You are on page 1of 14

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X.2
SMA NEGERI 10 PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2012/2013

SRI IRYANI,* DARMAWATI,* ARNENTIS**


*
)Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
**) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
Laboratorium Pendidikan Biologi
Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau
Pekanbaru 28293
ABSTRACT
This study aimed to Improve Learning Outcomes Biological Activity And X.2 Grade Students of
SMA Negeri 10 Pekanbaru Academic Year 2012/2013 through the implementation of
cooperative learning model make a match. This research is a classroom action research was
conducted in October-November 2012. The subjects were students of SMAN 10 Pekanbaru X.2
class numbering 30 people consisting of 12 students and 18 female students. The research
instrument consists of learning tools and data collection instruments. Research procedure
consists of the planning, implementation of action, observation and reflection. Parameter study
consisted of student activities, teacher activities and learning outcomes. The results show the
average activity in the first cycle is 81.91% (average) increase in cycle II with an average
activity of students is 88.12% (excellent). Average absorption of the first cycle students are
66.81% (average) and increased in the second cycle with an average 82.16% (excellent).Mastery
learning students in the first cycle is 63.33% (complete) and 36.67% (not finished), and the
second cycle increased to 100% (complete). I cycle a group award for four groups earn great
rewards and a group of super honored. In the second cycle all super group awarded. Activities of
teachers in the first cycle with the average of 92.85% (excellent) on the second cycle increased to
100% (very good). From the results of this study concluded that the implementation of
cooperative learning model Make A Match can enhance biological activity and learning
outcomes of students in Grades X.2 SMA Negeri 10 Pekanbaru Academic Year 2012/2013.

Keywords: Cooperative Models Make A Match, Activities and Learning Outcomes

1. PENDAHULUAN menciptakan manusia yang berkualitas.


Biologi adalah ilmu mengenai Untuk itu diharapkan agar lulusannya
kehidupan. Objek kajiannya sangat luas dan memiliki keterampilan dan pola pikir kritis
mencakup semua makhluk hidup. Biologi dalam memecahkan masalah kehidupan dan
merupakan salah satu cabang Ilmu sosial. Pentingnya peranan biologi dalam
Pengetahuan Alam (IPA) yang turut dunia pendidikan dibutuhkan peranan guru
memberikan peranan dalam usaha dalam memilih model pembelajaran yang
2

akan digunakan dalam proses belajar hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang
mengajar. Model pembelajaran yang dipilih diharapkan (hasil belajar rendah). Hal ini
hendaknya melibatkan siswa secara aktif dapat dilihat dari nilai UH pada materi
dan efektif serta mampu memahami konsep klasifikasi sebelumnya rata-rata adalah
- konsep biologi yang dipelajari. 68,73 sedangkan data Kriteria Ketuntasan
Berdasarkan hasil wawancara penulis Minimal (KKM) untuk mata pelajaran
dengan guru biologi kelas X.2 SMA Negeri biologi adalah 75, karena nilai ulangan
10 Pekanbaru diketahui beberapa kendala rendah maka sering diadakan perbaikan
dalam melaksanakan proses pembelajaran (Remedial). Untuk mengatasi masalah
yaitu siswa kurang aktif dalam proses tersebut maka guru dituntut melakukan
pembelajaran biologi. Siswa hanya perbaikan dalam proses pembelajaran yang
cenderung duduk diam dan menerima apa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
yang disampaikan guru tanpa terlibat aktif belajar siswa.
dalam proses pembelajaran. Siswa tidak Berdasarkan uraian diatas maka
berani bertanya, mengemukakan pendapat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan judul”Penerapan Model
yang diberikan oleh guru. Hal tersebut Pembelajaran Kooperatif Make A Match
membuat kelas menjadi pasif dan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
pembelajaran hanya berpusat pada guru Belajar Biologi pada Siswa Kelas X SMAN
bukan terpusat pada siswa. Siswa tidak 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013.
bekerjasama dalam mengerjakan tugas
kelompok yang diberikan. Siswa kesulitan II. METODE PENELITIAN
memahami konsep - konsep biologi yang Penelitian ini dilaksanakan di SMA
diberikan. Selama ini guru mengajar sering Negeri 10 Pekanbaru kelas X.2 semester
dengan metode ceramah dan tanya jawab ganjil, tahun ajaran 2012/2013 pada bulan
sehingga siswa bosan untuk belajar biologi, oktober sampai november 2012. Subjek
karena mereka menanggap belajar biologi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.2
susah dan banyak menghafal, serta banyak SMA Negeri Pekanbaru yang berjumlah 30
tugas padahal tidak seperti itu. Permasalahan orang yang terdiri dari 12 orang siswa dan
selama ini yang sering kita jumpai pada diri 18 orang siswi. Parameter yang digunakan
siswa yaitu siswa mengalami kesulitan dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa
dalam memahami materi biologi pada pokok dengan indikator mendengarkan informasi
bahasan tertentu. Hanya saja guru kadang yang disampaikan guru, mencocokkan
kurang menggunakan model pembelajaran pasangan kartu, melakukan diskusi,
yang bervariasi. Untuk itu guru harus mengajukan pertanyaan, menjawab
menerapkan model pembelajaran terbaru pertanyaan, mengerjakan LKS. Hasil beljar
agar siswa bisa memahami materi tersebut. yang meliputi daya serap, ketuntasan belajar
secara individual dan penghargaan
Selain faktor dalam diri siswa, faktor kelompok.
guru juga berperan penting atas kurangnya Intrumen yang digunakan dalam
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. penelitian ini yaitu perangkat pembelajaran
Guru kurang memberi kesempatan kepada dan instrumen pengumpulan data. Perangkat
siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide pembelajaran yang digunakan terdiri dari
yang mereka miliki. Aktivitas belajar seperti silabus, Rencana pelaksanaan pembelajaran
itu membuat siswa kesulitan dalam (RPP), Lembar kerja siswa (LKS), Kartu,
memahami konsep - konsep yang telah Lembar post test dan lembar ulangan harian.
dipelajari yang akhirnya mengakibatkan
3

Instrumen pengumpulan data terdiri dari


lembar observasi aktivitas siswa, Tes hasil pertemuan. Siklus 1 materi tentang virus dan
belajar, serta lembar oservasi aktivitas guru. pada siklus 11 materi tentang Eubacteria dan
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang Archaebacteria.
masing- masing siklus terdapat 3 kali
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
SIKLUS 1
Tabel 1. Aktivitas siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Make A
Match
Siklus I
Rata-rata
No Interval Kategori Pertemuan
1 2
95-100 Amat baik - 4(13,33) -
85 - 94 Baik 12 (40) 10(33,33) -
75 - 84 Cukup 12 (40) 13(43,33) -
< 75 Kurang 6 (20) 3(10) -
Rata-rata (%) 80,27 83,54 81,91
Kategori Cukup Cukup Cukup

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa guru hanya mengajar dengan cara yang
rata-rata aktivitas siswa pertemuan I yaitu masih tradisional. Siswa hanya menerima
80,27% (cukup), pertemuan II yaitu 83,54%. informasi dari guru saja tanpa terlibat aktif
Pada pertemuan I dengan materi ciri, dalam proses pembelajaran, cara mengajar
struktur tubuh virus dan reproduksi virus, seperti itu yang dilakukan oleh guru secara
aktivitas siswa masih dikategorikan cukup terus-menerus menyebabkan siswa menjadi
dikarenakan siswa baru pertama kali belajar pasif dalam proses pembelajaran. Pada
dengan menggunakan model pembelajaran pertemuan kedua aktivitas siswa sudah
kooperatif dengan strategi make a match. mulai meningkat menjadi kategori cukup
Siswa masih belum terbiasa ketika dengan rata-rata 83,54%. Rata-rata aktivitas
mengikuti pembelajaran, siswa tidak serius siswa pada siklus I yaitu 81,91% (kategori
mendengarkan informasi yang disampaikan cukup). Hal ini menunjukkan bahwa
guru, dalam mengerjakan tugas yang aktivitas siswa dalam pembelajaran biologi
diberikan guru dan masih ada kelompok masih kurang. Aktivitas siswa selama ini
yang tidak menyelesaikan tugas kelompok masih kurang dikarenakan cara mengaja
tepat waktu. Pada saat pencocokan pasangan guru yang masih tradisional. Guru hanya
kartu dilakukan, siswa masih bingung berceramah di depan kelas dan tidak
mencari pasangan kartu mereka masing- menggembangkan model pembelajaran yang
masing dan tidak tepat waktu dapat melibatkan siswa secara aktif ketika
mengumpulkan kartu kedepan meja guru. proses pembelajaran berlangsung, seperti
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada bekerja kelompok, bertanya jawab,
siswa yang belum memahami sepenuhnya melakukan diskusi dan lain sebagainya.
langkah-langkah dalam berkooperatif Sehingga aktivitas siswa tidak terlaksana
dengan make a match. dengan baik. Menurut Werkanis (2003)
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas aktivitas merupakan usaha cara untuk
siswa dalam melakukan diskusi, kerja sama mempertinggi mengoptimalkan kegiatan
masih kurang. Hal ini disebabkan selama ini belajar siswa selama proses pembelajaran.
4

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Pada Siklus I Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Make A Match Untuk Indikator

