You are on page 1of 11

Analisis Penggunaan Fashion Androgini Sebagai Media

Komunikasi di Kota Denpasar

1) 2) 3)
Syahdad Perkasa , I Dewa Ayu Sugiarica Joni , Ni Nyoman Dewi Pascarani
1,2,3)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
1 2 3
Email: syahdadp12@gmail.com , idajoni11@gmail.com ,dewi.pascarani@yahoo.com

ABSTRACT

Androgynous fashion can be said as a non-verbal communication medium because it does not
use oral or written words in the delivery of the message. Where the elements contained in
androgynous fashion such as clothing, hairstyles, and accessories worn by androgynous
fashion users consciously or unconsciously can convey a message of emotion, feelings,
behavior, or personality of the user. The purpose of this study is to find out what messages to
be conveyed by users of androgynous fashion and how androgynous fashion is used as a
medium to communicate. Data collection was done by observation method, interview and
documentation study. This research is a qualitative research with explorative study method. The
analysis technique that used in this research is interactive model analysis, Milles and
Huberman. The results of this study is to show that androgynous fashion is not only used as a
medium to convey a message of emotion, feelings, behavior or personality of the user, but also
used to express themselves and distinguish someone with others, both in terms of the
profession, hobbies and interest. Androgynous fashion is also a form of self-liberation from the
gender barriers and social constructs that exist in society. In addition, androgynous fashion is
also used as an effort to communicate social class status in the society.

Keywords: Androgynous Fashion, Medium of Communication, Non-verbal, Message.

1. PENDAHULUAN yang memakainya. Bahkan ketika seseorang


Proses komunikasi dapat dilakukan tidak peduli dengan pakaiannya, masyarakat
melalui dua cara yaitu secara verbal dan non- di lingkungan sekitarnya akan memiliki
verbal. Komunikasi verbal dilakukan secara penafsiran tersendiri terhadap orang tersebut.
langsung atau lisan, sedangkan komunikasi Kemudian diketahui pakaian dapat digunakan
non-verbal dapat dilakukan melalui gerak- sebagai media untuk menyampaikan suatu
gerik badan, sikap tertentu, hingga cara pesan. Hal ini mengarah pada fungsi
berpakaian seseorang atau fashion. Fashion komunikasi dari pakaian yang dikenakan
sendiri dapat diartikan sebagai komunikasi seseorang dalam kehidupan sehari-hari, baik
non-verbal karena dalam penyampaian dalam suasana formal maupun informal
pesannya tidak menggunakan kata-kata lisan (Barnard, 2009:vi).
maupun tertulis (Davis, 1992:7). Dalam konteks cara berpakaian,
Ada pun kalimat tersohor dari Umberto masyarakat telah memberikan pandangan
Eco, “I speak through my cloth.” yang memiliki terhadap setiap penampilan laki-laki dan
artian pakaian yang dikenakan seseorang perempuan melalui penggunaan berbagai
dapat mengkomunikasikan sesuatu dari orang jenis pakaian, aksesoris dan atribut yang

1
dikhususkan hanya untuk laki-laki atau lain Fahrani dan Kimmy Jayanti. Tidak hanya
perempuan saja. Akan tetapi dunia fashion dari kalangan selebritas dan public figure
telah banyak mengalami perkembangan dan saja, banyak masyarakat yang mulai
perubahan. Pakaian yang pada awalnya mengaplikasikan fashion androgini dalam
dapat digunakan untuk mengkomunikasikan penampilan mereka sehari-hari.
jenis kelamin seseorang, saat ini sudah tidak Di era moderen seperti saat ini,
dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Dalam perkembangan fashion di kota-kota besar di
kasus ini muncul pergeseran penggunaan Indonesia mengalami kemajuan yang sangat
pakaian di mana terdapat laki-laki yang pesat, termasuk di Kota Denpasar. Hal
mengenakan beragam pakaian perempuan, tersebut dapat diamati dari bertambahnya
juga perempuan yang mengenakan pakaian mall, butik, hingga penjualan online yang
laki-laki dalam penampilannya. Hingga pada semakin mejamur. Mengingat Kota Denpasar
akhirnya muncul lah sebuah konsep baru merupakan salah satu kota pariwisata di
dalam cara berpakaian dengan memadukan Indonesia, perkembangan fashion di Kota
konsep gaya laki-laki dan perempuan, Denpasar juga tidak terlepas dari akulturasi
memperlihatkan sisi maskulin dan feminin budaya luar yang terjadi di kota ini.Terlihat
menjadi satu yang kemudian dikenal dengan dari mudahnya masyarakat Kota Denpasar
istilah fashion androgini. menyerap tren fashion baru yang sedang
Androgini sendiri berawal dari sebuah berkembang, seperti tren fashion androgini.
konsep identitas gender yang dikembangkan Hal ini juga berpengaruh pada semakin
oleh Sandra Bem pada tahun 1974. banyaknya pengguna fashion androgini di
Kemudian istilah androgini tidak hanya kalangan masyarakat Kota Denpasar.
dikaitkan dengan permasalahan gender dan Kembali pada fungsi fashion sebagai
peran, namun sudah masuk ke dalam gaya media komunikasi, fashion khususnya bagi
hidup di masyarakat dan menjadi tren fashion seseorang yang mengusung gaya androgini
baru dalam berpakaian. dalam penampilannya dapat digunakan
Perkembangan fashion androgini di sebagai media untuk menyampaikan pesan-
Indonesia sendiri seperti dikutip dalam acara pesan melalui penggabungan gaya maskulin
Bukan Empat Mata episode ‘Berani Beda’ dan feminin menjadi satu. Mencermati kondisi
tanggal 26 Maret 2012, terdapat seorang tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji
model laki-laki bernama Darell Ferhostan tentang,
yang lebih senang apabila disebut sebagai (1) Pesan apa yang ingin disampaikan
model dengan gaya androgini. Di mana oleh para pengguna fashionandrogini di Kota
definisi androgini menurut Darell yaitu dapat Denpasar.
memerankan dua karakter maskulin dan (2) Bagaimana fashion androgini tersebut
feminin dalam penampilan tanpa mengubah digunakan sebagai media untuk
jenis kelamin. Selain Darell, terdapat juga berkomunikasi oleh para penggunanya di
aktris Indonesia yang mengusung gaya Kota Denpasar.
androgini dalam setiap penampilannya, antara

2
2. KAJIAN PUSTAKA Menurut Ronald Adler dan George
Fashion Sebagai Media Rodman (dalam Sendjaja, 2004:6.16),

Komunikasi Non-verbal komunikasi non-verbal memiliki empat sifat,


yaitu keberadaannya, kemampuannya
Komunikasi dipandang sebagai suatu
menyampaikan pesan tanpa mengunakan
proses di mana seseorang menyatakan
bahasa verbal, bersifat ambigu dan juga
sesuatu kepada orang lain dengan
terikat dalam budaya tertentu. Keberadaan
menggunakan media dengan beberapa
komunikasi non-verbal akan selalu terlihat
efeknya.Media komunikasi dapat berupa
dalam setiap proses komunikasi, sadar atau
cetak atau pun elektronik dan juga masih
tidak sadar. Keberadaan komunikasi non-
banyak media-media lain yang dapat
verbal turut membawa kepada sifatnya yang
digunakan untuk menyampaikan sebuah
lain, yaitu setiap orang mampu mengirim
pesan. Mengarah kepada jenis komunikasi
pesan secara non-verbal kepada orang lain
terdapat dua cara, yaitu verbal dan non-
disekitarnya, tanpa menggunakan tanda
verbal.
verbal seperti bahasa lisan atau pun tertulis.
Komunikasi non-verbal sendiri
Sifat lain dari komunikasi non-verbal
merupakan suatu bentuk proses komunikasi
adalah ambiguitas, akan ada pemahaman
yang tidak memakai kata dan kalimat dalam
terhadap setiap perilaku komunikasi yang
proses penyampaiannya, baik kata-kata lisan
terjadi, tergantung kepada penetahuan,
juga tulisan. Awal mulanya komunikasi non-
budaya dan lingkungan komunikan. Dalam hal
verbalbanyak mengarah pada pesan non-
ini dibutuhkan pengujian pada setiap
verbal yang dilakukan melalui gerak-gerik
interpretasi sebelum menarik kesimpulan
manusia, ekpresi muka, dan sebagainya.
akhir daripesan non-verbal yang disampaikan.
Namun sekarang ini perkembangan
Sifat terakhir adalah keterikatannya akan
komunikasi non-verbal tidak hanya dibatasi
budaya atau kultur tertentu. Perilaku
kepada pesan non-verbal yang didapat
komunikasi non-verbal yang memiliki makna
melalui tubuh manusia saja. Banyak benda
khusus dalam suatu budaya tertentu akan
kemudian disadari ternyata juga dapat
memberikan pesan yang berbeda pula
digunakansebagai media komunikasiuntuk
apabila dilakukan di tempat lain yang memiliki
menyampaikan pesan-pesan non-verbal.
budaya berbeda.
Seperti fashion, model rambut, dan juga
Ada pun proses komunikasi berdasarkan
berbagai atribut yang dikenakan oleh manusia
paradigma Harold Laswell dapat digambarkan
dianggap dapat menyampaikan pesan akan
sebagai berikut,
kepribadian, tingkah laku, perasaan hingga
ide dan gagasan seseorang. Sehingga dapat
dikatakan manusia memiliki kemampuan
untuk mengkomunikasikan pesan melalui
tubuh, pakaian dan berbagai atribut dalam
penampilannya (Vardiansyah, 2004).

3
Seperti pada gambar dijelaskan terdapat emosi, tingkah laku, dan diferensiasi atau
elemen dalam proses komunikasi. Whoatau membedakan (Sihabudin, 2013:84).
siapa dapat diartikan sebagai sumber pesan Chaney mengatakan pada era
atau komunikator, yaitu pemeran utama atau modernitas seperti sekarang ini, sesuatu yang
pihak yang mempunyai keperluan untuk dimiliki manusia akan menjadi suatu budaya
melakukan komunikasi, dapat berupa tontonan atau disebut dengan ‘a culture of
perseorangan, kelompok masyarakat, atau spectacle’. Manusia berperan sebagai
organisasi. Says whatyaitu mengarah pada isi penonton tetapi juga sekaligus ingin ditonton
informasi berupa pesan yang akan (Ibrahim, 2007). Disinilah fashiondigunakan
dikomunikasikan atau disampaikan dari sebagai modus keberadaan manusia modern;
komunikator kepada komunikan. Says di mana saat seseorang bergaya dalam
whatdapat berupa simbol verbal atau pun penampilannya makaorang tersebut akan
non-verbal yang mewakili ide, gagasan, dianggap ada.
maksud dan tujuan komunikator dalam
berkomunikasi. Fashion Androgini
Channel yang juga disebut saluran atau Fashion memiliki keterkaitan yang dekat
media adalah suatu perantara yang dengan jenis kelamin seseorang, bagaimana
digunakan untuk menyampaikan pesan dalam fashion dapat mengonstruksi, menandai dan
proses komunikasi. To whom adalah mereproduksi jenis kelamin konvensional di
komunikan yang diterpa pesan, dapat berupa masyarakat (Barnard, 2009:159). Masyarakat
individu, kelompok, atau pun organisasi. telah memberikan pandangan masing-masing
Sedangkan effect adalah dampak atau efek yang ditujukan pada setiap penampilan laki-
yang terjadi pada komunikan atau penerima laki dan perempuan. Di mana laki-laki yang
pesan setelah diterpa pesan oleh identik dengan beragam atribut maskulin
komunikator, dampak yang dapat terjadi begitu juga perempuan yang identik dengan
contohnya seperti perubahan sikap atau juga berbagai atribut feminin dalam
bertambahnya pengetahuan komunikan. penampilannya. Akan tetapi, dunia fashion
Stone mengungkapkan, pakaian dapat telah mengalami berbagai perkembangan dan
menyampaikan pesan. Pakaian atau fashion perubahan, di mana muncul lah
merupakan media komunikasi yang penting. penggabungan konsep maskulin dan feminin
Fashion dapat lebih dulu terlihat sebelum dalam satu penampilan yang kemudian
kata-kata terdengar. Pesan yang dihasilkan dikenal dengan istilah fashion androgini.
melalui penggunaan fashion tergantung dari Androgini sendiri berawal dari sebuah
beberapa faktor, seperti latar belakang konsep gender yang dikembangkan oleh
kebudayaan, pengalaman hidup, dan psikolog asal Universitas Transford bernama
sebagainya. Ada pun fungsi komunikatif Sandra Bem. Pada tahun 1977, Bem
pakaian menurut Specht, disebutkan ada tiga mengeluarkan sebuah aturan pengukuran
jenis informasi tentang seseorang yang gender yang kemudian diberi nama The Bem
ditimbulkan oleh penggunaan fashion, yaitu Sex Role Inventory. Dalam aturan

4
pengukuran gender ini, seseorang dapat terus membuat pertanyaan penelitian untuk
diklasifikasikan memiliki salah satu dari mendapatkan informasi yang lebih jauh
orientasi peranan gender, yaitu maskulin, hingga menemukan data penelitian yang
feminin, androgini, atauundifferentiated. sesuai. Sifat dari penelitian ini adalah kreatif,
Kemudian istilah androgini sendiri tidak fleksibel, terbuka, dan semua sumber
hanya memiliki keterkaitan dengan dianggap penting sebagai sumber informasi.
permasalahan gender dan peran, tetapi
androgini sudah masuk ke dalam gaya hidup Sumber Data
di masyarakat dan sudah menjadi tren mode Sumber data yang digunakan dalam
baru dalam berpakaian. Rebecca Arnold penelitian ini yaitu meliputi data primer dan
dalam bukunya ‘Fashion, Desire and Anxiety’ data sekunder.Data primer dalam penelitian
(2001), mengembangkan konsep androgini ke ini diperoleh melalui wawancara mendalam
dalam ranah fashion. Menurut Arnold, fashion terhadap informan dan observasi lapangan.
androgini adalah penyatuan gaya laki-laki dan Sedangkan data sekunder diambil dari studi
perempuan, juga maskulinitas dan femininitas dokumen dan beberapa literatur yang
dalam satu tubuh. Kaum feminis dianggap relevan dengan judul penelitian.
sebagaimana diungkapkan Arnold
berpendapat bahwa fashion androgini Unit Analisis
merupakan suatu bentuk pembebasan diri Unit analisis dalam penelitian adalah
dari keterkekangan gender, dari konstruksi satuan dari objek penelitian, pada penelitian
sosial yang menegakkan perbedaan alamiah ini yakni individu. Unit analisis pada penelitian
antara perempuan dan laki-laki, baik dari segi ini adalah individu yang mengenakan gaya
psikologis maupun perilaku mereka. Sehingga androgini dalam penampilannya, baik laki-laki
fashion androgini ini muncul sebagai gaya maupun perempuan.
baru dalam masyarakat (Joedo dan Danny
Susanto, 2014). Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan pada
3. METODELOGI PENELITIAN penelitian ini menggunakan teknik purposive,
Jenis Penelitian di mana informan ditentukan berdasarkan
Penelitian ini menggunakan jenis kriteria yang ada, yaitu kerap mengenakan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif fashion androgini tanpa merubah bentuk fisik
merupakan sebuah penelitian yang bertujuan dan berdomisili di Kota Denpasar.
untuk mengemukakan gambaran atau
pemahaman mengenai bagaimana dan Teknik Pengumpulan Data
mengapa suatu gejala atau realitas terjadi Pada penelitian ini menggunakan tiga
(Pawito, 2008:35).Metode dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
adalah metode studi eksploratif. Studi observasi dan studi dokumentasi. Di mana
eksploratif digunakan karena peneliti akan teknik pengumpulan data dengan teknik

5
wawancara dan observasi digunakan untuk Chaney (dalam Ibrahim, 2007) yang
memperoleh data primer, sedangkan teknik menyatakan bahwa fashion digunakan
studi dokumentasi digunakan untuk sebagai modus keberadaan manusia modern,
memperoleh data sekunder. di mana saat seseorang bergaya maka orang
tersebut dianggap ada. Fashion juga
Teknik Analisis Data dianggap sesuatu yang sangat penting dalam
Teknik analisis yang digunakan pada kegiatan sehari-hari. Dengan memperhatikan
penelitian ini adalah analisis interactive model fashion dalam penampilan, secara tidak
dari Milles dan Huberman. Analisis data langsung menjadi salah satu upaya
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu mempengaruhi orang lain untuk menilai diri
pengumpulan data, reduksi data, penyajian seseorang. Semakin baik cara berpenampilan
data serta penarikan kesimpulan dan seseorang, diharapkan semakin baik pula
verifikasi. penilaian orang lain terhadap pemakai fashion
tersebut.
Teknik Penyajian Data Menurut Specth terdapat tiga dimensi

Hasil analisis data disajikan secara informasi pesan tentang individu yang

informal, yaitu penguraian hasil penelitian disebabkan oleh pakaian. Pertama pakaian

dalam deskripsi kata-kata yang berbentuk dapat mengkomunikasikan informasi tentang

naratif dan dituangkandalam bentuk deskriptif emosi komunikator. Hal ini terkait pada saat

kualitatif. Secara sistematika disusun dalam 5 informan terkadang berpakaian androgini

(lima) bab dan tiap-tiap bab dikembangkan sesuai dengan mood mereka. Seperti

menjadi subbab, dan seterusnya. misalnya saat mood informan sedang malas
maka ia cenderung akan mengenakan
pakaian yang simple tidak begitu rapi dengan
4. HASIL DAN
dandanan atau makeup yang tipis pula.
PEMBAHASANFASHION
Begitu juga sebaliknya saat mood dan emosi
ANDROGINI SEBAGAI MEDIA
informan sedang bersemangat maka ia akan
KOMUNIKASI
mengenakan pakaian yang lebih rapi, dengan
Pesan yang Disampaikan Oleh dandanan yang lebih tebal dan mencolok.
Pengguna Fashion Androgini Kedua, pakaian berpengaruh terhadap
Ketiga informan pengguna fashion tingkah laku pemakainya juga tingkah laku
androgini dalam penelitian ini mengaku orang yang menanggapinya. Saat kedua
memanfaatkan fashionandrogini sebagai informan laki-laki mengenakan pakaian dan
media untuk berkomunikasi. Fashion atribut perempuan dalam penampilannya,
androgini digunakan untuk mengekspresikan informan laki-laki ingin menunjukkan sisi
diri agar dipandang orang, diakui feminin yang ada dalam diri mereka. Ketika
keberadaannya, membentuk image dalam diri mengenakan fashion androgini, tingkah laku
hingga membentuk identitas diri. Hal ini informan juga ikut menjadi feminin. Hal ini
berkaitan dengan apa yang diungkapkan oleh juga dialami oleh informan perempuan. Di

6
saat ia mengenakan berbagai atribut laki-laki, menyatakan lebih nyaman saat mengenakan
tingkah laku maskulin juga muncul, seperti fashion androgini dibandingkan mengenakan
cara berbicara yang cenderung kasar dan baju dan atribut laki-laki saja.
sikap yang tegas. Ketiga informan tidak ingin mengekang
Ketiga, fungsi pakaian untuk dirinya dan terpaku akan cara berpakaian
membedakan seseorang dengan orang lain. untuk laki-laki atau perempuan saja. Ketiga
Informan perempuan mengenakan fashion informan juga memiliki kepribadian yang tidak
androgini agar terlihat berbeda dengan sepenuhnya sesuai dengan jenis kelamin asli
perempuan-perempuan lain yang berdandan mereka baik sebagai laki-laki atau pun
seperti laki-laki, yang kebanyakan perempuan. Apabila dilihat dari segi
menyebutnya dengan sebutan butchy. psikologis dan perilaku, kedua informan laki-
Informan laki-laki juga berpendapat bahwa laki cenderung memiliki sifat seperti
fashion androgini yang mereka kenakan perempuan, seperti kemayu dan perilaku
berfungsi untuk membedakan mereka dengan mereka juga sedikit menyerupai perempuan,
fashion waria. Mereka lebih memilih model- hal itu terlihat jika memperhatikan cara
model pakaian yang lebih fashionable berbicara hingga cara berjalan mereka. Hal
dibandingkan gaya berpakaian waria yang serupa juga tampak pada informan
sangat perempuan dengan gaya-gaya yang perempuan yang cenderung memiliki sifat dan
terkesan norak. kepribadian seperti laki-laki, seperti cara
Fashion androgini juga digunakan untuk berjalan yang tegap dan cara berbicara yang
mengkomunikasikan profesi penggunanya sedikit kasar dan tegas.
kepada masyarakat. Seperti berprofesi Fashion androgini merupakan salah satu
sebagai desainer dan pemilik sebuah brand upaya mengkomunikasikan status kelas sosial
clothing. Sehingga dalam setiap kesempatan kepada masyarakat. Seperti menggunakan
informan selalu berupaya untuk tampil modis, brand-brandfashion ternama antara lain Zara,
fashionable dan bergaya unik sambil PullnBear, HnM dan sebagainya. Informan
mempromosikan ke masyarakat akan produk memiliki kecenderungan gemar mengenakan
fashionandrogini yang diperjualbelikan. pakaian bermerk agar terlihat lebih berkelas
Rebecca Arnold menyatakan bahwa dan mampu yang berasal dari kelas sosial
fashion androgini merupakan suatu bentuk menengah keatas. Hal ini membuktikan
pembebasan diri dari keterkekangan gender bahwa fashion merupakan “hieroglif sosial”
dan konstruksi sosial yang menegakkan yang dapat digunakan untuk
perbedaan alamiah antara perempuan dan mengkomunikasikan posisi kelas sosial
laki-laki, baik dari segi psikologis maupun pemakainya.
perilaku. Ketiga informan menyatakan bahwa Kedua informan laki-laki mengenakan
mereka ingin menunjukkan sisi feminim dan fashion androgini agar nampak berbeda dan
maskulin yang terdapat dalam diri mereka tidak seperti waria atau banci. Karena mereka
masing-masing melalui fashion androgini beranggapan bahwa stereotip waria atau
yang mereka kenakan. Informan laki-laki banci termasuk dalam kalangan masyarakat

7
kelas menengah kebawah. Dengan saat berada di beberapa tempat seperti di
mengenakan atribut-atribut yang lebih lingkungan pendidikan. 2)Sayswhat, adalah
bermerk dan fashionable membuat pesan yang disampaikan oleh pengguna
informanmerasa berbeda dengan waria atau fashion androgini. Ada pun pesan yang
banci. disampaikan diantaranya fashion androgini
Pesan, gagasan dan ide lain yangdapat dapat mengkomunikasikan status sosial,
disampaikan melalui penggunaan fashion dapat mengkomunikasikan emosi, perasaan
androgini adalah ingin memperlihatkan bahwa dan dapat mengkomunikasikan profesi, hobi,
fashion itu tidak terbatas, selain itu fashion hingga kegemaran. 3)Channel atau media
androgini juga digunakan untuk menunjukkan yang digunakan dalam proses komunikasi
kepribadian pemakainya yang memiliki sisi pada penelitian ini adalah fashion androgini
feminim atau maskulin yang harus dilihat oleh itu sendiri. Fashion androgini digunakan untuk
orang lain. Penggunaan fashion androgini menyampaikan berbagai pesan. Penggunan
pada perempuan juga dimaksudkan agar fashion androgini sebagai media komunikasi
perempuan terlihat lebih powerful dan tidak dimulai dengan mengenakan item-item yang
terkesan lemah. termasuk dalam kategori fashion androgini, di
mana seorang laki-laki yang mengenakan
Penggunaan Fashion Androgini pakaian perempuan atau sebaliknya
Sebagai Media Komunikasi Non- perempuan yang mengenakan pakaian laki-

