You are on page 1of 15

MAKALAH

“AGAMA DAN NEGARA”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kewarganegaraan

DISUSUN OLEH:

1. Shofan Khoirul Anam (22108040081)


2. Iche Julysia (22108040098)
3. Velia Ratu Wulan S (22108040106)
4. Nilmada Adhipramana A (22108040108)

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA

2023

1
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.1 Konsep Dasar Negara........................................................................................................
2.2 Teori Terbentuknya Negara..............................................................................................
2.3 Bentuk-bentuk Relasi Agama-Negara................................................................................
2.4 Islam dan Orde Baru.......................................................................................................
2.5 Islam dan Pasca Orde Baru.............................................................................................
BAB 3PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah ”Agama dan Negara”. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
kewarganegaraan yang sudah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya.oleh karena itu keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa saya
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Yogyakarta, Maret 2023

BAB 1

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara dapat diartikan sebagai sebuah organisasi tertinggi dalam sebuah


kelompok masyarakat yang mana terdapat pada suatu kawasan dan mereka
memiliki tujuan yang sama yaitu bersatu. Terdapat 3 unsur dalam sebuah negara
berdaulat yakni masyarakat atau rakyat, wilayah atau kawasan dan pemerintahan
yang berdaulat. Dalam suatu negara masyarakat juga mendapatkan hak-haknya
dan juga mendapatkan kebebasan seperti contoh, kebebasan berpendapat,
kebebasan memilih hak suara, dan kebebasan memeluk agama yang diyakini.

Dalam sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” kita dapat
mengetahui bahwa agama sangatlah penting. Dan agama menjadi suatu pedoman
dalam menjalankan kehidupan, didalam agama terdapat nilai-nilai yang luhur dan
dapat mendorong seseorang untuk berbuat kebaikan. Agama selain dapat menjadi
pemersatu negara juga bisa menjadi faktor pemecah suatu negara. Karena terdapat
suatu perbedaan seperti kepercayaan dan pandangan yang membuat perpecahan.
Banyak konflik keagamaan yang sudah terjadi seperti pengeboman gereja dan lain
sebagainya. Namun dengan rasa persatuan dan kesatuan perbedaan bukanlah suatu
halangan.

Dari penjelasan diatas dapat kita ketuhui hubungan atau relasi antara agama
dan negara sangatlah penting. Dengan demikian kita akan membahas mengenai
relasi antara agama dan negara pada bab selanjutnya

1.2 Rumusan Masalah

4
1. Jelaskan Mengenai Konsep Dasar Negara!

2. Apa Saja Teori Terbentuknya Negara?

3. Jelaskan Mengenai Bentuk-Bentuk Negara dan Relasi Antara Agam-Negara!

4. Bagaimanakah Islam dan Negara Orde Baru?

5. Bagaimanakah Islam dan Negara Pasca Orde Baru?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar
negara, teori terbentuknya negara, bentuk-bentuk negara , relasi antara agama-
negara, islam dan negara orde baru serta dapat menjelaskan islam dan negara
pasca orde baru.

BAB 2

5
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Negara

1. Pengertian Negara

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa negara asing seperti


state (bahasa inggris), staat (bahasa belanda), dan etat (bahasa perancis). Kata
state, staat, dan etaat diambil dari bahasa latin yaitu status atau statum yang
berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang
tegak dan tetap. Secara termologi dapat dimaknai sebagai sebuah organisasi yang
paling tinggi dan didalamnya terdapat masyarakat yang berada pada suatu wilayah
yang sama dan memiliki tujuan untuk bersatu.

Pengertian negara menurut beberapa ahli :

a. Menurut Aristoteles : “Negara adalah persekutuan dari keluarga dan desa guna
memperoleh hidup yang sebaik-baiknya.”

b. Jhon Locke dan Rousseau : “Dalam buku Negara (1993), negara adalah suatu badan
atau organisasi hasil dari pada perjanjian masyarakat.”

c. Mac Iver : “Dalam buku Demokrasi, HAM, dan Masyarakat madani (2002) suatu
negara harus memenuhi tiga unsur pokok yaitu pemerintahan, komunitas atau rakyat,
dan wilayah tertentu.”

d. Harold J. Laski mengemukakan menurutnya negara merupakan suatu masyarakat


yang diintergrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang
secara sah lebih agung daripada individu atau manusia yang hidup bekerjasama untuk
mencapai terkabulnya keinginan mereka bersama.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
negara ialah suatu daerah dimana rakyat diperintah oleh sejumlah pejabat yang
memiliki hak untuk menuntuk dari warganegaranya untuk menaati peraturan
perundang-undangan melalui penguasaan monopolistik dari kekuasaan yang sah.

A. Tujuan Sebuah Negara

Tujuan sebuah negara antara lain :

a. Bertujuan untuk memperluas

b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum

6
c. Bertujuan untuk kesejahteraan umum

Menurut Plato tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan


manusia, sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Sedangkan menurut Ibnu
Khaldun tujuan sebuah negara ialah untuk mengusahakan kemaslahatan agama
dan dunia yang bermuara pada kepentingan rakyat. Namun dalam konteks
negara indonesia, tujuan sebuah negara telah tercantum pada pembukaan UUD
1945 yang berbunyi untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia.
B. Unsur-Unsur Negara
Terdapat tiga unsur penting yang dimiliki oleh suatu negara, ketiga unsur
ini disebut sebagai unsur konstitusif oleh Mahfud M.D.
a. Rakyat
Rakyat merupakan sekumpulan orang yang berada disuatu wilayah
tertentu dan dipersatukan dengan persamaan. Rakyat merupakan sebuah unsur
yang penting dalam suatu negara, bayangkan saja jika tidak terdapat rakyat maka
sebuah negara tidak akan terbentuk atau berdiri.
b. Wilayah
Wilayah merupakan unsur yang wajib dipenuhi, mengapa harus seperti
itu? Karena tidak mungkin sebuah negara tidak memiliki suatu wilayah dan
batas-batas teritorial yang jelas.
c. Pemerintah
Pemerintahan ialah struktur kepengurusan negara yang bertugas
memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama didirikan sebuah
negara. Dan selain itu tugas pemerintahan yaitu menetapkan hukum,
melaksanakan ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian dan lainnya
dalam rangka mewujudkan kepentingan negaranya yang beragam.
2. Teori-Teori Terbentuknya Negara
 Teori Kontrak Sosial
Teori ini meletekkan negara untuk tidak berpontensi menjadi negara tirani,
karena keberlangsungan berstandar pada kontrak-kontrak sosial antara warga
dengan lembaga negara. Penganut mazhab pemikiran diantaranya Thomas
Hobbes, John Locke, dan J.J. Rouseau.

7
 Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan dikenal dengan istilah doktrin teokratis. Doktrrin ini memilliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari Tuhan.
Paham Teokrasi islam ini pada akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai
agama sekaligus kekuasaan. Paham ini berkembang menjadi paham dominan
bahwa dalam islam tidak ada pemisah antara agama dan negara.
 Teori Kekuatan
Makna dari teori ini bahwa negara dapat tebentuk karena adanya
dominasi negara yang kuat melalui penjajahan. Teori ini berawal dari
kajian antropologis atas pertikaian yang terjadi dikalangan suku-suku
primitif, dimana sipemenang pertikian menjadi penentu utama kehidupan
suku yang dikalahkan.
3. Bentuk-Bentuk Negara
Secara umum, dalam teori modern, negara terbagi menjadi dua bentuk
yaitu negara kesatuan dan negara serikat.
A. Negara Kesatuan
Negara kesatuan ialah bentuk negara mendeka dan berdaulat, mereka
menggunakan sistem desentralisasi. Maksud daei desentralisasi adalah kepala
daerah diberikan wewenang atau kesempatan untuk mengurus pemeintahan
diwilayahnya sendiri. Negara kesatuan terbagi menjadi dua macam sistem
pemerintahan yaitu sentral dan otonom.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentraliasi yaitu sistem pemerintahan
yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat, sedangkan
pemerintahan daerah dibawahnya pemerintahan pusat dan
melaksanakan kebijakan pemerintahan pusat
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yaitu kepala daerah
diberi wewenang untuk mengurus pemerintahan di wilayah sendiri.
Sistem ini dikenal dengan sistem otonom.
Ciri-ciri negara kesatuan adalah:
o Satu UUD/ konstitusi
o Satu kepala negara
o Satu dewan menteri/ kabinet
o Satu lembaga perwakilan

B. Negara Serikat
Negara serikat ialah negara yang tersusun dari beberapa negara yang
semula berdiri sendiri. Negara-negara tersebut mengadakan kerjasama yang
efektif. Sebagian urusan ditangani negara bagian masing-masing.

8
Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya , bentuk negara dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
A. 1.Monarki adalah sistem kepemerintahan yang di pimpin oleh raja atau ratu.

Monarki dibagi menjadi tiga, diantaranya

a) a.Monarki Absolute adalah kepemerintahan tertinggi di tangan raja atau ratu.


Contohnya seperti negara Arab, Brunei, Butan, dan yang lain.
b) b.Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahannya dipimpin oleh
perdana mentri yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan negara. Contohnya
seperti Thailand, Jepang, Inggris, dan lain-lain.
c) c.Monarki parlamenter adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh mentri.
Contohnya seperti Belanda, Malaysia, dan lain-lain.
B. 2.Oligarki adalah sistem kepemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang dari
golongan atau kelompok tertentu.
C. 3.Demokrasi adalah sistem kepemerintahan yang didasarkan kedaulatan rakyat.

 Relasi Agama dan Negara

Masalah hubungan agama dan negara telah muncul pada dasawarsa pertama
abad ini, diawali dengan terjadinya revolusi kaum muda Turki yang dipimpin Mustafa
Kemal Pasya. Puncaknya ketika dihapunya khilafat di Turki, yang melepaskan Islam
sebagai agama resmi negara, dan dihapusnya syariah sebagai hukum tertinggi negara.
Turki sebagai republik sekuler yang dengan tegas memisahkan urusan keagamaan
dengan urusan kenegaraan.

Islam merupakan wahyu Allah yang kehadirannya di muka bumi ini telah
sempurna hingga akhir zaman. Ajaran islam merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
keimanan dan amal yang di buat atas dasar ibadah hanya kepada Allah.

Konsep negara dan pemerintahan telah menimbulkan diskusi panjang


dikalangan pemikir muslin dan memunculkan perbedaan pendapat serta pandangan.
Perbedaan pendapat salah satunya di sebabkan oleh faktor teologis yakni tidak adanya
keterangan jelas tentang negara dan pemerintahan dalam sumber-sumber Islam
(Alquran dan Sunnah). Memang terdapat beberapa istilah yang sering dihubungkan
dengan konsep negara, seperti khilafah, dawlah, dan hukumah. Namun istilah tersebut
berada pada ayat-ayat zanniyah yang memungkinkan terjadi banyak penafsiran. Alquran
tidak menerangkan jelas tentang bentuk negara, konsepsi tentang kekuasaan,
kedaulatan, dan ide tentang konstitusi.

Dalam memahami hubungan agama dan negara, ada beberapa konsep


hubungan agama dan negara menurut beberapa paham, anatar lain:

1.Paham Teokrasi

Dalam paham ini hubungan agama dan negara di gambarkan sebagai dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, karena menurut paham ini

9
pemerintahan di jalankan berdasarkan firman Tuhan. Urusan politik diyakini sebagai
pengejawantahan firman Tuhan.

Paham teokrasi terbagi dua, yakni paham teokrasi langsung dan paham teokrasi
tidak langsung. Menurut paham teokrasi langsung, adanya negara di dunia ini
merupakan kehendak Tuhan dan yang memerintahkan adalah Tuhan. Sedangkan
menurut paham teokrasi tidak langsung, yang memerintahkan bukan Tuhan langsung,
melainkan kepala negara yang memiliki kakuasaan atas Tuhan.

2.Paham Sekuler

Paham sekuler membedakan dan memisahkan anatara agama ddan negara.


Hubungan agama dan negara tidak ada menurut paham ini. Agama adalah hubungan
manusia dengan tuhan, sedangkan negara adalah hubungan manusia dengan manusia
lain. Dalam negara sekuler sistim dan norma hukum dipisahkan dengan nilai dan norma
agama. Norma hukun ditetapkam atas kesepakatan manusia dan tidal berdasarkan
agama atau firman Tuhan, meskipun norma-norma tersebut bertentangan dengan
norma-norma agama. Meskipun paham ini memisahkan agama dan negara, tetapi pada
umumnya negara sekuler membebaskan warga negaranya untuk memeluk agama apa
saja, negara tidak intervensi dalam urusan agama.

3.Paham Komunis

Menurut paham komunis, agama merupakan kesadaran diri manusia sebelum


menemukan dirinya sendiri. Agama keluhan makhluk tertindas. Karena itu agama harus
di tekan, bahkam dilarang. Nilai tertinggi negara adalah materi. Karena manusia sendiri
pada hakikatnya adalah materi.

Dalam islam, hubungan agama dan negara masih diperdebatkan pakar-pakar


islam hingga kini. Banyak argumentasi ulama tradisional bahwa Islam merupakan sistem
kepercayaan di mana agama memliki hubungan dengan politik. Islam memberikan
pandangan dunia dan makna hidup bagi manusia termasuk bidang politik. Dalam sudut
pandang ini, maka dalam Islam tidak ada pemisah antara agama dan politik.

Dalam kaitannya masalah negara dan pemerintahan, terdapat tiga paradigma


pandangan Islan tentang negara, yaitu:

1.Paradigma Integratif

Paradigam integratif, yaitu adanya integrasi antara Islam dan negara, menurut
paradigma ini, konsep agama tidak dapat dipisahkan dengan negara. Keduanya
merupakan dua hal yang menyatu. Pemerintah negara didasarkan atas kedaulatan illahi,
dengan kata lain, paradigma ini meniadakan adanya negara bagi umat Islam. Islam
(syariah) sebagai konstitusi negara dan cara pergantian kepemimpinan bersifat tebatas
dan tertutup.

2.Paradigma Simbiotik

Menurutu paradigma simbiotik, hubungan agama dan negara saling berkaitan


satu sama lain dan bersifat timbal balik. Agama membutuhkan negara untuk
melestarikan dan mengembangkan agama. Begitu juga sebaliknya, negara

10
membutuhkan agama, karena agama membantu pembinaan moral, etika, dan
spiritualitas.

Agama dan negara merupakan dua hal yag berbeda, namun saling
membutuhkan, oleh karena itu konstitusi yang berlaku dalam paradigma ini tidak
berasal dari adanya kesepakatan manusia dengan manusia lain saja, tetapi bisa saja
berasal dari hukum syariah (agama).

3.Paradigma sekularitas

Menurut paradigma ini, hubungan agama dan negara ada pemisahan. Agama
dan negara merupakan dua hal yang berbeda dalam paradigma ini, satu sama lain
memiliki tugas dibidangnya masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisah dan
tidak boleh saling mengintervensi satu sama lain. Hukum yang berlaku adalah hukum
yang benar-benar berasal dari kesepakatan manusia.

 Islam dan Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru di bawah Soeharto, berbeda dengan Orde Lama di bawah
Soekarno. Krisis yang terjadi pada penghujung Orde lama dan akibat yang
ditimbulkannya, yaitu kelahiran Orde Baru. Melihat respon umat Islam ketika melihat
kejatuhan Orde Lama dan kelahiran Orde Baru yang sangat dinantikan umat islam,
khususnya yang berkaitan dengan kehidupan negara dan politik. Di era Orde Baru nanti
tentu banyak harapan dan impian umat Islam yang selama ini terhalang oleh beberapa
faktor yang ada.

Secara teori, negara Orde Baru adalah negara organis dengan sifat pluralis dalam state.
Sebagai negara organik Indonesia merupakan negara yang mandiri yang cukup besar dan
bukan merupakan cerminan dari tuntutan dam kepentingan masyarakat. Negara
mengambil keputudan dengan sangat tidak demokratis. Dalam hal ini, konsep “dari,
oleh, dan untuk rakyat” tidak berlaku.