Aspek Siklus 1 Rata - rata Kategori


Pertemuan 1 Pertemuan 2
Jumlah (%) Jumlah (%)
I 85 86,66 85,83 Baik
II 82,5 83,33 82,49 Cukup
III 87,5 90 88,75 Baik
IV 72,5 75,83 74,16 Kurang
V 79,18 87,16 83,58 Cukup
VI 75 78,3 76,65 Cukup
Rata- rata 80,27 83.54 81,91
kategori Cukup Cukup Cukup
Dari tabel 2, dapat dilihat rata-rata dengan pokok bahasan virus ini sudah
persentase aktivitas siswa untuk setiap dikategorikan baik. Dikarenakan siswa
indikator pada pokok bahasan virus. Rata- sudah mampu bekerjasama dengan baik
rata indikator aktivitas siswa yang pertama dalam kelompoknya. Hal ini terlihat dari
yaitu mendengarkan infomasi yang kerjasama siswa dalam berdiskusi kelompok
disampaikan guru, yang menjadi acuan yaitu berbagi tugas dalam mengerjakan
adalah aktivitas siswa untuk dapat tugas kelompok yang diberikan, sudah
mendengarkan dengan serius maka aktivitas mampu menyamakan persepsi tentang
yang lain akan terlaksana. Dimana rata-rata penyelesaian tugas Meskipun sebagian siswa
pada siklus I dengan pokok bahasan virus ini sudah mampu bekerjasama dalam
adalah 85,83% (cukup). Pada siklus I kelompoknya, tetapi sebagian siswa masih
aktivitas siswa mendengar informasi yang ada yang tidak mau bekerjasama, pada
disampaikan guru sudah dikategorikan baik, siklus I ini sudah dikategorikan baik.
dikarenakan sebagian siswa yang berbicara Jhonson (2008) menyatakan bahwa
atau membuat keributan, sudah serius dalam kerjasama dapat menghilangkan hambatan
memperhatikan penjelasan yang mental akibat terbatasnya pengalaman dan
disampaikan guru. cara pandang yang sempit.
Rata-rata persentase Aktivitas Rata-rata persentase aktivitas
mencocokkan pasangan kartu pada siklus I mengajukan pertanyaan pada siklus I dengan
adalah 82,49% (Cukup). Pada indikator pokok bahasan Virus adalah 74,16%
mencocokkan pasangan kartu, yang dilihat (Kurang). Aktivitas siswa pada indikator
adalah hasil sendiri untuk mencocokkan mengajukan pertanyaan masih dikategorikan
antara kartu pertanyaan dan kurang karena siswa bertanya terkadang
jawaban,benarnya jawaban tersebut. tidak sesuai dengan materi yang diajarkan
Rata-rata persentase aktivitas siswa serta suara yang tidak jelas. Aktivitas
pada indikator melakukan diskusi pada mengajukan pertanyaan mengalami
siklus I adalah 88,75% (Baik). Meskipun peningkatan, Ini membuktikan bahwa
untuk setiap kali pertemuan melakukan dengan strategi make a match ynag
diskusi siswa ini mengalami peningkatan. digunakan dapat meningkatkan aktivitas
Rata-rata persentase aktivitas siswa pada dalam proses pembelajaran. Menurut
indikator melakukan diskusi pada siklus I Anonimous (2010), hubungan klasikal
5

intelektual dalam belajar adalah siswa berpendapat, akan tetapi pada aktivitas
mampu membuat pertanyaan, dengan menjawab pertanyaan siswa belum bisa
demikian siswa tersebut tergolong kritis. karena siswa belum percaya diri dalam
Rata-rata persentase aktivitas mengeluarkan pendapat.
menjawab pertanyaan pada siklus I dengan Rata-rata persentase Aktivitas
pokok bahasan Virus adalah 83,58% Mengerjakan LKS pada siklus I adalah
(Cukup). Aktivitas siswa pada indikator 76,65% (Cukup). Aktivitas siswa pada
menjawab pertanyaan masih dikategorikan indikator mengerjakan LKS, siswa masih
cukup, Hal ini disebabkan karena siswa belum paham mengerjakan LKS. Dalam hal
tidak lengkap memberi jawaban, belum ini guru harus memberikan dorongan atau
percaya diri untuk mengemukakan pendapat motivasi dan bimbingan kepada siswa dalam
dalam menjawab pertanyaan, mereka hanya mengerjakan LKS, serta guru
mampu menerima jawaban. Hal ini mengintropeksi diri pada penyampaian
ditunjang oleh Johnson (2008) memberi pembelajaran, sehingga siswa lebih paham
jawaban merupakan salah satu langkah mengenai pembelajaran yang disampaikan,
untuk menjadi pemikir kritis, alasan bisa agar siswa lebih aktif dalam proses
berupa penjelasan suatu kejadian, pembelajaran. Anurrahman (2009),
menegaskan sebuah ide umum, atau mengatakan bahwa peranan guru sebagai
mengambil bentuk- bentuk yang lain, dan motivator penting artinya dalam rangka
jawaban yang baik itu diperoleh berdasarkan meningkat kegairaan dalam pengembangan
informasi yang relavan. Menurut Admin kegiatan belajar siswa, guru harus dapat
(2008) untuk meningkatkan interaksi meransang dan memberikan dorongan untuk
pembelajaran dilihat dari keberanian siswa meningkatkan potensi siswa, menumbuhkan
menjawab pertanyaan, mempertahankan aktivitas dan kreativitas sehingga terjadi
jawaban dan berani berargumentasi atau peningkatan hasil belajar siswa.
Tabel 3. Daya Serap Siswa Pada Siklus I setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Make A Match

Pertemuan UH 1
Interval Kategori Post test Post test
No 1 2
Jumlah (%)
Jumlah Jumlah
(%) (%)
1 95 -100 Amat baik -
2 85 – 94 Baik -
3 75 -84 Cukup - 11(36,67 19(63,33)
)
4 < 75 Kurang 30 (100) 19(63,33 11(36,67)
)
Jumlah siswa 30 30 30
Rata-rata 62,33 71,3 75,4
Kategori Kurang Kurang Cukup

Dari tabel 10, dapat dilihat daya Match dengan rata-rata post test 1 yaitu
serap siswa siklus I pada pokok virus setelah 62,33 dengan kategori kurang dan pada post
penerapan pembelajaran kooperatif Make A test 2 dengan rata-rata 71,3 tapi masih
6

kategori kurang. Rata-rata nilai ulangan yakni 68,73 kategori kurang (lampiran 1).
harian siklus I yaitu 75,4 (cukup). Dengan penerapan model pembelajaran
Pada pertemuan I dengan materi kooperatif Make A Match siswa diberi
pelajaran virus, nilai rata-rata post test masih kesempatan untuk saling bertukar fikiran
dikategorikan kurang, dalam hal ini siswa dan membagikan ide-ide dalam menjawab
masih dalam tahap penyesuaian dengan pertanyaan LKS, siswa juga harus serius dan
model pembelajaran kooperatif Make A bersungguh-sungguh dalam berdiskusi
Match. Menurut curran (1994), Model kelompok. Siswa juga harus aktif dalam
pembelajaran kooperatif Make A Match mencari dan menjawab soal tentang materi
siswa akan mengerjakan tugas kelompok yang sedang dipelajari dalam kartu Make A
secara kooperatif yang ditambah dengan Match yang telah disiapkan oleh guru.
mencocokkan pasangan yang akan Pada siklus I ini siswa belum
membantu siswa untuk lebih memahami mengikuti proses pembelajaran dengan baik,
materi pelajaran sehingga tujuan terutama dalam kegiatan mencocokkan
pembelajaran akan tercapai. Rendahnya pasangan kartu. Siswa kurang serius dalam
hasil belajar siswa juga dikarenakan menyelesaikan tugas kelompok yang
aktivitas siswa yang masih rendah, seperti diberikan. Hal ini dikarenakan siswa sudah
kurang mengajukan pertanyaan dan belum terbiasa pada proses pembelajaran sebelum
bisa menjawab pertanyan secara benar dan penerapan model pembelajaran kooperatif
lengkap, dan masih ada siswa yang tidak Make A Match dimana guru kurang
bekerjasama dengan baik dalam berdiskusi mengembangkan model pembelajaran yang
kelompok, ini dapat dilihat ketika siswa ada. Guru lebih banyak berceramah dan
mengerjakan LKS. mengajar secara monoton tanpa melibatkan
Pada pertemuan II materi siswa secara aktif dalam proses
Reproduksi virus, rata-rata nilai post test pembelajaran sehingga siswa terbiasa
siswa mengalami peningkatan, tetapi masih mendengarkan dan menerima informasi dari
dalam kategori kurang aktivitas siswa juga guru saja dan tidak terlibat aktif dalam
masih tergolong rendah, dapat dilihat pada mengikuti proses pembelajaran, seperti
saat mengerjakan LKS sebagian siswa masih mengerjakan tugas, ataupun bertanya
belum bisa bekerjasama dengan baik dalam mengenai pelajaran yang belum mereka
kelompoknya. Selain itu dalam bertanya pahami. Oleh karena itu untuk pertemuan
jawab dan mencari informasi atau bahan selanjutnya guru harus lebih aktif
bacaan tambahan dalam menjawab LKS dan mengarahkan siswa dalam berdiskusi. Selain
mencocokkan pasangan kartu pertanyaan itu untuk dapat meningkatkan daya serap
dan jawabannya dalam kartu Make A Match siswa, dituntut kreatifitas guru sebagai salah
masih kurang aktif. Hal tersebut satu faktor yang cukup menentukan
mempengaruhi daya serap siswa sehingga keberhasilan siswa untuk meningkatkan
ketika dilaksanakan post test pada kualitasnya dalam melaksanakan proses
pertemuan ke II ini masih banyak siswa belajar mengajar. Sesuai dengan pendapat
yang mendapat nilai rendah. Slameto (2003) yang mengatakan bahwa
Rata-rata nilai ulangan harian siswa peran dan fungsi guru sangat menentukan
pada siklus 1 yaitu 75,4 dengan kategori serta mempunyai pengaruh yang sangat
cukup, mengalami peningkatan besar terhadap peningkatan hasil belajar dan
dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan mampu mendorong siswa untuk senantiasa
harian sebelum penerapan model belajar dalam berbagai kesempatan melalui
pembelajaran kooperatif Make A Match berbagai sumber dan media.
7

Tabel 4. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Ulangan Harian Siklus I Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Make A Match
Ketuntasan belajar
D Siklus Pertemuan men
Nilai Rata-Rata Tuntas Tidak Tuntas
ari gaki
Jumlah (%) Jumlah (%)
tabel batk
Ulangan Harian I 75,4 19(63,33) 11(36,67)
4, an
dapat dilihat pada ulangan harian I dengan pemahaman siswa terhadap materi menjadi
pokok bahasan virus dari 30 orang siswa rendah dan hasil yang diperoleh pada
yang dinyatakan tuntas 19 orang siswa ulangan harian pada siklus I juga rendah,
(63,33%), sedangkan yang tidak tuntas ada sehingga mereka tidak tuntas atau tidak
11 orang siswa (36,67%). Siswa dikatakan mampu mencapai kriteria ketuntasan
tuntas apabila telah mendapatkan nilai minimal.
minimal 75 sesuai dengan Kriteria Menurut Mulyasa (2002), belajar
Ketuntasan Minimal (KKM) yang di pakai tuntas merupakan strategi pembelajaran
sekolah. Tidak tuntasnya 11 orang siswa yang dapat dilaksanakan didalam kelas
pada siklus I disebabkan karena siswa dengan asumsi bahwa didalam kondisi yang
tersebut tidak mengikuti proses tepat semua peserta didik akan mampu
pembelajaran dengan baik. Siswa kurang belajar dengan baik dan memperoleh hasil
menguasai materi yang diberikan belajar secara maksimal terhadap seluruh
dikarenakan tidak serius dalam bahan yang dipelajari. Agar seluruh peserta
mendengarkan penjelasan guru selama didik memperoleh hasil belajar yang
proses pembelajaran. Siswa juga kurang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan
serius dalam mengerjakan LKS dan tidak secara sistematis.
mau bekerja sama dalam kelompok. Hal ini
Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I Selama Proses Belajar Mengajar Dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match.
Aktivitas Guru Persentase Rata-Rata Kategori
85,71
Pertemuan I 92,85 Baik
Siklus I 100
Pertemuan II

Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat Dengan demikian langkah-langkah


rata-rata persentase aktivitas guru pada model pembelajaran kooperatif Make A
siklus I dengan pokok bahasan virus yaitu Match belum terlaksana dengan sangat baik.
92,85% (baik). Persentase aktivitas guru Slameto (2003), mengatakan bahwa dalam
pada pertemuan I 85,71% (baik). Hal ini proses pembelajaran guru mempunyai tugas
dikarenakan pada kegiatan penutup guru untuk mendorong, membimbing, dan
tidak membimbing siswa untuk memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
menyimpulkan materi dikarenakan mencapai tujuan. Guru mempunyai
keterbatasan waktu dan guru lupa tanggung jawab untuk melihat segala
memberikan tindak lanjut ke pada siswa. sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
Pada pertemuan II dengan materi virus dan membantu proses perkembangan siswa. Jadi
meningkat menjadi 100% (amat baik). Dari peran guru sangat penting dalam proses
uraian tersebut terlihat bahwa persentase pembelajaran, tanpa peran aktif guru hasil
aktivitas guru selama proses belajar belajar yang dicapai siswa akan tidak
mengajar rata-rata dikategorikan amat baik. optimal.
8

SIKLUS II

Tabel 7. Aktivitas siswa pada siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Make
A Match

Siklus II
Rata-rata
Interval Kategori Pertemuan
1 2
95 -100 Amat baik 9(30) 11(36,67)
85 –94 Baik 10(33,3) 9(30)
75 -84 Cukup 11(36,67) 10(33,3)
< 75 Kurang -
Rata-rata (%) 87,36 89,17 88,12
Kategori Baik Baik Baik

Pada tabel 7, dapat dilihat rata-rata dan jawaban yang berkaitan dengan materi
persentase aktivitas siswa siklus II dengan yang sedang dipelajari yaitu virus. Setiap
pokok bahasan Eubacteria dan individu berusaha mencari pasangan kartu
Archaebacteria mengalami peningkatan dari masing-masing menjawab pertanyaan dari
pada siklus I dengan pokok virus. Pada kartu soal agar bisa menjadi kelompok
pertemuan I dengan materi Eubacteria, rata- pertama yang dapat menyelesaikan satu set
rata persentase aktivitas siswa 87,36% pertanyaan yang diberikan guru. Setiap
(baik), pada pertemuan II dengan materi siswa dalam anggota kelompok kelihatan
Archaebacteria. Aktivitas siswa mengalami aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
peningkatan yaitu 89,17% (baik). Hal ini dengan model pembelajaran kooperatif
menunjukkan bahwa siswa sudah terlibat Make A Match yang diterapkan oleh guru.
aktif dalam belajar, dan aktivitas siswa Menurut Trianto (2010), model
sudah dapat dikategorikan menjadi baik. pembelajaran kooperatif merupakan strategi
Siswa-siswa yang awalnya tidak mendengar belajar yang melibatkan siswa bekerjasama
penjelasan dari guru sudah mulai serius untuk mencapai tujuan bersama,
dalam mengikuti proses belajar, dalam meningkatkan partisipasi siswa,
melakukan diskusi yang awalnya masih menfasilitasi siswa kepemimpinan dan
kurang bekerja sama, sudah meningkatkan membuat keputusan dalam kelompok, serta
aktivitas siswa. Hal ini terlihat ketika siswa memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengerjakan LKS, siswa sudah berbagi interaksi dan belajar bersama- sama siswa
tugas dalam mengerjakan tugas kelompok yang berbeda latar belakangnya. Selain itu
dan pada siklus II ini baik pada pertemuan I, Make A Match merupakan salah satu
dan pertemuan ke II semua kelompok strategi pembelajaran yang dibutuhkan oleh
menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu. guru dan siswa untuk menumbuhkan
Serta ketika mencocokkan pasangan kartu konsentrasi dan motivasi. Adakalanya
dilakukan pada siklus II siswa terlihat aktif suasana kelas menjadi jenuh dan
dalam menjawab soal yang ada pada kartu membosankan, saat-saat seperti ini guru bisa
Make A Match. Siswa kelihatan antusias membangkitkan motivasi dan semangat
dalam mengikuti mencocokkan kartu Make belajar siswa dengan menerapkan model
A Match yang berisi soal-soal/pertanyaan pembelajaran kooperatif Make A Match.
9

Rata-rata aktivitas siswa dari siklus I juga dipengaruhi oleh langkah-langkah yang
ke siklus II mengalami peningkatan, dimana ada dalam pembelajaran kooperatif Make A
rata-rata persentase aktivitas siswa pada Match. Siswa dalam mengerjakan LKS
siklus I adalah 81,91% (cukup), kemudian secara berkelompok dan mencocokkan
pada siklus II meningkat menjadi 88,12% pasangan kartu pertanyaan dan jawaban
(baik). Peningkatan ini disebabkan karena secara individu sehingga dapat melatih
siswa dituntut aktif dengan model berpikir kritis. Selain itu pada saat
pembelajaran kooperatif Make A Match, mencocokkan pasangan kartu, siswa
sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dituntut untuk bertanggung jawab yakni
siswa. Meningkatnya aktivitas siswa setelah mencari jawaban dari kartu soal yang
pembelajaran kooperatif Make A Match ini diberikan secara individu.
Tabel 8. Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Siklus II Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Make A Match Setiap Indikator

