You are on page 1of 60

Tujuan organisasi secara umum, antara lain :

1. Tujuan organisasi adalah untuk merealisasikan keinginan dan cita cita bersama anggota
organisasi.
2. Tujuan organisasi yang kedua ialah hasil akhir yang diinginkan di waktu yang akan datang.
3. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemandirian dan sumber daya yang dimilikinya untuk
mencapai suatu tujuan.
4. Untuk mencapai tujuan secara lebih efektif dan efesien karena dilakukan bersama-sama.
5. Untuk mengembangkan sumber daya dan tekhnologi bersama-sama.
6. Tempat untuk mendapatkan sebuah jabatan dan pembagian kerja.
7. Tempat untuk mengelola lingkungan secara bersama-sama.
8. Tempat untuk mencari keuntungan bersama-sama.
9. Tempat untuk menggunakan kekuasaan dan pengawasan (motif kekuasaan).
10. Tempat untuk mendapatkan suatu penghargaan (motif penghargaan)
11. Tempat untuk menambah pergaulan dalam lingkungan.

Berbagi tujuan umum organisasi dapat dijelaskan antara lain berikut ini:
1. Profitabilitas. Dalam bisnis, kemampuan menghasilkan laba merupakan tujuan yang paling
penting. Profitabilitas mengacu pada laba dalam jangka panjang, bukan laba kuartal atau tahun
berjalan. Banyak pengeluaran pada periode berjalan mengurangi laba periode berjalan, namun
meningkatkan laba jangka panjang. Misalnya, pengeluaran untuk iklan atau pengeluaran untuk
riset dan pengembangan.
2. Memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value). Konsepnya adalah tujuan yang
semestinya sebuah perusahaan yang mencari laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham.
Hal tersebut mengacu pada harga pasar saham perusahaan. Akan tetapi, diyakini bahwa
pencapaian tingkat laba yang memuaskan merupakan cara yang lebih baik dalam menetapkan
tujuan perusahaan.
3. Risiko. Upaya sebuah organisasi untuk meningkatkan profitabilitas sangat dipengaruhi oleh
kemauan manajemen mengambil risiko. Tingkat pengambilan risiko sangat bervariasi,
tergantung pada kepribadian masing-masing individu di jajaran manajemen.
4. Pendekatan banyak steakholder. Sebuah perusahaan bertanggungjawab kepada banyak
steakholder yaitu: para pemegang saham, konsumen, para pegawai, para pemasok, dan
masyarakat. Idealnya, sistem pengendalian manajemen harus mengidentifikasi tujuan-tujuan dari
setiap kelompok dan mengembangkan sistem pernilaian (scorecard) untuk menilai kinerja
mereka. Organisasiorganisasi terlibat dalam tiga jenis pasar yaitu:
a. Pasar modal (capital market). Sebuah perusahaan mencari dana melalui pasar modal,
dimana para pemegang saham publik merupakan konstituennya yang sangat penting.
b. Pasar produk (product market). Perusahaan menjual barang dan jasa di pasar produk,
dimana para konsumen yang menjadi konstituennya.
c. Pasar faktor (factor market). Perusahaan berkompetisi untuk memperoleh sumber daya
(seperti sumber daya manusia dan bahan mentah ) di pasar faktor, dimana yang menjadi
konstituennya adalah pegawai perusahaan dan para pemasok serta berbagai komunitas
yang menyediakan sumber daya dan menjadi tempat beroperasinya perusahaan.

Ciri-Ciri Organisasi
a. Didalamnya mempunyai tujuan dan sasaran dalam mencapai tujuan
b. Mempunyai suatu komponen yaitu atasan dan bawahan
c. Adanya kerja sama yang terstruktur
d. Mempunyai pendegelasian wewenang dan sebuah koordinasi tugas-tugas.
e. Mempunyai sebuah keterikatan format dan tatat tertip yang harus ditaati.

Struktur orgnisasi

Menurut Robbins (1994:6), menyatakan struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan
dibagi, siapa melapor kepada siapa, serta mekanisme koordinasi yang formal dan pola interaksi
yang akan diikuti.  Reksohadiprodjo, dan Handoko (1992:74); Struktur organisasi merupakan
suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi,
hubungan antar fungsi, serta wewenang dan tanggung jawabnya

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi
yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi
dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa
melapor kepada siapa.
Struktur organisasi merupakan alat untuk membantu manajemen dalam mencapai
tujuannya. Struktur organisasi dapat memiliki pengaruh yang besar pada anggotanya. Pengaruh
struktur organisasi terhadap kepuasan dan kinerja karyawan mengarah pada suatu kesimpulan
yang sangat jelas. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Organisasi


Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur organisasi. Ernie (2006), menyatakan ada 4
(empat) faktor yang mempengaruhi struktur organisasi antara lain:
1. Strategi Organisasi
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu,
jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan maka struktur organisasi
pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Maka, jika terjadi perubahan pada strategi
organisasi akan berdampak pula pada perubahan struktur organisasi.
2. Skala Organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor diantaranya adalah dari
jumlah penjualan, pangsa pasar hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang berskala besar
artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang diberbagai daerah dikarenakan
pangsa pasarnya yang luas, dengan demikian memiliki tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Tapi
walaupun tanpa cabang, organisasi dapat dikatakan berskala besar jika tenaga kerja yang ada
berjumlah ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi. Organisasi
yang berskala besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas maka memerlukan
pendelegasian wewenang dan pekerjaan sehingga dalam mendesain struktur organisasinya pun
perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan aktifitas yang luas tersebut.
Sedangkan organisasi berskala kecil biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit
karena pangsa pasar yang mungkin masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga
sedikit. Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih
sederhana dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.
3. Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan cara bagaimana suatu
pekerjaan dilakukan. Selain itu juga, faktor teknologi terkait dengan penggunaan alat-alat bantu
dalam sebuah organisasi.
4. Lingkungan
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri secara
dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam penentuan
struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk selalu
menyesuaikan struktur organisasi dengan tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah.
Sebaliknya, lingkungan yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur
organisasi.

Fungsi Struktur Organisasi


1. Kejelasan Tanggung Jawab
Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggung
jawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan atau atasan yang
memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus
dipertanggungjawabkan.
2. Kejelasan Kedudukan
Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah
dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian suatu
fungsi yang dipercayakan kepada seseorang.
3. Kejelasan Uraian Tugas
Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk
melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam
melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas.
4. Kejelasan Jalur Hubungan
Dalam rangka pelaksaan tugas dan tanggung jawab setiap karyawan atau pegawai dalam
sebuah organisasi, maka dibutuhka kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur, sehingga
jalur penyelesaian pekerjaan akan semakin efektif dan dapat saling menguntungkan.
Pola dasar struktur organisasi sebaiknya tersusun relatif permanen, artinya tidak perlu
selamanya mengalami perubahan. Dalam aktivitas yang dilakukan harus ada jaminan
fleksibilitas, artinya aktivitas itu senantiasa dapat diperluas jangkauannya, namun pola dasar
struktur organisasi tidak perlu mengalami perubahan. Yang perlu mendapat perhatian dalam
mengisi struktur organisasi adalah manusia yang memiliki kompentensi yang sesuai dengan jenis
tugas dalam bagian-bagian tugas atau pekerjaan pada struktur tersebut.
Penggolongan aktivitas dalam struktur dapat kita bagi menjadi empat unsur
a. unsur pimpinan
b. unsur pembantu pimpinan
c. unsur pelakasana tugas pokok
d. unsur pelaksana tugas-tugas fungsional

Unsur-unsur Organisasi

1) Organisasi memiliki anggota. Anggota merupakan asset terbesar yang dimiliki oleh suatu
organisasi atau institusi.

2) Terdapat pola hubungan. Pola hubungan berupa aturan-aturan, nilai-nilai yang berlaku dalam
berinteraksi antara anggota satu dengan lainnya.

3) Organisasi selalu berada dalam konteks lingkungan. Organisasi akan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya (termasuk outputnya).

4) Organisasi memiliki tujuan. Tujuan menjadi acuan dalam melakukan aktivitas bersama.

5) Pemanfaatan teknologi. Teknologi merupakan sarana bantu yang dapat mepercepat atau
memperlancar berjalannya proses-proses yang berlangsung dalam organisasi

Strategi Organisasi

Strategi merupakan penerjemahan dari analisis lingkungan dan analisis terhadap kemampuan
internal atau kapabilitas organisasi, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam struktur organisasi.
Sumber: Robbins, 1990: 123
empat dimensi pokok dalam strategi (Robbins, 1990: 125),

1. inovasi secara khusus dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang mengutamakan inovasi


sebagai sumber keunggulan bersaing.

2. Diferensiasi Pasar ditujukan untuk menciptakan loyalitas konsumen melalui suatu produk atau
jasa yang bersifat unik, dalam arti berbeda dari apa yang telah ada di pasar.

3. Jangkauan (Breadth) adalah penetapan ruang lingkup pasar yang akan dilayani oleh
organisasi: ragam atau jenis konsumen, cakupan geografisnya, dan jenis produk atau jasa yang
akan ditawarkan.

4. Pengendalian Biaya (Cost-Control) dimaksudkan adalah sejauh mana perusahaan mengontrol


biaya atau anggaran secara ketat.

Tingkatan dalam strategi organisasi

1. corporate strategy, Untuk perusahaan atau organisasi yang memiliki lebih dari satu unit
bisnis.Tujuan dari strategi korporat adalah mengidentifikasi dan mengimplementasikan sinergi di
antara unit-unit bisnis

2. bussines strategy.Pada level unit bisnis, masing-masing pengelola juga perlu menyusun
strategi bagi unitnya perusahaan multi-bisnis masing-masing divisi akan mengembangkan
strateginya sendiri berkaitan dengan produk atau jasa yang ditawarkan, kelompok konsumen
yang menjadi sasaran, harga yang akan dipasang, dan seterusnya. Titikberatnya adalah
memperkuat daya saing unit bisnis.

3. functional strategy. pada level yang lebih rendah, yakni level operasional kita menemukan
pula strategi lain. Setiap fungsi di dalam suatu unit bisnis, biasanya merumuskan strategi
tersendiri dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

Empat perspektif dalam menyusun strategi

1. Strategi Finansial, yakni strategi mengelola pertumbuhan, tingkat keuntungan, dan resiko.
2. Strategi Pelanggan, yaitu strategi untuk menciptakan nilai dan diferensiasi produk. Ini dilihat
dari kacamata pelanggan.

3. Strategi Proses internal, yakni penentuan prosesproses internal strategis, yang mampu untuk
menciptakan kepuasan pelanggan dan pemilik saham.

4. Strategi Learning and Growth, yakni strategi untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi
pembelajaran organisasi, inovasi dan pertumbuhan.

Menurut Minztberg (1990), ada dua faktor yang menentukan posisi penyusun strategi dalam
organisasi, yaitu

1. kompleksitas (complexity) dan

2. tingkat perubahan (rate of change).

Tipe Strategi

Ada empat tipe strategi yang dapat digunakan pada berbagai tingkatan perusahaan dan bisnis
yaitu :

1. Strategi Pertumbuhan

Strategi ini berusaha meningkatkan ukuran perusahaan dan ekspansi operasi perusahaan. Strategi
ini sangat dikenal karena hampir semua industri atau perusahaan yang menginginkan adanya
pertumbuhan dalam kehidupan usahanya dalam jangka panjang. Pertumbuhan usaha dapat terjadi
dengan beberapa cara seperti :

a. Berkembang secara internal melalui konsentrasi, yaitu menggunakan kekuatan yang ada
untuk memperbaharui dan meningkatkan produktifitas, tanpa menanggung resiko yang besar.
(pengembangan pasar, pengembangan produk dan inovasi).
b. Diversifikasi, melakukan akuisisi bisnis baru yang berhubungan atau tidak dengan bisnisnya
atau melakukan investasi spekulasi yang baru.(integrasi vertical, integrasi horizontal,
diversifikasi konglomerat dan kemitraan).

2. Strategi Pengurangan
Dapat disebut sebagai strategi pertahanan, dengan mengurangi skala operasi untuk kepentingan
efisiensi dan meningkatkan kinerja. Strategi pertahanana dapat dilakukan dengan cara seperti :

a. Kembali pada bisnis inti dengan menjual unit bisnis lain yang tidak berhubungan dengan
bisnis intinya pada awal program diversifikasi.
b. Menurunkan ukuran dengan mengurangi biaya dan restrukturisasi untuk mengembangkan
operasi yang efisien.
c. Pelepasan dengan menjual bagian organisasi untuk memotong biaya.
d. Likuidasi, menutup operasi dengan menjual asset operasi yang sudah bangkrut.

3. Strategi Stabilitas

Strategi dengan tetap menjalankan kegiatan pada saat ini dengan mengurangi tekanan untuk
pertumbuhan dan tanpa komitmen pada beberapa perubahan operasi utama. Strategi untuk
organisasi yang dapat melakukan kegiatan dengan sangat baik dalam menghadapi lingkungan,
resiko rendah yang dapat dihadapi dan melakukan konsolidasi yang diperlukan dengan strategi-
strategi yang terlibat.

4. Strategi Kombinasi

Dalam waktu yang sama melakukan kombinasi dari beberapa strategi, untuk menghadapi
perubahan lingkungan yang dinamis dengan tingkat persaingan tinggi, dimana kondisi
perusahaan beroperasi secara kompleks.
II

Pengertian bidan

DEFINISI BIDAN

1. Menurut ICM dan FIGO

Istilah Bidan berasal dari kata “Widwan” berasal dari Bahasa Sanksekerta yang berarti
“Cakap” (Klinkert, 1892). Di samping itu terdapat istilah “Membidan” yang artinya mengadakan
sedekah bagi penolong persalinan yang minta diri setelah bayi berumur 40 hari. Sedangkan
dalam Bahasa Inggris “Midwife” berarti with woman as birth, the renewal of life continues
through the ages. “With Woman” maksudnya adalah pada saat mendampingi perempuan selama
proses persalinan dan pada saat memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan harus
mempunyai rasa empati, keterbukaan, menumbuhkan rasa saling percaya (trust), bidan harus
mengetahui pikiran dan perasaan serta proses yang dialami ibu dan keluarganya.

Secara Internasional pengertian bidan dan praktiknya telah diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International
Gynecologist and Obstetrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan–badan lainnya. Pada tahun
1990 pada petemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian
disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992), sebagai berikut “A midwife is a person who,
having been regulary admitted to a midwifery educational program fully recognized in the
country in which it is located, has succesfully completed the prescribed course of studies in
midwifery and has acquired the requiste qualification to be registered and or legally licensed to
practice midwifery” (Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang
diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk melaksanakan praktik
kebidanan di negara itu).

2. Menurut WHO

Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam program
pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah
menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disahkan
dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi yang mencakup upaya preventif, promotif
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak dan akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan tetapi juga
kepada Keluarga dan Masyarakat. (Depkes RI, 2008)

3. Pengertian Bidan Indonesia

Bidan Indonesia adalah Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan. (Depkes RI, 2008)

4. Kebidanan (Midwifery)

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi
reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan kepada perempuan, keluarga dan
komunitasnya. (Depkes RI, 2008)

Syarat Menjadi Bidan

1. Pahami berbagai peran sebagai seorang bidan. Sejak berabad-abad yang lalu, peran utama
yang dijalani oleh seorang bidan adalah mendampingi calon ibu selama proses persalinan. Bidan
biasanya bekerja secara tradisional berdasarkan pandangan bahwa proses kehamilan dan proses
persalinan adalah pengalaman hidup sebagai seorang wanita, oleh karena itu bidan menganggap
akan jauh lebih baik apabila proses persalinan dapat dilakukan secara alami tanpa banyak
campur tangan medis. Banyak bidan yang berkata bahwa pekerjaan ini mereka lakukan
berdasarkan panggilan dari dalam diri mereka. Berikut adalah beberapa tanggung jawab seorang
bidan:
 Memerhatikan kesehatan sang calon ibu dan janin selama proses kehamilan.
 Menyampaikan informasi kepada calon ibu mengenai gizi dan nutrisi yang dibutuhkan selama
proses kehamilan, informasi perawatan diri serta kestabilan emosi.
 Menyampaikan informasi mengenai opsi-opsi persalinan kepada calon ibu dan yakinkan dia
untuk memilih keputusan yang tepat.
 Mendampingi dan memandu calon ibu dan bayi selama proses persalinan.
 Bekerja bersama dengan dokter kandungan apabila menemui komplikasi dalam proses
persalinan.
2 Persiapkan diri untuk memikul tanggung jawab dalam skala besar. Bidan merupakan
sosok yang sangat berpengetahuan, seorang praktisi terampil yang memikul tanggung jawab
tertinggi, bidan bertindak sebagai penanggung jawab pertama jika terjadi hal yang tidak terduga
dalam proses kehamilan dan persalinan sang pasien.
 Setiap proses kehamilan berbeda antara satu sama lain dan memiliki komplikasi yang bervariasi,
sebagai seorang bidan, Anda haruslah memiliki kepercayaan diri ketika bertindak dalam situasi
darurat. Nyawa calon ibu dan Janin merupakan tanggung jawab seorang bidan.
 Hal yang tak kalah penting adalah bahwa seorang bidan juga bertanggung jawab terhadap
kesehatan emosional dan spiritual sang calon ibu yang menganggap seorang bidan sebagai
pemimpin yang akan memandu dalam melalui proses persalinan yang sulit, membingungkan dan
menyakitkan bagi calon ibu.
 Bagi calon ibu yang akan menjalani proses persalinan dengan bantuan dokter kandungan dapat
juga menyertakan bidan yang akan berperan sebagai pendamping calon ibu di lingkungan Rumah
Sakit.

