You are on page 1of 21

IMPLEMENTASI PEMBINAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PADA MASA PANDEMI COVID-19


Ameliya Agustin ; Farrah Kamila ; Sri Muji Rahayu
Program Studi Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta

Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji implementasi pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah. Artikel ini disusun dengan metode Systematic Literature Review
(SLR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan tinjauan pustaka sistematis. Metode SLR
ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi, dan menafsirkan semua
penelitian dan temuan-temuan yang tersedia pada suatu topik penelitian, dengan pertanyaan
penelitian tertentu yang relevan. Hasil menunjukan bahwa pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler ini merupakan salah satu sarana untuk membantu pengembangan minat dan
bakat siswa. Dengan adanya pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler tersebut maka
siswa dapat memanfaatkan waktunya dengan seefektif mungkin. Walaupun jadwal latihan
untuk ekstrakurikuler tidak sama tetapi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler terdapat di SK
pembagian tugas guru, pembinaan biasanya dilakukan pembina pada saat setelah pulang
sekolah. Pada saat ini, negara kita sedang dilanda oleh musibah virus Covid-19. Tetapi, hal
itu tidak menghalangi siswa untuk dapat melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler masih dapat dilakukan secara daring dengan menggunkan media
aplikasi Zoom Meeting. Namun kegiatan yang dilaksanakan hanyalah sebatas pemberian
materi yang hanya dapat menambahkan pengetahuan siswa tanpa menambah pengalaman
dan pemahaman kebih luas mengenai ekstrakurikuler yang diikuti karena kondisi yang
terbatas untuk melaksanakan kegiatan praktik.

Kata Kunci : Ekstrakurikuler, Implementasi, Pembinaan, Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, maka pemerintah
melaksanakan program pendidikan dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan baik
di tingkat dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Dimana pada pelaksanaannya
pendidikan dibagi dalam tiga pusat pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal, maupun
pendidikan informal. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang dalam proses
kegiatan pembelajaran terdiri dari guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik.
Pendidikan jalur sekolah dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler yang tercantum dalam
kurikulum, juga dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang ada di sekolah, hal ini sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Anwar (2015: 45) yaitu: Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di
luar kelas dan diluar pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan potensi sumber
daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan aplikasi ilmu
pengetahuan yang didapatkan maupun dalam pengertian khusus untuk membimbing peserta
didikdalam mengembangkan potensi dan bakat yang ada didalam dirinya melalui kegiatan-
kegiatan wajib maupun pilihan.
Selain itu, ekstrakurikuler ini juga digunakan untuk menambah dan memperluas
pengalaman bersosialisasi siswa melalui praktik keterampilan berkomunikasi dalam
lingkungan ekstrakurikuler serta dapat menanamkan nilai-nilai karakter pada diri peserta
didik. Kegiatan ekstrakurikuler ini pun tak hanya sekedar kegiatan namun juga dapat
dijadikan hiburan sehingga dapat mendorong proses perkembangan potensi yang dimiliki
peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki banyak peranan dan mempunyai peranan
utama untuk menambah dan memperdalam pengetahuan peserta didik yang berkaitan
langsung dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum, membina para peserta
didik dalam hal meningkatkan bakat serta keterampilan agar dapat memacu peserta didik
untuk lebih percaya diri, mandiri, dan kreatif, serta untuk melengkapi upaya pembinaan dan
pembentukan nilai kepribadian para peserta didik.
Untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sekolah memerlukan pembinaan dalam
membina setiap masing-masing ekstrakurikuer yang ada. Wicaksono (2017: 153)
mengatakan pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berkemampuan untuk memperoleh hasil yang baik. Peran pembina sangatlah penting agar
ekstrakurikuler tidak terlepas dalam tujuannya untuk mengaktifkan siswa di segala kegiatan
yang ada. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ilmiah
yang berjudul “Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakulikuler”

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul untuk
mendapatkan jawaban dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler sebelum dan ketika
pandemi Covid-19?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler?
3. Apa saja problematika dalam implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler?
4. Bagaimana studi kasus terkait pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah negeri dan swasta?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini merupakan rumusan yang menunjukkan hasil yang telah diperoleh
setelah penelitian, dan tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji Implementasi
Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam implementasi
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi sekolah dapat dijadikan acuan dalam perbaikan terhadap Implementasi
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
2) Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan Implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang sebenarnya, serta
dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya terkait dengan permasalahan ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Konsep Impelementasi
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelaksanaan, penerapan.
Adapun implementasi menurut para ahli yakni, Menurut Usman (2002), mengemukakan
pendapatnya tentang Implementasi atau pelaksanaansebagai berikut“implementasi adalah
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan
kegiatan”. Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa
implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh–sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai
tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
objek berikutnya.
Pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut
“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara
tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif” (Setiawan, 2004). Pengertian implementasi yang dikemukakan ini, dapat dikatakan
bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau
seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan
penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan
jaringan pelaksana yang bisa dipercaya. Menurut Harsono (2002), implementasi adalah suatu
proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam
administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, Implementasi intinya adalah kegiatan untuk
mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan oleh para
implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan
kebijakan.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix.
Implementasi juga bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari kata bahasa Inggris Implement
yang berarti melaksanakan. Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif.
Pendapat Cleaves yang dikutip (dalam Wahab 2008;187), yang secara tegas
menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan
dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi
sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam
meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya.
Menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam Wahab, 2008: 68) Implementasi adalah
pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun
dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting
atau keputusan badan peradilan.
Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65) Implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau
kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Secara sederhana implementasi di artikan pelaksanaan atau penerapan, Browne dan
Wildavsky (usman, 2005:7) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktifitas
yang saling menyesuaikan. Sedangkan menurut Syaukani (2006:295) implementasi
merupakan suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada
masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana diharapkan.
Rangkaian kegiatan tersebut mencakup, pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan
yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua, menyiapkan sumber daya guna
menggerakkan kegiatan implementasi termasuk didalamnya sarana dan prasarana, sumber
daya keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan
kebijakan tersebut. Ketiga, bagaimana menghantarkan kebijkasanaan secara kongkrit ke
masyarakat.
Menurut hanifah Harsono, (2007:67) mengemukakan bahwa implementasi adalah
suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik
administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Sedangkan Wibawa, (2008:5) menyatakan bahwa implementasi kebijakan berarti
pelaksanaan dari suatu kebijakan atau program.
Bahwa dapat disimpulkan implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana, bukan
hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-
norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Konsep Pembinaan
Pengertian pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 134) adalah
suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Depdikbud “Pembinaan” berasal dari kata
“bina” yang artinya sama dengan “bangun”. Definisi pembinaan adalah suatu proses atau
cara perbuatan agar memperoleh hasil yang lebih baik. Wahjosumidjo (2007:241) dalam
bukunya menyatakan bahwa pembinaan yaitu usaha, atau kegiatan memberikan bimbingan,
arahan terhadap pola pikir, sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para
siswa.
Pembinaan menurut Widjaya (1988) adalah suatu proses atau pengembangan yang
mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan kebutuhan memelihara
pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan dan
mengembangkannya. Hidayat,S. (1979) pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan sadar, berencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan sikap dan keterampilan
anak didik dengan tindakan-tindakan, pengarahan, pembimbingan, pengembangan dan
stimulasi dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Thoha (1989:60), pembinaan secara umum adalah dengan menerapkan
Tribina, yaitu bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha. Bina manusia adalah melatih
individu-individu manusia agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Bina
lingkungan adalah melakukan kerja sama atau pendekatan-pendekatan terhadap lembaga
tertentu, misalnya pemerintah. Sedangkan bina usaha adalah melatih suatu objek yang akan
dibina, mulai dari perencanaan hingga tahap keberhasilan.
Wicaksono (2017: 153) mengatakan pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara berkemampuan untuk memperoleh hasil yang baik. Jadi pembinaan
dapat diartikan sebagai pembangunan yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang
memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi. Pembinaan juga mengandung makna sebagai
pembaharuan membuat sesuatu menjadi sesuai, cocok dengan kebutuhan yang lebih baik dan
bermanfaat sehingga dapat berhasil guna membangun sumber daya manusia yang
berkualitas.

