar peserta didik
indikator perasaan senang pada faktor intrinsik terhadap pembelajaran sistem blok pada mata
menjadi pendukung tingginya minat yang pelajaran pendidikan jasmani di SMK-SMTI
paling besar (65,75%) sedangkan indikator Pontianak yang berkategori sangat tinggi 38
kondisi lingkungan pada faktor ekstrinsik peserta didik atau 52,05%, tinggi 35 peserta
menjadi faktor pendukung yang paling rendah didik atau 47,95%.
(4,11%).
Berdasarkan hasil yang diperoleh Saran
menunjukkan bahwa minat belajar peserta Berdasarkan hasil penelitian minat belajar
didik terhadap pembelajaran sistem blok pada peserta didik terhadap pembelajaran sistem
mata pelajaran pendidikan jasmani di SMK- blok pada mata pelajaran pendidikan jasmani
SMTI Pontianak dalam mengikuti di SMK-SMTI Pontianak yang telah dilakukan
pembelajaran jasmani berada pada kategori dapat disarankan,
sangat tinggi. Keadaan ini dipengaruhi oleh (1)Sekolah diharapkan mampu memfasilitasi
beberapa faktor yaitu faktor instrinsik dan pembelajaran
faktor ekstrinsik. Hasil ini menunjukkan pendidikan jasmani secara maksimal agar
seberapa besar minat peserta didik dalam tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat
mengikuti pembelajaran jasmani dan apa saja tercapai dengan baik.
faktor yang mempengaruhinya. Ketertarikan (2)Sekolah diharapkan mampu
untuk belajar diartikan apabila seseorang yang mempertahankan minat belajar peserta didik
berminat terhadap suatu pelajaran maka ia yang begitu tinggi dengan mendukung faktor –
akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap faktor yang mempengaruhi minat belajar
pelajaran tersebut. Minat dapat menentukan peserta didik.
baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar minat belajar seorang siswa DAFTAR PUSTAKA
akan semakin besar kesuksesannya dalam Arifin, Z. (2012). Penelitian
belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Pendidikan.Bandung: PT Remaja
Slameto (2003:57) yang menyatakan bahwa Rosdakarya.
“minat merupakan kecenderungan yang tetap Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
untuk memperhatikan dan mengenang (Suatu Pendekatan Praktik).Jakarta:
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati Rineka Cipta.
seseorang diperhatikan terus menerus yang Masbahah. (2014, April 1). Efektivitas Sistem
disertai dengan rasa senang”. Dengan hasil Pembelajaran Blok Di Sekolah
penelitian ini bahwa minat peserta didik yaitu Menengah Kejuruan Kota Surabaya.
sangat tinggi, ini menandakan dengan (Online). Retrieved Oktober 2018, From
tingginya minat peserta didik terhadap Jurnal Teknik Mesin:
pembelajaran jasmani diharapkan proses https://media.neliti.com.
belajar mengajar dapat berlangsung dengan Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian
baik. Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SIMPULAN DAN SARAN Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
Simpulan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
Berdasarkan hasil penelitian dan 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.
pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat

7
Jakarta: Sekretaris Negara Republik Syukri,M dan Marmawi. (2010). Pengantar
Indonesia. Pendidikan.Pontianak: STAIN Pontianak
Sanjaya,W. (2008). Perencanaan dan Sistem Press.
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Yudha P,N. (2016, October 2). Persepsi
Prenadamedia Group Mahasiswa Terhadap Efektifitas
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Pembelajaran Dengan Sistem Blok
Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Matakuliah Praktikum Pada Jurusan
Cipta. Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Soyomukti,N. (2015). Teori-Teori Pendidikan. Negeri Malang. (Online). Retrieved
Sleman: AR-RUZ MEDIA Oktober 2018, From Jurnal Teknik
Sujanto A. (2004). Psikologi Umum. Jakarta: Mesin: http://journal2.um.ac.id.
Rineka Cipta.

You might also like