You are on page 1of 10

Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase A

Pada Tema Bhineka Tunggal Ika


Indra Kartika Sari1, Ade Pifianti2, Chairunnisa3
indrakartikasari@gmail.com1, ade.pifitanti@gmail.com2, ninischairunissa@gmail.com3
SD Avicenna Cinere1,2,3

The Implementation of Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (The Project of Pancasila
Students Profile Reinforcement) in A Phase within the Theme of Bhineka Tunggal Ika

ABSTRACT
The purpose of this study is to provide experience with project implementation activities
to strengthen the profile of Pancasila students in phase A on the theme of Bhineka Tunggal Ika.
This research used a qualitative descriptive approach and the data collection techniques used
were the observation techniques by prioritizing direct data from the student information, as well
as direct observations from the research location. The research location was at SD Avicenna
Cinere grades 1 and 2, that was carried out from November to December 2022. The results
obtained in this study in the dimensions of ‘Faith, Fear of God Almighty’, the Avicenna
Elementary students understood that God created humans with all the differences and
uniqueness in the ‘Dimension of Noble Morals’. It was found that the students understood to
always be grateful for God’s blessings. The result in the ‘Global Diversity’ dimension showed
that the students respect the physical, cultural, and background differences of the individuals
around them. In the ‘Mutual Cooperation’ dimension, it was found that students could work
together with their classmates both in group discussions or assignments. Lastly, in the
‘Creative’ dimension, students showed more creativity in completing their assignments, by
providing creative ideas in group discussions.

Keywords: The Project of Pancasila Student Profiles Reinforcement, Bhineka Tunggal Ika

Article Info
Received date: 11 April 2023 Revised date: 13 Mei 2023 Accepted date: 26 Mei 2023

PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman, teknologi, Pendidikan dan ilmu pengetahuan terus mengalami
perubahan. Perubahan tentunya tidak dapat dihindari, maka perlu ada pengembangan kurikulum yang
sesuai dengan zaman. Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan kurikulum, hal ini harus
dijalani dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan kurikulum terjadi tidak hanya
direncanakan untuk masa depan namun, perubahan juga terjadi karena respon dari tantangan yang
sedang dihadapi sekarang (Nahdiyah et al., 2022). Perubahan kurikulum Pendidikan Indonesia tahun
2022 adalah kurikulum prototipe atau sekarang dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Kurikulum
Merdeka merupakan langkah awal perbaikan pembelajaran akibat pandemi Covid-19. Pada masa
pandemi peserta didik kehilangan kemampuan komunikasi dan hasil belajarnya (Sari et al., 2022). Hal
tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan (Rachmawati et al., 2022) pada masa pandemic
peserta didik kemajuan belajarnya berkurang senhingga mengakibatkan learning loss. Maka dari itu,
perubahan kurikulum dilakukan. Peralihan kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka merupakan hal yang
sangat baru, sehingga kurikulum merdeka masih diimplementasikan secara terbatas diberbagai jenjang
(Fitriyah & Wardani, 2022).
Salah satu program dari Kurikulum Merdeka adalah projek penguatan profil pelajar Pancasila
yang dirancang untuk menghasilkan standar kompetensi lulusan disetiap jenjang satuan Pendidikan
yang unggul dalam hal karakter sesuai dengan nilai Pancasila (Kemendikbudristek, 2022). Tidak hanya
untuk membentuk karakter nilai Pancasila namun projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang
agar lulusan siap menghadapi tantangan Revolusi 4.0 (Aristiawan et al., 2023). Terdapat empat
keterampilan yang harus dimiliki era Revolusi 4.0 antara lain; berpikir kritis, kreatif, kolaborasi dan
komunikasi. Empat keterampilan ini terdapat pada enam dimensi profil pelajar Pancasila yaitu:

138
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 2, Mei 2023: 138-147

1)Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, 2)berkebinekaan global,
3)bergotong royong, 4)mandiri, 5)bernalar kritis, 6)kreatif (Lieung & Rahayu, 2022). Keenam dimensi
tersebut dapat diwujudkan dalam keseharian peserta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran
intrakurikuler, ekstrakurikuler ataupun saat projek penguatan profil pelajar pancasila (Yana et al.,
2022). Di dalam kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) kurikulum merdeka, terdapat
beberapa fase yang ada di tingkat SD yaitu Fase A untuk kelas 1 dan 2, Fase B untuk kelas 3 dan 4, dan
Fase C untuk kelas 5 dan 6 (Yunaini et al., 2022).
Kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila sudah dilakukan di sekolah yang
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Berdasarkan data (Kemendikbudristek, 2022) terdapat
84.034 Sekolah Dasar. Namun kajian penelitian mengenai projek penguatan profil pelajar pancasila
masih sedikit yang melakukanya. Sehingga para praktisi Pendidikan tidak banyak memiliki kajian
ilmiah topik tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengalaman aktivitas
implementasi projek penguatan profil pelajar pancasila fase A pada tema Bhineka Tunggal Ika. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi Informasi dan masukan bagi para pendidik.

