Professional Documents
Culture Documents
69 - 82
e-ISSN : 2598-067x
Hikmah (Hikmahupb@gmail.com)
Sri Afridola (sriafridola85@gmail.com)
Universitas Putera Batam
ABSTRACT
The Manufacture companies in Batam has experienced many bankruptcy of oil and gas
companies, shipyard and services. PT Citra Tubindo, Tbk is one of the manufacture companies that
be a sub sector metal listed on the Stock Exchange which are affected by the economic development
in Batam, which caused the decline in financial performance and financial distress. This study aims
to predict bankruptcy in PT Citra Tubindo company by using the Altman Z-Score method. This
method uses financial statements which is analysed by using variables from Z-Score. The Altman
Z-score bankruptcy prediction model is applied as the technique of analysis by using five variables
which represent liquidity ratio X1, profitability X2 and X3, activity X4 and X5. By using the
assessment criteria Z-score > 2.99 the company is categorized credible. 1.81 < Z-Score < 2.99. The
company is categorized volatile so the possibility of a company to be safe and bankruptcy is equal
which depends on the policy decision of company management as the decision maker. The Z-Score
< 1.81 is categorized as a company which has high risk and big financial problem so the bankruptcy
possibility is very big. The results show that PT Citra Tubindo has Z-score value in 2014 and 2016
potentially prone to bankruptcy. It means that it is difficult to decide whether the company will go
bankrupt or not. Therefore it needs an incentive supervision. While in 2015 and 2017 the company
potentially bankrupt, so it needs to make improvements by improving financial ratios of liquidity,
profitability and activity.
Keywords : Altman Z-score, bankruptcy, Manufacture companies
ABSTRAK
Perusahaan manufaktur di Kota Batam banyak mengalami kebangkrutan baik perusahaan
Migas, shipyard maupun jasa. PT Citra Tubindo, Tbk adalah salah satu perusahaan manufaktur yang
berada dalam sub sektor logam dan jenis lainnya yang terdaftar di BEI yang terkena dampak dari
perkembangan perekonomian di Kota Batam, yang menyebabakan terjadinya penurunan kinerja
keuangan dan financial distress. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan pada
perusahaan PT Citra Tubindo, dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Metode ini
menggunakan laporan keuangan untuk di analisis dengan menggunakan variabel dari Z-Score..
Teknik analisis yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Dengan
menggunakan lima variabel yang mewakili rasio likuiditas (X 1), profitabilitas (X2) dan (X3),
aktivitas (X4) dan (X5). Dengan kriteria penilaian Z Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan
yang sehat. 1,81 < Z-Score < 2,99 dikategorikan rawan sehingga kemungkinan terselamatkan dan
kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen
perusahaan sebagai pengambil keputusan. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang
memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkian
bangkrutnya sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Citra Tubindo memiliki nilai Z-
score pada tahun 2014 dan tahun 2016 berpotensi rawan bangkrut, artinya sulit diputuskan apakah
perusahaan akan bangkrut atau sehat, sehingga memerlukan pengawasan yang insentif. Sedangkan
pada tahun 2015 dan 2017 berpotensi bangkrut sehingga perlu melakukan perbaikan dengan
meningkatkan rasio keuangan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas.
Kata kunci: Altman’s Z-Score, Kebangkrutan, Perusahaan Manufaktur
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 70 - 82
e-ISSN : 2598-067x
1. Pendahuluan
Batam merupakan salah satu kota industri yang menjadi tempat investasi
yang strategis bagi investor karena letaknya yang cukup strategis, dimana secara
geografis yakni berbatasan dengan dua negara yaitu Singapura dan Malaysia
(golden triangle) yang merupakan jalur pelayaran dunia. Letak yang strategis
sehingga banyak perusahaan nasional maupun multinasional yang melakukan
kegiatan produksi baik itu perusahaan Manufactur, Shipyard maupun jasa. Namun,
perkembangan industri tidak berkembang seperti tahun-tahun sebelumnya. Tiga
tahun terkhir banyak perusahaan di kota Batam yang mengalami kebangkrutan
seperti kontruksi, pabrik, perdagangan, dan industri. Berdasarkan data Disnaker
Batam tahun 2015 terdapat 67 perusahaan yang tutup, dan tahun 2016 terdapat 67
perusahaan yang tutup, tahun 2017 sampai dengan bulan April tercatat 25
perusahaan yang sudah tutup. Salah satu perusahaan yang mulai mengalami
kebangkrutan khususnya perusahaan yang bergerak dalam industri Migas (Minyak
dan gas bumi).
Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri Migas (Minyak dan gas
bumi) pada tahun 2016 merupakan tahun yang penuh tantangan. Di awal Januari
2016, harga minyak bahkan mencapai titik terendahnya selama 10 tahun terakhir
yaitu di AS $ 29,30 per barrel. Meskipun OPEC mengambil keputusan untuk
memangkas produksi yang seharusnya membantu dan mempercepat penarikan
persediaan minyak global, pada kenyataannya hal tersebut tidak mempengaruhi
harga keseimbangan. Harga minyak tetap sekitar AS $ 50 per barrel. Dampak dari
penurunan harga minyak yang berkepanjangan akan mempengaruhi industri
peralatan perminyakan dalam jangka panjang. Indonesia tidak mendapat manfaat
dari harga minyak mentah yang lebih tinggi serta investasi global yang lebih besar
karena ketidakpastian dalam peraturan saat ini khususnya di eksplorasi minyak
dalam negeri. Ditambah dengan beberapa investor utama termasuk Total E & P,
Chevron dan Conoco Phillip Indonesia akan mengurangi investasi mereka di
Indonesia. Dengan situasi yang tidak kondusif di atas, kinerja perusahaan juga
terimbas dengan situasi resesi dunia yang menyebabkan prediksi target penjualan
tidak tercapai bahkan perusahaan banyak mengalami kerugian akibat tidak adanya
proses produksi khususnya di Kota Batam.
Perusahaan privat atau perusahaan go public berpotensi untuk mengalami
kebangkrutan. Untuk saat ini perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan
pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif
pembiayaan. Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan
kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Investor dan kreditor sebagai pihak yang
berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam
perusahaan untuk mengamankan investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan
untuk membaca sinyal-sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam
investasi yang telah dilakukan (Febriani, 2013).
Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi
di dalam dunia usaha. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba
(Adnan dan Dicky, 2010: 91). Financial distress dapat terjadi, terutama pada
perusahaan yang mengalami kesulitan ekonomi memiliki dampak langsung pada
yang sudah tutup. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk
mengimplementasikan metode Altman terhadap sebuah perusahaan di Batam dan
mengevaluasi apakah prediksinya cukup tepat dibandingkan dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Mengacu pada uraian diatas, menjadi ketertarikan
dalam melakukan penelitian kali ini. Maka judul penelitian yang diambil adalah
“Implementasi metode Altman Z Score untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan manufaktur di Kota Batam.
2. Kajian Pustaka
Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Hery, 2016). Sedangkan menurut Hanafi
& Halim (2016:12) Laporan keuangan pada dasarnya melaporkan kegiatan-
kegiatan perusahaan: kegiatan investasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan
operasional, sekaligus mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari
alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang
berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam
analisis bisnis (Syahrial & Purba, 2015). Berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan menjadi informasi yang lebih
berguna, mendalam dan lebih tajam sebagai dasar pengambilan keputusan. Analisis
laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke
dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing masing dari unsur tersebut dengan
tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang biak dan tepat atas
laporan keuangan itu sendiri (Syahrial Dermawan, 2013). Secara umum tujuan dan
manfaat dari dlakukannya analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam
(Hery, 2016) adalah: Screening, Forecasting, Diagnosis, Evaluation,
Understanding
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dilakukan dalam membandingkan dari beberapa pos yang
ada untuk mendapatkan angka yang memiliki hubungan juga memiliki arti yang
relevan dan signifikan (Irham Fahmi, 2015). Analisis ini biasa digunakan sebagai
alat analisa dengan ratio (rasio yang menggambarkan beberapa hubungan juga
perimbangan antara suatu jumlah yang dibandingkan dengan jumlah yang lain)
yang dapat memberikan gambaran atau penjelasan kepada pelaku analisa tentang
prestasi keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan apakah mimiliki rapor baik
atau buruk, terutama jika angka rasio tersebut dilakukan perbandingkan dengan
angka rasio yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2015). Rasio keuangan
merupakan suatu perhitungan rasio dengan mengunaan laporan keuangn yang
berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.(Irham Fahmi, 2015). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan.
Adapula pengelompokan analisis rasio menurut (Hanafi & Halim, 2016) terdiri
dari:
a. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mencari tahu ukuran kemampuan perusahan ketika kebutuhan
meningkat,
b. Rasio Aktivitas
Rasio untuk mengetahui ukuran efisiensi baik dalam mengelola aktiva
maupun dalam penggunaan asset dalam perolehan pinjaman perusahaan.
c. Rasio Solvabilitas
Rasio untuk mengetahui ukuran pendanaan perusahaan terhadap hutang
relative dan ekuitas.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio untuk mengetahui ukuran kinerja keseluruhan, efisiensi pengelolaan
aktiva, perolehan laba yang didapat dari penjualan, asset, maupun modal
sendiri.
e. Rasio Rentabilitas
Rasio untuk mengetahui ukuran kemampuan perusahaan dalam perolehan
laba, juga untuk mengetahui ukuran perusahaan dalam mewujudkan
perbandingan antara laba dengan aktiva dan antara modal dalam
menghasilkan laba tesebut.
Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah risiko yang memiliki kaitan yang kuat dalam
hubungannya mengenai ketidakpastian perusahaan dalam kemampuannya untuk
melanjutkan kegiatan operasional apabila kondisi keuangannya terus mengalami
penurunan yang tidak pasti (Munawir, 2015). Dimana perusahaan atau entitas lain
yang tidak dapat melunasi hutangnya kepada kreditur (Aghajani & Jouzbarkand,
2012).
Kebangkrutan yang menandakan suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah
perusahaan juga didefinisikan dalam berbagai pengertian yang dikemukakan oleh
Weston & Copeland dalam penelitian oleh (Thohari, 2015) yaitu:
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam arti ekonomis bahwa pendapatan perusahaan tidak
mampu lagi menutupi biayanya, yang berarti bahwa tingkat labanya lebih
kecil daripada biaya modalnya.
2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)
Insolvensi memiliki dua bentuk yakni default teknis yang terjadi bila suatu
perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi di dalam
ketentuan hutangnya, seperti rasio aktiva lancar dengan hutang lancar
ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
kebangkrutan adalah kondisi perusahaan dimana dikatakan tidak sehat (pada
keuangan) sehingga menemui ketidakpastian untuk bisa terus melanjutkan
usahanya sehingga perusahaan kalah dalam bersaing dan mengakibatkan penurunan
profitabilitas.
Kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat
beberapa indikator-indikator yang ada (Hanafi & Halim, 2016), yaitu:
1. Dilihat dari aliran kas sekarang/untuk saat ini atau di masa yang akan
datang.
2. Strategi perusahaan, yaitu dilihat dari analisis yang dilakukan oleh
perusahan dalam fokus menghadapi persaingan.
3. Kualitas dari manajemen perusahaan dalam operasional.
4. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya
Sedangkan Informasi kebangkrutan bermanfaat bagi beberapa pihak (Hanafi &
Halim, 2016: 259) yaitu Pemberi pinjaman, Investor, Pihak pemerintah, Akuntan,
Manajemen.
Analisis Model Z-Score
Analisis Z-Score adalah suatu alat/metode yang digunakan untuk
memprediksi kondisi perusahaan apakah dalam keadaan sehat, atau tidak dan juga
menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan
di masa yang akan dating (Arini, 2013). Analisa kebangkrutan Z-Score adalah alat
yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan
menghitung nilai dari beberapa rasio (Yulia, 2013), (Wulandari, Burhanudin, &
Widayanti, 2017), (J. & T., 2015), (Syamni, Majid, & Siregar, 2018). Altman
menggunakan lima jenis rasio keuangan, yaitu: 1) working capital to total assets,
2) retained earning to total assets, 3) earning before interest and taxes to total
assets, 4) market value of equity to book value of total debts, dan 5) sales to total
asset (Rahmawati, 2015), (Safura & Azizah, 2015), Altman menggunakan 5 rasio
keuangan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.
Altman menggunakan 5 rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan
suatu perusahaan. Metode ini diformulasikan sebaga berikut:
Zi= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana:
X1 = (Aktiva lancar-Utang Lancar) / Total Aktiva
X2 = Laba yang ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva
X4 = Nilai pasar modal / Nilai buku hutang
X5 = Penjualan / Total aktiva
Rasio-rasio Z-Score memberikan gambaran tersendiri mengenai perusahaan, yaitu
(Sartono, 2014):
1. Working Capital to Total Asset (Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva)
Rasio pertama yang digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan
adalah rasio modal kerja terhadap total aktiva. Rasio ini digunakan untuk
mengukur likuiditas. Aktiva likuid bersih atau modal kerja bersih adalah selisih
antara total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar.
2. Retained Earning to Total Assets (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)
Retained Earning / Total Assets (X2) merupakan rasio profitabilitas yang menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama masa operasi
perusahaan. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena
semakin lama perusahaan beroperasi, memungkinkan untuk memperlancar
akumulasi laba ditahan.
3. Earning Before Interest and Taxes to TotalAssets (Rasio EBIT terhadap Total
Aktiva)
Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian aktiva, yang
dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan
perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun.
