You are on page 1of 81

SKRIPSI

PERSEPSI PERAWAT TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN


KEPALA RUANG SELAMA PANDEMI COVID 19

(Studi Kasus Di RS Anwar Medika Sidoarjo)

NABILLAH CHOIRUN NISA


NIM: 201601152

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020

1
ii

SKRIPSI

PERSEPSI PERAWAT TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA


RUANG SELAMA PANDEMI COVID-19

(Studi Kasus Di RS Anwar Medika Sidoarjo)

NABILLAH CHOIRUN NISA


NIM: 201601152

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020

ii
iii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum

pernah dikumpulkan orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang

pendidikan di Perguruan Tinggi manapun, dan apabila terbukti ada unsur

Plagiatisme saya siap untuk dibatalkan kelulusannya.

Mojokerto,

Yang Menyatakan

Nabillah Choirun Nisa


NIM :201601152

iii
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah atau Skripsi ini telah disetujui untuk disajikan dalam

Ujian Akhir Program

Judul : Persepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala


Ruang Di RS Anwar Medika Sidoarjo

Nama : Nabillah Choirun Nisa

NIM : 201601152

Pada Tanggal :

Oleh :

Pembimbing I

Dr. Windu Santoso, M.Kep


NIK : 162 601 006

Pembimbing II

Ana Zakiyah, S.Kep,Ns.,M.Kes


NIK : 162 601 036

iv
v

v
vi

ABSTRACT

NURSE PRESEPTION ON THE LEADERSHIP STYLE DURING THE


COVID 19 PANDEMIC

By : NABILLAH CHOIRUN NISA

The corona virus or Covid 19 is thought to be carried by bats and other


animals that are eaten by humans until transmission occurs. The corona virus is not
only this time making citizens of the world panic. Having the same symptoms as
the flu, the corona virus develops rapidly, resulting in more severe infections and
organ failure. An effort for the role of an effective leader is the need to adapt to his
leadership styles to the situation. The leader in the room is one of the elements that
is very influential on a group or organization to determine and achieve the success
of a group. The purpose of this study was to determine the perceptions of nurses
about the leadership style of the head of the room during the Covid 19 pandemic at
Rs Anwar Medika Sidoarjo. The research methodology used qualitative research
methods. The number of participants of several nurses at Anwar Medika Hospital
Sidoarjo were 7 informants. With purposive sampling technique. Measuring tool
using interviews. The results of this study were obtained by making decisions
during the Covid 19 pandemic, the head of the Rs Anwar Medika room used three
methods, namely deliberation, advocating, and imposing a will. The way the head
of space moves his subordinates by using 4 ways, namely directly discussed, called
one by one, directing and meeting. The personality of the head of space during the
Covid 19 pandemic was to remind, to be more strict, to be monitored and to warn.
The ability of the head of space in communicating is assertive, using polite
language, respecting innate things and reprimanding subordinates. The relationship
between the head of office and subordinates during the Covid 19 pandemic was
good, neutral, harmonious and safe. The attitude of the head of room in receiving
input during the Covid 19 pandemic was welcome, generous, listening to input,
never angry and open. The atmosphere of the hospital environment during the
Covid 19 pandemic was representative, comfortable, conducive, peaceful, and
together. Checking the validity is done by regularity of observations, triangulation
of data. The leadership style of the head of the nursing room has the responsibility
of moving the nurse in charge. Therefore, the head of the room also has a duty to
evaluate the performance of nurses.

Keywords: Corona Virus, Leadership Style, Head of the Room

vi
ABSTRAK
PRESEPSI PERAWAT TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA
RUANG SELAMA PANDEMI COVID 19

OLEH : NABILLAH CHOIRUN NISA

Virus corona atau Covid 19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang
dimakan manusia hingga terjadi penularan. Virus corona bukan kali ini saja
membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus
corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal
organ. Sebuah upaya untuk peran pemimpin yang efektif yaitu perlunya
menyesuaikan diri dengan gaya-gaya kepemimpinannya terhadap situasi.
Pemimpin diruangan salah satu unsur yang sangat berpengaruh terhadap kelompok
atau organisasi untuk menentukan dan mencapai keberhasilan suatu kelompok.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Persepsi Perawat Tentang Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Selama Pandemi Covid 19 di Rs Anwar Medika
Sidoarjo. Metodologi penelitian ini menggunakan metode penelitian metode
kualitatif Jumlah partisipan beberapa perawat di RS Anwar Medika Sidoarjo
sebanyak 7 informan. Dengan teknik Purposive Sampling. Alat ukur menggunakan
wawancara. Hasil penelitian ini didapatkan dengan cara mengambil keputusan
selama pandemi Covid 19, kepala ruang Rs Anwar Medika menggunakan tiga cara
yaitu musyawarah, menganjurkan, dan memaksakan kehendak. Cara kepala ruang
dalam menggerakkan bawahannya dengan menggunakan 4 cara yaitu langsung
dirembugkan, dipanggil satu-satu, mengarahkan dan rapat. Kepribadian kepala
ruang selama pendemi Covid 19 adalah mengingatkan, lebih ketat, dipantau dan
mewanti-wanti. Kemampuan kepala ruang dalam berkomunikasi adalah tegas,
menggunakan Bahasa yang sopan, menghargai bawaan dan menegur bawahan.
Hubungan kepala ruang dengan bawahan selama masa pendemi Covid 19 adalah
baik, netral, harmonis dan aman-aman saja. Sikap kepala ruang dalam menerima
masukan selama masa pendemi Covid 19 adalah welcome, lapang dada,
mendengarkan masukan, tidak pernah marah dan terbuka. Suasana lingkungan
rumah sakit selama masa pendemi Covid 19 adalah representative, nyaman,
kondusif, damai, dan kebersamaan. Pengecekan keabsahan dilakukan dengan
Keajegan pengamatan, Triangulasi data Gaya kepemiminan kepala ruangan
keperawatan memiliki tanggung jawab menggerakkan perawat pelaksana. Oleh
karena itu, kepala ruangan juga memiliki tugas untuk melakukan evaluasi terhadap
kinerja perawat.

Kata Kunci : Virus Corona, Gaya Kepemimpinan, Kepala Ruangan

vii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Persepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Rawat Inap di
RS Anwar Medika Sidoarjo”. Selesainya penulisan Skripsi ini adalah berkat
bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan
hati tulus kepada :
1. Dr. Nungky Taniasari, M.ARS, selaku Direktur RSU Anwar Medika Sidoarjo
yang telah mengijinkan saya melakukan studi pendahuluan dan penelitian.
2. Dr. M. Sajidin, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan
di Program Studi S1 Keperawatan di STIKes Bina Sehat PPNI Kab.
Mojokerto.
3. Ana Zakiyah, M.Kep selaku Ka. Prodi Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes
Bina Sehat PPNI Kab. Mojokerto dan Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
4. Dr. Windu Santoso, M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis
5. Duwi Basuki, M.Kep selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan masukan kepada penulis
6. Staff dosen dan karyawan STIKes Bina sehat PPNI Kabupaten Mojokerto
7. Orang tua saya, Bapak Boiman M, Pd. dan Ibu (Almh) P. W. Nurdiana yang
telah membimbing dan meberikan kasih saying serta doa.
8. Ayah dan Ibu mertuaku H. Muflich Hasym, M.Pd dan Hj. Wiji Utami yang
telah memberika Do’a dan dukungan.
9. Suamiku papa Rizki El Mubarak dan anakku Syafa Fayruzia El Mubarak yang
telah memberikan motivasi, dan semangat tiada tara.
10. Teman-teman S1 Ilmu Keperawatan Angkatan 2016 dan semua pihak yang
telah membantu selama penyusunan skripsi ini

viii
11. Responden yang telah meluangkan waktu dan bekerja sama untuk memberikan
data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Akhirnya penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun yang
diharapkan akan menyempurnakan Skripsi ini.

Mojokerto, 12 Februari 2020


Penulis

ix
MOTTO

“Tidak ada seseorang hamba pun yang mendapat amanah dari Allah untuk

memimpin rakyat, lantas ia meninggal pada hari meninggalnya dimana keadaan

mengkhianati rakyatnya kecuali Allah telah mengharamkan atasnya surga”.

(HR. Bukhari dan Muslim)

x
PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya. Alhamdulillahirobbil’alaminsaya panjatkan

kepada Allah Subhanahuwata’ala pemilik apa yang ada di langit dan bumi dan juga

telah mengkaruniakan segalanya untuk saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Ayahku tercinta Bapak Boiman, M.Pd dan Ibuku (Almh) P. W. Nurdiana yang

telah memberikan kasih sayang, materi, dan limpahan do’a beserta

pengorbanan yang tiada tara.

2. Ayah dan Ibu mertuaku terkasih yaitu H. Muflich Hasym, M.Pd dan Hj. Wiji

Utami yang telah memberika Do’a dan dukungan materi.

3. Suamiku papa Rizki El Mubarak dan anakku Syafa Fayruzia El Mubarak yang

terkasih dan tersayang yang telah memberikan materi, motivasi, dan semangat

tiada tara.

4. Almamater STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

xi
DAFTAR ISI

SKRIPSI ...................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN........................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT .................................................................................................v

ABSTRAK ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

MOTTO........................................................................................................x

PERSEMBAHAN ...................................................................................... xi

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi

BAB 1...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................6

BAB 2...........................................................................................................8

2.1 Konsep Dasar Persepsi ...................................................................8

2.1.1 Teori Persepsi. ..........................................................................8

2.1.2 Macam – Macam Persepsi ........................................................9

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ..........................9

2.2 Konsep Dasar Perawat .................................................................10

xii
2.2.1 Definisi Perawat .....................................................................10

2.2.2 Peran Perawat .........................................................................11

2.2.3 Fungsi Perawat .......................................................................13

2.3 Teori Kepemimpinan ...................................................................14

2.3.1 Definisi Kepemimpinan..........................................................14

2.3.2 Konsep Gaya Kepemimpinan. ................................................16

2.3.3 Wewenang Kepemimpinan ....................................................21

2.3.4 Kriteria Pemimpin ..................................................................22

2.3.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan. .........24

2.3.6 Tugas Dan Peran Pemimpin ...................................................25

2.4 Virus Corona. ...............................................................................27

2.4.1 Definisi Virus Corona.............................................................27

2.4.2 Gejala Virus Corona ...............................................................27

2.4.3 Penyebab Virus Corona ..........................................................29

2.4.4 Diagnosis Virus Corona .........................................................29

2.4.5 Komplikasi Virus Corona. ......................................................31

2.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi .........................................31

2.4.7 Pencegahan Virus Corona ......................................................32

2.5 Kerangka Pikir .............................................................................35

BAB 3.........................................................................................................36

3.1 Metodologi Penelitan ...................................................................36

3.2 Sumber Data dan Subjek Informan ..............................................37

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................38

3.4 Fokus Penelitian ...........................................................................39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................39

xiii
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................40

3.7 Pengecekan Keabsahan Data........................................................42

3.8 Prosedur Penelitian.......................................................................43

BAB 4.........................................................................................................44

4.1 HASIL PENELITIAN ..................................................................44

4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .....................................49

4.3 ANALITIK TEMATIK ................................................................56

BAB 5.........................................................................................................60

5.1 Simpulan ......................................................................................60

5.2 Saran.............................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................62

Lampiran 1 : field Note ..........................................................................64

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara .......................................................65

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Top-down authority (kewenangan dari atas ke bawah) ...............

Gambar 2.2 Top- down autority ( kewenangandari bawah keatas). ..................

Gambar 2. 3 Kerangka Pikir ..............................................................................

Gambar 4.1 Analitik Tematik

xv
DAFTAR LAMPIRAN

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau

radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan

dengan pasar hewan Huanan di wuhan yang menjual berbagai jenis daging

binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan

berbagai jenis tikus. Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak

ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa

kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Dengan

latar belakang tersebut, Virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia

panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat

hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ. Pemimpin diruangan

salah satu unsur yang sangat berpengaruh terhadap kelompok atau organisasi untuk

menentukan dan mencapai tujuan. Sebuah upaya untuk peran pemimpin yang

efektif yaitu perlunya menyesuaikan diri dengan gaya-gaya kepemimpinannya

terhadap situasi. Dalam sebuah organisasi di rumah sakit, kepala ruangan yang

memimpin langsung terhadap perawat pelaksana dan pelaksaan tugas perawat di

rawat inap merupakan unsur suatu proses dalam manajemen rumah sakit ( Kadek,

2014).

Gaya kepemiminan kepala ruangan keperawatan memiliki tanggung jawab

menggerakkan perawat pelaksana. Oleh karena itu, kepala ruangan juga memiliki

tugas untukmelakukan evaluasi terhadap kinerja perawat. Menurut Basuki, (2018)

1
2

perawat dapat menerapkan kepemimpinan yang berbeda-beda dalam

kesehariannya. Gaya kepemimpinan dapat dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi

organisasi.Seorang kepala ruang memiliki banyak gaya kepemimpinan, tetapi

biasanya mereka punya satu yang mereka gunakan lebih dari yang lain. Kepala

ruang harus mempertimbangkan gaya kepemimpinan mereka dari sudut pandang

karyawan, faktor situasi, dan tujuan organisasi (Vesterinen, 2012). Apabila gaya

kepemimpinan yang diterapkan kurang sesuai dengan kondisi yang ada diruangan

dikhawatirkan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan oleh perawat pelaksana

kurang maksimal. Menurut Veliu, (2017) gaya yang berbeda diperlukan untuk

situasi yang berbeda dan masing-masing pemimpin perlu tahu kapan harus

menunjukkan pendekatan tertentu. Para pemimpin harus menyesuaikan gaya

kepemimpinan mereka dengan situasi serta orang-orang yang dipimpin. Apabila hal

tersebut sudah terpenuhi maka seorang perawat juga akan memiliki persepsi yang

baik terhadap kepala ruangan. Baiknya persepsi tersebut akan menjadikan seorang

perawat termotivasi untuk bekerja dengan baik. Makadari itu penelitian ini akan

menganalisis persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan di RS Anwar Medika

Sidoarjo.

Persepsi perawat terhadap gaya kepemimpinan kepala ruangan berdampak

pada pelayanan keperawatan serta mutu pelayanan RS. Perawat yang memiliki

persepsi yang baik terhadap kepemimpinan kepala ruangan akan memberikan

motivasi bagi perawat untuk menjalankan tugasnya dengan baik, termasuk

melaksanakan standart asuhan keperawatan (Wulangun, 2013).


3

Persepsi sangat berpengaruh bagi kesuksesan seseorang. Seperti hasil

penelitian dari Prasetyo, (2010) di RSUP Dr. Soeradji yang dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan

transformasional dengan stres kerja perawat sebesar -0,272 dengan signifikasi

0,007. Semakin tinggi persepsi perawat terhadap gaya kepemimpinan

transformasional atasan maka semakin rendah stres kerjanya begitupun sebaliknya.

Hal serupa juga didapatkan dari hasil penelitian Veliu, (2017) menunjukkan bahwa

dimensi kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan negatif pada kinerja

karyawan, khususnya, karismatik, birokrasi, laissez-faire dan gaya kepemimpinan

transaksional memiliki efek negatif pada kinerja karyawan dengan (r =-0.228, -

0.267, - 0,336, -0,185: df = 54; P <.001). Namun, gaya kepemimpinan demokratis,

otokratis dan transformasional memiliki efek positif pada kinerja karyawan dengan

(r = 0,213; 0,018 dan 0,108: df = 54; P <0,001). Sedangkan dari hasil penelitian

Albagawi, (2017) gaya kepemimpinan yang diidentifikasi dari manajer perawat

cukup sering ditampilkan kepemimpinan transformasional (3,03) kadang-kadang

kepemimpinan transaksional (2,22) dan laissez-faire sesekali dengan (1,05). Di sisi

lain, perawat staf percaya bahwa mereka dikelola oleh atasan mereka dengan

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional (2,85) yang menempati

peringkat pertama dan diperbantukan oleh kepemimpinan transaksional (2,30).

Selanjutnya, hasil juga mengungkapkan bahwa kepemimpinan Laissez-faire

dipekerjakan oleh atasan mereka hanya sesekali sebagaimana dievaluasi oleh

responden (1,38). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya
4

kepemimpinan yang paling banyak di gunakan dan memberikan persepsi positif

ialah gaya kepemimpinan transformasional.

Persepsi gaya kepemimpinan pada penelitian Novilia, (2018) di RS Dr.R.

Goetang Taroena dibrata pada 4 perawat menunjukkan hasil dua informan

mengatakan gaya kepemimpinan kepala ruang terlalu otoriter sehingga membuat

beberapa orang tidak menyukainya dan dua yang lain mengatakan gaya

kepemimpinan kepala ruang dalam kategori demokratis. Hal ini berbanding terbalik

dengan penelitian dari Rachmawati, (2017) bahwa persepsi tentang gaya

kepemimpinan otoriter memberikan dampak kinerja yang baik dibandingkan

dengan yang memiliki persepsi gaya kepemimpinan liberal akan tetapi pada

persepsi gaya kepemimpinan demokratis didapatkan hasil yang sama yaitu

mendapatkan peluang besar unutk kinerja yang baik dibandingkan persepsi. Gaya

kepemimpinan yang demokratis lebih menekan stress kerja pada perawat menurut

Mamonto, (2013) pada penelitiannya di ruang rawat inap RSUD Bitung. Pada

penelitian ini dilakukan studi kasus terhadap perawat ruang rawat inap RS Anwar

Medika Sidoarjo tentang persepsigaya kepemimpinan kepala ruang

RS Anwar Medika adalah rumah sakit umum milik swasta dan salah ssatu

rumah sakit tipe C di wilayah Krian, Sidoarjo. RS Anwar Medika terletak di Jl.

Bypass Krian, KM 33 Balong bendo Krian Sidoarjo. Pada tahun 2019 RS Anwar

Medika telah meraih banyak kesuksesan, salah satunya lulus akreditasi tingkat

paripurna versi snars edisi 1. Dibalik prestasi dan kesuksesan tersebut tentunya

tidak luput dari gaya kepemimpinan kepala ruang yang di terapkan di RS Anwar

Medika, oleh sebab itu penelitian mengenai persepsi perawat tentang gaya
5

kepemimpinan kepala ruang ini di lakukan di RS Anwar Medika. Pada 02

Desember 2019, dilakukan studi pendahuluan di RS anwar Medika Sidoarjo.

Dengan menggunakan metode wawancara terhadap 2 perawat di ruang rawat inap.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa perawat menjelaskan bahwa kepala

ruang menerapkan gaya kepemimpinan demokratis, menurut perawat, kepala ruang

selalu mengadakan musyawarah dan diskusi mengenai inovasi pembaruan

peraturan dan juga mengadakan sistem reward and punishment sehingga membuat

perawat selalu berusaha mencapai target untuk mendapatkan reward. Dan di masa

pandemik ini kepala ruangan sangat perhatian kepada perawat tentang menjaga

kesehatan, perawat lebih nyaman.

Pada studi pendahuluan tersebut dapat diketahui jika setiap orang memiliki

kecenderungan dalam melihat benda yang sama namun dengan cara yang berbeda-

beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah

pengetahuan, pengalaman dan sudut pandang. Seseorang dengan persepsi negatif

lebih dikarenakan dia tidak tahu visinya seperti apa, tidak tahu nantinya akan

menghasilkan apa, sehingga tidak akan bergerak kemana-mana. Namun jika dia

mengubah sudut pandangnya dan berfikir bahwa dia mampu melangkah, segalanya

akan lebih mudah baginya. Informasi itu yang seringkali tidak didapatkan sehingga

seseorang tidak mau melakukan perubahan.