KAJIAN PUSTAKA
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila dijelaskan oleh (Irawati et al., 2022) kompetensi serta karakter yang
perlu dibangun pada setiap individu peserta didik di Indonesia. Harapanya peserta didik dapat memiliki
karakter dan perilaku sesuai dengan nilai pancasila c Dijelaskan oleh (Jayadiputra et al., 2019)
kompetensi abad 21 meliputi bernalar kritis, kreatif, kolaborasi dan komunikasi. Kompetensi ini dapat
didapatkan pada kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila muncul bersamaan dengan kurikulum merdeka
(Wahyuni, 2022). Kurikulum merdeka dikembangkan agar lebih fleksibel sekaligus berfokus pada
materi dan karakter, kelebihan yang menjol adalah adanya projek sehingga peserta didik dapat aktif dan
mengembangkan diri (Wiguna & Tristaningrat, 2022). Pada Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa
istilah profil pelajar pancasila, seperti profil pelajar pancasila, penguatan profil pelajar pancasila, dan
projek penguatan profil pelajar pancasila. Adapun pengertian dari proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila adalah kegiatan kurikuler yang berbasis proyek dan dirancang untuk memperkuat upaya
pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan.
Projek penguatan profil pelajar pancasila hadi untuk memberikan kesempatan peserta didik
untuk belajar dalam situasi yang menyenangkan, interaktif dan terlibat langsung dengan lingkungan
sekitar sehingga relevan dengan kehidupan peserta didik (Mery et al., 2022). Sejalan dengan
(Kemendikbudristek, 2022) Projek penguatan profil pelajar Pancasila, sebagai salah satu sarana
pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami
pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan
sekitarnya. Dalam kegiatan projek profil ini, peserta didik akan memiliki kesempatan untuk
mempelajari berbagai tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan
mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik dapat
melakukan aksi nyata atau menerapkannya dalam kehidupan sosial dan dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan sosialnya.
Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika muncul dari buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular (F. K.
Fitriyah et al., 2022). Bhinneka Tunggal Ika merupakan landasan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” memuat dua konsep yang berbeda, bahkan
kedua konsep tersebut seolah-olah bersifat kontradiktif. Kedua konsep itu adalah “Bhinneka” dan
“Tunggal Ika”. Konsep “Bhinneka” mengakui adanya keunikan atau keragaman, sedangkan konsep
“Tunggal Ika” menginginkan adanya kesatuan (Dewi & Nawawi, 2023). Selain itu berdasarkan buku
berjudul "Kajian Analitik Terhadap Semboyan Bhinneka Tunggal Ika” karya I Nyoman Pursika,
menjelaskan tentang sejarah semboyan negara. Kata Bhinneka Tunggal Ika diambil dari kutipan kitab
Sutasoma karangan Mpu Tantular. Semboyan negara ini diambil dari bahasa Jawa kuno. Kata
"Bhinneka" artinya beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "Tunggal" artinya satu. Sedangkan “Ika”
artinya itu.

139
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase A Pada Tema Bhineka Tunggal Ika
(Indra K. Sari, Ade Pifianti, Chairunnisa)

Masyarakat Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda- beda sehingga Bhinneka Tunggal
Ika lahir untuk menjadi landasan hidup bermasyarakat. Berdasarkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
menjadi jiwa dan raga bangsa Indonesia untuk semangat menerima perbedaan (Muchtar et al., 2022).
Maka dari itu, Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan rasionalitas yang menekankan kesamaan daripada
perbedaan (Rahma et al., 2023). Kesamaan ini merujuk pada kebangsaan yang sama, bertujuan untuk
msyarakat memiliki karakter yang berpedoman pada ideologi Pancasila. Maka dari itu, pelajar
Indonesia wajib melakukan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Selain itu, pendidik dapat
mengembangkan program pengembangan karakter Pancasila seperti yang dilakukan oleh (Tabroni et
al., 2021) hasilnya, peserta didik memiliki rasa empati terhadap satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan
pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun
tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni
antara kebhinekaan dan ketunggalikaan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan
monisme.
Penelitian yang dilakukan (Utami et al., 2023) Indonesai telah mengimplementasikan nilai-
nilai Bhinneka Tunggal Ika dan nilai- nilai Pancasila di sekolah, penerapan keduanya dapat membentuk
Profil Pelajar Pancasila maka dari itu peserta didik sebagai masyarakat Indonesia harus menerapkan
sikap bhinneka tunggal ika. Sependapat dengan penelitian yang dilakukan (Lubaba & Alfiansyah, 2022)
implementasi profil pelajar Pancasila dalam membentuk karakter peserta didik dapat memotivasi
menjadi individu baik berlandaskan nilai- nilai Pancasila.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kulitatif. Metode deskriptif kualitatif
merupakan teknik untuk menggambarkan, menyajikan dan mengintepretasikan hasil penelitian dengan
sistematis (Sinuhaji et al., 2019). Metode ini digunakan karena sesuai dengan permasalahan yang dikaji
untuk mendeskripsikan implemetasi projek penguatan profil pelajar pancasila fase A pada tema Bhineka
Tunggal Ika. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan dokumentasi teknik ini dipilih
karena mengamati kegiatan peserta didik selama pelaksanaan projek prifil pelajar pancasila. Tempat
penelitian di SD Avicenna Cinere kelas 1 dan 2. Penelitian dilaksanakan mulai November-Desember
2022. Penelitian ini mengutamakan data langsung dari Informasi serta observasi yang dilakukan di
lapangan.
Setelah melaksanakan pengumpulan data, teknik analisis data yang dilakukan adalah reduksi
data. Reduksi data merupakan proses pemilihan dan penyederhanaan data yang muncul dari catatan
Informasi saat penelitian selanjutnya tahap enyajian data. Penyajian data merupakan kumpulin
Informasi yang telah disusun dengan cara mengelompokkan data dan menjelaskan secara sistematis
setelah melakukan penyajian data tahap selanjutnya adalah membuat kesimpulan. pengambilan
kesimpulan adalah pengambilan kesimpulan merupakan kegiatan akhir yang dilakukan sehingga dapat
ditarik kesimpulan akhir (Martin et al., 2022).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Implementasi projek penguatan profil pelajar pancasila melalui beberapa tahap dapat dilihat
pada gambar berikut:

Gambar 1. Tahap implementasi projek penguatan profil pelajar pancasila


Sumber: (Kemendikbudristek, 2022)

140
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 2, Mei 2023: 138-147

Sebelum pelaksanaan kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila langkah awal adalah
membuat rencana. Perencanaan pertama adalah membetuk tim. Guru dibagi menjadi dua tim untuk
merencanakan, menjalankan dan mengevaluasi kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila. Tim
fasilitator memiliki koordinator projek atau ketua penanggung jawab projek. Koordinator projek dipilih
oleh pimpinan Sekolah dengan kualifikasi memiliki pengalaman menjalankan kegiatan pembelajaran
berbasis projek. Tugas seorang koordinator projek adalah mengelola segala kebutuhan tim fasilitator,
memastikan pembelajaran, aktivitas dan asesmen kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila
berjalan dengan baik dan sesuai. Tim fasilitator projek di SD Avicenna Cinere dibagi menjadi dua tim
fasilitator untuk fase A dan fase B.
Tahap selanjutnya mengidentifikasi kesiapan sekolah dalam menjalankan projek. Identifikasi
kesiapan satuan Pendidikan dalam menjalankan projek penguatan profil pelajar pancasila didasarkan
pada kemampuan menerapkan pembelajaran berbasis projek (Project based learning). Ada 3 tahap
kesiapan yang dijelaskan oleh (Kemendikbudristek, 2022) pertama tahap awal, tahap ini sekolah belum
memiliki kesiapan mengenai pembelajaran berbasis projek, pembelajaran belum pernah menggunakan
berbasis projek dan belum menjalankan projek dengan pihak luar. Kedua tahap berkembang, pada tahap
ini guru sebagian pernah menggunakan konsep pembelajaran berbasis projek dan mulai melibatkan
pihak luar untuk membantu aktivitas projek. Ketiga tahap lanjutan, pembelajaran berbasis projek sudah
menjadi kebiasaan sekolah, semua guru memahami pembelajaran berbasis projek dan sudah menjalin
kerjasama dengan pihak mitra luar.
Tahap implementasi selanjutnya adalah memilih dimensi, tema dan alokasi waktu. Pemilihan
dimensi merujuk pada visi misi sekolah pada program pembelajaran tahun ajaran yang sedang berjalan.
SD Avicenna Cinere memilih 4 dimensi profil pelajar pancasila yaitu 1) Beriman, Bertakwa Kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, 2) Berkebhinekaan Global 3) Bergotong Royong dan 4)
Kreatif. Setelah pemilihan dimensi selanjutnya melakukan pemilihan tema. Terdapat delapan tema yang
dapat digunakan untuk jenjang SD, SMP dan SMA diantaranya 1) Gaya Hidup Berkelanjutan 2)
Kearifan Lokal 3) Bhineka Tunggal Ika 4)Bangunlah Jiwa dan Raganya 5)Suara Demokrasi 6)Rekayasa
dan Teknologi 7) Kewirausahaan dan 8)Kebekerjaan. Pemilihan tema pada satu tahun di tingkat SD
dapat memilih 2-3 tema berbeda. SD Avicenna Cinere memilih tema Bhineka Tunggal Ika untuk
pembelajaran di semester ganjil tahun ajaran 2022-2023. Pemilihan tema didasarkan pada relevansi
dimensi profil pelajar pancasila yang telah dipilih, kesiapan sekolah dalam menjalankan projek dan
topik tersebut relevan serta berkelanjutan untuk kelangsungan hidup individu.
Tahap selanjutnya adalah Menyusun modul projek penguatan profil pelajar pancasila yang
berisi tujuan, langkah pelaksanaan, media pembelajaran dan asesmen yang dibutuhkan untuk
melaksanakan projek. Modul dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar dan karakteristik peserta
didik. Penyusunan modul dapat dilakukan sesuai dengan kesiapan tahap sekolah yaitu: tahap awal dapat
mengginakan modul yang sudah disediakan pemerintah, tahap berkembang yaitu menggunakan modul
yang telah tersedia namun dimodifikasi dan tahap lanjutan yaitu modul dirancang sendiri secara
keseluruhan. SD Avicenna Cinere berada di tahap lanjutan maka modul dirancang dan dikembangkan
sendiri sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Tahap akhir adalah merancang strategi pelaporan projek. Pelaporan projek berisi asesmen atau
penilaian kemampuan peserta didik pada kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila. Alur
pembelajaran dan strategi asesmen projek dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Alur pembelajaran dan asesmen projek penguatan profil pelajar pancasila
Sumber: (Kemendikbudristek, 2022)

141
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase A Pada Tema Bhineka Tunggal Ika
(Indra K. Sari, Ade Pifianti, Chairunnisa)

Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase A


Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar pancasila dilaksanakan di luar jam pelajaran.
Struktur kurikulum merdeka pemerintah memberikan plot jam pelajaran di setiap jenjangnya
(Solehudin et al., 2022), hal ini memudahkan guru dan pemangku kebijakan sekolah dalam mengatur
waktu pembelajaran. Di SD Avicenna Cinere waktu pelaksaan projek penguatan profil pelajar pancasila
semester ganjil mulai dari 16 November 2022 sampai 10 Desember 2022. Langkah pertama pimpinan
sekolah membentuk tim fasilitator projek untuk setiap fase. Kemudian melakukan analisis kesiapan
sekolah, SD Avicenna Cinere berada di tahap lanjutan karena pembelajaran berbasis projek sudah
menjadi kebiasaan sekolah, semua guru memahami pembelajaran berbasis projek dan sudah menjalin
kerjasama dengan pihak mitra luar. Selanjutnya tim memeilih dimensi, tema dan waktu pelaksanaan
projek.
Dimensi yang dipilih pada fase A yaitu; 1) Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan Berakhlak Mulia, 2) Berkebhinekaan Global, 3) Bergotong Royong dan 4) Kreatif. Tema yang
dipilih adalah Bhineka Tinggal Ika dengan Tema Kenali diriku dan teman- temanku. Tujuanya peserta
didik dapat mengenali dirinya sendiri dan keberagaman teman- temanya di lingkungan sekolah
meliputi: ciri fisik, kegemaran dan cita- cita. Kemudian puncak acara projek penguatan profil pelajar
pancasila yaitu Talentshow. Pelaksanaan projek dilakukan secara bertahap, ada 4 tahap yaitu; 1) Tahap
Pengenalan, pada tahap ini peserta didik dapat mengenali dan membangun kesadaran bahwa setiap
manusia unik, memiliki perbedaan fisik, kegemaran dan mengenal bernagai macam emosi 2) Tahap
Kontekstualisasi, peserta didik dapat melakukan pengamatan tentang keanekaragaman ciri fisik, hobi,
cita- cita dan profesi. 3) Tahap Aksi peserta didik memiliki rasa saling menghargai, menghormati, dan
mendukung perbedaan yang ada di sekitar. 4) Tahap Refleksi dan tindak lanjut, peserta didik dapat
menanggapi aksi dengan sebuah karya dengan menyusun langkah strategis, melakukan evaluasi dan
refleksi kegiatan projek.
Tahap pengenalan, pada tahap ini peserta didik mengenal berbagai macam ciri fisik manusia
melalui gambar, video. Melakukan pengamatan ciri fisik dirinya sendiri dan mengenal berbagai macam
emosi selain itu, peserta didik melakukan pengamatan ciri fisik teman di kelasnya. Pada tahap
pengenalan ini kegiatan dilakukan selama 5 pertemuan. Berikut kegiatan dan portofolio peserta didik.

