Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi
ditentukan oleh konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki siswa pada
Kegagalan
2
peranan yang sangat penting, maka dalam kegiatan belajar mengajar guru
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Bagaimana agar siswa itu belajar aktif? Agar siswa belajar aktif, hendaknya
guru luas, memakai cara evaluasi yang bervariasi, dan guru memiliki
matematika.
B. RUMUSAN MASALAH
metode penggunaan alat peraga yang kongkret di kelas III semester I SDN
a. Identifikasi masalah
pada murid kelas III SDN No. 133/VII Kasiro Ilir Kecamatan Batang Asai
Kabupaten Sarolangun.
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; “Bagaimana hasil belajar siswa
pada materi pecahan dapat ditinkatkan, melalui metode penggunaan alat peraga
benda kongkret?
C. TUJUAN PERBAIKAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar pada Materi pecahan dengan menggunakan alat
peraga benda kongkret di kelas III SDN No. 133/VII Kasiro Ilir Kecamatan
D. MANFAAT PERBAIKAN
meningkat,
ii. dapat membentuk sifat logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin,
ii. dapat melahirkan siswa yang siap dalam jenjang pendidikan yang
1. Pengertian Belajar
belajar.
sebelumnya.
Berarti perubahan tingkah laku ini terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai.
2. Prinsip-prinsip Belajar
berikut.
memperoleh pengertian-pengertian.
mencapai tujuan.
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor
Yaitu faktor yang berasal dari diri siswa yang sedang belajar. Faktor
Dunia ini penuh dengan pecahan. Jika tidak ada pecahan, maka
tidak akan bisa berbagi kue dengan orang lain, dan harus membeli
semuanya secara utuh atau tidak membeli sama sekali. Apakah pecahan
dari satu bilangan utuh (Lynette Long dalam John Wiley & Sons, Inc,
2003:1)
dari suatu benda. Dengan kata lain pecahan adalah bilangan yang
dinyatakan
a
dengan a bilangan bulat, b bilangan bulat, b 0, dan b bukan faktor
b
dari pembilang.
Contoh :
Jika suatu benda dibagi atas dua bagian yang sama, maka masing-
masing bagian adalah satu dari dua bagian yang sama. Benda itu
“setengah
bagian
11
yang sama dengan cara melipatnya melalui pusat bundaran. Bundaran itu
“setengah”.
a. Arti Pecahan
ditulis dengan
1
menyatakan bilangan “sepertiga” ditulis dengan lambang
3
bayang pada:
13
bagian benda
yang ada. Pecahan 2 dapat diterangkan seperti pada gb. 3.4 (iv).
3
Disamping itu dapat juga diterangkan degan garis bilangan dan juga
dengan perbandingan
2
diartikan sebagai perbandingan dari banyak
3
2
dibanding banyaknya pensil Ira 2:3 dan dapat ditulis .
3
1
= 2 = dan seterusnya, dengan beberapa cara:
3
2 4 6
c) Dengan peragaan
bahwa: 1 1
> dan 2 < 3
2 3 3 4
15
1
di sebelah kanan 1 maka 1
2 > 1
3 2 3
2
di sebelah kiri 3 maka 2 < 3
3 4 3 4
sebanyak 4 lembar.
1
Tandai pada garis lipatan dengan lambang bilangan .
2
1
lambang-lambang , 2, 3, 4.
4 4 4 4
2 1
Jadi, = , juga
6 3
1 2
= = 3,
2 4 6
2 4
= , dan
3 6
2
= 3 = 4 = 6
2 3 4 6
17
1 1
di sebelah kiri
6 4
Pecahan
1 1
kurang dari pecahan
6 4
Ditulis
1
< 1
6 4
1 1
di sebelah kanan
3 4
1 1
Pecahan lebih dari pecahan
3 4
1 1
Ditulis >
3 4
1
< 1
6 dibaca seperenam kurang dari seperempat dapat
4
dibaca
1
1
> dibaca seperempat lebih dari seperenam
4 6
1 2
sama letaknya dengan
3 6
1 1
Pecahan sama dengan pecahan
3 6
1 2
Ditulis = =
3 6
18
1
= 2 = 3
2 4 6
1
= 2
3 6
Ternyata 3 2 1 1
> jadi >
6 6 2 3
2
= 4 = 6 = 8
3 6 9 12
3 9
= 6 =
4 8 12
Ternyata 8 9 2 3
< jadi <
12 12 3 4
c. Penjumlahan Pecahan
1 1
+ = 11 2
. Kesalahan dapat dihindari melalui pemilihan
2 3 = 5
23
Contoh:
1 2 3 3
a) Akan ditunjukkan bahwa + = bukan
4 4 4 8
1
a) + 2 12
= = 3
4 4 4 4
1 1
b) + = 3
+ 2 = 32 = 5
2 3 6 6 6 6
Contoh:
1 2
a) + =
4 4
20
1 1
b) + =
2 5
1 2 1
a) + = 3
atau + 2 = 12
4 4 4 4 4 4
1 1
b) + = 5
+ 2 = atau 1 + 1 =
3
3 + 2 = 32
2 3 6 6 6 2 3 6 6 6
baru.
