Professional Documents
Culture Documents
Bahstul Kutub, Bab 4, Hukum Saksi
Bahstul Kutub, Bab 4, Hukum Saksi
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahtsul Kutub
Dosen Pengampu: Masyhari, Lc., M.H.I
Disusun Oleh:
Yahya Ismail
Abu Hanifah, Syaf’i dan Malik sepakat bahwa saksi termasuk syarat nikah. Dan mereka
berbeda pendapat apakah itu termasuk syarat kesempurnaan yang hal itu diperintahkan ketika
hendak menggauli istri atau syarat sah yang diperintahkan ketika melakukan akad nikah. Dan
mereka sepakat bahwa tidak boleh malakukan nikah secara sirri (rahasia).
Dan mereka berselisih jika mendatangkan saksi dua orang, lalu keduanya diwasiatkan
untuk merahasiakannya, apakah nikah tersebut termasuk nikah rahasia atau bukan:
1. Malik mengatakan bahwa itu adalah nikah secara rahasia dan harus dibatalkan.
2. Sedangkan Abu Hanifah mengatakan bahwa itu bukan termasuk nikah secara
rahasia.
Sebab perbedaan pendapat: Apakah kesaksian dalam hal ini merupakan hukum syar'i, atau
maksud dari kesaksian itu sendiri ialah menutup jalan perselisihan atau pengingkaran. Ulama
yang menyatakan bahwa itu adalah hukum syar'i, mereka mengatakan bahwa kesaksian adalah
dalam satu syarat sah. Dan ulama yang berpendapat bahwa persaksian itu hanya untuk
pembuktian, mereka mengatakan termasuk syarat kesempurnaan.
Dasar dalam hal ini, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, "Nikah itu tidak
sah, kecuali dengan dua orang saksi yang adil dan wali yang bijak." Tidak ada dari kalangan
para sahabat yang menyelisihinya.
1. Banyak dari kalangan ulama berpendapat bahwa hal ini masuk dalam bab ijma', namun
hal ini lemah. Hadits ini telah diriwayatkan secara marfu' yang telah disebutkan oleh Ad
Daruquthni, dia menyebutkan bahwa dalam sanadnya terdapat beberapa perawi yang
majhul (tidak dikenal).
2. Sedangkan menurut Abu Hanifah, nikahnya sah dengan persaksian dua orang yang fasik,
karena menurutnya tujuan dari persaksian ialah pemberitahuan saja. Dan Syaf i
berpendapat bahwa persaksian itu mengandung dua makna (maksudnya, pemberitahuan
dan penerimaan), Karena itu dalam persaksian dia mensyaratkan keadilan.
3. Sedangkan menurut Malik persaksian itu menurutnya tidaklah mengandung makna
pemberitahuan jika kedua saksi itu diwasiatkan untuk merahasiakannya.
Sebab perbedaan pendapat: Apakah perkara yang menjadi objek kesaksian bisa dinamakan
rahasia atau tidak. Dan dasar tentang disyaratkannya pemberitahuan, yaitu sabda Nabi SAW,
Diriwayatkan oleh Abu Daud. Di dalam hadits ini, Umar mengatakan, "Ini adalah
pernikahan rahasia, andaikan aku mengadili dalam masalah itu, maka akan aku rajam." Abu
Tsaur dan sekelompok ulama mengatakan, kesaksian itu bukan termasuk syarat nikah, bukan
syarat sah dan bukan pula syarat kesempumaan. Hal itu dilakukan oleh Al Hasan bin Ali,
diriwayatkan; "Bahwa dia menikah tanpa saksi, kemudi an memberitahukan pernikahannya."