verbal laki. 4) To whom, adalah masyarakat sekitar


yang memperhatikan fashion androgini dan
Seperti yang diungkapkan Harold
menerima pesan melalui cara berpakaian
Laswell, terdapat elemen dalam suatu proses
penggunanya. 5)Effect, yaitu efek yang terjadi
komunikasi non-verbal. Di mana hal ini
setelah proses komunikasi terjadi. Setelah
berkaitan dengan bagaimana penggunaan
receiver menerima pesan yang dikirimkan
fashionandrogini sebagai media komunikasi.
oleh sender, diharapkan mendapateffect yang
1)Who adalah komunikator yang memiliki
sesuai. Effect yang diharapkan komunikan
peranan untuk menyampaikan pesan kepada
mulai sadar akan keberadaan fashion
seseorang atau sejumlah orang, yaitu
androgini dan dapat menerima atau
pengguna fashion androgini itu sendiri. Dalam
merasakan pesan apa yang dikirimkan oleh
mengenakan fashion androgini, pengguna
sender. Misalnya ketika receiver melihat
tidak semata-mata mengenakan fashion
sender menggunakan atribut-atribut
androgini hanya sebagai tren, melainkan
perempuan maka effect yang timbul adalah
sudah menjadi gaya berbusana sejak lama.
penilaian kesan feminim terhadap pengguna
Intensitas penggunaan fashion androgini pada
fashion androgini itu.
penggunadapat dikatakan cukup sering, biasa
Fashion androgini termasuk dalam salah
mengenakannyakapan pun dan di mana pun
satu media komunikasi non-verbal karena
berada. Setiap harinya sebisa mungkin
mencakup empat karakteristik komunikasi
mengenakan fashion androgini, terkecuali

8
non-verbal seperti yang telah diungkapkan
Ronald Adler dan George Rodman.
Pertama keberadaan atau eksistensi 5. KESIMPULAN
fashion androgini yang dapat diamati ketika Berdasarkan dari hasil temuan dan
melakukan tindak komunikasi verbal, saat analisis, untuk lebih memfokuskan penelitian
berbicara pada orang yang mengenakan serta menjawab rumusan masalah, maka
fashion androgini, fashion androgini tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
secara sadar atau tidak sadar sudah dapat 1. Fashion androgini digunakan sebagai
terlihat dari penampilan orang tersebut. media untuk berkomunikasi, di mana
Misalkan berbicara dengan seorang laki-laki dalam unsur-unsur fashion androgini
yang mengenakan berbagai atribut seperti pakaian, gaya rambut, hingga
perempuan, atau perempuan yang aksesoris secara sadar atau tidak
mengenakan atribut laki-laki. disadari dapat menyampaikan suatu
Karakteristik kedua yaitu kemampuanya pesan akan emosi, perasaan, tingkah
dalam menyampaikan pesan tanpa bahasa laku, atau pun kepribadian
verbal. Pesan disampaikan dengan pemakainya. Fashion androgini juga
menggunakan fashion androgini yang dimanfaatkan sebagai media untuk
dikenakan dalam penampilan informan, tanpa mengekspresikan diri, membentuk
menjelaskan pesan apa yang ingin diri, hingga membentuk identitas diri,
disampaikan tanpa menggukan bahasa juga berfungsi untuk membedakan
verbal. seseorang dengan yang lainnya, baik
Ketiga, sifat ambiguitas fashion dari segi profesi, hobi, hingga
androgini. Dalam artian penggunaan kegemaran.
fashionandrogini sebagai media komunikasi 2. Fashion androgini merupakan suatu
non-verbal akan ada banyak kemungkinan bentuk pembebasan diri dari
penafsiran terhadap setiap perilaku receiver keterbatasan gender dan konstruksi
dalam menerima pesan. Disini penting bagi sosial yang menegakkan perbedaan
receiver untuk menguji setiap interpretasi alamiah antara perempuan dan laki-
sebelum pada penarikan kesimpulan terhadap laki, baik dari segi psikologis maupun
suatu pesan non-verbal yang disampaikan perilaku penggunanya.
melalui penggunaan fashion androgini. 3. Fashion androgini juga menjadi salah
Karakteristik terakhir yaitu keterikatannya satu upaya seseorang untuk
dalam suatu kultur atau budaya tertentu. mengkomunikasikan status kelas
Fashion androgini merupakan suatu budaya sosial kepada masyarakat agar
baru dalam berpenampilan yang terikat oleh penggunanya terlihat mampu dan
budaya barat, dalam artian budaya berasal dari kelas sosial menengah
masyarakat eropa. Karena asal mula keatas.
perkembangan fashion androgini diketahui 4. Pesan yang ingin disampaikan dalam
berasal dari budaya eropa. penggunaan fashion androgini, yaitu:

9
(1) memperlihatkan ke masyarakat serta bagaimana penggunaan fashion
bahwa perkembangan androgini dalam penampilan.
fashionsekarang sudah tidak sebatas Sehinggamasyarakat awam lebih mengetahui
pakaian khusus untuk laki-laki atau tentang keberadaan fashion androgini, dan
pun pakaian khusus untuk perempuan lebih memahami akan perbedaan-perbedaan
saja, (2) penggunaan fashion menjelas dari pengguna fashion androgini
androginidimaksudkan untuk dengan pengguna fashion lain.
menunjukkan sifat dalam kepribadian Dibutuhkannya lebih banyak kajian dan
pengguna yang memiliki sisi feminim literatur yang membahas tentang fashion
atau pun maskulin, (3) fashion dalam sudut pandang ilmu komunikasi,
androgini yang dikenakan pada khususnya bagaimana pemanfaatan fashion
perempuan dimaksudkan agar androgini sebagai media komunikasi, agar
seorang perempuan terlihat lebih kedepannya dapat menjadi bahan bacaan
powerful dan tidak terkesan lemah. yang berguna untuk menambah wawasan
5. Dalam pengunaan fashion androgini masyarakat.
sebagai media komunikasi non-verbal
mencakup elemen yang ada dalam 6. DAFTAR PUSTAKA
proses komunikasi, diantaranya Arnold, Rebecca. 2001. Fashion, Desire and
komunikator sebagai pengirim pesan Anxiety: Image and Morality in the 20th
(who) yaitu pengguna fashion Century. New York: I. B. Tauris.
androgini, komunikan sebagai Barnard, Malcolm. 2009. Fashion Sebagai
penerima pesan (to whom) adalah Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan
orang-orang di lingkungan sekitar Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan
pengguna fashion androgini, pesan Gender. Yogyakarta: Jalasutra.
yang akan disampaikan (says what), Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu
penggunaan media dalam Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
menyampaikan pesan (channel) yaitu Persada.
fashion androgini itu sendiri, serta Chaney, David. 1996. Lifestyles: Sebuah
respon dan tanggapan penerima Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:
pesan setelah diterpa pesan dari Jalasutra.
komunikator (effect). Ewing, E dan Mackrell A. 2002. History of
Twentieth Century Fashion. Los Angels:
Saran Quite Specific Media Group Ltd.
Diharapkan para pengguna fashion Fiske, John. 2007. Cultural and
androgini lebih memberikan pengetahuan Communication Studies: Sebuah
yang luas kepada masyarakat tentang apa itu Pengantar Paling Komperehensif.
fashion androgini, seperti menegakkan Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.
batasan-batasan yang lebih jelas terhadap
pemakaian atribut dalam fashion androgini,

10
Griffin, Emory. A. 2003. A first Look at Sendjaja, Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu
communication theory. Fifth edition. Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Boston: McGraw-Hill. Persada.
Hadriani, P. 2011. Perkawinan Gaya Feminin Sihabudin, Ahmad. 2013. Komunikasi
dan Maskulin. Diakses pada tanggal 17 Antarbudaya: Suatu Perspektif
November 2015, pukul 22.35 WITA Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.
(http://www.tempo.com/read/news/2011/ Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian
10/18/110362064/perkawinan-gaya- Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
feminin-dan-maskulin.html) University Press.
Ibrahim, Idi Subandy. 2007. Budaya Populer Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif
Sebagai Komunikasi, Dinamika Dalam Pendidikan dan Bimbingan
Popscape dan Mediascape di Indonesia Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra. Persada
Juedo, Danya Wulandari dan Danny Susanto. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu
2014. Gambaran Androgini Dalam Iklan Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ma Dame dari Jean-Paul Gaultier.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Koksal, Dugyu dan Falierou Anastasia. 2013.
A Social History of Late Ottoman
Women: New Perspectives. ISBN
9789004255258
Lalovic, Itana. 2013. Androgyny in the
Fashion World. Wall Street International.
Millard, Elaine. 1997. Differently Literate:
Boys, Girls and The Schooling of
Literacy. Sheffield: Falmer Press.
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi
Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi
Aksara.
Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian
Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans
Publishing.
Rehling, Nicola. 2010. Extraordinary Men:
White Heterosexual Masculinity and
Contemporary Popular Cinema.
Lexington Books. ISBN 9781461633426

11

You might also like