You are on page 1of 14

JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018.

69 - 82
e-ISSN : 2598-067x

IMPLEMENTASI METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK


MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BATAM

Hikmah (Hikmahupb@gmail.com)
Sri Afridola (sriafridola85@gmail.com)
Universitas Putera Batam

ABSTRACT
The Manufacture companies in Batam has experienced many bankruptcy of oil and gas
companies, shipyard and services. PT Citra Tubindo, Tbk is one of the manufacture companies that
be a sub sector metal listed on the Stock Exchange which are affected by the economic development
in Batam, which caused the decline in financial performance and financial distress. This study aims
to predict bankruptcy in PT Citra Tubindo company by using the Altman Z-Score method. This
method uses financial statements which is analysed by using variables from Z-Score. The Altman
Z-score bankruptcy prediction model is applied as the technique of analysis by using five variables
which represent liquidity ratio X1, profitability X2 and X3, activity X4 and X5. By using the
assessment criteria Z-score > 2.99 the company is categorized credible. 1.81 < Z-Score < 2.99. The
company is categorized volatile so the possibility of a company to be safe and bankruptcy is equal
which depends on the policy decision of company management as the decision maker. The Z-Score
< 1.81 is categorized as a company which has high risk and big financial problem so the bankruptcy
possibility is very big. The results show that PT Citra Tubindo has Z-score value in 2014 and 2016
potentially prone to bankruptcy. It means that it is difficult to decide whether the company will go
bankrupt or not. Therefore it needs an incentive supervision. While in 2015 and 2017 the company
potentially bankrupt, so it needs to make improvements by improving financial ratios of liquidity,
profitability and activity.
Keywords : Altman Z-score, bankruptcy, Manufacture companies

ABSTRAK
Perusahaan manufaktur di Kota Batam banyak mengalami kebangkrutan baik perusahaan
Migas, shipyard maupun jasa. PT Citra Tubindo, Tbk adalah salah satu perusahaan manufaktur yang
berada dalam sub sektor logam dan jenis lainnya yang terdaftar di BEI yang terkena dampak dari
perkembangan perekonomian di Kota Batam, yang menyebabakan terjadinya penurunan kinerja
keuangan dan financial distress. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan pada
perusahaan PT Citra Tubindo, dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Metode ini
menggunakan laporan keuangan untuk di analisis dengan menggunakan variabel dari Z-Score..
Teknik analisis yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Dengan
menggunakan lima variabel yang mewakili rasio likuiditas (X 1), profitabilitas (X2) dan (X3),
aktivitas (X4) dan (X5). Dengan kriteria penilaian Z Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan
yang sehat. 1,81 < Z-Score < 2,99 dikategorikan rawan sehingga kemungkinan terselamatkan dan
kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen
perusahaan sebagai pengambil keputusan. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang
memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkian
bangkrutnya sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Citra Tubindo memiliki nilai Z-
score pada tahun 2014 dan tahun 2016 berpotensi rawan bangkrut, artinya sulit diputuskan apakah
perusahaan akan bangkrut atau sehat, sehingga memerlukan pengawasan yang insentif. Sedangkan
pada tahun 2015 dan 2017 berpotensi bangkrut sehingga perlu melakukan perbaikan dengan
meningkatkan rasio keuangan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas.
Kata kunci: Altman’s Z-Score, Kebangkrutan, Perusahaan Manufaktur
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 70 - 82
e-ISSN : 2598-067x

1. Pendahuluan
Batam merupakan salah satu kota industri yang menjadi tempat investasi
yang strategis bagi investor karena letaknya yang cukup strategis, dimana secara
geografis yakni berbatasan dengan dua negara yaitu Singapura dan Malaysia
(golden triangle) yang merupakan jalur pelayaran dunia. Letak yang strategis
sehingga banyak perusahaan nasional maupun multinasional yang melakukan
kegiatan produksi baik itu perusahaan Manufactur, Shipyard maupun jasa. Namun,
perkembangan industri tidak berkembang seperti tahun-tahun sebelumnya. Tiga
tahun terkhir banyak perusahaan di kota Batam yang mengalami kebangkrutan
seperti kontruksi, pabrik, perdagangan, dan industri. Berdasarkan data Disnaker
Batam tahun 2015 terdapat 67 perusahaan yang tutup, dan tahun 2016 terdapat 67
perusahaan yang tutup, tahun 2017 sampai dengan bulan April tercatat 25
perusahaan yang sudah tutup. Salah satu perusahaan yang mulai mengalami
kebangkrutan khususnya perusahaan yang bergerak dalam industri Migas (Minyak
dan gas bumi).
Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri Migas (Minyak dan gas
bumi) pada tahun 2016 merupakan tahun yang penuh tantangan. Di awal Januari
2016, harga minyak bahkan mencapai titik terendahnya selama 10 tahun terakhir
yaitu di AS $ 29,30 per barrel. Meskipun OPEC mengambil keputusan untuk
memangkas produksi yang seharusnya membantu dan mempercepat penarikan
persediaan minyak global, pada kenyataannya hal tersebut tidak mempengaruhi
harga keseimbangan. Harga minyak tetap sekitar AS $ 50 per barrel. Dampak dari
penurunan harga minyak yang berkepanjangan akan mempengaruhi industri
peralatan perminyakan dalam jangka panjang. Indonesia tidak mendapat manfaat
dari harga minyak mentah yang lebih tinggi serta investasi global yang lebih besar
karena ketidakpastian dalam peraturan saat ini khususnya di eksplorasi minyak
dalam negeri. Ditambah dengan beberapa investor utama termasuk Total E & P,
Chevron dan Conoco Phillip Indonesia akan mengurangi investasi mereka di
Indonesia. Dengan situasi yang tidak kondusif di atas, kinerja perusahaan juga
terimbas dengan situasi resesi dunia yang menyebabkan prediksi target penjualan
tidak tercapai bahkan perusahaan banyak mengalami kerugian akibat tidak adanya
proses produksi khususnya di Kota Batam.
Perusahaan privat atau perusahaan go public berpotensi untuk mengalami
kebangkrutan. Untuk saat ini perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan
pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif
pembiayaan. Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan
kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Investor dan kreditor sebagai pihak yang
berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam
perusahaan untuk mengamankan investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan
untuk membaca sinyal-sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam
investasi yang telah dilakukan (Febriani, 2013).
Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi
di dalam dunia usaha. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba
(Adnan dan Dicky, 2010: 91). Financial distress dapat terjadi, terutama pada
perusahaan yang mengalami kesulitan ekonomi memiliki dampak langsung pada

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 70 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 71 - 82
e-ISSN : 2598-067x

produksi dan distribusi. Kesulitan ekonomi yang dialami perusahaan, misalnya


masalah pembayaran hutang di masa lalu, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai produksi yang melebihi tingkat pendapatan, jumlah piutang yang tidak
tertagih sulit, dan sulitnya mendapatkan pinjaman dari pihak lain. Jadi, secara
bertahap kesulitan ekonomi akan mengakibatkan kebangkrutan (Lestari, Oktaviani,
& Arafah, 2016).Salah satu cara untuk melihat kesehatan keuangan perusahaan
yaitu menggunakan rasio keuangan.(Safura & Azizah, 2015). Adapun penelitian
mengenai manfaat rasio keuangan hasilnya menunjukkan bahwa rasio keuangan
bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat dalam
memprediksi kebangkrutan perusahaan (Mastuti, 2013:2). Tingkat kesehatan
perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam
menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat
ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan
kebangkrutan (terlikuidasi) pada perusahaan (Andriawan & Salean, 2016).
Kebangkrutan perusahaan tidak hanya berdampak bagi masyarakat terutama
angkatan kerja tapi juga bagi perusahaan itu sendiri. Melakukan analisis laporan
keuangan dan mengetahui rasio keuangan perusahaan bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesehatan dan kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun apakah
mengalami peningkatan atau penurunan kinerja (Nafisatin, Suhadak, & Hidayat,
2014).
Dalam melakukan analisis laporan keuangan berbagai alat dan teknik dapat
digunakan. Alat yang paling umum digunakan adalah analisis rasio keuangan
(Thohari, 2015). Ratio keuangan dibagi menjadi lima jenis, yaitu rasio likuiditas,
rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar, lima rasio
dasar memiliki peran dalam menilai kondisi keuangan perusahaan sesuai dengan
komponen data yang digunakan dalam rasio ini. Kelima rasio dasar dalam akuntansi
ini karena itu digabungkan model analisis rasio mampu memprediksi kebangkrutan
perusahaan (Sembiring, 2015). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji
manfaat rasio keuangan dalam perusahaan manufaktur, misalnya: (Thohari,
2015),(Rim & Roy, 2014), (Ko, Fujita, & Li, 2017). Hasilnya menunjukkan bahwa
rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perusahaan, bahkan
bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
PT Citra Tubindo, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam
industri minyak dan gas yang beroperasi di Batam, aktivitas operasinya
menyediakan proses akhir dalam OTCG (Oil country tubular goods) yang
merupakan komponen penting dalam kegiatan pengeboran minyak dan gas. PT
Citra Tubindo salah satu perusahaan di Kota Batam yang bergerak dalam Industri
Gas dan Minyak Bumi yang terkena dampak dari penurunan harga minyak dunia.
Hal ini menyebabkan kinerja keuangan perusahaan menjadi turun. Berikut ini data
keuangan singkat PT Citra tubindo dari tahun 2014-2016