3. Persiapkan diri untuk bersedia melakukan pengorbanan pribadi. Seorang bidan bekerja
bersama dengan calon ibu mulai dari awal proses kehamilan hingga proses persalinan, bahkan
terkadang hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun berikutnya. Dikarenakan oleh
keintiman yang terjalin dalam proses pekerjaan mereka, maka seorang bidan harus bersedia
mengedepankan kepentingan klien mereka dibandingkan kepentingan mereka sendiri.
 Seorang bidan harus sedia setiap saat, karena bidan tidak akan pernah tahu kapan tepatnya
seorang calon ibu akan bersalin.
 Proses persalinan dapat berlangsung di mana saja dalam waktu beberapa jam hingga beberapa
hari dan kehadiran seorang bidan sangat dibutuhkan sepanjang proses tersebut berlangsung

Pengertian Profesi.
Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Professional artinya orang
yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat professional. (John M. Echols & Hassan
Shadily, 1990: 449). Secara leksikal, perkataan profesi itu ternyata mengandung berbagai makna
dan pengertian. Pertama, profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan (to
profess means to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas sesuatu kebenaran (ajaran
agama) atau kredibilitas seseorang (Hornby, 1962). Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan
dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particular business, Hornby, 1962).
Webster’s New World Dictionary menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi merupakan suatu
pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal arts atau
science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual, seperti mengajar,
keinsinyuran, mengarang, dan sebagainya; terutama kedokteran, hukum dan teknologi. Good’s
Dictionary of Education lebih menegaskan lagi bahwa profesi itu merupakan suatu pekerjaan
yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi (kepada
pengembannya) dan diatur oleh suatu kode etika khusus. Dari berbagai penjelasan itu dapat
disimpulkan bahwa profesi itu pada hakekatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang
menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan
pihak yang memerlukannya.
CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,
kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih
dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Bidan Sebagai Suatu Profesi

Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertentu di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu-ibu melahirkan. Profesi ini telah mendukung peran dan posisi seorang bidan
menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam
memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di samping itu dengan setia mendampingi
dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai si ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Sejak zaman prasejarah, dalam naskah kuno sudah terecatat bidan di Mesir (Siphrah ddan Poah)
yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki Bangsa Yahudi (sebagai
orang-orang yang terjajah oleh Bangsa Mesir) yang diperintahkan oleh Firaun untuk dibunuh.
Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam
membela orang-orang yang berada pada posisi lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut
dengan peran advokasi. Dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bidan bekerja berdasarkan
pada pandangan fisiologis yang dinut, keilmuan, metode kerja, standar praktek pelayanan dan
kode etik profesional yang dimilikinya

Ciri-Ciri Bidan Sebagai Suatu Profesi

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan /mengerjakan


pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara profesional.
2. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki alat yang dinamakan Standar Pelayanan
Kebidanan, Kode Etik, dan Etika Kebidanan.
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya.
4. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No. 572 Tahun 1996).
5. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6. Memiliki wadah organisasi profesi.
7. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat.
8. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan.

Karakteristik Bidan Sebagai Suatu Profesi

Bidan sebagai profesi telah memiliki karakteristik profesi. Pada bab ini akan diuraikan lebih jelas
tentang profesi bidan, yang meliputi :

1. Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan bidan.


2. Dasar-dasar komseptual kebidanan.
3. Batang tubuh keilmuan kebidanan.

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang
sangat unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh
kode etik profesi.

Pengertian Profesional

Profesional adalah Pekerja yang menjalankan profesi. Profesional adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Seorang profesional adalah seseorang yang hidup
dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar
hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Setiap profesional berpegang pada nilai moral yang mengarahkan dan mendasari perbuatan
luhur. Dalam melakukan tugas profesi, para profesional harus bertindak objektif, artinya bebas
dari rasa malu, sentimen, benci, sikap malas dan enggan bertindak. keahlian dan kemahirannya
yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi
sendiri.
Tiga watak kerja seorang Profesional :
1. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil.
2. Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang
dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat.
3. Kerja seorang profesional — diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral — harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan
disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi

ciri-ciri profesional

 Yang pertama, Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang tinggi.


 Yang kedua, Memiliki kode etik.
 Yang ketiga, Memiliki tanggung jawab profesi serta integritas yang tinggi.
 Yang keempat, Memiliki jiwa pengabdian kepada masyarakat.
 Yang kelima, Memiliki kemampuan yang baik dalam perencanaan program kerja.
 Yang kelima, Menjadi anggota organisasi dari profesinya.

Strategi professional

Strategi Dasar Pendekatan Edukatif


Mengembangkan Provider
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang di tempuh
serta sepakat untu mensukseskan program.
Provider adalah sektor yang bertanggung jawab secara teknis terhadap program program yang di
kembangkan dalam pengembangan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan
masalahnya sendiri.

Langkah – langkah Pengembangan Provider

a. Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat

Bertujuan untuk mendapatkan dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional atau
regional, bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat
yang berpengaruh.

b. Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor di berbagai tingkat administrasi


sampai tingkat desa.

Tujuan yang akan di capai adalah adanya kesepahaman , memberi dukungan dan merumuskan
kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro, berbentuk lokakarya, seminar, raker,
musyawarah.

c. Pengumpulan data oleh sektor kecamatan / desa

Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas/ provider, macam data
yang di kumpulkan meliputi data umum, data khusus dan data prilaku.

1. Pengembangan masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau
mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan melibatkan
partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan
dan menilai usaha pemecahan masalah yang di laksanakan. Langkah- langkahnya meliputi
pendekatan tingkat desa, survei mawas diri perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta
pemantapan dan pembinaan.

Pengertian organisasi
Linda (2001 : 11) Organisasi profesi bertugas untuk mendefinisikan aktifitas keprofesian
mengidentifikasi persyaratan untuk menjadi anggota profesi, menentukan kompetensi yang perlu
dikembangkan, meningkatkan penemuan baru, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang
profesi dan aktifitasnya kepada aktifis lainnya.
Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang /
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan
bawahan.”
Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal,
berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara
dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more persons)
yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi kebidanan adalah suatu
organisasi yang aktifitas pokoknya melakukan pelayanan KIA dan kesehatan kepada masyarakat
dengan salah satu tujuan yang dicapai adalah membentuk pelayanan yang bermutu dan
berkwalitas.

1. Organisasi kebidanan di dalam negeri


IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah organisasi kebidanan yang ada di Indonesia . IBI
merangkul seluruh bidan di Indonesia untuk bersatu dalam satu wadah.
IBI terdaftar sebagai anggota Ikatan Bidan Sedunia /International Confederation of Midwives
(ICM) tahun 1956.
IBI menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik
Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Tujuan IBI :
1. Membina pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam profesi kebidanan
2. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional
3. Meningkatkan kududukan dan martabat bidan dalam masyarakat
4. Meningkatkan persatuan dan kesatuan.
5. Meningkatkan profesionalisme bidan.
6. Meningkatkan peran dalam pelayanan kesehatan.
7. Meningkatkan citra bidan.
8. Menggalang persatuan dan persaudaraan antara sesama bidan serta kaum wanita
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa

2. Organisasi kebidanan di luar negeri


a. ICM (Internatinal Confederation of Midwives(ICM)
Konfederasi Internasional Bidan mendukung,mewakilidan bekerjauntuk
memperkuatasosiasiprofesionalbidandi seluruh dunia.ICM mewakili lebih dari 250.000 anggota
profesional melalui108 asosiasi kebidanandi 98 negara. ICM bekerja dengan bidandan asosiasi
kebidanan global untuk mengamankan hak perempuandanakses ke perawatankebidanansebelum,
selama dansetelah melahirkan.
ICM telahbekerja bersamabadan-badan PBBdan mitralainnyaselama puluhan tahunglobal
untukmembantu mengurangijumlahibu danbayi yang meninggal.
Diketahui bahwa bidan telah melakukan upaya untuk ada di dunia internasional selama lebih
dari 100 tahun. Ada catatan dari konferensi bidan yang diselenggarakan di Berlin, Jerman, pada
tahun 1900, ketika lebih dari 1.000 bidan hadir dan ini diatur tanpa menggunakan telepon,
komputer, kartu kredit atau pesawat terbang.
Pada tahun 1919, sekelompok bidan Eropa, berpusat di Antwerp, Belgia,
mendirikan Konfederasi Internasional Bidan. Pada saat ini, banyak negara telah memiliki
asosiasi nasional dari bidan, komunikasi di antara mereka meningkat dan serangkaian pertemuan
rutin
Selama tahun 1930-an dan 1940-an, perjalanan dan komunikasi di Eropa terganggu oleh
perang dan kerusuhan. Sayangnya, catatan rinci pertemuan bidan sebelumnya 'dan dokumen
hancur. Namun, keinginan untuk melanjutkan kerja internasional masih kuat. Pada tahun 1954,
inisiatif tumbuh lagi dan kali ini lokasi London, Inggris. Untuk pertama kalinya, nama
'International Confederation of Midwives' diputuskan, dan juga gagasan kongres tiga tahunan
rutin didirikan. Sejak 1954 rangkaian pertemuan tersebut setiap tiga tahun tetap tak terputus.
ICM sekarang memiliki lebih dari 100 anggota - semua asosiasi kebidanan otonom, dari
sekitar 100 negara yang mencakup empat wilayah: Afrika, Asia Pasifik, Amerika dan Eropa.
Setiap anggota asosiasi mengirimkan delegasi ke Dewan ICM, yang merupakan badan secara
keseluruhan, masing-masing daerah memilih wakil-wakil ke papan yang lebih kecil, yang
mengawasi bisnis yang berkelanjutan dari Konfederasi.
Dewan ICM memutuskan pada tahun 1999 untuk memindahkan lokasi kantor pusat dari
London ke Den Haag, di Belanda, dan itu telah berdiri di sana sejak. Staf markas permanen telah
meningkat dari janji pada tahun 1987 satu paruh waktu sekretaris eksekutif, untuk kelompok
yang lebih besar saat ini termasuk Sekretaris Jenderal, Program Co-ordinator, Manajer
Komunikasi dan lainnya paruh waktu bantuan administrasi. Jurnal ICM, Kebidanan
Internasional, sekarang dalam tahun ke-18 berkomunikasi "ke, dari dan di antara bidan di seluruh
dunia" dan situs ICM di www.internationalmidwives.org telah membantu akses cepat ke ICM
berita dan kegiatan sejak tahun 2000.
Kongres internasional yang diadakan setiap tiga tahun. Situs masing-masing diputuskan
enam tahun ke depan, dan acara ini co-host oleh ICM dan salah satu asosiasi anggotanya.
Tempat selama 50 tahun terakhir ini antara Yerusalem, Kobe, Manila, Santiago, Sydney,
Vancouver dan Washington, serta kota-kota Eropa banyak. Ini kongres telah menjadi fokus
utama bagi rutin bisnis global bidan, pertemuan profesional dan ilmiah. Selain itu, pertemuan
regional dan konferensi sering diadakan di tahun-tahun antara kongres.
Misi ICM adalah untuk "memajukan seluruh dunia tujuan dan aspirasi bidan dalam
pencapaian hasil yang lebih baik bagi perempuan dalam beberapa tahun mereka melahirkan
anak, bayi mereka dan keluarga mereka di mana pun mereka berada".

b. MANA (Midwives Alliance of North America)


Ketika MANA didirikan pada tahun 1982, ada banyak organisasi di Amerika Utara yang
telah didirikan bidan sebagai sarana komunikasi dan dukungan di antara bidan. Di antara mereka
adalah Asosiasi Bidan Nasional, Asosiasi Childbirth at Home, Inc, Homebirth Informed, dan
NAPSAC.
Namun, tidak satupun dari organisasi-organisasi ini memiliki basis keanggotaan yang luas
cukup untuk menarik semua bidan bersama-sama dalam satu organisasi, sistem dukungan
internal, atau kredibilitas dan pengaruh politik yang diperlukan untuk mempromosikan
kebidanan untuk diterima sebagai bagian dari ibu dan anak.
Pada bulan Oktober 1981, Suster Angela mengadakan pertemuan di Washington, DC, yang
ia berharap akan menanam benih untuk pembentukan organisasi baru ini. Dia mengundang 7
bidan dari seluruh negeri, campuran perawat-bidan dan bidan lainnya dididik dalam berbagai
cara. Ini pertemuan awal disebut "Dialog hari" dan terdiri dari sebuah diskusi meja bundar
tentang isu-isu yang dihadapi semua bidan di negeri ini, dengan penekanan khusus pada masalah
komunikasi antara perawat-bidan dan bidan Amerika lainnya. Dengan hasil dari pertemuan
pertama ini adalah keputusan untuk membentuk "Persekutuan" yang akan mencakup semua
bidan dengan tujuan berikut dalam pikiran:
a.Untuk memperluas komunikasi antara bidan.
b.Untuk mengatur pedoman pendidikan untuk pelatihan bidan.
c.Untuk mengatur pedoman untuk kompetensi dasar dan keselamatan untuk berlatih bidan.
d. Untuk membentuk sebuah organisasi profesional yang dapat diidentifikasi untuk semua
bidan di negara ini.
Yang hadir pada pertemuan pertama adalah beberapa bidan yang berada di MANA yaitu
Teddy Charvet, Ina May Gaskin, Susan Leibel, dan Fran Ventre. Sebuah pertemuan terbuka
direncanakan untuk Lexington, Kentucky, pada bulan April 1982, sebelum Konvensi ACNM
untuk menindaklanjuti diskusi ini.
Hasil dari pertemuan tersebut adalah bahwa waktu yang tepat untuk memulai pekerjaan
menyusun organisasi semacam itu, dan beberapa hari berikutnya, kelompok inti terbentuk dan
pekerjaan dimulai. Nama “Aliansi BidanAmerika Utara” terpilih.
Dua puluh tiga perempuan dari seluruh Amerika Serikat dan Kanada menghadiri konferensi
ini. Ini berbasis luas, kelompok organisatoris terampil bekerja sama dengan baik dan tulang
punggung struktural pada MANA. Kemudian Komite didirikan dan berbagai proyek dimulai.

c. NARM (The North American Registry of Midwives)


NARM mendukung sistem perawatan kesehatan di mana setiap keluarga di Amerika Utara
memiliki akses ke bidan terampil dan bertanggung jawab. NARM menetapkan standar untuk
sertifikasi berbasis kompetensi yang memungkinkan bidan untuk mendukung hak perempuan
untuk memilih kelahirannya dan tempat lahir dan untuk melibatkan seseorang yang mereka
kehendaki.
NARM mengakui potensi hasil yang lebih baik yang mencakup biaya yang lebih rendah dan
intervensi yang lebih sedikit untuk ibu melahirkan dan bayi mereka ketika dihadiri oleh bidan
profesional bersertifikat.
NARM didedikasikan untuk memajukan profesi dengan mendukung upaya-upaya advokasi
untuk pengakuan hukum di tingkat negara bagian dan federal. NARM mendedikasikan
persentase yang signifikan dari anggaran tahunan untuk pengembangan pelatihan advokasi,
menawarkan lokakarya, partisipasi dalam legislasi, kesehatan masyarakat, dan konferensi
kebidanan, menciptakan materi promosi, dan melayani di komite penasehat untuk inisiatif
tingkat negara bagian dan federal
d. AANM (The American Association of Naturopathic Bidan)
The American Association of Naturopathic Bidan (AANM) adalah organisasi profesional
untuk bidan naturopati. Bidan naturopati adalah bidan yang membantu kelahiran paling luas
yang dilatih alami yang tersedia bagi Anda dan keluarga Anda.AANM ada untuk mendidik
masyarakat tentang kebidanan naturopati dan untuk memberikan dukungan klinis, pendidikan
berkelanjutan, standar perizinan dan program mentoring bagi para anggotanya.

e. The Canadian Association of Midwives(CAM)


Asosiasi Kanada Bidan (CAM) adalah organisasi nasional yang mewakili bidan dan
profesi kebidanan di Kanada.
Misi dari CAM adalah untuk memberikan kepemimpinan dan advokasi untuk kebidanan
sebagai bagian, diatur publik yang didanai dan penting dari sistem perawatan bersalin primer di
seluruh provinsi dan wilayah. CAM mempromosikan pengembangan profesi untuk kepentingan
umum dan memberikan kontribusi perspektif kebidanan terhadap agenda kebijakan kesehatan
nasional.
Visi Asosiasi Kanada Bidan adalah bahwa kebidanan merupakan dasar pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, dan bahwa setiap wanita di Kanada akan memiliki akses ke
perawatan bidan untuk dirinya dan bayinya.
f. New Zealand College of Midwives (NZCOM)
New Zealand College of Midwives (NZCOM) adalah organisasi profesional dandiakui
'suara' untuk bidan dan bidan pelajar di Selandia Baru.
Tujuan NZCOM adalah:
• Memajukan profesi kebidanan
• Berbicara nasional dan regional untuk kepentingan bidan dan wanita
• Menegakkan Konfederasi Internasional Bidan / World Health Organisation'sdefinisi dari peran
bidan dan ruang lingkup praktek
•Menegakkan dan memajukan Selandia Baru Kebidanan Model Kemitraandengan perempuan
V

1. Pengertian standar

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional,
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode
yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-
syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Standardisasi adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama
dengan semua pihak.

Standar bukan kata asli dari bahasa Indonesia, melainkan merupakan alih bahasa dari
kata Inggris, standard. Dari kata dasar standard dibentuk kata standardization, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi standardisasi. Kata standard sendiri
merupakan terjemahan dari bahasa Perancis norme dan etalon. Istilah norme dapat dideinisikan
sebagai standar dalam bentuk dokumen, sedangkan etalon adalah standar isis atau standar
pengukuran. Untuk membedakan istilah standar tersebut, maka istilah standard diberi makna
norme, sedangkan etalon dalam bahasa Inggris diartikan measurement standard. Bagian ini
terutama akan membahas standard dalam pengertian norme, sedangkan etalon atau measurement
standard akan dibahas secara khusus di Bab mengenai Metrologi. Standar memiliki cakupan
bidang luas dan bersifat inter-disiplin ilmu. Tidak mengherankan, telah dikembangkan banyak
pengertian mengenai standar dan standardisasi. Di banyak negara, sebagaimana tertuang dalam
regulasi yang ditetapkan, pengertian standar dan standardisasi dirumuskan berbeda. Boks 5
memuat pengertian mengenai standar, standardisasi dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
sebagaimana dimuat dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian.

2. Standard Prifesi bidan

STANDAR PROFESI KEBIDANAN


Dasar hukum penerapan SPK Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut
Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi
standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan
kesehatan pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan (Informed consent), dan
membuat serta memelihara rekam medik.
· Ruang Lingkup Ruang lingkup SPK meliputi 24 standar yaitu :
1. standar pelayanan (2 standar),
2. standar pelayanan antenatal (6 standar),
3. standar pertolongan persalinan (4 standar),
4. standar pelayanan nifas (3 standar),
5. standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar) (Depkes RI, 2001:3).

3.1 Standar Pelayanan umum


1. Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat
Persyaratan standar : Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga
dan masyarakat terhadap segala halyang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan
umum, gizi, KB, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,
menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan baik
2. Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan
Persyaratan standar : Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukan, yaitu
registrasi. Semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian yan yg diberikan kpd setiap ibu
hamil/bersalin/nifas dan BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kpd masy. Disamping
itu bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau
upaya masy yg berkaitan dg ibu dan BBL. Bidan meninjau scr teratur cat tsb untukmenilai
kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya

3.2 Standar Pelayanan Antenatal


1. Standar 3 : Identifikasi Ibu hamil
Persyaratan standar : Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
masyarakat agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur
2. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Persyaratan standar : Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangung normal. Bidan juga hrs mengenal resti/kelainan, khususnya anemia, kurang
gizi,hipertensi, PMS/infeksi HIV;memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kes
serta tugas terkaitlainnya yg diberikan oleh puskesman. Bidan harus mencatat data yang tepat
pada setiapkunjungan Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan merujukuntuk tindakan selanjutnya
3. Standar 5 : Palpasi Abdomen Persyaratan standar : Bidan melakukan pemeriksaan abdominal
secara seksamamelakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan bilaumur
kehamilan bertambahmemeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepalajanin ke
dalam rongga panggul, untuk mencari kelaianan serta melakukan rujukan tepat waktu
4. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Persyaratan standar : Bidan melakukan
tindakan pencegahan, penemuan, penganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada
kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Persyaratan standar : Bidan
menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta
gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya
6. Standar 8 : Persiapan Persalinan Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat
kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan
dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

3.3 Standar Pelayanan Kebidanan


Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan
1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I.
Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien,
selama proses persalinan berlangsung.
2. Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman.
Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga.
Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4. Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.

3.4 Standar Pelayanan Nifas


Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas
1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir. Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai
bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontanmencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah atau menangani hipotermia.
2. Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan. Pernyataan standar : Bidan
melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah
persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan
penjelasan tentangan hal-hal mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk
memulai pemberian ASI.
3. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar : Bidan
memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar; penemuanan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.

3.5 Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal


1. Standar 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan, Pada Tri-mester III
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan,
serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
2. Standar 17 : Penanganan Kegawatan Pada Eklamsia.
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia mengancam. Serta
merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.
3. Standar 18 : Penanganan Kegawatan Pada Partus Lama/Macet Pernyataan standar : Bidan
mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang
memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
4. Standar 19 : persalinan dg penggunaaan Vakum Ekstraktor
Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,melakukannya secara
benar dalammemberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamnannya bagi ibu dan
janin
5. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio placenta dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penangan perdarahan sesuai dengan kebutuhan
6. Standar 21 : Penangan Perdarahan Postpartum Primer
Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebuhan dalam 24 pertama
setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama
untuk mengendalikan perdarahan
7. Standar 2 2 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan
postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dan atau
merujuknya
8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Pernyataan standar: Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya
9. Standar 24 : Penanganan Asiexsia Neonatorum
Pernyaan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfeksia, serta
melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan
memberikan perawatan lanjutan

A. Peran Bidan

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 : 112 )

Peran bidan yang diharapkan adalah:

1. Sebagai pelaksana,

Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan
tugas ketergantungan

a. Tugas Mandiri/ Primer

Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan
sesuai kewenangannya, meliputi:

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


yang diberikan.

2) Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan


melibatkan mereka sebagai klien

3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal

4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa


persalinan dengan melibatkan klien /keluarga

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir


6) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien /keluarga

7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur


yang membutuhkan pelayanan KB.

8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan


sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan nifas.

b. Tugas Kolaborasi
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan
secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi


kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi


dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi

3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga

5) Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang


mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan meliatkan klien dan keluarga

6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan


yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga
c. Tugas Ketergantungan / Merujuk

yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang

dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal maupun
vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan


fungsi rujukan keterlibatan klien dan keluarga

2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan

3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada


masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga

4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan
klien dan keluarga

5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu


dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan keluarga

6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan

Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana:

1. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien


2. Menentukan diagnosa / masalah
3. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun
5. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut tindakan
7. Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga
2. Peran sebagai pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan
dan tugas partisipasi dalam tim

a. Pengembangkan pelayanan dasar kesehatan

Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/ klien meliputi :

1) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak
untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.

2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat

3) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB sesuai


dengan rencana.

4) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau


petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB

5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan


masyarakat khususnya KIA KB termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada
program dan sektor terkait.

6) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat


serta memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada
7) Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan
praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan
dalam kelompok profesi

8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan

b. Berpartisipasi dalam tim

Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain yang berada di wilayah
kerjanya, meliputi :

1) Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim


dalam memberi asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut

2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB


dan masyarakat

3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan


petugas kesehatan lain

4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi

5) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan


dengan kesehatan

3. Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader

a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga


dan masyarakat tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB

b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan serta membina


dukun di wilayah kerjanya.
Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan yaitu :

1) mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan

2) menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk penyuluhan

3) menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan

4) melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan

5) mengevaluasi hasil pendidikan dan penyuluhan

6) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan

7) mendokumentasikan kegiatan

4. Peran sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun kelompok.

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian


2. Menyusun rencana kerja
3. Melaksanakan investigasi
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
atau pelayanan kesehatan.
B. Fungsi Bidan

Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja bagian
tubuh (Tim Media Pena,2002:117)

Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut :

1. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawnan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan tanggung jawab
bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB
C. Rumah Bersalin (RB)

Rumah Bersalin merupakan tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita
hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan
bayi baru lahir (Peraturan DaerahKota Malang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan, Bab 1Ketentuan Umum, Pasal 1, no. 14). Rumah bersalin mepunyai sifat
privat dansemi privat, sebab tidak semua orang dapat keluar masuk di dalam area ini. Sifat privat
terdapat pada bentuk pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan
bagi wanita hamil, persalinan fisiologi, masa nifas,bayi baru lahir dan keluarga berencana (KB).

D. Peran dan fungsi bidan di Rumah Bersalin


Peran dan fungsi bidan di RB tidak jauh berbeda dengan peran dan fungsi bidan praktek swasta
pada umumnya yaitu
Peran Bidan di RB
1. Peran sebagai Pelaksana,
a. Tugas Mandiri, meliputi

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang


diberikan

2) Memberikan pelayananan dasar dan asuhan kebidanan kepada klien sesuai


kewenangannya

3) Melakukan dokumentasi kegiatan

b.Tugas Kolaborasi
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

2) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan resiko tinggi


dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi

3) Melakukan dokumentasi kegiatan

c. Tugas Ketergantungan / Merujuk

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan


fungsi ketergantungan dengan melibatan klien dan keluarga.

2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada klien dengan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan

3) Melakukan dokumentasi kegiatan

2. Peran Sebagai Pengelola

RB merupakan tanggung jawab bidan, biasanya selain sebagai pelaksana bidan juga menjadi
pemilik sekaligus pengelola RB tersebut.