Gambar 3. Tahap Pengenalan

Hari pertama peserta didik mengenal keanekaragaman ciri fisik melalui powerpoint dan video.
Mengenal berbagai bentuk mata, jenis rambut, warna kulit, bentuk hidung. Hari kedua peserta didik
mengenal keberagaman fisik nusantara suku baduy, nias, papua, aceh kemudian anak- anak diminta
mengidentifikasi ciri fisiknya. Hari ketiga peserta didik mengamati keragaman ciri fisik dirinya dan
temanya dikelas, mencari kesamaan fisik dan perbedaan fisik dirinya dengan temanya. Hari keempat
peserta didik mengamati dan mencari kesamaan ciri fisik dirinya dengan individu yang ada di
lingkungan sekolah. Hari kelima, peserta didik mengenal potensi yang dimiliki dirinya sendiri.
Selanjutnya peserta didik masuk pada tahap kontekstualisasi.
Hasil observasi pada tahap pengenalan ditemukan bahwa peserta didik antusias mengamati
keberagaman ciri fisik dirinya, teman, guru, dan warga sekolah. Mereka mengamati ciri fisik orang-
orang yang ada disekitar mereka dan pada akhirnya peserta didik menjadi paham bahwa terdapat
perbedaan ciri fisik di setiap individu. Guru memberikan penekanan bahwa perbedaan fisik adalah unik,
karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda dengan keunikan yang berbeda pula. Meskipun
berbeda kita semua harus selalu saling menghargai dan menyayangi. Selesai tahap pengenalan peserta

142
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 2, Mei 2023: 138-147

didik diberikan lembar refleksi perasaanya mengikuti kegiatan ini. Hasilnya peserta didik merasa
senang karena kegiatan yang dilakukanya menyenangkan.
Tahap kontekstualisasi, pada tahap ini peserta didik melakukan pengamatan mengenai hobi,
cita- cita dan profesi. Peserta didik dapat menceritakan hobinya, cita- cita dan profesi yang disukai.
Selai itu kegiatan wawancara juga dilakukan kepada teman dan guru terkait hal tersebut. Kegiatan pada
tahap kontekstualisasi dilakukan selama 4 hari. Berikut kegiatan dan portofolio peserta didik pada tahap
kontekstualisasi.

Gambar 4. Tahap Kontekstualisasi

Hari keenam peserta didik melakukan kegiatan mengenal hobi dan wawancara tentang hobi
dengan temanya teman. Hari ketujuh peserta didik megenal berbagai macam profesi, peserta didik
mengerjakan lembar kerja memasang baju dan alat profesi, bercerita tentang profesi yang dicita-
citakanya. Hari kedelapan peserta didik melakukan wawancara mengenai profesi yang ada di sekolah
seperti cleaning service, guru, dan suster. Mereka bertanya mengenai profesi yang telah dijalani. Hari
kesembilan peserta didik menceritakan profesi yang diinginkan kepada teman-temanya.
Hasil observasi pada tahap kontekstualisasi peserta didik dapat mengenal berbagai macam hobi
dan profesi. Peserta didik aktif bertanya dan antusias mendengarkan pemaparan dari narasumber.
Peserta didik mengenal berbagau profesi dan dapat memilih profesi yang diinginkanya. Selanjutnya
tahap aksi pada tahap ini peserta didik melakukan hobi dan praktik profesi yang diinginkanya. Selain
itu peserta didik juga mempersiapkan talent show untuk puncak kegiatan projek penguatan profil pelajar
pancasila. kegiatan pada tahap aksi dilaksanakan 11 hari. Berikut kegiatan yang dilakukan pada tahap
aksi.

Gambar 5. Tahap Aksi


Pada hari kesepuluh, peserta didik mempersiapkan perjalanan menuju kidzania, Jakarta Selatan.
Kunjungan ini dimaksud agar peserta didik dapat merealisasikan kegemaran mereka dengan praktik
langsung berbagai profesi yang ada di tempat tersebut. Hal ini menjadi pengalaman bagi peserta didik,
karena pengalaman akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Di hari kesebelas, peserta didik
menceritakan pengalalaman yang menyenangkan yang mereka rasakan saat kunjungan ke Kidzania.
Tidak hanya menceritakan pengalaman menyenangkan tetapi mereka juga menjelaskan manfaat dari
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan saat di kidzania. Selanjutnya di hari kedua belas, peserta didik
belajar mewarnai dengan konsep Bersatu dalam perbedaan. Dalam kegiatan ini peserta didik bekerja
sama dalam melukis “7 Habits” yang diterapkan di sekolah. Hari ketiga belas peserta didik mendesign
kartu undangan dan Latihan untuk pertunjukan seni. Kartu undangan yang mereka buat akan diberikan
kepada orang tua murid sebagai ajakan untuk melihat pertunjukan seni yang akan dilakukan oleh peserta
didik.

143
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase A Pada Tema Bhineka Tunggal Ika
(Indra K. Sari, Ade Pifianti, Chairunnisa)

Hari ketiga belas, peserta didik mendesign tiket. Tiket ini akan dijual kepada tamu yang akan
datang dan Latihan untuk pertunjukan seni. Hari keempat belas, peserta didik difokuskan untuk
menghafal koreografi, tarian, nyanyian dan juga dialog untuk petunjukan seni dan dilakukan di kelas
masing-masinh. Pada hari kelima belas, enam belas, tujuh belas dan delapan belas peserta didik beserta
guru berlatih bersama-sama hingga melakukan gladi bersih di panggung. Peserta didik secara
bergantian Latihan di atas panggung sekaligus soundcheck. Dan di hari kesembilan belas, yaitu hari
Puncak P5 peserta didik menampilkan pertunjukan seni dengan sangat meriah. Mereka dengan percaya
diri menampilkan tari, drama musical dan bernyanyi dengan tema Bhinneka Tunggal Ika.
Hasil observasi pada tahap aksi peserta didik antusias dan senang saat belajar di kidzania peserta
didik mencoba berbagai profesi seperti pemadam kebakaran, dokter gigi, farmasi danlain sebagainya.
Sehingga mereka bisa merasakan menjadi profesi tersebut dan menumbuhkan rasa keinginan untuk bisa
menggapai cita- citanya. Setelah kegiatan di kidzania mereka melakukan latihan talent show, membuat
tiket dan kartu undangan peserta didik sangat antusias latihan, dan menghias kartu dan tiketnya. Tiket
dijual kepada keluarga mereka.
Tahap Refleksi dan tindak lanjut. Pada tahap ini peserta didik melakukan refleksi kegiatan
projek penguatan profil pelajar pancasila dengan cara peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaannya ketika melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di projek. Peserta didik juga melakukan
penghitungan penjualan tiket talentshow yang kemudian setiap kelas akan merayakan keberhasilan
mereka dengan cara yang berbeda, seperti membuat sushi dan makan bersama.

Gambar 6. Tahap Refleksi dan tindak lanjut

Hasil observasi pada tahap refleksi dan tindak lanjut peserta didik pada tahap ini ditemukan
bahwa peserta didik merasa senang merayakan keberhasilannya. Mereka merasakan hasil jerih payah
mereka dalam membuat dan menjual tiket kepada saudara dan keluarganya. Ini menumbuhkan jiwa
eunterpeurnership atau kewirausahaan sejak dini. Di tahap refleksi dan tindak lanjut ini siswa sudah
dapat mengevaluasi apa yang menjadi kekurangan ataupun kelebihan kegiatan tersebut, serta sudah
dapat menunjukkan sikap ketika mereka menemukan perbedaan dan diharapkan ini menjadi kebiasaan
yang baik bagi siswa. Dengan kegiatan ini semakin terlihat kekompakan antar teman maupun antar
orang tua siswa.
Implementasi Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Peserta didik pada saat kegiatan projek profil pelajar pancasila pada tema Bhinneka tunggal ika
mengimplementasikan dimensi profil pelajar pancasila diantaranya 1) Beriman, Bertakwa Kepada
Tuhan Yang Maha Esa, peserta didik Avicenna Cinere memahami bahwa Tuhan menciptakan manusia
dengan segala perbedaan dan keunikan Dimensi Berakhlak Mulia didapat bahwa siswa memahami
untuk selalu bersyukur atas anugrah yang diberikan oleh Tuhan. 2) Dimensi Berkebhinekaan Global
didapat bahwa peserta didik menghargai perbedaan baik fisik, budaya dan latar belakang individu-
individu yang ada di sekitar mereka. 3) Dimensi Bergotong Royong didapat bahwa peserta didik dapat
bekerja sama dengan teman-temannya baik dalam diskusi kelompok ataupun tugas kelompok, 4)
dimensi Kreatif didapat bahwa siswa lebih kreatif dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dengan
memberikan ide-ide kreatif dalam diskusi kelompok serta pelaksanaan talentshow.
Guru dan orang tua peserta didik berperan penting dalam Implementasi dimensi profil pelajar
pancasila (Santoso et al., 2023). Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dalam melaksanakan
talentshow dan membantu persiapan peserta didik untuk melaksanakan talentshow memerlukan kerja
sama yang baik. Peran guru adalah sebagai fasilitator kegiatan serta membantu peserta didik
mengarahkan dan menanamkan konsep bhineka tanggal ika. Peran orang tua adalah membantu
mempersiapkan kebutuhan peserta didik seperti kostum, tata rias, serta alat- alat untuk tampil.

144
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 2, Mei 2023: 138-147

Kolaborasi antara guru, peserta didik dan orang tua dapat memotivasi peserta didik untuk menerapkan
nilai- nilai bhineka tanggal ika. Kegiatan kolaborasi guru, pesrta didik dan orang tua dapat dilihat pada
gambar 7.

Gambar 7. Kolaborasi Guru, Peserta didik dan Orang tua

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut, secara
keseluruhan implementasi projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dilaksanakan di SD Avicenna
Cinere dengan menerapkan 4 dimensi 1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia,
2) Berkebinekaan global, 3) Bergotong royong serta 4) Kreatif sudah memberikan penguatan-penguatan
yang baik kepada siswa siswi di Sekolah Dasar tersebut. Siswa dan siswi terlibat dan mengalami
langsung bagaimana mereka berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda suku, agama, hobi dengan
mengenal lebih dekat dengan cara mengamati, bertanya jawab, mengemukakan pendapat serta
mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa setiap
individu itu berbeda dan berbeda itu tidak apa. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Mery, 2022) yang menyatakan bahwa Projek penguatan profil pelajar pancasila memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk belajar dalam situasi yang menyenangkan, interaktif dan terlibat
langsung dengan lingkungan sekitar sehingga relevan dengan kehidupan peserta didik. Selain itu guru
sebagai pendidik memberikan penguatan dengan memotivasi peserta didik untuk saling menghargai dan
menyayangi teman-temannya.
Program selebrasi merupakan wujud penguatan agar peserta didik saling menghargai dan
menyayangi serta lebih percaya diri. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tabroni,
2021) yang menyatakan bahwa pendidik dapat mengembangkan program pengembangan karakter
Pancasila yaitu dengan memiliki rasa empati terhadap satu sama lain. Oleh karena implementasi
penguatan profil Pancasila ini hendaknya dapat dilaksanakan tidak hanya pada sebuah projek, tetapi
pada pembelajaran sehari-hari. Dan diharapkan dapat dikembangkan pada dimensi-dimensi lain, seperti
dimensi kewirausahaan dan sebagainya.
Hasil penelitian yang diperoleh ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan
projek penguatan profil pelajar pancasila bagi guru sekolah dasar selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kesempatan untuk peneliti lain dalam mengambil tema yang relevan. Penelitian ini
fokus pada tema Bhinneka Tunggal Ika fase A maka diharapkan terdapat penelitian lebih lanjut untuk
mengkaji berbagai pada fase b dan c di sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA
Aristiawan, A., Masitoh, S., & Nursalim, M. (2023). Profil Pelajar Pancasila Menghadapi Tantangan
Era Revolusi Indusri 4.0 Dan Human Society 5.0 Dalam Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Jurnal Ilmiah Mandala Education, 9(1), 84–93. https://doi.org/10.58258/jime.v9i1.4205/http
Dewi, W. S., & Nawawi, E. (2023). Penanaman Nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Nilai Pancasila di
SMA Negeri 2 Palembang. 2(01), 87–97.
Fitriyah, C. Z., & Wardani, R. P. (2022). Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Guru Sekolah Dasar.
Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 12(3), 236–243.
https://doi.org/10.24246/j.js.2022.v12.i3.p236-243

145
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase A Pada Tema Bhineka Tunggal Ika
(Indra K. Sari, Ade Pifianti, Chairunnisa)

Fitriyah, F. K., Hidayah, N., Muslihati, & Hambali, I. M. (2022). Analysis of Character Values in the
Indonesian Nation’s Motto “Bhinneka Tunggal Ika” through An Emancipatory Hermeneutical
Study. Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi, 12(1), 1–9.
https://doi.org/10.47750/pegegog.12.01.01
Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya
Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 1224–1238.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3622
Jayadiputra, E., Sapriya, Karim, A. A., & Rahmat. (2019). 21st Century Competences in Civic
Education Curriculum of Indonesia. Advances in Social Science, Education and Humanities
Research, 418(2), 99–102. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200320.019
Kemendikbudristek. (2022a). Implementasi Kurikulum Merdeka. Kurikulum.Gtk.Kemdikbud.Go.Id.
https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/
Kemendikbudristek. (2022b). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. In
Kemendikbud.Go.Id.
Lieung, K. W., & Rahayu, D. P. (2022). Analisis Implementasi Projek Penguatan Profil Pancasila Di
SD Advent Merauke. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri, 08(02).
Lubaba, M. N., & Alfiansyah, I. (2022). Analisis Penerapan Profil Pelajar Pancasila Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Sains Dan Teknologi, 9(3), 2022–2687.
Martin, Y., Montessori, M., & Nora, D. (2022). Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar. Journal
of Multidicsiplinary Research and Development, 4(3), 99–103.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v1i2.603
Mery, M., Martono, M., Halidjah, S., & Hartoyo, A. (2022). Sinergi Peserta Didik dalam Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu, 6(5), 7840–7849.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3617
Muchtar, C., Dwi Noviani, Mardeli, Mutiara, & Manna Dey. (2022). Religious Moderation in the
Framework of Life. International Journal of Islamic Education, Research and Multiculturalism
(IJIERM), 4(2), 135–149. https://doi.org/10.47006/ijierm.v4i2.142
Nahdiyah, U., Arifin, I., & Juharyanto, J. (2022). Pendidikan profil pelajar pancasila ditinjau dari
konsep kurikulum merdeka. Seminar Nasional Manajemen Strategik Pengembangan Profil
Pelajar Pancasila Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dan Pendidikan Dasar
(DIKDAS).
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613–3625. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714
Rahma, M., Susanti, R., & Sriwijaya, U. (2023). MENINGKATKAN MUTU PESERTA DIDIK
MELALUI PENGIMPLEMENTASIAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BINGKAI
Pendahuluan. 1(1), 64–75.
Santoso, G., Damayanti, A., Murod, M., & Imawati, S. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka
melalui Literasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Pendidikan Transformatif
(Jupetra), 02(01), 84–90. https://jupetra.org/index.php/jpt/article/view/127/35
Sari, I. K., Isdaryanti, B., & Ellianawati, E. (2022). The Development of Local Wisdom-Based Blended
Learning Programs to Improve Students’ Learning Outcomes and Communication Skills.
Jurnal Pendidikan Progresif, 12(1), 336–347. https://doi.org/10.23960/jpp.v12.i1.202226
Sinuhaji, V. V., Siti, N., Siregar, S., & Jamil, B. (2019). Aktivitas Komunikasi Pemasaran Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan
(Studi Deskriptif Kualitatif Wisata Bukit Gundaling Berastagi) Marketing Communication
Activities of the Karo District Tourism and Culture. Diterima: 11 Agustus, 1(2), 105–118.
http://jurnalmahasiswa.uma.ac.id/index.php/jipikom

146
Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 13 No. 2, Mei 2023: 138-147

Solehudin, D., Priatna, T., & Zaqiyah, Q. Y. (2022). Konsep Implementasi Kurikulum Prototype. Jurnal
Basicedu, 6(4), 7486–7495. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3510
Tabroni, I., Nasihah, F., & Bahijah, I. (2021). the Implementation of School Culture-Based Character
Education in Salem State Elementary School, Pondoksalam Subdistrict, Indonesia. Erudio:
Journal of Educational Innovation, 8(2), 202–208. https://doi.org/10.18551/erudio.8-2.9
Utami, D., Susanti, R., & Meilinda. (2023). Implementasi Bhinneka Tunggal Ika Dan Nilai-Nilai
Pancasila Sebagai Identitas Manusia Indonesia Di Sekolah. Jurnal Pengabdian West Science,
2(01), 14–24. https://doi.org/10.58812/jpws.v2i01.130
Wahyuni, W. R. (2022). Perencanaan Penerapan Modul Kegiatan P5(Kewirausahaan), Pada Fase B Di
Sdn Banjarejo 2 Tahun Ajaran 2022/2023. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasa, 3(1), 1626–1634.
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/KID
Wiguna, I. K. W., & Tristaningrat, M. A. N. (2022). Langkah Mempercepat Perkembangan Kurikulum
Merdeka Belajar. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(1), 17.
https://doi.org/10.55115/edukasi.v3i1.2296
Yana, O., Ariyanto, P., & Huda, C. (2022). Analisis Penguatan Dimensi Kreatif Profil Pelajar Pancasila
Pada Fase B di SD Negeri 02 Kebondalem. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(6), 1707–
1715.
Yunaini, N., Prabowo, M., Hassan, N., & Kichi, A. (2022). The Concept of the Independent Learning
Curriculum ( Merdeka Belajar ) in Elementary Schools in View Progressivism Educational
Philosophy. Jurnal Ilmiah PGMI, 8(2), 95–105.

147

You might also like