4. Market Value Of Equity to Book Value Of Liabilities (Rasio Nilai Pasar Modal
terhadap Total Hutang)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
kewajiban jangka panjang dari nilai modal sendiri (saham biasa).
5. Sales to Total Assets (Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva)
Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam dalam meningkatkan volume penjualan.
Kriteria Kebangkrutan Altman Z-Score
1. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat
sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
2. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan
sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun
kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya
tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai
pengambil keputusan.
3. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan
potensi bangkrutnya sangat besar.
Altman menemukan Lima rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk
melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.
Kondisi perusahaan dalam penelitian ini dibagi menjadi (Arini, 2013):
1. Apabila nilai Z-Score > dari pada nilai cut off maka diprediksi sebagai
perusahaan yang sangat sehat
2. Apabila nilai Z-Score = nilai cut off maka perusahaan diprediksi sebagai
perusahaan yang rawan bangkrut, namun kemungkinan terselamatkan dan
kemungkinan bangkrut sama besarnya.
3. Apabila nilai Z-Score < dari pada nilai cut off maka diprediksi bangkrut sebagai
perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar.
3. Metode Penelitian
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu metode atau prosedur untuk
mengumpulkan data pada sebuah penelitian. Langkah awal dalam penelitian ini
dengan melihat fenomena yang terjadi di Kota Batam, kemudian peneliti
mengidentifikasi dan merumuskan masalah bagaimana implementasi metode
Altman Z score untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur Di Kota
Batam.
Selanjutnya menentukan tujuan untuk memfokuskan permasalahan dengan
hasil akhir, kemudian melakukan studi lapangan untuk mengetahui permasalahan
yang ada di tempat penelitian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk
manufaktur yaitu PT. Citra Tubindo Tbk, pada periode tahun 2014 sampai dengan
2017.
Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah analisis data
kuantitatif yaitu suatu teknik analisis data dengan menganalisis menggunakan
perhitungan angka-angka dari laporan keuangan, seperti neraca, laba rugi dan
penjualan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Teknik analisa yang digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung beberapa rasio keuangan perusahaan yang terdapat dalam sampel
penelitian ini
2. Data atau hasil perhitungan rasio keuangan kemudian dianalisis dengan
menggunakan formula yang ditemukan oleh Altman yaitu:
Zi= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana:
X1 = Rasio Modal kerja terhadap total aktiva
X2 = Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
X3 = Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva
X4 = Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang
X5 = Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva
3. Mengklasifikasikan masing – masing sampel penelitian berdasarkan kriteria –
kriteria kebangkrutan.
Kriteria-kriteria kebangkrutan menurut Altman adalah sebagai berikut:
Jika Zi > 2,90 : Merupakan kategori perusahaan dalam keadaan sehat,
Jika Zi < 1,20 :Merupakankategori perusahaan dalam keadaan bangkrut,
Jika Zi diantara 1, 20 – 2,90 : Merupakan kategori Rawan bangkrut atau dengan
kata lain perusahaan tidak dapat dikatakan dalam keadaan potensial bangkrut
maupun dalam keadaan sehat
5. Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X3)
Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva
pada PT Citra Tubindo, Tbk dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat
dlihat pada tabel 4.
3. Rasio Nilai pasar Modal saham terhadap Nulai Buku Hutang (X4)
Perhitungan Nilai pasar Modal saham terhadap Nulai Buku Hutang pada
PT Citra Tubindo, Tbk dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat dlihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan rasio Nilai pasar Modal saham terhadap Nilai Buku
Hutang
Tahun Nilai Pasar Nilai Buku X4
Modal Saham Hutang
(Millon Rp) (Millon Rp)
2014 2,273.13 1,412,705 0.001
2015 2,452.28 1,418,338 0,001
2016 1,988.91 564,353 0,003
2017 1,799.05 607,335 0.002
Tabel 6. Perhitungan rasio Nilai pasar Modal saham terhadap Nilai Buku
Hutang
Tahun Sales Total Assets X5
(Millon Rp) (Millon Rp)
2014 2,579,763 1,412,705 1.826
2015 1,665,859 1,418,338 1.174
2016 1,323,245 564,353 2.344
2017 263,274 607,335 0.000
Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Za Klasifikasi
2014 0,301 0,366 0,133 1,412,705 1.826 2.761 Potensi Rawan
2015 0,230 0,358 0,036 1,418,338 1.174 1.752 Potensi Bangkrut
2016 0,288 0,464 0.004 564,353 2.344 2.952 Potensi Rawan
2017 0,286 0,417 0,058 607,335 0.000 0.739 Potensi Bangkrut
Saran
1. Perusahaan harus meningkatkan pengamblan keputusan kebijakan
perusahaan dan meningkatkan kinerja keuangan serta memanfaatkan asset
yang dimilki dengan seefektif mungkin untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal.