Konsep Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler atau sering juga disebut dengan ”ekskul” merupakan kegiatan
tambahan di luar jam sekolah yang diharapkan dapat membantu membentuk karakter peserta
didik sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Dengan mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler ini siswa akan diberikan bimbingan dan pelatihan sesuai dengan jenis ekskul
yang dipilih.
Zuhairini (1993) mengartikan kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam
terjadwal (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan diluar sekolah dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan anatara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.1
Suryosubroto (2002) mengatakan ekstrakurikuler adalah program sekolah yang
terencana dilakukan di luar jam pelajaran, yang sudah ditetapkan di kelas di saat jam
pelajaran yang disebut intrakurikuler. Kegiatan yang dilakukan di luar jam tatap muka
dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran
dalam kurikulum.
Prihatin (2011) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam
biasa dan waktu libur sekolah yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata
pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya.
Novan Ardy Wiyani (2013) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler diartikan
sebagai kegiatan pendidikan yang di lakukan diluar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan
tersebut dilakukan di dalam maupun luar lingkungan sekolah untuk memperluas
pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama
dan norma-norma sosial.
Wibowo (2015) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang
dilakukan di luar jam sekolah yang berfungsi untuk mewadahi dan mengembangkan potensi,
minat dan bakat siswa. Lebih lanjut, kegiatan ekstrakurikuler diartikan sebagai kegiatan
pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan disekolah/madrasah.
Soetjipto (1999) mengatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di luar
jam pelajaran bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, menambah keterampilan,
mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat, menunjang
pencapaian tujuan intrakurikuler. Kegiatan sekolah yang sudah terprogram sesuai jadwal,
serta melengkapi usaha pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan
secara berkala pada waktu tertentu.
Menurut Wahjosumidjo (2010) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan
memberikan penyelenggara pendidikan di sekolah. Hal ini akan terwjud manakala
pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya khususnya pengaturan
siswa, peningkatan disiplin seluruh siswa dan petugas. Maka dari itu, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan peningkatan administrasi yang tinggi
sehingga dengan keterlibatan semua pihak dapat memberikan pengarahan.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran yang bisa dilaksanakan di
lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk dapat
mengembangkan pengetahuan serta potensi, minat, dan bakat siswa. Dalam pelaksanaannya,
kegiatan ekstrakurikuler ini memerlukan keterlibatan banyak pihak untuk meningkatkan
administrasi yang tinggi sehingga kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan dengan baik.

Konsep Pembinaan Ektrakurikuler


Pembinaan ekstrakurikuler adalah sebuah program Direktorat SMP yang bertujuan
untuk membuat peserta didik menjadi penggerak bagi peserta didik lainnya di bidang
ekstrakurikuler, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan banyaknya
peserta didik yang terlibat menjadi peserta didik penggerak, diharapkan juga dapat
membawa dampak kepada sekolah yang bisa menjadikannya sebagai sekolah penggerak bagi
sekolah-sekolah di sekitarnya. Program ini berbentuk penyusunan NSPK kegiatan
ekstrakurikuler dalam bentuk buku, infografis, video pendek, video animasi, dan juga
pembinaan ekstrakurikuler bagi sekolah dan juga peserta didik (Kemendikbud).
Peran pembina sangatlah penting agar ekstrakurikuler tidak terlepas dalam tujuannya
untuk mengaktifkan siswa di segala kegiatan yang ada. Namun apabila siswa terlalu aktif di
kegiatan ekstrakurikuler juga dapat mengakibatkan terbaginya perhatian dan fokus. Sebagai
siswa, siswa memiliki kewajiban untuk belajar di kelas sedangkan sebagai anggota
ekstrakurikuler siswa berkewajiban aktif dalam kegiatan di ekstrakurikuler. Sehingga apabila
siswa tidak dapat mengatur waktu maka akan timbul masalah baik dalam proses belajar
ataupun pada kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam mencapai tujuan pembinaan kepada siswa, maka pembina harus memiliki
rencana kegiatan pembinaan atau program kerja sebagai pedoman pengembangan minat dan
bakat siswa. Penerapan pembinaan ekstrakurikuler pada dasarnya sebagai jembatan untuk
menjalin hubungan interaksi dengan siswa. Walaupun jadwal latihan untuk ekstrakurikuler
tidak sama tetapi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler terdapat di SK pembagian tugas guru,
pembinaan biasanya dilakukan pembina pada saat setelah pulang sekolah. Penerapan
pembinaan juga merupakan cara yang dipakai dalam mendidik dan membimbing siswa agar
memperoleh prestasi dibidang ekstrakurikuler. Agar pembinaan dilakukan dengan optimal
maka diperlukan faktor pendukung seperti dukungan dari orang tua siswa serta fasilitas
sarana dan prasana yang dapat mendukung untuk kegiatan ekstrakurikuler.

Teori Pembinaan
Mohd Ansyar (1999:133:184), mengatakan bahwa para ahli pendidikan telah sepakat
bahwa pembinaan professional dapat mencapai sasaran apabila para pembinanya selalu
berpegang pada patokan kematangan yang dibina dan pandangan pembina kepada yang
dibina. Pembinaan professional melaksanakan tugasnya memiliki syarat sebagai berikut:
a. Pembina mampu membangkitkan minat dan motivasi yang dibina
b. pembina harus sengaja memberi semngat dan membangkitkan gairah yang dibina
c. pembina harus kreatif menghadapi minat motivasi yang berguna
d. pembina peka terhadap perubahan dan perkembangan zaman
Hal ini menjelaskan bahwa pembinaan itu dilakukan oleh seseorang pelatih dimana
sesorang pelatih memiliki perasaan yang sangat penting dalam melakukan suatu pembinaan
terutama dalam membangkitkan semangat dan minat siswa terhadap seni tari sehingga
meningkatkan kreativitas dan prestasi yang ingin dicapai seiring dengan perkembangan
kebutuhan zaman.
Adapun tugas-tugas sesorang pembina kegiatan ekstrakurikuler oleh Made Pidate
dalam buku Supervisi Pendidikan yang dikutip oleh Drs.B.Suroysubroto dikatan sebagai
berikut :
a. Tugas mengajar
1) Merencanakan aktivitas
2) Membimbing aktivitas
3) Mengevaluasi
b. Ketatausahaan
1) Mengadakan presensi
2) Menerima dan mengatur keuangan
3) Mengumpilkan nilai
4) Memberikan tanda penghargaan
c. Tugas-tugas umum adalah mengadakan pertandingan, pertujukan, perlombaan dan lain-
lain
Macam-macam bentuk pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
Macam-macam bentuk pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan di
sekolahn menurut Daryanto (2013: 168) adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan dalam mengembangkan bakat siswa. dapat dilakukan pembinaan seperti
memberikan motivasi siswa untuk mengikuti ekstrakurkuler.
2. Pembinaan dalam mengembangkan minat siswa dalam melaksanakan setiap kegiatan.
dapat dilakukan pembinaan seperti meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan
ekstrakurikuler
3. Pembinaan dalam mengembangkan kreativitas siswa, dapat dilakukan pembinaan seperti
aktif mengikuti kegiatan lomba di bidang ekstrakurikuler
4. Pembinaan dalam mengembangkan komptensi dan kebiasaan dalam kehidupan siswa,
dapat dilakukan pembinaan seperti mengebangkan kompetensi siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler
5. Pembinaan dalam mengembangkan kemandirian siswa, dapat dilakukan pembinaan
seperti melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dengan menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya dibidang ekstrakurikuler
6. Pembinaan dalam mengembangkan kemampuan kehidupan keagamaan, dapat dilakukan
pembinaan seperti mengadakan kegiatan bernuansa keagamaan
7. Pembinaan dalam mengembangkan kemampuan sosial siswa, dapat dilakukan
pembinaan seperti mengadakan kegiatan sosial.
8. Pembinaan dalam mengembangkan kemampuan siswa, dapat dilakukan pembinaan
seperti meningkatkan prestasi dibidang esktrakurikuler.
Dalam konteks ini, berarti bahwa pendekatan yang digunakan tidak hanya
menekankan proses pembinaan pada satu aspek kemampuan saja, melainkan harus dilakukan
secara intregrated (menyeluruh) dan berkesinambungan. Sesungguhnya bahwa kegiatan
ekstrakurikuler ini tidak kalah pentingnya dengan kegiatan intrakurikuler. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah media pembinaan dan pengembangan bakat, minat dan kemampuan
para peserta didik yang mencakup nilai-nilai yang cukup penting bagi pendewasaan dan
kemajuan dirinya. Bahkan disinyalir bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat meredam
kenakalan remaja, karena salah satu penyebab kenakalan remaja adalah pergaulan. Pengaruh
teman bergaul peserta didik lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga.
Dengan aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler waktu mereka dapat diisi dengan kegiatan
positif dan menganggap bahwa sekolah sebagai penyalur minat dan bakat mereka.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembinaan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini
dapat dilakukan dalam usaha pengembangan bakat siswa, pengembangan minat siswa,
pengembangan kreativitas siswa pengembangan kompetensi, kebiasaan sehari-hari dalam
kehidupan siswa, pengembangan kemandirian siswa, pembinaan pengembangan kemampuan
kehidupan keagamaan, pengembangan kehidupan social siswa, pengembangan kemampuan
belajar siswa di sekolah dan kemampuan pemecahan masalah.

Penelitian yang relevan


1. Dikutip dari Website Resmi SMAN 1 Kabawo (2022)
Artikel berjudul “Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler”. Menunjukan bahwa berkenaan
dengan masa pandemi Covid-19, SMA Negeri 1 Kabawo, dengan mempertimbangkan
kesehatan lahir batin siswa, pembina, pelatih, guru, kepala sekolah, dan seluruh warga
sekolah  dalam penyelenggaraan Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, tetap
memperhatikan Protokol Kesehatan sesuai arahan Peraturan perundang-undangan
dengan menggunakan skenario yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sesuai dengan
jenis keadaan zona daerah masing-masing. Untuk zona kuning, zona merah kegiatan
belajar dan latihan di rumah. Sedangkan untuk zona hijau kegiatan belajar dan latihan
berbentuk tatap muka dengan prosedur adaptasi kebiasaan baru. Tahapan Proses
Pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler yang di laksanakan di SMA Negeri 1 Kabawo, di
awali dengan pemenuhan segala ketentuan tentang protokol kesehatan di sekolah,
Melakukan kerjasama dengan Pemerintah setempat, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan
dan Pengawas sekolah, setelah itu, di lakukan Rapat Dewan Guru SMAN 1 Kabawo
untuk menetapkan kegiatan ekstra yang dapat dilakukan di masa pandemi covid-19,
berdasarkan hasil kesepakatan rapat dewan guru di sepakati jenis pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler di SMAN 1 Kabawo yaitu Pembinaan Olimpiade Matematika, Kimia,
Biologi, Fisika, Informatika, Kebumian, Astronomi, Geografi, Ekonomi, sedangkan
kegiatan olahraga yaitu Sepak Takraw, Bola Kaki, Bola Volly Putra Putri, Tenis Meja,
Untuk Bahasa Debat Bahasa Inggris dan Karya Tulis Ilmiah, untuk Kesenian Seni suara
dan seni kriya dan keagamaan yaitu Baca Tulis Al-Quran.  Setelah itu di lakukan seleksi
peserta, setelah seleksi peserta di lakukan, selanjutnya memberikan permohonan izin
tentang persetujuan Orang tua calon peserta pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, setelah
mendapat persetujuan maka di lakukan pembinaan, saat ini kegiatan pembinaan
persiapan kegiatan ekstrakurikuler sementara berlangsung.

2. Hasil penelitian Selvia, et al (2020)


Penelitian berjudul “Penerapan Pembinaan Ekstrakurikuler Dalam Kegiatan
Pembelajaran Full Day School”. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan
ekstrakurikuler dalam kegiatan full day school dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut: a) saat jam kegiatan pengembangan diri pada hari juma’t, b) melalui pertemuan
rutin pada hari rabu jam istrahat, c) dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan, d)
pembinaan ekstrakurikuler dilakukan secara intensif jika ada kegiatan lomba tidak hanya
latihan pada saat pulang sekolah tetapi juga latihan menggunakan hari libur. Penerapan
pembinaan ekstrakurikuler tersebut, dapat mengatasi hambatan-hambatan yang ada di
sekolah berupa kurangnya efektivitas waktu untuk latihan, berkurangnya minat siswa
untuk mengikuti ekstrakurikuler, dan adanya orang tua yang membatasi anaknya
mengikuti ektrakurikuler karena jarak antara sekolah dan rumah sedikit jauh.