21
a. Fungsi
dengan pecahan senilai. Alat peraga blok pecahan ini dapat dibuat
kenalkan 1
sebagai bagian dari benda yang dengan menunjukkan
2
gambar berikut.
dan lainnya.
B. KERANGKA BERPIKIR
kenyataannya siswa cenderung enggan untuk belajar jika materi tidak dapat
dasar yang harus dipahami oleh siswa agar dalam menerima konsep-konsep
yang baru pada kelas yang lebih tinggi nantinya tidak mengalami kesulitan.
siswa kelas
25
baik dan dapat lebih berkembang. Hal ini dapat diperkuat menurut pendapat
John and Rising (dalam Sugiarto dan Isti Hidayah, 2004:5) bahwa
daripada hanya melihat atau mendengar saja, sehingga hasil belajar akan
lebih meningkat.
menanamkan pada siswa tentang konsep pecahan ini melalui bantuan alat
berasal dari luar diri siswa yang sedang belajar. Faktor external
teman belajar.
26
2) Faktor instrumental, yaitu yang adanya dan penggunaannya
belajar mengajar.
27
III. PELAKSANAAN PERBAIKA
1. Lokasi
pada siswa kelas III semester I tahun pelajaran 2005/2006 yang beralamat
2. waktu
2005/2006. Jumlah siswa kelas III sebanyak 24 siswa terdiri dari 13 siswa
3. Mata pelajaran
4. kelas
Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah kelas III semester I
SD Negeri No.133/VII kasiro ilir. Jumlah siswa kelas III sebanyak 24 siswa
terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Mereka berasal dari
5. Karakteristik siswa
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas IV sejumlah
28
26 peserta didik yang terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 15 peserta didik perempuan
yang mempunyai pribadi atau karakter siswa yang berbeda, ada anak yang suka asyik bermain
sendiri atau berbicara dengan teman sebangkunya ketika kegiatan belajar mengajar sehingga
kelas menjadi gaduh, ada siswa yang benar-benar tidak suka dengan mata pelajaran
Matematika. Selain itu ada anak yang merasa minder atau takut, sehingga anak tersebut tidak
berani mengemukakan pendapat karena takut salah. Dengan perbedaan pribadi siswa yang
demikian ini dapat juga mempengaruhi hasil belajarnya. Karena sebagian dari karakteristik
anak diatas mendapati nilai yang kurang memuaskan khususnya pada mata pelajaran
Matematika.
29
b. Deskripsi persiklus
Siklus I
Pada tahap ini materi yang peneliti siapkan adalah materi dengan
a. Perencanaan
b. Tindakan
Pertemuan I
gambar.
1 1 1 1
, , dan seterusnya, melalui alat peraga yang telah
, ,
2 3 4 6
disediakan.
Pertemuan II
dibahas sebelumnya.
disajikan guru.
c. Pengamatan
pembelajaran.
pelajaran.
berikutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
pada siklus I.
32
lebih menarik.
b. Tindakan
Pertemuan I
sebelumnya.
konkret.
Pertemuan II
diterangkan.
33
sebelumnya.
pita.
c. Pengamatan
pelajaran.
kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus II. Dari data
serta penggunaan alat peraga yang sudah mulai baik karena mungkin
I. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
sebagai berikut.
b. Tindakan
Andi dan Tina. Berapakah roti yang diperoleh oleh Andi dan
pecahan
1 1 1
bernilai , , 2 2 dan seterusnya.
2 ,
, ,
3 4 4 5
dan sebaliknya.
c. Pengamatan
1) Aktivitas siswa
pembelajaran.
