You are on page 1of 20

MAKALAH

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II

PERAWATAN LUKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPUH:

ERNITA MANURUNG.S.Tr.Keb.,M.K.M.

DISUSUN OLEH:

WIDI RAHAYU (2201059)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PALUTA HUSADA

PRODI D-III KEBIDANAN

GUNUNG TUA

T.A.2023

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjtkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah
makalah ini.

            Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan II. Selain itu, untuk menambah
wawasan dan pengetahuan yang lebih luas berkenaan dengan judul makalah yang
Saya susun.

            Dalam penyusunan makalah ini saya menemukan beberapa kendala,


namun berkat beberapa refrensi yang saya dapatkan akhirnya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.

                                                                                              Gunungtua,Juni,2023

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2  Rumusan Masalah................................................................................... 1

1.3  Tujuan & Manfaat................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Luka....................................................................................... 2

2.2  Jenis –Jenis Luka..................................................................................... 2

2.3  Proses Penyembuhan Luka...................................................................... 5

2.4  Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Penyembuhan Luka............. 7

2.5  Prinsip Penyembuhan Luka..................................................................... 9

2.6  Macam-macam Luka dalam Praktek Kebidanan................................... 10

2.7  Perawatan Luka dalam Praktek Kebidanan........................................... 10

2.8  Penjahitan Luka..................................................................................... 11

2.9  Ganti Balutan ........................................................................................ 12

2.10 Angkat Jahitan...................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... ...... 16

3.2 Saran............................................................................................... ...... 16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat


menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas
sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari
membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu
proses penyembuhan.

Konsep Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya


struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari
internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.

1.2  Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan?

2. Apa saja jenis persiapan dan perawatannya?

3. Bagaimana perawatan luka operasi?

4. Bagaimana cara ganti balutan?

5. Bagaimana cara angkat jahitan?

1.3  Tujuan & Manfaat

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui konsep dasar perawatan luka dalam praktek


kebidanan

b. Untuk mengetahui persiapan dan perawatannya

c. Untuk mengetahui perawatan luka operasi

d. Untuk mengetahui cara ganti balutan


e. Untuk mengetahui cara angkat jahitan

2.      Manfaat

a. Untuk menambah referensi di perguruan tinggi

b. Untuk menambah wawasan bagi pembaca

c. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Luka

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997).
Sedangkan menurut Kozier (1995), luka adalah kerusakan kontinuitas kulit,
mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain. Menurut KBBI, luka adalah
belah, pecah, cedera, lecet dan sebagainya pada kulit karena terkena barang yang
tajam dan sebagainya.

2.2  Jenis –Jenis Luka

Jenis-jenis luka digolongkan berdasarkan :

1. Berdasarkan sifat kejadian

Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi 2, yaitu luka disengaja


(luka terkena radiasi atau bedah) dan luka tidak disengaja (luka terkena
trauma).

Luka tidak disengaja dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Luka tertutup : luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak
rusak (kesleo, terkilir, patah tulang, dsb).

b.Luka terbuka : luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak, kerusakan
terjadi karena kesengajaan (operasi) maupun ketidak sengajaan
(kecelakaan).

2. Berdasarkan penyebabnya, luka dapat dibagi menjadi :

a. Luka mekanik(cara luka didapat dan luas kulit yang terkena)

1) .   Luka insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrument

3
yang tajam. Luka dibuat secara sengaja, misal yang terjadi akibat
pembedahan.

2)    Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh


pembuluh darahyang luka diikat (ligasi).

3)    Luka memar (Contusion Wound), adalah luka yang tidak disengaja


terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh:
cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak, namun kulit tetap
utuh. Pada luka tertutup, kulit terlihat memar.

4)    Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan


benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

5)    Luka tusuk (Punctured Wound), luka ini dibuat oleh benda yang tajam
yang memasuki kulit dan jaringan di bawahnya. Luka punktur
yang  disengaja dibuat oleh jarum pada saat injeksi. Luka tusuk/ punktur
yang tidak disengaja terjadi pada kasus: paku yang menusuk alas kaki bila
paku tersebut terinjak, luka akibat peluru atau pisau yang masuk ke dalam
kulit dengan diameter yang kecil.

6)    Luka gores (Lacerated Wound), terjadi bila kulit tersobek secara


kasar. Ini terjadi secara    tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh
kecelakaan akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
Pada kasus kebidanan: robeknya perineum karena kelahiran bayi.

7)    Luka tembus/luka tembak (Penetrating Wound), yaitu luka yang


menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar, bagian tepi luka kehitaman.

8)    Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan tubuh


terbakar.

4
9)    Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak jelas
bentuknya pada bagian luka.

b. Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan
listrik.

3. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a.Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan


luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

c.Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,


fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan
teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% - 17%.

d.Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya


mikro organisme pada luka.

4. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a.Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang


terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b.Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit


pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka

5
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang
dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan


meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

d.Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,


tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

5. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.

b.Luka kronis : yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses


penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen. \

2.3  Proses Penyembuhan Luka

1.Hemostasis

Fase vaskular ini terjadi segera setelah terdapat kerusakan jaringan.


Terjadi vasokonstriksi untuk meminimalkan perdarahan dan memebantu
terjadinya proses koagulasi. Terbentuk bekuan fibrin yang menutup luka
sementara waktu. Sementara terjadi pembentukan bekuan, darah atau cairan
serosa keluar dari luka yang merupakan upaya tubuh membersihkan luka secara
alami.

2. Inflamasi

Terjadi dilatasi pembuluh darahdisekitar luka, menimbulkan eritem lokal,


edema, panas, rasa tidak nyaman, rasa berdenyut-denyut dan terkadang gangguan

6
fungsional.Makrofag membersihkan luka dari debris untuk mempersiapkan
pertumbuhan jaringan baru. Terbentuk sedikit area nekrotik di sekitar tepi luka
tempat terganggunya suplai darah. Sel epitel adri tepi luka pindah ke bagian dasar
bekuan, sel epitel menebal dan terbentuk lapisan tipis jaringan epitel diatas luka.
Tanda-tanda fase inflamasi serupa dengan tanda-tanda infeksi oleh karena itu
bidan harus dapat membedakan antara penyembuhan luka yang normal dan
terinfeksi. Pada luka yang bersih, fase ini berlangsung selama 36 jam, tetapi dapat
lebih lama bila terjadi infeksi atau nekrosis.

3.Proliferasi

Pada fase ini terjadi pertumbuhan jaringan baru melalui tiga proses :

a).Granulasi

b).Kontraksi luka

c).  Epitelialisasi

Selama granulasi, kapiler dari sekitar pembuluh darah tumbuh ke dasar


luka. Pada waktu yang sama, fibroblas memproduksi jaringan kolagen sehingga
membentuk jaringan baru. Kolagen meningkatkan kekuatan dsan integritas
struktur jaringan luka. Jaringan granulasi yang sehat berwarna merah terang,
halus, bercahaya, dan dasarnya tampak mengerut dan tidak mudah berdarah.

Setelah luka berisi jaringan ikat, fibroblas terkumpul di sekitar tepi luka
dan berkontraksi, merapatkan kedua tepi luka. Terbentuk jaringan parut epitel
fibrosa yang lebih kuat pada saat fibroblas dan serat kolagen mulai menyusut,
menimbulkan kontraksi pada area tersebut dan obliterasi sebagian kapiler. Hal ini
hanya terjadi pada jaringan sehat yang belum dijahit.

Selama epitelisasi, sel epitel baru tumbuh diatas permukaan luka untuk
membentuk lapisan luar baru,  yang dapat dikenali dengan warnanya putih
bersemu merah, dan semi transparan. Proses terjadi pada lingkungan yang lembab
dan bersih.

7
4. Maturasi

Setelah epitelisasi selesai, jaringan yang baru mengalami proses maturasi


bila mengalami “remodelling” untuk meningkatkan kekuatan regangan jaringan
parut. Pada kulit kulit putih, jaringan parut pada awalnya tampak erah dan
menonjol, dan sejalan dengan waktu berubah menjadi lebih pucat, halus, dan rata.
Jaringan ikat yang matur bersifat avaskuler dan tidak mengandung kelenjar
keringat atau kelenjar lemak maupun rambut. Fase ini dapat berlangsung sampai 2
tahun dan inilah yang menjadi alasan mengapa beberapa luka yang nampaknya
sudah sembuh tetapi dapat robek kembali secara tiba-tiba.

Proses penyembuhan ini juga dapat terjadi di sekitar jahitan. Bila jahitan
diangkat,sel epitel dapat tercabut dan terlihat pada jahitan sebagai debris.

Penyembuhan luka dan intervensi sekunder terjadi pada luka yang lebih
dalam dan lebih lebar, yang bagian tepinya tidak dapat disatukan. Inflamasi dapat
bersifat kronis, dengan pembentukan jaringan granulasi yang lebih banyak, yang
menghabiskan banyak kolagen selama fase proliferasi. Jaringan granulasi secara
bertahap mengisi luka dengan re-epitelisasi yang dimulai ditepi luka.
Penyembuhan luka dengan intervensi sekunder memerlukan waktu lebih lama,
sehingga akan lebih banyak terbentuk jaringan parut.

2.4  Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Penyembuhan Luka

1.Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.

2.Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien


memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status

8
nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena suplai darah
jaringan adipose tidak adekuat.

3.Infeksi

Bakteri sumber penyebab infeksi. Infeksi menyebabkan peningkatan


inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan luka.

4.Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya


sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat
karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk
sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan
vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk
penyembuhan luka.

5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara


bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh,
sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan


terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah putih), yang membentuk
suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

9
7. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah


pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal
yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8.Diabetes Mellitus

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula


darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.

9.Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas


penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama
dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a.Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh


terhadap cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c.  Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri


penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

10
2.5  Prinsip Penyembuhan Luka

       Prinsip penyembuhan luka menurut Taylor (1997), yaitu:

1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan

Setiap tubuh manusia memiliki respon yang berbeda-beda terhadap luka.


Ada tubuh yang merespon cepat terhadap luka sehingga penyembuhannya juga
cepat, namun sebaliknya ada pula tubuh yang cukup lama merespon penyembuhan
luka. Hal tersebut dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum
kesehatan tiap orang. Semakin luas luka yang dialami, maka proses
penyembuhannya relatif lebih cepat. Selain luas kerusakan, keadaan umum
kesehatan tiap orang juga mempengaruhi proses penyembuhan luka. Semakin
dinyatakan baik kesehatan umum seseorang, maka proses penyembuhannya lebih
cepat dengan diimbangi nutrisi yang masuk dalam tubuh.

2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga

Nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan membantu proses penyembuhan


luka. Makanan yang dikonsumsi oleh orang yang terluka perlu memiliki
kebutuhan nutrisi yang tepat bagi penyembuhan luka. Klien memerlukan makanan
yang kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe,
Zn dalam jumlah seimbang.

3. Respon tubuh secara sistemik pada trauma

Penyembuhan luka perlu didukung oleh fungsi tiap sistem dalam tubuh
manusia dan setiap sistem tersebut harus bekerja secara seimbang.

4. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka

Jaringan luka pada tubuh manusia tetap memerlukan supply nutrisi dan
oksigen untuk mempercepat penyembuhan luka. Aliran darah ke dan dari jaringan
luka harus diperhatikan dengan cara antara laintidak membalut luka terlalu

11
kencang, memberi obat-obatan tertentu, dan melakukan penatalaksanaan panas-
dingin sesuai anjuran dokter atau sesuai dengan anjuran kapala bagian perawatan.

5.Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme

Kulit dan mukosa sebagai garis pertama pertahanan diri harus memiliki
kondisi yang baik ketika terjadi luka, sehingga mikroorganisme tidak mudah
masuk ke dalam jaringan luka dan menyebabkan inflamasi.

6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri

Setelah luka mengalami pemulihan dan jaringan tubuh yang baru mulai
terbentuk perlu adanya peningkatan usaha perawatan luka secara normal, sehingga
jaringan dapat terbentuk lagi dengan baik tanpa harus ada kerusakan kembali.

2.6  Macam-macam Luka dalam Praktek Kebidanan

Jenis luka berdasarkan penyebabnya yang sering dijumpai dalam praktik


kebidanan adalah luka mekanik: luka insisi (incised wound) dan luka gores
(lacerated wound). Luka insisi karena pembedahan dapat dijumpai pada kasus:
kelahiran bayi dengan section caesarea, masektomi, laparotomi (pada kasus:
histerektomi, tubektomi, miomektomi, dll), dan kasus yang lain.

Sedangkan luka gores terjadi pada kasus luka di jalan lahir (mukosa
vagina, perineum) dan atau pada cerviks karena kelahiran bayi. Jenis luka gores
dapat juga terjadi pada kasus robekan uterus karena tetania uteri. Luka pada
perineum yang disengaja untuk melebarkan jalan lahir atau disebut episiotomy,
termasuk dalam jenis luka insisi.

12
2.7  Perawatan Luka dalam Praktek Kebidanan

Perawatan luka dalam praktik kebidanan pada dasarnya sama dengan


perawatan luka pada umumnya. Lebih jelasnya akan dijelaskan pada poin ketiga
tentang perawatan luka operasi.