3. Hasil penelitian Nugraha, Yogi & Lusiana Rahmawati (2017)


Penelitian berjudul “Pelaksanaan dan Peran Kegiatan Ekstrakurikuler dalam
Pembinaan Karakter Disiplin Siswa”. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1)
Pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah cukup baik, ditandai dengan
peran sekolah yang mensupport baik secara moril maupun materil. Berbagai kegiatan
ekstrakurikuler juga telah dilaksanakan di sekolah dan peserta didik dapat memilih
kegiatan pengembangan diri sesuai minat dan bakatnya; (2) Perubahan perilaku kea rah
yang lebih baik dirasakan ketika peserta didik telah mengikuti keiatan ekstrakurikuler,
seperti prestasi belajar yang membaik, percaya diri, dan mereka yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler terlihat lebih disiplin; (3) Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler
diantaranya semangat peserta didik yang begitu besar sedangkan penghambatnya adalah
sarana dan prasarana yang belum begitu memadai, hanya di sekolah di perkotaan yang
sarana prasarananya cukup memadai.

4. Hasil penelitian Priyanti, Wina, et al (2014)


Penelitian berjudul “Pelaksanaan ekstrakurikuler kegiatan di SMP N 1 Payakumbuh”.
Hasil penelitian menunjukan bahwa walaupun siswa-siswi di SMP N 1 Payakumbuh
memiliki segudang prestasi di bidang seni dan telah banyak memperoleh
piala-piala saat mengikuti lomba, namun ada beberapa kendala yang mereka
hadapi,seperti jadwal latihan kegiatan ekstrakurikuler hanya sekali dalam seminggu,
sesuai jadwal yang telah disepakati antara pelatih dan siswa. Tapi jika akan
menghadapi perlombaan atau acara-acara besar, siswa akan sangat sibuk. Bahkan
jam latihan akan ditingkatkan dari jadwal biasanya, agar SMP N 1 Payakumbuh
mampu menampilkan hasil yang maksimal dan menjadi juara. Tapi tidak semua
guru yang ada di SMP N 1 Payakumbuh mendukung kegiatan ini. Ada guru yang
tidak setuju jika prestasi ekstrakurikuler di SMP N 1 payakumbuh selalu di
utamakan, sementara prestasi belajar siswa menjadi menurun. Guru berharap siswanya
memiliki prestasi yang seimbang baik itu antara prestasi ekstrakurikuler dengan
prestasi dalam belajar.
Metode

Artikel ini disusun dengan metode Systematic Literature Review (SLR) atau dalam
bahasa Indonesia disebut dengan tinjauan pustaka sistematis. Metode SLR ini digunakan
untuk mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi, dan menafsirkan semua penelitian dan
temuan-temuan yang tersedia pada suatu topik penelitian, dengan pertanyaan penelitian
tertentu yang relevan. Dengan penggunaan Metode SLR dapat dilakukan review dan
identifikasi jurnal secara sistematis dengan mengikuti tahapan dan protokol yang telah
ditetapkan yang memungkinkan proses literature review terhindar dari bias dan pemaham
yang bersifat subyektif dari penelitiannya. Terlebih dahulu dikumpulkan bahan – bahan
kajian terkait implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler yang bisa berupa buku,
artikel dan sumber-sumber lainnya. Setelah bahan kajian dikumpulkan, selanjutnya bahan
tersebut diteliti dan dipelajari, kemudian penulis berusaha menyimpulkan sebuah
pengetahuan baru dari hasil analisis terhadap bahan kajian tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler


Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran guna
memperluas wawasan serta peningkatan dan penerapan nilai-nilai pengetahuan dan
kemampuan dalam berbagai hal. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan salah
satu cara menampung dan mengembangkan potensi siswa yang tidak tersalurkan saat di
sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu upaya pembinaan yang
diselenggarakan di lingkungan sekolah. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara
kebudayaan bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya
manusia dan dalam hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada
masyarakatnya, yaitu kepada peserta didik. Proses pembelajaran di lembaga penyelenggara
pendidikan haruslah mengembangkan apa yang menjadi minat dan bakat bagi peserta
didiknya.
Kegiatan ekstra kurikuler, selain membantu siswa dalam pengembangan minatnya,
juga membantu siswa agar mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta
menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Dalam kegiatan
ekstrakulikuler tersebut harus juga mengandung pendidikan-pendidikan yang menjadi dasar
nilai dari pendidikan tersebut. Seperti pendidikan budi pekerti dan penanaman budi pekerti
untuk membentuk manusia yang yang bermoral, berkarakter, berakhlak dan bernilai sosial
yang tinggi dalam masyarakat.
Walaupun jadwal latihan untuk ekstrakurikuler tidak sama tetapi pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler terdapat di SK pembagian tugas guru, pembinaan biasanya
dilakukan pembina pada saat setelah pulang sekolah. Penerapan pembinaan juga merupakan
cara yang dipakai dalam mendidik dan membimbing siswa agar memperoleh prestasi
dibidang ekstrakurikuler. Agar pembinaan dilakukan dengan optimal maka diperlukan faktor
pendukung seperti dukungan dari orang tua siswa serta fasilitas sarana dan prasana yang
dapat mendukung untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dapat berbeda-beda antara satu sekolah dengan
sekolah yang lain. Sehubungan dengan itu, amir dien dikutip suryosubroto, menjelaskan hal-
hal yang perlu diketahui oleh Pembina ekstrakurikuler
a. Kegiatan harus dapat meningkatkan pengayaan siswa yang beraspek kognitif, afektif, dan
psikomotor
b. Memberkan tempat serta penyaluran bakat dan minat sehingga siswa akan terbisa dengan
kesibukan-kesibukan yang bermakna
c. Adanya perencanaan dan persiapan agar kegiatan ekstrakurikuler mencapai tujuan
d. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler oleh semua atau sebagian siswa
Adapun langkah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara lain :
a. Idetifikasi kebutuhan , potensi, dan minat peserta didik
b. Penyiapan sumber daya (siapkan program ekstrakurikuler, sarana prasarana pendukung,
tim Pembina)
c. Sosialisasikan program kepada guru, peserta didik, komite sekolah dan wali peserta didik
d. Laksanakan program kegiatan ekstrakurikuler dengan prinsip keterlibatan aktif dan
menyenangkan
e. Apresiasi yaitu berikan penilaianhasil kegiatan peserta didik berbasis proses dan
kompetensi keterampilan
f. Evaluasi bersama (Pembina, peserta, wali, dan pihak terkait) di bawah koordinasi kepala
sekolah
g. Kembangkan yaitu buat tindak lanjut pengembangan kegiatan ekstrakurikuler untuk
semester/ tahun selanjutnya
Sekolah selalu mengupayakan dorongan kepada peserta ekstrakurikuler untuk
berprestasi di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Berbagai kontribusi sekolah
terhadap kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan dukungan terhadap segala kegiatan atau
even yang diikuti oleh setiap bidang ekstrakurikuler dan dengan memperhatikan serta
pengembangan seluruh kegiatan ekstrakurikuler. Setiap sekolah mempunyai kegiatan
ekstrakurikuler yang berbeda, diantaranya: Kaligrafi, Qosidah, Marawis, Matematika, IPS,
IPA, Bahasa Inggris, Drum Band, Angklung, Degung, Paduan Suara, Seni Tari,
Mading/Jurnalistik, Paskibra, Pramuka, Senbid (Seni Bela Diri), Basket, Bola Volly, PMR,
Band, Futsal, Kabaret, Robotic,, Matematika, dan Literasi. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler
salah satunya membentuk karakter yang baik bagi siswa, dan memberikan ruang bagi siswa
dalam mengembangkan bakatnya sehingga lebih berprestasi. Ekstrakurikuler dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa, juga kedisiplinan akan terpupuk secara rutin. Nilai
karakter pada kegiatan ekstrakurikuler sangat terbentuk. Siswa dilatih untuk memperkuat
karakternya terutama karakter disiplin, ini dapat berpengaruh terhadap kegiatan siswa ketika
di kelas.