Seorang pemimpin harus menginformasikan kepada bawahannya apa

resikonya jika tidak bisa dan apa manfaatnya jika bisa. Mereka akan senang

diberikan pilihan karena prinsip dasar manusia adalah memilih. Lalu diberikan

gambaran informasi lebih detail yang akan menguatkan pilihannya. Jika hal ini
6

sudah melibatkan emosi seseorang, maka keinginannya akan menjadi sangat kuat

untuk mencapai pilihan itu.

Hal ini yang mendasari penulis untuk meneliti “ Persepsi Perawat Tentang

Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Selama Pandemi COVID-19 Di RS Anwar

Medika Sidoarjo”.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di

kemukakan tersebut, maka dapat di rumuskan masalah yaitu “ Bagaimana Persepsi

Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Selama Pandemi COVID-19

Di RS Anwar Medika Sidoarjo.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Perawat Tentang Gaya

Kepemimpinan Kepala Ruang Selama Pandemi COVID-19 Di RS Anwar Medika

Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang di harapkan dari penelitian adalah

1. Bagi Perawat

a. Manfaat secara teoritis, dapat dijadikan sebagai salah satu wahana

pengembangan ilmu pengetahuan gaya kepemimpinan.

b. Manfaat secara praktis, dapat dijadikan sebagai masukan mengenai persepsi

dan gaya kepemimpinan untuk mempermudah perubahan dan

pengembangan diri.
7

2. Bagi Kepala Ruangan

Dapat memberi informasi pada kepala ruang mengenai bagaimanapersepsi

perawat mengenai gaya kepemimpinannya.

3. Bagi Rumah Sakit

Dapat di jadikan kajian bagi RS khususnya dalam bidang promosi kepala

ruang untuk memberi pelatihan dan arahan mengenai penerapan gaya

kepemimpinan yang cocok di gunakan di RS Anwar Medika Sidoarjo.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 dijelaskan beberapa konsep dasar yang digunakan dalam

penelitian ini diantaranya : 1.) konsep dasar persepsi, 2.) konsep dasar perawat, 3.)

konsep dasar kepemimpinan, 4.) konsep dasar gaya kepemimpinan dan 5.) kerangka

pikir

2.1 Konsep Dasar Persepsi

2.1.1 Teori Persepsi.

Persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan,

memfokuskan dan sebagainya itu yang selanjutnya diinterprestasi (Sarwono, 2010).

Persepsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan)

langsung dari serapan tertentu atau prises seseorang untuk mengetahui beberapa hal

menggunakan panca indranya (KBBI, 2020). Persepsi menurut Carter, (2018)

adalah: (1) proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan

bantuan indera, (2) kesadaran dan proses-proses organis, (3) tichener satu

kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman

masalalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari

kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-

perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakijnan

yang serta merta mengenai sesuatu.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan pandangan yang datang dari luar atau dari dalam suatu subjek terhadap

sesuatu terdahap suatu objek tertentu atau prasangka seseorang dalam menilai

8
9

tindakan orang lain, tetapi pandangan tersebut masih bersifat subjektif sebab belum

tentu kebenarannya.

2.1.2 Macam – Macam Persepsi

Menurut Carter, (2018) ada dua macam persepsi, yaitu :

1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang

yang datang dari luar diri individu.

2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalagh

dirinya sendiri.

Dalam penelitian ini akan menelitiexternal perception pada Persepsi

Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Selama Pandemi COVID-19

Di RS Anwar Medika Sidoarjo.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Sarwono, (2010) faktor utama yang mempengaruhi persepsi adalah:

1. Perhatian, terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian,

tidak secara bersamaan, perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua

objek yang menarik bagi kita. Karena keterbatasan daya serap persepsi kita,

maka kita terpaksa hanya bisa memusatkan perhatian kita pada satu atau

dua objek saja.

2. Kebutuhan, setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik

itu kebutuhan yang menetap maupun kebutuhan yang sesaat. Dengan

demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.


10

3. Set (mental), kesiapan mental seseorang untuk menghadapi sesuatu

rangsangan yang akan timbul dengan cara tertentu. Perbedaan mental set

ini tampak seperti hal yang mudah, dan semua orang tahu. Tetapi hal itu

justru dilupakan jika sedang ada maslaah serius.

4. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau

masyarakan akan berpebgaruh terhadap persepsi seseorang.

5. Tipe Kepribadian, tipe kepribadian juga akan memengaruhi persepsi.

Sejumlah faktor yang berperan dalam membentuk dan kadang memutar

balik persepsi.Faktor-faktor ini dapat berada dalam pihak pelaku persepsi,

dalam obyek atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi

dimana persepsi itu dibuat.

2.2 Konsep Dasar Perawat

2.2.1 Definisi Perawat

Perawat adalah orang yang mendapatkan Pendidikan khusus untuk merawat

(KBBI, 2020). Sesuai dengan UU RI NO 38 Tahun 2014 tentang keperawatan,

perawat adalah seseorang yang telah lulus Pendidikan perawat, baik didalam

maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Depkes,

2014). Secara sederhana perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang

lain yang mengalami masalah kesehatan (Novilia, 2018).

Dari beberapa pengertian tentang perawat diatas dapat disimpulkan bahwa

perawat merupakan tenaga professional yang mempunyai kemampuan, tanggung

jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan dan memberikan perawatan kepada


11

pasien yang mengalami kesehatan.Perawat juga sebagai tenaga kesehatan yang

memberikan pelayan kepada masyarakat secara professional.

2.2.2 Peran Perawat

Peran perawat diartikan sebagaitingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi

keperawatan yang bersifat konstan.

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 2011:

1. Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar

manusia yang dibutuhkanmelalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan dari yang sederhana sampai dengan

kompleks.

2. Advokat pasien/klien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

3. Pendidik/Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan

kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya

menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa

kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu

berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi,


12

pemahaman psikologi, dan kemampuan menjadi model/contoh dalam perilaku

profesional.

4. Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan

kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau

tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan, perawat sebagaitempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat mempunyai peran dan

tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan

layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan

pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep

manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai

proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada

pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 2016).

8. Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah profesi dan

cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus melakukan upaya untuk

mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap perawat harus mampu


13

melakukan riset keperawatan. Ada beberapa hal yang harus dijadikan prinsip

oleh perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik dan benar.

Prinsip tersebut harus menjiwai setiap perawat ketika memberi layanan

keperawatan kepada klien (Budiono, 2016).

2.2.3 Fungsi Perawat

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan

perannya (KBBI, 2020). Fungsi utama perawat adalah membantu pasien/klien baik

dalam kondisi sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui

layanan keperawatan (Novilia, 2018). Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau

kegiatanyang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah

disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat dalam menjalankan perannya

memiliki beberapa fungsi.

Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi

yaitu :

1. Fungsi independent, merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang

lain, dimana perwat dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri

dengaan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan memenuhi kebutuhan

dasar manusia.

2. Fungsi Dependen, merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya

atas pesan atau intruksi dari perawat lain.

Fungsi Interdependen, merupakan fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim

yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lain (Budiono, 2016).
14

2.3 Teori Kepemimpinan

2.3.1 Definisi Kepemimpinan.

Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership yang berasal dari

kata led yang berarti “pergi”. Secara umum, pemimpin memiliki gambaran ke mana

akan “pergi”, suatu arah dengan adanya seseorang yang di pengaruhi untuk

mengikuti (Potter, 2005 dalam Suni, 2018). Kepemimpinan adalah proses

memengaruhi orang lain untuk bekeja sama secara produktif dan dalam kondisi

yang menyenangkan (Tappen, 1995 dalam Sitorus, 2011). Kepemimpinan adalah

suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota

kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang bersama untuk

memberikan manfaat individu dan organisasi, sehingga dalam suatu organisasi

kepemimpinan merupakan factor yang sangat penting dalam menentukan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi (Besie , 2010).

1.Teori Sifat.

Teori ini menyatakan bahwaseseorang yang dapat menjadi pemimpin yang

baik apa bila mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada yang lain. Disamping

memiliki kelebihan pada ratio, rohaniah dan badaniah, seseorang pemimpin

hendaknya memiliki sifat-sifat yang positif, misalnya; berperilaku adil, suka

melindungi, penuh percaya diri (Besie, 2010).


15

2. Teori Perilaku

Perilaku pemimpin ternyata lebih dekat hubungannya dalam proses

kepemimpinan dengan penampilan kerja bawahan. Terdapat dua dimensi utama

kepemimpinan yaitu konsiderasi dan struktur inisiasi. Perilaku konsiderasi

menggambarkan perilaku pemimpin yang menunjukan kesetiakawanan,

bersahabat, saling mempercayai dan kehangatan didalam hubungan kerja antara

pemimpin dengan bawahannya, sedangkan struktur inisiasi ini menunjukan pada

perilaku pemimpin dalam hubungan kerja antara dirinya dengan yang dipimpin dan

usahanya dalam menciptakan pola organisasi saluran komunikasi dan prosedur

kerja yang jelas (Basuki, 2018).

3. Teori Situasional.

Kepemimpinan situasionaldidasarkan pada saling pengaruh antara Sejumlah

petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin dan sejumlah

pendukungan emosional (perilaku hubungaan) ditunjukan para bawahan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi dan sasaran (Basuki, 2018).

4. Teori Keturunan

Yang menyatakan bahwa seseorang yang dapat menjadi pemimpin karena

keturunan atau warisan. karena orang tuanya seorang pemimpin, maka anaknya

otomatis akan menjadikan pemimpin menggantikan orang tuanya, seolah-olah

seseorang menjadi pemimpin karena ditakdirkan (Veithzal, 2013).


