Professional Documents
Culture Documents
1, 2,, 3
STIKES Mataram, Jln. Swakarsa III No. 10-14 Kekalik Grisak
Email: langitku240615@gmail.com
Abstrak Abstract
Pendahuluan: Depresi merupakan gangguan Introduction: Depression is an emotional disorder
emosional dimana salah satu kelompok yang sering where one of the groups who often experience
mengalami depresi adalah lansia. 6 dari 10 lanjut depression is the elderly. 6 out of 10 elderly people
usia di BSLU Mandalika Mataram mengatakan at BSLU Mandalika Mataram said that they often
bahwa sering merasakan kesepian, kurang dapat feel lonely, unable to carry out their desired roles.
melaksanakan peran yang diinginkan. Objective: This study was to see the effect of
Tujuan: Penelitian ini untuk melihat pengaruh progressive muscle relaxation in combination with
pemberian relaksasi otot progresif kombinasi terapi classical music therapy on changes in depression
music klasik terhadap perubahan tingkat depresi. levels.
Metode: Merupakan penelitian Pre-eksperimental Method: This is a pre-experimental research with
dengan pendekatan One Group Pretest-postest One Group Pretest-posttest Design approach. The
Design. Populasi penelitian adalah semua lansia study population was all elderly living in BSLU
yang tinggal di BSLU Mandalika Mataram sebanyak Mandalika Mataram as many as 82 elderly. The
82 lansia. Sampel ditentukan dengan purposive sample was determined by purposive sampling
sampling berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan based on the established criteria and obtained as
mendapatkan sebanyak 27 sampel. Data depresi many as 27 samples. Data on depression in the
pada lansia dikumpulkan menggunakan Geriatric elderly was collected using the Geriatric Depression
Depresion Scale-15, sedangkan untuk melihat Scale-15, while to see the effect of treatment, the
pengaruh pemberian perlakuan digunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test was used.
Wilcoxon Signed Ranks Test. Results: before being given depression treatment,
Hasil: Sebelum diberikan perlakuan depresi lansia the elderly were in the mild category as many as 18
berada pada kategori ringan sebanyak 18 lansia. elderly. (66.7%), moderate depression 9 elderly
(66,7%), depresi sedang 9 lansia (33,3%), dan (33.3%), and normal 0 respondents. After being
normal 0 responden. Setelah diberikan perlakuan given treatment, most of them were in normal
sebagian besar berada pada katerogi normal category as many as 11 elderly (40.7%), mild
sebanyak 11 lansia (40,7%), depresi ringan 10 lansia depression 10 elderly (37.1%) and moderate
(37,1%) dan depresi sedang 6 lansia (22,2%). Nilai depression 6 elderly (22.2%). The value of sig (2-
sig (2-tailed) = 0.000 dan α = 0.05 maka nilai sig (2- tailed) = 0.000 and = 0.05 then the value of sig (2-
tailed) < α sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. tailed) < so that Ha is accepted and H0 is rejected.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukan ada Conclusion: The results showed that there was an
pengaruh relaksasi otot progresif kombinasi terapi effect of progressive muscle relaxation combined
musik klasik terhadap perubahan tingkat depresi with classical music therapy on changes in the level
pada lanjut usia di BSLU Mandalika Mataram. of depression in the elderly at BSLU Mandalika
Mataram.
Kata Kunci: relaksasi otot progresif, terapi musik Keywords: Muscle relaxation progression, Classical
klasik, tingkat depresi lansia music therapy, Depression level, Elderly
Email: langitku240615@gmail.com
1
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Pendahuluan
Depresi merupakan gangguan mental pasangan, penyakit fisik, dan isolasi
yang ditandai dengan gangguan perasaan sosial. Depresi dapat menyebabkan lansia
(mood) atau emosional. Depresi sering menjadi kurang bersemangat dalam
ditandai dengan kemurungan dan hidupnya (Kaplan, 2010).
kesedihan yang berkelanjutan, diikuti Data WHO menyebutkan bahwa
dengan hilangnya kegairahan hidup pada tahun 2000 usia harapan hidup
sehingga mengganggu produktivitas orang didunia adalah 66 tahun, pada
penderitanya, tetapi tidak mengganggu tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan
penilaian realitas (Rahmah, 2017). pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.
Depresi merupakan gangguan emosional Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga
dimana salah satu kelompok yang sering bertambah setiap tahunnya. Data WHO
mengalami depresi adalah lansia (Rahmah, pada tahun 2009 lansia berjumlah 7,49%
2017). dari total populasi, tahun 2011 menjadi
Depresi pada lansia merupakan 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan
perpaduan interaksi yang unik dari proporsi lansia sebesar 8,1% dari total
berkurangnya interaksi sosial, kesepian, populasi. Di Indonesia sendiri, populasi
masalah sosial ekonomi, perasaan rendah lansia mencapai 23,66 juta jiwa, dengan
diri karena penurunan kemampuan, stuktur umur penduduk Indonesia tahun
kemandirian, dan penurunan fungsi tubuh, 2017 yaitu, 0-4 tahun (9,11%), 5-9
serta kesedihan ditinggal orang yang tahun (9,06) 10-44 tahun (56,18%), 45-
dicintai, faktor keperibadian, genetik, dan 59 tahun (16,62%), 60 tahun keatas
faktor biologis penurunan neuron-neuron (9,03%) dan presentasi terbesar lansia
dan neurotransmiter di otak (Hawari, berada pada provinsi DIY (13,81%), Jawa
2011). Gangguan depresi umum terjadi Tengah (12,59%) dan Jawa Timur
pada masa lansia dengan prevalensi (12,25%). Sementara itu, presentasi
25%-50% dari semua penduduk lansia. terkecil berada pada provinsi Papua
Beberapa penelitian menunjukkan depresi (3,20%), Papua Barat (4,33%) dan
pada lansia dapat dihubungkan dengan Kepulauan Riau (4,35%) (RI, 2017)
status ekonomi yang rendah, kehilangan
Email: langitku240615@gmail.com
2
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Pada tahun 2018 dari bulan Januari di berikan intervensi pada lansia yang
sampaik November, Provinsi NTB mengalami depresi dengan memberikan
memiliki jumlah penduduk lansia terapi kejiwaan (psikologik) yang
sebanyak 413.600 jiwa dengan usia 60 dinamakan psikoterapi. Psikotherapi
tahun keatas (NTB, 2018). Berdasarkan disebut juga sebagai terapi non
data yang ada di Balai Sosial Lanjut Usia farmakologi, ada berbagai macam
Mandalika Mataram jumlah lanjut usia psikoterapi diantaranya adalah terapi
sebanyak 82 orang lansia terdiri dari laki- relaksasi otot progresif dan terapi musik
laki sebanyak 14 orang dan perempuan klasik (Purbowinoto, 2011).
sebanyak 68 orang. Peneliti melakukan Terapi untuk mengatasi depresi
studi pendahuluan di Balai Sosial Lanjut dengan teknik relaksasi menggunakan
Usia Mandalika Mataram dengan metode relaksasi otot progresif atau
melakukan wawancara kepada 10 lanjut Progresive Muscle Relaxation (PMR)
usia. Hasil studi pendahuluan (Setyoadi, 2011). Terapi relaksasi otot
menunjukkan 6 dari 10 lanjut usia progresif adalah terapi yang terpusat pada
mengatakan bahwa sering merasakan suatu aktivitas otot untuk menurunkan
kesepian, kurang dapat melaksanakan ketegangan pada otot dengan melakukan
peran yang diinginkan, Lansia juga teknik relaksasi agar rileks (Purwanto,
mengatakan bahwa dirinya merasa sedih 2013). Relaksasi ini bertujuan untuk
dan merasa ditinggal oleh keluarganya. menenangkan pikiran dan melepaskan
Selain itu hasil wawancara dengan ketegangan.
petugas Balai Sosial Lanjut Usia Relaksasi otot progresif merupakan
Mandalika Mataram mengatakan bahwa teknik relaksasi yang dilakukan dengan
selama ini tidak pernah memberikan terapi cara pasien menegangkan dan melemaskan
farmakolologi, jika lansia yang mengalami otot secara berurutan dan memfokuskan
depresi berat petugas panti akan merujuk perhatian pada perbedaan perasaan yang
lansung ke rumah sakit jiwa dan bagi yang dialami antara saat otot rileks dan saat otot
mengalami depresi ringan maupun sedang tegang (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
biasanya di berikan terapi musik saja. 2010). Berbagai manfaat dilakukannya
Berdasarkan fenomena di atas maka perlu terapi relaksasi otot progresif adalah
Email: langitku240615@gmail.com
3
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Email: langitku240615@gmail.com
4
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Email: langitku240615@gmail.com
5
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Email: langitku240615@gmail.com
6
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Email: langitku240615@gmail.com
7
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
5. Tingkat Depresi Setelah Diberikan hanya bisa didengar oleh otak bawah
Relaksasi Otot Progresif Kombinasi sadar), dimana saat sel otak berdengung
Terapi Musikdi Balai Sosial Lanjut Usia dalam frekuensi gelombang tetha,
Mandalika Provinsi NTB manusia akan mulai merasa melayang-
layang dan terjadi peningkatan zat-zat
Berdasarkan tabel 5
kimia tubuh yang berguna, salah
menunjukan bahwa tingkat depresi
satunya adalah serotonin. Serotonin
setelah diberikan relaksasi otot
berfungsi untuk mengotrol suasana hati
progresif kombinasi terapi musik
sehingga kecemasan, stess, depresi dan
sebagian besar dalam kategori normal
kekhawatiran berangsur menghilang
berjumlah 11 responden (40.7%),
(Campbell, 2002).
depresi ringan 10 responden (37.1%)
Relaksasi otot progresif sendiri
dan depresi sedang 6 responden
memiliki efek sensasi menenangkan
(22.2%). Hasil pengukuran tingkat
tubuh, tubuh menjadi ringan dan
depresi pada lansia menggunakan Skala
merasakan kehangatan yang menyebar
Depresi Geriatrik (SDG) setelah
ke seluruh tubuh. Perubahan-perubahan
dilakukan terapi relaksasi otot progresif
yang terjadi selama maupun setelah
kombinasi terapi musik yaitu
relaksasi mempengaruhi kerja saraf
didapatkan bahwa terdapat penurunan
otonom. Respon emosi dan efek
tingkat depresi mengalami perubahan.
menenangkan yang ditimbulkan oleh
Data tersebut menunjukkan
relaksasi ini mengubah fisiologi
bahwa terjadi penurunan yang
dominan simpatis menjadi dominan
signifikan terhadap tingkat depresi pada
sistem parasimpatis. Dalam keadaan ini,
lansia, karena terapi relaksasi otot
hipersekresi katekolamin dan kortisol
progresif kombinasi terapi musik
diturunkan dan meningkatkan hormon
termasuk dalam binaural beat yang
parasimpatis serta neurotransmiter
akan meransang pusat saraf (otak)
seperti DHEA
tepatnya pada belahan otak kanan,
(Dehidroepinandrosteron) dan
dimana musik memiliki nuansa yang
dopamine atau endorfin. Regulasi
sejuk dan lembut. Frekuensi ini berisi
sistem parasimpatis ini akhirnya
pesan-pesan subliminal (pesan yang
Email: langitku240615@gmail.com
8
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
menimbulkan efek ketenangan, hal ini pada Lanjut Usia di Balai Sosial Lanjut
dijelaskan oleh Snyder & Lindquist Usia Mandalika Provinsi NTB
(2002) (Lestari & Yuswiyanti, 2018).
Berdasarkan hasil uji statstik
Hasil penelitian ini sejalan
dengan menggunakan uji Wilcoxon
dengan penelitian yang menyatakan
Signed Ranks Test adalah didapatkan
bahwa terapi relaksasi otot progresif
nilai sig (2-tailed) = 0.000 dan ≤ α 0.05
efektif mengatasi depresi pada lanjut
maka nilai sig (2-tailed) <α sehingga Ha
usia (Rahmah, 2017). Pada penelitian
diterima dan H0 ditolak. Hal ini
ini setelah dilakukan terapi relaksasi
menunjukan vada pengaruh relaksasi
otot progresif keluhan depresi pada
otot progresif kombinasi terapi musik
lanjut usia mengalami penurunan. Hal
terhadap perubahan tingkat depresi pada
tersebut menyampaikan bahwa
lanjut usia di Balai Sosial Lanjut Usia
relaksasi otot progresif memiliki
Mandalika Provinsi NTB.
berbagai manfaat, dimana latihan
Hasil penelitian ini
tersebut memberikan pemijatan halus
menunjukkan bahwa relaksasi otot
pada kelenjar-kelenjar di tubuh, dapat
progresif efektif untuk mengurangi
menurunkan produksi kortisol dalam
ketegangan otot, kecemasan dan
darah dan mengembalikan produksi
kelelahan yang dialami lansia sehingga
keluaran hormone yang secukupnya
akan mempengaruhi status mental
sehingga dapat memberikan
lansia sehingga tingkat depresi
keseimbangan emosi dan ketenangan
berkurang.
pikiran (Rahmah, 2017). Penelitian lain
Secara fisiologis, stres atau
yang mendukung juga memperlihatan
depresi akan menggerakkan
adanya penurunan depresi yang
serangkaian reaksi biokomia dan
signifikan setelah melakukan relaksasi
merangsang kerja saraf. Pada awalnya,
otot progresif (Fandik, 2020).