Siklus II
Aspek Pertemuan Rata - rata Kategori
1 2
I 91,66 92,5 92,08 Baik
II 86,66 90,83 88,74 Baik
III 92,5 95 93,75 Baik
IV 82,5 82,5 82,5 Cukup
V 90 92,5 91,24 Baik
VI 79,16 81,67 80,41 Cukup
Rata- rata 87,36 89,17 88,26 Baik
kategori B B B

Rata-rata persentase aktivitas siswa siklus II yaitu 93,75% (baik) meningkat


untuk indikator mendengarkan informasi dibandingkan dengan siklus I yaitu 88,75%.
dari guru mengalami peningkatan, pada Hal ini terlihat dari kerjasama siswa dalam
siklus II dengan pokok bahasan Eubacteria berdiskusi kelompok yaitu berbagi tugas
dan Archaebacteria dengan rata-rata 92,08% dalam mengerjakan tugas kelompok yang
(baik) dibandingkan siklus I dengan pokok diberikan, berdiskusi dengan semua anggota
bahasan virus rata-rata 85,83% (Baik). Pada dalam kelompok, tertib dan tenang saat
siklus II siswa sudah serius dalam belajar. diskusi menyampaikan persepsi tentang
Mendengarkan informasi dari guru dapat penyelesaian tugas dan berbagi informasi
menambah pengetahuan siswa terhadap dengan teman satu kelompok yang belum
materi yang dipelajari, keseriusan dalam paham. Jhonson (2007) juga menyatakan
belajar mencatat poin penting dari bahwa kerjasama dapat menghilangkan
penjelasan guru dan tidak membuat hambatan mental akibat terbatasnya
keributan disaat guru menerangkan pengalaman dan cara pandang yang sempit.
pelajaran. Jadi akan lebih mungkin untuk menemukan
Rata-rata persentase aktivitas kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk
mencocokkan pasangan kartu pada siklus II menghargai orang lain, mendengarkan
adalah 88,74% (baik), mengalami dengan pikiran terbuka dan membangun
peningkatan dibandingkan dengan siklus I persetujuan bersama.
yakni dengan rata-rata 82,91% (cukup). Rata-rata persentase pada indikator
Rata-rata persentase aktivitas siswa mengajukan pertanyaan kategori baik yaitu
pada indikator melakukan diskusi pada 82,5%, Meskipun peningkatan mengajukan
10

pertanyaan di siklus II ini belum mencapai siklus II adalah 91,24% (baik) meningkat
100%. Tetapi peningkatan aktivitas siswa dibandingkan dengan siklus I yakni
dengan indikator mengajukan pertanyaan 83,16%, Hal ini terlihat dari siswa sudah
seperti yang tergambar di atas menunjukkan menjawab pertanyan dengan benar dan
perubahan ke arah yang lebih baik pada lengkap.
aktivitas siswa. sehingga akan Rata-rata persentase aktivitas siswa
mempengaruhi hasil belajar siswa itu pada indikator mengerjakan LKS juga
sendiri. Socrates dalam Ayub (2006), mengalami peningkatan yakni pada siklus II
menjelaskan bahwa dengan mengajukan adalah 80,41% (cukup) dibandingkan
pertanyaan yang berarti dan tajam, maka apa dengan siklus I yaitu 76,65% (cukup). Hal
yang dipelajari siswa akan menjadi lebih ini terlihat dari siswa sudah menjawab
jelas. Jadi seorang guru harus bisa dengan benar pertanyaan yang ada di LKS
memberikan atau memancing siswa dengan dan mengerjakan LKS dengan lengkap serta
memberikan pertanyaan sehingga lebih berdasarkan hasil diskusi kelompok. Dalam
mudah mengingat materi yang telah hal ini dapat dikatakan bahwa penerapan
disampaikan. model pembelajaran kooperatif Make A
Rata-rata persentase aktivitas siswa Match dapat meningkatkan aktivitas siswa
pada indikator menjawab pertanyaan pada kelas X.2 SMAN 10 Pekanbaru.
Tabel 9. Daya Serap Siswa Pada Siklus II setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Make A Match
Pertemuan UH II
Interval Kategori
No Post test 1 Post test 2
Jumlah (%)
Jumlah (%) Jumlah (%)
1 95 -100 Amat baik 7(23,33) 4(13,33)
2 85 – 94 Baik 7(23,33) 8(26,67) 15(50)
3 75 -84 Cukup 14(46,67) 10( 33,3) 11(36,67)
4 < 75 Kurang 9(30) 5(16,67) -
Jumlah siswa 30 30 30
Rata-rata 79 85,33 85,6
Kategori Cukup Baik Baik
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat Archaebacteria jumlah siswa yang kategori
daya serap siswa setelah penerapan kurang 5 orang (16,67%), kategori cukup 10
pembelajaran kooperatif Make A Match orang (33,3%), kategori baik 8 orang (26,67)
pada siklus II dengan pokok bahasan dan amat baik 7 orang (23,33%).
Eubacteria dan Archaebacteria. Rata-rata Jika dibandingkan dengan daya serap
nilai post test 1 yaitu 79 (cukup) dan siswa pada siklus I yaitu 66,81 (kurang)
meningkat pada post test 2 yaitu 85,33 meningkat pada siklus 2 yaitu 82,16
(baik), sedangkan rata-rata nilai ulangan (kategori cukup). Hal ini siswa sudah
harian pada siklus II yaitu 85,6 (baik). terbiasa dengan model pembelajaran
Pada post test I dengan materi kooperatif Make A Match. Siswa sudah
Eubacteria jumlah siswa yang kategori melaksanakan dengan baik tahap-tahap
kurang sebanyak 9 orang (30%), kategori pembelajaran dan lebih aktif dalam
cukup 14 orang (46,67%) dan baik 7 orang berdiskusi maupun dalam menjawab
(23,33%). Pada post test II dengan materi pertanyaan dari guru mencocokkan kartu
11

Make A Match berlangsung. Siswa merasa cukup). Hal ini dikarenakan siswa sudah
senang dan bersemangat dengan penerapan melakukan proses belajar dengan baik. Hal
model pembelajaran kooperatif Make A ini dapat dikatakan bahwa strategi
Match yang diterapkan oleh guru, guru juga pembelajaran kooperatif Make A Match
aktif memberikan motivasi kepada siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
sehingga proses pembelajaran menjadi Siswa terlibat aktif dalam proses
lancar dan baik. Sesuai dengan pendapat pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan dari
Sardiman (2007), yang menyatakan bahwa guru yang membangkitkan motivasi siswa
untuk dapat belajar dengan baik diperlukan untuk belajar, yang meningkatkan
proses motivasi yang baik pula. pemahaman siswa terhadap materi
Berdasarkan rata-rata nilai ulangan pembelajaran yang berdampak positif pada
harian pada siklus II yaitu 85,6 (baik) daya serap siswa pada siklus II.
mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus I adalah 75,4 (kategori
Tabel 10. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Ulangan Harian Siklus II Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Make A Match
Ketuntasan belajar
Siklus Pertemuan Nilai Rata-Rata Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah (%) Jumlah (%)
Ulangan Harian II 85,6 30(100) 0
Pada siklus II dengan pokok bahasan tindakan dan prilaku yang kompleks.
Eubacteria dan Archaebacteria, ketuntasan Walaupun sebagian besar siswa memiliki
belajar siswa mengalami peningkatan motivasi yang tinggi, namun masih ada
dibandingkan dengan siklus I. Dimana pada beberapa orang siswa yang masih belum
siklus II semua siswa tuntas yakni 30 siswa menyadari akan pentingnya belajar.
(100%), sedangkan pada siklus I hanya 19 Pada siklus II ini siswa juga sudah
orang siswa yang dinyatakan tuntas terbiasa dan melaksanakan proses
sementara 11 orang siswa lainnya belum pembelajaran dengan model pembelajaran
tuntas. Hal ini dikarenakan pada siklus II kooperatif Make A Match. Model
baik pada pertemuan I, dan pertemuan II pembelajaran sangat penting karena dapat
siswa sudah serius dalam mengikuti proses memotivasi siswa untuk lebih tertarik dalam
pembelajaran. Mudjiman (2007), mengikuti proses pembelajaran sehingga
menyatakan bahwa belajar merupakan siswa tidak merasa bosan.
Tabel 11. Penghargaan Kelompok Pada Siklus II Berdasarkan Nilai Ulangan Harian Di Kelas X.
SMA Negeri 10 Pekanbaru Tahun pelajaran 2012/2013
Siklus II
Rata-rata Penghargaan
Kelompok
Perkembangan Kelompok
Kelompok
1 25 SUPER
2 23,33 SUPER
3 26,67 SUPER
4 25 SUPER
5 25 SUPER
12

Pada siklus II dengan pokok bahasan rasa nyaman, menyenangkan dalam belajar.
Eubacteria dan Archaebacteria terlihat Adakalanya suasananya kelas menjadi jenuh
bahwa skor perkembangan dari 5 kelompok dan membosankan, saat-saat seperti ini guru
yaitu semua kelompok mendapat bisa membangkitkan motivasi dan semangat
memperoleh penghargaan super mengalami belajar siswa dengan adanya kekompakan
peningkatan dibandingkan dengan siklus I belajar dalam kelompok untuk menjadi
yaitu empat kelompok mendapat kelompok pertama dalam menyelesaikan
penghargaan hebat dan satu kelompok satu set pertanyaan. Semua ini akan
mendapat penghargaan super. Kegiatan mempengaruhi hasil belajar siswa, baik
pembelajaran kooperatif Make A Match untuk dirinya sendiri maupun untuk
memungkinkan siswa untuk mendapatkan kelompoknya.
Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II Selama Proses Belajar Mengajar
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match.