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Pembinaan Kegiatan


Ekstrakurikuler
Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat beberapa faktor pendukung dan
penghambat dalam implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
a. Faktor Pendukung Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler
Pertama, minat siswa untuk ikut melaksanakan pembinaan kegiatan
ekstakurikuler. Siswa akan bersemangat mengikuti latihan atau pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler apabila ia sudah memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk
mempelajari dan memperdalam ilmu yang diajarkan pada kegiatan ekstrakurikuler
tersebut.
Kedua, faktor pendukung lainnya adalah dukungan dari pihak sekolah. Pihak
sekolah dapat menyediakan ekstrakurikuler yang beragam sehingga peserta didik dapat
memilih sesuai minat dan bakatnya. Lalu, pihak sekolah juga bisa mendukung
pelaksanaan kegiatan pembinaan ekstrakurikuler ini dengan menyediakan sarana
prasarana yang memadai. Dukungan sekolah dengan menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakurikuler
dan mendorong minat siswa juga untuk mengikuti pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
Apabila sarana dan prasarana sudah memadai, maka latihan pun dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Selain itu, sekolah juga bisa mendukung pelaksanaan pembinaan
kegiatan ekstrakurikuler ini dengan menyediakan guru pembina/pelatih yang kompeten
dalam bidangnya pada setiap kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dengan adanya pelatih
yang mempunyai kemampuan profesioanal ini dapat membantu mengungkapkan potensi
yang ada dalam diri siswa sehingga memiliki kemampuan yang nyata secara optimal
dalam waktu yang singkat.
Ketiga, faktor yang mendukung implementasi pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler ini adalah dukungan dari orang tua siswa yang mengizikan siswa untuk
terlibat aktif pada setiap kegiatan ekatrakurikuler. Kemudian, peran serta komite sekolah
juga termasuk faktor pendukung lainnya, yaitu dalam hal membantu penyediaan sarana
prasarana kegiatan ekstrakurikuler, misalnya perbaikan lapangan volly, futsal, basket,
dan sebagainya. Selain itu, adapun partisifasi masyarakat dan dukungan pihak lainnya
yang dapat mendukung implementasi kegiatan pembinaan ekstrakurikuler, misalnya
bantuan dari pelaku usaha dan alumni berupa barang seperti bola volly, basket, futsal,
lemari buku untuk OSIS, dan tong sampah.
b. Faktor Penghambat Implementasi Kegiatan Pembinaan Ekstrakurikuler
Pertama, sarana dan prasarana yang belum memadai. Biasanya bagi sekolah-
sekolah di daerah sarana dan prasaranya belum sangat memadai. Inilah salah satu faktor
yang menghambat pelaksanaan kegiatan pembinaan ekstrakurikuler. Dengan kurang
memadainya sarana dan prasarana ini dapat membuat pelaksaan latihan kegiatan
ekstrakurikuler kurang efektif. Contohnya seperti lapangan yang terbatas yang
menjadikan ekstrakurikuler yang melaksanakan pada hari yang sama harus bergantian
untuk memakai lapangan yang tersedia.
Kedua, tidak adanya kerjasama yang baik dari kepala sekolah, guru/pelatih dan
murid itu sendiri, Kurangnya kerjasama setiap pihak ini menyebabkan terhambatnya
peningkatan kualitas ekstrakurikuler, karena seringnya ketinggalan informasi terkait
pelombaan dan akhirnya menjadi tidak mengikuti perlombaan tersebut.
Ketiga, adanya kendala waktu. Adanya sistem fullday school menjadikan waktu
latihan kegiatan ekstrakurikuler terbatas. Pada akhirnya, ada beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang melaksanakan latihan sampai 2 atau 3 hari. Karena sistem
fullday dan latihan ekstrakurikuler sampai 2 atau 3 hari ini membuat siswa kelelahan dan
tugas-tugas sekolah pun terbengkalai. Akhirnya, karena kelelahan tersebut sebagian
siswa menjadi kurang berminat untuk ikut ekstakurikuler dan memilih untuk mundur dari
kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Keempat, kurang adanya perhatian terhadap pendanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam pengadministrasian masih tidak terstruktur, dana dari sekolah yang tidak
memadai yang membuat Pembina/pelatih acuh dalam menyusun pengadministrasian
karena memang pada kenyataannya dana itu sendiri yang tidak memadai, Dengan begini
juga membuat kurang aktifnya pelatih membina siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Problematika dalam Pembinaan Implementasi Kegiatan Ekstrakurikuler


Secara umum, program kegiatan ekstrakurikuler terbagi menjadi enam program yang
diaplikasikan. Pertama, kegiatan ekstrakurikuler wajib seperti ekstrakurikuler pramuka.
Kedua, ekstrakurikuler bentuk pilihan biasa seperti OSIS, Paskibra, PMR, Voli, dan
sebagainya. Ketiga, Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional (O2SN) di ekstrakulikulerkan
yang padat dengan kegiatan Olah Raga. Keempat, Festival Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N) yang padat dengan kegiatan seni yang di olimpiadekan. Kelima, Olimpiade Sains
Nasional (OSN) yang padat dengan program sains. Keenam, bidang studi yang di UN-kan
meliputi matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan Bahasa Inggris.
Dari beberapa program kegiatan ekstrakurikuler tersebut, problematika yang pernah
muncul dalam pembinaan implementasi kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
ekstrakurikuler tersebut belum semuanya berkualitas sama. Selain itu, problematika lainnya
berada pada semangat siswa untyk mengikuti pembinaan kegiatan ekstrakurikuler. Sebagian
dari siswa masih ada yang cuek dan tidak memiliki semangat atau minat untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena itu, disinilah peran dari pelatih/pembina yang
bertanggungjawab atas implementasi pembinaan kegiatan ekstrakurikuler untuk
menyelesaikan masalah di atas. Pembina/pelatih perlu dihargai dengan konsep reward yang
bersifat materi dan non materi agar bisa terdorong untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan memberikan motivasi yang wajar terhadap siswa di sekolah.

Implementasi Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Masa Pandemi Covid 19


Seperti yang diamanatkan oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Hal ini berarti potensi peserta didik tidak hanya berada pada ranah
akademis, namun juga banyak yang di luar ranah akademis dan harus mendapatkan
wadahnya. Sejalan dengan itu, Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang kegiatan
ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut Permendikbud Nomor 62
Tahun 2014 menyebutkan bahwa fungsi ekstrakurikuler adalah sebagai wahana
pengembangan minat dan bakat peserta didik, wahana memperluas pengalaman
bersosialisasi, wahana persiapan karier, dan wahana rekreatif dalam suasana gembira
sehingga menunjang proses pengembangan potensi peserta didik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan ekstra- kurikuler di masa
kondisi khusus atau pandemi Covid-19, di antaranya:
a) Berkenaan dengan masa pandemi untuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dapat
menggunakan skenario yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sesuai dengan jenis
keadaan zona daerah masing-masing. Untuk zona kuning dan zona merah kegiatan
belajar dan latihan dilakukan di rumah. Sedangkan untuk zona hijau kegiatan belajar dan
latihan dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan prosedur protokol kesehatan.
b) Sekolah sangat perlu menentukan prioritas kegiatan ekstrakurikuler yang akan
diselenggarakan berdasarkan analisis potensi dan minat peserta didik serta dengan
memperhatikan kemampuan sekolah dalam memenuhi berbagai sumber daya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler.
c) Pada masa transisi, satuan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan ekstrakurikuler,
namun disarankan tetap melakukan aktivitas fisik di rumah. Pada masa kebiasaan baru
diperbolehkan, kecuali kegiatan yang menggunakan alat/fasilitas yang harus dipegang
oleh banyak orang secara bergantian dalam waktu singkat dan/atau tidak memungkinkan
penerapan jaga jarak minimal 1,5 meter. Misalnya, ekstrakurikuler basket dan voli.
d) Program pembelajaran dapat berisi materi latihan sesuai dengan masing-masing bidang
ekstrakurikuler. Nilai-nilai yang ada pada pengembangan pendidikan karakter menjadi
materi pokok dari setiap program ekstrakurikuler. Program pembelajaran dan latihan
kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk modul, kertas kerja, video, tayangan power
point, dan lain-lain. Pelatih dengan melibatkan orang tua dapat melakukan evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan program.
e) Permendikbud RI No 63 Tahun 2014 tentang Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan (EWPK) menyebutkan bahwa EWPK dilaksanakan di semua satuan
pendidikan di seluruh Indonesia. Kemdikbud RI bekerja sama dengan Gerakan Pramuka
melakukan Pembinaan Karakter melalui Pendidikan Kepramukaan dalam satuan
pendidikan untuk mengembangkan dan mendukung program pemerintah, yaitu Gerakan
Nasional Revolusi Mental.
f) Kegiatan EWPK di masa pandemi Covid-19 dapat dilaksanakan dengan berbagai cara,
seperti video conference, grup chat, atau tatap muka untuk zona hijau. Metode
kepramukaan blok dapat dilaksanakan secara virtual, seperti kemping di rumah.
Sedangkan untuk metode kepramukaan aktualisasi, pelaksanaannya tergabung ke dalam
mata pelajaran.
g) Pelaksanaan EWPK di masa pandemi Covid-19 merupakan perwujudan sikap
keterampilan sesuai dengan Kurikulum 2013 yang didukung oleh teknologi. Hal ini
berkaitan dengan perkembangan sikap dan kecakapan dalam Pendidikan Kepramukaan.
h) Kegiatan EWPK merupakan wahana penguatan psikologis, sosial, kultural, sesuai
dengan Enam karakter dasar Pelajar Pancasila. Kegiatan EWPK yang dilakukan di rumah
dapat berupa kegiatan berbuat kebaikan di rumah seperti merapikan tempat tidur sendiri,
membantu mencuci piring, membantu ibu memasak, berkebun, menyapu atau
membersihkan rumah, dan memelihara hewan peliharaan yang bermanfaat ekonomis.
Sedangkan materi kegiatan EWPK yang dlakukan di rumah dapat berupa pencapaian
SKU dengan metode daring dan pencapaian SKK dengan metode daring.

Kegiatan Ekstrakurikuler yang Dilakukan Secara Daring


Kegiatan ekstrakurikuler masih dapat dilakukan secara daring. Namun kegiatan yang
dilaksanakan hanyalah sebatas pemberian materi yang hanya dapat menambahkan
pengetahuan siswa tanpa menambah pengalaman dan pemahaman kebih luas mengenai
ekstrakurikuler yang diikuti karena kondisi yang terbatas untuk melaksanakan kegiatan
praktik. Sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler secara online atau daring dengan
menggunakan media aplikasi Zoom Meeting yang memungkinkan peserta didik dan guru
dapat melakukan kegiatan ekstrakurikuler secara tatap muka melalui komputer atau
handphone. Penggunaan handphone untuk mengikuti kegaiatan ekstrakurikuler ini dibantu
oleh orang tua dari setiap peserta didiknya. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan
biasanya hanya pemberian materi terhadap peserta didik.

Hambatan dan Kekurangan dalam Menjalani Kegiatan Ekstrakurikuler Selama


Pandemi Covid-19
Dalam menjalani kegiatan ekstrakurikuler dimasa pandemi ini tentunya memiliki
banyak hambatan yang ditemukan. Seperti pada hambatan yang dihadapi berupa
keterbatasan kegiatan sehingga mengharuskan pihak sekolah membagi kegiatan menjadi dua
sesi, sehingga untuk pematerian pun dibagikan dua kali. Adapun hambatan yang ditemukan
dalam kegiatan ekstrakurikuler secara daring ini dapat dilihat dari kondisi siswa yang
berbeda-beda. Hambatan tersebut seperti fasilitas yang dimiliki setiap siswa yang berbeda,
jaringan internet yang tidak selalu stabil dan juga kesulitan dalam penyesuaian waktu
sehingga banyak siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler meskipun secara
daring. Selain itu, pihak sekolah pun berpendapat bahwa kegiatan ekstrakurikuler secara
online ini dirasa tidak memiliki kelebihan dan justru memiliki hambatan. Hambatan yang
terjadi disebabkan segala fasilitas ekstrakurikuler terdapat disekolah sehingga kegiatan
ekstrakurikuler secara online tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa fasilitas yang
mendukung proses kegiatan ekstrakurikuler yang berlangsung.

Studi Kasus Terkait Pelaksanaan Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Masa


Pandemi Covid-19
a. Studi Kasus Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar
Keterlaksanaan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan selama masa
pandemi Covid-19 di satuan pendidikan guru telah dilaksanakan oleh sebanyak 11%,
sedangkan sisanya sebanyak 89% belum melaksanakannya dengan beberapa alasan, di
antaranya: (a) kebijakan sekolah yang belum mengijinkan peserta didik datang ke
sekolah; (b) tidak adanya ijin dari orang tua; (c) tidak adanya arahan dari kepala sekolah
untuk melaksanakan pramuka secara daring; (d) lokasi termasuk dalam zona merah
Covid-19; (e) pembelajaran yang utama belum terlaksana secara maksimal dan ada
sebagian guru kelas tidak mengajar/membimbing pramuka; (f) petunjuk dari dinas
pendidikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tidak boleh dilaksanakan selama masa
pandemi; (g) belum memiliki pemahaman tentang cara ekstrakurikuler pramuka di masa
pandemi selama BDR; (h) sekolah menonaktifkan semua kegiatan yang berkaitan dengan
ekstrakurikuler di sekolah, diganti dengan mutabaah pengembangan kecakapan hidup; (i)
belum semua peserta didik memiliki android sehingga tidak bisa melaksanakan secara
virtual.
Kondisi ini kurang sejalan dengan harapan yang diinginkan oleh pemerintah.
Kendatipun dalam situasi pandemi, masyarakat harus tetap mendapatkan akses terhadap
pendidikan. Pemerintah memberikan beberapa solusi diantaranya dengan pemberian
paket data/kuota internet dan fasilitas platform pembelajaran yang dapat digunakan
selama peserta didik belajar dari rumah (rumah belajar, meja kita, icando, TV edukasi
Kemdikbud, guru berbagi, video pembelajaran, dan beragam aplikasi lainnya)
(Widyastuti, 2021). Meskipun sedang dalam kondisi belajar dari rumah, peserta didik
diharapkan tetap melaksanakan proses pembelajaran dan latihan agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: (a) tim
pembina/pelatih membuat program pembelajaran dan latihan untuk dapat dilaksanakan
oleh masing-maisng peserta didik dari rumah, (b) program pembelajaran dapat berupa
materi latihan sesuai kebutuhan bidang masing-masing ekstrakurikuler, (c) selain unsur
pengembangan, nilai yang ada pada pengembangan pendidikan karakter menjadi materi
inti dari setiap program ekstrakurikuler, (d) program pembelajaran dan latihan dapat
berbentuk modul atau kertas kerja, video, dll, (e) tim pembina/pelatih memastikan
program yang dibuat dapat dilaksanakan oleh peserta didik dengan evaluasi yang
melibatkan orang tua (Khairullah, 2020).

b. Studi Kasus Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Pertama


Pembinaan minat dan bakat melalui ekstrakurikuler merupakan program penting
dalam pendidikan. Keterbatasan kesempatan untuk bertemu secara tatap muka menjadi
tantangan tersendiri dalam pelaksanaan ekstrakurikuler di masa pandemi Covid-19. SMP
Muhammadiyah 3 Depok Sleman Yogyakarta (SMP Mugadeta) melakukan inovasi
dengan melakukan kegiatan ekstrakurikuler secara virtual, tentunya terbatas untuk
bidang-bidang pengembangan diri yang memungkinkan. Kegiatan eksktrakurikuler
virtual dilakukan secara interaktif melalui video conference dan bersifat pilihan bagi
peserta didik yang berminat. Beberapa ekstrakurikuler yang diselenggarakan secara
virtual dianataranya Kelas Fotografi dan Vlogging, Kelas IPTEK (Coding, Blogging dan
Programming), English Club, Desain Grafis, Leadership Skill, Tahsinul Qur’an dan
Program Esport. Dalam kegiatan ekstrakurikuler virtual, video conference berfungsi
sebagai media penjelasan materi secara umum dan bimbingan terhadap permasalahan
proyek yang dialami peserta didik. Untuk tutorial, materi, dan teknis masing-masing
mentor menyiapkan modul tertulis maupun modul elektronik berupa video tutorial.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan juga berorientasi produk dan proyek. Peserta
didik diharapkan tetap berkarya dan bisa menghasilkan karya yang memiliki nilai seni,
nilai produktif dan diarahkan pula ke dalam berbagai event kompetisi. Beberapa film
pendek, produk inovasi dan kejuaraan esport sudah diraih SMP Mugadeta.

