Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah mendorong timbulnya pengusaha-
pengusaha kecil dan menengah baru. Industri kecil dan industri rumah tangga adalah
termasuk bentuk perekonomian rakyat Indonesia yang apabila dikelola dengan baik,
dapat membantu memecahkan masalah-masalah dalam pembangunan Indonesia.
Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas, apabila sudah
dipenuhi kebutuhan yang satu maka timbul kebutuhan yang lain. Begitu pula dengan
kebutuhan sandang, maka usaha konveksi semakin pesat perkembangannya dari waktu
ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari maraknya pertumbuhan industri kecil rumah tangga
yang bergerak diberbagai bidang. Sebagai salah satu bentuk usaha perseorangan dan
termasuk dalam jenis usaha industri, konveksi merupakan salah satu pilihan usaha bagi
masyarakat yang tidak memiliki modal besar yang nantinya diharapkan dapat
meningkatkan penghasilan masyarakat dan income keluarga.
Salah satunya yaitu daerah Cipadu di daerah ini banyak industri kecil yang
bermunculan, salah satunya adalah usaha konveksi, yakni usaha bidang busana jadi
secara besar-besaran atau secara massal.
Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan, maka dapat diperoleh berbagai fakta
bahwa usaha konveksi di daerah Cipadu memiliki berbagai keunggulan, antara lain
pemilik konveksi bertindak sebagai manajer, yang mana pengelolaannya menjadi
tanggung jawab pemilik konveksi, mulai dari pengelolaan sumber daya manusia,
pengelolaan keuangan, pengelolaan produksi, pengelolaan pemasaran. Permasalahan-
permasalahan yang muncul itu antara lain lemahnya dalam pengelolaan, pengelolaan
yang dimaksud adalah pengelolaan pada perusahaan kecil seperti organisasi, produksi,
administrasi, pembukuan keuangan, promosi, pemasaran dan sebagainya; rendahnya
kualitas sumber daya manusia, ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan yang
mengakibatkan lemahnya pengelolaan terutama dalam persaingan yang semakin ketat;
lemahnya tingkat produksi mengakibatkan penguasaan mereka terhadap IPTEK dan
perkembangannya lemah sehingga mempengaruhi tingkat kreatifitas.
Hambatan atau kendala lain yang menyebabkan kelemahan bagi pengelolaan usaha
konveksi adalah lemahnya aspek permodalan yang mana ketika tidak ada modal maka
produksi akan terhenti, sumber modal hanya terbatas pada kemampuan
pemilik/pengusaha konveksi; lemah dalam pemasaran yakni kurangnya promosi.
Di Cipadu banyak sekali konveksi, tetapi perkembangannya tidak semua sama. Hal
ini disebabkan karena cara pengelolaannya yang berbeda-beda. Bidang-bidang
pengelolaan dalam suatu usaha mencakup beberapa hal diantaranya adalah pengelolaan
sumber daya manusia, pengelolaan keuangan, pengelolaan produksi dan pengelolaan
pemasaran. Berdasarkan kenyataan di atas untuk dapat mengelola usaha dengan baik
maka diperlukan suatu ilmu manajemen. Menurut Handoko (2003) manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia
dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Disebutkan pula bahwa dalam kegiatan bisnis dan
manajemen, produksi itu merupakan salah satu fungsi pokok selain fungsi pemasaran,
sumber daya manusia dan keuangan.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan
dengan cara-cara sebuah usaha konveksi mengelola usahanya hingga mampu survive
sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana profil usaha konveksi di Daerah Cipadu ?
2. Bagaimana pengelolaan produksi pada usaha konveksi di Daerah Cipadu?
3. Bagaimana pengelolaan pemasaran pada usaha konveksi di Daerah Cipadu?
4. Bagaimana pengelolaan organisasi dan manajemen konveksi di Daerah Cipadu?
5. Bagaimana aspek pengendalian dampak lingkungan di Daerah Cipadu?
6. Bagaimana pengelolaan keuangan pada usaha konveksi di Daerah Cipadu?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Mengetahui profil usaha konveksi di Daerah Cipadu.
2. Mengetahui pengelolaan produksi pada usaha konveksi di Daerah Cipadu.
3. Mengetahui pengelolaan pemasaran pada usaha konveksi di Daerah Cipadu.
4. Mengetahui pengelolaan organisasi dan manajemen di Daerah Cipadu.
5. Mengetahui aspek pengendalian dampak lingkungan di Daerah Cipadu.
6. Mengetahui pengelolaan keuangan pada usaha konveksi di Daerah Cipadu.
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan
pengalaman yang berharga atau bekal jika kelak terjun dalam dunia usaha.
