You are on page 1of 22

PAPER KELOMPOK 8

PRINSIP DASAR PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN

Memenuhi tugas mata kuliah proses legislasi

TUGAS DARI DOSEN PENGAMPU : DR. Ihsan Hamid, MA. POL

DISUSUN OLEH :

● WAHYU TRISNO AJI


● REZA AL-FAHIRI

KELAS 6 C

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2023
A. Indonesia Sebagai Negara Hukum

Hukum dalam bahasa Inggris “law”, bahasa Belanda “recht”, bahasa Jerman “recht”, bahasa
Italia “droit” yang memiliki akar arti yang sama yaitu peraturan. Menurut Weber's Compact
English Dictionary, hukum adalah semua aturan perilaku dalam komunitas yang terorganisir
sebagaimana ditegakkan oleh penguasa..1 Meurut R. Socroso, ia menjelaskan bahwa hukum
merupakan himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang yang berguna untuk mengatur
tatanan kehidupan masyarakat yang bersifat memerintah, melarang dan memaksa dengan
memberikan sanksi bagi yang melanggarnya. 2 Hukum sangat penting bagi setiap manusia,
kelompok maupun negara untuk sarana legislasi dalam lembaga kekuasaan.3

Sedangkan untuk negara, terminologi nya berasal dari francis “etat”,italia “stato”, arab
“daulah”, dan inggris “state”. Yang mengang arti makna yang sama yakni menaruh sesuatu
dalam keadaan berdiri, membuat sesuatu berdiri, menempatkan sesuatu. Ini kemudian diperjelas
kembali oleh ernest barker dalam karya “political thought from spencer to the present day”
yang dimana dirinya menjelaskan sesuatu itu bersifat abstrak menunjjukan sifat tegak dan teap.
Sehingga negara diartikan dalam dua arti sebagai berikut:4

1. Negara dalam arti formil : menjelaskan bahwasanya negara ditinjau dari aspek
kekuasaan
2. Negara dalam arti materil : dimaknai sebagai persekutuan hidup bersama rakyat

Roger H. Soltau mengemukakan bahwa negara yaitu agen atau kewenangan yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat yang bertempat tinggal
disebuah daerah. 5
Adapun Prof. Mr. R. Kranenburg menjelaskan bahwa Negara adalah
organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok orang yang disebut bangsa. Sedangkan

1
La Ode Muhram, Ylianta Saputra. Dkk. Penghantar Negara Hukum. (Bandung : Cv Media Sains Indonesia). Hal 1
2
Yuhelso. Pengantar Ilmu Hukum.( Gorontalo: Ideas Publishing.2017) Hal 5
3
Busthami, Dachran. Kekuasaan Kehakiman Dalam Perspektif Negara Hukum Di Indonesia. (Masalah-Masalah
Hukum 46.4 2017). Hal 336 Dilihat Di Https://Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Mmh/Article/View/15548 Akses
Pada 18 Maret 2023
4
Nurul Qamar, Amirullah, Dkk. Negara Hukum Atau Negara Kekuasaan. (Makassar : Cv Social Politic Genius.
2018). Hal 6-7
5
Nurul Qamar, Amirullah, Dkk. Negara Hukum Atau Negara Kekuasaan..Ibd Hal 8-9
menurut Prof. Logemann, Negara adalah organisasi kekuasaan yang mempersatukan sekelompok
orang yang disebut bangsa/negara..6

Kata negara hukum merupakan arti dari kata majemuk yaitu negara dan hukum. Dalam
memberikan maknanya, setiap orang dapat memberi bobot yang berlebihan baik pada kata
hukum maupun kata negara. Demikian juga dengan bobot nilai setiap unsur negara hukum.
Unsur-unsur negara hukum memiliki hubungan yang erat dengan sejarah perkembangan suatu
bangsa dan perkembangan masyarakatnya. Karena setiap negara memiliki sejarah yang tidak
sama, maka pengertian negara hukum di berbagai negara juga akan berbeda isi dan unsurnya..7

Negara hukum dapat dikatakan sebagai negara yang berdasarkan atas dasar hukum dan
keadilan bagi warga negaranya, dalam arti segala bentuk kewenangan dan tindakan aparatur
negara atau dengan kata lain diatur secara jelas dalam undang-undang. Gagasan negara hukum
bermula dari pemikiran Plato dengan konsep “nomoi” yang berarti penyelenggaraan negara yang
baik didasarkan pada peraturan (hukum) yang baik. Negara hukum didefinisikan dengan nama
rechstaat sebagai negara yang bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan di suatu negara selalu
dijalankan oleh hukum yang adil, baik dan bijaksana..8

Belakangan, pengertian negara hukum tidak lepas dari ideologi demokrasi. Karena pada
akhirnya hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintahan diartikan
sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan dan kedaulatan rakyat. Dalam kaitannya
dengan negara hukum, kedaulatan rakyat merupakan unsur material dari suatu negara hukum,
selain masalah kesejahteraan rakyat..9

Negara Indonesia yang lahir pada abad ke 20 memilih mengadopsi konsep negara berbentuk
hukum, hal demikian sesuai dengan prinsip yang dipegang konstitusionalisme. Hal ini dapat
dilihat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 sebagai konstitusi negara Republik

6
Soehino. Ilmu Negara. (Yogyakarta: Liberty, 1980). Hal. 141-145
7
Utama, Johan. Pengertian Administrasi Negara Dan Hukum Administrasi Negara. (2014). Hal 65 Dilihat Di
Https://Pustaka.Ut.Ac.Id/Lib/Wp-Content/Uploads/Pdfmk/Adpu4332-M1.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
8
Ilmi, Novinka Quddratul. Negara Hukum. (2021). Hal 4 Dilihat Https://Osf.Io/9xg8y/Download Akses Pada 18
Maret 2023
9
Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. ( Fiat Justisia: Jurnal Ilmu
Hukum 5.2 . 2011). Hal 141 Dilihat Http://Jurnal.Fh.Unila.Ac.Id/Index.Php/Fiat/Article/View/56 Akses Pada 18
Maret 2023
Indonesia.10 Kesepakatan inilah yang menjadi salah satu cita-cita bersama bersama juga menjadi
falsafah kenegaraan atau cita negara yang berfungsi sebagai filosofiche staatsidee dan platfrom
atau kalimatun sawa diantara sesama warga masyarakkat dalam konteks berkehidupan
bernegara.11

Secara garis umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum, dapat dilihat
dari bekerjanya tiga prinsip dasar, seperti supermasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum, dan
penegakkan hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Indonesia sendiri
menerapkan konsep negara hukum yang memiliki ciri mencakup :12

1. Perlindungan terhadap segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Dan ikutsertaan dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Konsep negara hukum di indonesia juga dipengaruhi oleh pancasila sebagai kumpulan nilai-
nilai dasar yang di akui secara universal oleh seluruh masyarakat indonesia dan menjadi landasan
praktek kedaulatan rakyat seperti.13

1. Ketuhanan yang maha esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyakatan yang dimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Dengan demikian, negara indonesia merupakan negara hukum yang memperhatikan beberapa
variabel penting berupa ketuhanan, persatuan, kemanusiaan, kerakyatan/permusyawaratan

10
Azhari, Aidul Fitriciada. Negara Hukum Indonesia: Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi. (Jurnal Hukum Ius
Quia Iustum 19.4. 2012). Hal 490
11
Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. (Fiat Justisia: Jurnal Ilmu
Hukum 5.2. 2011). Hal 142 Dilihat Di Http://Jurnal.Fh.Unila.Ac.Id/Index.Php/Fiat/Article/View/56 Akses Pada 18
Maret 2023
12
Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. ..Ibd Hal 148-149
13
I Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. ..Ibd Hal 149
hingga penegasan pada keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Hal demikian sejalan dengan apa
yang digagas oleh founding father yakni soepomo yang menjelaskan bahwa negara indonesia
merupaka negara hukum yang dilandasi dengan suatu cita negara integralistik. 14 Dimana cita
negara integralistik di setujui saat rapat BPUPKI pada 31 mei 1945 dituangkan dalam pokok
fikiran pembukaan UUD 1945.

Dengan demikian, konsep negara hukum di indonesia tercantum dengan jelas dalam
ketentuan pasal 1 ayat 3 UUD 194 menyatakan “negara indonesia adalah negara hukum”15
terkait erat dengan negara kesejahteraan atau faham negara hukum materiil sesuai dengan alenia
keempat. Dalma hal ini, negara indonesia menganut negara hukum bukan hanya dalam sekup
penyelenggaraannya saja, melainkan menyentuh kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.16
Sehingga dalam implementasinya semakin aktif negara melaksanakan konsep negara hukum
akan mendukung dan mempercepat terwujudnya negara kesejahteraan di indonesia.17

Perlu dicatat lagi bahwa negara hukum di Indonesia tidak sama dengan konsep negara hukum
yang dicampur dengan konsep rechtsstaat, negara hukum dan negara hukum material. Menurut
Mahfud MD, negara hukum di Indonesia adalah negara hukum Pancasila. Azhary kembali
menegaskan bahwa Indonesia menganut Pancasila sebagai negara hukum dengan unsur-unsur
sebagai berikut:18

a. Ada hubungan erat antara negara dan agama


b. Bertumpu pada ketuhanan yang maha esa
c. Kebebasan beragama (dalam arti positif)
d. Atheis tidak diperkenakan, komunisme dilarang
e. Asas kerukunan dan kekeluargaan

14
Soeprapto, Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan 1: Jenis, Fungsi, Dan Materi Muatan. ( Pt Kanisius,
2007) Hal 121
15
Putuhena, M. Ilham F. Politik Hukum Perundang-Undangan: Mempertegas Reformasi Legislasi Yang
Progresif. (Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 2.3. 2013). Hal 387 Dilihat Di
Http://Rechtsvinding.Bphn.Go.Id/Ejournal/Index.Php/Jrv/Article/View/66 Akses Pada 18 Maret 2023
16
Prayitno, Cipto. Pembatasan Perubahan Bentuk Negara Kesatuan Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Dalam
Perspektif Constitution Making. (Jurnal Konstitusi 15.4. 2018). Hal 46 Dilihat Di
Https://Jurnalkonstitusi.Mkri.Id/Index.Php/Jk/Article/View/1543 .Akses Pada 18 Maret 2023
17
Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. .. Ibd Hal 149-150
18
Suhartini, Suhartini. Demokrasi Dan Negara Hukum. ( Jurnal De Jure 11.1. 2019).Hal 74 Dilihat
Http://114.5.119.115/Index.Php/Jurnaldejure/Article/View/42 Akses Pada 18 Maret 2023
Menurut sajipto rahardjo yakni akademisi hukum yang menyebutkan bahwasanya sistem
hukum pancasila sebagai sistem berakar dari budaya bangsa yng khas. Menurutnya sendiri,
pancasila sebagai hukum tidak vakum, melainkan selalu bergerak dinamis menyesuaikan diri
dengan ciri khas bangsa indonesia.19

Dalam perkembangan UU No 10 tahun 2004 diganti dengan UU No. 12 tahu 2011 tentang
pembentkan peraturan perundang-undangan. Mengenai hierakis peraturan perundang-undangan
pada pasa 7 ayat 1 UU No 12 tahun 2011 mengetur jenis dan hierarkis perundang-undangan yang
terdiri dari.20

1. Undang-undangg dasar negara republik indonesia tahun 1945 (UUD 1945).


2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
4. Peraturan pemerintah
5. Peraturan presiden
6. Peraturan daerah provinsi dan
7. Peraturan daerah kabupaten/kota
B. Pemegang Peran Dalam Pembentukan Peraturan Undang-Undangan

Proses pembentukan peraturan undang-undang melibatkan banyak pemangku kepentingan


atau pemegang peran yang terlibat dalam setiap tahapannya. Beberapa pemegang peran dalam
pembentukan peraturan undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pemerintah

Pemerintah adalah salah satu pemegang peran dalam pembentukan peraturan undang-
undang. Pemerintah dalam hal ini adalah presiden yang memimpin pemerintahan dan menteri-
menteri yang bertanggung jawab atas bidang-bidang tertentu. Pemerintah mengajukan rancangan
undang-undang kepada DPR untuk dibahas dan disetujui menjadi undang-undang.

19
Hamzani, Achmad Irwan. Menggagas Indonesia Sebagai Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya.
( Yustisia Jurnal Hukum 3.3. 2014). Hal 140 dilihat https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/29562 akses pada 18
maret 2023
20
Dayanto, Dayanto. Pembentukan Peraturan Daerah Yang Baik Sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Otonomi
Daerah. (Tahkim 9.2 2017). Hal 134 Dilihat Https://Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Documents/Detail/875665 Akses
Pada 18 Maret 2023
Namun kekuasaan dalam pembentukan undang-undangan tersebut tidak bersifat tunggal.
Melainkan, dibahas dan memerlukan persetujuan bersama dengan presiden sesuai dengan pasal
20 ayat 221 UUD 1945.22 Hal demikian jga sesuai dengan pasa 1 ayat 3 UUD 1945 berbunyi
“undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk dan disetujui oleh
dewan perwakilan rakyat bersama dengan presiden”.23

2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR adalah lembaga legislatif yang memiliki kewenangan untuk membahas dan
menetapkan undang-undang. DPR menerima rancangan undang-undang dari pemerintah, fraksi
DPR, atau anggota DPR yang mempunyai inisiatif untuk membuat undang-undang. Selain itu
juga presiden berhak untuk mengajukan rancangan rancangan undang-undang kepada DPR
sesuai dengan pasa 5 ayat 1 UUD 194524. Berdasarkan hal demikian lembaga yang memegang
kekuasaan pembentukan undang-undang adalah DPR bersama presiden untuk merumuskan
peraturan perundang-undangan sesuai dengan konstitusi.25

Dilihat didalam pasal 20 ayat 1 undang-undang dasar (UUD) 194526 yang menyatakan
bahwa lembaga dewan perwakilan rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif memiliki wewenang
berupa memegang kekuasaan dalam membentuk perundang-undangan bersama presiden,

21
Bunyi Pasal 20 Ayat 2 Uud 1945 “ Setiap Rancangan Undang-Undang Dibahas Oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Dan Presiden Untuk Mendapatkan Persetujuan” Dilihat
Https://Www.Mpr.Go.Id/Img/Sosialisasi/File/1610334013_File_Mpr.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
22
Ajie, Radita. Batasan Pilihan Kebijakan Pembentuk Undang-Undang (Open Legal Policy) Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Tafsir Putusan Mahkamah Konstitusi. ( Jurnal Legislasi
Indonesia 13.2 (2016). Hal 111 Dilihat Http://Download.Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Article.Php?
Article=949720&Val=14663&Title=Batasan%20pilihan%20kebijakan%20%20pembentuk%20undang-Undang
%20open%20legal%20policy%20%20dalam%20pembentukan%20peraturan%20perundang-Undangan
%20berdasarkan%20tafsir%20putusan%20mahkamah%20konstitusi Akes Pada 18 Maret 2023
23
Riana, Rati, And Muhammad Junaidi. Konstitusionalisasi Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Melalui Penggunaan Bahasa Indonesia Baku. (Jurnal Legislasi Indonesia 15.4 (2018). Hal 279 Dilihat
Https://Www.Academia.Edu/Download/61183399/261-1215-1-Pb20191111-120726-19rvxbo.Pdf Akses Pada 18
Maret 2023
24
Bunyi Pasal 5 Ayat 1 Uud 1945 “Segala Warga Negara Bersamaan Kedudukannya Dalam Hukum Dan
Pemerintahan Dan Wajib Menjunjung Hukum Dan Pemerintah Itu Dengan Tidak Ada Kecualian”. Dilihat
Https://Www.Mkri.Id/Public/Content/Infoumum/Regulation/Pdf/Uud45%20asli.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
25
Ajie, Radita. Batasan Pilihan Kebijakan Pembentuk Undang-Undang (Open Legal Policy) Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Tafsir Putusan Mahkamah Konstitusi. . Ibd 112
26
Bunyi Pasal 20 Ayat 1 Uud 1945 “ Dewan Perwakilan Rakyat Memegang Kekuasaan Membentuk Undang-
Undang” Dilihat Https://Www.Mpr.Go.Id/Img/Sosialisasi/File/1610334013_File_Mpr.Pdf Akses Pada 18 Maret
2023
sedangkan untuk DPD ikut serta dalam membuat undang-undang namun sekup yang di
urusinnya yakni terkait RUU tertentu.27

3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD adalah lembaga perwakilan yang mewakili kepentingan daerah. DPD memiliki
kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pembahasan rancangan
undang-undang yang berhubungan dengan kepentingan daerah. Adapun partisipasi masyarakat
dalam pembentukan perundang-undangan sudah diatur dengan jelas dalam peraturan di
indonesia, seperti halnya bersifat formal dalam pasal 96 UU No 12 tahun 2011 28 tentang
pembentukan perundang-udangan yang telah memberikan jaminan kepada masyarakat dalam
negara untuk terlibat dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan di legislatif. 29
DPR merupakan lembaga pemerintah yang memegang kunci penting dalam penyusunan dan
terwujudnya partisipasi dalam pembuatan perundang-undangan.

Selanjutnya, dalam pembentukan perundang-undangan di indonesia sudah jelas di atur


didalam konstitusi.Terkait dengan pembentukan peraturan perundang-undangan terdapat pada
pasal 43 ayat 3 UU No 12 tahun 2011 yang berbunyi “rancangan undang-undang berasal dari
DPR, presiden atau DPD harus disertai dengan naskah akademik” 30

Selain dari 3 pihak yang memegang peran dalam pembentukan undang-undangn adapun
peran dari lembaga seperti MK sebagai lembaga pengecekan undang-undang yang di rancang
dan parisipasi masyarakat masyarakat tertentu dalam pembentukan undang-undang.

a. Mahkamah Konstitusi (MK)


27
Fadli, Muhammad. Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat. (Jurnal Legislasi
Indonesia 15.1. 2018). Hal 53
28
Bunyi pasal 96 UU No 12 tahun 2011 “setiap masyarakat memberikan secara lisan dan atau tulisan dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan. Dilihat https://bphn.go.id/data/documents/11uu012.pdf akses pada 18
maret 2023
29
Riskiyono, Joko. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Perundang-Undangan Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan. ( Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial 6.2.2015). Hal 162 Dilihat
Https://Jurnal.Dpr.Go.Id/Index.Php/Aspirasi/Article/View/511 Akses Pada 18 Maret 2023
30
Rajab, Achmadudin, And Jl Jenderal Gatot Subroto. Peran Penting Badan Keahlian Dpr Ri Dalam Sistem Hukum
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Mendukung Terwujudnya Keadilan Untuk Kedamaian.
(Journal Legislasi Indonesiaurnal Legislasi Indonesia 14.02 .2017). Hal 236 Dilihat
Http://Download.Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Article.Php?Article=949906&Val=14663&Title=Peran%20penting
%20badan%20keahlian%20dpr%20ri%20dalam%20sistem%20hukum%20pembentukan%20peraturan
%20perundang-Undangan%20yang%20mendukung%20terwujudnya%20keadilan%20untuk%20kedamaian Akses
Pada 18 Maret 2023
MK merupakan lembaga yang bertugas memeriksa dan menyelesaikan sengketa yang
berkaitan dengan tata cara pembentukan undang-undang. MK memiliki kewenangan untuk
membatalkan undang-undang yang dianggap bertentangan dengan konstitusi. MK menguji
perundang-undanga yang dibuat dengan mekanisme yang disepakati disebut sebagai judicial
review Sekaligus menjadi kewewenangannya.31

Dalam tahapan ini, jika produk undang-undang dibuktikan salah, atau dibuktikan memiliki
pasal dan ayat-ayat yang menyimpang dengan UUD 1945, maka bagian tersebut dalam pasal itu
akan dibatalkan di MK, sehingga produk undang-undang tersebut tidak akan dijadikan undag-
undang secara resmi. Melalui tahapan ini, MK mnejalankan fungsinya sebagai pemberi
kesahihan atau kepastian produk undang-undang tersebut dari awal agar tidak keluar dari koridor
ketentuan konstitusi.32

b. Masyarakat dan Pihak-pihak Terkait

Peraturan perundng-undangan tidak dibuat oleh badan legislatif dan presiden saja,
melainkan peraturan perundang-undangan dibuat oleh siapapun yang berkompeten dan memiliki
hak didalammnya, termasuk masyarakat dan pihak-pihak yang terkait. Masyarakat dan pihak-
pihak terkait seperti organisasi masyarakat, akademisi, dan praktisi hukum juga dapat
mempengaruhi proses pembentukan peraturan undang-undang dengan memberikan masukan dan
pendapat terhadap rancangan undang-undang yang sedang dibahas.

Kehadiran masyarakat dalam pembentukan perundang-undangan akan memperoleh produk


undang-undang yang mengedepankan keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan. Disinilah arti
penting sebuah demokrasi yang sistemnya mengedepankan peran mmasyarakat secara subtansial
yang memanifestasikan undan-undang yang responsif, karena undang-undang tersebut lahir dari
keinginan masyarakat itu sendiri.33 Partisipasi masyarakatdidalam pembentukan perundang-
31
Judicial review merupakan hak uji (toetsingrechts) baik materiil maupun formil yang diberikan kepada hakim atau
lembaga peradilan untuk menguji kesahihan dan daya laku produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif
legislatif maupun yudikatif di hadapan peraturan perundangan yang lebih tinggi derajat dan hierarkinya. Pengujian
biasanya dilakukan terhadap norma hukum secara a posteriori, kalau dilakukan secara a priori disebut judicial
preview sebagaimana misalnya dipraktekkan oleh Counseil Constitusional (Dewan Konstitusi) di Prancis. Judicial
review bekerja atas dasar adanya peraturan perundang-undangan yang tersusun hierarkis
32
Gaffar, Janedjri M. Kedudukan, Fungsi dan Peran Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia. ( Jakarta: Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (2009).Hal 12
33
Saifudin. Partisipasi Publik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (Yogyakarta : FH UII Press,
2009). hal 33 dilhat https://www.academia.edu/download/36138291/makalah_makalah_17_oktober_2009.pdf akses
pada 27 maret 2023
undangan inipun memperoleh satu kepastian hukum bahwa produk hukum yang dihasilkan
murni dari keinginan masyarakat itu sendiri, tidak membuat peraturan yang mementingkan
beberapa orang atau oligark.

Partisipasi masyara dalam pembentukan peraturan perundang-undangan diatur dalam UU


nomro 12 tahun 2011 tentang pembentukan perundang-undangan sebagai induk pengaturan
pembentukan peraturan perudang-undangan. Diatur dalam pasal 29 UU nomor 12 tahun 2011
yang menyatakan bahwa masyarakat berhak untuk memberikan masukan tertulis ataupun tidak
tertulis dalam pembentukan perundang-undangan. Masukan dalam hal ini dilakukan secara lisan
dan atau tertulis melalui rapat dengar pendapat umum, lokakarya dan atau diskusi.34

C. Ciri-Ciri Peraturan Perundang-Undangan

Setia perundang-undangan memiliki ciri-cirinya yang menandakan bahwa undang-undanag


dibuat berdasarkan ketelitian, kebutuhan dari setiap masyarakat disetiap negara, menurut
burkhart krems menjelaskan bahwa salah sau bagian unsur besar dari ilmu perundang-undangan
adalah teori perundang-undangan yang berorientasi pada kejelasan dan kejernihan makna atau
pengertian secara kognitif,35 sehinggga ciri-ciri sebuah perundang-undangan diperlukan agar
sesuai dengan variabel tersebut. Adapun menurut sajipto raharjo, menjelaskan tentang ciri-ciri
peraturan perundang-undangan yang diantaranya.36

a) Merupakan Produk Hukum

Peraturan perundang-undangan merupakan produk hukum yang dibuat oleh lembaga yang
memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang. Peraturan perundang-undangan memiliki
kekuatan hukum yang mengikat masyarakat untuk mengatur perilaku dan kegiatan di dalam
suatu negara.

b) Mengatur Hubungan Antara Pemerintah dan Masyarakat

Peraturan perundang-undangan mengatur hubungan antara pemerintah dan masyarakat.


Peraturan perundang-undangan ini dibuat untuk menjaga keamanan, ketertiban, dan
kesejahteraan masyarakat, serta menjamin hak-hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum.
34
Seta, Salahudin Tunjung. Hak Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. (Jurnal
Legislasi Indonesia 17.2. 2020). Hal 163 dilihat di http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1733177&val=14663&title=HAK%20MASYARAKAT%20DALAM%20PEMBENTUKAN
%20PERATURAN%20PERUNDANG-UNDANGAN akses pada 27 maret 2023
35
Maria Farida Indrati Soeprapto. Ilmu Perundang-Undangan ( Yogyakarta: Kanisius. 2007). Hal 27
36
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung: Pt Citra Aditya.2004) Hal 25
c) Bersifat Umum dan Abstrak

Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan abstrak. Hal ini berarti peraturan
tersebut tidak terkait dengan kasus atau situasi tertentu, melainkan berlaku secara umum untuk
semua masyarakat. Peraturan perundang-undangan bersifat abstrak karena tidak mengatur detail
situasi yang dapat terjadi, tetapi memberikan dasar atau prinsip-prinsip umum yang harus diikuti.

d) Mempunyai Kekuatan Mengikat

Peraturan perundang-undangan memiliki kekuatan mengikat yang dapat mempengaruhi


perilaku masyarakat. Kekuatan mengikat tersebut dapat diterapkan secara langsung pada
masyarakat dan lembaga-lembaga yang terkait.

e) Dapat Diperbarui atau Diamandemen

Peraturan perundang-undangan dapat diperbarui atau diamandemen sesuai dengan


perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
peraturan tersebut tetap relevan dan efektif untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Perlu diketahui kembali bahwa indonesia merupakan negara hukum yang selalu menciri
khaskan peraturannya berdasarkan kesepakatan, konsensus dan demokratis dalam pembuatan
konstitusinya. Indonesia pada sejarahnya selalu memegang teguh dalam pembuatan peraturan
perundang-undangan selalu berpatokan pada Pembukaan UUD 1945, sebab undang-undang
tersebut merupakan satu sejarah penting bagi masyarakat indonesia dan juga adapun pancasila
sebagai salah satu konstitusi falsafah dan ideologi negara yang mewujudkan cita-cita negara dan
cita-cita hukum.37

Mahkama konstitusi (MK) sebagai lembaga yudikatif di indonesia menjelaskan pembentuk


undang-undang diberikan keluasan dalam menentukan suat aturan, larangan , perintah atau
batasan-batasan yang sedang dibuat sepanjang undang-undang tersebut.38

1. Tidak bertentangan secara nyata dengan UUD 1945, semisalnya tidak boleh
merumuskan undang-undang yang menyimpang dari nilai pancasila, atau membuat
undang-undang demi kepentingan oligarki.
2. Tidak melampaui kwewenangan pembentukan undang-undang misalnya
pembentukan undang-undangan mmenyusun perubahan/amandemen UUD
37
Ajie, Radita. Batasan Pilihan Kebijakan Pembentuk Undang-Undang (Open Legal Policy) Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Tafsir Putusan Mahkamah Konstitusi. .. Ibd Hal 114
38
I Ajie, Radita. Batasan Pilihan Kebijakan Pembentuk Undang-Undang (Open Legal Policy) Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Tafsir Putusan Mahkamah Konstitusi. .Ibd Hal 117
3. Tidak merupakan penyalahgunaan kewenangan.

Baik MK maupun MA (mahkama agung) ditegaskan dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945
menjelaskan bahwa tugas dari Mahkama aguung berwenang mendaili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan undang-undang dibawah undang-undang terhadap udang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Sedangakan untuk
wewenang dari MK jelas ditegaskan pada pasal 24C ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi
bahwasanya mahkama konstitusi berwewenang mengadili tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar,
memutuskan sengketa kewewenangan lembaga negara yang kewewenangannya diberikan oleh
UUD, memutuskan partai politik, dan memutuskan perselisihan tenntang hasil pemilu.39

Jika seandainya undang-undang yang dibuat tersebut buruk, maka mahkama tidak berhak
untuk dapat membatalkannya, terkecuali undang-undang tersebut produk legal policyyang
dengan jelas melanggar nilai-nilai moralitas, rasionalitas hingga ketidakadilan yang intoleransi.
Jika ada masyarakat yang tidak menyetujui kebijakan undang-undang tersebut, maka masyarakat
bisa mengusulkan lewat mekanisme legislative review, yaitu mengajukan usul perubahan kepada
pembentukan undang-undang. Parameter undang-undang diindonesia harus memenuhi hal
diantaranya.40

a. Tujuan bangsa indonesia dalam bernegara sebagaimana ditemukan di UUD 1945


alenia ke 4
b. Pancasila sebagai sumber segala sumber negara
c. Norma konstitusi yang bersifat seperti HAM dan bukan HAM dalam batang tubuh
UUD 1945.
D. Dimensi Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah suatu proses yang melibatkan


berbagai dimensi. Dimensi tersebut mencakup aspek hukum, politik, ekonomi, sosial, dan
39
Astomo, Putra. Prinsip-Prinsip Negara Hukum Indonesiadalam Uud Nri Tahun 1945. (Jurnal Hukum
Unsulbar 1.1 (2018) Hal 5 Dilihat Https://Ojs.Unsulbar.Ac.Id/Index.Php/J-Law/Article/View/47 Akses Pada 18
Maret 2023
40
Maruarar Siahaan. Indikator Konstitusionalitas Kebijakan Publik, Disampaikan Pada Kegiatan Expert Meeting
Penyusunan Buku Panduan Penanganan Pengujian Undang-Undang Di Mahkamah Konstitusi Oleh Pemerintah,
Dilihat Https://Www.Mkri.Id/Public/Content/Infoumum/Regulation/Pdf/Uud45%20asli.Pdf Akses Pada 18 Mmaret
2023
budaya yang mempengaruhi pembentukan suatu peraturan perundang-undangan.41 Berikut adalah
beberapa dimensi pembentukan peraturan perundang-undangan yang perlu dipahami:

1) Dimensi Hukum

Dimensi hukum merupakan dimensi yang paling mendasar dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan. Pembentukan peraturan perundang-undangan harus didasarkan pada aturan
hukum yang berlaku dan mengacu pada hierarki peraturan perundang-undangan yang berlaku di
negara tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa peraturan perundang-undangan yang
dihasilkan tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. 42

Dimensi hukum sebagai sarana untuuk pembentukan perundang-undangan tak lain untuk
menciptakan produk undang-undang yang berdasarkan keadilan dan kesejahreraan. Dalam hal
ini hukum dilihat sebagai perlindungan kepentingan umum, sehingga dimensi hukum sangat
diorientasikan dalam pembentukan perundang-undangan.43

2) Dimensi Politik

Dimensi politik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan


pengambilan keputusan politik dalam proses pembentukan peraturan tersebut. Hal ini mencakup
keterlibatan partai politik, anggota parlemen, dan kelompok kepentingan dalam proses
pembentukan peraturan perundang-undangan. Dimensi politik juga mempengaruhi arah
kebijakan yang diambil dalam peraturan tersebut.

Proses pembentukan perundang-undangan juga dapat berkaitan dengan pemenuhan


kewajiban politik pemerintah. Misalnya, pemerintah wajib membentuk peraturan perundang-
undangan yang sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan dan keamanan bagi seluruh rakyat
Indonesia melalui peraturan perundang-undangan yang dibentuk.44
41
Indonesia, Republik. "Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan." Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (2011). Dilihat
http://jdih.karangasemkab.go.id/uploads/post/2014/KEPBUP/KEPBUP_389_2014.pdf akses pada 27 maret 2023
42
Mahfuz, Abdul Latif. Faktor Yang Mempengaruhi Politik Hukum Dalam Suatu Pembentukan Undang-
Undang. (Jurnal Kepastian Hukum dan Keadilan 1.1. 2020). Hal 44 dilihat
https://jurnal.um-palembang.ac.id/KHDK/article/view/2442 akses pada 27 maret 2023
43
Perwira, Indra. Realitas Politik Hukum Perundang-undangan Indonesia Pasca Reformasi. (Padjadjaran Law
Review 5 (2017).Hal 1 dilihat http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/plr/article/view/463 akses pada 17 maret 2023
44
Mubayanto. Penghantar ilmu hukum. (yogyakarta : gadjah madha university press. 2012) hal 122
3) Dimensi Ekonomi

Salah satu tujuan dibentuknya hukum adalah ntuk menjamin kepentingan, seperti halnya
kepentingan ekonomi.45 Dimensi ekonomi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan pengaruh aspek ekonomi dalam proses pembentukan peraturan tersebut. Hal ini
mencakup dampak peraturan perundang-undangan terhadap perekonomian, termasuk dampak
pada industri, perdagangan, dan investasi.

Dimensi ekonomi memainkan peran penting dalam pembentukan perundang-undangan di


banyak negara. Kebijakan ekonomi sering kali menjadi faktor penentu dalam pembentukan
peraturan-peraturan baru atau perubahan peraturan yang sudah ada. Beberapa contoh kebijakan
ekonomi yang mempengaruhi pembentukan peraturan-peraturan adalah:46

a. Regulasi pasar: Pembentukan peraturan-peraturan untuk melindungi konsumen,


mencegah monopolistik, dan meningkatkan persaingan di pasar.
b. Kebijakan pajak: Pembentukan peraturan-peraturan pajak untuk mengatur pajak
dan perpajakan agar lebih efektif dan efisien.
c. Investasi: Pembentukan peraturan-peraturan untuk mengatur investasi asing dan
domestik agar lebih menarik dan aman bagi investor.
d. Perlindungan hak kekayaan intelektual: Pembentukan peraturan-peraturan untuk
melindungi hak kekayaan intelektual seperti hak cipta, hak paten, dan hak merek
dagang.
e. Infrastruktur: Pembentukan peraturan-peraturan yang mengatur pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan gedung untuk meningkatkan ekonomi.
4) Dimensi Sosial

Dimensi sosial dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mencakup dampak


peraturan tersebut pada masyarakat. Peraturan perundang-undangan harus memperhatikan
dampaknya pada masyarakat, termasuk dampak pada hak asasi manusia, kesejahteraan sosial,

45
Azizah, Siti. Analisis Ekonomi Dalam Pembentukan Hukum. (Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum 6.2 2012).hal 1
dilihat http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/324 akses pada 27 maret 2023
46
Sasongko, H., & Haryanto, A. T. (2018). Dimensi Ekonomi dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
di Indonesia. (Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 25.2.2018) hal 135-148. Dilihat https://perpus.mpr.go.id/opac/detail-
opac?id=294 akses pada 27 maret 2023
dan keamanan. Beberapa hal yang termasuk dalam dimensi sosial dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan antara lain:47

a. Kebutuhan masyarakat: Setiap peraturan perundang-undangan harus mampu memenuhi


kebutuhan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peraturan perundang-undangan harus
dirancang dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat yang beragam.
b. Isu-isu sosial: Peraturan perundang-undangan harus mampu menangani isu-isu sosial
yang terjadi di masyarakat. Hal ini meliputi isu-isu seperti kemiskinan, ketimpangan
sosial, kekerasan, dan sebagainya.
c. Partisipasi masyarakat: Partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan sangat penting. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
konsultasi publik atau diskusi dengan kelompok masyarakat terkait.
d. Pendidikan hukum: Pendidikan hukum dapat membantu masyarakat untuk memahami
peraturan perundang-undangan dan memperoleh pengetahuan yang cukup dalam
menghadapi permasalahan hukum.
5) Dimensi Budaya

Dimensi budaya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mencakup aspek


kebudayaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan aspek budaya dan nilai-nilai masyarakat dalam proses pembentukannya.Berikut
adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam dimensi budaya dalam pembentukan
perundang-undangan:48

a. Kebudayaan Lokal

Kebudayaan lokal merupakan warisan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah atau
masyarakat tertentu. Kebudayaan lokal mempengaruhi cara pandang, sikap, dan perilaku
masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kebudayaan lokal harus
dipertimbangkan dalam pembentukan perundang-undangan agar dapat memperhatikan
kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat.49

47
Asshiddiqie. J. Dimensi konstitusi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di indonesia .( Jurnal
konstitusi. 10. 2. 2013) hal 183-202 dilihat https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/issue/download/14/20 akses
pada 27 maret 2023
48
Mubyarto. Pengantar Ilmu Hukum. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.2012) hal 5
b. Nilai-Nilai Kemanusiaan

Peraturan perundang-undangan harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dalam


pembentukannya. Nilai-nilai kemanusiaan mencakup prinsip-prinsip keadilan, persamaan,
kebebasan, dan hak asasi manusia. Peraturan perundang-undangan yang dibuat harus
memperhatikan nilai-nilai ini agar dapat memberikan perlindungan dan keadilan yang sama bagi
seluruh masyarakat.50

c. Norma-Norma Agama

Norma-norma agama mempengaruhi pandangan dan perilaku masyarakat dalam


menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, norma-norma agama harus dipertimbangkan
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.51 Peraturan perundang-undangan harus
memperhatikan kepercayaan dan praktik keagamaan masyarakat dalam proses pembentukannya.

d. Perbedaan Budaya

Masyarakat Indonesia memiliki beragam budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda.


Perbedaan budaya ini harus dipertimbangkan dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan agar peraturan tersebut dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan harus dapat
mempertimbangkan perbedaan budaya dan kebiasaan masyarakat dalam proses
pembentukannya.

E. Prinsip Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan


Menurut achmad ali undang-undang memiliki kekuatan mengikat sejak diundangkan di
dalam lembaran negara, ia mengemukakan ada tiga kekuatan berlaku didalam undang-udang
yang diantaranya.52

49
Dalimunthe, Dermina. Proses Pembentukan Undang-Undang Menurut Uu No. 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. (Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi 3.1. 2017). Hal 65-66
Dilihat Http://Jurnal.Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id/Index.Php/Yurisprudentia/Article/View/680 Akses Pada 18 Maret
2023
50
Hikmahano jjuwana. Dasar-dasar ilmu hukum. (Jakarta : rajawali press. 2018). Hal 58
51
Faqih, Muhammad. Proses Pembentukan Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang. (Mimbar Yustitia 3.2 (2019). Hal 178 Dilihat
Http://Www.E-Jurnal.Unisda.Ac.Id/Index.Php/Mimbar/Article/View/2307 Akses Pada 18 Maret 2023
52
Dayanto, Dayanto. Pembentukan Peraturan Daerah Yang Baik Sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Otonomi
Daerah.. Ibd Hal 136-137
a) Kekuatan berlaku yuridis : setiap undang-undang secara langsung memiliki kekuatan
berlaku secara yuridis, jika seluurh persyaratan formal untuk terbetuknya telah
dipenuhi.
b) Kekuatan sosiologis : berlaku jika undang-undang tersebut merupakan kenyatan
didalam masyarakat.
c) Kekuatan berlaku filosofis : jika kaidah hukum tercantum didalam undang-undang
tersebut sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif tertinggi.

Dalam pembentukan undang-undang, terdapat beberapa asas yang harus dipenuhi sesuai
dengan penjelasan dalam undang-undang republik indonesia nomor 12 tahun 2011 tentang
pembentukan undang-undang terdapat dalam pasal 5 dan 6 huruf yang diantaranya. 53

Pasal 5 pada;

a. Asas kejelasan tujuan : pembentukan undang-undang harus mempunyai tujuan yang jelas
untuk di capai
b. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat : jenis peraturan UU harus dibuat
oleh lembaga negara yang memiliki wewenang dalam membuatnya.
c. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan : memperhatikan segala
variabel berupa materi muatan yang sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan.
d. Asas dapat dilksanakan : memperhitungkan efektifitas perundang-undangan tersebut
dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis maupun yuridis/
e. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan : perundang-undangan memang benar-benar
dibutuhkan dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
f. Asas kejelasan rumusan : perundang-undangan harus memenuhi persyaratan penyusunan
peraturan perundang-undangan.
g. Asas keterbukaan : pembentukan hingga pengesahan dan penguanaan haruslah bersifat
transparan dan terbuka. 54

53
Perundang-Undangan, Pembentukan Peraturan. "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
Tentang." Dilihat Di Https://Ppid.Tni.Mil.Id/Files/Uu-Tuk-Per-Uu.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
54
Pasal 5 Huruf A-G Dalam Uu Nomor 12 Tahun 2011. Perundang-Undangan, Pembentukan Peraturan. "Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang." Dilihat Di Https://Ppid.Tni.Mil.Id/Files/Uu-Tuk-Per-
Uu.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
Pasal 6 ayat (1);

a. Asas pengayoman : memberikan perlindungan untuk menciptakan ketentraman


b. Asas kemanusiaan : penghormatan dan perlindungan terhadap HAM
c. Asas kebangsaan : mencerminkan sifat dan watak bangsa indonesia yang majemuk dan
menjaga prinsip kesatuan RI.
d. Asas keluargaan :mencerinkan musyawarah dan mufakat
e. Asas kenusantaraan : memperhatikan kepentingan seluruh wilayah indonesia
f. Asas bhineka tungga ika : menjaga kesatuan NKRI
g. Asas keadilan : mencerminkan keadilan secara proporsional setiap warga negara
h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan : setiap warga sama dalam
pemerintahan maupun dalam hukum
i. Asas ketertiban dan kepastian hukum : mewujudkan keetertiban dalam masyarakat
melalui jaminan kepastian hukum
j. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan : mencerminkan undang-undangan yang
mementingkan keselarasan, keseimbangan dalam kepentingan individu, masyarakat
maupun bangsa dan negara.55

Adas-asas yang dijelaskan di atas merupakan kategori sebagai asas pembentukan peraturan
perundang-undangan, dimana dalam materi muatan tersebut peraturan perundang-undangan
harus mencerminkan asas-asas tersebut.56 Tidak diperbolehkan sebuah peraturan perundang-
undangan mengabadaikan asas-asas tersebut, karena itu merupakan bagian prinsip yang telah
menjadi syarat dalam pembentukan undang-undang diatur dalam aturan undang-undang yang
berkenaan dengan pembentukan undang-undang.57

55
Pasal 6 Ayat 1 Dalam Uu Nomor 12 Tahun 2011. Perundang-Undangan, Pembentukan Peraturan. "Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang." Dilihat Di Https://Ppid.Tni.Mil.Id/Files/Uu-Tuk-Per-
Uu.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
56
Suska, Suska. Prinsip Regulatory Impact Assessment Dalam Proses Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
Sesuai UU Nomor 12 Tahun 2011. (Jurnal Konstitusi 9.2. 2012). Hal 336 dilihat
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/926 akses pada 18 maret 2023
57
Munawar, Marzuki, Marzuki Marzuki, And Ibnu Affan. Analisis Dalam Proses Pembentukan Undang-Undang
Cipta Kerja Perpspektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. ( Jurnal Ilmiah Metadata 3.2 (2021). Hal 461 Dilihat
Https://Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Documents/Detail/3074768 Akses Pada 18 Maret 2023
DAFTAR PUSTAKA

Ajie, Radita. Batasan Pilihan Kebijakan Pembentuk Undang-Undang (Open Legal Policy)
Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Tafsir Putusan
Mahkamah Konstitusi. ( Jurnal Legislasi Indonesia 13.2 (2016). Dilihat
Http://Download.Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Article.Php?
Article=949720&Val=14663&Title=Batasan%20pilihan%20kebijakan%20%20pembentuk
%20undang-Undang%20open%20legal%20policy%20%20dalam%20pembentukan
%20peraturan%20perundang-Undangan%20berdasarkan%20tafsir%20putusan
%20mahkamah%20konstitusi Akes Pada 18 Maret 2023
Astomo, Putra. Prinsip-Prinsip Negara Hukum Indonesiadalam Uud Nri Tahun 1945. (Jurnal
Hukum Unsulbar 1.1 (2018) Dilihat
Https://Ojs.Unsulbar.Ac.Id/Index.Php/J-Law/Article/View/47 Akses Pada 18 Maret 2023
Azhari, Aidul Fitriciada. Negara Hukum Indonesia: Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi.
(Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 19.4. 2012).
Azizah, Siti. Analisis Ekonomi Dalam Pembentukan Hukum. (Fiat Justisia: Jurnal Ilmu
Hukum 6.2 2012).hal 1 dilihat http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/324
akses pada 27 maret 2023
Bisa Dilihat Di Https://Peraturan.Bpk.Go.Id/Home/Details/49309/Pp-No-6-Tahun-
2005#:~:Text=Pp%20no.%206%20tahun%202005,Kepala%20daerah%20%5bjdih%20bpk
%20ri%5d Akses Pada 18 Maret 2023
Budiman, M. Arief. Konsep Demokratis Dalam Pembentukan Peraturan Daerah Menurut
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. (Khatulistiwa Law Review 2.1 2021)Dilihat
Http://E-Journal.Iainptk.Ac.Id/Index.Php/Khalrev/Article/View/298 Akses Pada 18 Maret
2023
Bunyi pasal 96 UU No 12 tahun 2011 “setiap masyarakat memberikan secara lisan dan atau
tulisan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Dilihat
https://bphn.go.id/data/documents/11uu012.pdf akses pada 18 maret 2023
Busthami, Dachran. Kekuasaan Kehakiman Dalam Perspektif Negara Hukum Di Indonesia.
(Masalah-Masalah Hukum 46.4 2017). Dilihat Di
Https://Ejournal.Undip.Ac.Id/Index.Php/Mmh/Article/View/15548 Akses Pada 18 Maret
2023
Dalimunthe, Dermina. Proses Pembentukan Undang-Undang Menurut Uu No. 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. (Yurisprudentia: Jurnal Hukum
Ekonomi 3.1. 2017). Dilihat
Http://Jurnal.Iain-Padangsidimpuan.Ac.Id/Index.Php/Yurisprudentia/Article/View/680
Akses Pada 18 Maret 2023
Dayanto, Dayanto. Pembentukan Peraturan Daerah Yang Baik Sebagai Sarana Mewujudkan
Tujuan Otonomi Daerah. (Tahkim 9.2 2017). Hal 134 Dilihat
Https://Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Documents/Detail/875665 Akses Pada 18 Maret 2023
Dilihat Https://Www.Mkri.Id/Public/Content/Infoumum/Regulation/Pdf/Uud45%20asli.Pdf
Akses Pada 18 Maret 2023
Fadli, Muhammad. Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat.
(Jurnal Legislasi Indonesia 15.1. 2018).
Faqih, Muhammad. Proses Pembentukan Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang. (Mimbar Yustitia 3.2 (2019). Dilihat Http://Www.E-
Jurnal.Unisda.Ac.Id/Index.Php/Mimbar/Article/View/2307 Akses Pada 18 Maret 2023
Hamzani, Achmad Irwan. Menggagas Indonesia Sebagai Negara Hukum Yang Membahagiakan
Rakyatnya. ( Yustisia Jurnal Hukum 3.3. 2014). dilihat
https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/29562 akses pada 18 maret 2023
Hikmahano jjuwana. Dasar-dasar ilmu hukum. (Jakarta : rajawali press. 2018).

Ilmi, Novinka Quddratul. Negara Hukum. (2021). Hal 4 Dilihat Https://Osf.Io/9xg8y/Download


Akses Pada 18 Maret 2023
Jimly Asshiddiqie. Prihal Undang-Undang. (Jakarta: Konstitusi Press, 2006).
Kasim, Aminuddin. Proses Pembentukan Undang-Undang Pasca Pergeseran Kekuasaan
Legislatif Dari Presiden Ke Dpr. (Aktualita 6.3 2011). Hal Dilihat
Http://Jurnal.Untad.Ac.Id/Jurnal/Index.Php/Aktualita/Article/Download/2479/1622 Akses
Pada 18 Maret 2023
La Ode Muhram, Ylianta Saputra. Dkk. Penghantar Negara Hukum. (Bandung : Cv Media Sains
Indonesia).
Mahfuz, Abdul Latif. Faktor Yang Mempengaruhi Politik Hukum Dalam Suatu Pembentukan
Undang-Undang. (Jurnal Kepastian Hukum dan Keadilan 1.1. 2020). Hal 44 dilihat
https://jurnal.um-palembang.ac.id/KHDK/article/view/2442 akses pada 27 maret 2023
Maria Farida Indrati Soeprapto. Ilmu Perundang-Undangan ( Yogyakarta: Kanisius. 2007).
Maruarar Siahaan. Indikator Konstitusionalitas Kebijakan Publik, Disampaikan Pada Kegiatan
Expert Meeting Penyusunan Buku Panduan Penanganan Pengujian Undang-Undang Di
Mahkamah Konstitusi Oleh Pemerintah, Dilihat
Https://Www.Mkri.Id/Public/Content/Infoumum/Regulation/Pdf/Uud45%20asli.Pdf Akses
Pada 18 Mmaret 2023
Mubayanto. Penghantar ilmu hukum. (yogyakarta : gadjah madha university press. 2012

Mubyarto. Pengantar Ilmu Hukum. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.2012)

Munawar, Marzuki, Marzuki Marzuki, And Ibnu Affan. Analisis Dalam Proses Pembentukan
Undang-Undang Cipta Kerja Perpspektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. ( Jurnal Ilmiah Metadata 3.2 (2021).
Dilihat Https://Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Documents/Detail/3074768 Akses Pada 18 Maret
2023
Nurul Qamar, Amirullah, Dkk. Negara Hukum Atau Negara Kekuasaan. (Makassar : Cv Social
Politic Genius. 2018).
Perundang-Undangan, Pembentukan Peraturan. "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 Tentang." Dilihat Di Https://Ppid.Tni.Mil.Id/Files/Uu-Tuk-Per-Uu.Pdf
Akses Pada 18 Maret 2023
Perundang-Undangan, Pembentukan Peraturan. "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2011 Tentang." Dilihat Di Https://Ppid.Tni.Mil.Id/Files/Uu-Tuk-Per-Uu.Pdf
Akses Pada 18 Maret 2023
Perwira, Indra. Realitas Politik Hukum Perundang-undangan Indonesia Pasca Reformasi.
(Padjadjaran Law Review 5 (2017).Hal 1 dilihat
http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/plr/article/view/463 akses pada 17 maret 2023
Prayitno, Cipto. Pembatasan Perubahan Bentuk Negara Kesatuan Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Dalam Perspektif Constitution Making. (Jurnal Konstitusi 15.4. 2018). Dilihat
Di Https://Jurnalkonstitusi.Mkri.Id/Index.Php/Jk/Article/View/1543 .Akses Pada 18 Maret
2023
Putuhena, M. Ilham F. Politik Hukum Perundang-Undangan: Mempertegas Reformasi Legislasi
Yang Progresif. (Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 2.3. 2013).
Dilihat Di Http://Rechtsvinding.Bphn.Go.Id/Ejournal/Index.Php/Jrv/Article/View/66
Akses Pada 18 Maret 2023
Rajab, Achmadudin, And Jl Jenderal Gatot Subroto. Peran Penting Badan Keahlian Dpr Ri
Dalam Sistem Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Mendukung
Terwujudnya Keadilan Untuk Kedamaian. (Journal Legislasi Indonesiaurnal Legislasi
Indonesia 14.02 .2017). Dilihat Http://Download.Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Article.Php?
Article=949906&Val=14663&Title=Peran%20penting%20badan%20keahlian%20dpr
%20ri%20dalam%20sistem%20hukum%20pembentukan%20peraturan%20perundang-
Undangan%20yang%20mendukung%20terwujudnya%20keadilan%20untuk
%20kedamaian Akses Pada 18 Maret 2023
Rajab, Achmadudin, And Jl Jenderal Gatot Subroto. Peran Penting Badan Keahlian Dpr Ri
Dalam Sistem Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Mendukung
Terwujudnya Keadilan Untuk Kedamaian. (Journal Legislasi Indonesiaurnal Legislasi
Indonesia 14.02 .2017). Dilihat Http://Download.Garuda.Kemdikbud.Go.Id/Article.Php?
Article=949906&Val=14663&Title=Peran%20penting%20badan%20keahlian%20dpr
%20ri%20dalam%20sistem%20hukum%20pembentukan%20peraturan%20perundang-
Undangan%20yang%20mendukung%20terwujudnya%20keadilan%20untuk
%20kedamaian Akses Pada 18 Maret 2023
Riana, Rati, And Muhammad Junaidi. Konstitusionalisasi Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan Melalui Penggunaan Bahasa Indonesia Baku. (Jurnal Legislasi Indonesia 15.4
(2018). Dilihat Https://Www.Academia.Edu/Download/61183399/261-1215-1-
Pb20191111-120726-19rvxbo.Pdf Akses Pada 18 Maret 2023
Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. ( Fiat Justisia:
Jurnal Ilmu Hukum 5.2 . 2011). Dilihat
Http://Jurnal.Fh.Unila.Ac.Id/Index.Php/Fiat/Article/View/56 Akses Pada 18 Maret 2023
Ridlwan, Zulkarnain. Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat. (Fiat Justisia:
Jurnal Ilmu Hukum 5.2. 2011). Dilihat Di
Http://Jurnal.Fh.Unila.Ac.Id/Index.Php/Fiat/Article/View/56 Akses Pada 18 Maret 2023
Riskiyono, Joko. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Perundang-Undangan Untuk
Mewujudkan Kesejahteraan. ( Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial 6.2.2015). Dilihat
Https://Jurnal.Dpr.Go.Id/Index.Php/Aspirasi/Article/View/511 Akses Pada 18 Maret 2023
Saifudin. Partisipasi Publik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
(Yogyakarta : FH UII Press, 2009). hal 33 dilhat
https://www.academia.edu/download/36138291/makalah_makalah_17_oktober_2009.pdf
akses pada 27 maret 2023
Sasongko, H., & Haryanto, A. T. (2018). Dimensi Ekonomi dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia. (Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 25.2.2018) hal 135-
148. Dilihat https://perpus.mpr.go.id/opac/detail-opac?id=294 akses pada 27 maret 2023

Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung: Pt Citra Aditya.2004)


Seta, Salahudin Tunjung. Hak Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. (Jurnal Legislasi Indonesia 17.2. 2020). Hal 163 dilihat di
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1733177&val=14663&title=HAK%20MASYARAKAT%20DALAM
%20PEMBENTUKAN%20PERATURAN%20PERUNDANG-UNDANGAN akses pada
27 maret 2023
Soehino. Ilmu Negara. (Yogyakarta: Liberty, 1980).
Soeprapto, Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan 1: Jenis, Fungsi, Dan Materi
Muatan. ( Pt Kanisius, 2007)
Suhartini, Suhartini. Demokrasi Dan Negara Hukum. ( Jurnal De Jure 11.1. 2019).Hal 74
Dilihat Http://114.5.119.115/Index.Php/Jurnaldejure/Article/View/42 Akses Pada 18 Maret
2023
Suska, Suska. Prinsip Regulatory Impact Assessment Dalam Proses Penyusunan Peraturan
Perundang-Undangan Sesuai UU Nomor 12 Tahun 2011. (Jurnal Konstitusi 9.2. 2012).
dilihat https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/926 akses pada 18 maret
2023
Utama, Johan. Pengertian Administrasi Negara Dan Hukum Administrasi Negara. (2014).
Dilihat Di Https://Pustaka.Ut.Ac.Id/Lib/Wp-Content/Uploads/Pdfmk/Adpu4332-M1.Pdf
Akses Pada 18 Maret 2023
Yuhelso. Pengantar Ilmu Hukum.( Gorontalo: Ideas Publishing.2017)
Zainal, Muhammad Asrianto. Proses Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Muna
Sulawesi Tenggara. (Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian 13.2 2018). Dilihat
Https://Ejournal.Iainkendari.Ac.Id/Al-Izzah/Article/View/1052 Akses Pada 18 Maret 2023
Zarkasi, A. Pembentukan Peraturan Daerah Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.
( INOVATIF| Jurnal Ilmu Hukum 2.4. 2010). dilihat
https://online-journal.unja.ac.id/jimih/article/view/371 akses pada 18 maret 2023

You might also like