38
kurang.
pertanyaan guru.
guru.
Contoh soal:
1
seharusnya :
4
Jawab: seharusnya:
39
2) Aktivitas Guru
jalannya pembelajaran.
kurang optimal.
d. Refleksi
mestinya.
2. Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan
dalam penelitian.
b. Tindakan
guru.
mengalami kesulitan.
c. Pengamatan
Contoh:
3
a) Tuliskan lambang pecahan dengan menggunakan kata-kata!
4
2
Seharusnya:
8
d. Refleksi
kehidupan sehari-hari.
siswa secara adil agar tidak ada siswa yang merasa terasingkan
berpendapat.
6) Memberi contoh cara menulis di papan tulis yang rapi serta guru
penelitian yang terdiri dari 3 siklus dan ditempuh sebanyak 6 kali pertemuan
A. PEMBAHASAN
Dengan melihat tabel hasil penelitian di atas dan dari perolehan data
hasil observasi teman sejawat serta hasil refleksi maka perlu peneliti jelaskan
bahwa:
1. Siklus I
sebagai materi yang membingungkan. Ini dapat dilihat dari ekspresi siswa
yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu ada beberapa siswa
hanya ada 3 anak saja, 5 anak diantaranya terlihat asyik bermain sendiri
yang kosong. Sehingga hasil pembelajaran pada siklus I ini tidak dapat
termotivasi dengan baik. Selain hal di atas rupanya peneliti juga perlu
dari dalam diri siswa yang mungkin timbul akibat kurang senang dengan
belum dapat berjalan dengan baik. Setelah diadakan tes formatif pada
akhir pembelajaran diperoleh nilai rata-rata hanya 6,1 dari 24 siswa, hanya
masih banyak lagi yang belum bisa peneliti wujudkan dalam pembelajaran
di siklus I ini. Untuk itu semua kekurangan yang ada di siklus I akan
2. Siklus II
mempunyai semangat belajar baru yang selama ini telah hilang. Mungkin
karena adanya suasana baru yang telah diberikan pada siswa yang agak
papan tulis sudah mulai terlihat. Selain itu siswa sudah mulai berani
mengerjakan tugasnya, hanya ada beberapa anak saja yang terlihat kurang
aktif karena memang dari faktor pembawaan yang kurang sehat sejak
lahir. Sikap masa bodoh yang ada pada siswa mulai berangsur-angsur
hilang.
ada yang terus menggunakan alat peraganya untuk mengecek dari hasil
pekerjaannya itu. Ini membuktikan bahwa alat peraga benda konkret yang
masalah pecahan.
50
Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil tes formatif yang diperoleh
Namun selain kekurangan yang ada pada siswa, guru pengajar juga
peraga dan variasi mengajar yang digunakan perlu ditingkatkan agar siswa
lebih termotivasi sehingga siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti
pelajaran. Selain itu guru juga harus terampil dalam memberi pertanyaan
manjadi lebih baik dan nilai hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai
namun dari hasil analisis dan refleksi pada siklus II ini ternyata belum
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. SIMPULAN
51
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan
di dalam Bab IV, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Hasil belajar materi
pecahan pada siswa kelas III SD Negeri N0.133/VII Kasiro ilir, dapat
dibuktikan pada akhir siklus III, skor rata-rata yang diperoleh 8,8 dengan
daya serap 87,9%. Ini berarti, alat peraga benda konkret yang peneliti
proses pembelajaran yang lebih baik lagi. Dengan bantuan alat peraga benda
konkret ini telah membuktikan bahwa hasil belajar pada materi pecahan
B. SARAN
pada siswa kelas III SDN No.133/VII kasiro ilir agar memiliki pengetahuan
dasar yang kuat khususnya pada materi pecahan ini, disarankan untuk
berada dalam tahap realistik (tahap nyata) dan belum memahami hal-hal
yang abstrak. Sehingga diharapkan materi dapat lebih mudah dipahami oleh
pengalaman yang cukup tentang alat-alat peraga apa saja yang dapat
digunakan sebagai alat bantu komunikasi yang sesuai dengan materi pecahan
bantuan alat peraga benda konkret ini akan lebih membantu siswa untuk
dan efektif.
53
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Long, Lynette. 2001. Fabulous Fractions. Canada: John Wiley & Sons,Inc. Nasution.
Sudjana, Nana. 1989. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.