Ketika Orde Baru bangkit respon umat Islam mengikuti tiga pola. Pertama, pola apologi,
yang diikuti usaha adaptasi terhadap modenisasi. Kedua, juga melakukan apologi
terhadap ajaran Islam, tapi menolak modernisasi karena dinilai sebagai westernisasi dan
sekularisasi. Ketiga, pola tanggapan yang menempuh jalur dialogis yang mengutamakan
pendekatan intelektual dalam menanggapi modernisasi.

Seiring berjalannya kehidupan politik pada masa Orde Baru, perkembangan pola pikir
umat Islam cenderung bersifat rasional dan fungsional. Perkembangan di atas
memberikan gambaran proses integrasi-birokrasi santri pada masa Orde Baru. Suatu
proses yang meruntuhkan mitos politik santri sebagai oposisi dan pembangkang.

Munculnya pesantren-pesantren yang alumninya banyak melanjutkan studi perguruan


tinggi didalam maupun luar negri, gambaran pesantren tidak lagi dilihat sebagai institusi
yang dianggap kuno, bahkan negatif. Para pengamat melihat bahwa akan ada
pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia dari pesantren. Karena di pesantren
terdapat potensi modernisasi yang tinggi yang memiliki sifat berdasarkan Islam.

11
Pembaharuan pemikiran Islam tidak lahir begitu saja. Pembaharuan pasti muncul
persoalan-persoalan. Gerakan Islam kontemporer muncul di Indonesia pada awal 1970,
gerakan ini kelanjutan dari pembaharuan pada masa klasik, banyak faktor yang menjadi
penyebab kelahiran gerakan ini. Seperti yang diungkapkan Nurcholis ketika
menyampaikan gagasan pembaharuannya pada tanggal 3 Januari 1970 sebagai berikut:

1. 1.Bahwa organisasi-organisasi yang menerima pembaharuan seperti


Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis telah berhenti melakukan pembaharuan,
karena tidak sanggup berbuat dan mengungkapkan semangat dan ide
pembaharuan itu sendiri.
2. 2.Organisasi-organisasi yang kontra reformasi seperti NU dan yang lain, telah
melakukan pembaharuannya sendiri.
3. 3.Terjadinya stagnasi pemikiran umat Islam secara menyeluruh.
 Perubahan Sikap Akomodatif Pemerintah Orde Baru

Perubahan Sikap Orde Baru tehadap umat Islam merupakan konsekuensi logis dari
fenomena sosial tahun 80-an yang berupa Islamisasi birokrasi. Proses ini terjadi ketika
masuknya sarjana-sarjana muslim ke jenjang birokrasi, BUMN, parpol, dan kelompok
sosial yang bertaraf nasional. Mereka berjasa mengembangkan antara umat Islam
dengan pemerintah saling pengertian. Karena Islam yang mereka tampilkan merupakan
Islam yang bersifat kekeluargaan yang menekankan harmoni.

Bukti nyata itu semua adalah presiden Soeharto menyutujui berdirinya ICMI.
Pembentukan ICMI didasari empat alasan:

1.Para anggota ICMI itu memandang mereka sebagai media untuk menyuarakan Islam
yang sebelumnya hanya didominasi suara NU dan Muhammadiyah dan beberapa orang-
orang Islam terkemuka.

2.ICMI sebagaai wujud perubahan sikap presiden Soeharto kepada Islam di Indonesia.

3.Ketika presiden Soeharto telah merasa menang melawan kekuatan Islam politik,
kemudian pembentukan ICMI disokong oleh pemerintah Orde Baru.

4.ICMI penting, karena berusaha berbicara atas nama kelas menengah baru kota yang
sedang menigkat.

Perubahan sikap pemerintah yang akomodatif terhadap aspiratif umat Islam disambut
gembira oleh beberapa kelompok, diantaranya NU dan Muhammadiyah.

 Islam dan Pasca-Orde Baru

Pasca jatuhnya Soeharto tepatnya 21 Mei 1998, Indonesia memulai babak baru dalam
demokrasi. Demokrasi merupakan harapan besar rakyat Indonesia untuk bisa
mensejahterakannya. Angin segar kebebasan mulai dirasakan rakyat, setelah
terkungkung rezim yang otoritator selama kurang lebih 32 tahun.

