Professional Documents
Culture Documents
FADHAIL QUR’AN
“Ayat-Ayat Tentang Keutamaan Al-Qur’an”
Oleh kel 5:
Dinda Alfa Regina
NIM:2010301004
Dosen Pengampu:
Wahyuni Eka Putri, S. Th. I, M. SI
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
judul “Ayat-Ayat Tentang Keutamaan Al-Qur’an”. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas terstruktur pada mata kuliah Fadhail Qur’an..
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah ini tidak lepas dari bimbingan bapak
dosen pengampu yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat,
pengetahuan dan nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan yang di miliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran, dan masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
Makalah ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan peneliti selanjutnya. Akhir kata
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
dan kelemahan dalam Makalah ilmiah ini. Terima kasih.
A. Latar Belakang
Begitu mulia-Nya Al-Qur’an sehingga malaikat pun kagum dan kita sebagai
umat yang diturunkan Al-Qur’an harus bangga dan harus mengamalkannya
dengan baik. Maka dengan hal itu, kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw
tentunya mendapat nilai yang lebih daripada umat-umat terdahulu, karena Al-
Qur’an merupakan pemberi syafaat di sisi Allah .
1
Zeid Husein Al-Hamid, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, (Jakarta: Pustaka Amani,
2007),h.115
BAB II
PEMBAHASAN
:
ت اَ َّن لَهُ ْم اَجْ رًا َكبِ ْير ًۙا ّ ٰ اِ َّن ٰه َذا ْالقُرْ ٰانَ يَ ْه ِديْ لِلَّتِ ْي ِه َي اَ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ الَّ ِذ ْينَ يَ ْع َملُوْ نَ ال
ِ صلِ ٰح
“Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S. Al-Israa‟ : 9).
Allah Subhanahu wa Ta‟ala menyebutkan pada ayat yang mulia ini, bahwa Al-
Qur‟an Al-Karim ini merupakan kata samawi yang teragung, yang menghimpun
semua ilmu, yang diturunkan paling akhir dari Rabb semesta alam. “Memberi
petunjuk kepada jalan yang lebih lurus”, maksudnya memberi petunjuk jalan yang
paling lurus, adil dan benar.
Dan ayat ini menerangkan secara global mengenai semua isi kandungan Al-
Qur‟an; yaitu berupa petunjuk kepada jalan yang terbaik, adil dan benar. Jika kita
ikuti keterangan rincinya secara menyeluruh, maka kita akan menemukannya pada
seluruh Al-Qur‟an. Karena ia mencakup seluruh petunjuk untuk kebaikan hidup di
dunia dan akhirat.2
Sehingga semua keadaan yang paling lurus dalam persoalan akidah, akhlak,
perilaku, politik, industri, amal dunia dan akhirat, maka Al-Qur‟an selalu
membimbing ke arahnya, memerintahkan dan memberikan dorongan kepada manusia
untuk menjalankannya.
2
Adhwa’ Al-Bayan, (2/372)
“Dan ini (Al-Qur‟an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya.” (Q.S; Al-An‟am : 92).
Berkah” artinya konsisten dan stabil dalam kebaikan, berlimpah ruah dan selalu
selalu bertambah kebajikannya, dan itulah kondisi Al-Qur‟an Al-Karim. 3
Selanjutnya, keberkahan al-Qur‟an karena memiliki manfaat serta memberi petunjuk
kebaikan bagi manusia dan menghindarkannya dari bentuk kejahatan serta kerusakan.
Pendapat ini semakin memperkuat pemahaman bahwa manusia yang menjadikan al-
Qur‟an sebagai pedoman hidup, maka hidupnya akan penuh dengan keberkahan.
Makna keberkahan al-Qur‟an bagi al-Biqā‟i adalah kitab yang selama-lamanya akan
menyimpan kebaikan dan manfaat dan tidak akan ada yang bisa mengubahnya. Al-
Qur‟an disebut sebagai kitab mengandung berkah yang berarti mengandung banyak
manfaat dan kebaikan.
C. Al-Qur’an Adalah Penjelasan dan Petunjuk Bagi Segala Hal Serta Gembira
Bagi Kaum Muslimin
َي ٍء َ ث فِ ْي ُكلِّ اُ َّم ٍة َش ِه ْيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِجْئنَا بِكَ َش ِه ْيدًا ع َٰلى ٰهُٓؤاَل ۤ ۗ ِء َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت
ْ ب تِ ْبيَانًا لِّ ُك ِّل ش ُ َويَوْ َم نَ ْب َع
َࣖ َّوهُدًى و ََّرحْ َمةً َّوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين
3
Lihat Al-Tabarruk, Anwa’uhu wa Ahkamuhu, DR. Nashir bin ‘Abdurrahman Al-Judai’,
hal. 45-46.
4
Lihat Fi Zhilal Al-Qur’an (2/1147), Lathaif Qur’aniyyah. DR. Shalah ‘Abd Al-Fattah
Al-Khalidi, hal. 15-16.
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi
saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk
menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang yang berserah diri (Muslim).(Q.S. An-Nahl:89)
Disebutkan sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira secara khusus, pertanda
teramat pentingnya perkara tersebut.Adapun petunjuk adalah penjelasan mengenai
pelurusan akidah dan pemikiran serta penyelamatannya dari kesesatan.
Sedangkan rahmat adalah apa yang menentukan kebahagiaan hidup, di dunia dan
akhirat Sementara kabar gembira adalah apa menjanjikan dua keuntungan, yaitu
keuntungan di dunia dan keuntungan di akhirat.
5
Hal ini tidak berarti bahwa kita mencukupkan diri dengan Al-Qur’an tanpa Al-Sunnah,
karena siapapun yang mengikuti Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, maka ia
pasti akan mengambil Al- Sunnah dan mengamalkan kandungannya; karena Al-Qur’an sendiri
telah mengarahkan kepada Al-Sunnah dala banyak tempat, sebagaimana dalam firman Allah: “Dan
apa yang dibawa oleh Rasul, maka ambilla, dan apa yang ia larangkan maka jauhilah.” (Al-Hasyr:
7)
Dan kesemuanya itu khusus diberikan kepada kaum muslimin dan tidak kepada
selain mereka. Karena ketika ditawarkan Al-Qur‟an kepada mereka, justru mereka
menutup pintu manfaat rapat-rapat untuk diri mereka sendiri. 6
6
16 Al-Tahrir wa Al-Tanwir, (13/204)
E. Al-Qur’an sebagai Obat Penawar bagi Hamba
Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
َٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى و ََّرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu suatu pelajaran
dari Tuhanmu, dan penyembuh segala penyakit yang ada di dalam dada, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Penyebutan kata “dada” diartikan dengan hati, dan hal itu menunjukan bahwa
wahyu- wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani,
seperti: ragu, dengki maupun takabur. Di dalam al-Qur’an, hati ditunjukan
sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak.
Bahkan hati dinilai mampu melahirkan ketenangan ataupun kegelisahan. Adapun
pada makna berikutnya, di mana kata Syifa’ secara khusus yang dimaksud dalam
al-Qur’an hanya sebagian ayat atau surat yang menggambarkan tentang obat dan
penyembuh bagi hambanya, dan ini sesuai dengan surat al-Israa’ ayat 82 yang
bunyinya sebagai berikut:
ٰ ونُن َِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء وَّرحْ مةٌ لِّ ْلمْؤ من ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد
الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل َخ َسارًا ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
Artinya: “Dan kami menurunkan sebagian dari al-Qur’an sebagai obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
7
Toshihiko Izutsu, (peng.,) Machasin, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Sementik
terhadap Al-Qur’an, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm. 161;220.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan