You are on page 1of 27

TUGAS KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI

PENYULIT DM DAN RESIKONYA (AKUT)

Disusun Oleh:

Karunia Kurotu Aeni (P07120219003)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


A. Pengkajian Kebutuhan Belajar
Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa semester 7 Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta Jurusan Keperawatan terhadap Ny. S dan keluarga. Pengkajian dilakukan di
Rumah Ny. S dengan metode diskusi dan tanya jawab. Hasil Pengkajian sebagai berikut:
1. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Ny. S adalah seorang perempuan lansia yang berusia 69 tahun yang didiagnosa
mengalami diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu (tahun 2017). Menurut Keluarga, Ny.
S kadang lupa meminum obat rutinnya, pasien berobat rutun di peskesmas, mendapat
terapi metformin dan glimipirin. Pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing sejak 3
hari yang lalu.
2. Kesiapan Belajar

Ny. S dan keluarga menyediakan waktu luangnya untuk menerima KIE


(Kesehatan Informasi, dan Edukasi) mengenai Penyulit (Komplikasi) Diabetes Melitus
Akut yang diberikan oleh mahasiswa Poltekkes. Ny. S dan keluarga tidak tahu
mengenai Komplikasi Diabetes Melitus Akut pada cara pencegahannya, sehingga
banyak yang mengajukan pertanyaan.

3. Motivasi Belajar

Ny. S dan keluarga tertarik untuk memahami lebih dalam mengenai Komplikasi
Diabetes Melitus Akut, karena ingin hidup lebih berkualitas dan kondisinya lebih
membaik.

4. Kemampuan Membaca

Ny. S dan keluarga mampu membaca isi Leaflet dan memahami dengan baik.

a. Faktor Pemungkin
1) Keterampilan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan penguasaan materi
yang baik mengenai penyakit Diabetes oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta jurusan Keperawatan.
2) Tersedia media berupa Leaflet mengenai Diabetes Melitus dengan Komplikasi
Akut. Diharapkan Ny. S dan keluarga dapat memahami tentang Diabetes Melitus
dengan komplikasi Akut.
b. Faktor Penguat

Rencana penyuluhan tentang penyakit diabetes didukung dengan Keluarga


Ny. S. Selain itu, Ny. S dan keluarga menyatakan dengan senang hati menanggapi
penyuluhaan tentang Diabetes Melitus dengan Komplikasi Akut yang akan dilakukan.

B. Analisa Data

Data Diagnosa Keperawatan Penyebab


DS : Ketidakstabilan Kadar
Hiperglikemia (Kurang
1. Pasien mengatakan Glukosa Darah (D.0027)
terpaparnya Informasi
badan terasa lemas.
mengenai Manajemen
2. Pasien mengatakan
Hiperglikemia)
pusing sejak 3 hari yang
lalu.
3. Pesien mengatakan
mengalami diabetes
melitus sejak 5 tahun
yang lalu
4. Keluarga Pasien
mengatakan pasien rutin
control di Puskesmas
namun kadang lupa
minum obat.
DO :
1. TD : 140/90 mmHg
HR : 101 x/menit
Suhu : 37,6oC
RR : 21 x/menit
2. Pasien tampak pucat
3. GDS 3 hari yang lalu :
450 mg/dl
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Diabetes Melitus


Sub pokok bahasan : Penatalaksanaan keperawatan pasien diabetes melitus komplikasi
( Penyulit) akut
Pertemuan : 1 x pertemuan
Hari/Tanggal : Senin 31 Oktober 2022
Waktu : 45 menit
Tempat : Rumah Pasien
Sasaran : Pasien DM
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelajaran tentang penyakit diabetes melitus dengan komplikasi (Penyulit)
akut dan perawatannya dalam waktu 45 menit, diharapkan sasaran mampu menjelaskan tentang
penyakit diabetes mellitus dan menerapkan perawatan yang tepat pada diri sendiri dan anggota
keluarga dengan penyakit diabetes melitus.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
a. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
b. Menyebutkan penyebab diabetes melitus
c. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus
d. Menyebutkan komplikasi (Penyulit) akut diabetes melitus
e. Menyebutkan faktor, tanda gejala dan cara pencegahan komplikasi DM akut
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian penyakit diabetes melitus.
2. Penyebab penyakit diabetes melitus.
3. Tanda dan gejala dari penyakit diabetes melitus.
4. Komplikasi (Penyulit) DM Akut penyakit diabetes melitus.
5. Faktor, tanda gejala, dan pencegahan komplikasi akut diabetes
C. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet

D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Ceramah Kegiatan Peserta
Pembukaan :
 Memberi salam Menjawab salam,
1 5 menit  Menjelaskan tujuan ceramah mendengarkan dan
 Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan
2 20 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan materi ceramah secara Menyimak dan
berurutan dan teratur. memberikan
Materi : kesempatan untuk
a. Menjelaskan pengertian bertanya
diabetes melitus
b. Menyebutkan faktor-faktor
penyebab penyakit diabetes
mellitus
c. Menyebutkan tanda dan
gejala-gejala diabetes
melitus
d. Menyebutkan komplikasi
(Penyulit) dari diabettes
mellitus
e. Menjelaskan faktor, gejala,
pencegahan komplikasi akut
diabetes

Evaluasi :
a. Menyimpulkan inti ceramah.
b. Menyampaikan secara singkat
materi ceramah.
c. Memberi kesempatan kepada
Menyimak,
peserta untuk mengulang materi
3 10 menit mempraktekkan dan
yang disampaikan.
mendengarkan
d. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya.
e. Memberi kesempatan kepada
peserta untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan.
Penutup :
 Menyimpulkan materi ceramah
yang telah disampaikan.
4 10 menit  Menyampaikan terimakasih atas Menjawab salam
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
 Mengucapkan salam

E. EVALUASI

1. Evaluasi struktur

a. Rancangan Penyuluhan telah dikonsultasikan selama 1 hari sebelumnya

b. Peralatan dan media telah dipersiapkan selama 1 hari sebelumnya

c. Pembagian tugas telah dilaksanakan


d. Kontrak tempat dan waktu penyuluhan selama 3 hari sebelumnya

2. Evaluasi Proses

a. Peserta penyuluhan yang hadir pada pertemuan pendidikan


kesehatan adalah 1 orang atau lebih
b. Setiap peserta aktif pada penyuluhan dan kegiatan tanya jawab
c. Setiap anggota kelompok pelaksana penyuluhan menjalankan
tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab
3. Evaluasi Akhir

a. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan rencana yang telah dirancang

b. Setiap peserta yang hadir pada penyuluhan dapat menjawab


pertanyaan evaluasi tentang penyuluhan yang disampaikan
Lampiran
MATERI

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua (ADA,
2010).
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai
peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi), disebabkan karena ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat di gunakan
untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan
glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah, sementara sel
menjadi kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel
(Izzati & Nirmala dalam Meivi I.Derek, 2017).

B. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS


Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes Association, 2010 adalah
sebagai berikut.
a. Diabetes Melitus tipe I
Pada Diabetes Melitus tipe I (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering terjadi
pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin
mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit
atau tidak langsung dapat diproduksi. Hanya sekitar 10% dari semua penderita Diabetes
Mellitus menderita tipe I. Diabetes tipe I kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun.
b. Diabetes Melitus tipe II
Diabetes Melitus tipe II ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-
kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh manusia resisten
terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Diabetes Mellitus tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur
lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini
meliputi 2-5% daripada seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena
dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar (Suyono, 2011).
Diabetes tipe gestasional merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang
ditemukan pertama kali saat kehamilan. Sebagian besar wanita hamil yang menderita
Diabetes Mellitus gestasional memiliki homeostatis glukosa relative normal selama
kehamilan pertama (5 bulan) dan juga dapat 10 mengalami defisiensi insulin relative
pada kehamilan kedua, tetapi kadar glukosa dapat kembali normal setelah melahirkan
(Suiraoka, 2012)

C. FAKTOR PENYEBAB DIABETES MELLITUS


Faktor penyebab menurut Budiyanto 2001 (Suiraoka, 2012) dikelompokkan menjadi
2 golongan yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a. Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes Mellitus
sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut. semakin bertambahnya
umur, maka risiko menderita Diabetes Mellitus akan meningkat terutama umur 45 tahun
(kelompok risiko tinggi).

b. Jenis kelamin
Distribusi penderita Diabetes Mellitus menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di
Amerika Serikat penderita Diabetes Mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan
daripada laki-laki. Namun, mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan
Diabetes Mellitus belum jelas.

c. Faktor keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan. Adanya riwayat Diabetes Mellitus dalam
keluarga terutama orang tua dan saudara kandung memiliki risiko lebih besar terkena
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes
Mellitus. Ahli menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Umumnya, laki-laki menjadi penderita sesungguhnya,
sedangkan perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-
anaknya.

d. Riwayat penderita Diabetes Melitus gestasional

Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu hamil. Biasanya Diabetes
Mellitus akan hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi Diabetes Mellitus
dikemudian hari. Ibu hamil yang menderita Diabetes Mellitus akan melahirkan bayi besar
dengan berat lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini terjadi, maka kemungkinan besar si
ibu akan mengidap Diabetes Melitus tipe II kelak.

2. Faktor risiko yang dapat diubah :

a. Obesitas
Berdasarkan beberapa teori menyebutkan bahwa obesitas merupakan factor
predisposisi terjadinya resistensi insulin. Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh
maka tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau
kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut. Lemak dapat memblokir
kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas merupakan
faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus tipe II dimana sekitar 80-90% penderita
mengalami obesitas

b. Aktivitas fisik kurang


Berdasarkan penelitian bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat
menambah sensitivitas insulin. Prevalensi Diabetes Mellitus mencapai 2-4 kali lipat
terjadi pada individu yang kurang aktif dibandingkan dengan individu yang aktif.
Semakin kurang aktivitas fisik, maka semakin mudah seseorang terkena penyakit
Diabetes Mellitus. Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu mengontrol berat badan.
Glukosa dalam darah akan dibakar menjadi energi, sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih
sensitif terhadap insulin. Selain itu, aktivitas fisik yang teratur juga dapat melancarkan
peredaran darah, menurunkan faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus.

c. Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan berat
badan. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. kurang
gizi (malnutrisi) dapat mengganggu fungsi pankreas dan mengakibatkan gangguan
sekresi insulin. Sedangkan kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan kerja
insulin.

D. GEJALA DIABETES MELLITUS

Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar glukosa darah yang tinggi.
Jika kadar glukosa darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa akan dikeluarkan
melalui kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri). Akibatnya, penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum
(polidipsi) (Maulana, 2008). Menurut (Syahbudin, 2007) gejala Diabetes Mellitus adalah
adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam hari, berat badan
turun dengan cepat, penderita lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, penglihatan
kabur, gairah seks menurun, dan luka sulit untuk sembuh

E. KOMPLIKASI (PENYULIT) DIABETES MELLITUS AKUT


Salah satu penyebab komplikasi diabetes melitus adalah peningkatan atau penurunan
kadar gula darah secara drastis. Kondisi ini dapat mengancam nyawa apabila tidak segera
mendapatkan penanganan. Komplikasi diabetes melitus sendiri dikelompokkan dalam dua
jenis, yaitu jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis). Meskipun demikian, masing-
masing dari keduanya dapat berakibat fatal. Dalam jangka pendek, berikut adalah beberapa
komplikasi yang bisa terjadi. 

1. Ketoasidosis Diabetik (KAD)


Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
tingginya kadar keton di dalam tubuh. Salah satu tanda khas dari kondisi ini adalah munculnya
bau mulut yang beraroma buah. Jika tidak segera ditangani, ketoasidosis diabetik dapat berakibat
fatal. etoasidosis diabetik lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Kondisi ini
sering kali terjadi secara mendadak (akut), bahkan hanya dalam waktu 24 jam.

a. Penyebab Ketoasidosis Diabetik

Gula atau glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Untuk masuk ke
dalam sel-sel tubuh dan diolah menjadi energi, glukosa memerlukan bantuan dari insulin.
Namun, pada penderita diabetes melitus, insulin di dalam tubuhnya mengalami gangguan
sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya.

Penderita diabetes melitus akan mengalami kekurangan insulin, atau insulin yang


diproduksi tidak bekerja dengan normal (resistensi insulin). Hal ini menyebabkan glukosa
di dalam darah menumpuk dan tidak bisa digunakan dan diolah menjadi energi.

Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan energi, sel-sel tubuh akhirnya mengolah
lemak menjadi energi. Salah satu zat sisa hasil pengolahan lemak adalah zat yang bersifat
asam, yaitu keton. Jika terus berlanjut, keton akan makin menumpuk di dalam tubuh.
Akibatnya, kadar asam dalam darah akan menjadi tinggi (asidosis).

b. Faktor risiko ketoasidosis diabetik

Penderita diabetes melitus 1 lebih berisiko mengalami ketoasidosis diabetik


daripada penderita diabetes tipe 2. Meski begitu, tidak semua penderita diabetes melitus
akan terkena ketoasidosis diabetik.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penderita diabetes


mengalami ketoasidosis diabetes, yaitu:
 Menderita penyakit infeksi, seperti flu, infeksi saluran kemih, atau pneumonia
 Lupa menyuntik insulin
 Menggunakan dosis insulin yang terlalu rendah
 Tidak menjalani program pengobatan diabetes yang diberikan oleh dokter, dsb.

Terkadang, ketoasi dosis diabetik bisa menjadi pertanda awal dari sebuah
penyakit diabetes melitus pada orang yang belum pernah didiagnosis menderita diabetes.

c. Gejala Ketoasidosis Diabetik

Gejala ketoasidosis diabetik bisa memburuk dalam waktu yang cepat. Saat
penderita diabetes mengalami asidosis akibat penumpukan keton, akan muncul sejumlah
keluhan berikut:

 Frekuensi buang air kecil meningkat


 Rasa sangat haus yang tidak hilang walaupun sudah minum
 Napas berbau seperti buah-buahan atau pembersih kuteks (aseton)
 Tubuh terasa lemas dan lelah
 Otot terasa nyeri atau kaku
 Mual dan muntah
 Sakit kepala
 Sakit perut
 Sesak napas
 Dehidrasi
 Linglung
 Penurunan kesadaran hingga pingsan

d. Kapan harus ke dokter

Segera ke IGD bila mengalami gejala di atas atau kadar gula darah Anda
konsisten di atas 300 mg/dL. Jika hal itu terjadi pada orang di sekitar Anda, segera bawa
ia ke rumah sakit agar segera diobati. Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi akibat
ketoasidosis diabetik bisa dihindari.
Penderita diabetes harus mengikuti program pengobatan yang diberikan
oleh dokter dan melakukan kontrol secara rutin. Penderita juga harus lebih sering
memeriksa kadar gula darah ketika sedang cedera, sakit, stres, atau merasa tidak enak
badan. Hal ini dilakukan agar komplikasi diabetes melitus bisa dideteksi lebih dini.

e. Pencegahan Ketoasidosis Diabetik

Penderita diabetes perlu mematuhi anjuran pengobatan dari dokter sebagai upaya
untuk menghindari terjadinya ketoadosis diabetik. Beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mencegah ketoadosis diabetik adalah:

 Pastikan untuk selalu minum obat antidiabetes dan menggunakan insulin sesuai
dengan jadwal.
 Ubah kadar insulin sesuai dengan kebutuhan berdasarkan petunjuk dokter.
 Lakukan olahraga secara rutin.
 Konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
 Cukupi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air putih minimal 8 gelas sehari atau
sesuai kebutuhan.
 Periksa kadar gula darah 3–4 kali sehari, terlebih jika sedang sakit.
 Periksakan diri ke dokter jika mengalami infeksi, stres, terserang penyakit lain,
serta ketika kadar gula darah lebih tinggi dari biasanya.

2. Keadaan Hiperglikemik Hiperosmolar (HHS)

Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketotik merupakan salah satu komplikasi diabetes tipe 2


yang menyebabkan dehidrasi parah.Tingginya kadar gula darah pada penyakit diabetes melitus
dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam nyawa. Jika kadar gula darah dibiarkan
tinggi dalam waktu lama, diabetesi (penderita diabetes) bisa mengalami Hyperosmolar
Hyperglycemic State (HHS) atau hiperglikemi hiperosmolar nonketotik. Kondisi ini ditandai
dengan gejala buang air secara menerus sampai mengalami dehidrasi parah sehingga
membutuhkan pertolongan medis darurat.
a. Penyebab penderita diabetes mengalami HHS
 HHS atau hiperglikemi hiperosmolar nonketotik merupakan komplikasi yang muncul
pada diabetes tipe 2.
 Namun, HHS adalah komplikasi yang sebenarnya jarang terjadi dibandingkan
komplikasi diabetes lainnya.
 Hyperosmolar Hyperglycemic State terjadi ketika kadar gula di dalam darah penderita
diabetes terlalu tinggi.
 Pada kondisi HHS, gula darah biasanya telah naik secara ekstrem hingga mencapai
600 mg/dL (33.3 mmol/L).
 Padahal kadar gula darah normal adalah di bawah 100 mg/dL atau kurang dari 140
mg/dL setelah makan.
 Meskipun ditandai dengan tingginya kadar gula darah, penyebab HHS pada diabetes
tidak semata disebabkan kelalaian menjaga gula darah dari penerapan gaya hidup
sehat.

b. Faktor-Faktor Pemicu Kenaikan Gula Darah

Menurut studi dari jurnal American Family Phisician terdapat berbagai faktor lain yang
dapat memicu kenaikan gula darah penderita diabetes menjadi sangat ekstrem seperti berikut.

 Penyakit infeksi, seperti pneumonia, infeksi saluran kencing, dan sepsis.

 Obat-obatan diuretik yang menurunkan toleransi gula dalam tubuh atau membuang
cairan dari tubuh.

 Kondisi diabetes yang tidak terdiagnosis sejak lama.

 Keberadaan penyakit kronis lain, seperti stroke, penyakit jantung, dan gangguan
fungsi ginjal.

 Tidak menjalani pengobatan diabetes seperti yang dianjurkan dokter.

 Penderita diabetes tipe 2 yang berusia di atas 65 tahun.

Ketika gula di dalam darah terlalu tinggi, ginjal akan mencoba mengeluarkan kelebihan
gula yang menumpuk melalui urine. Pada kondisi HHS, pembuangan gula darah melalui urine
yang terlalu sering lantas menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga mengalami
dehidrasi. Alih-alih menurunkan kadar gula darah, kondisi dehidrasi malah mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh sehingga darah menjadi terlalu kental
(hiperosmolaritas). Pengentalan darah selanjutnya dapat menimbulkan pembengkakan pembuluh
darah (edema) di otak.

c. Tanda-tanda dan gejala dari HHS

Hyperosmolar Hyperglycemic State memang merupakan kondisi dehidrasi berat yang


membutuhkan penanganan darurat, tetapi Anda tetap bisa mewaspadai kemunculannya melalui
beberapa gejala. HHS biasanya berkembang dalam hitungan hari hingga minggu. Gejala HHS
akan semakin memburuk dari hari ke hari, seperti:

 tingginya kadar gula darah hingga mencapai 600 mg/dL,

 rasa haus yang berlebihan,

 mulut kering,

 buang air kecil terus-menerus,

 kulit kering dan terasa hangat,

 demam,

 kelelahan dan lemas,

 halusinasi,

 penurunan penglihatan, dan

 kehilangan kesadaran.

d. Perbedaan HHS dengan ketoasidosis diabetik

Kondisi HHS dan gejalanya memiliki kemiripan dengan komplikasi diabetes lain seperti
ketoasidosis diabetik. Keduanya sama-sama menimbulkan gejala sering buang air kecil dan
dehidrasi. Akan tetapi, ketoasidosis diabetik dan HHS tidak sama. Ketoasidosis diabetik
merupakan komplikasi yang umum terjadi pada diabetes tipe 1. ada kondisi tersebut, pengeluaran
gula darah melalui urine menyebabkan penumpukan zat keton (asam darah) dari pembakaran
lemak karena kurangnya hormon insulin. Pada diabetes tipe 2, yang terjadi justru sebaliknya,
hormon insulin berlebih di dalam darah karena insulin tidak bekerja optimal (resistansi insulin)
sehingga tidak menyebabkan penumpukan keton. Oleh karena itu, Hiperosmolar Hyperglycemic
State ini dikenal juga dengan Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketotik (HHNK).

e. Kapan perlu menemui dokter?

Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter ketika kadar gula darah terus tinggi atau
naik dari target kadar gula darah yang semestinya.Terutama jika Anda mengalami beberapa
gejala HHS seperti yang telah disebutkan.

Sementara itu segera cari pertologan ke unit gawat darurat jika mengalami tanda dan gejala HHS
seperti:

 kadar gula darah mencapai 400 mg/dL meskipun telah minum obat sesuai yang
dianjurkan dokter,

 penurunan penglihatan,

 kejang-kejang, dan

 kehilangan kesadaran.

f. HHS dapat menyebabkan koma diabetes

Hiperglikemia yang diabaikan tanpa pengobatan bisa menyebabkan kerusakan sistem


saraf pusat. Apalagi HHS ini juga menyebabkan dehidrasi yang membuat penurunan cairan
tubuh dalam jumlah drastis.Pada ulasan ilmiah dari peneliti The Brooklyn Hospital Center
dijelaskan bahwa kondisi dehidrasi parah membuat cairan tubuh mengental dan dapat
mengakibatkan pembengkakan di otak (edema otak). Pada anak-anak kondisi edema otak dapat
berakibat fatal hingga menyebabkan koma diabetik. Bagaimana menangani Hiperglikemi
Hiperosmolar Nonketotik

g. Cara mencegah komplikasi HHS pada diabetes

Hal terpenting yang perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi HHS dari penyakit diabetes
adalah dengan menjaga kadar gula darah tetap normal, terutama pada saat sakit dan mengalami
penyakit infeksi.
Anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mencegahnya.

 Menjalani pengobatan diabetes secara teratur.

 Mematuhi anjuran pola makan sehat untuk diabetes.

 Berolahraga secara rutin.

 Selalu mengikuti jadwal kontrol kondisi diabetes ke dokter.

 Mewaspadai gejala awal dari HHS

 Memeriksa kadar gula darah Anda secara teratur, terutama jika Anda merasa sakit.

 Segera menemui dokter ketika mengetahui kadar gula darah sudah terlalu tinggi.

 Beri tahu keluarga, teman, rekan kerja, atau orang terdekat Anda mengenai tanda-
tanda dari HHS dan minta mereka untuk mencari pertolongan medis sesegera
mungkin.

3. Hipoglikemia

a. Pengertian Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa alias kadar gula darah berada di
bawah angka normal. Pada kondisi yang parah, kadar gula bisa sangat rendah sehingga
berisiko memicu komplikasi berbahaya. Secara umum, seseorang bisa dikatakan mengalami
kondisi ini jika kadar gula darah berada di bawah 60 mg/dL. 

Kondisi ini rentan terjadi pada orang yang mengidap penyakit diabetes. Umumnya,


hipoglikemia berkaitan dengan penggunaan obat dari golongan sulfonilurea (glibenclamide,
gliklazida, glimepiride, glipizide, dan tolbutamide) atau insulin. Penting untuk memberi
pertolongan pertama jika pengidap diabetes mengalami penurunan kadar gula drastis. 

b. Penyebab Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi akut pada pengidap diabetes. Kondisi ini bisa saja
muncul meski pengidap diabetes menggunakan insulin dalam dosis normal. Biasanya,
kondisi ini muncul akibat tubuh kekurangan asupan karbohidrat. Penyebab lainnya nisa
dipicu karena aktivitas fisik yang terlalu banyak, tidak cukup mengonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat, lupa makan, atau menunda makan.

Di sisi lain, menurunnya kadar gula darah juga bisa disebabkan oleh penggunaan
suntikan insulin yang berlebihan pada pengidap diabetes tipe 1. Penggunaan insulin melebihi
dosis bisa memicu pelepasan zat insulin tubuh yang berlebihan. Hal inilah yang kemudian
bisa memicu penurunan kadar gula dalam darah. 

Hipoglikemia juga bisa dialami oleh orang yang tidak mengidap diabetes. Biasanya,
kondisi ini bisa muncul akibat efek samping obat-obatan untuk hipertensi, asam salisilat
untuk rematik, dan kina untuk malaria. Kadar gula darah rendah pada non pengidap diabetes
juga bisa disebabkan oleh kekurangan nutrisi. 

Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh sejumlah faktor seperti mengidap penyakit
Addison (kelainan pada kelenjar adrenal), mengidap penyakit yang menyerang kelenjar
tiroid, kelenjar adrenal, ginjal, atau hati, produksi insulin yang terlalu banyak oleh pankreas,
akibat dari kondisi obesitas. Penyebab lainnya adalah terlalu banyak mengonsumsi
karbohidrat, tumor pada pankreas, atau efek samping dari operasi bypass lambung,
melakukan puasa, serta terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.

c. Faktor Risiko Hipoglikemia

Beberapa faktor risiko hipoglikemia, antara lain:

 Membutuhkan asupan insulin buatan.

 Memiliki riwayat penyakit diabetes.

 Mengonsumsi alkohol secara berlebihan.

 Mengonsumsi obat dari golongan sulphonylurea dan glukosa prandial.

 Obesitas atau kelebihan berat badan.

d. Gejala Hipoglikemia
Ada beberapa gejala yang bisa dikenali sebagai tanda hipoglikemia. Biasanya, gejala
bisa muncul secara tiba-tiba atau berkembang perlahan. Berikut beberapa gejala yang bisa
menjadi tanda kondisi ini: 

 Berkeringat dingin.

 Bibir kesemutan.

 Jantung berdebar-debar

 Merasa lapar.

 Mudah marah.

 Sulit berkonsentrasi.

 Gangguan penglihatan.

 Tampak kebingungan.

 Gerakan menjadi canggung atau seperti orang mabuk.