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 71 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 72 - 82
e-ISSN : 2598-067x

Tabel 1.1 Perkembangan Kinerja PT Citra Tubindo periode 2014-2016


HASIL USAHA (AS$ RIBU) 2016 2015 2014
Pendapatan 98.485 113.656 207.443
Laba bruto 18.242 26.462 58.889
Laba( rugi) (934) 8.115 25.552
Total Laba (rugi) (711) 7.075 25.251
komprehensif
PER SAHAM (AS$)
Jumlah Saham yang beredar 800.372 800.372 800.372
(000)
Laba (rugi) per saham (0.0011) 0,0101 0.0318
Harga per Saham 0.3870 0.3788 0.4260
Rasio harga saham terhadap (352) 38 13
laba
NERACA
Jumlah modal kerja neto 46.336 53.203 78.470
Jumlah asset 160.481 222.558 253.966
Jumlah investasi 14.080 14.812 15.551
Jumlah liabilitas 42.003 96.347 114.830
Jumlah ekuitas 118.478 126.217 126.136
Rasio Keuangan
Rasio lancar 2,59 1,65 1,80
Rasio Liabilitas terhadap 0,35 0,76 0.83
ekuitas
Rasio Liabilitas terhadap 0,26 0,57 0,45
jumlah asset
Sumber : Data diolah dari laporan keuangan PT.Citra Tubindo periode 2014-
2016

Berdasarkan data keuangan singkat diatas dapat dilihat bahwa secara


keseluruhan, kinerja tahun 2016 menurun, dimana penjualan turun sebesar 13,35%
menjadi AS$98,49 juta, laba kotor menurun 31,06% menjadi AS$18,24 juta, laba
usaha menurun 94,35% menjadi AS$0,42 juta dan laba (rugi) tahun berjalan turun
111,51% menjadi rugi AS$0,93 juta dari tahun 2015 sebesar laba AS$8,12
juta.Laba kotor Perseroan tahun 2016 sebesar AS$18,24 juta dengan margin laba
kotor 18,52% dibanding dengan tahun 2015 sebesar AS$26,46 juta dengan margin
laba kotor 23,28%. Perseroan mengalami penurunan margin laba kotor tahun 2016
sebesar 20,44% dibanding tahun 2015, dimana hal ini disebabkan oleh persaingan
usaha yang semakin ketat dengan tumbuhnya industri penguliran dan pemrosesan
pipa serta penurunan pangsa pasar ekspor dan lokal. Melihat kondisi perusahaan
diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih dalam tentang penggunaan
metode altman z score pada perusahaan PT Citra Tubindo untuk mengetahui kinerja
perusahaan. Meskipun metode Altman Z score telah banyak digunakan untuk
memprediksi kecenderungan kebangkrutan perusahaan public baik di dalam maupun
di luar negeri, namun secara khusus, belum ada penelitian yang
mengimplementasikan metode altman untuk perusahaan manufaktur di Batam,
Apalagi saat ini banyak perusahaan manufaktur khususnya industri Minyak dan gas

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 72 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 73 - 82
e-ISSN : 2598-067x

yang sudah tutup. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk
mengimplementasikan metode Altman terhadap sebuah perusahaan di Batam dan
mengevaluasi apakah prediksinya cukup tepat dibandingkan dengan kondisi
perusahaan yang sebenarnya. Mengacu pada uraian diatas, menjadi ketertarikan
dalam melakukan penelitian kali ini. Maka judul penelitian yang diambil adalah
“Implementasi metode Altman Z Score untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan manufaktur di Kota Batam.

2. Kajian Pustaka
Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Hery, 2016). Sedangkan menurut Hanafi
& Halim (2016:12) Laporan keuangan pada dasarnya melaporkan kegiatan-
kegiatan perusahaan: kegiatan investasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan
operasional, sekaligus mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari
alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang
berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam
analisis bisnis (Syahrial & Purba, 2015). Berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan menjadi informasi yang lebih
berguna, mendalam dan lebih tajam sebagai dasar pengambilan keputusan. Analisis
laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke
dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing masing dari unsur tersebut dengan
tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang biak dan tepat atas
laporan keuangan itu sendiri (Syahrial Dermawan, 2013). Secara umum tujuan dan
manfaat dari dlakukannya analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam
(Hery, 2016) adalah: Screening, Forecasting, Diagnosis, Evaluation,
Understanding
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dilakukan dalam membandingkan dari beberapa pos yang
ada untuk mendapatkan angka yang memiliki hubungan juga memiliki arti yang
relevan dan signifikan (Irham Fahmi, 2015). Analisis ini biasa digunakan sebagai
alat analisa dengan ratio (rasio yang menggambarkan beberapa hubungan juga
perimbangan antara suatu jumlah yang dibandingkan dengan jumlah yang lain)
yang dapat memberikan gambaran atau penjelasan kepada pelaku analisa tentang
prestasi keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan apakah mimiliki rapor baik
atau buruk, terutama jika angka rasio tersebut dilakukan perbandingkan dengan
angka rasio yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2015). Rasio keuangan
merupakan suatu perhitungan rasio dengan mengunaan laporan keuangn yang
berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.(Irham Fahmi, 2015). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 73 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 74 - 82
e-ISSN : 2598-067x

Adapula pengelompokan analisis rasio menurut (Hanafi & Halim, 2016) terdiri
dari:
a. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mencari tahu ukuran kemampuan perusahan ketika kebutuhan
meningkat,
b. Rasio Aktivitas
Rasio untuk mengetahui ukuran efisiensi baik dalam mengelola aktiva
maupun dalam penggunaan asset dalam perolehan pinjaman perusahaan.
c. Rasio Solvabilitas
Rasio untuk mengetahui ukuran pendanaan perusahaan terhadap hutang
relative dan ekuitas.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio untuk mengetahui ukuran kinerja keseluruhan, efisiensi pengelolaan
aktiva, perolehan laba yang didapat dari penjualan, asset, maupun modal
sendiri.
e. Rasio Rentabilitas
Rasio untuk mengetahui ukuran kemampuan perusahaan dalam perolehan
laba, juga untuk mengetahui ukuran perusahaan dalam mewujudkan
perbandingan antara laba dengan aktiva dan antara modal dalam
menghasilkan laba tesebut.
Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah risiko yang memiliki kaitan yang kuat dalam
hubungannya mengenai ketidakpastian perusahaan dalam kemampuannya untuk
melanjutkan kegiatan operasional apabila kondisi keuangannya terus mengalami
penurunan yang tidak pasti (Munawir, 2015). Dimana perusahaan atau entitas lain
yang tidak dapat melunasi hutangnya kepada kreditur (Aghajani & Jouzbarkand,
2012).
Kebangkrutan yang menandakan suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah
perusahaan juga didefinisikan dalam berbagai pengertian yang dikemukakan oleh
Weston & Copeland dalam penelitian oleh (Thohari, 2015) yaitu:
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam arti ekonomis bahwa pendapatan perusahaan tidak
mampu lagi menutupi biayanya, yang berarti bahwa tingkat labanya lebih
kecil daripada biaya modalnya.
2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)
Insolvensi memiliki dua bentuk yakni default teknis yang terjadi bila suatu
perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi di dalam
ketentuan hutangnya, seperti rasio aktiva lancar dengan hutang lancar
ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
kebangkrutan adalah kondisi perusahaan dimana dikatakan tidak sehat (pada
keuangan) sehingga menemui ketidakpastian untuk bisa terus melanjutkan
usahanya sehingga perusahaan kalah dalam bersaing dan mengakibatkan penurunan
profitabilitas.
Kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat
beberapa indikator-indikator yang ada (Hanafi & Halim, 2016), yaitu:

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 74 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 75 - 82
e-ISSN : 2598-067x

1. Dilihat dari aliran kas sekarang/untuk saat ini atau di masa yang akan
datang.
2. Strategi perusahaan, yaitu dilihat dari analisis yang dilakukan oleh
perusahan dalam fokus menghadapi persaingan.
3. Kualitas dari manajemen perusahaan dalam operasional.
4. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya
Sedangkan Informasi kebangkrutan bermanfaat bagi beberapa pihak (Hanafi &
Halim, 2016: 259) yaitu Pemberi pinjaman, Investor, Pihak pemerintah, Akuntan,
Manajemen.
Analisis Model Z-Score
Analisis Z-Score adalah suatu alat/metode yang digunakan untuk
memprediksi kondisi perusahaan apakah dalam keadaan sehat, atau tidak dan juga
menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan
di masa yang akan dating (Arini, 2013). Analisa kebangkrutan Z-Score adalah alat
yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan
menghitung nilai dari beberapa rasio (Yulia, 2013), (Wulandari, Burhanudin, &
Widayanti, 2017), (J. & T., 2015), (Syamni, Majid, & Siregar, 2018). Altman
menggunakan lima jenis rasio keuangan, yaitu: 1) working capital to total assets,
2) retained earning to total assets, 3) earning before interest and taxes to total
assets, 4) market value of equity to book value of total debts, dan 5) sales to total
asset (Rahmawati, 2015), (Safura & Azizah, 2015), Altman menggunakan 5 rasio
keuangan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan.
Altman menggunakan 5 rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan
suatu perusahaan. Metode ini diformulasikan sebaga berikut:
Zi= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana:
X1 = (Aktiva lancar-Utang Lancar) / Total Aktiva
X2 = Laba yang ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva
X4 = Nilai pasar modal / Nilai buku hutang
X5 = Penjualan / Total aktiva
Rasio-rasio Z-Score memberikan gambaran tersendiri mengenai perusahaan, yaitu
(Sartono, 2014):
1. Working Capital to Total Asset (Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva)
Rasio pertama yang digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan
adalah rasio modal kerja terhadap total aktiva. Rasio ini digunakan untuk
mengukur likuiditas. Aktiva likuid bersih atau modal kerja bersih adalah selisih
antara total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar.
2. Retained Earning to Total Assets (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)
Retained Earning / Total Assets (X2) merupakan rasio profitabilitas yang menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama masa operasi
perusahaan. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena
semakin lama perusahaan beroperasi, memungkinkan untuk memperlancar
akumulasi laba ditahan.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 75 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 76 - 82
e-ISSN : 2598-067x

3. Earning Before Interest and Taxes to TotalAssets (Rasio EBIT terhadap Total
Aktiva)
Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian aktiva, yang
dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan
perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun.
4. Market Value Of Equity to Book Value Of Liabilities (Rasio Nilai Pasar Modal
terhadap Total Hutang)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
kewajiban jangka panjang dari nilai modal sendiri (saham biasa).
5. Sales to Total Assets (Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva)
Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam dalam meningkatkan volume penjualan.
Kriteria Kebangkrutan Altman Z-Score
1. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat
sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan.
2. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan
sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun
kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya
tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai
pengambil keputusan.
3. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan
keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan
potensi bangkrutnya sangat besar.
Altman menemukan Lima rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk
melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.
Kondisi perusahaan dalam penelitian ini dibagi menjadi (Arini, 2013):
1. Apabila nilai Z-Score > dari pada nilai cut off maka diprediksi sebagai
perusahaan yang sangat sehat
2. Apabila nilai Z-Score = nilai cut off maka perusahaan diprediksi sebagai
perusahaan yang rawan bangkrut, namun kemungkinan terselamatkan dan
kemungkinan bangkrut sama besarnya.
3. Apabila nilai Z-Score < dari pada nilai cut off maka diprediksi bangkrut sebagai
perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar.

3. Metode Penelitian
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu metode atau prosedur untuk
mengumpulkan data pada sebuah penelitian. Langkah awal dalam penelitian ini
dengan melihat fenomena yang terjadi di Kota Batam, kemudian peneliti
mengidentifikasi dan merumuskan masalah bagaimana implementasi metode
Altman Z score untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur Di Kota
Batam.
Selanjutnya menentukan tujuan untuk memfokuskan permasalahan dengan
hasil akhir, kemudian melakukan studi lapangan untuk mengetahui permasalahan
yang ada di tempat penelitian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 76 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 77 - 82
e-ISSN : 2598-067x

memecahkan permasalahan. Tahapan berikutnya studi pustaka dilakukan untuk


memperoleh hasil yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas dengan cara
mempelajari teori-teori dan penelitian- penelitian yang relevan dengan topik
penelitian. Adapun teori teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah
mengenai konsep untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dan metode yang
akan digunakan untuk memecahkan masalah dalam financial distress
(Kebangkrutan) perusahaan.
Populasi dan sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan di Batam
yang merupakan perusahaan manufaktur yang masuk dalam Bursa Efek Indonesia
(go public). Sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan PT Citra Tubindo.
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Variabel penelitian
Rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score dapat
dikategorikan dalam tiga kelompok besar yaitu (Lawrence Gitman, 2014):
1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari X1
2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3
3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5

a. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1)


Digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relative terhadap
total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek.
b. Rasio Laba ditahan Terhadap Total Aktiva (X2)
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva selama masa
operasi perusahaan.
c. Rasio Pendapatan sebelum Pajak dan Bunga terhadap Total Aktiva (X3)
Digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnyan dari aktiva
perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
d. Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4)
Digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun
nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan
keuangan perusahaan menjadi tidak sehat.
Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva (X5)
e. Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghadapi kondisi persaingan.

Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder. Sumber
data dalam penulisan penelitian ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal, artikel
dan sumber informasi terkait lainnya. Sedangkan sumber data yang akan diolah
dalam analisis penelitian bersumber dari Indonesia Capital Market Directory. Data
yang digunakan diperoleh dari laporan rugi/laba dan neraca pada perusahaan

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 77 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 78 - 82
e-ISSN : 2598-067x

manufaktur yaitu PT. Citra Tubindo Tbk, pada periode tahun 2014 sampai dengan
2017.
Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah analisis data
kuantitatif yaitu suatu teknik analisis data dengan menganalisis menggunakan
perhitungan angka-angka dari laporan keuangan, seperti neraca, laba rugi dan
penjualan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Teknik analisa yang digunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung beberapa rasio keuangan perusahaan yang terdapat dalam sampel
penelitian ini
2. Data atau hasil perhitungan rasio keuangan kemudian dianalisis dengan
menggunakan formula yang ditemukan oleh Altman yaitu:
Zi= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana:
X1 = Rasio Modal kerja terhadap total aktiva
X2 = Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
X3 = Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva
X4 = Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang
X5 = Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva
3. Mengklasifikasikan masing – masing sampel penelitian berdasarkan kriteria –
kriteria kebangkrutan.
Kriteria-kriteria kebangkrutan menurut Altman adalah sebagai berikut:
Jika Zi > 2,90 : Merupakan kategori perusahaan dalam keadaan sehat,
Jika Zi < 1,20 :Merupakankategori perusahaan dalam keadaan bangkrut,
Jika Zi diantara 1, 20 – 2,90 : Merupakan kategori Rawan bangkrut atau dengan
kata lain perusahaan tidak dapat dikatakan dalam keadaan potensial bangkrut
maupun dalam keadaan sehat

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Rasio Modal kerja terhadap total aktiva (X1)
Perhitungan rasio modal kerja terhadap total aktva PT Citra Tubindo, Tbk
dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat dlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan rasio odal kerja terhadap Total Aktiva tetap


Tahun Current Asset Current Total Aktiva X1
(Millon Rp) Liabilitas (Millon Rp)
(Millon Rp)
2014 2,195,199 1,219,085 3,233,051 0,301
2015 1,980,117 1,200,000 3,381,074 0,230
2016 1,013,073 391,091 2,156,218 0,288
2017 1,031,020 444,692 2,047,241 0,286

2. Rasio Laba ditahan terhadap Total Aktiva (X2)


Perhitungan rasio Laba ditahan terhadap total Aktiva PT Citra Tubindo,
Tbk dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat dlihat pada tabel 3.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 78 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 79 - 82
e-ISSN : 2598-067x

Tabel 3. Perhitungan rasio Modal kerja terhadap Total Aktiva tetap


Tahun Laba Ditahan Total Aktiva X2
(Millon Rp) (Millon Rp)
2014 1,182,348 3,233,051 0,366
2015 1,210,942 3,381,074 0,358
2016 1,002,113 2,156,218 0,464
2017 855,275 2,047,241 0,417

5. Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X3)
Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva
pada PT Citra Tubindo, Tbk dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat
dlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perhtungan rasio modal kerja terhadap Total Aktiva


Tahun EBIT Total Aktiva X3
(Millon Rp) (Millon Rp)
2014 431,915 3,233,051 0,133
2015 125,061 3,381,074 0,036
2016 (10,746) 2,156,218 0.004
2017 (120,143) 2,047,241 0,058

3. Rasio Nilai pasar Modal saham terhadap Nulai Buku Hutang (X4)
Perhitungan Nilai pasar Modal saham terhadap Nulai Buku Hutang pada
PT Citra Tubindo, Tbk dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat dlihat
pada tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan rasio Nilai pasar Modal saham terhadap Nilai Buku
Hutang
Tahun Nilai Pasar Nilai Buku X4
Modal Saham Hutang
(Millon Rp) (Millon Rp)
2014 2,273.13 1,412,705 0.001
2015 2,452.28 1,418,338 0,001
2016 1,988.91 564,353 0,003
2017 1,799.05 607,335 0.002

5. Rasio Penjualan terhadap Total aktiva (X5)


Perhitungan Rasio Penjualan terhadap Total aktiva pada PT Citra Tubindo,
Tbk dari tahun 2014 sampai tahun 2017, dapat dlihat pada tabel 6.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 79 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 80 - 82
e-ISSN : 2598-067x

Tabel 6. Perhitungan rasio Nilai pasar Modal saham terhadap Nilai Buku
Hutang
Tahun Sales Total Assets X5
(Millon Rp) (Millon Rp)
2014 2,579,763 1,412,705 1.826
2015 1,665,859 1,418,338 1.174
2016 1,323,245 564,353 2.344
2017 263,274 607,335 0.000

Perhitungan Nilai Altman Z- Score


Adapun rumus untuk menghitung nilai Z Score pada PT Citra Tubindo,
Tbk pada perode Tahun 2014 sampai 2017 adalah sebaga berikut:
Za= (0,717 x X1) + (0,847x X2)+ (3,10 x X3)+ 0,420 x X4)+ (0,988 x X5)
Hasil perhitungan nilai Z Score pada PT Citra Tubindo, Tbk pada perode
2014-2017 dapat dlihat di tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Nilai Z Score Pada PT Citra Tubindo, Tbk

Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Za Klasifikasi
2014 0,301 0,366 0,133 1,412,705 1.826 2.761 Potensi Rawan
2015 0,230 0,358 0,036 1,418,338 1.174 1.752 Potensi Bangkrut
2016 0,288 0,464 0.004 564,353 2.344 2.952 Potensi Rawan
2017 0,286 0,417 0,058 607,335 0.000 0.739 Potensi Bangkrut

Berdasarkan Tabel diatas, terlihat bahwa secara keseluruhan, perusahaan


tampaknya memlik kondisi keuangan yang kurang baik seperti yang ditunjukkan
oleh rendahnya nilai Z. Kondisi bisa dilihat dari variabel yang melibatkan laba
sebelum pajak atau EBIT yang memilki bobot paling tertinggi dalam penentuan
potensi kebangkrutan. Posisi EBIT sangat mengkawatirkan pada tahun 2016 dan
2017 dimana perusahaan mengalami kerugian. Selain itu kondisi keuangan
perusahaan yang berpotensi rawan bangkrut dan penurunan modal kerja berarti
modal kerja yang digunakan oleh perusahaan kurang efektif, sehingga total
aktivanya pun menjadi kurang efektif.
Pada tahun 2015, perusahaan berada dalam kondisi sangat kritis dan
berpotensi bangkrut jika tidak segera memperoleh penanganan yang tepat. Hal ini
disebabkan karena harga minyak dunia secara global. Berdasarkan tabel datas
terlihat bahwa Nilai Z-score pada tahun 2014 dan tahun 2016 berpotensi rawan
bangkrut, artinya sulit diputuskan apakah perusahaan akan bangkrut atau sehat,
sehingga memerlukan pengawasan yang insentif. Sedangkan pada tahun 2015 dan
2017 berpotensi bangkrut. Perusahaan dalam kategori ini harus lebih memfokuskan
pada usaha perbaikan kinerja perusahaan untuk meningkatkan kelima rasio
tersebut, misalnya yaitu dengan meningkatkan volume penjualan terhadap
persediaan yang ada, sehingga ada pemasukan pada kas perusahaan dari hasil
penjualan dan harus melakukan perbaikan secepatnya agar tidak mengalami
kebangkrutan di periode berikutnya.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 80 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 81 - 82
e-ISSN : 2598-067x

5. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Metode Altman Z score mampu menunjukkan kondisi kesehatan keuangan
perusahaan yang masih jauh dari sehat bahkan berpotensi bangkrut.
2. PT Citra Tubindo, TBk Pada tahun 2015 dan 2017 dnyatakan berpotensi rawan
bangkrut, sedangkan tahun 2014 dan 2017 berada dalam posisi grey area.
Perusahaan yang berada dalam kondisi rawan bangkrut dan potensi bangkrut
harus lebih berhati-hati dan harus melakukan perbaikan secepatnya agar tidak
mengalami kebangkrutan di periode berikutnya.

Saran
1. Perusahaan harus meningkatkan pengamblan keputusan kebijakan
perusahaan dan meningkatkan kinerja keuangan serta memanfaatkan asset
yang dimilki dengan seefektif mungkin untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal.
2. Perusahaan perlu melakukan perbaikan perbaikan dalam hal manajemen
assetnya jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan menjadi negatif
3. Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi bagi peneltian
selanjutnya di bidang yang sama yang akan datang untuk dikembamgkan
dan diperbaiki.

Daftar Pustaka
A.Niresh. (2015). The Application of Altman’s Z-Score Model in Predicting Bankruptcy: Evidence
from the Trading Sector in Sri Lanka. International Journal of Business and Management,
10(12), 269. https://doi.org/10.5539/ijbm.v10n12p269
Aghajani, V., & Jouzbarkand, M. (2012). The Creation of bankrupty Prediction model using
Springate and SAF Models. World Applied Sciences Journal, 17(SPL.ISS1), 1–5.
https://doi.org/10.7763/IPEDR.
Andriawan, nur fadhli, & Salean, D. (2016). Analisis Metode Altman Z-Score Sebagai Alat Prediksi
Kebangkrutan dan Pengaruhnya Terhadap Harga saham Pada Perusahaan Farmasi yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Akuntansi, 1(April), 67–82.
Arini, S. (2013). Analisis Altman Z- Score untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan
Farmasi Di Indonesia. Jurnal STESIA, 2(11), 1–17.
Febriani, M. U. (2013). Analisis Z-Score Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan
Pulp And Paper, 2(2), 1–22.
Hanafi, M. M., & Halim, A. (2016). Analisis Laporan keuangan (5th ed.). Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Hery. (2016). Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: PT. Grasindo.
Irham Fahmi. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana
media.
Ko, Y. C., Fujita, H., & Li, T. (2017). An evidential analysis of Altman Z-score for financial
predictions: Case study on solar energy companies. Applied Soft Computing Journal, 52, 748–
759. https://doi.org/10.1016/j.asoc.2016.09.050
Lawrence Gitman. (2014). Principle Of Managerial Finance (eleven). Pearseon Addison wesley.
Lestari, S. D., Oktaviani, R. F., & Arafah, W. (2016). Financial Distress Prediction With Altman Z-
Score And Effect On Stock Price : Empirical Study On Companies Subsectors Chemical
Listed In Indonesia Stock Exchange Period. International Journal of Business and
Management Invention, 5(8), 30–39.
Munawir. (2015). Analisa laporan Keuangan (Ke enam). Yogyakarta: Liberty.
Nafisatin, M., Suhadak, & Hidayat, R. (2014). Implementasi Penggunaan Metode Altman (Z-Score)

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 81 -
JIPI Vol. 2 No. 2, Juli 2018. 82 - 82
e-ISSN : 2598-067x

Untuk Menganalisis Estimasi Kebangkrutan (Studi pada PT Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 10(1), 1–8.
Rahmawati, A. (2015). Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013 Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia, 4, 64.
Rim, E. K., & Roy, A. B. (2014). Classifying Manufacturing Firms in Lebanon: An Application of
Altman’s Model. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 109, 11–18.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.413
Safura, A. N., & Azizah, D. F. (2015). Implementasi Altman ’ S Z -Score Model Untuk Memprediksi
Kebangkrutan Perusahaan Multinasional ( Studi Pada Perusahaan Multinasional Sub Sektor
Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014 ), 27(1), 1–
10.
Sartono. (2014). Manajemen keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). Yogyakarta: BPFE.
Sembiring, T. M. (2015). Bankruptcy Prediction Analysis of Manufacturing Companies Listed in
Indonesia Stock Exchange, 5, 354–359.
Syahrial, D., & Purba, D. (2015). Analisis Laporan keuangan (2nd ed.). Jakarta: Mitra Wacana
media.
Syahrial Dermawan. (2013). Analisa laporan keuangan: Cara Mudah dan Praktis Memahami
Laporan Keuangan (2nd ed.). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Syamni, G., Majid, M. S. A., & Siregar, W. V. (2018). Bankruptcy Prediction Models and Stock
Prices of the Coal Mining Industry in Indonesia, 17(1), 57–68.
Thohari, M. Z. (2015). Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Analisis Model Z- Score ( Studi Pada
Subsektor Textile Mill Products Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013
), 28(1), 149–157.
Wulandari, F., Burhanudin, & Widayanti, R. (2017). Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 2(1), 15–20.
Yulia, A. (2013). Analisis kebangkrutan Metode Altman Z Score pada perusahaan rokok go public.
Jurnal Lmu Manajemen, 2(3), 1–21.

JIPI Vol. 2 No.2, Juli 2018.


- 82 -

You might also like