You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA


GANGREN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD K.R.M.T.
WONGSONEGORO SEMARANG

Satya Kirana Dela Rosa, Ari Udiyono, Nissa Kusariana, Lintang Dian
Saraswati
Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: rosaskd@gmail.com

Abstract: Diabetes Mellitus is a disease which caused by pancreas that unable


to produce enough insulin needed by the body. Without a good self-control,
diabetes mellitus will cause complication in the form of the spring of gangrene.
The complication prevalence of siabetical gangrene at RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro tends to increased in the recent years. In 2017, the complication
prevalence was 17,9%, while on January-March of 2018 it is increased to 19,2%.
The purpose of this research is to analyze factors related to the spring of
gangrene in diabetes mellitus’ patient at this hospital. This research is analytical
research with case control study design. Samples of this resears was 70 patients
which consists of 35 diabetes mellitus’ patients with gangrene complication and
35 diabetes mellitus’ patients without gangrene complication. Both samples are
obtained by consecutive sampling method. Data analysis is conducted with chi-
square test with 95 percents confident interval. The result of this research shows
that there is a significant relation between the length of diabetes mellitus’
suffering (OR=4,333; 95%CI=1,569-11,967) and gangrene history (OR=9,203;
95%CI=2,675-31,661) with the spring of diabetical gangrene. In this research, we
can conclude that the most dominant factor against diabetical gangrene’s
complication is gangrene history. Based on this discovery, hopefully diabetes
mellitus’ patients are willing to pay more attention to the usage of footwear to re-
prevent the spring of gangrene wound.

Keywords: Diabetical gangrene, length of diabetes mellitus’ suffering, gangrene


history, foot-care, usage of footwear

PENDAHULUAN diabetes mellitus masuk ke dalam


Diabetes mellitus merupakan sepuluh besar penyakit tidak menular
penyakit yang disebabkan karena dengan jumlah terbanyak. Pada
gangguan metabolik sebagai akibat tahun 2017, penyakit diabetes
dari pankreas yang tidak mampu mellitus menduduki peringkat
memproduksi cukup insulin yang tertinggi penyakit tidak menular di
dibutuhkan oleh tubuh.1 Hormon Kota Semarang, yaitu sebanyak
insulin bertanggungjawab dalam 21.159 kasus yang menunjukkan
pengaturan kadar gula darah selama peningkatan kasus dari tahun
proses metabolisme tubuh sebelumnya. Kasus diabetes mellitus
berlangsung. Apabila insulin pada di Kota Semarang pada tahun 2017
tubuh tidak bekerja optimal, maka banyak dialami oleh usia 45-65 tahun
akan mengakibatkan peningkatan sebanyak 4.399 kasus. Berdasarkan
kadar glukosa di dalam darah.2 kelompok jenis kelamin, proporsi
Departemen Kesehatan RI kasus diabetes mellitus banyak
pada tahun 2012 menyatakan bahwa

192
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dialami oleh wanita, yakni sebanyak RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro


55,72%.3 merupakan salah satu rumah sakit
Diabetes mellitus tanpa yang memiliki fasilitas pelayanan
pengelolaan diri yang baik akan publik dan masuk ke dalam tiga
berkembang menjadi penyakit yang besar rumah sakit di Kota Semarang
bersifat tahunan dan akan dengan kasus gangren diabetik
menyebabkan komplikasi seperti tertinggi. Kasus gangren diabetik di
timbulnya gangren. Penderita RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
diabetes mellitus memiliki risiko 29 mengalami peningkatan setiap
kali lebih tinggi untuk mengalami tahunnya. Pada tahun 2017, dari
gangren, hal ini disebabkan karena 13.100 pasien diabetes mellitus yang
penderita diabetes mellitus rentan menjalani perawatan inap maupun
terkena infeksi yang erat perawatan jalan terdapat 2.319
hubungannya dengan pasien gangren diabetik (17,7%).
perkembangbiakkan kuman pada Sedangkan pada bulan Januari-Maret
lingkungan dengan kadar glukosa 2018, terdapat 725 pasien gangren
yang tinggi.4,5 diabell0tik dimana pasien gangren
Gangren diabetik merupakan diabetik yang menjalani perawatan
komplikasi dari penyakit diabetes inap sebanyak 184 pasien (25,4%)
mellitus yang disebabkan karena dan pasien gangren diabetik yang
kerusakan jaringan nekrosis oleh menjalani perawatan jalan sebanyak
emboli pembuluh darah besar arteri 541 pasien (74,6%). Angka tersebut
pada bagian tubuh sehingga suplai menunjukkan bahwa terdapat
darah terhenti. Gangren terjadi peningkatan jumlah kasus gangren
karena adanya neuropati dan diabetik yang sangat signifikan dari
gangguan vaskuler di daerah kaki.6 tahun 2017 menuju tahun 2018.9
Gangren muncul di daerah kaki Berdasarkan latar belakang tersebut,
dalam bentuk luka terbuka yang perlu dilakukan sebuah penelitian
diikuti kematian jaringan setempat.7 untuk menganalisis faktor-faktor yang
Studi epidemiologi yang berhubungan dengan timbulnya
dilakukan oleh Ronald W. Kartika gangren diabetik pada pasien
pada tahun 2017 menunjukkan diabetes mellitus di RSUD K.R.M.T.
bahwa di Indonesia terdapat lebih Wongsonegoro Kota Semarang.
dari satu juta kasus amputasi setiap
tahunnya akibat diabetes mellitus. METODE PENELITIAN
Proporsi penderita gangren diabetik Jenis penelitian ini merupakan
di Indonesia berkisar 15% dengan penelitian case-control yang
angka amputasi sebesar 30%. dilakukan dengan menganalisis
Sekitar 68% penderita gangren hubungan antara usia, jenis kelamin,
diabetik berjenis kelamin laki-laki dan lama menderita diabetes mellitus,
10% penderita gangren mengalami riwayat gangren, kebiasaan
rekuren. Perawatan gangren diabetik memotong kuku aki, kebiasaan
di RS Cipto Mangunkusumo memiliki menggunakan alas kaki dan
angka kematian sebesar 16% dan kebiasaan melakukan perawatan kaki
angka amputasi sebesar 25%. dengan kejadian gangren pada
Sebanyak 14,3% pasien gangren pasien diabetes mellitus dengan
diabetik dinyatakan meninggal dalam komplikasi gangren (kasus) dan
kurun waktu setahun pasca amputasi pasien diabetes mellitus tanpa
dan 37% sisanya meninggal pada komplikasi gangren (kontrol).
tiga tahun pasca operasi.8

193
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sampel dalam penelitian ini lebih besar daripada kelompok


dibagi menjadi dua kelompok, yakni tanpa komplikasi gangren
kelompok kasus dan kelompok (57,1%).
kontrol dengan perbandingan besar 2. Jenis Kelamin
sampel 1:1. Berdasarkan perhitungan Tabel 2. Distribusi frekuensi
sampel menggunakan rumus sampel responden menurut jenis kelamin
minimal dari buku Lemeshow, Jenis Kasus Kontrol
didapat sebanyak 35 sampel kasus Kelamin f % f %
dan 35 sampel kontrol sehingga total Laki-laki 16 45,7 10 28,6
sampel penelitian sebanyak 70 Perempuan 19 54,3 25 71,4
sampel yang dipilih menggunakan
teknik consecutive sampling. Jumlah 35 100,0 35 100,0
Analisis data yang digunakan Sebagian besar
adalah analisis univariat dan analisis responden pada penelitian ini
bivariat. Analisis univariat dilakukan berjenis kelamin perempuan.
dengan menggambarkan distribusi Tabel 2 menunjukkan bahwa
frekuensi tiap variabel, sedangkan proporsi untuk mendapatkan
analisis bivariat dilakukan dengan komplikasi gangren pada
mengkaji hubungan antara variabel responden berjenis kelamin laki-
bebas (usia, jenis kelamin, lama laki lebih besar daripada
menderita diabetes mellitus, riwayat kelompok tanpa komplikasi
gangren, kebiasaan memotong kuku, gangren (45,7%).
kebiasaan menggunakan alas kaki,
dan kebiasaan melakukan perawatan 3. Lama Menderita Diabetes
kaki) dengan variabel terikatMellitus
(kejadian gangren diabetik) Tabel 3. Distribusi frekuensi
menggunakan uji Chi-Square. responden menurut lama
Analisis besar risiko dilakukan menderita diabetes mellitus
menggunakan Odds Ratio dimana Lama Kasus Kontrol
OR>1 menunjukkan bahwa variabel menderit f % f %
bebas merupakan faktor risiko a
kejadian gangren diabetik. diabetes
mellitus
HASIL DAN PEMBAHASAN >5 tahun 2 74,3 1 40,0
Analisis Univariat 6 4
1. Usia <5 tahun 9 25,7 2 60,0
Tabel 1. Distribusi frekuensi 1
responden menurut usia Jumlah 3 100, 3 100,
Usia Kasus Kontrol 5 0 5 0
f % f % Rentangan lama
>55tahun 20 57,1 15 42,9 responden menderita diabetes
<55tahun 15 42,9 20 57,1 mellitus yaitu 1-25 tahun dengan
Jumlah 35 100,0 35 100,0 rata-rata lama menderita
Rentangan usia diabetes mellitus adalah 5 tahun.
responden yaitu 42-76 tahun Tabel 3 menunjukkan bahwa
dengan usia rata-rata 55 tahun. proporsi untuk mendapatkan
Tabel 1 menunjukkan bahwa komplikasi gangren pada
proporsi untuk mendapatkan responden yang telah menderita
komplikasi gangren pada diabetes mellitus >5 tahun lebih
responden berusia >55 tahun besar daripada kelompok tanpa
komplikasi gangren (74,3%).

194
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

4. Riwayat Gangren 6. Kebiasaan Menggunakan Alas


Tabel 4. Distribusi frekuensi Kaki
responden menurut riwayat Tabel 6. Distribusi frekuensi
gangren kebiasaan menggunakan alas
Riwayat Kasus Kontrol kaki pada responden
gangren f % f % Pengguna Kasus Kontrol
Ada 19 54,3 4 11,3 an alas
f % f %
Tidak 16 45,7 31 88,6 kaki
ada Tidak 24 68,6 17 48,6
Jumlah 35 100,0 35 100,0 tepat
Sebagian besar Tepat 11 31,4 18 51,4
responden pada penelitian ini Jumlah 35 100,0 35 100,0
tidak memiliki riwayat gangren. Sebagian besar
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini
proporsi untuk mendapatkan memiliki kebiasaan
komplikasi gangren pada menggunakan alas kaki yang
responden yang memiliki riwayat tidak tepat. Tabel 6 menunjukkan
gangren sebelumnya lebih besar bahwa proporsi untuk
daripada kelompok tanpa mendapatkan komplikasi
komplikasi gangren (54,3%). gangren pada responden yang
5. Kebiasaan Memotong Kuku memiliki kebiasaan
Kaki menggunakan alas kaki tidak
Tabel 5. Distribusi frekuensi tepat lebih besar daripada
kebiasaan memotong kuku pada kelompok tanpa komplikasi
responden gangren (68,6%).
Kebiasa Kasus Kontrol 7. Kebiasaan Melakukan
an Perawatan Kaki
potong f % f % Tabel 7. Distribusi frekuensi
kuku kebiasaan melakukan perawatan
2 1 kaki pada responden
Buruk 68,6 54,3
4 9 Perawat Kasus Kontrol
1 1 an kaki f % f %
Baik 31,4 45,7
1 6 Tidak 1 2
42,9 65,7
3 100, 3 100, baik 5 3
Jumlah
5 0 5 0 2 1
Baik 57,1 34,3
Sebagian besar 0 2
responden pada penelitian ini 3 100, 3 100,
Jumlah
memiliki kebiasaan memotong 5 0 5 0
kuku yang buruk. Tabel 5 Sebagian besar
menunjukkan bahwa proporsi responden pada penelitian ini
untuk mendapatkan komplikasi memiliki kebiasaan melakukan
gangren pada responden yang perawatan kaki yang tidak baik.
memiliki kebiasaan buruk dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa
memotong kuku kaki lebih besar proporsi kelompok dengan
daripada kelompok tanpa komplikasi gangren pada
komplikasi gangren (68,6%). responden yang memiliki
kebiasaan melakukan perawatan
kaki tidak baik lebih kecil
daripada kelompok tanpa
komplikasi gangren (42,9%).

195
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis Bivariat
Tabel 8. Hubungan antara usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes mellitus,
riwayat gangren, kebiasaan potong kuku kaki, kebiasaan menggunakan alas kaki
dan kebiasaan melakukan perawatan kaki dengan kejadian gangren diabetik
Kejadian Gangren Diabetik
Variabel Kasus Kontrol p value OR 95% CI
n % n %
Usia
>55 tahun 20 57,1 15 42,9 0,232 1,778
<55 tahun 15 42,9 20 57,1 (0,690-4,582)
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 45,7 10 28,6 0,138 2,105
Perempuan 19 54,3 25 71,4 (0,782-5,666)
Lama Menderita Diabetes Mellitus
>5 tahun 26 74,3 14 40,0 0,004 4,333
<5 tahun 9 25,7 21 60,0 (1,569-11,967)
Riwayat Gangren
Ada 19 54,3 4 11,4 0,001 9,203
Tidak ada 16 45,7 31 88,6 (2,675-31,661)
Kebiasaan Potong Kuku Kaki
Buruk 24 68,6 19 54,3 0,220 1,837
Baik 11 31,4 16 45,7 (0,693-4,873)
Penggunaan Alas Kaki
Tidak tepat 24 68,6 17 48,6 0,089 2,310
Tepat 11 31,4 18 51,4 (0,872-6,118)
Perawatan Kaki
Tidak baik 15 42,9 23 65,7 0,055 0,391
Baik 20 57,1 12 34,3 (0,149-1,029)
Berdasarkan tabel 8. kejadian gangren diabetik banyak dialami pada
responden yang berusia >55 tahun (57,1%), responden berjenis kelamin
perempuan (54,3%), responden dengan lama menderita diabetes mellitus >5
tahun (74,3%), responden dengan riwayat gangren (54,3%), responden dengan
kebiasaan memotong kuku kaki yang buruk (68,6%), responden dengan
kebiasaan menggunakan alas kaki tidak tepat (68,6%), serta responden dengan
kebiasaan melakukan perawatan kaki yang baik (57,1%).

Hubungan Usia dengan Kejadian ada hubungan yang signifikan antara


Gangren Diabetik usia dengan kejadian gangren
Uji korelasi Chi-Square diabetik pada penderita diabetes
menunjukkan bahwa proporsi untuk mellitus (p=0,772). Pada penelitian
mendapatkan kasus pada tersebut diketahui bahwa jumlah
responden yang berusia >55 tahun usia responden pada kelompok
lebih besar daripada kelompok kasus maupun kelompok kontrol
kontrol, namun belum cukup bukti hampir seimbang, yakni usia >50
untuk menyatakan adanya tahun. Kemungkinan usia responden
hubungan antara usia dengan yang menderita gangren diabetik
kejadian gangren diabetik (p=0,232). telah lama didiagnosa diabetes
Hasil penelitian sejalan dengan mellitus dan mengalami gangren
penelitian yang dilakukan di RSUD diabetik pada beberapa tahun
Dr. Soedarso Pontianak bahwa tidak kemudian setelah didiagnosa

196
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diabetes mellitus. Penyakit tersebut responden yang memiliki gangren


diperparah dengan bertambahnya diabetik merupakan berjenis kelamin
usia responden karena adanya laki-laki. Berdasarkan hasil
penurunan fungsi organ tubuh, wawancara diketahui bahwa
terutama gangguan organ pankreas responden laki-laki tidak melakukan
dalam memproduksi insulin.10 perawatan kaki yang baik seperti
Temuan menarik dari mencuci kaki setiap hari,
penelitian ini yakni sebagian besar menggunakan pelembab kaki, serta
responden yang memiliki gangren tidak melakukan senam kaki diabetik,
diabetik merupakan kelompok usia sehingga risiko gangren lebih
>55 tahun. Hal tersebut juga banyak terjadi pada laki-laki. Hal
didukung oleh nilai OR=1,778 tersebut didukung oleh nilai
(95%CI = 0,690-4,582) yang OR=2,105 (95%CI 0,782-5,666)
menyatakan bahwa usia >55 tahun yang menyatakan bahwa jenis
memiliki risiko sebesar 1,8 kali lebih kelamin laki-laki memiliki risiko
tinggi untuk mengalami komplikasi sebesar 2,1 kali lebih besar untuk
gangren diabetik daripada usia <55 terkena gangren diabetik daripada
tahun. Pada kelompok umur tersebut, jenis kelamin perempuan.
kulit mulai mengalami perubahan Pada penelitian ini, baik
akibat penurunan fungsi sistemik, di responden berjenis kelamin laki-laki
antaranya yaitu penurunan maupun perempuan memiliki
elastisitas kulit, penurunan sistem peluang yang sama untuk
imun, persepsi sensori, proteksi mengalami komplikasi gangren.
mekanis, dan fungsi barier kulit yang Namun, perempuan memiliki hormon
dapat menghambat penyembuhan yang dapat menjaga keseimbangan
luka. Kejadian gangren pada pasien dan menormalkan kadar gula darah
juga diperparah apabila pasien tidak sehingga mencegah adanya
melakukan perawatan kaki dengan komplikasi kronis pada penderita
baik.11 diabetes mellitus.11,13 Di sisi lain,
Hubungan Jenis Kelamin dengan penderita berjenis kelamin laki-laki
Kejadian Gangren Diabetik memiliki perawatan kaki yang lebih
Uji korelasi Chi-Square buruk dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa proporsi untuk penderita berjenis kelamin
mendapatkan kasus pada perempuan, sehingga menyebabkan
responden berjenis kelamin laki-laki tingginya kasus gangren diabetik
lebih besar daripada kelompok pada penderita diabetes mellitus
kontrol, namun belum cukup bukti berjenis kelamin laki-laki.14
untuk menyatakan adanya Hubungan Lama Menderita
hubungan antara jenis kelamin Diabetes Mellitus dengan
dengan kejadian gangren diabetik (p Kejadian Gangren Diabetik
0,138). Hasil penelitian sejalan Uji korelasi Chi-Square
dengan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa proporsi untuk
Neli Husniawati pada tahun 2015 mendapatkan kasus pada
yang menunjukkan bahwa tidak ada responden yang telah menderita
hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus >5 tahun lebih
jenis kelamin dengan kejadian besar daripada kelompok kontrol.
gangren diabetik dengan nilai Hasil analisis menunjukkan hasil
p=0,475.12 yang bermakna secara statistik
Temuan menarik pada (p=0,004) yang menunjukkan
penelitian ini adalah sebagian besar adanya hubungan antara lama

197
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menderita diabetes mellitus dengan tahun 2014 yang membuktikan


kejadian gangren diabetik. Hasil bahwa terdapat hubungan antara
penelitian sejalan dengan penelitian riwayat gangren dengan kejadian
Neli Husniawati pada tahun 2015 gangren pada pasien diabetes
yang menunjukkan bahwa ada mellitus dengan p value=0,001.10
hubungan yang bermakna antara Temuan menarik pada
lama menderita diabetes mellitus penelitian ini adalah sebagian besar
dengan kejadian gangren diabetik responden dengan komplikasi
(p=0,026).12 gangren memiliki riwayat gangren
Temuan menarik pada sebelumnya. Hal ini didukung oleh
penelitian ini yakni sebagian besar nilai OR=9,203 (95%CI 2,675-
responden yang memiliki gangren 31,661) yang menyatakan bahwa
diabetik telah menderita diabetes responden yang memiliki riwayat
mellitus >5 tahun. Hal ini juga gangren sebelumnya memiliki risiko
didukung oleh nilai OR=4,333 sebesar 9,2 kali lebih besar untuk
(95%CI 1,569-11,967) yang kembali terkena gangren diabetik
menyatakan bahwa lama menderita daripada yang tidak memiliki riwayat
diabetes mellitus >5 tahun memiliki gangren. Namun, sebenarnya faktor
risiko 4,3 kali lebih besar untuk riwayat gangren atau amputasi
terkena gangren diabetik daripada sebelumnya bukan merupakan
responden yang menderita diabetes faktor tunggal terjadinya gangren
mellitus <5 tahun. Hal ini disebabkan diabetik. Jika responden pernah
karena lama menderita diabetes mengalami cedera atau luka
mellitus dapat mengakibatkan kadar sewaktu kadar gula darah tidak
glukosa darah menjadi tidak terkontrol maka mikroorganisme
terkontrol. Keadaan ini akan memicu akan mudah masuk dan dapat
komplikasi yang berhubungan bertahan hidup karena glukosa yang
dengan vaskuler sehingga tinggi dan lemahnya pertahanan
mengalami makroangiopati- tubuh, sehingga memudahkan
mikroangiopati yang akan terjadinya infeksi.10
menimbulkan penurunan sirkuasi Hubungan Kebiasaan Memotong
darah dan hilangnya kepekaan rasa Kuku dengan Kejadian Gangren
sakit terhadap luka yang muncul Diabetik
pada kaki penderita.15 Uji korelasi Chi-Square
Hubungan Riwayat Gangren menunjukkan bahwa proporsi untuk
dengan Kejadian Gangren mendapatkan kasus pada
Diabetik responden dengankebiasaan
Uji korelasi Chi-Square memotong kuku yang buruk lebih
menunjukkan bahwa proporsi untuk besar daripada kelompok kontrol,
mendapatkan kasus pada namun belum cukup bukti untuk
responden yang memiliki riwayat menyatakan adanya hubungan
gangren sebelumnya lebih besar antara kebiasaan memotong kuku
daripada kelompok kontrol. Hasil dengan kejadian gangren diabetik
analisis menunjukkan hasil yang (p=0,220). Pada penelitian yang
bermakna secara statistik (p=0,001), dilakukan oleh Nur Ifa Rosikhoh
yang menyatakan adanya hubungan tahun 2016, menunjukkan bahwa
yang bermakna antara riwayat sebagian besar responden memiliki
gangren dengan kejadian gangren kebiasaan memotong kuku kaki tidak
diabetik. Penelitian ini sejalan benar sebanyak 19 responden
dengan penelitian Gity Mitasari (63,3%) dimana terdapat 16,7%

198
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

responden yang memiliki luka luka gangren yang dialami


gangren akibat potong kuku.16 responden sebagian besar
Temuan menarik pada disebabkan oleh pelepuhan, luka
penelitian ini adalah sebagian besar akibat kecelakaan, keram kaki, dan
responden dengan komplikasi pembengkakan pada kaki, sehingga
gangren memiliki kebiasaan tidak didapat adanya hubungan
memotong kuku yang buruk yakni antara penggunaan alas kaki
memotong kuku kaki terlalu pendek, dengan kejadian gangren diabetik.
tidak memotong kuku kaki sejajar Temuan menarik pada
dengan ujung jari dan lurus, tidak penelitian ini adalah sebagian besar
segera memotong kuku kaki yang responden dengan gangren diabetik
tajam, serta memotong kulit tipis di tidak menggunakan alas kaki
sekitar kuku kaki yang dapat memicu dengan tepat, yakni tidak
timbulnya luka. Temuan ini didukung memeriksakan alas kaki sebelum
dengan nilai OR=1,837 (95%CI dan sesudah menggunakannya,
0,693-4,873) yang menyatakan tidak menggunakan kaus kaki
bahwa responden dengan kebiasaan berbahan lembut/stocking,
memotong kuku yang buruk memiliki menggunakan sepatu tanpa kaus
risiko sebesar 1,8 kali lebih besar kaki, menggunakan sandal jepit,
untuk terkena gangren diabetik serta masih ada responden yang
daripada responden dengan berjalan di luar rumah dengan kaki
kebiasaan memotong kuku yang telanjang. Berdasarkan hasil
baik. Namun, pada penelitian ini wawancara, didapat bahwa
faktor kebiasaan memotong kuku kebiasaan tersebut dilakukan
tidak dapat dijadikan tolak ukur dengan alasan kenyamanan dalam
dalam menentukan faktor pemicu penggunaannya. Temuan ini
kejadian gangren karena pada didukung oleh nilai OR=2,310
sebagian responden tidak (95%CI 0,872-6,118) yang
melakukan aktivitas memotong kuku menyatakan bahwa penggunaan
sendiri melainkan dibantu orang lain. alas kaki yang tidak tepat memiliki
Hubungan Kebiasaan risiko sebesar 2,3 kali lebih besar
Menggunakan Alas Kaki dengan untuk terkena gangren diabetik.
Kejadian Gangren Diabetik Penderita diabetes mellitus
Uji korelasi Chi-Square sebenarnya tidak dapat
menunjukkan bahwa proporsi untuk sembarangan berjalan tanpa
mendapatkan kasus pada menggunakan alas kaki karena
responden yang menggunakan alas penderita diabetes mellitus rentan
kaki tidak tepat lebih besar daripada terhadap terjadinya trauma yang
kelompok kontrol, namun belum dapat menyebabkan gangren
cukup bukti untuk menyatakan diabetik akibat dari penurunan
adanya hubungan antara kebiasaan sensasi proteksi. Penggunaan alas
menggunakan alas kaki dengan kaki yang benar cukup efektif dalam
kejadian gangren diabetik (p=0,089). menurunkan angka kejadian luka
Hasil penelitian berbeda dengan diabetik karena dengan
penelitian yang dilakukan oleh Gity menggunakan alas kaki yang tepat
Mitasari (2014) yang menyatakan dapat mengurangi tekanan pada
bahwa terdapat hubungan antara plantar kaki dan mencegah kaki atau
penggunaan alas kaki dengan melindungi kaki agar tidak tertusuk
kejadian gangren dengan nilai benda tajam.17
p=0,002.10 Hal ini disebabkan karena

199
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hubungan Kebiasaan Melakukan 0,088-0,649) yang memberikan arti


Perawatan Kaki dengan Kejadian bahwa kebiasaan melakukan
Gangren Diabetik perawatan kaki tidak terlalu
Uji korelasi Chi-Square berpeluang untuk terjadi gangren
menunjukkan bahwa proporsi untuk diabetik. Hal ini disebabkan karena
mendapatkan kasus pada mayoritas responden baru
responden dengan kebiasaan melakukan perawatan kaki setelah
melakukan perawatan kaki yang mengalami komplikasi gangren
tidak baik lebih kecil daripada diabetik, sehingga kebiasaan
kelompok kontrol, sehingga belum melakukan perawatan kaki yang
cukup bukti untuk menunjukkan dilakukan bertujuan untuk
adanya hubungan antara kebiasaan meminimalisir tingkat keparahan.
melakukan perawatan kaki dengan Luka gangren pada kaki
kejadian gangren diabetik (p=0,055). penderita diabetes mellitus
Hasil penelitian tidak sejalan dengan disebabkan oleh dua hal, yakni
penelitian Gity Mitasari tahun 2014 aliran darah yang buruk dan
yang menyatakan adanya hubungan kerusakan saraf. Aliran darah yang
yang signifikan antara perawatan buruk akan mengalami kerusakan
kaki dengan kejadian gangren pembuluh darah yang disebabkan
diabetik (p=0,027).10 Hasil penelitian oleh kadar gula darah yang tinggi
berbeda dengan penelitian dalam waktu lama. Aliran darah
sebelumnya karena responden pada yang terganggu menyebabkan kaki
penelitian ini berobat ke rumah sakit tidak mendapatkan nutrisi yang
dalam kondisi sudah memiliki luka cukup, sehingga kulit kaki menjadi
dan baru terdiagnosa bahwa lemah, mudah luka, dan sukar
responden mengalami komplikasi sembuh bila terjadi luka. Sedangkan
gangren yang selanjutnya kerusakan saraf sendiri dapat
responden baru mendapat edukasi menyebabkan kepekaan seseorang
mengenai perawatan kaki, sehingga penderita diabetes mellitus terhadap
kebiasaan melakukan perawatan rasa nyeri berkurang, sehingga
kaki pada penelitian ini dianggap penderita tidak sadar apabila
belum menjadi bukti yang kuat untuk kakinya terluka.18
menyatakan adanya hubungan
dengan kejadian gangren karena KESIMPULAN
pencegahan yang dilakukan 1. Ada hubungan yang bermakna
responden adalah pencegahan antara lama menderita diabetes
sekunder, yakni membatasi tingkat mellitus (p=0,004; OR=4,333;
keparahan penyakit. CI95%=1,569-11,967) dan
Temuan menarik pada riwayat gangren (p=0,001;
penelitian ini adalah sebagian besar OR=9,203; CI95%=2,675-
responden tidak melakukan 31,661) dengan kejadian
perawatan kaki dengan baik, yakni gangren pada pasien diabetes
tidak pernah memeriksa kaki secara mellitus di RSUD K.R.M.T.
rutin, tidak pernah mengeringkan Wongsonegoro Semarang.
sela-sela jari kaki setelah mencuci 2. Tidak ada hubungan yang
kaki, tidak pernah menggunakan bermakna antara usia (p=0,232;
pelembab kaki pada kaki dan sela- OR=1,778; CI95%=0,690-4,582),
sela jari kaki, dan tidak pernah jenis kelamin (p=0,138;
melakukan senam kaki diabetik. OR=2,105; CI95%=0,782-5,666),
Hasil perhitungan OR=0,391 (95%CI kebiasaan memotong kuku kaki

200
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

(p=0,220; OR=1,837; DAFTAR PUSTAKA


CI95%=0,693-4,873), 1. De Fronzo RA., Ferrannini E.,
penggunaan alas kaki (p=0,089; Zimmet P., et al . International
OR=2,310; CI95%=0,872-6,118), Textbook of Diabetes Mellitus.
dan perawatan kaki (p=0,055; 4th Editio. Wiley Blackwell;
OR=0,391; CI95%=0,149-1.029) 2015.
dengan kejadian gangren pada 2. International Diabetes
pasien diabetes mellitus di Federation. IDF Diabetes
RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Atlas Seventh Edition. United
Semarang. Kingdom; 2015.
3. Dinas Kesehatan Kota
SARAN Semarang. Laporan Program
1. Meningkatkan kesadaran dalam P2P PTM. Semarang; 2017.
merawat kaki yang baik, meliputi 4. Fatimah RN. Diabetes Mellitus
pemeriksaan kaki secara Tipe II. J Major. 2015;4(5):93–
mandiri, mencuci dan 101.
mengeringkan kaki hingga ke 5. Wahyuni A, Arisfa N. Senam
sela-sela jari kaki, Kaki Diabetik Efektif
menggunakan pelembab kaki Meningkatkan Ankle Brachial
hingga ke sela-sela jari kaki, Index Pasien Diabetes
dan melakukan senam kaki Mellitus Tipe II. J IPTEK
diabetik. Terap. 2015;9(2):155–64.
2. Menggunakan alas kaki yang 6. Sundari A, Aulawi K, Harjanto
tepat dengan memperhatikan D. Gambaran Tingkat
kebersihan bagian dalam alas Pengetahuan tentang Ulkus
kaki, menggunakan sandal Diabetik dan Perawatan Kaki
selop untuk mengurangi pada Pasien Diabetes Mellitus
tekanan pada jari kaki, Tipe II. 2009;4(3).
menggunakan kaus kaki 7. Sulistriani DA. Pengaruh
berbahan lembut, menggunakan Pendidikan Kesehatan
kaus kaki saat bersepatu, Perawatan Kaki terhadap
menggunakan alas kaki baik Kepatuhan Pasien Diabetes
saat berjalan di dalam rumah Mellitus Tipe 2 dalam
maupun di luar rumah. Melakukan Perawatan Kaki di
3. Melakukan pencegahan dini Wilayah Kerja Puskesmas
terhadap timbulnya luka dengan Jenggawah Kabupaten
memperhatikan kebiasaan Jember. Universitas Jember;
memotong kuku yang meliputi 2013.
memotong kuku satu kali setiap 8. Kartika RW. Pengelolaan
minggu untuk menghindari kuku Gangren Kaki Diabetik. Contin
yang panjang dan tajam, tidak Med Educ J. 2017;44(1):18–
memotong kuku kaki terlalu 22.
pendek agar tidak timbul luka, , 9. RSUD K.R.M.T.
memotong kuku kaki Wongsonegoro. Data Rekam
menggunakan gunting kuku Medik. Semarang; 2017.
khusus, serta tidak memotong 10. Mitasari G, Saleh I,
kulit tipis yang ada di sekitar Marlenywati. Faktor-faktor
kuku kaki. yang Berhubungan dengan
Kejadian Ulkus Diabetika
pada Penderita Diabetes

201
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Mellitus di RSUD Dr. Giurini, J. M., Kravitz, S. R.,


Soedarso dan Klinik Kitamura dan Wukich DK. Diabetic Foot
Pontianak. Universitas Disorders: A Clinical Practice
Muhammadiyah Pontianak; Guideline (2006 revision). J
2014. Foot Ankle Surg. 2006;45(5).
11. Jelantik IgMG, Haryati E. 16. Rosikhoh NI. Gambaran
Hubungan Faktor Risiko Umur, Penderita Gangren dan
Jenis Kelamin, Kegemukan, Identifikasi Faktor Pemicu
dan Hipertensi dengan Kejadian Gangren pada
Kejadian Diabetes Mellitus Penderita Diabetes Mellitus.
Tipe II di Wilayah Kerja Universitas Muhammadiyah
Puskesmas Mataram. J Media Semarang; 2016.
Bina Ilm. 2014;8(1):39–44. 17. Lipsky BA, Berendt AR, Pile
12. Husniawati N. Faktor-faktor JC, Cornia PB, Peters EJ,
yang Berhubungan dengan Armstrong DG, et al. 2012
Kejadian ulkus Kaki Diabetes Infectious Disease Society of
Mellitus di Klinik Diaebtes America Clinical Practice
Mellitus Tahun 2015. J Ilmu Guideline for the Diagnosis
Kesehat. 2015;7(2):138–43. and Treatment of Diabetic
13. Taylor C, Lilis C, LeMone P Foot Infections. Clin Infect Dis
LP. Fundamentals of Nursing: J. 2012;54(12):132–73.
The Art and Science of 18. Ayu SA. Hubungan
Nursing Care. 5th editio. WL Perawatan Kaki dengan
W, editor. Phiadelphia; 2011. Kejadian Luka Kaki pada
1673 p. Penderita Diabetes Mellitus di
14. Diani N. Pengetahuan dan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Praktik Perawatan Kaki pada Propinsi Lampung Tahun
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 2015. J Kesehat Holistik.
di Kalimantan Selatan. 2013; 2017;11(2):95–100.
15. Frykberg, R. G., Zgonis, T.,
Armstrong, D. G., Driver, V. R.,

202

You might also like