depresi akan merangsang aktifitas di
6. Menganalisa Pengaruh Relaksasi Otot
hipotalamus sehingga mengeluarkan
Progresif Kombinasi Terapi Musik
cortico thropic hormone yang
Terhadap Perubahan Tingkat Depresi
kemudian akan mengirim pesan melalui
dua jalur. Pertama, melalui saraf di
Email: langitku240615@gmail.com
9
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
batang otak dan tulang belakang yang meningkatkan gairah hidup dan dapat
kemudian akan merangsang inti mengenang masa lalu yang dapat
kelenjar adrenal. Inti kelenjar adrenal memberikan rasa relaksasi pada lansia.
akan mengeluarkan epinefrin dan Beberapa ahli menyarankan untuk tidak
norepinefrin yang berakibat pada menggunakan jenis musik tertentu
peningkatan denyut jantung, frekuensi seperti pop, disco, rock and roll, dan
pernapasan, kewaspadaan dan respon musik berirama keras (anapestic beat)
otot. Reaksi ini lebih dikenal dengan lainnya, karena jenis musik dengan
sebutan “fight or flight”. anapestic beat (2 beat pendek, 1 beat
Kedua, akan merangsang panjang dan kemudian pause)
kelenjar pituitary di dasar otak untuk merupakan irama yang berlawanan
mengeluarkan Adreno Cortico Thropic dengan irama jantung. Musik lembut
Hormone (ACTH) yang selanjutnya dan teratur seperti intrumentalia dan
akan merangsang kulit kelenjar adrenal musik klasik merupakan musik yang
untuk menghasilkan kortisol. Kortisol sering digunakan untuk terapi music
ini akan masuk ke dalam aliran darah (Potter, Perry, Hall, & Stockert, 2009).
dan menyebabkan peningkatan Teori yang dikemukakan oleh
metabolisme tubuh. Kedua jalur ini Nicholas & Humenick (2002)
akan memberikan umpan balik kembali menjelaskan bahwa terapi musik klasik
ke kelenjar pituitary. Relaksasi yang ini bekerja pada otak, dimana ketika
dilakukan memberikan efek sensasi didorong oleh rangsangan dari luar
menenangkan anggota tubuh (Rahmah, (terapi musik klasik), maka otak akan
2017). memproduksi zat kimia yang disebut
Musik klasik merupakan musik neuropeptide. Molekul ini akan
yang dapat melatih otot-otot dan pikiran menyangkutkan ke dalam reseptor-
menjadi relaks. Dengan mendengarkan reseptor mereka yang ada di dalam
musik, responden merasakan kondisi tubuh dan akan memberikan umpan
yang rileks dan perasaan yang nyaman. balik berupa ketenangan dan menjadi
Terapi musik klasik bertujuan untuk rileks (Marzuki & Lestari, 2018).
menghibur para lansia sehingga
Email: langitku240615@gmail.com
10
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Sesuai hasil dari penelitian ini relaksasi otot progresif kombinasi terapi
dapat disimpulkan perpaduan atau musik mengalami perubahan yaitu
kombinasi dari kedua terapi ini akan sebagian besar dalam kategori normal
memberikan efek yang semakin berjumlah 11 responden (40.7%).
signifikan dalam menurunkan depresi, Berdasarkan hasil uji statstik dengan
terutama pada lanjut usia, sehingga hasil menggunakan uji Wilcoxon Signed
penelitian dapat sebagai rekomendasi Ranks Test menunjukan ada pengaruh
mengatasi depresi dari sisi terapi non relaksasi otot progresif kombinasi terapi
farmakologi. Standar prosedur musik terhadap perubahan tingkat
pelaksanaan terapi dapat menjadi acuan depresi pada lanjut usia di Balai Sosial
dilaksanakannya program terapi pada Lanjut Usia Mandalika Provinsi NTB.
panti werda. Hasil penelitian dapat sebagai
Kesimpulan rekomendasi mengatasi depresi dari sisi
Tingkat depresi sebelum terapi non farmakologi. Standar
diberikan relaksasi otot progresif prosedur pelaksanaan terapi dapat
kombinasi terapi musik sebagian besar menjadi acuan dilaksanakannya
dalam kategori tingkat depresi ringan program terapi pada panti werdha.
berjumlah 18 responden (66.7%).
Tingkat depresi setelah diberikan RUJUKAN
Email: langitku240615@gmail.com
11
Vol. 7, No. 1,2021 e-ISSN: 2621-5152
Email: langitku240615@gmail.com
12