1. Mengelola kegiatan pelayanan kebidanan sesuai dengan rencana.


2. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan kebidanan dengan memanfaatan
sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
3. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi
4. Melakukan dokumentasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
3. Peran Sebagai pendidik
1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB,
2. Melatih dan membimbing siswa bidan/keperawatan yang melakukan Praktek kerja
lapangan di RB tersebut
1. Membina dukun yang melakukan rujukan ke RB tersebut
4. Peran sebagai peneliti

Bidan di RB juga dapat melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:

1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.


2. Menyusun rencana kerja pelatihan.
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja
atau pelayanan kesehatan.
Fungsi bidan di RB
1 Fungsi Pelaksana
1. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
2. Memberikan imunisasi pada bayi dan ibu hamil
3. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
4. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
2. Fungsi Pengelola
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung
oleh partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang
dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kebidanan klien dan keluarga yang berkunjung ke RB

4. Pengertian kompetensi

ompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu
penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an
underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective
and/or superior performance in a job or situation“ (Spencer & Spencer, 1993:9). Karakteristik
yang mendasari (underlying characteristic) berarti kompetensi merupakan bagian dari
kepribadian seseorang yang telah tertanam dan berlangsung lama dan dapat memprediksi
perilaku dalam berbagai tugas dan situasi kerja. Penyebab terkait (causally related) berarti
bahwa kompetensimenyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja (performance). Acuan
kriteria (criterion-referenced) berarti bahwa kompetensi secara aktual memprediksi siapa yang
mengerjakan sesuatu dengan baik atau buruk, sebagaimana diukur oleh kriteria spesifik atau
standar. Kompetensi (Competencies) dengan demikian merupakan sejumlah karakteristik yang
mendasari seseorang dan menunjukkan (indicate) cara-cara bertindak, berpikir, atau
menggeneralisasikan situasi secara layak dalam jangka panjang.

Ada lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu:


1. motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang
menyebabkan tindakan seseorang
2. ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten terhadap situasi atau
informasi
3. konsep diri (self-concept), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri seseorang
4. pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik tertentu
5. keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas mental
tertentu.

5. kompetensi bidan

STANDAR KOMPETENSI BIDAN

Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama
bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan praktiknya. Praktik kebidanan merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada klien (individu, masyarakat dan keluarga)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya yang tertuang dalam asuhan kebidanan.

Asuhan kebidanan merupakan ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh bidan dalam penerapan
fungsi, kegiatan dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan dan atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas,
bayi dan KB termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh seorang bidan telah ditetapkan sebagai wilayah
kompetensi bidan di Indonesia yang bisa disebut dengan Standar Kompetensi Bidan.

Standar Kompetensi Bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki
oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung jawab
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua
katagori yaitu kopetensi inti / dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh
bidan, kompetensi tambahan / lanjutan merupakan pengembangan dari pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan / kebutuhan
masyarakat yang sangat luas dinamis serta perkembangan IPTEK.

Lahirnya kompetensi bidan di Indonesia tidak terlepas dari Permenkes 572 Tahun 1996 tentang
Registrasi Praktik Bidan, kompetensi bidan yang disusun oleh ICM pada Februari 1999,
kompetensi bidan Indonesia yang disahkan pada KONAS IBI XII di Denpasar Bali, Peraturan
Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/II/2002 tentang kewenangan praktik bidan dan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar
Profesi Bidan. Kompetensi Bidan ini merupakan acuan Bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.:

1. Pengetahuan umum, keterampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial,
kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional

Pernyataan kompetensi 1:
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 1 maka dapat dirumuskan pengetahuan, keterampilan dan


perilaku bidan yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dan Keterampilan Dasar

1. Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia


2. Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan modern
3. Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawatdaruratan bagi anggota masyarakat yang
sakit yang membutuhkan asuhan tambahan
4. Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi di
masyarakat
5. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak- haknya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh
pelayanan kebidanan)
6. Keuntungan dan risiko dari tatanan tempat bersalin yang tersedia
7. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman
8. Masyarakat-keadaan kesehatan lingkungan, termasuk penyediaan air, perumahan, risiko
lingkungan, makanan dan ancaman umum bagi kesehatan
9. Standar profesi dan praktek kebidanan

b. Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan

1. Epidemiologi, sanitasi diagnosa masyarakat dan vital statistik.


2. Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumber daya
yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan.
3. Primary Healty Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan promosi
kesehatan serta strategi pencegahan penyakit.
4. Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi.

c. Perilaku Profesional Bidan

1. Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.


2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir.
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit menular dan strategi
pengendalian infeksi.
5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan.
6. Menghargai budaya setempat berhubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan,
kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita / ibu agar
mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek
asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas
kesehatannya sendiri.
8. Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.
9. Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada ibu dan keluarga.
10. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

2. Pra konsepsi, KB dan ginekologi

Pernyataan Kompetensi ke-2:

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 2 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar

1. Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual.


2. Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan
reproduksi.
3. Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan bereproduksi.
4. Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga dan riwayat genetik yang relevan.
5. Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang sehat.
6. Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang bersifat
tradisional yang lazim digunakan.
7. Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping berbagai kontrasepsi
yang digunakan antara lain pil, suntikan, Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), alat
kontrasepsi bawah kulit, kondom, tablet vagina (AKBK)…
8. Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode kontrasepsi.
9. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS (HIV/AIDS) dan kelangsungan hidup anak.
10. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual yang lazim terjadi.

b. Pengetahuan tambahan

1. Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan


kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan.
2. Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan proses
rujukan untuk pemeriksaan / pengobatan lebih lanjut.
3. Indikator dan metode konseling / rujukan terhadap gangguan hubungan interpersonal,
termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga (seks, fisik, emosi).

c. Keterampilan dasar
1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus sesuai dengan kondisi wanita.
3. Menetapkan dan atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan laboratorium
seperti hematokrit dan analisis urine.
4. Melaksanakan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan tepat.
5. Memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya masyarakat.
6. Melakukan pemeriksaan berskala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai
kebutuhan.
7. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang ditemukan.
8. Melakukan pemasangan AKDR.
9. Melakukan pencabutan AKDR dengan letak normal.
10. Keterampilan tambahan
11. Melakukan pemasangan AKBK.
12. Melakukan pencabutan AKBK dengan letak normal.

3. Asuhan konseling selama kehamilan

Pernyataan Kompetensi ke-3:

Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 3 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan ketrampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar

1. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia.


2. Siklus menstruasi dan proses konsepsi.
3. Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Tanda-tanda dan gejala kehamilan.
5. Mendiagnosa kehamilan.
6. Perkembangan normal kehamilan.
7. Komponen riwayat kesehatan.
8. Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal.
9. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan atau tinggi fundus
uteri.
10. Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hypermesis gravidarum, kehamilan
ektopik terganggu, abortus imminiens, molla hydatidosa, dan komplikasinya dan
kehamilan ganda, kelainan letak serta preeklamsi.
11. Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin dalam darah, tes gula,
protein, aceton dan bakteri dalam urine.
12. Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik, ketidak- nyamanan yang
lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan.
13. Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan terhadap
keluarga.
14. Penyuluhan dalam kehamilan: perubahan fisik, perawatan buah dada, ketidaknyamanan,
kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan, dan aktifitas (senam hamil).
15. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.
16. Penatalaksanaan imunisasa pada wanita hamil.
17. Pertumbuhan dan perkembangan janin.
18. Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orangtua.
19. Persiapan keadaan rumah / keluarga untuk menyambut kelahiran bayi.
20. Tanda-tanda dimulainya persalinan.
21. Promosi dan dukungan pada ibu menyusui.
22. Tehnik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persalinan dan kelahiran.
23. Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan.
24. Mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan.
25. Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi
ketidaknyamanan selama kehamilan.
26. Akibat yang timbul dari merokok, penggunaan alkohol dan obat terlarang bagi wanita
hamil dan janin.
27. Akibat yang ditimbulkan / ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan,
misalnya toxoplasmosis.
28. Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa, seperti pre- eklamsi,
perdarahan pervaginaan, kelahiran prematur, anemia berat.
29. Kesejahteraan janin termasuk Denyut Jantung Janin (DJJ) dan pola aktivitas janin.
30. Resusitasi kardiopulmonary.

b. Pengetahuan tambahan

1. Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan seperti
asma, infeksi HIV, penyakit menular seksual (PMS), diabetes, kelainan jantung,
postmatur / serotinus.
2. Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janin.

c. Keterampilan dasar

1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa pada setiap
kunjungan / pemeriksaan ibu hamil.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap.
3. Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundus
uteri / posisi / presentasi dan penurunan janin.
4. Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul.
5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung janin dengan
menggunakan fetoscope (pinard) dan gerakan janin dengan palpasi uterus.
6. Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan.
7. Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan janin.
8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu hamil dan hubungan dengan komplikasi kehamilan.
9. Memberikan penyuluhan pada klien / keluarga mengenai tanda-tanda berbahaya dan serta
bagaimana menghubungi bidan.
10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis gravidarum
tingkat 1, abortus iminen dasn preeklamsi ringan.
11. Menjelaskan dan mendemostrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim
terjadi dalam kehamilan.
12. Memberikan imunisasi pada kehamilan.
13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang
tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat dari:
o Kekurangan gizi.
o Pertumbuhan janin yang tidak ade kuat.
o Pre eklamsi berat dan hipertensi.
o Perdarahan pervaginaan.
o Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.
o Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.
o Kematian janin.
o Adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang berat, gangguan pandangan, nyeri
epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi.
o Ketuban pecah sebelum waktunya.
o Persangkaan polyhydramnion.
o Diabetes mellitus.
o Kelainan kongenital pada janin.
o Hasil laboratorium yang tidak normal.
o Persangkaan polyhydramnion, kelainan letak janin.
o Infeksi pada ibu hamil seperti: PMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran
nafas.
14. Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran dan menjadi orangtua.
15. Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama hamil,
seperti nutrisi, latihan (senam), keamanan dan berhenti merokok.
16. Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia.

d. Keterampilan tambahan

1. Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ


2. Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan
normal dengan menggunakan standar lokal dan sumber daya yang tersedia.
3. Melaksanakan kemampuan LSS dalam menejemen pasca abortus.

4. Asuhan selama persalinan dan kelahiran

Pernyataan Kompetensi ke-4:

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.
Berdasarkan pernyataan kompetensi 4 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan
yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar

1. Fisiologi persalinan.
2. Anatomi tengkorak bayi, diameter yang penting dan petunjuk.
3. Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa.
6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
8. Proses penurunan kepala melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga / pendamping,
pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat.
11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernafasan, kehangatan dan
pemberian ASI / PASI.
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara
lain kontak kulit langsung, kontak mata antarbayi dan ibunya bila dimungkinkan.
14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASi eksklusif.
15. Menejemen fisiologi kala III.
16. Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotik dan sedativa.
17. Indikasi tindakan kegawatdaruratan kebidanan seperti: distrosia bahu, asfiksia neonata,
retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.
18. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, Cephalopelvic
disproportion (CPD).
19. Indikator komplikasi persalinan misalnya: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi,
eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban ibu, gawat janin, infeksi, ketuban
pecah dini tanpa infeksi, distocia karena inersia uteri primer, post term dan preterm serta
tali pusat menumbung.
20. Prinsip Manajemen Kala III, secara fisiologis.
21. Prinsip Manajemen aktif kala III.

b. Pengetahuan tambahan

1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.


2. Pemberian suntikan anastesi lokal.
3. Akselarasi dan induksi persalinan.

c. Keterampilan dasar

1. Pengumpulan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada
persalinan sekarang.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin.
4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat
meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban dan
proporsi panggul dengan bayi.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partagraf.
7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarga.
8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan.
9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan
kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan
tepat waktu.
10. Melakukan amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi.
11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
14. Melaksanakan manajemen aktif kala III.
15. Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa.
16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit.
17. Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversi uteri dalam kala III.
18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar.
20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus macet, kepala di
dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
23. Melakukan pengeluaran plasenta secara manual.
24. Mengelola perdarahan post partum.
25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawatdaruratan dengan tepat waktu sesuai
indikasi.
26. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/tali kasih ibu dan
bayi baru lahir.
27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
28. Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.

d. Keterampilan tambahan

1. Menolong kelahiran presentasi dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat.
2. Memberikan suntikan anastesi lokal jika diperlukan.
3. Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vakum jika diperlukan sesuai kewenangan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, ditorcia bahu, gawat janin dan kematian
janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat.
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika
diperlukan sesuai kewenangan.
8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi dan persalinan dan
penanganan perdarahan post partum.

5. Asuhan pada ibu nifas dan menyusui

Pernyataan Kompetensi ke-5:

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 5 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar

1. Fisiologi nifas.
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan / abortus.
3. Proses laktasi / menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang
lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting
susu masuk.
4. Kebutuhan nutrisi nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan fisiologis lainnya
seperti pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
7. Bonding dan attachement orangtua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan
positif.
8. Indikator subinvolusi misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi.
9. Indikator masalah-masalah laktasi.
10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginaan
menetap, sisa plasenta, renjatan (shock) dan preeklamsi post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia kronis,
hematoma vulva, retensi urine dan incontinensia alvi.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selam dan sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.

b. Ketrampilan dasar

1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci
tentang kehamilan, persalinan, dan kelahiran.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
3. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
4. Merumuskan diagnisa masa nifas.
5. Menyusun perencanaan.
6. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
7. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat,
nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
8. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu.
9. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk
tindakan yang sesuai.
10. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal sisa plasenta, renjatan dan infeksi ringan.
11. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan.
12. Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca absorsi.
13. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
14. Memberikan antibiotika yang sesuai.
15. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

c. Ketrampilan tambahan

1. Melakukan insisi pada hematoma vulva.

6. Asuhan pada bayi baru lahir

Pernyataan Kompetensi ke-6:

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat
sampai dengan 1 bulan.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 6 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar

1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.


2. Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat,
kehangatan, nutrisi, bonding dan attechement.
3. Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya nilai APGAR.
4. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5. Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
6. Memberikan imunisasi pada bayi.
7. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti: caput, molding,
mongolian spot, hematoma.
8. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi lahir normal seperti: hypoglikemi, hypotermi,
dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus.
9. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
10. Keuntungan dan risiko imunisasi pada bayi.
11. Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.
12. Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti: trauma intracranial, fraktur clavikula,
kematian mendadak, hematoma.

b. Pengetahuan tambahan

1. Sunat dan tindik pada bayi perempuan.


c. Keterampilan dasar

1. Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan dan merawat tali pusat.
2. Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
3. Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
4. Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
5. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada bayi baru lahir dan schreening untuk
menemukan adanya tanda kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang tidak
memungkinkan untuk hidup.
6. Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.
7. Memberikan imunisasi pada bayi.
8. Mengajarkan pada orangtua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus membawa bayi
untuk minta pertolongan medik.
9. Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir seperti: kesulitan
bernafas / asphyksia, hypotermi, hypoglikemi.
10. Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila
dimungkinkan.
11. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

d. Ketrampilan tambahan

1. Melakukan penilaian masa gestasi.


2. Mengajarkan pada orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal
dan asuhannya.
3. Membantu orangtua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya yang tersedia di
masyarakat.
4. Memberikan dukungan kepada orangtua selama berduka cita yang sebagai bayi dengan
cacat bawaan, keguguran atau kematian bayi.
5. Memberi dukungan kepada orangtua selama bayinya dalam perjalanan rujukan
diakibatkan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.
6. Memberi dukungan pada orangtua dengan kelahiran ganda.
7. Melaksanakan tindik dan sunat pada bayi perempuan.

7. Asuhan pada bayi dan balita

Pernyataan Kompetensi ke-7:

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan – 5 tahun).

Berdasarkan pernyataan kompetensi 7 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar
1. Keadaan kesehatan bayi dan anak Indonesia, meliputi: angka kesakitan, angka kematian,
penyebab kesakitan dan kematian.
2. Peran dan tanggung jawab orangtua dalam pemeliharaan bayi dan anak.
3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Kebutuhan fisik dan psikososial anak.
5. Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak.
6. Prinsip-prinsip komunikasi pada bayi dan anak.
7. Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
8. Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak, misalnya pemberian imunisasi.
9. Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal, seperti: gumoh / regurgitasi,
diaperrash dan lain-lain serta penatalaksanaannya.
10. Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak.
11. Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
12. Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan di luar rumah serta
upaya pencegahannya.
13. Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.

b. Keterampilan dasar

1. Melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak balita.
2. Melaksanakan penyuluhan pada orangtua tentang pencegahan bahaya-bahaya pada bayi
dan anak sesuai dengan usia.
3. Melaksanakan pemberian imunisasi pada bayi dan anak.
4. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang terfokus pada
gejala.
5. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus.
6. Mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik.
7. Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau merujuk.
8. Menjelaskan pada orangtua tentang tindakan dilakukan.
9. Melakukan pemeriksaan secara berkala pada bayi sesuai dengan standar yang berlaku.
10. Melaksanakan penyuluhan pada orangtua tentang pemeliharaan bayi dan anak.
11. Melaksanakan penilaian status nutrisi pada bayi dan anak.
12. Melaksanakan tindakan, kolaborasi atau merujuk secara tepat sesuai keadaan bayi dan
anak yang mengalami cidera dan kecelakaan.
13. Mendokumentasikan temuan-temuan dari intervensi yang dilakukan.

8. Kebidanan komunitas

Pernyataan Kompetensi ke-8:

Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 8 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:
a. Pengetahuan dasar

1. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas.