16

5. Teori Bakat

Yang disebut juga teori ekologis, menyatakan bahwa pemimpin itu lahir

karena bakatnya. Dia menjadi pemimpin karena mempunyai bakat untuk menjadi

pemimpin. Bakat kepemimpinan itu harus dikembangkan (Veithzal, 2013).

6. Teori Kelebihan

Menurut Veithzal, (2013) beranggapan bahwa seseorang akan menjadi

pemimpin apabila dia memiliki kelebihan diantara pengikutnya. Pada dasarnya

kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin ada tiga hal yaitu yang pertama;

kelebihan ratio; ialah kelebihan cara pola berfikir, kelebihan tentang hakikat tujuan

dari organisasi, serta kelebihan dalam mengambil keputusan, kedua, kelebihan

rohaniah; berarti seorang pemimpin harus mampu menunjukkan keluhuran budi

pekertinya kepada para bawahan. Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang

tinggi karena pada dasarnya pemimpin merupakan panutan para pengikutnya dan

menjadi suri tauladan, ketiga, kelebihan badaniah; seorang pemimpin hendaknya

memiliki kesehatan badaniah yang lebih dari pada pengikutnya sehingga

memungkinkannya untuk bertindak dengan cepat.

2.3.2 Konsep Gaya Kepemimpinan.


Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri.

Gaya didefinisikan sebagai hak istiwewa tersendiri dari si ahli dengan hasil akhir

yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Perilaku seseorang dipengaruhi

oleh pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian

seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya

kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda. Meurut


17

para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang bdapat diterapkan dalam

suatu organisasi antara lain sebagai berikut (Abdul Muhith, 2017).

1. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert.

Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat system

(Veithzal,2013).

1. System Otoriter

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah

terhadap bawahannyamelalui ancaman atau hukuman.Komunikasi yang dilakukan

bersifat satu arah ke bawah (top-down).

2. System Benevolent-Otoritatif

Pemimpin mempercayai bawahannya sampai pada tingkat tertentu,

memotivasi bawahannya dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu, dan

membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan

mendeleglasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih

melakukan pegawasan yang ketat.

3. System Konsultatif

Pemimpin yang mempunyai kepercayaan yang cukup besar kepada

bawahannya. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi

bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi

dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

4. System Partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu

memanfaatkan ide bawahan, selalu menggunakan insentif ekonomi utuk


18

memotivasi bawahan. Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan bawahan

sebagai kelompok kerja.

2. Gaya Kepemimpinan menurut Robert House.

Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan

empat gaya kepemimpinan (Veithzal, 2013).

1. Direktif

Pemimpin menyatakan pada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu

tugas.Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil

yang dicapai oleh bawahannya.

2. Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan dari kepala bawahan dan bersikap ramah

terhadap bawahan.

3. Partisipatif

Pemimpin berkonsultasi kepada bawahan untuk mendapatkan masukan dan

saran dalam rangka pengambilan keputusan.

4. Berorientasi tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menentang dan mengharapkan bawahan

berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin.

3. Gaya Kepemimpinan menurut (Hersey, 2010 dalam Basuki, 2018).


1. Gaya Direktif

Gaya ini ditandai dengan adanya komunikasisatu arah. Pimpinan membatasi

peranan hawahan dan menunjukkan kepada bawahan: apa yang harus dikerjakan,

bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu dan dimana
19

pekerjaaan itu harus dilakukan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

semata-mata menjadi tanggung jawab pemimpin yang kemudian disampaikan

kepada bawahan. Pengawasan dilakukan secara ketat. Gaya ini disebut juga gaya

tinggi tugas rendah hubungan.

2. Gaya Konsultatif

Pemimpin gaya ini masih memberikan direktif atau pengarahan yang cukup

besar serta menetapkan keputusan-keputusan sendiri. Pemimpin sudah

memggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif atau dukungan

terhadap bawahan. Pemimpin mau mendengarkan keluhan dan perasaan bawahan

mengenai keputusan yang diambil. Meskipun dukungan dan perhatian terhadap

bawahan ditingkatkan namun pengambilan keputusan tetap ada pada pemimpin.

Gaya ini disebut juga gaya tinggi tugas tinggi hubungan.

3. Gaya Participating

Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan

dan bawahan dalam keadaan seimbang. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat

dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah lebih

meningkat pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya.

Keikut sertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan

makin bertambah sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki

kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk penyelesaian tugas. Gaya ini disebut

juga gaya rendah tugas tinggi hubungan.


20

4. Gaya Delegating

Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan

selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan.

4. Gaya Kepemimpinan Menurut (Robins 2006 Dalam Basuki, 2018).

1. Gaya Kepemimpinan Kharismatik.

Gaya kepemimpinan ini banyak memiliki para pengikut yang terpacu untuk

menjadi pemimpin yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati

perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka.

2. Gaya Kepempimpinan Transaksional.

Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau

memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan

memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih

berfokus pada hubungan pemimpin bawahan tanpa adanya usaha untuk

menciptakan perubahan bagi bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional.

Pemimpin transformasional telah dikembangkan oleh Mc Gregor Burns,

(2018). Tipe ini mampu mengembangkan dan mengimplementasikan

kepemimpinan secara efektif. Seseorang pemimpin akan mencurahkan perhatian

pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut.

Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-

persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara

baru, dan mereka mampu mendorong, membangkitkan, dan mengilhami para

pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.


21

dalam mengembangkan kemampuan staf, meningkatkan harga diri yang positif,

meningkatkan kerjasama tim sehingga akan meningkatkan kerja tim sehingga akan

meningkatkan kinerja staf dalam organisasi.

4. Gaya Kepemimpinan Visioner

Gaya ini pimpinan memiliki kemauan menciptakan dan mengartikulasikan


visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit
organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika
diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga
bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan
membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya.

2.3.3 Wewenang Kepemimpinan

Agar pemimpin bisa mencapai tujuan yang efektif, ia harus mempunyai

wewenang untuk memimpin para bawahan dalam usaha mencapai

tujuan.Wewenang ini disebut wewenang kepemimpinan, yaitu hak untuk bertindak

atau memengaruhi tingkah laku orang yang dipimpinnya.Wewenang

kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu.Secara umum, ada dua konsep

pemberian wewenang kepemimpinan dilihat dari arahnya, yaitu dari atas dan dari

bawah (Suarli, 2014).

Manajer puncak

Manajer yang
lebih bawah

pegawai pegawai pegawai pegawai


22

Gambar 2.1 Top- down autority ( kewenangan dari atas ke bawah ) ( Suarli, 2014).

Manajer

Pegawai Pegawai Pegawai Pegawai

Gambar 2.2 Bottom-up autority ( kewenangan bawah keatas) ( Suarli, 2014).

Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang direktur

rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu menjadi kepala bagian

perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah.Cara demikian ini

disebut Top-down authority atau kewenangan dari atas ke bawah. Konsep yang

kedua adalah Bottom-up authority atau kewenangan dari bawah ke atas, yang

berdasarkan pada teori penerimaan (receptance theory). Pada konsep ini, pemimpin

dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila seorang dipilih

sebagai pimpinan dan diberi wewenang untuk memimpin, maka para bawahan akan

menghargai wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa juga merupakan seorang

wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting (Suarli, 2014).

2.3.4 Kriteria Pemimpin

Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi

beberapa kriteria (Veithzal, 2013).


23

1. Pengaruh

Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orangyang

mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh ini

menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang

dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell penulis buku-buku kepemimpinan

pernah berkata: Leadership is Influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh)

2. Kekuasaan/Power:

Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki

kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa

kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang

yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang

pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang

pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini

menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, di mana kedua belah

pihak sama-sama saling diuntungkan.

3. Wewenang.

Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada

pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu

hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh

pimpinan apabila sang pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga bawahan diberi

kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.

4. Pengikut.
24

Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan/power, dan wewenang

tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang

berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan

sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin

dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri

sendiri (Veithzal, 2013).

2.3.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan.

1. Karakteristik Pribadi Pimpinan.

Seorang pemimpin perlu intellegen, mempunyai daya analisis tinggi,

konsisten, dapat berkomunikasi dengan baik, dewasa sosial dan emosional,

berpandangan luas, motivasi tinggi, bersikap positif dalam mengenal orang lain,

menghargai orang lain, dapat memanfaatkan pengalaman dan kemampuan orang

lain serta jujur.

2. Kelompok Yang Dipimpinnya

Jumlah anggota kelompok, bentuk kelompok, kemampuan dan pengalaman

individu anggota kelompok, pola komunikasi dalam kelompok dan kebutuhan

karyawan akan kemandirian, informasi serta prestasi mempengaruhi

kepemimpinan.
25

3. Situasi Yang Dihadapi.

Tiap perubahan situasi membutuhkan perubahan dalam gaya kepemimpinan

seseorang karena setiap situasi adalah unik sifatnya maka perlu penanganan

khusus: misalnya kompleksitas tugas, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan

tugas, fasilitas yang ada. Jadi pimpinan harus fleksibel dan mempunyai

kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yang ada.

2.3.6 Tugas Dan Peran Pemimpin

A. Tugas Pemimpin

Tugas dan Peran kepemimpinan yaitu sebagai berikut (Dee pree, 2010).

1. Pemimpin bekerja dengan orang lain. Seorang pemimpin bertanggung

jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf,

teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang di

luarorganisasi.

2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan

(akuntabilitas). Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun

tugas, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome

yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan

stafnyatanpa kegagalan.

3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas.

Proseskepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat

menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya

pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya


26

kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara

efektif, danmenyelesaikan masalah secara efektif.

4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang

pemimpinharus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.

Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin

harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan

kaitannya dengan pekerjaan lain.

5. Manajer adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap

timdan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi

seorang mediator (penengah).

6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu

mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang

pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit, Seorang pemimpin harus

dapatmemecahkan masalah (Veithzal, 2013).

B. Peran Pemimpin

1. Menurut (Mintzberg, (2008) Peran pemimpin adalah Peran hubungan

antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang

dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. Fungsi

peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.

2. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan

gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.


27

3. Menurut Mintzberg, (2008) Peran Pemimpin adalah:

a. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai

pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor

konsultasi.

b. Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi, dan juru

bicara.

c. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan,

gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

2.4 Virus Corona.

2.4.1 Definisi Virus Corona

Corona virus yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru

dari Corona virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja,

baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui

(Paules, 2020).

Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan dikota

Wuhan, Cina, pada akhir desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah

menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

Corona adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.

Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti

flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti

infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS),

dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

2.4.2 Gejala Virus Corona


28

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa berupa gejala flu,

seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,

gejala bisa memberat. Pasien bisa mengalam demam tinggi, batuk berdahak bahkan

berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh

bereaksi melawan virus Corona (Paules, 2020).

Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang

terinfeksi virus Corona, yaitu:

1. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

2. Batuk

3. Sesak napas

Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2

minggu setelah terpapar virus Corona.

3 Kapan Harus ke Dokter.

Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-

19) seperti yang disebutkan di atas, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah

kembali dari daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan

penderita infeksi virus Corona.

Bila Anda mungkin terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa

pun, anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit, cukup tinggal di rumah

selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.


29

2.4.3 Penyebab Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu

kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus,

coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti

flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti

pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS).

Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke

manusia.Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari

manusia ke manusia.

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita

COVID-19

2. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah

menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita COVID-19

3. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau

berjabat tangan

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih

berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang

yang sedang sakit, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

2.4.4 Diagnosis Virus Corona

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan

menanyakan gejala yang dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien
30

bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum

gejala muncul.

Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan pemeriksaan

lanjutan berikut:

1. Uji sampel darah

2. Tes usap tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes PCR)

3. Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru

3 Pengobatan Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa

langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah

penyebaran virus, yaitu:

1. Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di

rumah sakit yang ditunjuk.

2. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi

penderita.

3. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi

mandiri dan istirahat yang cukup.

4. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk

menjaga kadar cairan tubuh.


31

2.4.5 Komplikasi Virus Corona.

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa

komplikasi serius berikut ini:

1. Pneumonia

2. Infeksi sekunder pada organ lain

3. Gagal ginjal

4. Acute cardiac injury

5. Acute respiratory distress syndrome

6. Kematian

3 Pencegahan Virus Corona

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau

COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan

menghindari.

2.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi

yaitu:

1. Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (social

distancing).

2. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.

3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang

mengandung alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di

tempat umum.

4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.

5. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.


32

6. Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan

hewan, cuci tangan setelahnya.

7. Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.

8. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang

tisu ke tempat sampah.

9. Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.

10. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.

2.4.7 Pencegahan Virus Corona

1. Menjaga Kesehatan Imun Tubuh

Disaat-saat seperti ini, pastikan kita benar-benar menjaga kesehatan ya.

Jangan biarkan imun dalam tubuhmu menurun, karena virus akan mudah

menyerang ketika imun menurun. Ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan

untuk jaga imun tubuh kamu:

a. Perbanyak konsumsi sayur dan buah

b. Cukup istirahat (Dewasa: 7-8 Jam, Remaja: 9-10 Jam)

c. Kelola stress

d. Rutin berolahraga minimal 30 menit sehari, bisa dimulai dari berjalan kaki.

e. Hindari rokok dan alkohol

f. Minum air mineral minimal 1,5 L Per hari

2. Mencuci tangan yang benar

Kamu pasti sudah mengetahui bahwa cuci tangan merupakan cara yang

ampuh untuk membunuh kuman atau virus yang ingin masuk ke dalam tubuh.

Usahakan mencuci tangan menggunakan air yang mengalir dengan sabun ya,
33

minimal selama 20 detik. Jika kamu kesulitan mendapatkan air, kamu bisa

menggunakan hand sanitizer dan tisu basah yang mengandung minimal 70%

alkohol.

3. Terapkan etika ketika bersin & batuk

Tutup mulut dengan tisu jika kamu saat batuk & bersin. Jika kamu sedang

tidak membawa tisu atau masker, kamu bisa menutup mulutmu dengan telapak

tangan. Tapi, pastikan kamu tidak menyentuh bagian muka atau bersentuhan

dengan orang lain dan segeralah mencuci tangan hingga bersih. Hal ini dilakukan

agar lingkungan kamu tidak tertular.

4. Menjaga jarak (social distance)

Ayo dukung keluarga, teman, kerabat dimulai dari diri kita sendiri untuk tidak

berpergian kecuali benar-benar urgent ya.

5. Gunakan masker bila sakit

Tidak ada yang lebih tahu tubuh kita kecuali diri kita sendiri. Jika kamu mulai

merasa kurang enak badan seperti batuk-batuk dan bersin, pastikan kamu

memakai masker ya, Apalagi kalau kamu sedang berada ditempat umum. Ini

merupakan pencegahan virus Corona terpenting nih. Dan pastikan masker bekas

kamu gunting agar tidak seorang pun dapat memakainya lagi.

6. Hindari makan daging tidak matang

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk

kategori ODP (orang dalam pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa

dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

a. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.


34

b. Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala gangguan

pernapasan yang disertai demam atau memenuhi kriteria PDP (pasien dalam

pengawasan).

c. Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila

tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda

dengan yang digunakan orang lain.

d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda

sampai anda benar-benar sembuh.

e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang

sedang sakit.

f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta

perlengkapan tidur dengan orang lain.

g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau

sedang bersama orang lain.

h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu

segera buang tisu ke tempat sampah


35

2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada gambar 2.1 dibawah ini merupakan Rumusan Masalah

dari “ Persepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Selama Pandemi

Covid 19 Di Ruangan Rawat Inap di RS Anwar Medika Sidoarjo”

EKSTERNAL PERCEPTION

PERAWAT - ASPEK KEPRIBADIAN


- ASPEK SITUASI
- LINGKUNGAN RUANG
RAWAT INAP

PERSEPSI PERAWAT
PERSEPSI
Gambar 2. 3 Kerangka Pikir
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitan

Pada penelitian ini menggunkan metode kualitatif karena dengan bentuk

penelitian ini memungkinan untuk mendapatkan gambaran objek penelitian yang

holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lahan penelitian RS Anwar Medika

Sidoarjo. Menurut Cresswell penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami berbagai masalah manusia dalam

konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang

disajikan, melapotkan pandangfan terperinci dari para sumber informasi, serta

melakukan setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti

(Sugiyanto, 2018). Sesuai dengan karakteristik data yang bersifak kualitatif maka

penelitian ini menggunakan metoe kualitatif deskriptif. Menurut Whitney,

deskriptif merupakan pencarian fakta dan intreprestasi yang tepat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi

studi kasus agara dapat menangkap fenomena yang ada dilapangan kemudian dikaji

lebih mendalam lagi. Realitas yang ada dilapangan (persepsi perawat tentang gaya

kepemimpinan kepala ruang, sumber-sumber yang digunakan oleh perawat untuk

mempersepsikan gaya kepemimpinan, dan faktor yang dibutuhkan perawat untuk

mempersepsikan gaya kepemimpinan kepala ruang. Informasi yang diperoleh

dilapangan tersebut kemudian disusun ke dalam teks yang meneankan pada

masalah proses dan makna. Informasi atau data tersebut berupa keterangan,

36
37

pendappat, pandangan, tanggapan atau respon yang berhubungan dengan gaya

kepemimpinan oleh perawat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran persepsi perawat

(perawat RS Anwar Medika Sidoarjo) terhadap gaya kepemimpinan.

3.2 Sumber Data dan Subjek Informan

Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain (Moleong, 2006). Kemudian menurut Patton (2002:4) terdapat tiga

jenis data dalam penelitian kualitatif. Yaitu interviews (wawancara), observations

(pengamatan), dan documents (dokumen) (Emzir, 2015).

Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam pengumpulan

datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan- pertanyaan baik tertulis maupun lisan. Apabila

menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak, atau

proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah

yang menjadi sumber datanya (Arikunto, 2008).

Adapun sumber data yang digunaakan dalam penelitian ini adalah sumber

data primer dan sumber data sekunder (Sugiyono, 2018), yaitu :

1. Data Primer

Data yang berupa jawaban langsung dari informan. Data ini berupa hasil

wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan beberapa perawat di RS

Anwar Medika Sidoarjo.


38

2. Data Sekunder

Fakta yang diperoleh dari sumber tertulis, misalnya media massa, arsip hasil

penelitian sebagai tambahan data. Adapun arsip yang diperoleh dari tenpat

penelitian diantaranya adalah data statistic tentang jumlah perawat dan Kepala

Ruangan di RS Anwar Medika, visi dan misi setiap ruangan di RS Anwar Medika,

jurnal penunjang, data dokumentasi dan buku penunjang teori.

Kemudian dari pada itu subjek yang dipilih dalam penelitian kualitatif ini

secara purposive sampling artinya teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu

tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono,

2018). Adapun kriteria subjek yang dipilih dalam penelitian ini diantaranya:

1. Perawat ruang rawat inap RS Anwar Medika Sidoarjo.

2. Perawat yang bersedia dijadikan subyek penelitian.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam penlitian ini peneliti mengambil tempat di RS Anwar Medika

Sidoarjo. Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi di RS Anwar Medika

Sidoarjo adalah pada karakteristik yang dimiliki sebagai berikut :

1. Di RS Anwar Medika Sidoarjo memiliki beberapa ruang rawat inap dengan

gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.

2. Penelitian ini berkaitan dengan persepsi-persepsi perawat makan untuk

pemenuhan informasi, penelitian ini dilakukan pada perawat di RS Anwar

Medika Sidoarjo.
39

3. Leraknya tidak jauh dari kediaman peneliti sehibgga secara metodologis lokasi

ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta mempermudah dalam

perolehan data.

