You are on page 1of 12

Jurnal Basic: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar

Universitas Islam Al-Ihya Kuningan


Vol.5, No. 1, Maret 2021 (23-34)
p-ISSN: xxxx-xxxx e-ISSN: 2598-0599
website: https://jurnal.unisa.ac.id/index.php/basic/index

PERAN MAJELIS TA’LIM DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


BERBASIS MASYARAKAT

Muhammad Syauqi, Azimatul Maula


Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Abstract
Received: 14-01-2021 The word ta'lim assembly is familiar to our ears,
Accepted: 12-03-2021 because the ta'lim assembly is very easy to find in this
Published: 15-03-2021 country, and also the ta'lim assembly is a non-formal
institution whose establishment is not difficult. In
Keywords: ta'lim assembly; almost every area, we can easily find ta'lim assemblies,
educational from small ones to ta'lim assemblies which have
development; hundreds of thousands of members. However, do we
public already know what is the purpose of the function and
role of this ta'lim assembly in society, and also how this
ta'lim assembly contributes in the midst of people's
lives. Therefore, the researcher feels that research on the
ta'lim assembly is very important because as the largest
Muslim community in the world, namely the Indonesian
people, we will also live in the midst of a society that
will also come into contact either directly or indirectly
with the ta'lim assembly. this lim.
This study aims to determine the role of the ta'lim
azimatul aulad assembly in building community-based
education in Sirnabaya village, Gunungjati sub-district,
Cirebon district. That is the extent of the role of the
ta'lim assembly and what are its impacts on the lives of
the people in Sirnabaya Village.
The method used in this study is a qualitative method,
while the data collection tools include: in-depth
interviews, observation, and documentation. This
research was conducted in Sirnabaya Village,
Gunungjati District, Cirebon Regency.
Informants in this study were obtained from the
congregations of the Azimatul Aulad Ta'lim Council, the
surrounding community, and the caregivers of the
Azimatul Aulad Ta'lim Council who have been selected
and interviewed in depth to obtain the information
needed in this study which the researchers then
analyzed to determine get the results of the research.
From the results of the research conducted by the
researcher on the Azimatul Aulad Ta'lim Council, it can
be seen that the Ta'lim Council as a non-formal
institution that exists in the midst of society has
contributed significantly to the development of religious
understanding in the Sirnabaya village community. In
terms of worship, we can know from the congregation's
narrative that the members of the Azimatul Aulad
Ta'lim Assembly congregation make their
congregations more diligent and obedient in worship,

Doi: 23
Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

then from a faith standpoint, the Ta'lim Council of


Azimatul Aulad also has a positive impact for his
congregation as to make them more stable in faith and
peace of mind. Meanwhile, in social activities, the ta'lim
assembly also has a role that is very much felt by the
community whose morals are more polite, and can
distinguish what is good to do and what is bad to be
abandoned.
Abstrak
Kata majelis ta’lim; Kata majelis ta’lim sudah tidak asing lagi terdengar di
kunci: pengembangan telinga kita, dikarenakan majelis ta’lim sangat mudah
pendidikan; sekali kita jumpai di negeri ini, dan juga majelis ta’lim
masyarakat adalah lembaga nonformal yang mendirikannya tidaklah
sulit. Hampir di setiap daerah dapat dengan mudah kita
jumpai yang namanya majelis ta’lim, baik dari yang kecil
hingga majelis ta’lim yang memiliki jumlah anggotatanya
mencapai ratusan ribu. Akan tetapi apakah sudah kita
ketahui apa sebenarnya tujuan fungsi dan peran majelis
ta’lim ini dalam masyarakat, dan juga bagaimana majelis
ta’lim ini dalam memberikan kontribusinya di tengah-
tengah kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu peneliti
merasa penelitian mengenai majelis ta’lim ini sangat
penting dikarenakan sebagai masyarakat muslim
terbesar di dunia, yaitu masyarakat Indonesia, kita juga
akan hidup di tengah-tengah masyarakat yang nantinya
juga akan bersentuhan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung dengan majelis ta’lim ini.
Adapun penelitian ini betujuan untuk mengetahui peran
majelis ta’lim azimatul aulad dalam membangun
pendidikan berbasis masyarakat di desa sirnabaya
kecamatan gunungjati kabupaten cirebon. Yaitu sejauh
mana peran majelis ta’lim dan apa saja dampaknya bagi
kehidupan masyarakat yang ada di Desa Sirnabaya ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif, sedangkan alat pengumpulan datanya
meliputi: wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di desa sirnabaya
kecamatan gunungjati kabupaten Cirebon.
Informan dalam penelitian ini di dapatkan dari para
jama’ah Majelis Ta’lim Azimatul Aulad, masyarakat
sekitar, dan pengasuh Majelis Ta’lim azimatul aulad
yang telah dipilih dan di wawancarai secara mendalam
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini yang kemudian peneliti analisa untuk
mendapatkan hasil dari penelitian tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terhadap Majelis Ta’lim Azimatul Aulad ini dapat
diketahui bahwa Majelis Ta’lim sebagai lembaga
nonformal yang ada ditengah-tengah masyarakat
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
perkembangan pemahaman keagamaan pada
masyarakat desa sirnabaya. Dalam segi ibadah kita dapat
mengetahui dari penuturan jama’ahnya bahwasanya
para anggota jama’ah Majelis Ta’lim Azimatul Aulad
menjadikan para jama’ahnya semakin rajin dan taat

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 24


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

dalam beribadah, kemudian dari segi keimanan, Majelis


Ta’lim azimatul aulad juga memberikan dampak positif
bagi jamaahnya seperti menjadikan mereka lebih
mantap dalam keimanan dan ketenangan hati.
Sedangkan dalam kegiatan sosial majelis ta’lim juga
memiliki peran yang sangat dirasakan oleh masyarakat
yang mana akhlaknya lebih memiliki sopan santun, dan
bisa membedakan mana yang baik yang harus dilakukan
dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan.
Corresponding Author: Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
E-mail: msyq.crb@gmail.com

PENDAHULUAN
Berbicara tentang manusia sepertinya berbicara tentang segala sesuatu.Bukankah
manusia mampu dengan kekuatannya sendiri memenuhi semua kebutuhan dan mampu pula
mengembangkan dirinya sendiri, pemenuhan dan pengembangan diri manusia itu
tampaknya memang dapat dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia itu sendiri.
Pernyataan bahwa “manusia dengan segenap perkembangan budayanya adalah dari
manusia, untuk manusia, dan oleh manusia”, mengimplikasikan bahwa manusia memang
hebat, bisa berbuat dan membuat apa saja untuk kehidupan kemanusiaannya, sesuai dengan
kebutuhan dan kemauannya (Prayitno, 2009).
Manusia adalah makhluk badani, dan sebagai makhluk badani dia harus
menjalankan hidupnya di dunia ini. Dia harus bersikap, bertindak, bergerak dan bekerja
(mengolah dunianya) (Driyarkara, 2009). Manusia dalam ekosistem relatif mempunyai
peran yang sangat kecil karena banyak sekali perubahan yang terjadi di dalam ekosistem
tersebut justru berada di luar campur tangan manusia. Akan tetapi manusia akan menjadi
sumber masalah karena manusia selalu menginginkan yang terbaik bagi dirinya sendiri dan
dalam jangka panjang akan merugikan sesama manusia dan lingkungannya (Laurens,
2004).
Ketika masih bayi, manusia sepenuhnya bergantung kepada orang lain. Mulai dari
minum, makan, berpakaian, belajar berjalan, mengenal benda, dan belajar membuat
sesuatu, semuanya membutuhkan orang lain. Sampai ketika dewasapun manusia tetap
membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia hidup berkelompok, dan melakukan
tukar-menukar untuk memenuhi kebutuhannya. Agar kehidupan berkelompok berjalan
dengan tertib dan teratur, dibuatlah aturan atau norma yang mengatur apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan (Kardiman et al., 2006). Manusia
membutuhkan arah dan tujuan kemana harus melangkah. Karena arah inilah yang membuat
kita selalu konsisten menuju tujuan kita. Arah inilah yang selalu menjaga kita agar tidak
keluar dari koridor tujuan hidup kita sendiri (Amrih, 2008).
Masa remaja adalah fase tertentu dalam kehidupan, perubahan-perubahan yang
terjadi dalam hidup seseorang, dalam beberapa hal sangat mungkin mengubah hidupnya.
Masa remaja dalam kondisi normal sekalipun, menyebabkan guncangan-guncangan yang
cukup besar pada kepribadian para remaja. Dan mungkin guncangan-guncangan ini
membuat kesal orang-orang dewasa yang berhubungan langsung dengan remaja dan untuk
mencapai kesempurnaan kepribadiannyapun banyak disertai kesalahan-kesalahan (Samadi,
2004).
Pada zaman sekarang sering kali kita melihat berita-berita di televisi dan surat kabar
tentang kenakalan remaja. Walaupun berakibat hukum tetapi pada kenyataannya remaja
zaman sekarang masih berbuat menyimpang, dan kenakalan remaja Indonesia semakin
meningkat. Remaja tersebut berbuat kenakalan remaja tanpa memikirkan akibatnya,
kenakalannya pun semakin beragam, namun pernahkah disadari bahwa kenakalan-
kenakalan yang ditimbulkan remaja, bukan hanya tanggung jawab remaja itu sendiri, akan
tetapi merupakan tanggung jawab orang-orang di sekitar mereka.

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 25


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

Masalah kenakalan remaja makin hari semakin meresahkan masyarakat dan telah
menjurus pada tindakan yang bersifat kriminal.Adanya kenakalan remaja bukan berarti
tanpa sebab, kenakalan-kenakalan tersebut timbul karena adanya faktor-faktor yang
mendasarinya. Penyebab kenakalan remaja sendiri dapat dikelompokan menjadi tiga faktor,
yaitu faktor sosiologis, faktor psikologis, dan faktor biologis. Ketiga faktor ini saling
beinteraksi satu dengan lainnya sehingga mendorong terjadinya delinkuensi (Gunarsa,
2004).
Majelis ta’lim merupakan organisasi keagamaan. Dewasa ini, majelis ta’lim menjadi
sarana dakwah yang semakin banyak peminatnya, majelis ta’lim memiliki arti tempat
berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu agama) yang bersifat
nonformal jika kita melihat pendidikan yang ada di Indonesia ini (Anwar, 2015).
Keberadaan majelis ta’lim sangatlah penting, mengingat sumbangsihnya yang sangat
besar dalam menanamkan akidah dan akhlak yang luhur, meningkatkan kemajuan ilmu
pengetahuan islam agar bisa memberantas kebodohan, dan agar dapat meningkatkan
pengalaman agama serta memperoleh kebahagiaan dan ridho Allah SWT. Bila dilihat dari
tujuannya, majelis ta’lim merupakan lembaga atau sarana dakwah islamiyah yang dapat
mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam bentuk pembinaan, pendidikan,
pengarahan dan bimbingan. Majelis ta’lim juga termasuk majlisu adz-dzikri, dan juga dapat
dikatakan bahwa dzikrullah itu adalah tiap ketaatan kepada Allah (Hadzami, 2010).
Berdasarkan sejarah kelahirannya, majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan
tertua dalam Islam, sebab telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw, meskipun
pada waktu itu tidak di sebut majelis ta’lim. Namun pengajian-pengajian Nabi Muhammad
Saw yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi di rumah Arqam Ibnu Abu Al-Arqam
(Andi, 2017). Dapat dianggap sebagai majelis ta’lim dalam konteks pengertian sekarang.
Kemudian setelah adanya perintah Allah Swt untuk menyiarkan agama Islam secara terang-
terangan maka kemudian pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain
yang di selenggarakan terbuka dan tidak lagi dilaksanakan secara diam-diam.
Di Indonesia kegiatan pengajian sudah ada sejak pertama Islam datang. Ketika
itupun dilaksanakan dari rumah ke rumah, masjid ke masjid. Para wali dan penyiar ajaran
agama Islam ketika itu telah menjadikan pengajian untuk menyebarkan ajaran agama Islam
dalam masyarakat. Kegiatan semacam inilah yang pada gilirannya pula telah menjadi cikal
bakal berdirinya ormas-ormas Islam di Indonesia seperti Nahdhatul Ulama,
Muhammadiyah, Persis, dll.
Keberadaan majelis ta’lim saat ini dilindungi oleh Undang-undang dan pemerintah
RI pasal 26 ayat (1) pendidikan nonformal diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (2)
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional (Departemen Agama, 2003).
Suatu perkembangan yang baik sehingga saat ini banyak sekali bermunculan majelis
ta’lim, mulai dari majelis ta’lim anak-anak, remaja, dan juga ibu-ibu. Hal ini berkaitan
dengan timbulnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat, dengan demikian seseorang
tertarik dan cenderung untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai
agama. Dalam hal ini majelis ta’lim mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh
lapisan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu peneliti merasa perlu mendalami lebih jauh penyebab majelis ta’lim
Azimatul Aulad bisa berkembang sementara majelis ta’lim lainnya pasang surut bahkan ada
yang bubar. Selain itu, peneliti juga memandang penting untuk melakukan penelitian
mengenai peran majelis ta’lim Azimatul Aulad terhadap peningkatan kualitas pendidikan
berbasis masyarakat.
Majelis ta’lim Azimatul Aulad berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam
Bani Basyar. Majelis ta’lim Azimatul Aulad bergerak di bidang keagamaan, sosial budaya dan
pendidikan. Bidang keagamaan di majelis ta’lim Azimatul Aulad yaitu mengaji iqra’,
juz’ammah, dan Al’qur’an. Dalam bidang sosial budaya, majelis ta’lim Azimatul Aulad ini

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 26


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

berupaya untuk meluruskan adat dan budaya yang tidak sesuai dengan norma-norma ajaran
islam yang berkembang di masyarakat. Adapun dalam bidang pendidikan, majelis ta’lim ini
mengadakan pembelajaran kitab-kitab salaf seperti kitab aqidatul awwam, sulamul munajat,
safinatus sholah, sulamut taufiq, dan akhlakul lilbanat,dll.
Pada umumnya, majelis ta’lim itu musiman, apalagi dengan majelis ta’lim anak-anak
atau remaja, namun majelis ta’lim Azimatul Aulad berbeda dengan majelis ta’lim lainnya.
Majelis ta’lim Azimatul Aulad ini stabil baik dari jumlah pesertanya maupun aktivitasnya.
Peneliti beramsumsi bahwa majelis ta’lim Azimatul Aulad memiliki kekhasan dan program
pembinaan yang baik sehingga mampu mengikat jamaahnya.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas penulis terdorong untuk melakukan
penelitian yang dirumuskan dalam judul “Peran Majelis Ta’lim Dalam Pengembangan
Pendidikan Berbasis Masyarakat”.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian deskriptif
kualitatif. Dengan teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Metode penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorisasi dan
memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang di anggap berasal
dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-
upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumpulkan data yang spesifik dari data pastisipan, menganalisis data secara induktif
mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel (Creswell,
2010).
Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan pengamatan ke
tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan
penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang
sebenarnya, sekaligus mendokumentasikan kegiatan majelis ta’lim.
Penelitian dilaksanakan di Majleis Ta’lim Azimatul Aulad Jalan Ki Gede Mayung
RT/RW 04/01 Desa Sirnabaya Blok Budiraja Kecamatan Gunung jati Kabupaten Cirebon.
Adapun yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini penulis tidak mungkin meneliti
keseluruhan dari populasi. Agar penelitian sesuai dengan keinginan, maka penulis perlu
menarik sampel. Adapun teknik pengumpulan sampel, peneliti menggunakan Porposive
Sample yang dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan adanya tujuan
tertentu (Arikunto, 2002). Maka sampel penelitian ini mengambil dari beberapa jama’ah
majelis ta’lim yang aktif, pengasuh, dan masyarakat sekitar majelis ta’lim azimatul aulad.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Profil Majelis Ta’lim Azimatul Aulad
Dalam praktiknya, majelis ta’lim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan
agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat waktu. Sebagai salah satu pusat
pengajaran Islam, majelis ta’lim diakui telah menyumbangkan peran yang amat besar dalam
ikut serta mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa. Keberadaan majelis ta’lim dalam
masyarakat telah membawa manfaat dan kemaslahatan bagi umat, khususnya jamaah
majelis ta’lim itu sendiri. Waktu dan tempat penyelenggaraannyapun tidak terikat, bisa
dilaksanakan pagi hari, siang, sore, ataupun malam hari. Dan tempatnya bisa di masjid,
mushollah, rumah, halaman, kantor, dan lain-lain.
Majelis ta’lim azimatul aulad adalah majelis ta’limyang berada di Desa Sirnabaya rt.04
rw.01 blok budiraja Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon yang telah berdiri sejak 7
tahun yang lalu. Didirikan oleh Ustadz Ja’far Shodiq karena beliau jiwanya merasa
terpanggil atas keprihatinannya melihat keadaan masyarakat sekitar yang semakin hari jauh
dari nilai dan norma agama Islam.

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 27


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

Beliaupun dalam membentuk majelis ta’lim azimatul aulad ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman keagamaan bagi masyarakat, maka perlu adanya suatu wadah
yang bisa menuntun mereka untuk tetap berada dijalan agama, dengan demikian majelis
ta’lim mempunyai peranan penting untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Esa,
agar kelak dikemudian hari bisa mendapatkan ketenangan hidup, kebahagian, kedamaian,
dan ketentraman jiwa.Pada saat sebelum berdirinya majelis ta’lim azimatul aulad ini,
kegiatan pengajian hanya dilakukan beberapa orang saja di tempat-tempat tertentu.
Kemudian setelah terbentuknya lembaga majelis ta’lim azimatul aulad ini barulah banyak
pengikutnya dan barulah kegiatan semakin rutin di lakukan. Tetapi walaupun telah ada
sebelumnya dan baru terbentuk sejak 7 tahun yang lalu, namun majelis ta’lim ini baru
mendapat piagam dan di akui oleh kementerian agama kantor kabupaten Cirebon pada
tahun 2017. Pada awal berdirinya majelis ta’lim azimatul aulad hanya diikuti 20 jamaah
itupun dari masyarakat sekitar majelis ta’lim saja karena pada saat itu peminatnya hanya
sedikit dan kurang aktif dan kreatif dalam membuat kegiatan-kegiatan didalam majelis
ta’lim. Seiring berjalannya waktu dengan menggunakan metose-metode yang menarik, aktif,
serta kreatif menjadikan majelis ta’lim azimatul aulad mulai bertambah jamaahnya. Majelis
ta’lim ini jama’ahnya dari berbagai kalangan dari anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut
usia(lansia) baik itu laki-laki maupun perempuan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
majelis ta’lim tidak hanya sekedar pengajian saja tetapi mengkaji kitab, seni musik hadroh,
marhabanan, dll.

2. Materi dan Metode Pendidik


Masyarakat muslim pada umumnya dapat memanfaatkan pengajian untuk mengubah
diri atau memperbaiki diri dari perbuatan yang keji dan munkar dan dapat menambah
wawasan guna mendalami ajaran agama islam. Materi yang dikaji di majelis ta’lim azimatul
aulad adalah pengetahuan dasar ajaran agama seperti belajar membaca Al-qur’an, kita-kitab
kuning seperti hidayatusshibyan, akhlaqurlilbanat, safinatusholah, safinatunnajah,
sulamuttaufiq, dll.
Sedangkan metode yang digunakan di majelis ta’lim azimatul aulad adalah ceramah
karena metode ini dapat menjaring banyak audiens dan penyampaiannya sangat simple.
Metode lain yang mereka gunakan adalah metode tanya jawab dan praktek langsung ilmu
yang sedang diajarkan seperti bab tentang sholat, tayamum, wudhu, mengurus jenazah, dll.
Namun demikian, didalam majelis ta’lim ini tidak menutup kemungkinan metode-metode
lain tetap mereka gunakan dan di sesuaikan dengan meteri yang diberikan.

3. Sarana dan Prasarana


Sarana merupakan komponen dari pendidikan yang sangat mendukung untuk
berhasilnya suatu pendidikan. Menurut data yang penulis peroleh dari observasi di majelis
ta’lim azimatul aulad memili sarana dan prasarana yang memadai yang sangat mendukung
proses kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu alat tulis, rak buku, meja, white board,
hadroh, dan aula.

4. Kondisi Tenaga Pengajar dan Jama’ah


Melihat perkembangan majelis ta’lim ini menurut pengurusnya sudah lebih baik dari
sebelumnya, pada tahun pertama berdiri jama’ah yang mengaji hanya sekitar 20 orang. Kini
telah memiliki jama’ah 200 orang. Jama’ah tersebut bukan hanya dari warga Desa Sirnabaya
saja, tapi juga dari luar desa sirnabaya seperti desa purwawinangun, desa mertasinga, dan
desa sambeng. Sedangkan jumlah pengajar utama langsung dipimpin oleh Ustadz Ja’far
Shodiq dan dibantu oleh 3 orang tenaga pengajar lainnya.

5. Kegiatan Majelis Ta’lim Azimatul Aulad


Kegiatan-kegiatan majelis ta’lim azimatul aulad pada aspek pendidikan dan
pembinaan keagamaan masyarakat sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Ja’far
Shodiq, diantaranya:

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 28


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

1) Pembelajaran rutin setiap hari kecuali hari jum’at dimulai dari pukul 13.30 sampai
17.30, dan istirahat pada waktu sholat ashar.
2) Kajian kitab fiqih dilaksanakan pada hari senin sampai kamis.
3) Kajian kitab tajwid dilaksanakan pada hari sabtu.Metode belajar membaca al-quran
dengan qira’ dilaksanakan pada hari minggu.
4) Pengajian rutin ibu-ibu dilaksanakan pada hari minggu pukul 10.30 sampai dzuhur.
5) Kegiatan marhabanan dengan menggunakan hadroh pada malam jum’at.

6. Struktur Kepengurusan Majelis Ta’lim Azimatul Aulad


Sebagaimana sebuah lembaga majelis ta’lim azimatul aulad juga memiliki struktur
kepengurusan organisasi untuk kelancaran dan ketertibannya segala aktivitasnya. Adapun
struktur kepengurusannya majelis ta’lim azimatul aulad sebagai berikut:
Ketua : Ja’far Shodiq Basyar
Wakil Ketua : Tabroni Akhsan
Sekretaris : Tuhfatul Maula
Bendahara : Azimatul Maula
Organisasi : Muhammad Zaenal Arifin
Nashech
Pengajar : Ja’far Shodiq Basyar
Muhammad Zaenal Arifin
Azimatul Maula
Chofifatunnafisah

7. Visi dan Misi Majelis Ta’lim Azimatul Aulad


Agar pembinaan terhadap para jamaah terarah, maka majelis ta’lim Azimatul aulad
bertujuan untuk membekali para jamaah pengetahuan keagamaan agar bisa menjadi contoh
untuk generasi islam yang dapat diandalkan.
1) Visi :
a. Menjadikan umat islam yang mampu memahami dan mengamalkan ajaran
agama islam.
b. Sebagai saran pendidikan yang membentuk generasi Muslim yang beriman dan
berilmu.
2) Misi :
a. Menjadikan majelis ta’lim azimatul aulad sebagai salah satu pusat kegiatan
pendidikan keislaman dan pelayanan umat
b. Membentuk sebaik-baik umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah
yang munkar.
c. Menjadikan manusia yang selalu betaqwa kepada Allah.

8. Pola Pendidikan Yang Dilakukan Di Majelis Ta’lim Azimatul Aulad


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendidikan agama terhadap jama’ah di
majelis ta’lim azimatul aulad khususnya anak-anak dan remaja, yaitu:
a. Menanamkan jiwa kepemimpinan Islam dengan dasar aqidah yang kuat dan ketaqwaan
kepada Allah SWT, dengan adanya jiwa kepemimpinannya yang kuat dan di dasari
dengan aqidah maka pembaharu islam di tengah masyarakat ini akan menghasilkan
dampak yang positif.
b. Membentuk akhlaqul karimah yang baik menurut ajaran islam. Dengan membentuk
akhlak karimah yang baik dan benar menurut ajaran agama islam akan menjadi seorang
muslim dalam kehidupan sehari-hari mengerjakan amal sholeh yang menjalankan
perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dalam pembentukan akhlakul karimah bagi
seorang remaja maupun anak-anak harus di bina melalui keluarga, masyarakat, dan
lingkungan sekolah, agar para remaja terbiasa dengan perilaku yang baik sesuaai ajaran
islam.
c. Pengendalian diri terhadap hawa nafsu dunia dan syahwat. Pengendalian diri terhadap
duniawi agar tidak belebihan dalam kehidupan dunia yang bersifat sementara yang pada

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 29


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

akhirnya kita akaan kembali kepada Allah SWT, lebih mengingat kehidupan di akhirat
nanti, dan syahwat terhadap perbuatan maksiat kepada lawan jenis teutama para
remaja yang sekarang ini mereka terlibat dalam pergaulan bebas yang dipengaruhi oleh
budaya barat sehingga syahwat dapat dikendalikan dengan dasar iman dengan
pemahaman ajaran islam yang benar.

d. Membina ketenangan dan kebahagian hidup. Ketenangan dan kebahagiaan hidup akan
didapat oleh semua orang jika kita selalu mengingat dan beribadah kepada Allah SWT
yang semua itu akan membawa ketenangan disetiap manusia karena usaha
pendekatannya dengan Allah SWT, serta berdampak akan selalu bersyukur atas segala
nikmat yang telah Allah berikan.

B. Pembahasan
1. Kiprah Majelis Ta’lim Azimatul Aulad
Alquran merupakan sumber petunjuk umat manusia mengajarkan kepada kita bahwa
menyendiri bagi suatu makhluk tidak ada tempatnya dalam ajaran agama Islam. Hidup
sendiri dan mandiri dan tidak ketergantungan dengan siapapun adalah meupakan sifat
Allah semata. Dari titik tolak keimanan yang demikian ini, manusia disadarkan untuk bisa
mengenal kehidupan dan lingkungan hidup di sekitarnya. Manusia sebagai makhluk sosial,
tidak dapat hidup tanpa kehadiran orang lain karena setiap manusia pasti membutuhkan
kehadiran manusia lainnya di dalam kehidupannya.
Majelis ta’lim sangatlah berperan dalam meningkatkan perilaku keagamaan bagi para
jamaahnya, perilaku keagamaan disini seperti ketaatan dalam beribadah shalat lima waktu,
puasa di bulan ramadhan, bersedekah, silaturahmi, dan lain sebagainya.
Para jamaah setelah mengikuti pengajian-pengajian di majelis ta’lim mereka merasa
lebih paham dan mengerti tentang agama karena mereka sadar bahwa ilmu agama
sangatlah penting untuk bekal kehidupan di dunia dan akhirat. Agama merupakan
pendidikan yang memperbaiki sikap dan perilaku manusia. Membina budi pekerti luhur
seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan menghidupkan hati
nurani yang baik dalam keadaan sendiri maupun bersama oranglain.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Majelis Ta’lim Azimatul Aulad


a. Faktor Pendukung
Dalam menjalankan amanah sebagai lembaga yang memiliki fungsi dan kontribusi
kepada agama, sosial, dan budaya beupa dakwah islamiyah tentu merupakan sebuah tugas
berat bagi Majelis ta’lim Azimatul aulad, namun terdapat beberapa hal yang menjadi suatu
pendukung, diantaranya:
1) Adanya kerjasama baik antara masyarakat sekitar dengan anggota majelis ta’lim.
2) Banyaknya masyarakat yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan dalam setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh majelis ta’lim azimatul aulad.
3) Banyaknya anggota yang mengikuti kegiatan pengajian yang dapat memotivasi
masyarakat sekitarnya untuk ikut bergabung ke dalam majelis ta’lim azimatul aulad.
Dengan adanya faktor pendukung, maka sangat mudah bagi majelis ta’lim azimatul
aulad untuk mewujudkan tujuannya dalam mengembangkan pendidikan berbasis
masyarakat di desa sirnabaya kecamatan gunung jati kabupaten cirebon, karena adanya
dukungan masyarakat sekitar sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan
baik.

b. Faktor Penghambat
1) Masyarakat desa sirnabaya merupakan masyarakat yang beraneka ragam profesi
sehingga menyebabkan masyarakat memiliki kesibukan masing-masing. Hal tersebut
membuat masing-masing masyarakat kesulitan untuk bertemu.
2) Untuk jamaah yang usia remaja kadang merasa lelah ketika harus sepulang sekolah
lalu berangkat untuk ke majelis ta’lim.

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 30


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

Hal ini merupakan suatu hambatan bagi majelis ta’lim azimatul aulad dalam
mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat desa sirnabaya kecamatan gunungjati
kabupaten cirebon. Tetapi majelis ta’lim azimatul aulad menganggap suatu hambatan itu
bukanlah suatu masalah yang dapat menjadi suatu halangan bagi majelis ta’lim azimatul
aulad untuk mrwujudkan tujuannya, tetapi semua itu merupakan suatu ujian bagi majelis
ta’lim untuk tetap berusaha memperbaiki dan mencari jalan keluar dari suatu permasalahan
yang dihadapi.

3. Pengembangan Pendidikan Agama


Majelis ta’lim merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk membina para
jamaahnya guna kita sebagai manusia bisa selalu bertaqwa kepada Allah SWT, tetapi dalam
hal ini menjaga ketaqwaan kita bukanlah hal yang mudah karena syaitan akan selalu
berusaha menghalangi setiap manusia yang akan mendalami dan mengamalkan secara
konsisten perintah Allah Swt. Oleh karena itu setiap jamaah juga sadar bahwa mereka selalu
berhadapan dengan syaitan sebagai musuh utamanya.
Dalam kesadaran bahwa syaitan akan selalu menggoda dan menjadi musuh inilah
jamaah majelis ta’lim azimatul aulad mengupayakan keistiqamahannya. Oleh karena itu
majelis ta’lim azimatul aulad merupakan tempat untuk pengembangan pendidikan berbasis
masyarakat khususnya dalam ilmu-ilmu agama islam. Untuk mencapai itu semua kita
sebagai manusia harus selalu mempunyai rasa keikhlasan dan hal itu tidaklah mudah dan
tidak boleh dipaksa-paksakan melainkan dapat diperoleh dengan cara yang benar. Ada
beberapa tingkatan atau fase untuk memperoleh keikhlasan, yang pertama adalah komitmen
niatkan kita mengaji mencari ilmu hanya semata-mata karna Allah ta’ala. Yang kedua
bersungguh-sungguh dalam belajar, yang ketiga mesti diamalkan, dan barulah kita menjadi
hamba-hamba Allah yang ikhlas.
Dalam pengembangan Pendidikan Agama majelis ta’lim azimatul aulad selalu rutin
mengadakan pengajian setiap hari kecuali hari jum’at libur, dimulai dari pukul 13.30 s/d
17.30 yang berisikan pengajaran tentang baca tulis Al-qur’an, mengaji kitab seperti kitab
hidayatushibyan, akhlaqullilbanat, safinatusholah, safinatunnajah, dll serta selalu
menggunakan metode praktek sesuai sesuai bab materi pembahasan seperi praktek
tayamum pada bab tayamum, wudhu, sholat, membersihkan najis, mengurusi jenazah, dll.

4. Pengembangan Pendidikan Sosial Kemasyarakatan


Setiap organisasi pada umumnya mempunyai pengembangan pendidikan sosial
kemasyarakatan yang berguna untuk memperkuat ukhuwah islamiyah bahwasannya kita
tidak bisa sendirian hidup di dunia ini, kita butuh adanya orang lain hal ini juga bisa
menyadarkan jamaah agar tidak senantiasa berlaku sombong merasa mampu hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain
Dalam pengembangan pendidikan sosial kemasyarakatan majelis ta’lim azimatul aulad
juga sering melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti kegiatan bersih-bersih lingkungan
setiap sore jum’at, melakukan silaturahmi, menengok orang yang sakit, melakukan rekreasi
bersama setiap akhir tahun. Maka dengan cara seperti ini lebih mudah untuk
mengembangkan pendidikan sosial kemasyarakatan dan bertujuan agar jamaah dan
masyarakat dapat menjalin silaturahmi serta dapat menarik minat masyarakat untuk
bergabung dalam majelis ta’lim azimatul aulad.

5. Pengembangan Pendidikan Budaya


Agar para jamaah lebih memahami kebudayaan dalam islam maka di majelis ta’lim
azimatul aulad memiliki kegiatan yang mengarah kepada kebudayaan seperti halnya
marhabanan dengan diiringi alat musik hadroh yang dimainkan oleh jamaah remaja majelis
ta’lim azimatul aulad yang biasa dilakukan pada malam jum’at.
Selain kegiatan marhabanan, jamaah malejis ta’lim juga setiap tahunnya selalu
berperan aktif dalam kegiatan kebudayaan yang ada di desa sirnabaya seperti ngunjung atau
sedekah bumi yang diminta oleh aparat desa sirnabaya untuk memainkan seni musik islam
hadroh ketika pawai keliling kampung, dan meminta untuk pengasuh majelis ta’lim

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 31


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

memimpin do’a atau tahlil, kegiatan kebudayaan lainnya seperti memperingati hari lahirnya
NU, dan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

6. Pengaruh dan Sasaran Majelis Ta’lim


Majelis ta’lim merupakan lembaga non formal dalam Islam namun memiliki
kedudukan yang strategis dan sangat penting karena berada langsung di tengah-tengah
masyarakat yang dapat di terima oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja maupun
dewasa, tidak terkecuali majelis ta’lim azimatul aulad yang berada di Desa Sirnabaya
kecamatan gunungjati kabupaten cirebon.
Masyarakat merupakan salah satu dari tiga lingkungan pendidikan yang terdiri dari
rumah, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut haruslah memiliki
perhatian yang sama dan utama. Apabila dari salah satu lingkungan tersebut tidak
mendapatkan perhatian atau diabaikan dari salah satunya maka akan berakibat negatif bagi
lingkungan tersebut.
Adapun sasaran majelis ta’lim azimatul aulad adalah salah satu dari mata rantai
tersebut yaitu masyarakat, berhasilnya pendidikan dalam masyarakat dengan sendirinya
merupakan suatu penunjang bagi keberhasilan pendidikan di lingkungan rumah maupun
sekolah, dengan demikian sangat jelas betapa pentingnya keberadaan majelis ta’lim dalam
pendidikan di lingkungan masyarakat.

7. Majelis Ta’lim Dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat


Dalam menjalankan pendidikan sepanjang hayat, seperti kebijakan Negara Tap MPR
No. IV/MPR/1978 yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional yang berisi
tentang:
1) Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah
pembangunan jangka panjang).
2) Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan di dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Majelis ta’lim dapat membantu dalam pencapaian belajar sepanjang hayat, yang pada
sasarannya adalah pendidikan dalam masyarakat. Oleh karena itu, tanggung jawab
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah.Majelis ta’lim merupkan sebuah lembaga yang pengajian dan pengajaran agama
Islam yang mempunyai persyaratan adanya:
1) Badan yang mengurusi sehingga kegiatan majelis ta’lim dapat berkesinambungan.
2) Guru, ustadz, muballigh yang memberikan pelajaran secara rutin dan
berkesinambungan.
3) Peserta atau jamaah.
4) Kurikulum atau materi pokok yang di sampaikan.
5) Kegiatannya dilaksanakan secara teratur dan berkala.
6) Adanya tempat untuk dilaksanakannya. (Arifin, 1994)
Majelis ta’lim dalam mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat memiliki
aspek-aspek pendidikan agama, yaitu:
1. Pendidik
Pendidik adalah orang yang berjasa dalam memegang peranan penting dalam
dunia pendidikan. Pendidik merupakan orang yang menyampaikan ilmu pada peserta
didik. Dalam pendidikan agama seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu
agama, tetapi juga menanamkan keimanan pada peserta didik, membimbing agar
peserta didik dapat taat menjalankan agama dengan baik dan memiliki budi pekerti
yang luhur.
2. Peserta Didik
Peserta didik merupakan orang yang memerlukan bimbingan dan bantuan. Untuk
itu peserta didik perlu mendapat bimbingan dan bantuan dalam menambah ilmu agama
dari pendidik. Sehingga peserta didik dapat menjalankan agama dengan baik.
3. Alat Pendidikan

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 32


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

Alat pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Alat
pendidikan agama islam merupakan wadah dari pesan yang disampaikan dari pendidik
kepada peserta didik. Pesan yang disampaikan adalah berupa materi pendidikan agama
Islam, yang mempunyai tujuan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik.
4. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan mempunyai peranan dalam pendidikan karena dapat mempengaruhi
berhasil atau tidaknya pendidikan agama. Apabila seseorang yang berada dalam
lingkungan masyarakat yang baik, ia akan tumbuh menjadi individu yang baik. Adapun
apabila seseorang yang tumbuh di lingkungan yang buruk maka ia akan mudah
terpengaruh pada keburukan. Jadi lingkungan dapat mempengaruhi positif atau negatif
pada sikap keagamaan dan budi pekerti. (Istikhori, 2008)

KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan dan uraian yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan merumuskan suatu kesimpulan sebagai
berikut:
Majelis Ta’lim Azimatul Aulad menjadi penting keberadaannya di masyarakat Desa
Sirnabaya. Peranan majelis ta’lim ini berfungsi untuk memantapkan kehidupan beragama
menjadi landasan bagi terciptanya masyarakat yang agamis. Majelis Ta’lim Azimatul Aulad
berusaha untuk meningkatkan masyarakat yang paham akan ilmu syariat islma dengan
beberapa metode dakwah yang diberdayakan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan
ilmu syariat islam bagi masyarakat Desa Sirnabaya seperti metode dakwah dengan ceramah
guna menjaring audiens yang lebih banyak dan simple.
Terlihat saat ini masing-masing masyarakat memiliki satu kondisi atau perasaan yang
sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Dimana mereka merasakan
betapa merosotnya tingkah laku anak jaman sekarang yang meresahkan masyarakat yang
biasa kita kenal sebagai kenakalan remaja dan lebih memprihatinkannya lagi banyak sekali
masyarakat sekarang yang minim pengetahua ilmu agamanya serta banyak yang belum bisa
baca tulis Al-qur’an. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini sesuai dengan teori bab II
tentang peran majelis ta’lim dalam pendidikan berbasis masyarakat.
Keutamaan menuntut ilmu tidak hanya didapatkan di dunia saja namun juga di
akhirat. Hal inilah menjadi salah satu motivasi bagi warga masyarakat sirnabaya agar selalu
semangat dalam menuntut ilmu terutama ilmu-ilmu agama.
Perubahan yang juga signifikan ialah pemahaman keagamaan masyarakat yang jauh
lebih baik setelah adanya majelis ta’lim Azimatul Aulad, masyarakat Desa Sirnabaya kini
tidak lagi buta huruf Al-qur’an,pemahaman tentang ilmu-ilmu fiqih juga sudah bisa
diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, akhlak dan perilakunyapun sudah lebih
memiliki sopan santun.
Majelis ta’lim Azimatul Aulad tidak hanya bervisi bahwa majelis ta’lim hanya tempat
sebagai pengajian dan penyampaian ajaran agama islam saja, namun majelis ta’lim sebagai
sarana dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik lagi.
Waktu kegiatan majelis ta’lim dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum’at libur,
dilakukannya setiap hari seperti halnya sarana pendidikan lainnya agar membentuk
keteguhan jama’ahnya bahwasannya ilmu agam itu sangatlah penting dan harus kita miliki
agar kehidupan kita terarah yang sesuai dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.
Pada prosesnya Majelis Ta’lim Azimatul Aulad berfungsi sebagai tempat pengajian
ilmu agama islam di masyarakat, Sebagai tempat pengajian ilmu agama islam, majelis ta’lim
terbuka terhadap fenomena yang ada di Desa Sirnabaya yaitu banyaknya masalah tentang
kenakalan remaja dan minimnya ilmu pengetahuan agama islam pada masyarakat. Majelis
ta’lim Azimatul Aulad pun merupakan benteng umat islam dalam bidang pendalaman dan
pemahaman agama di dalam kehidupan masyarakat serta berfungsi sebagai sumber
penjelasan ajaran agama islam melalui pengajian yang di selenggarakan.

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 33


Muhammad Syauqi, Azimatul Maula
Peran Majelis Ta’lim dalam Pengembangan Pendidikan Berbasis Masyarakat

BIBLIOGRAFI

Amrih, P. (2008). Ilmu Kearifan Jawa. Pitoyo Amrih. Google Scholar

Andi, F. (2017). PERAN MAJELIS TA’LIM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN


KEAGAMAAN (STUDY TERHADAP MAJLIS TA’LIM NURUL HIDAYAH DI DESA
TARAMAN JAYA KECAMATAN SEMENDAWAI SUKU III KABUPATEN OGAN
KOMERING ULU TIMUR).[SKRIPSI]. UIN RADEN FATAH PALEMBANG. Google
Scholar

Anwar, S. (2015). Management of Student Development. Indragiri TM. Google Scholar

Arifin, M. (1994). Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Google Scholar

Arikunto, S. (2002). Prosedur suatu penelitian: pendekatan praktek. Edisi Revisi Kelima.
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Google Scholar

Creswell, J. W. (2010). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Google Scholar

Departemen Agama, R. I. (2003). Team Proyek Peningkatan Pendidikan Luar Sekolah


Pada Pondok Pesantren, Pola Pengembangan Pondok Pesantren Kilat. Jawa Barat.
Google Scholar

Driyarkara, N. (2009). Filsafat Manusia. Kanisius. Google Scholar

Gunarsa, S. D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut: bunga rampai psikologi anak. BPK
Gunung Mulia. Google Scholar

Hadzami, M. S. (2010). Taudhihul Adillah 4: penjelasan tentang dalil-dalil shalat. Elex


Media Komputindo. Google Scholar

Istikhori, A. (2008). Pendidikan Agama Islam Dalam Majelis Taklim Kaum I bu RW 01


Kelurahan Tegal Parang Jakarta selatan. Google Scholar

Kardiman, Mulyadi, E., & Kusriadi, A. (2006). Ekonomi. Yudhistira Ghalia Indonesia.
Google Scholar

Laurens, J. M. (2004). Arsitektur dan perilaku manusia. Penerbit PT Grasindo. Google


Scholar

Prayitno, H. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia. Google Scholar

Samadi, F. (2004). Bersahabat dengan Putri Anda: Panduan Islami dalam Memahami
Remaja Putri Masa Kini. Zahra Publishing House. Google Scholar

Vol. 5, No. 1, Maret 2021 (23-34) 34

You might also like