c. Studi Kasus Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Atas


Kegiatan ekstrakurikuler pramuka selama adanya pandemi Covid-19 di SMA
Negeri 1 Ngawen memang berbeda dengan sebelum adanya pandemi. Sebelum adanya
pandemi Covid-19, kegiatan ekstrakurikuler pramuka dilakukan sesuai dengan
sebagaimana mestinya seperti kegiatan kemah blok yang dilakukan setiap satu tahun
sekali, bakti sosial, outbond, menanam pohon dan kegiatan lainnya. Tetapi, hal tersebut
tidak menutup kemungkinan untuk memberhentikan kegiatan kepramukaan.
Ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib. Seperti yang diatur dalam
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014. Oleh karena itu, SMA Negeri
1 Ngawen tetap mengupayakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka agar tetap terlaksana
walaupun dilaksanakan secara online dan sistem pelaksanaannya hanya sebatas
penyampaian materi, pelaksanaan praktik di rumah masing-masing, dan diskusi tanya
jawab.
Dalam penyampaian materi, teknik yang digunakan sangat menarik agar siswa
tidak merasa bosan, dalam satu fail materi kepramukaan berisikan gambar penjelas, hal
ini memiliki tujuan agar siswa menjadi mudah dalam menguasai materi yang telah
dijelaskan. Dengan penyampaian materi kepramukaan yang diikuti dengan penjelasan
gambar, maka peserta didik akan menjadi tertarik dan lebih mudah memahami materi
yang telah diberikan. Tingkat keberhasilan suatu kinerja untuk mencapai tujuan akhir.
Keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 1 Ngawen dapat
dikatakan baik. Hal tersebut dikarenakan tujuan yang telah ditentukan bisa terlaksana
dengan baik. Seperti halnya diskusi tanya jawab yang dilakukan dapat berkaitan dengan
keberanian. Selanjutnya untuk pembuatan video dapat berkaitan dengan skill dalam diri
siswa. Terakhir kedisiplinan dapat dilihat dari siswa yang tepat waktu dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka di Microsoft Office.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan
pembinaan kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan salah satu sarana untuk membantu
pengembangan minat dan bakat siswa. Dengan adanya pelaksanaan pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler tersebut maka siswa dapat memanfaatkan waktunya dengan seefektif
mungkin. Disini siswa akan dilatih dan dibina mental maupun fisiknya sehingga siswa akan
menjadi lebih baik. Dalam melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler ini memiliki
faktor yang mendukung kelancaran pelaksanaannya. Agar pembinaan ekstrakurikuler dapat
dilakukan dengan optimal maka diperlukan faktor pendukung seperti minat dari siswa itu
sendiri, dukungan dari sekolah, dukungan dari orang tua siswa, serta fasilitas sarana dan
prasana yang dapat mendukung untuk kegiatan ekstrakurikuler. Selain faktor pendukung,
adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler ini seperti
sarana dan prasarana yang belum memadai, kurangnya kerjasama antar pihak yang terlibat
dalam kegiatan ekstrakurikuler, adanya kendala waktu, dan kurang adanya perhatian
terhadap pendanaan kegiatan ekstrakurikuler
Pada saat ini, negara kita sedang dilanda oleh musibah virus Covid-19. Tetapi, hal itu
tidak menghalangi siswa untuk dapat melaksanakan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler masih dapat dilakukan secara daring dengan menggunkan media
aplikasi Zoom Meeting. Namun, kegiatan yang dilaksanakan hanyalah sebatas pemberian
materi yang hanya dapat menambahkan pengetahuan siswa tanpa menambah pengalaman
dan pemahaman kebih luas mengenai ekstrakurikuler yang diikuti karena kondisi yang
terbatas untuk melaksanakan kegiatan praktik. Selain itu, terdapat hambatan lain dalam
pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler secara daring. Hambatan yang paling sering
ditemukan dapat dilihat dari kondisi siswa yang berbeda-beda seperti fasilitas yang dimiliki
setiap siswa yang berbeda, jaringan internet yang tidak selalu stabil dan juga kesulitan dalam
penyesuaian waktu.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditemukan, penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Kepada sekolah, diharapkan kepala sekolah bisa lebih memperhatikan proses
pelaksanaan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dengan mepererat kerjasama dengan
guru/pelatih dan murid agar kegiatan ekstrakurikuler dapat terlaksana dengan lancar.
Selain itu, kepala sekolah diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang dapat
menghambat kegiatan ekstrakurikuler seperti sarana dan prasarana yang belum memadai
dan pendanaan yang kurang.
2. Kepada guru/pelatih, diharapkan guru/pelatih untuk lebih perhatian kepada siswanya
agar semangat siswa dapat bangkit setelah fullday school. Guru/pelatih dapat
membangkitkan siswanya dengan memberikan motivasi yang wajar.
3. Kepada siswa, diharapkan dapat memanajemen waktu sesuai kemampuan dirinya. Siswa
harus bisa menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal kegiatan ekstrakurikuler yang akan
dia ikuti.
DAFTAR PUSTAKA

Astitah, A. (2020). Pola Pembinaan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Prserta


Didik di SMA Muhammadiyah 1 Makasar. Jurnal Unismuh, 64-65.
Husna, Nadia. (2021). Pengelolaan Ekstrakurikuler Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMAN
3 Banda Aceh. Skripsi. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.
Jabir, G. M. (2020). Pembinaan Ekstrakurikuler Dalam Menumbuhkan Kemandirian Siswa
Di SMAN 7 Banda Aceh. Jurnal UIN, 14-17.
Legiman. (2019). Problematika Program dan Implementasi Ekstrakurikuler di SMA Negeri
dan Swasta di Kota Langsa. At-Tarbawi: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan,
219-224.
Kamra, Yul. (2019). Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Upaya Mengembangkan
Lingkungan Pendidikan yang Religius di SMP N 13 Kota Bengkulu. Al-Bahtsu: Vol.
4, No. 2, 158-165.
Krida. (2012). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Ekstrakurikuler a. Pengertian
Kegiatan Ekstrakurikuler. eprints umm, 11-12.
Muhaemin, Sumarna. (2021). Pembinaan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam Meningkatkan
Kepribadian Siswa di SMP Negeri 3 Karangtengah Cianjur. Jurnal Pendidikan
Politik, Hukum Dan Kewarganegaraan, Volume 11 no 1, 48-58.
Muthmainnah, Anti. dkk. (2022). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kegiatan
Ektrskurikuler di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu Vol 6 No 1, 394-406.
Noviana, Sinta Tri, dkk. (2021). Evektifitas Ekstrakurikuler Pramuka Selama Pandemi
Covid-19 di SMA Negeri 1 Ngawen. PRINTED. Vol. 3, No. 2, 135-146.
Nugraha, Yogi & Lusiana Rahmatiani. (2017). Pelaksanaan dan Peran Kegiatan
Ekstrakurikuler dalam Pembinaan Karakter Disiplin Siswa. Prosiding Konferensi
Nasional Kewarganegaraan III, 96-102.
Nurdianto, T. (2017). BAB II LANDASAN TEORI. 16-19.
Nurfauzi, F. (2018). BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pembinaan Ekstrakurikuler.
Repository UIR, 13-17.
Priyanti, Wina, dkk. (2014). Pelaksanaan Ekstrakurikuler di SMP N 1 Payakumbuh. E-Jurnal
Sendratasik FBSUniversitas Negeri Padang, Vol 2 No 2, 71-77.
Sman1kabawo. (2022). Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler. Dari
https://www.sman1kabawo.sch.id/berita/detail/145205/pembinaan-kegiatan-
ekstrakurikuler/. Diakses pada 26 Maret 2022.
Smpmugadeta. (2022). Ekstrakurikuler Virtual SMP Mugedeta. Dari
https://www.smpmugadeta.sch.id/berita/ekstrakurikuler-virtual-smp-mugadeta/.
Diakses pada 11 April 2022.
Selvia, Belva, dkk. (2020). Penerapan Pembinaan Ekstrakurikuler Dalam Kegiatan
Pembelajaran Full Day School. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan. Volume 5, No. 2, 152-167.
Susanti, Maria Melani Ika. (2021). Implementasi Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan
Kepramukaan di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, Vol 5 No 4, 1946 – 1957.
Taufik, R. (2015). Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler Berbasis Pengembangan Karakter
Siswa. Manajer Pendidikan, 498-499.
Umayah, R. (2018). BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Kajian Teoretis. eprints
peradaban , 9-11.
Valianto, Budi, dkk. 2021. Panduan Teknis dan Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler
Tingkat Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Direktorat Sekolah Menengah Pertama.
Yati, L. 2018.Bab 2 Kajian Pustaka pembinaan ekstrakurikuler.
Zuhairini. (2018). BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Ekstrakurikuler 1. Pengertian
Ekstrakurikuler. Jurnal Uinsby , 11-13.

You might also like