Professional Documents
Culture Documents
SAP - Karunia Kurotu Aeni
SAP - Karunia Kurotu Aeni
Disusun Oleh:
3. Motivasi Belajar
Ny. S dan keluarga tertarik untuk memahami lebih dalam mengenai Komplikasi
Diabetes Melitus Akut, karena ingin hidup lebih berkualitas dan kondisinya lebih
membaik.
4. Kemampuan Membaca
Ny. S dan keluarga mampu membaca isi Leaflet dan memahami dengan baik.
a. Faktor Pemungkin
1) Keterampilan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan penguasaan materi
yang baik mengenai penyakit Diabetes oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta jurusan Keperawatan.
2) Tersedia media berupa Leaflet mengenai Diabetes Melitus dengan Komplikasi
Akut. Diharapkan Ny. S dan keluarga dapat memahami tentang Diabetes Melitus
dengan komplikasi Akut.
b. Faktor Penguat
B. Analisa Data
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Ceramah Kegiatan Peserta
Pembukaan :
Memberi salam Menjawab salam,
1 5 menit Menjelaskan tujuan ceramah mendengarkan dan
Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan
2 20 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi ceramah secara Menyimak dan
berurutan dan teratur. memberikan
Materi : kesempatan untuk
a. Menjelaskan pengertian bertanya
diabetes melitus
b. Menyebutkan faktor-faktor
penyebab penyakit diabetes
mellitus
c. Menyebutkan tanda dan
gejala-gejala diabetes
melitus
d. Menyebutkan komplikasi
(Penyulit) dari diabettes
mellitus
e. Menjelaskan faktor, gejala,
pencegahan komplikasi akut
diabetes
Evaluasi :
a. Menyimpulkan inti ceramah.
b. Menyampaikan secara singkat
materi ceramah.
c. Memberi kesempatan kepada
Menyimak,
peserta untuk mengulang materi
3 10 menit mempraktekkan dan
yang disampaikan.
mendengarkan
d. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya.
e. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan.
Penutup :
Menyimpulkan materi ceramah
yang telah disampaikan.
4 10 menit Menyampaikan terimakasih atas Menjawab salam
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
Mengucapkan salam
E. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi Proses
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua (ADA,
2010).
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai
peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), disebabkan karena ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat di gunakan
untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan
glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel
menjadi kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel
(Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek, 2017).
a. Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes Mellitus
sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut. semakin bertambahnya
umur, maka risiko menderita Diabetes Mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun
(kelompok risiko tinggi).
b. Jenis kelamin
Distribusi penderita Diabetes Mellitus menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di
Amerika Serikat penderita Diabetes Mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan
daripada laki-laki. Namun, mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan
Diabetes Mellitus belum jelas.
c. Faktor keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan. Adanya riwayat Diabetes Mellitus dalam
keluarga terutama orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar terkena
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes
Mellitus. Ahli menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Umumnya, laki-laki menjadi penderita sesungguhnya,
sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-
anaknya.
Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu hamil. Biasanya Diabetes
Mellitus akan hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi Diabetes Mellitus
dikemudian hari. Ibu hamil yang menderita Diabetes Mellitus akan melahirkan bayi besar
dengan berat lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar si
ibu akan mengidap Diabetes Melitus tipe II kelak.
a. Obesitas
Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas merupakan factor
predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh
maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau
kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut. Lemak dapat memblokir
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas merupakan
faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe II dimana sekitar 80-90% penderita
mengalami obesitas
c. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat
badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. kurang
gizi (malnutrisi) dapat mengganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan gangguan
sekresi insulin. Sedangkan kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan kerja
insulin.
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar glukosa darah yang tinggi.
Jika kadar glukosa darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa akan dikeluarkan
melalui kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri). Akibatnya, penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum
(polidipsi) (Maulana, 2008). Menurut (Syahbudin, 2007) gejala Diabetes Mellitus adalah
adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, berat badan
turun dengan cepat, penderita lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, penglihatan
kabur, gairah seks menurun, dan luka sulit untuk sembuh
Gula atau glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Untuk masuk ke
dalam sel-sel tubuh dan diolah menjadi energi, glukosa memerlukan bantuan dari insulin.
Namun, pada penderita diabetes melitus, insulin di dalam tubuhnya mengalami gangguan
sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya.
Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan energi, sel-sel tubuh akhirnya mengolah
lemak menjadi energi. Salah satu zat sisa hasil pengolahan lemak adalah zat yang bersifat
asam, yaitu keton. Jika terus berlanjut, keton akan makin menumpuk di dalam tubuh.
Akibatnya, kadar asam dalam darah akan menjadi tinggi (asidosis).
Terkadang, ketoasi dosis diabetik bisa menjadi pertanda awal dari sebuah
penyakit diabetes melitus pada orang yang belum pernah didiagnosis menderita diabetes.
Gejala ketoasidosis diabetik bisa memburuk dalam waktu yang cepat. Saat
penderita diabetes mengalami asidosis akibat penumpukan keton, akan muncul sejumlah
keluhan berikut:
Segera ke IGD bila mengalami gejala di atas atau kadar gula darah Anda
konsisten di atas 300 mg/dL. Jika hal itu terjadi pada orang di sekitar Anda, segera bawa
ia ke rumah sakit agar segera diobati. Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi akibat
ketoasidosis diabetik bisa dihindari.
Penderita diabetes harus mengikuti program pengobatan yang diberikan
oleh dokter dan melakukan kontrol secara rutin. Penderita juga harus lebih sering
memeriksa kadar gula darah ketika sedang cedera, sakit, stres, atau merasa tidak enak
badan. Hal ini dilakukan agar komplikasi diabetes melitus bisa dideteksi lebih dini.
Penderita diabetes perlu mematuhi anjuran pengobatan dari dokter sebagai upaya
untuk menghindari terjadinya ketoadosis diabetik. Beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mencegah ketoadosis diabetik adalah:
Pastikan untuk selalu minum obat antidiabetes dan menggunakan insulin sesuai
dengan jadwal.
Ubah kadar insulin sesuai dengan kebutuhan berdasarkan petunjuk dokter.
Lakukan olahraga secara rutin.
Konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air putih minimal 8 gelas sehari atau
sesuai kebutuhan.
Periksa kadar gula darah 3–4 kali sehari, terlebih jika sedang sakit.
Periksakan diri ke dokter jika mengalami infeksi, stres, terserang penyakit lain,
serta ketika kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya.
Menurut studi dari jurnal American Family Phisician terdapat berbagai faktor lain yang
dapat memicu kenaikan gula darah penderita diabetes menjadi sangat ekstrem seperti berikut.
Obat-obatan diuretik yang menurunkan toleransi gula dalam tubuh atau membuang
cairan dari tubuh.
Keberadaan penyakit kronis lain, seperti stroke, penyakit jantung, dan gangguan
fungsi ginjal.
Ketika gula di dalam darah terlalu tinggi, ginjal akan mencoba mengeluarkan kelebihan
gula yang menumpuk melalui urine. Pada kondisi HHS, pembuangan gula darah melalui urine
yang terlalu sering lantas menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga mengalami
dehidrasi. Alih-alih menurunkan kadar gula darah, kondisi dehidrasi malah mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh sehingga darah menjadi terlalu kental
(hiperosmolaritas). Pengentalan darah selanjutnya dapat menimbulkan pembengkakan pembuluh
darah (edema) di otak.
mulut kering,
demam,
halusinasi,
kehilangan kesadaran.
Kondisi HHS dan gejalanya memiliki kemiripan dengan komplikasi diabetes lain seperti
ketoasidosis diabetik. Keduanya sama-sama menimbulkan gejala sering buang air kecil dan
dehidrasi. Akan tetapi, ketoasidosis diabetik dan HHS tidak sama. Ketoasidosis diabetik
merupakan komplikasi yang umum terjadi pada diabetes tipe 1. ada kondisi tersebut, pengeluaran
gula darah melalui urine menyebabkan penumpukan zat keton (asam darah) dari pembakaran
lemak karena kurangnya hormon insulin. Pada diabetes tipe 2, yang terjadi justru sebaliknya,
hormon insulin berlebih di dalam darah karena insulin tidak bekerja optimal (resistansi insulin)
sehingga tidak menyebabkan penumpukan keton. Oleh karena itu, Hiperosmolar Hyperglycemic
State ini dikenal juga dengan Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketotik (HHNK).
Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter ketika kadar gula darah terus tinggi atau
naik dari target kadar gula darah yang semestinya.Terutama jika Anda mengalami beberapa
gejala HHS seperti yang telah disebutkan.
Sementara itu segera cari pertologan ke unit gawat darurat jika mengalami tanda dan gejala HHS
seperti:
kadar gula darah mencapai 400 mg/dL meskipun telah minum obat sesuai yang
dianjurkan dokter,
penurunan penglihatan,
kejang-kejang, dan
kehilangan kesadaran.
Hal terpenting yang perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi HHS dari penyakit diabetes
adalah dengan menjaga kadar gula darah tetap normal, terutama pada saat sakit dan mengalami
penyakit infeksi.
Anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mencegahnya.
Memeriksa kadar gula darah Anda secara teratur, terutama jika Anda merasa sakit.
Segera menemui dokter ketika mengetahui kadar gula darah sudah terlalu tinggi.
Beri tahu keluarga, teman, rekan kerja, atau orang terdekat Anda mengenai tanda-
tanda dari HHS dan minta mereka untuk mencari pertolongan medis sesegera
mungkin.
3. Hipoglikemia
a. Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa alias kadar gula darah berada di
bawah angka normal. Pada kondisi yang parah, kadar gula bisa sangat rendah sehingga
berisiko memicu komplikasi berbahaya. Secara umum, seseorang bisa dikatakan mengalami
kondisi ini jika kadar gula darah berada di bawah 60 mg/dL.
b. Penyebab Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi akut pada pengidap diabetes. Kondisi ini bisa saja
muncul meski pengidap diabetes menggunakan insulin dalam dosis normal. Biasanya,
kondisi ini muncul akibat tubuh kekurangan asupan karbohidrat. Penyebab lainnya nisa
dipicu karena aktivitas fisik yang terlalu banyak, tidak cukup mengonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat, lupa makan, atau menunda makan.
Di sisi lain, menurunnya kadar gula darah juga bisa disebabkan oleh penggunaan
suntikan insulin yang berlebihan pada pengidap diabetes tipe 1. Penggunaan insulin melebihi
dosis bisa memicu pelepasan zat insulin tubuh yang berlebihan. Hal inilah yang kemudian
bisa memicu penurunan kadar gula dalam darah.
Hipoglikemia juga bisa dialami oleh orang yang tidak mengidap diabetes. Biasanya,
kondisi ini bisa muncul akibat efek samping obat-obatan untuk hipertensi, asam salisilat
untuk rematik, dan kina untuk malaria. Kadar gula darah rendah pada non pengidap diabetes
juga bisa disebabkan oleh kekurangan nutrisi.
Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh sejumlah faktor seperti mengidap penyakit
Addison (kelainan pada kelenjar adrenal), mengidap penyakit yang menyerang kelenjar
tiroid, kelenjar adrenal, ginjal, atau hati, produksi insulin yang terlalu banyak oleh pankreas,
akibat dari kondisi obesitas. Penyebab lainnya adalah terlalu banyak mengonsumsi
karbohidrat, tumor pada pankreas, atau efek samping dari operasi bypass lambung,
melakukan puasa, serta terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
d. Gejala Hipoglikemia
Ada beberapa gejala yang bisa dikenali sebagai tanda hipoglikemia. Biasanya, gejala
bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan. Berikut beberapa gejala yang bisa
menjadi tanda kondisi ini:
Berkeringat dingin.
Bibir kesemutan.