Aktivitas Guru Persentase Rata-Rata Kategori


Pertemuan I 100
Amat Baik
Siklus II Pertemuan II 100 100 %

Pada siklus II pertemuan I dengan pembelajaran, sesuai dengan pendapat


materi pelajaran eubacteria, dan pertemuan Slameto (2003), bahwa dalam proses
ke II dengan materi archaebacteria rata-rata pembelajaran guru mempunyai tugas untuk
aktivitas guru adalah 100% (amat baik). mendorong, membimbing, dan memberi
Dibandingkan dengan siklus I rata-rata fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai
aktivitas guru 92,85% (baik). Hal tersebut tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab
menandakan bahwa pada siklus II guru untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
sudah melaksanakan semua langkah-langkah dalam kelas untuk membantu proses
model pembelajaran kooperatif Make A perkembangan siswa. Jadi peran guru sangat
Match dalam proses pembelajaran. Sehingga penting dalam proses pembelajaran, tanpa
aktivitas guru dapat dikategorikan menjadi peran aktif guru hasil belajar yang dicapai
amat baik dalam proses pembelajaran. siswa akan tidak optimal.
Aktivitas guru ikut menentukan
keberhasilan siswa dalam proses
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Rata-rata daya serap siswa siklus I
Kesimpulan yaitu 66,81% (kurang) dan
Berdasarkan hasil penelitian, maka meningkat pada siklus II dengan
dapat disimpulkan bahwa penerapan model rata-rata 82,16% (cukup).
pembelajaran kooperatif Make A Match 3. Ketuntasan belajar siswa secara
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil individu pada siklus I yaitu 63,33%
belajar biologi siswa kelas X.2 SMAN 10 (tuntas) dan 36,67% (tidak tuntas),
Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013. dan pada siklus II meningkat menjadi
1. Rata-rata aktivitas siswa siklus I 100% (tuntas).
yaitu 81,91% (cukup), meningkat 4. Penghargaan kelompok siklus I
pada siklus II menjadi 88,12% ( empat kelompok memperoleh
baik). penghargaan hebat dan satu
kelompok memperoleh penghargaan
13

super. Pada siklus II semua sebagai salah satu usaha untuk


kelompok memperoleh penghargaan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
super. siswa.
5. Aktivitas guru dalam proses belajar 2. Dalam penerapan model pembelajaran
mengajar pada siklus I yaitu 92,85% kooperatif Make A Match, hendaklah
(baik) pada siklus II meningkat dilakukan sesuai dengan tahap-tahap yang
menjadi 100% (amat baik). ada dan guru harus bisa membagi waktu
Saran serta harus mampu mengelola kelas dengan
Berdasarkan penelitian yang telah baik sehingga proses pembelajaran dapat
dilaksanakan maka penulis menyarankan : berjalan lancar.
1. Diharapkan kepada guru-guru khususnya
Sains dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif Make A Match

DAFTAR PUSTAKA

Asma. N. 2006. Model Pembelajaran Isjoni. 2007. Cooperative Lerning


Kooperatif. Departemen Pendidikan Efektivitas pembelajaran kelompok.
Nasional Direktorat Jendral Alfabeta
Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan. Jakarta. Johnson. E. 2008. Contextual Teaching and
Learning.Mizan Learning center
Aunurrahman. 2009. Belajar dan (MCL). Bandung
Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Lie. A. 2002. Cooperative learning
Ayub, N. D. 2006. Belajar Teori Belajar (Mempraktekkan cooperative
Dalam Pembelajaran. Universitas diruang – ruang kelas), PT
Riau. Pekanbaru Gramedia, Widia Sarana Indonesia.
Jakarta
Baharuddin dan Wahyuni, E. N. 2008. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Ar-ruzz Lorna curran. 2012.
media. Yogyakarta http://wyw1d.wordpress.com.model-
pembelajaran-make-a-match-lorna-curran-
Depdiknas. 2007. Penilaian Kurikulum 1994/ Diakses 15 maret 2012
KTSP 2007. Depdiknas. Jakarta
Maidiyah. 1998. Metode Mengajar. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Balajar dan Grafindo
Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarata Mulyasa.2002. Kurikulum Berbasis
Kompetisi, konsep, Karakteristik dan
Hamalik. O. 2004. Proses Belajar Implementasi. Remaja
Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Rosdakarya.Bandung
Ibrahim. M. Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Pascal. 2008. Penerapan Metode Kurikulum
Ismono. 2000. Pembelajaran dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Kooperatif, UNESA University Sains Siswa di SMA . http :// pascal
Press. Surabaya daddy. 512, Wordpress.
14

Com/2009/12/9. Diakses tanggal 20


desember 2012
Suprijono. A. 2006. Cooperative Learning,
Purwanto. N. 2007. Prinsip-prinsip dan Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka
Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Pelajar. Yogyakarta
Remaja offiset. Bandung.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Riyannafirly. 2006. Arsip Untuk Kurikulum Inovatif Berorientasi Kontruktiviktik
Pendidikan. http://www.opini Prestasi. Pustaka.Jakarta
wordpress.com/tag/kurikulum
pendidikan Trianto. 2010. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif.
Sanjaya,W. 2008. Starategi Pembelajaran Kencana. Jakarta
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media Usman. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan
Group. Bandung. Belajar Mengajar. PT Remaja Rosda
Karya. Bandung
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Grafindo. Jakarta. Werkanis. 2003. Strategi Mengajar dalam
Proses Belajar Mengajar. Sutra Benta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Perkasa. Pekanbaru
yang Mempengaruhinya. Rhineka
Cipta. Jakarta Yasa. D. 2008. Aktivitas dan Prestasi
Belajar.
Slavin. E.R. 2009. Cooperatif Learning Online.http://ipotes.wordpress.com
Theory Research and Practice, Terje
Nurulita, Penerbit Nusa Media.
Bandung
Sudjana. N. 2005. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. PT. Remaja
Rosda Karya. Bandung.

You might also like