Kemudian daripada itu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi yang lebih lengkap dengan maksud agar hasil penelitian benar benar

dapat dipertanggung jawabkan. Peneliti akan mulai mengambil data pada bulan

April 2020 sampai dengan Mei 2020.

3.4 Fokus Penelitian

Kajian penelitian ini difokuskan pada bagaimana gambaran persepsi perawat

( perawat RS Anwar Medika Sidoarjo ) terhadap gaya kepemimpinan kepala

ruangan di masa pandemi COVID-19.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto, (2008) adalah cara-

cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dimana cara

tersebut menunjukan pada suatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda

yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan penggunaanya (Arikunto &

Suharsimi, 2008).

Dalam hal pengumpulan data ini, peneliti terjun langsung pada objek

penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan Metode

wawancara (interview). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan (Moleong, 2006).


40

Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus

mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja

sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang

sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara semi

terstruktur, dimana peneliti menyusun pertanyaan yang bertujuan untuk menuntun

bukan mendikte selama proses wawancara berlangsung (Edi, 2016).

3.6 Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang peneliti lakukan adalah menggunakan

teknik coalizzy. Dan telah peneliti jabarkan sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan fenomenan yang diteliti. Peneliti mencoba memahami

fenomena gambaran konsep penelitiannya dengan cara memperkaya informasi

melalui studi literatur.

b. Mengumpukan dekripsi fenomena melalui pendapat atau pernyataan

partsisipan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dan menuliskannya

dalam bentuk naskan transkrip untuk dapat mendeskripsikan gambaran konsep

penelitian.

c. Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh semua

partisipan.

d. Membaca kembali transkrip hasil wawancara dan mengutip pernyataan-

pernyataan yang bermakna dari semua partisipan. Setelah mampu memahami

pengalaman partisipan, peneliti membaca kembali transkrip hasil wawancara,

memilih pernyataan-pernyataan dalam naskah transkrip yang signifikan dan


41

sesuai dengan tujuan khusus penelitian dan memilih kata kunci pada

pernyataan yang telah dipilih dengan cara memberikan garis penanda.

e. Menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan signifikan. Peneliti

membaca kembali kata kunci yang telah diidentifikasi dan mencoba

menemukan esensi atau makna dari kata kunci untuk membentuk kategori.

f. Mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan kedalam

kelompok tema. Peneliti membaca selutuh kategori yang ada, membandingkan

dan mencari persamaan diantara kategori tersebut, dan pada akhirnya

mengelompokkan kategori-kategori yang serupa kedalam subtema dan tema.

g. Menuliskan deskripsi yang lengkap. Peneliti merangkai tema yang ditemukan

selama proses analisis data dan menuliskannya menjadi sebuah deskripsi

dalam bentuk hasi penelitian.

h. Menemui partisipan untuk melakukan validasi deksripsi hasil analisis. Peneliti

kembali kepada partisipan dan membacakan kisi-kisi hasil analisis tema. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui apakah gambaran tema yang diperoleh sebagai

hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang dialami partisipan.

i. Menggabungkan data hasil validasi kedalam deskripsi hasil analisis. Peneliti

menganalisis kembali data yangtelah diperoleh selama melakukan validasi

kepada partisipan, untuk ditambahkan kedalam deskripsi akhir yang mendalam

pada laporan penelitian sehingga pembaca mampu memahami pengalaman

partisipan.
42

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk

menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan

tidak alamiah, juga merupakan unsure yang tidak terpisahkan dari tubuh

pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2006).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai

penelitian alamiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun ujia keabsahan data

yang dilaksanakan adalah credibility atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil yang dilakukan tidak meragukan

sebagai sebuah karya ilmiah.

1. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpestasi dengan

berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative.

Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat

diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.

Adapun maksud dari ketekunan pengamatan adalah untuk menemukan ciri-ciri

dan unsu-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka

ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

2. Triangulasi data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
43

sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Denzin, (2007) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data dengan sumber

yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif

(Moleong, 2006).

3.8 Prosedur Penelitian


H.B Sutopo, (2002) menyatakan “prosedur penelitian adalah rangkaian

kegiatan penelitian dari awal sampai akhir penelitian”. Prosedur penelitian yang

dilakukan meliputi empat tahap, yaitu : data collection, data display, data reduction,

clonclusions drawing / verifying. Persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan

penyusunan laporan penelitian.

Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a)

menetapkan informan, (b) melakukan wawancara dengan para informan, (c)

membuat catatan lapangan (field note), (d) menyajikan dan menganalisis data yang

diperoleh, (e) menarik kesimpulan.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Berikut adalah uraian hasil penelitian yang telah didapatkan dari hasil

wawancara mendalam yang telah dilakukan oleh peneliti yang telah dibagi

dalam 7 kategori.

1. Kategori Pemecahan Masalah, didukung dengan kata kunci

musyawarah, mewajibkan dan menganjurkan. Seperti kutipan wawancara

sebagai berikut :

“…………pertama di rembukkan terlebih dahulu mbak, kemudian

kita laporkan kepada kepala ruangan dirapatkan bersama-sama

…………(P1)

“……..Kepala ruangan mewajibkan kita harus mematuhi APD dan

menganjurkan wajib cuci tangan sesudah tindakan……….” (P2)

“……..Selama pendemi ini sesuatu masalah yang didapatkan

perawat kita rapatkan terlebih dahulu. Rapat kemudian disepakati

bersama, walaupun pada akhirnya yang memutuskan adalah kepala

ruangan………” (P3)

“……….Ya biasanya langsung diadakan musyawarah

mbak”…....(P4)

“………Kepala ruangan itu sekarang menerapkan psycal distancing

mbak” ……(P5)

“…….Sekarang ini keluarga pasien yg berkunjung itu diwajibkan

44
45

pakai masker dan seblum masuk RS juga diperiksa

suhunya………”(P6)

“……misalnya ada usulan dari perawat langsung dirapatkan oleh

kepala ruangan…….” (P7)

2. Kategori pembinaan secara langsung kepala ruang. Didukung dengan

kata kunci langsung dirembugkan, dipanggil satu-satu, mengarahkan,

Rapat. Yang dibuktikan dengan cuplikan wawancara sebagai berikut:

“……Kadang dipanggil satu persatu ,kadang juga direbukan

bareng-bareng…..”(P1)

“…….Kalau secara pribadi misalnya apa ya kira-kira yang

tidak untuk umum ya dipanggil satu-satu. Misalnya pas timbang

terima itu langsung disampaikan dan langsung dirembugkan …..”

(P2)

“…….Dilakukan secara langsung, kalau rapat itu juga aktif

kepala ruangannya……” (P3)

“……Pembinaan ada dua biasanya, secara global biasanya

dirapatkan, yang kedua secara individu dipanggil satu persatu kalau

memang salah…...” (P4)

“……..Biasanya ya yang hanya bermasalah saja, satu-persatu

yang di panggil di ruangan beliau…...”(P5)

“…..Kalau ada masalah biasanya kepala ruang mengarahkan

untuk mencari jalan keluar yang terbaik…….”(P6)

“……Biasanya kalau pembinaan kepada kita ya seperti


46

memotivasi, mengarahkan, membimbing seperti itu…………”(P7)

3. Kategori sikap kepala ruang terhadap bawahan selama masa pendemi

COVID-19. Didukung dengan kata kunci mengingatkan, lebih ketat,

dipantau dan mewanti-wanti. Yang dibuktikan dengn cuplikan wawancara

sebagai berikut:

“…….Kepala ruangan selalu mengingatkan tentang

penggunaan APD lengkap waktu tindakan ke pasien…..” (P1)

“…….Sekarang itu kepala ruangannya gk kayak dulu mbak,

lebih ketat sekarang soalnya ada pandemi ini……” (P2)

“………Kepala ruangan selalu mengingatkan kita agar kita

yang laki laki sepulang kerja harus pulang…….." (P3)

“………Kalau istirahat perawat sekarang tidak diperbolehkan

beli di luar harus wajib membawa bekal makanan dari rumah……”

(P4)

“…… kepala ruangan juga selalu mengingatkan……”(P5)

“……selama ada pandemi ini perawatnya selalu dipantau

terus……” (P6)

“……Kepala ruangan sekarang itu sangat mewanti-wanti agar

selalu jaga jarak selama tindakan ke pasien…..”(P7)

4. Kategori cara kepala ruang berkomunikasi dengan bawahan selama

masa pendemi COVID-19. Dengan kata kunci tegas, menggunakan

Bahasa yang sopan, menghargai bawahan, dan menegur. Yang dibuktikan

dengan cuplikan wawancara seperti berikut :


47

“……dilakukan dengan menegur kita secara baik dan

ramah…..” (P1)

“……Ngomongnya kepala ruangan itu sopan mbak……” (P2)

“……..Kepala ruangan ketika berkomunikasi itu selalu sopan

dan murah senyum perawatnya jadi senang……”(P3)

“…….Sikapnya bagus, kemudian juga menggunakan bahasa-

bahasa yang sopan…….” (P4)

“…..Kepala ruangannya itu baik mbak, orangnya juga

tegas….”(P5)

“…..Sikapnya yo baik mbak, hangat, mengayomi bawahannya

gitu. bijaksana, tegas, berwibawa orangnya…..”(P6)

“…..Dari dulu hingga sekarang kepala ruangan sikapnya tetap

sama baik. Baik itu ya sopan, ramah, tegas juga mbak…..”(P7)

5. Kategori hubungan kepala ruang dengan bawahan selama masa

pendemi COVID-19. Dengan kata kunci baik, netral, harmonis dan aman-

aman saja. Yang di buktikan dengan cuplikan wawancara seperti berikut :

“…..Sangat baik tidak ada rasa iri hati…..”(P1)

“….Baik…..”(P2)

“….Harmonis…..” (P3)

“……Kepala ruangannya sangat lah netral……”(P4)

“….. Jadi hubungan kepala ruang sama bawahan itu ya harmonis

aja mbak…...”(P5)

“…..Aman-aman saja…….” (P6)


48

“……Selama ini yang aman saja mbak, gak pernah ada konflik yang

sampai bikin gak harmonis gitu…..”(P7)

6. Kategori sikap kepala ruang dalam menerima masukan dari bawahan

selama masa pendemi COVI-19. Dengan kata kunci welcome, lapang

dada, mendengarkan masukan, tidak pernah marah dan terbuka. Yang

dibuktikan dengan cuplikan wawancara berikut ini.

“……Kepala ruangan welcome, ya ibaratnya meskipun ada masalah

biasanya juga di akhir bulan kita selalu berdiskusi kurangnya apa

kurangnya apa ya seperti itu semua welcome tidak ada yang

disembunyikan…..” (P1)

“…..Menerima dengan lapang dada……” (P2)

“…..Kepala ruangan selalu mendengarkan masukan dari

perawat…..” (P3)

“……Beliau tidak pernah marah kalau dikasih masukan…..” (P4)

“……Terima terima aja mbak, gak pernah marah kalau diberi

masukan mbak…….” (P5)

“……Sikapnya yo nganu nggak apa-apa menerimanya dengan

ikhlas iya, menerima…….” (P6)

“……Ya menerima mbak, kalau sudah diputuskan, idenya dia

kurang setuju, dia memilih ide yang terbanyak……” (P7)

7. Kategori lingkungan kerja di RS Anwar Medika. Dengan kata kunci

representif, nyaman, damai, kondusif, harmonis, dan kebersamaan. Yang

dibuktikan dengan cuplikan wawancara sebagai berikut :


49

“…….Kalau untuk ruangan sudah lumayan representatif la…..”

(P1)

“…..Ruangan perawatnya cukup besar dan nyaman serta bersih,

jadi perawat juga giat dalam melakukan tindakan keperawatan…..” (P2)

“…..Sudah cukup nyaman, damai, santai, sudah baik juga kalau

menurut saya…..”(P3)

“…..Suasananya nyaman mbak, kayak di rumah sendiri . jadi kerja

itu seneng mbak kayak main jadinya….”(P4)

“……Nyaman, damai, kebersamaannya bagus jadi enak……”(P5)

“…..Ya harmonis mbak, enaklah, damai…..” (P6)

“…..Selalu kondusif, nyaman, enak…..”(P7)

4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Analisis pada data penelitian adalah analisis pada data dengan tujuan

mengetahui bagaimana persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan kepala ruang

selama masa pendemi COVID-19 di RS Anwar Medika Sidoarjo yang diperoleh

dari hasil wawancara mendalam dengan 7 informan atau narasumber. Berdasarkan

dengan draf wawancara yang telah dibuat oleh peneliti. Berdasarkan wawancara

mendalam dengan narasumber atau informan, maka dapat menganalisis tentang

persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan kepala ruang di selama masa pendemi

COVID-19 di RS Anwar Medika. Peneliti mendapatkan 7 tema penelitian yang

didapatkan meliputi:

1. Kemampuan kepala ruang dalam mengambil keputusan selama masa pendemi

COVID-19.
50

2. Cara kepala ruang dalam menggerakkan atau memimpin bawahan selama

masa pendemi COVID-19.

3. Kepribadian kepala ruang.

4. Kemampuan berkomunikasi kepala ruang dengan bawahan selama masa

pendemi COVID-19.

5. Hubungan kepala ruang dengan bawahan selama masa pendemi COVID-

19.

6. Sikap kepala ruang dalam menerima masukan selama masa pendemi

COVID-19.

7. Lingkunga Rawat Inap RS Anwar Medika selama masa pendemi COVID-

19.

Dalam 6 tema yang didapatkan berikut penjabarannya masing-masing tema

meliputi :

Tema 1 Kemampuan kepala ruang dalam mengambil keputusan selama masa

pendemi COVID-19.

Adapun hasil dari wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada

tujuh informan ini adalah munculnya persepsi perawat tentang kemampuan kepala

ruang dalam mengambil keputusan selama masa pendemi COVID-19. Yang mana

dalam hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dalam mengambil

keputusan selama pandemic COVID-19 kepala ruang RS Anwar Medika

menggunakan tiga cara yaitu musyawarah , menganjurkan, dan memaksakan

kehendak.
51

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut , memperkuat teori yang

telah dipaparkan oleh Basuki, (2018) tentang gaya kepemimpinan participating.

Bahwa kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara

pimpinan dan bawahan dalam keadaan seimbang. Pemimpin dan bawahan sama-

sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi

dua arah lebih meningkat pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap

bawahannya. Keikut sertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan

pengambilan keputusan makin bertambah sebab pemimpin berpendapat bahwa

bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk penyelesaian

tugas. Gaya ini disebut juga gaya rendah tugas tinggi hubungan.

Tema 2: Cara kepala ruang dalam menggerakkan bawahan selama masa

pendemi COVID-19

Adapun hasil dari wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada

tujuh informan ini adalah munculnya persepsi perawat tentang cara kepala ruang

dalam menggerakkan bawahannya selama masa pendemi COVID-19. Yang mana

dalam hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa cara kepala ruang dalam

menggerakkan bawahannya menggunakan 4 cara yaitu langsung dirembugkan,

dipanggil satu-satu, mengarahkan dan rapat.

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut, memperkuat teori yang

telah dipaparkan Henry Fayol, (2005) tentang seorang manajer memberikan

motivasi dan pengarahan kepada staff untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi

didefinisikan suatu strategi mayor seorang manajer untuk mempengaruhi bawahan

dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer harus mampu


52

mempertahankan motivasi bawahan pada tingkat tinggi. Gaya ini disebut juga gaya

kepemimpinan konsultif menurut Hersey dan Blanchard yang dikutip oleh (Basuki,

2018). Pemimpin gaya ini masih memberikan direktif atau pengarahan yang cukup

besar serta menetapkan keputusan-keputusan sendiri. Pemimpin sudah

menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif atau dukungan

terhadap bawahan. Gaya ini disebut juga gaya tinggi tugas tugas tinggi hubungan.

Tema 3: Kepribadian kepala ruang selama masa pendemi COVID-19

Adapun hasil dari wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada

tujuh informan ini adalah munculnya persepsi perawat tentang kepribadian kepala

ruang selama masa pendemi COVID-19. Yang mana dalam hal ini peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa kepribadian kepala ruang selama pendemi COVID-19

adalah mengingatkan, lebih ketat, dipantau dan mewanti-wanti.

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut, memperkuat teori yang

telah dipaparkan oleh Basuki, (2018) tentang kepemimpinan menurut teori sifat

yaitu teori yang bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang

pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh

pemimpin itu. Sifat-sifat tersebut dapat berupa sifat fisik dan dapat pula sifat

psikologis. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi

pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kepribadian-kepribadian dan sifat-

sifat yang dimiliki pemimpin. Gaya kepemimpinan ini disebut gaya kepemimpinan

transaksional seperti yang telah dipaparkan oleh Basuki, (2018) bahwa pemimpin

transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut

mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan
53

tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin-

bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya.

Tema 4 : Kemampuan kepala ruang dalam berkomunikasi dengan bawahan

selama masa pendemi COVID-19

Adapun hasil dari wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada

tujuh informan ini adalah munculnya persepsi perawat tentang kemampuan kepala

ruang dalam berkomunikasi dengan bawahan selama masa pendemi COVID-19.

Yang mana dalam hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kemampuan

kepala ruang dalam berkomunikasi adalah tegas, menggunakan Bahasa yang sopan,

menghargai bawaan dan menegur bawahan.

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut, memperkuat teori yang

telah dipaparkan oleh (McEachen & Keogh, 2018) bahwa kepala ruang atau

pemimpin harus memiliki kecerdasan emosional yang baik dan mengelola emosi

secara efektif mengurus departemen untuk menciptakan lingkuhan yang kondusif

dan harmonis. Gaya kepemimpinan ini di sebut juga dengan gaya kepemimpinan

participating atau gaya rendah tugas tinggi hubungan.

Tema 5: Hubungan kepala ruang dengan bawahan selama masa pendemi

COVID-19

Adapun hasil dari wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada

tujuh informan tentang persepsi hubungan kepala ruang dengan bawahan selama

masa pendemi COVID-19. Yang mana dalam hal ini peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa hubungan kepala ruang dengan bawahan selama masa pendemi

covid19 adalah baik, netral,harmonis dan aman-aman saja.


54

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut, memperkuat teori

Hersey dan Blanchard tentang gaya konsultif yaitu pemimpin yang sudah

menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif atau dukungan

terhadap bawahan. Pemimpin mau mendengarkan keluhan dan perasaan bawahan

mengenai keputusan yang diambil. Meskipun dukungan dan perhatian terhadap

bawahan ditingkatkan namun pengambilan keputusan tetap berada di tangan

pemimpin. Gaya kepemimpinan ini juga di sebut juga gaya tinggi tugas tinggi

hubungan.

Tema 6: Sikap kepala ruang dalam menerima masukan selama masa pendemi

COVID-19.

Adapun hasil wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada tujuh

informan tentang persepsi sikap kepala ruang dalam menerima masukan selama

masa pendemi COVID-19. Yang mana dalam hal ini peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa sikap kepala ruang dalam menerima masukan selama masa

pendemi COVID-19 adalah welcome, lapang dada, mendengarkan masukan, tidak

pernah marah dan terbuka.