 Kehilangan kesadaran.

e. Diagnosis Hipoglikemia

Dokter akan mendiagnosis hipoglikemia dengan melakukan wawancara medis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar gula darah.

Untuk melakukan diagnosis, terdapat tiga kriteria untuk memastikannya, yaitu:


Timbul gejala, adanya pemeriksaan yang menunjukkan kadar glukosa darah yang rendah dan
hilangnya gejala setelah kadar glukosa darah kembali normal.

f. Pengobatan Hipoglikemia

Penanganan hipoglikemia adalah berdasarkan kondisi pengidap:

 Pada pengidap sadar, diberikan makanan yang mengandung karbohidrat atau


minuman yang mengandung gula berkalori sebanyak 15–20 gram glukosa, misalnya
satu sendok makan gula atau madu, permen, dan sebagainya.
 Pada pengidap tidak sadar, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat
diberikan larutan glukosa melalui infus.
g. Pencegahan Hipoglikemia

Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

 Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali jika bisa.

 Berhati-hati saat mengendarai kendaraan.

 Hindari aktivitas yang berlebihan, hingga kelelahan

 Kenali gejala-gejala hipoglikemia yang muncul.

 Makan sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.

 Pantau kadar gula darah secara berkala.

 Pengobatan diabetes harus disesuaikan dengan konsumsi makanan sehari-hari.

 Siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di mana pun berada.

h. Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan terbaik jika
mengalami gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dan cepat akan semakin baik demi
proses pengobatan dan penyembuhan.

Untuk menghindari hipoglikemia, pengidap diabetes disarankan untuk rutin


melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.

4. Hiperglikemia
a. Pengertian

Hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi adalah kondisi ketika kadar gula di dalam
darah melebihi batas normal. Kondisi ini sering terjadi pada penderita diabetes
yang tidak menjalani gaya hidup sehat atau tidak mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
Glukosa atau gula darah adalah sumber energi utama bagi tubuh. Zat ini bisa
didapatkan dari makanan, seperti nasi, sayur-sayuran, atau buah-buahan. Pada keadaan
tertentu, tubuh juga dapat menghasilkan gula dari cadangan energi yang disimpan

Agar gula darah bisa diproses menjadi energi, tubuh membutuhkan hormon


insulin untuk memasukkan gula darah ke dalam sel-selnya. Jika proses ini terganggu, kadar
gula dalam darah dapat meningkat melebihi batas normalnya.

b. Penyebab Hiperglikemia

Hiperglikemia erat hubungannya dengan diabetes, walau ada juga hiperglikemia yang
tidak disebabkan oleh kondisi tersebut. Pada dasarnya, hiperglikemia dapat terjadi akibat
asupan gula terlalu banyak, tubuh memproduksi gula darah berlebih, atau terdapat gangguan
pada proses pengubahan gula darah menjadi energi.

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiperglikemia:

 Menderita diabetes tipe 1, yaitu kondisi ketika tubuh tidak memiliki insulin yang
cukup

 Menderita diabetes tipe 2, yaitu kondisi yang menyebabkan sel tubuh tidak sensitif
terhadap hormon insulin (resistensi insulin)

 Menderita gangguan hormonal yang dapat menyebabkan resistensi insulin,


seperti sindrom Cushing, hipotiroidisme, atau polycystic ovarian syndrome (PCOS)

 Sedang mendapatkan nutrisi atau gula melalui infus

 Jarang berolahraga

 Mengalami infeksi, termasuk batuk pilek, flu, maupun COVID-19

 Mengalami stres yang berat

 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti diuretik atau kortikosteroid

 Menderita penyakit pankreas, seperti pankreatitis atau kanker pankreas

 Habis menjalani operasi atau mengalami trauma, seperti cedera atau luka bakar
c. Faktor risiko hiperglikemia

Hiperglikemia dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih berisiko terjadi pada
seseorang dengan kondisi berikut:

 Memiliki riwayat diabetes tipe 2 dalam keluarga

 Memiliki berat badan yang berlebih

 Mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi)

 Menderita kadar kolesterol tinggi

 Memiliki riwayat diabetes gestasional

d. Gejala Hiperglikemia

Gejala hiperglikemia biasanya muncul ketika kadar gula darah meningkat secara
signifikan, umumnya ketika di atas 180–200 mg/dL. Gejala tersebut dapat berkembang
secara perlahan selama beberapa hari hingga minggu.

Semakin lama gula darah berada pada kadar yang tinggi, maka semakin serius gejala
yang dapat dialami. Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat terjadi akibat kadar gula
darah tinggi:

 Sering buang air kecil

 Mudah haus dan lapar

 Mudah lelah

 Sakit kepala

 Pandangan kabur

 Sulit berkonsentrasi

 Berat badan turun

 Keputihan

 Luka sulit sembuh


e. Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas, terutama


jika Anda mengalami:

 Diare dan muntah

 Demam selama 24 jam

 Kadar gula darah tidak stabil atau melebihi 240 mg/dL, meskipun telah minum
obat penurun gula darah

Selain itu, segera ke IGD atau dokter terdekat jika Anda mengalami:

 Nafas berbau buah

 Sakit perut

 Mual dan muntah hingga tidak bisa makan atau minum apa pun

 Sesak napas

 Mulut kering

 Lemas dan lelah

 Linglung

 Penurunan kesadaran atau pingsan

f. Diagnosis Hiperglikemia

Hiperglikemia umumnya adalah kondisi yang menyertai sebuah penyakit. Oleh


karena itu, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis
hiperglikemia sekaligus mencari tahu penyebabnya.

Pada awal proses diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan
keluhan yang dialami, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, serta


pemeriksaan kadar gula darah dengan tes berikut:
 Glukometer
Pada tes ini, sampel darah akan diambil dengan menusukkan jarum kecil di
ujung jari.

 Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, sampel darah diambil dengan jarum suntik
melalui pembuluh darah di bagian lengan atau paha.

Pada kondisi normal, kadar gula darah di dalam tubuh adalah 70ꟷ99 mg/dL sebelum
makan, dan kurang dari 140 mg/dL setelah makan. Seseorang dapat dikatakan mengalami
hiperglikemia jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula darahnya melebihi 140 mg/dL.

Usai pasien telah dipastikan menderita hiperglikemia, dokter akan melakukan


pemeriksaan tambahan untuk mencari tahu apakah hiperglikemia disebabkan oleh diabetes
atau kondisi lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dokter, antara lain:

 Tes gula darah puasa (GDP), untuk memeriksa kadar gula darah setelah pasien
berpuasa selama 8 jam

 Oral glucose tolerance test, untuk memeriksa kadar gula darah setelah
meminum cairan yang mengandung glukosa

 Tes haemoglobin A1c (HbA1c), untuk memeriksa kadar gula darah pasien
dalam 3 bulan terakhir

g. Pengobatan Hiperglikemia

Hiperglikemia atau gula darah tinggi bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat, seperti:

 Melakukan aktivitas fisik dan rutin berolahraga

 Meningkatkan asupan makanan berserat tinggi, seperti sayur-sayuran

 Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi akan karbohidrat sederhana, seperti


nasi putih dan roti

 Mengelola stres dengan melakukan meditasi, seperti yoga


 Memperbanyak minum air putih agar terhindar dari dehidrasi

 Beristirahat yang cukup dan berkualitas

 Menyesuaikan dosis pengobatan insulin, jika sedang menjalani pengobatan


tersebut

 Memantau kadar gula darah secara rutin ke dokter

Jika hiperglikemia disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu, penanganan


penyakit tersebut juga perlu dilakukan. Pasien diabetes, misalnya, perlu menjalani terapi
dengan obat penurun gula darah atau suntik insulin.

h. Komplikasi Hiperglikemia

Jika tidak diobati, hiperglikemia dapat menimbulkan beberapa komplikasi


berikut:

 Penyakit kardiovaskular, seperti stroke

 Penumpukan lemak berlebih di hati (perlemakan hati)

 Kerusakan saraf, seperti neuropati perifer

 Kerusakan ginjal

 Gangguan pada mata, seperti retinopati diabetik dan katarak

 Gangguan pada gigi dan gusi

 Infeksi bakteri atau jamur pada kulit

Selain komplikasi di atas, hiperglikemia juga dapat menyebabkan ketoasidosis


diabetik dan sindrom hiperglikemi hiperosmoral yang bisa mengancam jiwa.

i. Pencegahan Hiperglikemia

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperglikemia, terutama
pada penderita diabetes, yaitu:

 Memantau gula darah secara berkala ke dokter dan mewaspadai gejala


hiperglikemia
 Menjalani pengobatan sesuai dengan arahan dokter

 Menjaga berat badan agar tetap ideal

 Mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang

 Melakukan olahraga secara rutin

 Menghentikan kebiasaan merokok

 Membatasi konsumsi alkohol

You might also like