2. Bagi pengusaha konveksi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan evaluasi terhadap usaha yang
dijalankan untuk menentukan kebijakan dalam menjalankan usaha selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Desripsi Teori
1. Pengelolaan
Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Secara umum
pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat
memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai
untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga
lebih bermanfaat
Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan
organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (Poerwadarminta, 2006).
Sedangkan menurut (Syamsi, 2008) pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan
pengelolaan yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi atau yang
memberikan pengawasan suatu hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan
pencapaian tujuan dengan menggunakan tenaga orang lain.
2. Fungsi Manajemen
Setiap kegiatan perusahaan itu perlu direncanakan, diorganisir, diarahkan,
dikoordinir dan diawasi agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen
bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan. Manajemen sebagai fungsi
meliputi usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan
pengawasan.
Manajemen sebagai peranan adalah antarpribadi pemberi informasi dan
pengambil keputusan. Manajemen dapat pula berarti pengembangan keterampilan,
yaitu teknis, manusiawi dan konseptual (Reksohadiprojo, 2000). Adapun fungsi-
fungsi manajemen adalah:
a. Perencanaan (Planning)
Proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik
dari alternatif-alternatif yang ada (Hasibuan 2009). Sedangkan menurut Handoko
(2003) perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan
(planning) adalah penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi
untuk memulai suatu usaha. Menurut Handoko (2003) suatu rencana dapat
memungkinkan:
1) Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumber daya-sumber daya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.
2) Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten
dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih.
3) Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat
diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Handoko (2003) pengorganisasian adalah
1) Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi,
2) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang
akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan,
3) Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian,
4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Pengarahan (Leading)
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun personalianya,
langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan
yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading) adalah untuk membuat atau
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka
lakukan. Fungsi ini melibatkan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan
kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan (Handoko,
2003).
e. Staffing atau Assembling resources
Adalah menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,
penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Staffing merupakan salah
satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi sejak dari
merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi
f. Motivasi (Motivating)
Motivasi adalah mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-
tujuan
g. Programming
Proses penyusunan suatu program yang sifatnya dinamis
h. Anggaran (Budgeting)
Suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan
dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya
biaya dan hasil yang akan diperoleh. Jadi anggaran harus rasional.
i. System
Suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya bekerja bersama sesuai dengan aturan yang ditetapkan sehingga
membentuk suatu tujuan yang sama. Dimana dalam sebuah sistem bila terjadi
satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak maka suatu tujuan bisa terjadi
kesalahan hasilnya.
j. Commanding
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi
bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
k. Koordinasi (Coordinating)
Adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-
unsur manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai
tujuan organisasi.
l. Penilaian (Evaluating)
Proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai
dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Ada beberapa hal yang penting yang
diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Bahwa penilaian fungsi organik karena pelaksanaan fungsi tersebut turut
menentukan mati/hidupnya suatu organisasi.
2) Bahwa penialain itu adalah suatu proses yang berarti bahwa penilaian adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan oleh administrasi dan manajemen.
3) Bahwa penilaian menunjukkan kesenjangan antara hasil pelaksanaan yang
sesungguhnya dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai
3. Usaha Konveksi
Konveksi adalah perusahaan pakaian jadi, konveksi adalah usaha di bidang
busana jadi yang dibuat secara besar-besaran. Jadi, konveksi adalah perusahaan
pakaian jadi yang dibuat secara besar-besaran. Jadi, dimana barang yang diproduksi
dibuat berdasarkan ukuran standar S, M, L, dan XL dalam jumlah yang banyak.
Busana jadi tidak diukur menurut pemesan, melainkan menggunakan ukuran standar
atau ukuran yang telah dibakukan.
Busana konveksi dibuat lebih dari satu buah bahkan sampai 1000 buah per model.
Mutu dari produksi konveksi mempunyai beberapa tingkatan, tergantung dari harga
serta tingkatan yang membutuhkan. Adapun tingkatan mutu tersebut adalah:
a. Golongan kualitas rendah, contohnya pakaian yang dijual di kaki lima, harganya
murah, jahitanyya tidak kuat, cara memotongnya asal saja tidak memperhatikan
arah serat, asal menghemat bahan dan kadang-kadang modelnya cukup menarik.
b. Golongan kualitas menengah, disediakan untuk golongan masyarakat menengah,
harganya lebih tinggi dibanding golongan yang pertama, jahitan lebih rapi dan
lebih kuat, penjualan di tempat yang lebih baik misalnya di toko-toko khusus
busana.
c. Golongan kualitas tinggi diperuntukkan bagi orang-orang yang mempunyai
banyak uang dan dari tingkatan atas berselera tinggi. Biasanya dijual pada
departement store atau butik yang bergengsi, model dibuat dalam jumlah terbatas.
Dibandingkan dengan usaha busana yang lain, usaha konveksi dapat dikatakan paling
besar. Di Indonesia, usaha busana jadi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Industri kecil di rumah (Home industry)
Biasanya pesanan datang dari dalam negeri yang jumlahnya tidak terlalu banyak,
kualitas ada yang baik tetapi ada pula yang rendah, keuntungan yang diperoleh
tidak terlalu besar, biasanya tidak menggunakan desainer hanya mencontoh.
b. Industri besar
Biasanya berdasarkan pesanan, sehingga kemungkinan rugi lebih sedikit, mutunya
dari sedang sampai dengan yang baik, pemasaran ke dalam dan luar negeri,
menggunakan mesin-mesin otomatis dengan kecepatan tinggi (high speed
machine), sistem menjahit menggunakan sistem ban berjalan Berdasarkan uraian
diatas, maka konveksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah termasuk usaha
konveksi dalam industri besar.
B. Produksi
Kegiatan usaha konveksi adalah proses dari kain menjadi pakaian siap pakai. Usaha
konveksi dapat didefinisikan sebagai industri kecil skala rumah tangga yang melayani
pembuatan pakaian jadi secara masal dalam jumlah banyak. Model pakaian yang
diproduksi biasanya berupa kaos, kemeja, celana, jaket, jas almamater, busana muslim,
dan sebagainya yang dipesan berdasarkan ukuran standar yang sudah ditentukan.
Karena produk yang dihasilkan oleh industri konveksi termasuk kedalam salah satu
kebutuhan dasar manusia, kepopuleran bisnis konveksi ini diprediksi akan terus
meningkat. Didukung oleh permintaan pasar yang begitu besar peluang untuk memulai
dan mengembangkan usaha konveksi juga dirasa sangat besar.
Seperti halnya proses produksi pakaian yang dilakukan dalam industri garmen,
untuk mengubah kain atau barang setengah pakai menjadi pakaian siap pakai terdapat
beberapa tahapan yang harus dilalui. Mulai dari proses pemotongan kain sesuai dengan
pola baju yang dinginkan, proses menjahit, dan proses merapikan baju. Dalam industri
konveksi, proses ini biasa disebut dengan nama cut, make, and trim.
1. Cutting : Pembuatan pola atau patron, marker, cutting, dan numbering.
2. Making : Menjahit dari awal sampai menjadi bahan siap pakai.
3. Trimming :Washing, buang benang, setrika, labeling, dan packing.
C. Pemasaran
1. Analisis target pelanggan/ konsumen
Target pelanggan kami adalah para Distributor dengan yang telah ditetapkan disetiap
kotanya, juga para wanita muslimah. kami tidak membutuhkan distributor yang
banyak bagi kami cukup 1 distributor disetiap kotanya.
2. Strategi penentuan harga
a. Penentuan harga berdasarkan Biaya Produksi
Harga kami tentukan dengan menghitung semua biaya produksi per potong
ditambah Rp.100.000 misal semua bahan dan biaya produksi adalah Rp 150.000
harga jualnya menjadi Rp250.000 per pcs.
b. Penentuan Harga Berdasarkan Permintaan
Namun pada 2 bulan sebelum hari raya idul fitri keuntungan per potong kami
tingkatkan menjadi Rp150.000 karena semakin banyaknya permintaan.
3. Strategi promosi
a. Penjualan personal (Personal Selling)
Penjualan secara personal ini kami lakukan kepada distributor dengan membawa
beberapa contoh produk yang kami tawarkan secara langsung pada calon
distributor.
b. Hubungan Masyarakat (Publik relation)
Kami juga mempromosikan produk dengan mengenalkan dan membangun citra
produk sehingga memberi kesan yang baik pada masyarakat melalui jejaring
sosial facebook dan instagram. Sedangkan untuk pemesanan bisa secara langsung
datang ke distributor kami yang ada di setiap kotanya.
4. Strategi Distribusi
Melakukan transaksi secara langsung pada distributor sebagai perantara pemasaran.
Barang yang sudah siap kirim kami distribusikan ke distributor disetiap kota. Kami
tidak memberikan barang di semua pedagang namun kami memberikan barang hanya
pada distributor kami disetiap kotanya. Tujuannya adalah meningkatkan keuntungan,
dan menghindari banyaknya persaingan antar pedagang.
5. Strategi produk
a. Fleksebilitas produk
Fleksebilitas produk yang akan menciptakan variasi-variasi atas berjalannya
waktu, sesuai trend dan dari permintaan konsumen atau pelanggan. Dan juga
membuat variasi-variasi produk dengan berexperiment yang dilakukan oleh tim
kreatif.
Yuks Convection
Yuks Convection
F. Keuangan
1. Biaya pembelian mesin:
Mesin pemotong kain 4 unit per @ Rp 400.000 = Rp1.600.000
Membeli mesin jahit 50 unit per @ Rp1.500.000 = Rp75.000.000
Mesin obras sebanyak 4 unit, @ Rp 2.000.000 = Rp8.000.000
Mesin pasang kancing 2 unit, @ Rp 600.000 = Rp1.200.000
Mesin bordil 1 unit = Rp190.000.000
1 unit Komputer untuk gambar bordil = Rp4.000.000
Jumlah keseluruhan = Rp279.800.000
2. Biaya operasional per bulan
Biaya tagihan listrik perbulan = Rp1.500.000
Biaya penyusutan mesin 10% = Rp7.500.000
Biaya pengiriman barang perbulan = Rp5.000.000
Biaya makan siang perhari 70 karyawan per @ Rp15000 = Rp1.050.000
Gaji clining service untuk 3 orang x 1.500.000 = Rp 4.500.000
Gaji karyawan jahit Rp2.000.000 x 50 = Rp 100.000.000
Gaji karyawan obras Rp1.500.000 x 4 = Rp 6.000.000
Gaji karyawan penyetrika, pengemasan Rp 1.500.000 x 4 = Rp 6.000.000
Gaji tim kreatif dan desain gambar Rp 25.00.000 x 4 = Rp10.000.000
Gaji karyawan potong kain Rp 1.500.000 x 4 = Rp6.000.000
Gaji sopir = Rp 1.500.000
Gaji marketing Rp1500.000 x 2 = Rp 3.000.000
Gaji karyawan administrasi = Rp 2.500.000
Jumlah keseluruhan = Rp 154.550.000
3. Biaya bahan baku
10 roll kain Rp 1.500.000 x 30 = Rp 45.000.000
Harga 1 benang Rp1000 x 500 = Rp 500.000
Biaya bordil per potong Rp5000 x 450 = Rp 2.250.000
Riesleting @ Rp500 x 550 = Rp 225.000
Kemasan 1 potong Rp200 x 450 = Rp90.000
Jumlah keseluruhan = Rp48.065.000
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang penulis kemukakan diatas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Produktivitas tenaga kerja pada usaha Yuks Convection ini cukup baik dan mampu
memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja dalam melakukan produksi berasal
dari kondisi pekerja diantaranya latar belakang pendidikan, pelatihan, motivasi,
disiplin, dan tanggung jawab yang cukup baik. Serta faktor pendukung berupa
lingkungan pekerja yang cukup baik dan pemberian upah yang masih kurang. Selain
pemberian upah dan tingkat pendidikan, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja pada konveksi Yuks Convection ini, diantaranya
penerapan disiplin yang baik, pelatihan yang diberikan pun cukup baik serta
tanggung jawab pemilik dalam memberikan motivasi dan kompensasi juga sangat
baik sehingga berpengaruh dalam aktivitas produksi di konveksi ini.
B. Rekomendasi
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada dasarnya produktivitas tenaga kerja
pada usaha Yuks Convection berjalan dengan baik dan berproduksi secara stabil serta
sesuai dengan Ekonomi Islam tetapi memang masih terdapat beberapa hal harus
diperbaiki oleh karena itu penulis memberikan saran:
1. Kepada tenaga kerja agar dapat terus meningkatkan produksi dan meningkatkan
kualitas hasil karyanya. Dan tenaga kerja harus tetap terus bekerja dengan baik demi
kebutuhan pribadi, keluarga maupun tempat bekerja.
2. Kepada pemilik usaha konveksi Yuks Convection agar dapat meningkatkan upah
agar tenaga kerja dapat lebih bersemangat dalam menyelesaikan tugas sehingga
usaha dapat terus berkembang.
3. Diharapkan pemilik usaha dan tenaga kerja dapat selalu bertanggung jawab terhadap
tugasnya masing-masing.