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut, memperkuat teori

Hersey dan Blanchard tentang gaya particioating yang dimana komunikasi dua arah

lebih meningkat pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap

bawahannya. Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan masalah dan

pengambilan keputusan makin bertambah sebab pemimpin berpendapat bahwa

bawahan memiliki kecapakapan dan pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan

tugas. Gaya ini disebut juga gaya rendah tugas tinggi hubungan.
55

Tema 7: Suasana lingkungan rumah sakit selama masa pendemi COVID-19

Adapun hasil wawancara mendalam yang telah peneliti lakukan kepada tujuh

informan tentang persepsi suasana lingkungan rumah sakit selama masa pendemi

COVID-19. Yang mana dalam hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

suasana lingkungan rumah sakit selama masa pendemi COVID-19 adalah

representative, nyaman, kondusif, damai, dan kebersamaan.

Kemudian daripada itu dengan hasil temuan tersebut, memperkuat teori

(Carter & Collen M. Seifert, 2018) tentang external perception yaitu persepsi yang

hadir dari luar individu seperti contohnya aspek lingkungan.


56

4.3 ANALITIK TEMATIK

KATA KUNCI KATEGORI TEMA

Musyawarah

Mewajibkan Kemampuan Mengambil Keputusan saat


Pemecahkan Masalah
Pandemi COVID-19

Menganjurkan

Langsung Dirembugkan

Dipanggil satu-satu
Pembinaan Secara Cara kepala ruang dalam
Langsung Kepala Ruang menggerakan/memimpin bawahan
Mengarahkan

Rapat
57

KATA KUNCI KATEGORI TEMA

Mengingatkan
penggunaan APD

Lebih ketat
Sikap Kepala Ruang Terhadap Kepribadian Karu
Dipantau Bawahan Selama Pandemi COVID-19

Mewanti-wanti

Tegas

Menggunakan Bahasa Kemampuan komunikasi


yang sopan Cara Kepala Ruang Berkomunikasi kepala ruangan Selama
Dengan Bawahan Pandemi COVID-19
Menghargai bawahan

Menegur

Baik

Netral
Hubungan Kepala Ruang Dengan Hubungan Kepemimpinan
Bawahan Selama Pandemi COVID-19 dalam organisasi/ RS
Harmonis

Aman-aman saja
58

KATA KUNCI KATEGORI TEMA


Welcome

Lapang dada
Kepala Ruang Menerima Masukan Sikap Karu dalam menerima
Mendengarkan Selama Pandemi COVID-19
masukan
Tidak pernah

Terbuka

Representatif

Nyaman

Damai
Lingkungan Rs Anwar Medika
Sidoarjo Suasana lingkungan Rumah Sakit
Kondusif

Harmonis

Kebersamaan

Gambar 4.1 Analitik Tematik


BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini menunjukan bahwa presepsi perawat tentang gaya

kepemimpinan selama pandemi COVID-19 di Rs Anwar Medika Sidoarjo

menunjukan :

1. Mengambil keputusan selama pandemic COVID-19 kepala ruang RS

Anwar Medika menggunakan tiga cara yaitu musyawarah , menganjurkan,

dan memaksakan kehendak.

2. Kepala ruang dalam menggerakkan bawahannya menggunakan 4 cara yaitu

langsung dirembugkan, dipanggil satu-satu, mengarahkan dan rapat.

3. Kepribadian kepala ruang selama pendemi COVID-19 adalah

mengingatkan, lebih ketat, dipantau dan mewanti-wanti.

4. Kemampuan kepala ruang dalam berkomunikasi adalah tegas,

menggunakan bahasa yang sopan, menghargai bawaan dan menegur

bawahan.

5. Hubungan kepala ruang dengan bawahan selama masa pendemi COVID-19

adalah baik, netral,harmonis dan aman-aman saja.

6. Sikap kepala ruang dalam menerima masukan selama masa pendemi

COVID-19 adalah welcome,lapang dada, mendengarkan masukan, tidak

pernah marah dan terbuka.

7. Suasana lingkungan rumah sakit selama masa pendemi COVID-19 adalah

representative, nyaman, kondusif, damai, dan kebersamaan.

60
61

5.2 Saran

a. Bagi institusi kesehatan

Agar institusi kesehatan menjadikan hasil penelitian ini sebagai literatur untuk

mengembangkan wacana keilmuan terutama berkaitan dengan pentingnya

Presepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Di Rs Anwar Medika

Sidoarjo.

b. Bagi pengembangan keilmuan keperawatan

Supaya hasil penelitian ini dijadikan tambahan literatur dalam kajian ilmu

keperawatan khususnya manajemen keperawatan yaitu tentang pentingnya

Presepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Di Rs Anwar Medika

Sidoarjo.

c. Bagi tempat penelitian

Penelitian ini agar dijadikan sebagai acuan atau refrensi untuk lebih

memperhatikan Presepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Di Rs Anwar

Medika Sidoarjo

d. Bagi peneliti selanjutnya

Disarankan dapat dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian lain

mengenahi Presepsi Perawat Tentang Gaya Kepemimpinan Di Rs Anwar

Medika Sidoarjo.
DAFTAR PUSTAKA

Albagawi, B., Laput, V., Pacis, C., & AlMahmoud, T. (2017). Nurses’ Perceptions
of Nurse Manager Leadership Styles. American Journal of Nursing Research,
5(1), 22–31. https://doi.org/10.12691/ajnr-5-1-3
Basuki, D. (2018). Buku Ajar Manajemen Keperawatan Untuk Mahasiswa Dan
Praktisi.
Borkowski, N. (2015). Perilaku Organisasi. In Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan.
Carter, K., & Collen M. Seifert. (2018). psikologi umum.
Depkes, R. (2014). Undang-Undang RI No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
Departemen Kesehatan RI.
Fitriani, A. (2017). Hubungan Persepsi Gaya Kepemimpinan Militer Dengan
Kinerja Pewrawat Di RS TK.II 07.05.01 Pelamonia Makassar. Journal of
Chemical Information and Modeling.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Goh, andy M. J., Ang, S. Y., & Della, P. R. (2018). Leadership style of nurse
managers as perceived by registered nurses: A cross-sectional survey.
Proceedings of Singapore Healthcare, 27(3), 205–210.
https://doi.org/10.1177/2010105817751742
Hao, M. J., & Yazdanifard, R. (2015). How Effective Leadership can Facilitate
Change. Global Journal of Management and Business Research: A
Administration and Management, 15(9), 0–6.
Hastuti, A. T. (2014). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Kemampuan
Supervisi Kepala Ruang Dengan Kinerja Perawat Di Instalasu Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Kita Semarang. FiKkes Jurnal Keperawatan,
7(2). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu ilmu sosial.
KBBI. (2020). kamus besar bahasa indonesia.
Mamonto, N., Robot, F., & Hamel, R. (2013). Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruangan Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap
Rsud Bitung. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1).
McEachen, I., & Keogh, J. (2018). Manajemen Keperawatan.
Novilia, T. (2018a). Persepsi Perawat Tentang Gaya Kemimpinan Kepala Ruang
RS Goeteng.
Novilia, T. (2018b). persepsi perawat tentang gaya kepemimpinan.
Nursalam. (2011). Manajeme Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.
Prasetyo, A. J. (2010). HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN STRES
KERJAPADAPERAWAT RSUP. DR. SOERADJI TIRTONEGORO.
Priyoto. (2014). Teori Sikap&Perilaku dalam kesehatan.
Rachmawati, P. E. (2017). Hubungan Lama Kerja Dengan Gaya Kepemimpinan
Kepala Ruang Menurut Persepsi Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Umum

62
63

Daerah Boyolali.
Ramli, A. J. K. (2017). Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Di PT Borneo Alam Semesta, Desa Adong
Melak Kutai Barat Kalimantan Timur.
Siagian, S. . (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sugiyanto. (2018). su.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif (S. Y. Suryandari, Ed.). Bandung:
ALFABETA CV.
Suni, A. (2018). Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan.
Veliu, L., Manxhari, M., Demiri, V., & Jahaj, L. (2017). the Influence of Leadership
Styles on Employee’S Performance. Journal of Management Social Sciences
Vadyba Journal of Management, 31(231), 59–69.
Vesterinen, S., Suhonen, M., Isola, A., & Paasivaara, L. (2012). Nurse Managers’
Leadership Styles in Finland. Nursing Research and Practice, 2012, 1–8.
https://doi.org/10.1155/2012/605379
W.Sarwono, S. (2010). Pengantar Psikologi Umum.
Wulangun, D. R. (2013). Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/.
64

Lampiran 1 : field Note


FIELD NOTE

Kode :

Judul :

Informan :

Tempat :

Waktu :
65

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara


PERSEPSI PERAWAT TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN

KEPALA RUANG SELAMA PANDEMI COVID-19

A. Subjek Penelitian : Perawat

No Indikator Sub Indikator Deskripsi

1. Cara kepala ruangan dalam Bagaimana pemecahan


memecahlan masalah dan masalah yang dilakukan
mengambil keputusan. karu dalam mengambil
keputusan ?

2. Cara kepala ruangan dalam Apa saja pembinaan


menggerakan/memimpin secara langsung yang
bawahan dilakukan karu terhadap
bawahan ?

3. Kepribadian yang dimiliki Bagaimana sikap karu


kepala ruangan terhadap bawahan ?

4. Cara kepala ruangan Bagaimana sikap karu


berkomunikasi dengan dalam berkomunikasi
bawahan dengan bawahan ?

5. Hubungan kepala ruangan Bagaimana hubungan


dengan bawahan yang terjalin antara karu
dengan bawahan ? dan
Apakah karu selalau
mengembangkan rasa
persatuan dan kesatuan
(kebersamaan) terhadap
bawahan ?

6. Sikap kepala ruangan Bagaimana sikap karu


dalam menerima masukan dalam menerima
pendapat,kritik,dan saran
dari bawahan ?

7. Suasana lingkungan RS Bagaimana suasana yang


Anwar Medika Sidoarjo ada di dalam ruang
perawat ? dan seberapa
66

sering karu berada di


ruang perawat ?

You might also like