You are on page 1of 12

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 15 Nomor 2, Mei 2019 : 355– 362

ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI ALAT PERTANIAN MODERN PADI SAWAH


DI KELURAHAN WOLOAN DUA KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA
TOMOHON

Christian Dries Yohanes Lensun


Juliana Ruth Mandei Jean Fanny Junita Timban

Naskah diterima melalui Website Jurnal Ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Senin, 18 Juli 2019
Disetujui diterbitkan : Kamis, 25 Juli 2019

ABSTRACT
This study aims to determine the level of farmer adoption of the innovation of modern farming tools of
rice. The study was conducted in Woloan Dua Village, Tomohon Barat Subdistrict, Tomohon City. The study
lasted for three months from the beginning of January to March 2017. Sampling of lowland rice farmers using
a simple random sampling method. with a sample size of 30 farmers. The type of data used in this study is
Primary and Secondary data. Primary data is data obtained by conducting direct surveys through direct
interviews with respondents in this case farmers. Secondary data was obtained from the Woloan Dua Village
Office and the Tomohon City Agriculture Service and the internet through Google Scholar to obtain journal
articles relating to the topic of research, namely about the level of farmer adoption of modern agricultural
equipment innovations. Data analysis was carried out descriptively which was presented in table form. The
results showed that the level of farmer Adoption of the Innovation of modern agricultural equipment in paddy
rice in Woloan Dua Village, Tomohon Barat Subdistrict, Tomohon City was relatively high, where most farmers
had adopted or adopted modern farming tools of wetland rice. The high level of income and education of farmers
tends to show the level of farmer adoption of the innovation of modern highland rice farming
tools.*eprm*

Keywords: adoption, innovation, modern farming tools, lowland rice

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap inovasi alat pertanian modern padi
sawah. Penelitian dilakukan di Kelurahan Woloan Dua Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon. Penelitian
berlangsung selama tiga bulan mulai awal bulan Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel petani padi sawah
menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana. dengan jumlah sampel sebanyak 30 petani. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan Sekunder. Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan
melakukan survei langsung melalui wawancara langsung kepada responden dalam hal ini petani. Data sekunder
diperoleh dari kantor Kelurahan Woloan Dua dan Dinas Pertanian Kota Tomohon dan internet melalui google cendekia
untuk mendapatkan artikel jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu tentang tingkat adopsi petani terhadap
inovasi alat pertanian modern. Analisis data dilakukan secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat Adopsi petani terhadap Inovasi alat pertanian modern padi sawah di Kelurahan
Woloan Dua Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon tergolong tinggi, dimana sebagian besar petani telah
menerapkan atau mengadopsi inovasi alat pertanian modern padi sawah. Tingkat Pendapatan dan Pendidikan petani
yang tinggi cenderung menunjukan tingkat adopsi petani terhadap inovasi alat pertanian modern padi sawah yang
tinggi. *eprm*

Kata Kunci : adopsi, inovasi, alat pertanian modern, padi sawah

Agrisosioekonomi:

Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 355
PENDAHULUAN menjadi dasar penyedia sandang, pangan, dan papan dalam
menjalankan kehidupan. Selain
Latar Belakang itu di Indonesia, sektor pertanian menjadi
Pertanian merupakan sebuah sektor tumpuan kehidupan masyarakat pada yang memiliki
peranan penting dalam umumnya, karena Indonesia merupakan kehidupan manusia. Karena inilah
yang negara agraris. Oleh karena itu banyak warga
negara Indonesia yang berprofesi sebagai petani. kebiasaan masyarakat setempat, penerapan
Dalam sektor pertanian ini, peran teknologi teknologi membutuhkan biaya tinggi sementara
sangat diperlukan untuk keberhasilan imbalan yang diperoleh para petani sebagai adopter
produktivitas usaha tani yang dihasilkan. kurang memadai (Tobias, 2016).
Apalagi seiring bertambahnya jumlah penduduk,
otomatis kebutuhan akan sandang, pangan, dan
papan akan semakin meningkat, terlebih
kebutuhan akan pangan.
Ketika manusia mulai hidup dengan
bercocok tanam, sejak saat itu pula pengetahuan
bertani berkembang pesat. Mulai dari pertanian
subsistem yang hanya untuk memenuhi
kebutuhan dirinya dengan sangat sederhana, Menurut Balai Penyuluhan Pertanian
sedikit lebih maju dari hanya sekedar Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
mengumpulkan makanan dari hutan, sampai Tomohon Barat Kelurahan Woloan
Dua memiliki luas tanah sawah (Ha) terbesar dari
pertanian secara modern dengan memanfaatkan
luas keseluruhan lahan sawah Tomohon Barat
ilmu pengetahuan untuk dapat memproduksi sebesar 447,40 Ha, Kelurahan Woloan Dua
dalam jumlah besar (Harinta, 2010). memiliki luas tanah sawah sebesar 101,0 Ha.
Perkembangan teknologi pertanian seperti Dengan jumlah mata pencarian sebagai petani
alat cangkul, sabit, ani-ani dan alat lainnya terbanyak di Kecamatan Tomohon
merupakan alat pertanian yang pada zamannya Barat sebanyak 289 kepala keluarga,
sangat membantu petani, namun semenjak manusia peneliti mendapati sebagian besar sudah
mengembangkan mesin-mesin pertanian, teknologi menggunakan alat pertanian modern seperti
pertanian yang sederhana mulai ditinggalkan karena traktor untuk mengolah lahan pertanian sawah dan
dianggap tidak produktif. mesin perontok untuk proses panen padi. Peneliti
Di pedesaan dapat di temui handtractor, juga menemukan ada petani yang
penggiling padi, sudah digunakan dan dikenal masih menggunakan alat pertanian tradisional
petani. Namum pada kenyataanya masih ada petani seperti cangkul untuk mengolah lahan pertanian
yang ragu untuk mengadopsi perkembangan padi sawah, dan sabit untuk memanen padi.
teknologi ini, karena petani menganggap teknologi
baru kadang akan mengganggu sistem norma Rumusan Masalah
maupun kebiasaankebiasaan yang sudah mereka Bagaimana Tingkat Adopsi
anut secara turun temurun. Penyebab lain petani petani terhadap Inovasi Alat Pertanian Modern Padi
tidak mengadopsi teknologi karena seringkali Sawah di Kelurahan Woloan Dua Kecamatan
teknologi yang di rekomendasikan tidak menjawab Tomohon Barat ?
masalah yang dihadapi petani sasaran, teknologi
yang di tawarkan sulit di terapkan petani dan Tujuan Penelitian
mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
teknologi lokal yang sudah ada. Inovasi teknologi mengetahui Tingkat Adopsi petani terhadap
justru menciptakan masalah baru bagi petani Inovasi Alat Pertanian Modern Padi Sawah di
karena kurang sesuai dengan kondisi sosial, Kelurahan Woloan Dua Kecamatan Tomohon
ekonomi, norma budaya, pranata sosial dan Barat kota Tomohon

356
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 15 Nomor 2, Mei 2019 : 355– 362

Manfaat Penelitian 3. Pendapatan (Rp/bulan)


Manfaat dari penelitian ini yaitu : 4. Luas kepemilikan lahan (Ha)
a. Bagi pembaca 5. Pekerjaan selain bertani (PNS, Swasta,
Kiranya dapat menambah pengetahuan Tukang, buru tani, DLL)
bagi pembaca tentang tingkat adopsi petani 6. Tahap Adopsi
terhadap inovasi dan faktor yang a. Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu
mempengaruhi petani mengadopsi suatu tahap petani tahu dan sadar ada
inovasi terdapat suatu inovasi sehingga muncul
b. Bagi Penulis adanya suatu kesadaran terhadap hal
Selain untuk menyelesaikan studi juga tersebut. (Ya / Tidak).
dapat menambah wawasan bagi penulis.
b. Tahap Interest (Keinginan), yaitu
tahap petani mempertimbangkan atau
sedang membentuk sikap terhadap
METODE PENELITIAN inovasi yang telah diketahuinya
tersebut sehingga ia mulai tertarik pada
Lokasi dan Waktu Penelitian hal tersebut. (Ya / Tidak).
Penelitian dilakukan di c. Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu
Kelurahan Woloan Dua Kecamatan Tomohon tahap petani membuat putusan apakah
Barat Kota Tomohon. Penelitian berlangsung ia menolak atau menerima inovasi
selama tiga bulan mulai awal bulan Januari yang ditawarkan hingga saat itu ia
sampai Maret 2017. mulai mengefaluasi. (Ya / Tidak).
Metode Pengambilan Sampel d. Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap
Pengambilan sampel petani padi sawah petani melaksanakan putusan yang
menggunakan metode Porposive Random telah dibuatnya sehingga ia mulai
Sampling. Populasi petani sawah di kelompokan mencoba suatu pe rilaku yang baru.
menjadi dua kelompok, yaitu yang menggunakan (Ya / Tidak).
alat pertanian modern dan yang belum e. Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap
menggunakan. Kemudian dari masingmasing petani memastikan atau
kelompok ditarik sampel dengan jumlah yang mengkonfirmasikan putusan yang
proporsional dengan jumlah petani dalam diambilnya sehingga ia mulai
kelompok. Total jumlah sampel petani adalah mengadopsi
sebanyak 30 petani sawah. perilaku baru tersebut. (Ya / Tidak)

Jenis Data dan Sumber Data Metode Analisis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian Penelitian ini menggunakan metode
ini adalah data Primer dan Sekunder. Data Primer analisis Deskriptif. Hasil penelitian
akan disajikan dalam bentuk tabel.
yaitu data yang diperoleh dengan melakukan survei
langsung melalui wawancara langsung kepada
responden dalam hal ini petani. Data sekunder
yaitu data yang bersumber atau diperoleh dari HASIL DAN PEMBAHASAN
kantor dan institusi yang terkait dengan penelitian
ini. Deskripsi Wilayah Penelitian
Konsep Pengukuran Variabel
Variabel yang diukur dalam penelitian ini Letak Geografis
adalah: Kelurahan Woloan Dua merupakan salah
1. Umur responden satu Kelurahan yang terletak di Kecamatan
Tomohon
2. Tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, PT Agrisosioekonomi: Barat dengan luas wilayah 6,67 (Km2)

Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 355
yang terbagi atas 11 lingkungan. Adapun Prasarana pendidikan yang terdapat di
batasbatas kelurahan yaitu Sebelah Utara Kelurahan Woloan Dua dapat dilihat pada Tabel
berbatasan dengan Kelurahan Kayawu, Sebelah 3.
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pinaras, Tabel 3. Jumlah Gedung Sekolah di Kelurahan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Woloan Dua
Woloan Tiga, dan Sebelah Timur berbatasan No Gedung Sekolah Jumlah
dengan Kelurahan Woloan Satu dan Woloan Satu 1 TK 2
Utara. 2 SD 3
3 SLTP 1
Keadaan Penduduk 4 SMK 1
Total keseluruhan jumlah penduduk Jumlah 7
Sumber : Kantor Kelurahan Woloan Dua, 2017
yang ada di Kelurahan Woloan Dua sebanyak
2.585 jiwa dengan jumlah Kepala keluarga
sebanyak 669 KK Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah
gedung Taman kanak-kanak sebanyak 2 gedung,
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Sekolah Dasar 3, Sekolah Menengah Pertama 1,
Jumlah dan Sekolah Menengah Kejuruan 1 gedung.
Jenis Persentase
No Penduduk
kelamin (%)
(Jiwa) 2. Agama
1 Laki-laki 1.320 51,06 Setiap orang berhak memilih dan memeluk
2 Perempuan 1.265 48,93 agama yang merupakan kepercayaan dari setiap
Jumlah 2.585 100
orang. Tempat ibadah yang merupakan prasarana
Sumber : Kantor Kelurahan Woloan Dua, 2017
yang ada di Kelurahan Woloan Dua dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 2, menunjukkan jumlah
penduduk berjenis kelamin Pria sebanyak 1.320
jiwa dan jenis kelamin Wanita
sebanyak 1.265 jiwa.
Tabel 4. Jumlah Gedung Gereja di Kelurahan
Woloan Dua
Sarana dan Prasarana
No Gedung Gereja Jumlah
Secara umum pembangunan dan 1 Kristen Protestan 1
perkembangan suatu wilayah ditentukan oleh 2 Kristen Katolik 1
sumber daya manusia serta difasilitasi dengan Jumlah 2
sarana dan prasarana yang memadai dari wilayah
tersebut. Sarana dan prasarana merupakan dua Sumber : Kantor Kelurahan Woloan Dua,2017
hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya
saling mengisi atau melengkapi (Koibur, 2017).
Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tabel 4, menunjukkan jumlah gedung
gereja Kristen Protestan sebanyak 1 gedung
Woloan Dua adalah sebagai berikut :
dan Kristen Katolik sebanyak 1 gedung.
1. Pendidikan
Karakteristik Responden
Pendidikan merupakan hal yang sangat
penting di dalam kehidupan manusia dan
Umur
pendidikan itu sendiri akan diperoleh setiap
Kemampuan atau melakukan aktifitas
orang secara formal maupun non formal (Koibur,
secara fisik bahkan cara berpikir seseorang
2017).
sangat dipengaruhi oleh faktor umur.
Demikian juga degan para petani dalam

358
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 15 Nomor 2, Mei 2019 : 355– 362

melakukan pekerjaannya, petani yang Tabel 6, menunjukkan bahwa tingkat


memiliki umur muda tentunya memiliki pendidikan responden yang terbanyak adalah
kondisi fisik yang lebih kuat serta memiliki SLTP 12 (40%) responden dan SLTA 10
daya pikir yang lebih kreatif dibandingkan (33,33%) responden, kemudian
yang berumur tua. tingkat pendidikan SD sebanyak
8 (26,67%) responden.
Tabel 5. Jumlah Responden Menurut Golongan Umur
No Kelompok Umur Jumlah Persentase Tingkat Pendapatan
(Tahun) (Responden) (%) Pendapatan merupakan salah
1 26-35 1 3,33
satu tolakukur taraf hidup masyarakat. Tingkat
2 36-45 14 46,67
3 46-55 10 33,3 pendapatan petani (responden) di Kelurahan
4 56-65 5 16,6 Woloan Dua rata - rata 1-2 juta/bulan.
Jumlah 30 100
Sumber : Diolah dari data Primer 2017 Tabel 7. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan
No. Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase
(Rp/Bln) (%)
Tabel 5, menunjukkan bahwa
responden yang berumur antara 25-35 tahun 1 1 – 2 jta 27 90
2 >2 jta 3 10
sebanak 1 (3,33%) responden, kemudian umur
antara 3645 tahun 14 (46,67%) responden, Jumlah 30 100
umur antara 46-55 tahun 10 (33,33%) Sumber : Diolah dari data Primer 2017
responden , dan umur antara 56-65 sebanyak 5
(16,67%) responden. Tabel 7, menunjukkan bahwa tingkat
pendapatan 1-2 juta/bulan sebanyak 27(90%)
Tingkat Pendidikan responden, dan tingkat pendapan >2 juta/bulan
Peranan pendidikan formal sangat sebanyak 3(10%) responden.
penting dalam usaha peningkatan kualitas Luas Lahan
seseorang karena berguna dalam Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian
pembangunan pribadi serta peningkatan besar responden memiliki luas lahan kurang dari
intelektual dan wawasan seseorang. 1 hektar sebanyak 26 (86,66%)
Berdasarkan penelitian, tingkat pendidikan responden dan responden yang memiliki luas
responden bervariasi mulai dari tingkat lahan lebih dari 1 hektar sebanyak 4 (13,33%)
Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat responden.
Pertama (SLTP) sampai Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA). Tabel 8. Jumlah Responden Menurut Luas
Kepemilikan Lahan
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%)
Tabel 6. Jumlah Responden Menurut Tingkat 1 <1 26 86,66
Pendidikan 2 >1 4 13,33
No Tingkat Jumlah Persentase Jumlah 30 100
pendidikan (%)
1 SD 8 26,67 Sumber : Diolah dari data Primer 2017
2 SLTP 12 40
3 SLTA 10 33,33 Pekerjaan
Jumlah 30 100
Sumber : Diolah dari data Primer 2017 Tabel 9. Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan
(selain bertani)
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
(%)
Agrisosioekonomi:

Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 355
1 Buruh tani 21 70 wawancara langsung atau tanya jawab
2 Tukang 9 30
Jumlah 30 100
dengan responden yaitu petani sawah yang
Sumber : Diolah dari data Primer 2017
ada di Kelurahan Woloan Dua menggunakan
daftar pertanyaan yang sudah teruji dan
Tabel 9, menunjukkan bahwa sudah pernah di gunakan oleh peneliti
responden yang memiliki pekerjaan selain sebelum.
bertani yaitu Tukang sebanyak
9(30%) responden, selebihnya adalah sebagai Tingkat Adopsi dengan Umur
buru tani sebanyak 21 (70%) responden. Anggota petani yang memiliki umur
lebih mudah tentunya lebih kreatif dan lebih
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Inovasi mudah mengadopsi inovasi atau hal-hal baru.
Alat Pertanian Modern Padi Sawah Hubungan antara Tingkat Adopsi dengan Umur
Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat dapat dilihat pada Tabel 11.
adopsi inovasi alat pertanin modern padi
sawah oleh petani di Kelurahan Woloan Dua
tergolong tinggi dimana sebagian besar
responden 24 (80%) sudah
menerapkan/mengadopsi alat pertanian
modern padi sawah di lahan pertanian
mereka. Kemudian petani yang masih dalam
tahap mencoba sebanyak 5 (16,67%), dan Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa
petani yang masih dalam tahap kesadaran 1 responden yang berusia antara 26-35 tahun
(3,33%) merupakan petani yang memang sebanyak 1 responden yang masih dalam tahap
belum pernah sama sekali mencoba alat kesadaran, kemudian responden yang berusia
pertanian traktor dan mesin perontok padi di antara 36-45 tahun sebanyak 14 responden yang
lahan sawahnya, petani ini masih terbagi atas 3 responden dalam tahap mencoba
mengandalkan metode tradisional dalam dan 11 responden dalam tahap menerapkan,
proses pengolahan lahan hingga proses panen, kemudian responden yang berusia antara 46-55
dengan menggunakan tenaga manusia dengan tahun sebanyak 10 responden yang terbagi atas 2
cara gotong royong. responden dalam tahap mencoba dan 8
responden dalam tahap menerapkan kemudian
Tabel 10. Tingkat Adopsi Inovasi Alat Pertanian
Modern Padi Sawah
responden yang berusia antara 56-65 tahun
No Tingkat Adopsi Jumlah Persentase sebanyak 5 responden yang semuanya sudah
(%) dalam tahap menerapkan.
1 Kesadaran 1 3,33 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
2 Keinginan - -
bahwa umur yang lebih mudah tidak berpengaruh
terhadap tingakat adopsi petani terhadap inovasi alat
3 Menilai - - pertanian modern padi sawah, Tabel 11 menunjukkan
bahwa umur yang lebih tua memiliki tingkat adopsi
4 Mencoba 5 16,67
yang lebih tinggi, dapat dilihat pada usia antara 56-
5 Menerapkan (Adopsi) 24 80 65 tahun dimana responden pada usia tersebut
Jumlah 30 100 sebanyak 5 responden semuanya sudah dalam tahap
Sumber : Diolah dari data Primer 2017 menerapkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan


teknik pengambilan data dengan cara

360
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 15 Nomor 2, Mei 2019 : 355– 362