Jantung berdebar-debar
Merasa lapar.
Mudah marah.
Sulit berkonsentrasi.
Gangguan penglihatan.
Tampak kebingungan.
Kehilangan kesadaran.
e. Diagnosis Hipoglikemia
f. Pengobatan Hipoglikemia
Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali jika bisa.
Segera hubungi dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan terbaik jika
mengalami gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dan cepat akan semakin baik demi
proses pengobatan dan penyembuhan.
4. Hiperglikemia
a. Pengertian
Hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi adalah kondisi ketika kadar gula di dalam
darah melebihi batas normal. Kondisi ini sering terjadi pada penderita diabetes
yang tidak menjalani gaya hidup sehat atau tidak mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
Glukosa atau gula darah adalah sumber energi utama bagi tubuh. Zat ini bisa
didapatkan dari makanan, seperti nasi, sayur-sayuran, atau buah-buahan. Pada keadaan
tertentu, tubuh juga dapat menghasilkan gula dari cadangan energi yang disimpan
b. Penyebab Hiperglikemia
Hiperglikemia erat hubungannya dengan diabetes, walau ada juga hiperglikemia yang
tidak disebabkan oleh kondisi tersebut. Pada dasarnya, hiperglikemia dapat terjadi akibat
asupan gula terlalu banyak, tubuh memproduksi gula darah berlebih, atau terdapat gangguan
pada proses pengubahan gula darah menjadi energi.
Menderita diabetes tipe 1, yaitu kondisi ketika tubuh tidak memiliki insulin yang
cukup
Menderita diabetes tipe 2, yaitu kondisi yang menyebabkan sel tubuh tidak sensitif
terhadap hormon insulin (resistensi insulin)
Jarang berolahraga
Mengalami stres yang berat
Habis menjalani operasi atau mengalami trauma, seperti cedera atau luka bakar
c. Faktor risiko hiperglikemia
Hiperglikemia dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih berisiko terjadi pada
seseorang dengan kondisi berikut:
d. Gejala Hiperglikemia
Gejala hiperglikemia biasanya muncul ketika kadar gula darah meningkat secara
signifikan, umumnya ketika di atas 180–200 mg/dL. Gejala tersebut dapat berkembang
secara perlahan selama beberapa hari hingga minggu.
Semakin lama gula darah berada pada kadar yang tinggi, maka semakin serius gejala
yang dapat dialami. Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat terjadi akibat kadar gula
darah tinggi:
Mudah lelah
Sakit kepala
Pandangan kabur
Sulit berkonsentrasi
Keputihan
Diare dan muntah
Kadar gula darah tidak stabil atau melebihi 240 mg/dL, meskipun telah minum
obat penurun gula darah
Selain itu, segera ke IGD atau dokter terdekat jika Anda mengalami:
Sakit perut
Mual dan muntah hingga tidak bisa makan atau minum apa pun
Sesak napas
Mulut kering
Linglung
f. Diagnosis Hiperglikemia
Pada awal proses diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan
keluhan yang dialami, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, sampel darah diambil dengan jarum suntik
melalui pembuluh darah di bagian lengan atau paha.
Pada kondisi normal, kadar gula darah di dalam tubuh adalah 70ꟷ99 mg/dL sebelum
makan, dan kurang dari 140 mg/dL setelah makan. Seseorang dapat dikatakan mengalami
hiperglikemia jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula darahnya melebihi 140 mg/dL.
Tes gula darah puasa (GDP), untuk memeriksa kadar gula darah setelah pasien
berpuasa selama 8 jam
Oral glucose tolerance test, untuk memeriksa kadar gula darah setelah
meminum cairan yang mengandung glukosa
Tes haemoglobin A1c (HbA1c), untuk memeriksa kadar gula darah pasien
dalam 3 bulan terakhir
g. Pengobatan Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat, seperti:
h. Komplikasi Hiperglikemia
Kerusakan ginjal
i. Pencegahan Hiperglikemia
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperglikemia, terutama
pada penderita diabetes, yaitu: