You are on page 1of 15

Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 15 Pages pp. 81- 95

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI


PROPINSI ACEH

Nurul Fitri1, Prof. Dr. Mohd. Nur Syechalad, MS 2, Dr. Sofyan Syahnur, M.Si 3
1)
Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala
2,3)
Dosen Fakultas Ekonomi dan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Abstract: Aceh is one of rice production center province in Indonesia, which is targeted to be able
to perform self-sufficiency in rice and become the national barns. This study aims to determine the
factors that affect on rice production in Aceh. The scope of the study is limited to technical
irrigation, ½ technical irrigation, simple irrigation, lands, labors and rice production quantity in
Aceh. In this study, analysis was performed using Ordinary Least Square method (OLS) in the
form of multiple regression. The results show that the variables of technical irrigation, simple
irrigation, land and labor have positive effect on rice production in Aceh, while ½ technical
irrigation has negatively affect on rice production in Aceh. Partially, technical irrigation, land
and labor have a significant effect on rice production in province of Aceh, while simple irrigation
and ½ technical irrigation have not significant effect on rice production in Aceh. But
simultaneously test result shows that Fhit 140.784 > Ftab = 3.20 so that the overall technical
irrigation, ½ technical irrigation, simple irrigation, land and labor have a significant effect on
rice production in Aceh. In which the correlation coefficient (R) of 0.992 and the coefficient of
determination (R2) of 0.985. Therefore, the government is expected to increase its budget to
improve irrigation infrastructure and management, especially in irrigation ½ technical and simple
irrigation, and building irrigation networks in new technical so that irrigation ½ technical and
simple irrigation can be developed into a technical irrigation which in turn can increase rice
production. In addition, both related department of Irrigation and Water Resources Department
and the Department of Agriculture should cooperate in maintaining the existing irrigation network
can be maintained to keep them functioning. Labor force is also expected to increase the
knowledge and ability to increase rice production.
Keywords : Production, rice, technology, irrigation, land, labor

Abstrak: Aceh merupakan salah satu propinsi sentra produksi padi di Indonesia yang ditargetkan akan
mampu melakukan swasembada beras dan menjadi lumbung pangan nasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Propinsi Aceh. Ruang lingkup
penelitian dibatasi pada irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, luas lahan, tenaga kerja dan
produksi padi di Propinsi Aceh. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel irigasi teknis, irigasi sederhana, luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi
padi di Propinsi Aceh, sedangkan irigasi ½ teknis berpengaruh negatif terhadap produksi padi di Propinsi
Aceh. Secara parsial irigasi teknis, luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi
padi di Propinsi Aceh, sedangkan irigasi ½ teknis dan irigasi sederhana tidak berpengaruh signifikan
terhadap produksi padi di Propinsi Aceh. Namun secara simultan hasil uji F menunjukkan Fhit = 140,784 >
Ftab = 3,20 sehingga secara keseluruhan irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, luas lahan dan
tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di Propinsi Aceh. Dimana koefisien korelasi (R)
sebesar 0,992 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,985. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat
meningkatkan anggarannya untuk memperbaiki infrastruktur irigasi dan pengelolaannya terutama pada
irigasi ½ teknis dan irigasi sederhana, serta membangun jaringan irigasi teknis yang baru sehingga irigasi ½
teknis dan irigasi sederhana dapat dikembangkan menjadi irigasi teknis yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produksi padi. Selain itu, dinas terkait baik Dinas Pengairan dan SDA maupun Dinas
Pertanian hendaknya bekerjasama dalam memelihara jaringan irigasi yang ada agar tetap dapat
dipertahankan fungsinya. Tenaga kerja juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
kemampuannya dalam meningkatkan produksi padi.

Kata kunci : Produksi, padi, teknologi, irigasi, luas lahan, tenaga kerja

81 - Volume 3, No. 1, Februari 2015


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.


Setiap negara mempunyai tujuan Pentingnya irigasi bagi sektor pertanian karena
untuk meningkatkan pembangunan ekonomi menjadi sumber utama pertumbuhan produksi
termasuk Indonesia. Indonesia adalah negara padi. Air irigasi tidak saja meningkatkan hasil
agraris yang sebagian besar penduduknya hidup panen per hektar secara langsung, akan tetapi
dari sektor pertanian. Pertanian merupakan juga dapat merespon tanaman terhadap pupuk
sektor yang sangat penting dalam pertumbuhan anorganik atau kimia. Bila masalah irigasi dapat
ekonomi Indonesia, di mana pertanian diatasi dengan baik, misalnya dengan
mempunyai kontribusi baik terhadap pembuatan waduk beserta saluran-salurannya
perekonomian maupun pemenuhan kebutuhan maka ada kemungkinan frekuensi penanaman
pokok masyarakat. Pembangunan pertanian dapat ditingkatkan, yang semula hanya dapat
bertujuan untuk mencukupi pengadaan pangan. ditanami sekali setahun, akhirnya dapat
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut ditanami dua atau bahkan tiga kali dalam
dengan meningkatkan produksi, di mana setahun.
peningkatan produksi merupakan prasyarat Selain teknologi, faktor terpenting dalam
dalam pemenuhan kebutuhan pangan peningkatan produksi padi adalah luas lahan.
masyarakat terutama padi. Padi merupakan Lahan adalah salah satu faktor produksi
tanaman pangan terpenting di Indonesia karena terpenting dalam usaha tani. Lahan dipandang
hampir seluruh penduduk menggunakan beras sebagai sumber daya utama dalam
sebagai makanan pokok. Padi juga merupakan mempersiapkan produksi pertanian. Lahan
komoditas pangan strategis yang memiliki merupakan sumber daya strategis yang
pengaruh yang cukup besar terhadap stabilitas memiliki nilai secara ekonomis. Di mana
ekonomi khususnya tingkat inflasi, stabilitas semakin luas lahan maka semakin besar rata-
sosial dan stabilitas politik. rata produksi yang dihasilkan. Keberhasilan
Salah satu aspek penunjang peningkatan produksi pertanian ini juga tidak
pembangunan pertanian, khususnya yang terlepas dari peran serta petani beserta
menyangkut kebijaksanaan perangsang kelompok tani sebagai tenaga kerja pada unit-
produksi padi adalah penggunaan teknologi unit usaha tani. Di mana tenaga kerja
tertentu. Adanya teknologi memungkinkan merupakan pelaksana dan penggerak dalam
produsen untuk memproduksi lebih banyak usaha atau kegiatan untuk menghasilkan dan
dengan tingkat input yang sama. Melalui menciptakan nilai produksi padi yang maksimal.
pemanfaatan teknologi tertentu berupa irigasi Aceh merupakan salah satu propinsi sentra
menyebabkan kontribusi sektor pertanian produksi padi di Indonesia yang ditargetkan akan
semakin nyata dan bahkan produksi padi mampu melakukan swasembada beras dan menjadi
menjadi cukup besar sehingga mampu lumbung pangan nasional. Sentra produksi padi di

Volume 3, No. 1, Februrai 2015 - 82


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Aceh berada di Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Sumber: Aceh dalam Angka, BPS (2009-2013)

dan Aceh Besar. Perkembangan luas lahan dan Selain faktor teknologi dan luas lahan,
produksi padi di Propinsi Aceh selama lima tahun faktor lain yang juga ikut berpengaruh terhadap
terakhir dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: produksi padi adalah ketersediaan tenaga kerja.
Tabel 1. Perkembangan luas lahan dan produksi padi Perkembangan tenaga kerja di Propinsi Aceh
di Propinsi Aceh tahun 2008-2012
Luas Lahan Produksi Padi dari tahun 2006 sampai 2012 cenderung
Tahun
(Ha) (Ton)
menunjukkan peningkatan. Di mana jumlah
2008 360.717 1.533.369
tenaga kerja terus meningkat dari 564.041
2009 352.006 1.539.449
2010 347.727 1.571.040 orang pada tahun 2008 menjadi 565.745 orang
2011 375.860 1.760.657 pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2010
2012 381.429 1.772.982
jumlah tenaga kerja meningkat menjadi
Sumber: Aceh dalam Angka, BPS (2009-2013)
Hasil panen padi yang diperoleh tersebut 573.532 orang, tahun 2011 menjadi 575.578

tidak terlepas dari pengaruh penggunaan orang, dan tahun 2012 menjadi 579.065 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
teknologi pertanian yang berupa irigasi. Irigasi
tertarik untuk membuat penelitian ini dengan judul
merupakan upaya yang dilakukan untuk
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern
Produksi Padi di Propinsi Aceh”.
saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan. Pengembangan irigasi ini dapat METODE PENELITIAN
dilakukan secara teknis, ½ teknis maupun Untuk menganalisis faktor-faktor yang
sederhana. Propinsi Aceh memiliki jaringan mempengaruhi produksi padi di Propinsi Aceh
irigasi yang sangat luas untuk budidaya penulis menetapkan ruang lingkup penelitian
tanaman padi sehingga budidaya dapat pada irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi
dilakukan dengan lebih maksimal dua kali sederhana, luas lahan, dan tenaga kerja sebagai
dalam setahun bahkan bisa mencapai tiga kali. variabel bebas sedangkan variabel tidak
Untuk mengetahui perkembangan luas areal bebasnya adalah produksi padi di Propinsi Aceh.
irigasi di Propinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel Untuk mengetahui faktor-faktor yang
2 berikut: mempengaruhi produksi padi di Propinsi Aceh
Tabel 2. Perkembangan luas areal irigasi di Propinsi periode 1996 sampai 2012, maka dilakukan
Aceh tahun 2008-2012
Luas Areal Irigasi dengan menggunakan metode Ordinary Least
(Ha) Total
Tahun
Areal Square (OLS) dalam bentuk regresi berganda.
Jenis Irigasi Irigasi
Teknis
½
Sederhana
(Ha) Model dasar yang digunakan untuk
Teknis
2008 96.683 44.230 74.027 214.940 mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
2009 137.043,57 44.610 74.063 255.716,60
produksi padi di Propinsi Aceh merupakan
2010 138.234,54 44.610 74.063 256.907,54
2011 206.711,36 44.610 74.063 325.384,36 pengembangan dari teori produksi Cobb-
2012 141.489,74 44.610 74.063 260.162,74
Douglas yaitu (Perman, 1997: 117):

83 - Volume 3, No. 1, Februari 2015


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Q = f (K, L, R) (1) LA = Luas Lahan (Ha)


δ = Koefisien Tenaga Kerja
Di mana: L = Tenaga Kerja (Orang)
Q = Produksi (Production) ei = Faktor Gangguan (Disturbance)
K = Modal (Capital) Stokastik
L = Tenaga Kerja (Labor)
R = Sumber Daya (Resource) KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan persamaan dasar fungsi Teori Produksi
produksi Cobb-Douglas maka fungsi produksi Produksi dapat didefinisikan sebagai
dapat dituliskan sebagai berikut (Pasay dkk, hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi
1994: 29): dengan memanfaatkan beberapa masukan
Q = AKαL1-α (2) (input). Dengan demikian, kegiatan produksi
tersebut adalah mengkombinasikan berbagai
Di mana:
Q = Output atau hasil produksi input untuk menghasilkan output (Pasay dkk,
A = Indeks teknologi 1994: 9).
K = Modal
L = Tenaga kerja Selanjutnya menurut Sugiarto dkk (2002:
α = Parameter model 202), produksi adalah suatu kegiatan yang
A > 0 dan 0 < α < 1
mengubah input menjadi output. Kegiatan
Dari fungsi produksi Cobb-Douglas di
tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam
atas dapat disusun model fungsi produksi padi
fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan
sebagai berikut:
jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan
α β γ λ δ
Q = A . IR1 . IR2 . IR3 . LA . L (3) dari pemakaian sejumlah input dengan
Selanjutnya untuk mempermudah menggunakan teknologi tertentu.
perhitungan maka fungsi produksi tersebut Sementara menurut Arsyad (1999: 103),
ditransformasi dalam bentuk logaritma linier tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam
sehingga persamaan matematisnya menjadi merupakan input pokok dalam produksi. Tenaga
(Gujarati, 2006: 213): kerja adalah setiap input insani. Modal adalah
setiap input buatan manusia, seperti gedung,
LnQ = Ln A + αLnIR1 + βLnIR2 + γLnIR3 +
jalan raya, dan mesin-mesin. Sedangkan sumber
λLnLA + δLnL + ei (4)
daya alam adalah hadiah (gifts) dari alam,
Di mana:
seperti tanah, pepohonan, dan cadangan bijih
Q = Produksi Padi (ton)
A = Konstanta besi.
α = Koefisien Irigasi Teknis
Menurut Sugiarto dkk (2002: 204) dalam
IR1 = Irigasi Teknis (Ha)
β = Koefisien Irigasi ½ Teknis jangka pendek perusahaan tidak dapat
IR2 = Irigasi ½ Teknis (Ha)
menambah jumlah faktor produksi yang
γ = Koefisien Irigasi Sederhana
IR3 = Irigasi Sederhana (Ha) dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap
λ = Koefisien Luas Lahan
tetap biasanya adalah modal seperti mesin dan

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 84


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

peralatannya, bangunan perusahaan, dan lain- jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
lain. Sedangkan faktor produksi yang dapat rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa,
mengalami perubahan misalnya tenaga kerja. dan irigasi tambak. Sementara jaringan irigasi
Sementara dalam jangka panjang semua faktor adalah saluran, bangunan, dan bangunan
produksi dapat mengalami perubahan. Berarti pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan
dalam jangka panjang setiap faktor produksi yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
dapat ditambah jumlahnya jika diperlukan. pemberian, penggunaan, dan pembuangan air
Dalam jangka panjang perusahaan dapat irigasi. Irigasi berfungsi mendukung
melakukan penyesuaian terhadap perubahan- produktivitas usaha tani guna meningkatkan
perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat- produksi pertanian dalam rangka ketahanan
alat produksi dapat ditambah, penggunaan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat,
mesin-mesin dapat diubah dan ditingkatkan khususnya petani yang diwujudkan melalui
efisiensinya, jenis-jenis komoditas baru dapat keberlanjutan sistem irigasi. Hal tersebut dapat
dihasilkan, dan sebagainya. diwujudkan dengan mempertahankan
keberlanjutan sistem irigasi melalui
Teknologi Pertanian
penyelenggaraan sistem irigasi.
Penggunaan sumber daya untuk pertanian
Irigasi merupakan infrastruktur yang
merupakan masalah teknologi. Selain itu,
berfungsi untuk meningkatkan hasil pertanian
penggunaan sumber daya tergantung pada
yang berperan dalam merangsang pertumbuhan
tingkat teknologi atau metode produksi dari
ekonomi karena dengan ketersediaan irigasi
berbagai cara memproduksi yang diketahui.
akan memudahkan masyarakat dalam
Semakin besar teknologi yang diterapkan pada
mengelola tanaman pertaniannya.
produksi pertanian maka akan meningkatkan
Pembangunan prasarana irigasi akan turut
produktivitas jika semua sumber daya
meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah
digunakan, sehingga hasilnya lebih
baru dengan meningkatnya volume hasil
meningkatkan batas produksi. Salah satu
pertanian. Dukungan infrastruktur irigasi
teknologi pertanian yang sangat berpengaruh
terhadap usaha tani telah berlangsung sejak
terhadap produksi ialah irigasi. Irigasi adalah
lama, bahkan sejak jaman kerajaan. Sebagai
usaha pengadaan dan pengaturan air secara
contoh, dengan telah dikembangkannya
buatan, baik air tanah maupun air permukaan
pertanian beririgasi untuk tanaman padi,
untuk menunjang pertanian.
Kerajaan Majapahit dan Demak dikenal sebagai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
pengekspor beras.
Nomor 20 tahun 2006, irigasi adalah usaha
Pembangunan irigasi di samping
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
memberikan dampak berupa pertambahan
irigasi untuk menunjang pertanian yang
output pertanian juga menciptakan beberapa

85 - Volume 3, No. 1, Februari 2015


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

eksternalitas dalam bentuk teraturnya pola air kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas.
dan perbaikan terhadap penurunan kualitas Semakin sempit lahan usaha maka semakin
lingkungan. tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali
Berdasarkan cara pengambilan air pada usaha tani dijalankan dengan tertib. Luas
umumnya sistem irigasi di Indonesia dilakukan pemilikan atau penguasaan berhubungan
dengan sistem gravitasi, di mana sumber air dengan efisiensi usaha tani. Penggunaan
diambil dari air yang ada di permukaan bumi masukan akan semakin efisien bila luas lahan
yaitu sungai, waduk, dan danau di dataran yang dikuasai semakin besar. Luas lahan sangat
tinggi. Menurut standar perencanaan irigasi, mempengaruhi produksi karena apabila luas
jaringan irigasi dapat dibagi ke dalam tiga lahan semakin luas maka penawaran beras akan
kelompok, yaitu irigasi teknis, semi teknis, dan semakin besar, sebaliknya apabila luas lahan
sederhana (Simanjuntak, 2014: 27). semakin sempit maka produksi akan semakin
sedikit. Jadi luas lahan berhubungan positif
Luas Lahan
terhadap produksi.
Lahan merupakan salah satu faktor
produksi terpenting dalam usahatani. Lahan Tenaga Kerja
petani yang digunakan dalam proses produksi Tenaga kerja merupakan salah satu faktor
bisa merupakan lahan milik sendiri, sewa atau produksi yang memegang peran penting dalam
sakap yang masing-masing mempunyai kegiatan usaha tani. Tenaga kerja dapat berupa
ketentuan sesuai dengan fungsi kepemilikannya. sebagai pemilik (pertanian tradisional) maupun
Lahan sawah mempunyai arti penting dalam sebagai buruh biasa (pertanian komersial).
menentukan ketahanan pangan nasional. Menurut Simanjuntak (1998: 3), tenaga kerja
Ketahanan pangan meliputi aspek ketersediaan adalah penduduk yang sudah bekerja atau
bahan pangan, aksesibilitas masyarakat sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan
terhadap bahan pangan dan keamanan pangan. dan melakukan kegiatan lainnya seperti
Lebih dari 90 persen beras yang dikonsumsi di bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Indonesia dihasilkan di dalam negeri dan Walaupun sedang tidak bekerja, mereka
sekitar 95 persen dari beras dalam negeri dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-
tersebut dihasilkan dari lahan sawah (Susanto, waktu dapat ikut serta bekerja. Selanjutnya
2004). menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Luas penguasaan lahan pertanian 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mampu melakukan pekerjaan guna
proses produksi ataupun usaha tani dan usaha menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
atau penguasaan lahan sempit sudah pasti masyarakat.

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 86


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk kerja ini dipakai pada usaha perkebunan dan
1971, 1980 dan 1990 tenaga kerja adalah peternakan yang bersifat agroindustri.
seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 3. Sistem kerja ceblokan, yaitu buruh tani yang
tahun atau lebih) yang potensial dapat bekerja pada seorang petani untuk
memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun mengerjakan semua pekerjaan dalam usaha
2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh taninya sejak mulai bertanam sampai dengan
penduduk berusia 10 tahun ke atas. Namun panen.
sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan 4. Sistem kerja borongan, yaitu buruh tani yang
ketentuan internasional, tenaga kerja adalah upahnya dibayar pada saat semua pekerjaan
penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. selesai dikerjakan yang nilainya sesuai
Berdasarkan keahlian dan pendidikannya perjanjian.
tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga 5. Sistem kerja gotong royong, yaitu sistem
golongan, yaitu (Sukirno, 2005: 6): kerja yang biasanya digunakan pada
1. Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang pekerjaan menyangkut kepentingan umum
berpendidikan rendah dan tidak mempunyai petani, misalnya perbaikan saluran irigasi
keahlian dalam suatu bidang pekerjaan. tersier atau perbaikan gorong-gorong yang
2. Tenaga kerja terampil, yaitu tenaga kerja menuju suatu petak percontohan atau petak
yang mempunyai keahlian dan pendidikan tersier kelompok tani.
atau pengalaman kerja seperti montir mobil,
HASIL PEMBAHASAN
tukang kayu, dan tukang memperbaiki
Gambaran Umum Propinsi Aceh
televisi dan radio.
Propinsi Aceh terletak di ujung Barat
3. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja
yang mempunyai pendidikan yang tinggi Laut Sumatera antara 01o58’37,2” - 06o04’33,6”

dan ahli dalam bidang-bidang tertentu, Lintang Utara dan 94o57’57,6” - 98o17’13,2”
seperti dokter, akuntan, ahli ekonomi, dan Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125
insinyur. meter di atas permukaan laut. Propinsi Aceh
Dalam pertanian ada beberapa sistem beribukotakan Banda Aceh dengan luas wilayah
kerja dan sistem upah yang berlaku, yaitu 56.770,81 km2 atau 5.677.081 Ha (12,26
(Nurmala, 2012: 123-124): persen dari luas pulau Sumatera), wilayah
1. Sistem kerja harian (tetap dan tidak tetap), lautan sejauh 12 mil seluas 7.479.802 Ha
yaitu buruh tani yang bekerja pada seorang dengan garis pantai 2.666,27 km2. Propinsi
petani dan setelah selesai bekerja maka pada Aceh memiliki posisi strategis sebagai pintu
hari itu juga dibayar upahnya. gerbang lalu lintas perdagangan nasional dan
2. Sistem kerja bulanan, yaitu sistem kerja
internasional yang menghubungkan belahan
bulanan yang dibayar sebulan sekali, sistem
dunia timur dan barat dengan batas wilayahnya
87 - Volume 3, No. 1, Februari 2015
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

yaitu sebelah Utara dan Timur berbatasan cenderung menurun, baik pada pengairan secara
dengan Selat Malaka, sebelah Selatan teknis, ½ teknis maupun sederhana.
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Keterbatasan pengembangan lahan irigasi ini
sebelah Barat berbatasan dengan Samudera dapat terjadi karena kurang diperhatikan akan
Indonesia. Satu-satunya hubungan darat pentingnya faktor pengairan tersebut bagi
hanyalah dengan Propinsi Sumatera Utara, pertumbuhan padi dan belum optimalnya
sehingga memiliki ketergantungan yang cukup infrastruktur pengairan di Aceh.
tinggi dengan Propinsi Sumatera Utara. Luas areal irigasi teknis terus meningkat
Secara administratif pada tahun 2012, dari 95.980 Ha pada tahun 1996 menjadi 99.668
Propinsi Aceh dibagi menjadi 18 kabupaten dan Ha di tahun 1997. Sementara pada tahun 1998
5 kota yang terdiri dari 289 kecamatan, 778 sampai 2000 luas areal irigasi teknis menurun
mukim dan 6.423 gampong atau desa. Aceh menjadi 96.899 Ha. Kemudian pada tahun 2001
memiliki 119 pulau, 35 gunung, 73 sungai besar sampai 2003 luas areal irigasi teknis meningkat
dan 2 buah danau. Karakteristik lahan di kembali menjadi 98.899 Ha. Pada tahun 2004
Propinsi Aceh pada tahun 2012, sebagian besar sampai 2008 luas areal irigasi teknis kembali
didominasi oleh hutan, dengan luas 2.290.874 mengalami penurunan menjadi 96.683 Ha
Ha atau 40,35 persen. Penggunaan lahan terluas disebabkan adanya faktor bencana alam gempa
kedua adalah perkebunan rakyat mencapai bumi dan tsunami pada akhir tahun 2004.
800.553 Ha atau 14,10 persen dari luas total Selanjutnya pada tahun 2009 sampai 2011 luas
wilayah Aceh. Luas lahan pertanian sawah areal irigasi teknis terus mengalami
seluas 314.988 Ha atau 5,55 persen dan peningkatan yang sangat drastis, di mana pada
pertanian tanah kering semusim mencapai tahun 2009 luas areal irigasi teknis meningkat
139.053 Ha atau 2,45 persen dan selebihnya menjadi 137.044 Ha, tahun 2010 menjadi
lahan pertambangan, industri, perkampungan, 138.235 Ha, dan tahun 2011 menjadi 206.711
perairan darat, tanah terbuka dan lahan suaka Ha. Namun pada tahun 2012 luas areal irigasi
alam lainnya. teknis kembali mengalami penurunan menjadi
141.490 Ha. Hal ini dapat terjadi karena adanya
Perkembangan Irigasi di Propinsi Aceh
kerusakan pada bendungan utama irigasi,
Pengembangan areal irigasi ini dapat
kondisi umur bangunan, serta kurangnya
dilakukan dengan berbagai jenis pengairan
kepedulian dalam pemeliharaan jaringan irigasi.
yaitu secara teknis, ½ teknis dan sederhana.
Sementara untuk jenis irigasi ½ teknis,
Irigasi menjadi permasalahan besar yang
selama periode tahun 1996 sampai 2012 luas
dialami oleh petani Aceh. Secara keseluruhan
areal irigasi ½ teknis terlihat cenderung
luas areal irigasi di Propinsi Aceh selama
mengalami penurunan. Pada tahun 1997 sampai
periode tahun 1996 sampai 2012 terlihat
1999 luas areal irigasi ½ teknis menurun

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 88


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

menjadi 60.866 Ha dari 117.610 Ha di tahun dari 339.785 Ha pada tahun 1996 menjadi
1996. Tahun 2000 sampai 2003 menurun sebesar 328.123 Ha di tahun 1997. Pada tahun
kembali menjadi 58.015 Ha, dan tahun 2004 1998 luas lahan meningkat menjadi 355.087
sampai 2008 menjadi 44.230 Ha. Namun pada Ha. Sementara pada tahun 1999 sampai 2001
tahun 2009 sampai 2012 luas areal irigasi ½ luas lahan kembali mengalami penurunan dan
teknis meningkat menjadi 44.610 Ha. yang terendah di tahun 2001 yaitu 293.323 Ha.
Selanjutnya untuk jenis irigasi sederhana Pada tahun 2002 sampai 2004 luas lahan
dapat dilihat bahwa luas areal irigasi sederhana kembali mengalami peningkatan, yaitu di tahun
menurun dari 139.552 Ha pada tahun 1996 2002 menjadi 311.062 Ha, tahun 2003 menjadi
menjadi 132.092 Ha di tahun 1997. Kemudian 364.493 Ha, dan tahun 2004 menjadi 367.537
menurun lagi menjadi 71.805 Ha di tahun 1998 Ha. Namun, pada tahun 2005 sampai 2006 luas
sampai 2000. Namun pada tahun 2001 sampai lahan kembali mengalami penurunan, yaitu
2012 luas areal irigasi sederhana terus tahun 2005 menjadi 334.049 Ha dan tahun 2006
meningkat, akan tetapi peningkatan tersebut menjadi 316.912 Ha. Pada tahun 2007 sampai
tidak terlalu besar. Di mana pada tahun 2001 2008 luas lahan kembali mengalami
sampai 2003 luas areal irigasi sederhana peningkatan, yaitu tahun 2007 menjadi 357.269
meningkat menjadi 71.808 Ha, tahun 2004 Ha dan tahun 2008 menjadi 360.717 Ha.
menjadi 74.026 Ha, tahun 2005 sampai 2008 Sementara pada tahun 2009 sampai 2010 luas
menjadi 74.027 Ha, dan tahun 2009 sampai lahan kembali mengalami penurunan, yaitu
2012 menjadi 74.063 Ha. tahun 2009 menjadi 352.066 Ha dan tahun 2010
menjadi 347.727 Ha. Selanjutnya pada tahun
Perkembangan Luas Lahan Panen Padi di
2011 sampai 2012 luas lahan kembali
Propinsi Aceh
Saat ini, jumlah luas lahan pertanian di mengalami peningkatan, yaitu menjadi 375.860
Aceh hampir setiap tahun mengalami Ha pada tahun 2011 dan 381.429 Ha di tahun
pengurangan. Berkurangnya jumlah lahan 2012.
karena adanya peningkatan jumlah dan aktivitas
Perkembangan Tenaga Kerja di Propinsi
penduduk serta pembangunan, sehingga
Aceh
mengakibatkan permintaan terhadap lahan
Sektor pertanian merupakan lapangan
semakin meningkat dan pada akhirnya terjadi
usaha yang paling besar menyerap tenaga kerja
alih fungsi lahan ke penggunaan lain, seperti
dan sebagai lapangan pekerjaan utama bagi
perumahan, sarana pendidikan, pertokoan,
masyarakat Aceh, khususnya dalam
perkantoran, maupun industri
pengembangan usaha tanaman padi. Hal ini
Luas lahan padi di Propinsi Aceh dari
dikarenakan sebagian besar penduduk Aceh
tahun 1996 sampai 2012 cenderung
menyandarkan kegiatannya pada usaha
menunjukkan fluktuasi. Luas lahan menurun

89 - Volume 3, No. 1, Februari 2015


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

penanaman padi sebagai sumber pendapatan lahan (LA) dan tenaga kerja (L) sama dengan
utama nafkahnya. Di mana pertanian nol maka produksi padi di Propinsi Aceh
merupakan tumpuan 60 persen masyarakat sebesar 24,138 ton (anti Ln dari nilai konstanta
Aceh. -3,226).
Dari tahun 1996 sampai 2012 jumlah Nilai koefisien variabel irigasi teknis
tenaga kerja di Propinsi Aceh cenderung (IR1) sebesar 0,130 menggambarkan bahwa
mengalami fluktuasi. Di mana jumlah tenaga irigasi teknis berpengaruh positif terhadap
kerja meningkat dari 452.720 orang pada tahun tingkat produksi padi di Propinsi Aceh. Hal ini
1996 menjadi 463.414 orang di tahun 1997. Hal berarti bahwa apabila areal irigasi teknis
ini disebabkan karena mudahnya penyerapan mengalami kenaikan sebesar 1 Ha maka
tenaga kerja di sektor pertanian. Di samping itu, produksi padi di Propinsi Aceh akan meningkat
pada tahun 1997 terjadi krisis moneter sehingga sebesar 0,130 ton, sebaliknya apabila areal
banyak tenaga kerja di berbagai sektor yang irigasi teknis mengalami penurunan sebesar 1
terkena PHK beralih ke sektor pertanian. Ha maka produksi padi di Propinsi Aceh akan
Sehingga pada tahun 1998 sampai 2004 jumlah menurun sebesar 0,130 ton dengan asumsi
tenaga kerja terus mengalami peningkatan. variabel lain di luar model penelitian dianggap
Sementara pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja konstan.
mengalami penurunan dari 565.608 orang pada Nilai koefisien variabel irigasi ½ teknis
tahun 2004 menjadi 530.917 orang di tahun (IR2) sebesar -0,011 menggambarkan bahwa
2005. Penurunan tersebut disebabkan karena irigasi ½ teknis berpengaruh negatif terhadap
terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami tingkat produksi padi di Propinsi Aceh. Hal ini
pada akhir tahun 2004. Selanjutnya pada tahun berarti bahwa apabila areal irigasi ½ teknis
2006 sampai 2012 jumlah tenaga kerja kembali mengalami kenaikan sebesar 1 Ha maka
mengalami peningkatan. produksi padi di Propinsi Aceh akan menurun
sebesar 0,011 ton, sebaliknya apabila areal
Hasil Analisis Data
irigasi ½ teknis mengalami penurunan sebesar 1
Hasil analisis data yang dilakukan dengan
Ha maka produksi padi di Propinsi Aceh akan
perhitungan Regresi Linear Ordinary Least
meningkat sebesar 0,011 ton dengan asumsi
Square/OLS menghasilkan persamaan sebagai
variabel lain di luar model penelitian dianggap
berikut:
konstan. Irigasi ½ teknis berpengaruh negatif
Ln Q = - 3,226 + 0,130 LnIR1 - 0,011 LnIR2 +
terhadap tingkat produksi padi di Propinsi Aceh
0,021 LnIR3 + 1,047 LnLA + 0,186 LnL
dikarenakan penggunaannya belum efisien atau
Nilai konstanta sebesar -3,226 berarti
masih kurang efektif.
bahwa apabila nilai irigasi teknis (IR1), irigasi
Nilai koefisien variabel irigasi sederhana
½ teknis (IR2), irigasi sederhana (IR3), luas
(IR3) sebesar 0,021 menggambarkan bahwa

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 90


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

irigasi sederhana berpengaruh positif terhadap variabel lain di luar model penelitian dianggap
tingkat produksi padi di Propinsi Aceh. Hal ini konstan.
berarti bahwa apabila areal irigasi sederhana Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
mengalami kenaikan sebesar 1 Ha maka 0,985 menunjukkan bahwa variabel produksi
produksi padi di Propinsi Aceh akan meningkat padi dapat dijelaskan oleh variabel irigasi teknis,
sebesar 0,021 ton, sebaliknya apabila areal irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, luas lahan
irigasi sederhana mengalami penurunan sebesar dan tenaga kerja sebesar 98,5 persen dan
1 Ha maka produksi padi di Propinsi Aceh akan selebihnya sebesar 1,5 persen dijelaskan oleh
menurun sebesar 0,021 ton dengan asumsi variabel lain di luar model penelitian.
variabel lain di luar model penelitian dianggap Sementara nilai koefisien korelasi (R) sebesar
konstan. 0,992 menggambarkan bahwa variabel irigasi
Nilai koefisien variabel luas lahan (LA) teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, luas
sebesar 1,047 menggambarkan bahwa luas lahan dan tenaga kerja mempunyai hubungan
lahan berpengaruh positif terhadap tingkat yang sangat kuat atau erat dengan variabel
produksi padi di Propinsi Aceh. Hal ini berarti produksi padi di Propinsi Aceh yaitu sebesar
bahwa apabila luas lahan mengalami kenaikan 99,2 persen sedangkan sisanya sebesar 0,8
sebesar 1 Ha maka produksi padi di Propinsi persen berhubungan dengan faktor lain di luar
Aceh akan meningkat sebesar 1,047 ton, cakupan penelitian ini.
sebaliknya apabila luas lahan mengalami Secara parsial untuk melihat pengaruh
penurunan sebesar 1 Ha maka produksi padi di irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana,
Propinsi Aceh akan menurun sebesar 1,047 ton luas lahan, dan tenaga kerja dari masing-masing
dengan asumsi variabel lain di luar model faktor produksi yang diamati pada penelitian ini
penelitian dianggap konstan. digunakan uji t pada tingkat kepercayaan
Nilai koefisien variabel tenaga kerja (L) (Convidence Interval) 90 persen dengan taraf
sebesar 0,186 menggambarkan bahwa jumlah signifikansi (α) 10 persen menggunakan
tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pengujian satu arah (One Tailed).
tingkat produksi padi di Propinsi Aceh. Hal ini Hasil uji konstanta diperoleh nilai -thit =
berarti bahwa apabila jumlah tenaga kerja -1,903 < -ttab = -1,337 dan nilai Sig = 0,084
mengalami kenaikan sebanyak 1 orang maka < α = 0,1 dengan demikian Ho ditolak dan Ha
produksi padi di Propinsi Aceh akan meningkat diterima. Hal ini berarti bahwa secara parsial
sebesar 0,186 ton, sebaliknya apabila jumlah konstanta model regresi berpengaruh signifikan
tenaga kerja mengalami penurunan sebanyak 1 terhadap produksi padi di Propinsi Aceh.
orang maka produksi padi di Propinsi Aceh Hasil uji koefisien irigasi teknis
akan menurun sebesar 0,186 ton dengan asumsi diperoleh nilai thit = 6,023 > ttab = 1,337 dan
nilai Sig = 0,000 < α = 0,1 dengan demikian Ho

91 - Volume 3, No. 1, Februari 2015


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa parsial variabel tenaga kerja berpengaruh
secara parsial variabel irigasi teknis signifikan terhadap produksi padi di Propinsi
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi Aceh.
di Propinsi Aceh. Berdasarkan uji hipotesis dengan
Hasil uji koefisien irigasi ½ teknis menggunakan uji F, diperoleh nilai
diperoleh nilai -thit = -0,455 > -ttab = -1,337 dan Fhit = 140,784 > Ftab = 3,20 dan Sig. F
nilai Sig = 0,658 > α = 0,1 dengan demikian Ho = 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa Dengan demikian secara bersama-sama
secara parsial variabel irigasi ½ teknis tidak (keseluruhan) variabel irigasi teknis, irigasi ½
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi teknis, irigasi sederhana, luas lahan dan tenaga
di Propinsi Aceh, artinya penggunaan irigasi ½ kerja berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
teknis belum efisien atau masih kurang variabel produksi padi di Propinsi Aceh.
sehingga perlu ditingkatkan agar dapat Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
memaksimalkan produksi padi. 0,985 menunjukkan bahwa variabel produksi padi
Hasil uji koefisien irigasi sederhana dapat dijelaskan oleh variabel irigasi teknis, irigasi
diperoleh nilai thit = 0,719 < ttab = 1,337 dan ½ teknis, irigasi sederhana, luas lahan dan tenaga
nilai Sig = 0,487 > α = 0,1 dengan demikian Ho kerja sebesar 98,5 persen dan selebihnya sebesar 1,5
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model
secara parsial variabel irigasi sederhana tidak penelitian. Sementara nilai koefisien korelasi (R)
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sebesar 0,992 menggambarkan bahwa variabel
di Propinsi Aceh, artinya penggunaan irigasi irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana,
sederhana belum efisien atau masih kurang luas lahan dan tenaga kerja mempunyai hubungan
sehingga perlu ditingkatkan agar dapat yang sangat kuat atau erat dengan variabel produksi
memaksimalkan produksi padi. padi di Propinsi Aceh yaitu sebesar 99,2 persen
Hasil uji koefisien luas lahan diperoleh sedangkan sisanya sebesar 0,8 persen berhubungan
nilai thit = 17,835 > ttab = 1,3373 dan nilai Sig = dengan faktor lain di luar cakupan penelitian ini.
000 < α = 0,1 dengan demikian Ho ditolak dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara
Kesimpulan
parsial variabel luas lahan berpengaruh
Variabel irigasi teknis, irigasi sederhana,
signifikan terhadap produksi padi di Propinsi
luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif
Aceh.
terhadap produksi padi di Propinsi Aceh,
Hasil uji koefisien tenaga kerja diperoleh
sedangkan irigasi ½ teknis berpengaruh negatif
nilai thit = 1,823 > ttab = 1,337 dan nilai Sig =
terhadap produksi padi di Propinsi Aceh
0,096 < α = 0,1 dengan demikian Ho ditolak
dikarenakan penggunaannya belum efisien atau
dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa secara

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 92


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

masih kurang efektif. Secara parsial irigasi infrastruktur irigasi dan pengelolaannya
teknis, luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh terutama pada irigasi ½ teknis dan irigasi
signifikan terhadap produksi padi di Propinsi sederhana, serta membangun jaringan irigasi
Aceh, sedangkan irigasi ½ teknis dan irigasi teknis yang baru sehingga irigasi ½ teknis
sederhana tidak berpengaruh signifikan dan irigasi sederhana dapat dikembangkan
terhadap produksi padi di Propinsi Aceh karena menjadi irigasi teknis yang pada akhirnya
penggunaannya belum efisien atau masih dapat meningkatkan produksi padi.
kurang sehingga perlu ditingkatkan agar dapat 2. Dinas terkait baik Dinas Pengairan dan SDA
memaksimalkan produksi padi di Propinsi Aceh. maupun Dinas Pertanian hendaknya
Secara simultan hasil uji F menunjukkan Fhit = bekerjasama dalam memelihara jaringan
140,784 > Ftab = 3,20 sehingga secara irigasi yang ada agar tetap dapat
keseluruhan irigasi teknis, irigasi ½ teknis, dipertahankan fungsinya, serta memperluas
irigasi sederhana, luas lahan dan tenaga kerja akses irigasi agar produksi padi dapat
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi ditingkatkan.
di Propinsi Aceh. 3. Tenaga kerja diharapkan dapat menambah
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar pengetahuan serta kemampuannya dalam
0,985 menunjukkan bahwa variabel produksi meningkatkan produksi padi.
padi dapat dijelaskan oleh variabel irigasi teknis,
DAFTAR PUSTAKA
irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, luas lahan
dan tenaga kerja sebesar 98,5 persen dan Buku

selebihnya sebesar 1,5 persen dijelaskan oleh Anonymous. 2003. Undang-Undang RI Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
variabel lain di luar model penelitian. Nilai
koefisien korelasi (R) sebesar 0,992 Anonymous. 2006. Peraturan Pemerintah RI
Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
menggambarkan bahwa variabel irigasi teknis,
Algifari. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: BPFE.
irigasi ½ teknis, irigasi sederhana, luas lahan
dan tenaga kerja mempunyai hubungan yang Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Mikro, Ikhtisar
Teori dan Soal Jawab. Yogyakarta: BPFE-
sangat kuat atau erat dengan variabel produksi Yogyakarta.
padi di Propinsi Aceh yaitu sebesar 99,2 persen
BPS. 1994-2013. Aceh dalam Angka. Aceh: BPS.
sedangkan sisanya sebesar 0,8 persen
____. 2012. Statistik Daerah Provinsi Aceh 2012.
berhubungan dengan faktor lain di luar cakupan Aceh: BPS.
penelitian ini.
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Saran
Gujarati, D.N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika.
1. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan Jakarta: Erlangga.
Ghozali, Iman. 2005. Aplikasi Analisis
anggarannya untuk memperbaiki
Multivariate dengan Program SPSS.

93 - Volume 3, No. 1, Februari 2015


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Semarang: Badan Penerbit Universitas Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: UBPress.
Diponegoro.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi
Hasyim, H. 2007. Analisis Faktor-faktor yang dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Cobb-Douglas. Jakarta: Rajawali Press.
Sumatera Utara. Tesis (tidak
dipublikasikan). PPS Universitas Sumatera Sudarmanto, R.G. 2005. Analisis Regresi Linear
Utara. Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Nasution, M.I. 2006. “Dampak Proyek Irigasi
Namusira-Sira terhadap Pembangunan Sugiarto. 2002. Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian
Wilayah Pedesaan di Kecamatan Sei Bingei Komprehensif. Jakarta: PT. Gramedia
Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara”. Pustaka Utama.
Tesis (tidak dipublikasikan). PPS
Universitas Sumatera Utara. Sugiarto. 2008. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Produksi Padi Sawah
Nurmala, T. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. di Kabupaten Dharmasraya. Tesis (tidak
Yogyakarta: Graha Ilmu. dipublikasikan). PPS Universitas Andalas.

Padang, A.H. 2010. Pengaruh Proyek Irgasi Sukirno, S. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi.
Pongkolen terhadap Pengembangan Wilayah Jakarta: Rajawali Persada.
Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak
Bharat. Tesis (tidak dipublikasikan). PPS Suryana, S. 2007. Analisis Faktor-faktor yang
Universitas Sumatera Utara. Mempengaruhi Produksi Jagung di
Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi
Pasay, N., dan Haidy A. 1994. Teori Ekonomi Jagung Hibrida di Kecamatan Banjarejo
Mikro: Suatu Analisis Produksi Terapan. Kabupaten Blora). Tesis (tidak
Jakarta: LP-FEUI. dipublikasikan). PPS Universitas
Diponegoro.
Perman, R. 1997. Natural Resource and
Environmental Economics. Yue Ma: James Susanto, U. 2004. Retrospek dan Prospek Peranan
McGilvray. Pemuliaan Tanaman Padi dalam Dinamika
Perkembangan Zaman. Tesis (tidak
Raharja, P., dan Mandala, M. 2008. Pengantar Ilmu dipublikasikan). PPS Institut Pertanian
Ekonomi (Mikroekonomi & Bogor.
Makroekonomi). Jakarta: LP-FEUI.
Triyanto, J. 2006. Analisis Produksi Padi di Jawa
Samuelson, Paul A, dan William D. Nordhaus. 1992. Tengah. Tesis (tidak dipublikasikan). PPS
Mikro Ekonomi, Edisi Keempatbelas. Universitas Diponegoro Semarang.
Jakarta: Erlangga.
Jurnal
Setyohadi, H.A. 2005. Kajian Manfaat Jaringan
Irigasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Arianti, N.N. 2010. “Analisis Produksi dan
Sektor Pertanian Kabupaten Magelang. Tesis pendapatan Usahatani Padi pada Daerah
(tidak dipublikasikan). Institut Teknologi sentra dan Non-Sentra di Kabupaten
Bandung. Lebong”. Jurnal Agribis. Vol. 2, No. 2, Juli
2010.
Simanjuntak, P. J. 1998. Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Damayanti, L. 2013. “Faktor-faktor yang
Armico. Mempengaruhi Produksi, Pendapatan dan
Kesempatan Kerja pada Usaha Tani Padi
Sawah di Daerah Irigasi Parigi Moutong”.
Simanjuntak, E. 2014. Peluang Investasi Jurnal SEPA. Vol. 9, No. 2, Februari 2013:
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum. 249-259.
Jakarta: Pusat Kajian Strategis Kementerian
Pekerjaan Umum. Effendy. 2010. “Efisiensi Faktor Produksi dan
Pendapatan Padi Sawah di Desa Masani
Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso”. J.

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 94


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Agroland. Vol. 17, No. 3, Desember 2010: Padi Sawah di Desa Mopuya Utara
233-240. Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten
Bolaang Mongondow”. ASE. Vol. 7, No. 1,
Hermantoro. 2011. “Teknologi Inovatif Irigasi Lahan Januari 2011: 38-47.
Kering dan Lahan Basah Studi Kasus untuk
Tanaman Lada Perdu”. Agroteknose. Vol. V, Zuriani. 2013. “Analisis Produksi dan Produktivitas
No. 1, 2011: 37-44. Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara”.
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. Vol. 4,
Kadir, Z. A dan Abdullah, A. 2010. “Pengaruh No. 1, Juli 2013: 59-64.
Irigasi Langkemme dalam Kehidupan Sosial
Budaya Komunitas Petani Sawah di Desa Web
Timusu Kecamatan Liliriaja Kabupaten
Soppeng”. Jurnal Agrisistem. Vol. 6, No. 1, Haryono, D. 2004. Dampak Pembangunan
Juni 2010: 24-35. Jaringan Irigasi terhadap Produksi,
Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan.
Kasiran. 2006. “Teknologi Irigasi Tetes Ro Drip http://dedyozep.blogspot.com/
untuk budidaya Tanaman Sayuran di Lahan 2010/06/dampak-pembangunan-jaringan-
Kering Dataran Rendah”. Jurnal Sains dan irigasi.html. Diakses 30 Agustus 2013.
Teknologi Indonesia. Vol. 8, No. 1, April
2006: 26-30. Mahlianurrahman. 2013. Irigasi Kunci
Keberhasilan Petani Aceh. http://atjehpost.
Kusnadi, N. 2011. “Analisis Efisiensi Usahatani com/saleum_read/2013/03/14/43750/77/3/irig
Padi di Beberapa Sentra Produksi Padi di asi-kunci-keberhasilan-petani-
Indonesia”. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 29, Aceh#sthash.eljSt2rw.dpuf. Diakses 14 Maret
No. 1, Mei 2011: 25-48. 2013.

Mahananto. 2009. “Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Produksi Padi, Studi Kasus di
Kecamatan Nogosari Boyolali Jawa Tengah”.
Wacana. Vol. 12, No.1. Januari 2009: 179-
191.

Muzdalifah. 2011. “Analisis Produksi dan Efisiensi


Usahatani Padi di Kabupaten Banjar”. Jurnal
Agribisnis Perdesaan. Vol. 01, No. 04,
Desember 2011.

Novianto, F.W., dan Eni, S. 2009. “Analisis Produksi


Padi Organik di Kabupaten Sragen Tahun
2008”. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol. 10, No. 2, Desember 2009: 267-288.

Rahayu, W., dan Erlyna W. R. 2010. “Analisis


Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor
Produksi pada Usahatani Kedelai di
Kabupaten Sukoharjo”. Caraka Tani. Vol.
XXV, No. 1, Maret 2010.

Sahara, D., dan Idris. 2005. “Efisiensi Produksi


Sistem Usahatani Padi pada Lahan Sawah
Irigasi Teknis”. Jurnal Penelitian
Pertanian. Vol. 3, No. 2, Desember 2005: 1-
10.

Suzanna, B.O.L. 2011. “Analisis Efisiensi


Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani

95 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

You might also like