Perubahan sistem politik dari sentralistik ke desentralistik telah mendorong munculnya


partai politik baru. Partai politik yang berlandaskan Islam juga naik ke papan atas politik

12
nasional seperti, PAN, PPP, PKNU, PNU dan yang lain. Disamping perubahan sistem
perpolitikan tersebut sebagai peluang, juga dapat menjadi tantangan perubahan.

Respon umat Islam setelah Orde Baru menurut Mark Woodward misalnya, ia
mengelompokkan menjadi lima kelompok. Pengelompokkan Woodward ini tampaknya
melihat dari sudut doktrin dan akar-akar sosial di dalam masyarakat Islam Indonesia.
Pertama, Indigenizied Islam, adalah sebuah ekspresi Islam yang bersifat lokal, secara
formal mereka mengaku beragama Islam tetapi biasanya mereka lebih mengikuti aturan
ritual lokalitas ketimbang ortodoksi Islam. Bisa disebut Islam abangan untuk konteks
Jawa. Dalam hubungan politik dan agama, mereka enggan membawa agama keranah
negara dan mengikuti cara berpikir sekuler dan sebaliknya.

Kedua, kelompok tradisional Nahdatul Ulama (NU), adalam penganut aliran sunni
terbesar di Indonesia yang memiliki ekspresinya sendiri, selain memiliki kekhasan yang
tidak dimiliki kelompok lain, mereka juga mengakomodasi atas ekspresi Islam lokal
sejauh tidak bertentangan dengan Islam. Ketiga, Islam modernis, mereka berbasis pada
Muhammadiyah. Mereka berbasis pada pelayanan sosial seperti kesehatan dan
pendidikan. Mereka menolak ekspresi lokal dan lebih menonjolkan keAraban.

Keempat, Islamis atau Islamisme, mereka menggunakan paradigma ideologi Islam arab.
Jangan heran kalau jihad dan penerapan syariah Islam menjadi karakter utama dari
kelompok ini. Kelima, neo-modernisme Islam. Ia lebih dicirkan sebagai gerakan
intelektual dan kritiknya terhadap doktrin Islam yang mapan. Ia berasal dari berbagai
kelompok, kelompok tradisional maupun dari kelompok modernis. Mereka mencari
tafsir baru berdasarkan realitas masyarakat dan penggunaan filsafat dan metode-
metode baru seperti hermenutika.

13
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara historis, hubungan antara agama dan negara mengalami proses yang
dinamis mulai dari tipologi formalistik hingga tipologi sekularistik. Sedangkan
relasi agama dan negara yang dibangun Nabi saw memiliki kecenderungan
inklusif dan substantif. Dari tipologi tersebut, hubungan antara agama dan negara
yang perlu dibangun berdasarkan tipologi simbiotik ataupun dinamis-dialektis.
Secara konstitusional, agama dan negara berjalan dinamis-dialektis, sehingga
pelembagaan substansi norma agama Islam dalam tata kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak bisa dilakukan dengan cara inkosntitusional, tetapi harus melalui
proses konstitusional, berdasarkan Pancasila dan UUD-NRI 1945. Substansi
norma agama Islam hanya dapat diterapkan dalam tata hukum nasional jika
diundangkan secara konstitusional dan sesuai dengan Pancasila dan UUD-NRI
Tahun 1945 sebagaimana juga pernah diterapkan Nabi saw pada penyusunan
naskah Perjanjian Hudaibiyah dan Piagam Madinah, sehingga agama dan negara
berperan penting dalam mewujudkan kemaslahatan hidup warga masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Moh Dahlan, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu, Jurnal
Studi Keislaman, Volume 14, Nomor 1, Juni 2014

Ahmad Sadzali, RELASI AGAMA DAN NEGARA Teokrasi-sekuler-


Tamyiz, 2018.

Abdullah, Jurnal Politik Profektif Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014

Hafidz, HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA STUDI ATAS


MUQADDIMAH IBN QALDUN, 2008

Ismail Shaleh, Fifiana Wisnaeni, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia,


Volume 1, Nomor 2, Tahun 2019.

Ubaedillah, A. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan : Pancasila, Demokrasi, Ham, dan


Masyarakat Madani.

15

You might also like