2. Perusahaan perlu melakukan perbaikan perbaikan dalam hal manajemen
assetnya jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan menjadi negatif
3. Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi bagi peneltian
selanjutnya di bidang yang sama yang akan datang untuk dikembamgkan
dan diperbaiki.
Daftar Pustaka
A.Niresh. (2015). The Application of Altman’s Z-Score Model in Predicting Bankruptcy: Evidence
from the Trading Sector in Sri Lanka. International Journal of Business and Management,
10(12), 269. https://doi.org/10.5539/ijbm.v10n12p269
Aghajani, V., & Jouzbarkand, M. (2012). The Creation of bankrupty Prediction model using
Springate and SAF Models. World Applied Sciences Journal, 17(SPL.ISS1), 1–5.
https://doi.org/10.7763/IPEDR.
Andriawan, nur fadhli, & Salean, D. (2016). Analisis Metode Altman Z-Score Sebagai Alat Prediksi
Kebangkrutan dan Pengaruhnya Terhadap Harga saham Pada Perusahaan Farmasi yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Akuntansi, 1(April), 67–82.
Arini, S. (2013). Analisis Altman Z- Score untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan
Farmasi Di Indonesia. Jurnal STESIA, 2(11), 1–17.
Febriani, M. U. (2013). Analisis Z-Score Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan
Pulp And Paper, 2(2), 1–22.
Hanafi, M. M., & Halim, A. (2016). Analisis Laporan keuangan (5th ed.). Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Hery. (2016). Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT. Grasindo.
Irham Fahmi. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana
media.
Ko, Y. C., Fujita, H., & Li, T. (2017). An evidential analysis of Altman Z-score for financial
predictions: Case study on solar energy companies. Applied Soft Computing Journal, 52, 748–
759. https://doi.org/10.1016/j.asoc.2016.09.050
Lawrence Gitman. (2014). Principle Of Managerial Finance (eleven). Pearseon Addison wesley.
Lestari, S. D., Oktaviani, R. F., & Arafah, W. (2016). Financial Distress Prediction With Altman Z-
Score And Effect On Stock Price : Empirical Study On Companies Subsectors Chemical
Listed In Indonesia Stock Exchange Period. International Journal of Business and
Management Invention, 5(8), 30–39.
Munawir. (2015). Analisa laporan Keuangan (Ke enam). Yogyakarta: Liberty.
Nafisatin, M., Suhadak, & Hidayat, R. (2014). Implementasi Penggunaan Metode Altman (Z-Score)
Untuk Menganalisis Estimasi Kebangkrutan (Studi pada PT Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 10(1), 1–8.
Rahmawati, A. (2015). Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013 Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia, 4, 64.
Rim, E. K., & Roy, A. B. (2014). Classifying Manufacturing Firms in Lebanon: An Application of
Altman’s Model. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 109, 11–18.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.413
Safura, A. N., & Azizah, D. F. (2015). Implementasi Altman ’ S Z -Score Model Untuk Memprediksi
Kebangkrutan Perusahaan Multinasional ( Studi Pada Perusahaan Multinasional Sub Sektor
Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014 ), 27(1), 1–
10.
Sartono. (2014). Manajemen keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). Yogyakarta: BPFE.
Sembiring, T. M. (2015). Bankruptcy Prediction Analysis of Manufacturing Companies Listed in
Indonesia Stock Exchange, 5, 354–359.
Syahrial, D., & Purba, D. (2015). Analisis Laporan keuangan (2nd ed.). Jakarta: Mitra Wacana
media.
Syahrial Dermawan. (2013). Analisa laporan keuangan: Cara Mudah dan Praktis Memahami
Laporan Keuangan (2nd ed.). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Syamni, G., Majid, M. S. A., & Siregar, W. V. (2018). Bankruptcy Prediction Models and Stock
Prices of the Coal Mining Industry in Indonesia, 17(1), 57–68.
Thohari, M. Z. (2015). Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Analisis Model Z- Score ( Studi Pada
Subsektor Textile Mill Products Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013
), 28(1), 149–157.
Wulandari, F., Burhanudin, & Widayanti, R. (2017). Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 2(1), 15–20.
Yulia, A. (2013). Analisis kebangkrutan Metode Altman Z Score pada perusahaan rokok go public.
Jurnal Lmu Manajemen, 2(3), 1–21.