2. Masalah kebidanan komunitas.
3. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
5. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.
6. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan
masyarakat.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
8. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

b. Pengetahuan tambahan

1. Kepemimpinan untuk semua (KESUMA).


2. Pemasaran sosial.
3. Peran serta masyarakat (PSM).
4. Audit Maternal Perinatal.
5. Perilaku kesehatan masyarakat.
6. Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (safe
motherhood dan gerakan sayang ibu).
7. Paradigma sehat tahun 2010.

c. Keterampilan dasar

1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di
masyarakat.
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
3. Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
4. Mengelola pondok bersalin desa (POLINDES).
5. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi, bayi dan balita.
6. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung
upaya-upaya kesehatan ibu dan anak.
7. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

d. Keterampilan tambahan

1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.


2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan terhadap dukun bayi.
3. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
4. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna.

9. Asuhan pada ibu / wanita dengan gangguan reproduksi

Pernyataan Kompetensi ke-9:


Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

Berdasarkan pernyataan kompetensi 9 maka dapat dirumuskan pengetahuan dan keterampilan


yang harus dimiliki oleh setiap bidan, yaitu:

a. Pengetahuan dasar

1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual (PMS),


HIV/AIDS.
2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
3. Tanda dan gejala penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi keputihan,
pendarahan tidak teratur dan penundaan haid.

b. Keterampilan dasar

1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.


2. Melaksanakan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat dan tepat dan wanita/ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada kelainan
ginekologi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
5. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

c. Keterampilan tambahan

1. Mempersiapkan wanita menjelang klimakterium dan menopause.


2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum
sempurna).
3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan
sistem reproduksi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

d. Pengetahuan tambahan

1. Mikroskop dan penggunaannya.


2. Teknik pengambilan dan pengiriman sedian Pap smear.

e. Keterampilan tambahan

1. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.


2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.

6. Pengertian wewenang
Wewenang adalah kekuasaan yang didelegasikan secara formal. Ia termasuk kepada hak untuk
memerintah suatu situasi, komitmen untuk menggunakan sumber daya, memberi perintah, dan
mengharapkan dirinya untuk ditaati, dan selalui disertai dengan tanggung jawab terhadap
tindakan yang diambil atau kegagalan untuk bertindak.

3 tipe wewenang menurut Max Weber


Max Weber, seorang sosiolog dan filsuf, menggolongkan wewenang ke dalam 3 tipe, yaitu
karismatik, tradisional dan legal-rasional.

- Wewenang karismatik
Wewenang karismatik menunjuk kepada seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu yang
membuatnya menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. Pemimpin jenis ini bukan hanya
memiliki kemampuan hebat, tapi juga memiliki kekuatan karisma yang superior dalam
memimpin orang-orang di bawah dia. Kekuatannya datang dari kepercayaan masif dan
keyakinan yang hampir tidak tergoyahkan dari orang-orang yang mengikutinya.

- Wewenang tradisional
Wewenang tradisional mengindikasikan keberadaan dari kepribadian yang dominan. Pemimpin
jenis ini adalah seseorang yang bergantung kepada tradisi yang telah mapan. Walaupun
pemimpin ini adalah juga kepribadian yang dominan, orde yang berlaku di masyarakat
memberinya mandat untuk memerintah. Tipe kepemimpinan ini adalah refleksi dari rutinitas dan
perilaku sehari-hari.

- Wewenang legal-rasional
Wewenang legal-rasional adalah jenis wewenang yang mendasarkan dirinya pada hukum yang
terdefinisikan secara jelas. Kepatuhan dari orang-orang bukan didasarkan pada kapasitas dari
pemimpin itu sendiri, tapi pada legitimasi dan kompetensi yang dianugerahkan oleh prosedur dan
hukum kepada orang yang memiliki wewenang tersebut. Masyarakat kontemporer bergantung
kepada tipe rasionalisasi ini, karena kompleksitas dari masalah-masalah yang ada memerlukan
adanya suatu birokrasi yang mewujudkan keteraturan dan sistematisasi.

Masyarakat modern bergantung kepada wewenang legal-rasional dalam hal menemukan


kesamaan yang mana bisa dicapai oleh suatu konsensus. Tapi konsensus yang berdasarkan
perjanjian seringkali kekurangan fleksibilitas, yang bisa mewujudkan dominansi mental birokrasi
yang kadang-kadang dituduhkan kepada pelayanan pemerintah

7. Wewenang bidan sesuai Permenkes RI No. 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan

Kewenangan
Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada masa
sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan:

a. konseling pada masa sebelum hamil;


b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Bidan berwenang melakukan:

a. episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
VI

1. Pengertian Manager

Secara sederhana manajer adalah orang yang dapat mengarahkan atau memimpin orang lain dan
mampu bertanggung jawab atas kegiatan (pekerjaan) di suatu organisasi atau perusahaan.

Lebih lanjut, pengertian manajer adalah orang yang memiliki pengalaman, pengetahuan serta
keterampilan yang baik dan diakui oleh organisasi/perusahaan tersebut untuk dapat memimpin,
mengendalikan mengelola, mengatur serta mengembangkan organisasi dalam rangka mencapai
visi (tujuan) perusahaan.

Dalam penerapannya pada beberapa organisasi, manajer biasanya dikelompokkan kedalam


beberapa kategori manajer seperti manajer puncak (top management),manajer tingkat
mengah (middle management) dan manajer lini pertama (first-line management). Berikut ini
penjelasannya:

1. Manejemen lini pertama (first line management)


Pernahkah mendengar istilah supervisor, manajer area, manajer department dan manajer kantor
atau mandor ?. Beberapa pekerjaan tersebur termasuk dalam kelompok manajer lini pertama.
Manajer ini merupakan tinggatan paling rendah, sering dikenal dengan manajer operasional.
Tugas dan fungsinya seperti memimpin dan mengawasi pegawai non-manajerial yang terlibat
dalam proses produksi.

2. Manajer tingkat menengah (middle management)


Kali ini contohnya seperti manajer proyek, manajer divisi , manajer pabrik atau kepala bagian
termasuk kelompok manajer tingkat menengah. Manajer ini ini berada diantara manajer lini
pertama (first line management) dan manajer puncak (top management), tugas dan fungsinya
adalah sebagai penghubung antara keduanya.

3. Manajer puncak (top management)


Contoh dari manajer puncak seperti Chief Executive Officer (CEO), Chief Information Officer
(CIO) dan Chief Financial Officer (CFO). Tugas dan fungisnya manajer puncak adalah bertugas
untuk merencanakan kegiatan maupun strategi organisasi perusahaan secara umum serta
mengarahkan jalannya organisasi ataupun perusahaan. Manajer puncak ini dikenal dengan
istilah executive officer.

2. Peran Leader

Berikut beberapa peran yang harus dijalankan oleh seorang leader.

Menyusun kebijakan tim


Seorang leader harus mampu memberi keputusan apa yang harus dilakukan oleh
timnya. Tentu leader harus memperhatikan beberapa hal untuk menjadi pertimbangan
selama mengambil keputusan. Pertimbangan seperti risiko yang mungkin muncul,
analisa respon klien, dan lainnya. Hal ini supaya kebijakan yang dimabil tepat dan
tidak menyebabkan risiko yang besar.

Mengondisikan anggota

Setelah mengambil kebijakan untuk tim, leader harus memikirkan pula strategi yang
tepat agar semua berjalan lancar. Para anggota pun mendapat berbagai tugas yang
sesuai dengan bakat mereka. Sebagai leader, mengetahui bakat dan keahlian anggota
adalah suatu keharusan. Hal tersebut akan memudahkan leader untuk mewujudkan
tujuan.

Mengkoordinasi semua elemen

Bukan hanya anggota, leader juga harus memperhatikan koordinasi antara atasan dan
bawahan serta dengan beberapa unit yang lain. Leader yang baik akan mampu
mewujudkan hal tersebut sehingga terbangun hubungan harmonis antar elemen. Sebab
untuk mewujudkan visi dibutuhkan pula kerja sama antar divisi atau bahkan pihak
lain.

Mengevaluasi secara berkala

Setelah memastikan semuanya telah melakukan tugas dan fungsinya langkah


selanjutnya adalah mengevaluasi. Jangan pernah mengabaikan evaluasi, sebab dari
sinilah bisa lahir berbagai hal baru dan perbaikan agar lebih baik. Leader harus
memperhatikan betul semua pelaporan dari setiap bagian. Dengan begitu Anda bisa
mengevaluasi secara detail dan baik. Biarkan setiap anggota atau elemen lain
memaparkan apa adanya dan ajak mereka untuk menemukan bagian tersulit. Sebagai
leader, Anda tidak perlu takut terhadap masalah itu. Mulailah menemukan akar
masalah dengan begitu solusi akan lebih mudah ditemukan.

3. Langkah Pengorganisasian pelayanan kebidanan

Langkah – langkah pengorganisasian


1. Tujuan orgnisasi harus dipahami oleh staf.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
3. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatukegiatan yang praktis.
4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakanoleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung.
5. Penugasan personel yang mampu.
6. Mendelegasikan wewenang.

You might also like