Tingkat Adopsi dengan tingkat Pendidikan


Anggota petani yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi tentu lebih mudah
mengadopsi hal-hal baru atau inovasi baru.
Hubungan antara pendidikan dan tingkat adopsi
dapat dilihat pada Tabel 12

Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa


responden yang memiliki luas lahan kurang dari 1Ha
sebanyak 26 responden yang terbagi atas 5
responden dalam tahap mencoba dan
21 responden dalam tahap menerapkan, kemudian
responden yang memiliki luas lahan lebi dari 1Ha
sebanyak 4 responden yang terbagi atas 1 responden
dalam tahap mengetahui dan 3 responden dalam
Data pada Tabel 12 menunjukkan tahap menerapkan.
bahwa responden yang memiliki pendidikan Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan
SD sebanyak 8 responden yang terbagi atas 3 bahwa responden yang memiliki luas lahan kurang
responden yang dalam tahap mencoba dan 5 dari 1Ha adalah yang paling banyak sudah
responden yang suda dalam tahap menerapkan, menerapkan atau mengadopsi inovasi alat pertanian
kemudian responden yang memiliki pendidikan modern hand tracktor dan mesin perontok padi.
SLTP sebanyak 12 responden yang semuanya Berarti luas lahan tidak mempengaruhi tingkat adopsi
sudah dalam tahap menerapkan, dan responden inovasi alat pertanian modern padi sawah.
yang memiliki pendidikan SLTA sebanyak 10
responden yang terbagi atas 1 responden yang Tingkat Adopsi dengan Tingkat Pendapatan
masi dalam tahap mengetahui, 2 responden Petani dengan tingkat pendapatan yang
dalam tahap mencoba dan 7 responden dalam lebih tinggi tentunya akan lebih mudah dalam
tahap menerapkan.
menerapkan akan hal-hal baru atau inofasi baru
Dari penjelasan tersebut dapat di
karena dipengaruhi modal. Hubungan antara
simpulkan bahwa responden yang memiliki
Tingkat Adopsi dengan Pendapatan dapat dilihat
tingkat pendidikan yang lebih tinggi
mempengaruhi tingkat adopsi inovasi alat pada Tabel 14.
pertanian modern padi sawah. Responden yang
memiliki pendidikan SLTP dan SLTA adalah
yang paling banyak telah mengadopsi inovasi
alat pertanian modern hand tracktor dan mesin
perontok padi.

Tingkat Adopsi dengan Luas Lahan


Petani dengan Luas lahan usaha yang lebih
besar tentunya lebih mudah dalam
menerapkan hal-hal baru atau inofasi baru.
Hubungan antara Tingkat Adopsi dengan Luas
Lahan dapat dilihat pada Tabel 13

Agrisosioekonomi:

Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 355
yang mengadopsi inovasi Alat
Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa pertanian modern.
responden yang memiliki pendapatan 1-2
juta/bulan sebanyak 27 responden yang terbagi
atas 1 responden dalam tahap mengetahui, 5 DAFTAR PUSTAKA
responden dalam tahap mencoba dan 21
responden dalam tahap menerapkan, kemudian Harinta W. Y. 2010. Program Pasca Sarjanau
responden yang memiliki tingkat pendapatan Niversitas Sebelas Maret Surakarta
lebih dari 2 juta/bulan sebanyak 3 responden Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
yang semuanya sudah menerapkan inovasi alat Kecepatan Adopsi
pertanian modern hand tracktor dan mesin Inovasi Pertanian Di Kalangan Petani Di
perontok padi di lahan sawah meraka. Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo
Dari penjelasan tersebut Program Studi Penyuluhan
dapat disimpulkan bahwa responden yang Pembangunan Minat Utama
memiliki pendapatan lebih besar memiliki Manajemen Pengembangan
tingkat adopsi yang lebih tinggi, berarti Masyarakat.
pendapatan mempengaruhi tingkat adopsi petani Koibur D, Gene H. M Kapantow., & Rengkung,
terhadap inovasi alat pertanian modern padi L. R. 2017. Kontribusi Usaha Jajanan Kue
sawah. Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di
Desa Nain Kecamatan Wori Kabupaten
KESIMPULAN DAN SARAN Minahasa Utara. Agri-Sosioekonomi,
13(2), 69-78.
Kesimpulan
Tingkat Adopsi Petani terhadap Tobias. S 2016 Pengaruh Karakteristik Inovasi
Inovasi Alat Pertanian Modern Padi Sawah Sistem Sosial Dan Saluran Komunikasi
di Kelurahan Woloan Dua Kecamatan Terhadap Adopsi Inovasi Teknologi
Tomohon Barat Kota Tomohon tinggi, Pertanian. Pasca Sarjana Universitas Atma
dimana sebagian besar petani telah Jaya Yokyakarta.
menerapkan atau mengadopsi inovasi alat Jurnal Sosial Ekonomi.
pertanian modern padi sawah. Tingkat
Adopsi Petani terhadap Inovasi Alat
Pertanian Modern Padi Sawah di Kelurahan
Woloan Dua Kecamatan Tomohon Barat
Kota Tomohon cenderung berhubungan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan.
Pendidikan yang lebih tinggi, pendapatan
yang lebih tinggi, cenderung tingkat adopsi
petani terhadap alat pertanian modern padi
sawah lebih tinggi.

Saran
Penyuluhan tentang pentingnya
kemajuan teknologi demi untuk
meningkatkan produksi padi harus di
tingkatkan agar supaya lebih banyak lagi petani

362
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 15 Nomor 2, Mei 2019 : 355– 362

Nama : Brenda Putri br Sinuhaji dari pertanian subsistem


NPM : 21024010150 yang hanya untuk
memenuhi kebutuhan
REVIEW JURNAL dirinya dengan sangat
Judul Jurnal Adopsi Petani Terhadap sederhana, sedikit lebih
Inovasi Alat Pertanian maju dari hanya sekedar
Modern Padi Sawah Di mengumpulkan makanan
Kelurahan Woloan Dua dari hutan, sampai pertanian
Kecamatan Tomohon Barat secara modern dengan
Kota Tomohon memanfaatkan ilmu
Nama Penulis Christian Dries Yohanes pengetahuan untuk dapat
Lensun, Juliana Ruth memproduksi dalam jumlah
Mandei Jean, Fanny Junita besar.
Timban Tujuan Untuk mengetahui Tingkat
Volume dan Volume 15 Nomor 2 Penelitian Adopsi petani terhadap
Halaman Inovasi Alat Pertanian
Tahun 2019 Modern Padi Sawah di
Latar Belakang Pertanian merupakan Kelurahan Woloan Dua
sebuah sektor yang Kecamatan Tomohon Barat
memiliki peranan penting kota Tomohon
dalam kehidupan manusia. Permasalahan Perkembangan teknologi
Dalam sektor pertanian ini, pertanian seperti alat
peran teknologi sangat cangkul, sabit, ani-ani dan
diperlukan untuk alat lainnya merupakan alat
keberhasilan produktivitas pertanian yang sederhana,
usaha tani yang dihasilkan. namun semenjak manusia
Ketika manusia mulai hidup mengembangkan mesin-
dengan bercocok tanam, mesin pertanian, teknologi
sejak saat itu pula pertanian yang sederhana
pengetahuan bertani mulai ditinggalkan karena
berkembang pesat. Mulai dianggap tidak produktif.
Agrisosioekonomi:

Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 355
Namun pada kenyataanya, biaya tinggi sementara
masih ada petani yang ragu imbalan yang diperoleh
untuk mengadopsi para petani sebagai adopter
perkembangan teknologi kurang memadai.
ini, karena petani Metode Merode ini menggunakan
menganggap teknologi baru Penelitian pendekatan kualitatif
kadang akan mengganggu dengan studi kasus yang
sistem norma maupun dilaksanakan di Kelurahan
kebiasaan yang sudah Woloan Dua Kecamatan
mereka anut secara turun Tomohon Barat Kota
temurun. Penyebab lain Tomohon. Penelitian
petani tidak mengadopsi berlangsung selama tiga
teknologi karena seringkali bulan mulai awal bulan
teknologi yang di Januari sampai Maret 2017.
rekomendasikan tidak Hasil Penelitian Hasil penelitian tersebut
menjawab masalah yang menunjukkan bahwa umur
dihadapi petani sasaran, yang lebih muda tidak
teknologi yang di tawarkan berpengaruh terhadap
sulit di terapkan petani dan tingkat adopsi petani
mungkin tidak lebih baik terhadap inovasi alat
dibandingkan dengan pertanian modern padi
teknologi lokal yang sudah sawah, sedangkan umur
ada. Inovasi teknologi justru yang lebih tua memiliki
menciptakan masalah baru tingkat adopsi yang lebih
bagi petani karena kurang tinggi, dapat dilihat pada
sesuai dengan kondisi usia antara 56-65 tahun
sosial, ekonomi, norma dimana responden pada usia
budaya, pranata sosial dan tersebut sebanyak 5
kebiasaan masyarakat responden semuanya sudah
setempat, penerapan dalam tahap menerapkan.
teknologi membutuhkan Selain itu, responden yang

364
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 15 Nomor 2, Mei 2019 : 355– 362

memiliki tingkat pendidikan inovasi alat pertanian


yang lebih tinggi modern padi sawah.
mempengaruhi tingkat Kesimpulan Tingkat Adopsi Petani
adopsi inovasi alat terhadap Inovasi Alat
pertanian modern padi Pertanian Modern Padi
sawah. Responden yang Sawah di Kelurahan
memiliki pendidikan SLTP Woloan Dua Kecamatan
dan SLTA adalah yang Tomohon Barat Kota
paling banyak telah Tomohon tinggi, dimana
mengadopsi inovasi alat sebagian besar petani telah
pertanian modern hand menerapkan atau
tracktor dan mesin perontok mengadopsi inovasi alat
padi. Kemudian, responden pertanian modern padi
yang memiliki luas lahan sawah. Tingkat Adopsi
kurang dari 1Ha adalah Petani terhadap Inovasi Alat
yang paling banyak sudah Pertanian Modern Padi
menerapkan atau Sawah di Kelurahan
mengadopsi inovasi alat Woloan Dua Kecamatan
pertanian modern hand Tomohon Barat Kota
tracktor dan mesin perontok Tomohon cenderung
padi. Berarti luas lahan berhubungan dengan
tidak mempengaruhi tingkat tingkat pendidikan dan
adopsi inovasi alat pendapatan. Pendidikan
pertanian modern padi yang lebih tinggi,
sawah. Terakhir, responden pendapatan yang lebih
yang memiliki pendapatan tinggi, cenderung tingkat
lebih besar memiliki tingkat adopsi petani terhadap alat
adopsi yang lebih tinggi, pertanian modern padi
berarti pendapatan sawah lebih tinggi.
mempengaruhi tingkat Kelebihan Memaparkan secara jelas
adopsi petani terhadap dan lengkap mulai dari
Agrisosioekonomi:

Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 355
pendahuluan atau
latar belakang dari
permasalahan. Isi dari jurnal
singkat, padat dan jelas.
Selain itu, jurnal ini juga
sesuai dengan kaidah
penulisan ilmiah/jurnal.
Kekurangan Penggunaan kata banyak
yang kurang tepat dan tidak
baku dalam jurnal tersebut.
Seperti penggunaan kata
“agar supaya” pada saran di
dalam jurnal tersebut.

Lensun, C. M. (2019). Adopsi Petani Terhadap


Inovasi Alat Pertanian Modern Padi Sawah Di
Kelurahan Woloan Dua Kecamatan
Tomohon Barat Kota Tomohon. Agri-
SosioEkonomi Unsrat , Volume 15
Nomor 2, 355– 362.

366

You might also like