Hal yang berbeda adalah perlakuan pada kasus luka gores (lacerated
wound): luka pada uterus, cerviks, mukosa vagina dan perineum, yang meliputi
teknik penjahitan yang dilakukan dan perawatan luka

2.8  Penjahitan Luka

a. Melakukan Penjahitan Luka Episiotomi/ Laseras

1.   Anestesi lokal, prinsip penjahitan perineum

Terjadinya robekan atau laserasi pada perineum perlu segera ditangai


secara hati-hati dan benar, kalau tidak segera ditangani akan sangat
membahayakan kondisi ibu karena kemungkinan terjadi infeksi pada luka robekan
sangat besar, karena pada saat jarum masuk jaringan tubuh juga akan terjadi luka.
Pada proses penjahitan robekan perlu diperhatikan bahwa saat menjahit laserasi
atau episiotomi harus digunakan benang yang panjang dan diusahakan sesedikit
mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis.

Karena pada saat menjahit mungkin timbul rasa sakit yang berlebihan
maka perlu digunakan anestesi lokal untuk mengurangi hal tersebut. Setelah
diberikan anestesi lokal perlu diuji apakah bahan anestesi sudah bekerja caranya
dengan menyentuh luka dengan jarum yang tajam atau dengan cubit dengan
forcep atau cunam. Jika ibu merasa tidak nyaman ulangi pemberian anestesi lokal.
Anastesi lokal standard yang digunakan adalah lidokain 1 % tanpa epinefrin
( silokain ), jika tidak tersedia gunakan lidokain 2% yang dilarutkan dengan air
Steril atau normal salin dengan perbandingan 1:1. Hati-hati pada saat memberikan
anestesi jangan sampai masuk kedalam pembuluh darah karena dapat
menyebabkan ibu menjadi kejang bahkan dapat menyababkan kematian.

13
2.Penjahitan epistiotomi/liserasi

Secara umum prosedur penjahitan episiotomi sama dengan menjahit


laserasi perinium, setelah episiotomi dilakukan penilaian secara hati-hati untuk
memastikan lukanya tidak meluas dan sedapat mungkin menggunakan jahitan
jelujur. Untuk merapatkan jaringan pada sayatan yang terlalu dalam atau bahkan
mencapai lapisan otot diperlukan penjahitan secara terputus.

b. Perawatan Luka Operasi

Dalam bahasan ini, perawatan luka operasi terdiri atas tindakan ganti
balutan dan angkat jahitan.

2.9  Ganti Balutan

Perawatan luka umumnya diawali dengan tindakan penggantian balutan.


Ganti balutan/ verban merupakan suatu tindakan mengganti verban untuk
melindungi luka dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme. 

Ganti balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan


kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan: kondisi klinis pasien,
sifat operasi, tipe/jenis luka dan tampilan luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk
yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk
membersihkan luka hanya memakai normal saline (NaCl). Citotoxic agent seperti
povidine iodine, asam asetat, sebaiknya tidak sering digunakan untuk
membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah
reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris di permukaannya dapat dibersihkan
dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak
manipulasi gerakan.

14
2.10 Angkat Jahitan

Angkat jahitan adalah suatu tindakan melepas jahitan yang biasanya


dilakukan pada hari ke-7 atau sesuai dengan proses penyembuhan luka. Tujuan
dilakukan angkat jahitan adalah untuk mempercepat proses penyembuhan luka
dan mencegah terjadinya infeksi. Pertimbangan dilakukan angkat jahitan adalah
tegangan pada tepi luka operasi/luka jahitan.

Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan tindakan angkat jahitan adalah :

1. Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang 

2. Luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit
setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan tegangan tepi luka
yang besar  pengambilan jahitan ditunda lebih lama, sampai dicapai
kekuatan jaringan yang cukup, sehingga bekas jahitan tidak mudah terbuka
lagi 

3.  Jahitan yang dibiarkan terlalu lama, akan memperlambat penyembuhan


luka. 

15
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena


adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka
adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang.

3.2.  Saran

Disaranan bagi petugas kesehatan dan pasien untuk lebih menjaga


kesehatan dan juga jika terjadi luka pada kulit untuk dijaga kebersihannya agar
tidak terjadi iritasi

16
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Dewi Baririet.2011. Basic Nursing Departement.PSIK FIKES UMM

Johnson, Ruth dan Wendy Taylor.2005.Praktik Kebidanan, diterjemahkan oleh     


Suharyati Samba.Jakarta: EGC

Kostania, Gita.Ketrampilan Dasar Kebidanan II.Semester II. Poltekkes Surakarta

Widyastuti, Yani,dkk.2009.Perawatan Ibu Bersalin.Yogyakarta:Fitra Maya

17

You might also like