Professional Documents
Culture Documents
Saefuddin
Balai Bahasa Kalimantan Selatan
Jalan Jenderal Ahmad Yani Km. 32,2, Loktabat, Banjarbaru 70712 Kalimantan Selatan
Telepon (0511) 4772641, Posel: kangasef@yahoo.co.id
Abstrak: Masalah yang dikaji dalam penelitian ini ialah bagaimana wujud teater tutur
bapandung (monolog) dalam masyarakat Banjar. Tujuan penelitian ini akan mengungkapkan
wujud teater tutur bapandung (monolog) dalam masyarakat Banjar. Masyarakat Banjar di
Kalimantan Selatan memiliki banyak tradisi lisan, salah satunya ialah teater tutur bapandung
disebut bapandung karena keahlian seseorang bercerita secara monolog dan memerankan
beberapa karakter tokoh, orangnya disebut pamandungan, unsur isi cerita memiliki banyak
hiburan (lelucon) yang dibawakan oleh pamandungan atau pemeran pertunjukkan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif-kualitatif.Metode deskriptif-kualitatif ialah suatu metode
untuk memperoleh informasi tentang teater tutur bapandung dalam masyarakat Banjar secara
lebih terperinci.Hasil penelitian memperoleh gambaran tentang teater tutur bapandung dalam
masyarakat Banjar.
Kata kunci: teater tutur, bapandung, Banjar.
Abstract: The problem discusses in this study is how does the form of narrative theater bapandung
(monologue) in Banjar society. The aim of this study is to reveal the form of narrative theater bapandung
(monologue) in Banjar society. Banjar society in South Kalimantan has lots of oral traditions, one of them
is narrative theater bapandung. A man is called story teller because of his cleverness telling a story in
monologue way and playing several characters, that man is called pamandungan. The story in
bapandung has lots of jokes played by pamandungan or the performance player. This study uses
descriptive qualitative method. It is a method to get information about narrative theater bapandung in
Banjar society deeply. The result shows about the description of narrative theater bapandung in Banjar
society.
Keywords: bapandung, narrative theater, Banjar
pendukung kebudayaan itu. Hal ini dan melestraikan tradisi lisan, yaitu
terasa sekali ketika kebudayaan sebagai dalam menjaga keutuhan tradisi itu juga
karya cipta manusia dikaji secara rinci, dalam rangka menjaga keutuhan Negara
baik itu berkaitan dengan unsur alat Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
perlengkapan hidup, sistem ekonomi, dalam wujud kebhinekaan (Davidson,
sistem ilmu pengetahuan, sistem 2003, hlm. 74).
kekerabatan, bahasa, kesenian, dan Salah satu wujud kebudayaan
sistem kepercayaan (yang bukan agama) lisan ialah bapandung amat penting untuk
(Daud, 1997, hlm. 52). Kebudayaan dikaji, terutama dalam rangka
dalam arti luas, yaitu seluruh total dari mengangkat dan mengembangkannya
pikiran, karya, dan hasil karya manusia (termasuk melestarikannya) untuk saat
yang tidak berakar dari nalurinya dan sekarang dan akan datang, tradisi lisan
karena itu hanya dapat dicetuskan oleh (kebudayaan lisan) dan keberadaannya
manusia sesudah sesuatu proses belajar dapat dikatakan hampir punah,
(Koentjaraningrat, 1985, hlm. 11). Oleh khususnya tradisi lisan bapandung yang
karena itu pula, kajian tradisi lisan atau hidup dan berkembang di dalam
seni pertunjukkan akan tetap penting masyarakat Banjar, diperkirakan muncul
antara lain dalam rangka menemukan pada abad ke-19 di Margasari, Rantau,
nilai-nilai budaya apa saja yang Kalimantan Selatan (Ideham dkk. 2005,
terkandung di dalam tradisi lisan itu, hlm 352) Sebelumnya, perlu
kemudian dikaitkan dengan manfaat dikemukakan sekilas mengenai tradisi
yang dapat diperoleh dari pengkajian lisan yang dimaksud. Tradisi lisan itu
itu, baik untuk pendukung kebudayaan mencakup: 1) yang berupa kesusastraan
yang bersangkutan maupun untuk para lisan, 2) yang berupa teknologi
pihak di luar pendukung kebudayaan tradisional, 3) yang berupa pengetahuan
dimaksud dalam masyarakat Nusantara. folklor di luar pusat istana dari kota
Masyarakat Nusantara banyak metropolitan, 4) yang berupa unsur-
memiliki kekayaan dan ciri khas tradisi unsur religi dan kepercayaan di luar
dalam berbagai budaya lisan. batas formal agama besar, 5) yang
Masyarakat yang tinggal di berbagai berupa unsur kesenian folklor di luar
daerah memiliki budaya sendiri yang pusat-pusat istana dan kota
sebagian memiliki kesamaan, metropolitan, dan 6) berupa hukum adat
sebagiannya juga memiliki perbedaan (Hutomo, 1991, hlm.11). Sementara itu,
dan daya tarik sendiri. Salah satu yang Pudentia (1998, hlm. 32) mengemukakan
menarik untuk dikaji ialah tradisi lisan. bahwa tradisi lisan (oral tradition)
Tradisi lisan yang ada di daerah dan mencakup segala hal yang berhubungan
tradisi lisan yang berada di Nusantara dengan sastra, bahasa, sejarah, biografi,
amat beragam dan amat banyak, dan berbagai pengetahuan serta jenis
sehingga perlu mendapat perhatian kesenian lain yang disampaikan dari
tersendiri bagi peneliti tradisi lisan, mulut ke mulut. Jadi, tradisi lisan tidak
pengkaji budaya, budayawan, juga bagi hanya mencakup cerita rakyat, teka-teki,
pendukung budaya itu sendiri. Menjaga peribahasa, nyanyian rakyat, mitologi,
108
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
109
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
110
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
diperankannya dan disaksikan langsung yang dilihat, tetapi pada peran karakter
oleh penonton. yang dimainkannya, sedangkan
Teater tutur bapandung sebagai bapandung keahlian pelaku (pemeran)
karya seni merupakan satu kesatuan berganti peran dan memainkan karakter
yang utuh antara manusia (pemeran) dapat dilihat ketika aktor di panggung
bagian keseluruhan tubuhnya sebagai berganti pakaian secara langsung di
alat atau media utamanya sebagian atau depan penonton sekaligus memerankan
keseluruhan unsur penggunanya tokoh secara yang dimainkannya.
(Muslim, 2009, hlm. 1). Kadungan Artinya, pamandungan harus memiliki
maksud itu sejalan dengan pendapat dua keahlian sekaligus, yaitu
yang dikemukakan oleh Budiawan yang memerankan tokoh dan berganti pakaian
mengelompokkan bahwa unsur-unsur secara teliti agar peran tokoh yang
teater berkaitan dengan; 1) tubuh dimainkan tidak terjadi kekeliruan.
manusia sebagai media/alat utama Misalnya peran tokoh itu yang
pemeran atau pemain, 2) gerak dimainkan ialah seorang laki-laki atau
sebagai unsur penunjang (gerak: tubuh, seorang perempuan, dan tokoh-tokoh
suara, bunyi, dan rupa), 3) suara sebagai lainnya, sehingga pertunjukan dapat
unsur penunjang (kata atau ucapan dilihat oleh penontonnya itu secara
pemeran), 4) bunyi sebagai unsur natural walaupun dilihat secara
penunjang (efek bunyi benda, dan langsung di panggung tidak rasa
musik), 5) rupa sebagai unsur penunjang canggung pemerannya dan tampak dari
(cahaya, sinar lampu, skenario, kostum, tokoh ke tokoh itu berganti peran
dan tat arias (Budiawan, 2009, hlm. 39). mengganggu penontonya.
Bertolak dari kelima unsur teater Kemudian, perbedaan antara
itu, kita dapat menelusuri kembali karya banyak pengertian atau istilah drama
seni (teater tutur bapandung) apakah dan teater, termasuk teater rakyat ialah
teater tutur termasuk ke dalam sebagai bentuk pengayaan pengetahuan
kelompok teater, drama, dan sandiwara. serta dapat memperjelas bentuknya, baik
Jika ditelusuri jenis pertunjukkannya, itu drama, teater maupun sandiwara.
teater tutur memiliki kemiripan dengan Sehingga istilah-istilah itu memberkan
pantomin, tetapi dari dekorasi dan rias warna tersendiri pada bagian-bagian
untuk pertunjukkan panggung teater mana yang menjadi perbedaan antara
tutur lebih mengandalkan banyaknya satu dengan lainnya. Misalnya drama
kostum yang digunakan untuk berganti- memiliki bobot pertentangan laku dalam
ganti peran tokoh, sedangkan pantomin (internal action) dan gerak luar (internal
lebih mengandalkan rias wajah untuk ekterior) yang seimbang, tetapi persoalan
tidak dikenali aslinya karena faktor rias sesungguhnya memiliki kelebihan dan
yang menutupi wajah sepenuhnya. kekurangan masing-masing dan satu
Pantomin yang dilihat sebagai tontonan sama lain saling mengisi (Batubara, 2007,
bukan pada pelaku tokohnya semata hlm. 43). Apabila gerak dalam dan gerak
111
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
luar ini dinyatakan agak melebihi itu, sebelum menjadi aktor teater tutur
kewajaran, tipe drama ini menjadi atau seni drama, seseorang harus melalui
melodrama. Tragedi memiliki bobot pembinaan yang disiplin dan teratur.
pertentangan gerak laku dalam yang Untuk mengembangkan bakat, seorang
memantulkan rasa dukanya, sedangkan aktor harus didukung oleh kesiapan-
komedi seperti pertunjukan teater rakyat kesiapan diri dan teknik-teknik akting
bapandung memiliki bobot pertentangan yang mesti dipelajarinya. Pengetahuan
gerak laku dalam yang memantulkan teater sangatlah mutlak guna
rasa kegembiraan, karena pertunjukkan membentuk visi atau tujuan yang
disebut pula sebagai bentuk hendak dicapai dari sebuh pertunjukkan
pertunjukkan hiburan rakyat yang bagi seni peran dalam teater termasuk dalam
penonton dapat menghilangkan penat terater tutur, baik untuk memberi dasar
setelah bekerja seharian dan ibaratnya ia penguasaan keterampilan teater dan
telah mendapatkan seteguk dahaga merangsang bakat dan kreativitas
hiburan, yaitu bapandung yang seorang pelaku teater. Bakat tanpa
menghadirkan kegembiraan. Gerak laku disertai kerja keras tidak akan dapat
luarnya berpautan dengan pertentangan berkembang lebih baik, jika seorang
gerak laku di dalamnya masing-masing. aktor (pemeran pertunjukkan) cepat
Pendapat di atas itu kemudian marasa puas diri, hal itu bagi pemeran
dapat dimaknai dalam suatu kesimpulan aktor dapat dianggap sebagai masalah
bahwa teater tutur atau pertunjukkan yang serius dan harus segera diatasi.
rakyat, baik itu berbentuk drama,
sandiwara, maupun teater rakyat (seni 3. METODE PENELITIAN
pertunjukkan rakyat) tidaklah penting,
Tahapan pengumpulan data
tetapi yang lebih penting bagi
digunakan metode studi kepustakaan
masyarakat ialah wujud hiburannya.
(library research) dengan teknik
Wujud hiburan itu mempunyai ciri-ciri,
pembacaan dan pencatatan.Penerapan
yaitu; 1) adanya pikiran atau perasaan
metode dan teknik ini bertujuan untuk
yang diungkapkan oleh pemeran
mengumpulkan data teater tutur
karakter tokohnya kepada penontonnya,
bapandung yang djadikan objek
2) adanya orang yang menjadi media
penelitian; mengumpulkan ulasan atau
untuk mengungkapkan perasaan dan
pembahasan yang berkaitan dengan
pikiran masyarakatnya, 3) adanya
objek; dan mengumpulkan penelitian-
bentuk ungkapan menggunakan laku
penelitian yang ada hubungannya
jasmani dan ucapan kata-kata, serta 4)
dengan penelitian ini. Pada tahapan
adanya publik atau penonton yang satu
analisis data digunakan metode
sama lain dapat menghadirkan sebuah
deskriptif analitik. Metode ini digunakan
wujud hiburan dalam bentuk teater tutur
dengan cara mendeskripsikan data yang
atau seni pertunjukkan rakyat
kemudian disusul dengan analisis
(Soetrisman 2008, hlm. 33).
(Ratna, 2004, hlm. 53). Nazir (1988, hlm.
Media pokok teater ialah aktor
65) mengatakan bahwa metode
atau pemain dan penonton.Oleh karena
112
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
113
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
114
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
ganal mulai naik rarainya”. (Tuturan yang menganut tradisi lisan itu akan
Mastian, Aciltunggal, 2017). mempertahankan ingatan mereka karena
Masyarakat tradisional yang kenyataan menjadi tampak sederhana,
berbudaya lisan sebagai tradisi, terdiri dua komponen yang dapat
cemderung melihat sesuatu yang tampak dibedakan, yaitu baik dan buruk.
di permukaan belaka. Oleh karena itu,
hubungan antara sesuatu dengan sesuatu 4.2 Struktur Bapandung
lainnya cenderung tampak dari segi 1) Pembukaan
waktu atau segi keserampakan Bapandung diawali dengan
kehadiran. Mereka kesulitan pantun-pantun pembukaan sebaga
menemukan hubungan yang relative bentuk penghormatan terhadap
tersembunyi, misalnya hubungan sebab penonton. Lambat laun pantun-pantun
akibat, susunan peristiwa yang itu diganti oleh pamandungan dengan
nyanyian yang disebut dengan
berjenjang, berlapis-lapis, dan
palayaran.Lirik lagi palayaran juga berupa
sebagainya.
pantun-pantun.Pantun-pantun tersebut
Jadi, meskipun satuan informasi
sebagai berikut.
dan ekspresi contoh-contoh di atas cukup
panjang, tetapi masih terdapat cara-cara Cuba latupan karena kunci
lain di dalamnya yang digunakan Kada tabuka pintu lamari
sebagai alat mengingat. Sehubungan Cuba jangan karena janji
Kada pang aku datang kamari
dengan hal itu, tampak pada permukaan
tersebut, bahwa masyarakat pun Asam pauh dalima pauh
cenderung pula tidak memisahkan apa Paku di sini bisa diramu
yang tampak di permukaan dengan yang Ulun jauh sampian jauh
Waktu di sisni bisa batamu
ada di dalamnya, yakni apa yang di balik
yang tampak di permukaan kisahan Tabus salah sarai sarampun
tukang pandung. Masyarakat dan si Jangan disimpan di dalam peti
tukang pandung sepakat bahwa bentuk Lamun tak salah maminta ampun
yang baik mempunyai isi yang baik, Jangan disimpan di dalam hati
orang yang jahat tentu bertampang Randah pang gantung tilam bagandir
buruk pula, dan perbuatan yang Gantung bahalai lawan raraga
merusak ialah si penjahat. Karena itulah Sudah untungku kalawan takdir
tokoh-tokoh cerita dalam sastra lisan Untuk badapat lawan kaluarga.
bapandung cenderung hitam putih, dan
penggambaran watak tokoh-tokoh cerita 4.3 Babak Pertunjukkan awal
banyak mengandalkan deskripsi fisik. Bapandung
Penggambaran secara hitam putih itu, Setelah pembukaan, bapandung
yang baik hanya baik, yang buruk dilanjutkan dengan menuturkan
sepenuhnya buruk, dan itulah sangat permulaan cerita yakni penuturan tokoh
mempermudah masyarakat (penonton) inti (utama), kemudian bagaimana
115
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
dengan hubungan dengan keluarga atau objek dan perilaku sosio budaya.Seperti
lingkungannya. Banyak pertunjukkan halnya pola masalah dan tema dan alur
awal disebabkan dengan peristiwa, kisahnya, latar juga cenderung
tindakan-tindakan yang menyebabkan berorientasi pada lingkungan yang
kejadian yang ditampilkan tanpa setidak-tidaknya pernah dialami oleh
direncanakan oleh pelaku tokoh terjadi penontonnya. Tukang pandung tidak
dengan segan menyebutkan beberapa
akibat tokoh cerita lainnya sepontan
desa, nama tokoh tertentu atau tempat
dimainkan, hal ini dapat dianggap cerita
yang dikenal oleh pendengarnya, tetapi
berlangsung tidak sama dengan tidak menggurui dan menyinggung
sekenario cerita yang dimainkan, tetapi perasaan tokoh tertentu hal demikian
seakan-akan cerita tersusun seperti yang dilakukan untuk membuka suasana agar
digambarkan dalam sekenario. terbuka cakrawala penontonnya. Dengan
Dengan demikian pertunjukkan demikian, cerita bapandung mempunyai
pun terjadi dengan sendirinya dan cerita latar yang disengaja harus akrab dengan
pun berlangsung dengan konflik-konflik penonton yang mendengarkannya.
seolah-oleh sesuai seknario awal. Penggambaran watak dan tabiat
Biasanya konflik-konflik dalam di dalam cerita bapandung selalu secara
bapandung cenderung konflik fisik. Dari analisis, tetapi sangat sederhana.
segi peristiwanya, gambaran mengenai Penggambaran secara dramatis sangat
tindakan-tindakan, cerita bapandung sedikit, mungkin karena keterbatasan
seperti cerita rakyat pada umumnya, waktu atau kekurangan pengetahuan si
cenderung mempunyai peristiwa yang tukang pandung. Pamandungan
mengejutkan, ada konflik tokoh, ada mempunyai banyak penuturan yang
peleraian, dan kemudian ada mengandung misi atau secara teoretis
penyelesaian akhir sebagai anti klimaks. disebut sudat pandang. Sudut pandang
Hal ini sengaja memilih peristiwa yang ini berada pada nilai-nilai tata kelakuan
mencolok mata atau yang menyentuh umum di masyarakat dan sangsi-
penontonnya secara langsung, agar sangsinya.
pesan yang disampaikan dalam
pertunjukan bapandung sampai kepada 4.4 Teknik Penuturan Bapandung
penontonnya dan menjadi pembicaraan Bapandung salah satu monolog
positif di dalam lingkungan tradisional juga pada pelaku akting
masyarakatnya dan menyebar ke tukang pandung serupa dengan
berbagai kelompok masyarakat lainnya.
pantomin.Pantomin terjadi ketika
Di samping itu, si tukang
pergantian tokoh. Bagaimana tukang
pandung selalu mempunyai klimaks
pandung memerankan seekor ular, seekor
yang biasanya dengan adu fisik dan
kalah menang itulah yang menyudahi singa, seekor burung atau berperan
cerita.Kalau tidak terjadi adu fisik, antara tokoh satu dengan tokoh lainnya.
tentulah ada siasat secara psikologis Demikian juga teknik-teknik suara,
terjadi kalah atau menang dalam bagaimana teknik bunyi efek tertentu
peristiwa itu. Peristiwa-peristiwa selalu misalnya suara raja berbeda dengan
mempunyai latar belakang baik suara patih, dan tentu berbeda pula
mengenai waktu, seting, maupun objek- dengan suara seorang puteri atau
116
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
permaisuri. Kualitas ujaran dan warna hari hanya tidur saja, coba kamu
suara ketika berdialog satu dengan yang bangun”!
lain, serupa dengan teknik suara dalang
pada wayang golek dan wayang kulit, Di sini digambarkan si Yujung
hanya saja perbedaannya terlatak pada tabiatnya kurang baik, dapat
warna suara dari tukang pandung lebih dilihat gambaran sebagai berikut.
natural.
“Hadang dulu, ma” Mana Jukung
1) Penuturan Penampilan Tokoh paninggalan abah?
Cerita atau struktur alurnya Itu di bawah batang sana” ujar umanya.
merupakan jiwanya. Tukang pandung Parangnya mana?
menuturkan tokoh-tokohnya selalu Di belakang dapur.
menuturkan bagaimana keadaan Pangayuh mana?
fisiknya, tabiat dan yang digambarkan Pangayuh basandar di puhun kayu” ujar
umanya pulang.
diupayakan mirip dengan orang-
orang yang yang diidolakan Badahuluan parang diambilnya, balalu
masyarakat khususnya untuk tokoh runtuhlah dapur.Balalu ditariknya
pratagonis, sedangkan gambaran pangayuh, rabah pulang kayu wadah
sebaliknya yang tak disukai oleh manyandarakan pangayuh.Lalu, inya
masyarakat tidak semestinya manabas rumput, waktu ditarik,
penuturan peran pratagonis. Namun, saburungan rumput batabas.Di
bisa juga tokoh yang digambarkan juhungnya jukung, lalu
dikayuhnya.Sakali mangayuh sarantau
antagonis, pada suatu waktu terbalik
maliwati.
menjadi pratagonis. Hal ini
dituturkan oleh tukang pandung “Sebentar dulu, Bu”Mana sampan
sebagai sindiran yang lembut bagi peninggalan Bapak?
sebagian masyarakat yang bertingkah Itu di bawah pohon di sana” kata ibunya.
laku demikian.Misalnya cerita si Parangnya mana?
Yujung Balum Sugih (kaya raya) yang Di belakang dapur.
dipandungkan oleh Mastiyani di Pengayuh sampan mana?
Marabahan Barito Kuala Pengayuh sampan bersandar di
pohon kayu” kata ibunya.
menggambarkan tokoh mengejutkan
dan diidolakan sebagai berikut.
Cepat-cepat ia mengambil parang,
tergesa-gesa dapur hingga
Si Yujung bagana di kampung awan berantakan. Lalu ditariknya
umanya.Gawiannya saban guring pengayuh sampan, jatuh lagi tempat
haja.Umanya bapadah, “nangapa nang
menyandarkan pengayuh sampan.
kawa ikam gawi Yujung, amun guring
Lalu, dia menebas rumput, waktu
haja, ayu pang bangun”.
ditarik, sepetak rumput ia tebas.
Si Yujung tinggal di kampung dengan
Didorong, lalu dikayuhnya. Sekali
ibunya.Pekerjaannya setiap hari
mengayuh serantau dilewati.
hanya tidur. Ibunya menyatakan,
“apa yang kamu bisa kerjakan
Yujung, kalau kamu lakukan setiap Demikian cara pamandungan
menggambarkan tokoh yang semula
117
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
118
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
mana buritnya akan terluka yang sangat “Ini nah, bajuku nang tabalik.” Ujar
pedih. Kiyai.
119
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
120
Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar (Saefuddin)
Muslim, Abdul Aziz. (2007). Seni teater. Sunarti, dkk. (1978). Sastra lisan Banjar.
Banjarbaru: Dewan Kesenian Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Banjarbaru. Pengembangan Bahasa.
121
Undas Vol 15, Nomor 2, Desember 2019: 107—122
122