You are on page 1of 10

FAKTOR FAKTOR PENENTU

KEBERHASILAN PRODUKSI
JAMUR KAYU

Kelompok IV

1. ALWAN
2. Muhammad Ma’ruf A
 Teknologi budidaya jamur merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari
komponen-komponen yang saling terkait dan bersinergi. Sistem ini mengaitkan
antara input proses dan ouput. Tujuan akhir dari budidaya jamur adalah
mendapatkan badan buah yang sebanyak-banyaknya.
 Sebelum teknologi budidaya jamur dilaksanakan, perlu diperhatikan beberapa
faktor kunci yang menjadi faktor pembatas bagi berlangsungnya proses
produksi. Kegagalan produksi biasanya disebabkan karena tidak mendukungnya
salah satu atau beberapa faktor tersebut. Faktor faktor tersebut meliputi :

1. Bibit (inokulum)
2. Nilai Efisiensi Biologi (EB)
3. Persentase Kontaminasi
4. Bahan Baku Substrat
5. Pemberian Nutrisi Tambahan
1. Bibit (Inokulum)

 Bibit jamur adalah bahan atau material yang digunakan sebagai sarana untuk
memproduksi jamur berikutnya. Bahan tersebut terdiri dari campuran material tertentu
dengan miselium jamur. Bibit memegang peranan yang sangat penting dalam
pengusahaan jamur. Asal usul bibit jamur ada yang berasal dari spora atau dari
jaringan badan buah (tudung dan tangkai). Bibit yang digunakan untuk tujuan
produksi dinamakan dengan bibit produksi, ditandai dengan F2, F3, F4, dan seterusnya,
(F=Filius artinya anakan atau turunan).
 Bibit yang dekat jalur keturunan dengan induknya semakin bagus, karena sifat-sifat
dominan seperti produksi, kecepatan tumbuh miselium masih mendekati sifat
induknya. Sebaliknya, semakin jauh jalur keturunan dari induknya. Sebaliknya, semakin
menjauh jalur keturunan dari induknya, bibit banyak mengalami perubahan sifat dan
penurunan produksi akan terlihat nyata.
 Bibit jamur yang disebut sebagai sumber inokulum, kualitasnya tergantung dari
metode yang digunakan dan cara penyimpanannya. Metode yang lazim digunakan
adalah metode biakan murni miselium (BMM) yang teknik pembuatannya diawali dari
pembuatan media biakan yang berupa Potatoes Dextrose Agar (PDA) yang
kemudian jaringan jamur ditumbuhkan pada media tersebut.
2. Nilai efisiensi Biologi (EB) lebih dari 50
persen
 Nilai efisiensi Biologi memberikan pengertian bahwa dalam substrat tanam jamur, seberapa
besar yang mampu dirubah menjadi badan buah. Perhitungannya merupakan penjumlahan
dari seluruh badan buah yang dihasilkan dalam satu bag-log selama periode produksi
(empat bulan). Rumus penentuan harga Efisiensi Biologi adalah sebagai berikut ;

 Nilai Efisiensi Biologi yang tinggi menunjukan bahwa dari bahan substrat tanam yang berhasil
dikonversi menjadi badan buah tinggi. Kurva produksi badan buah jamur mengikuti pola garis
linier negatif Pada panen pertama dan kedua merupakan panen badan buah jamur dengan
performa yang berat dan besar. Sedangkan pada panen-panen berikutnya performa badan
buah terus mengalami penurunan bobot dan ukuran.
 EB dalam budidaya jamur merupakan variable utama yang sangat menentukan, nilainya
sangat bergantung dari besarnya bobot badan buah yang dihasilkan, substrat yang tidak
dapat dikonversi oleh miselium jamur secara maksimal menyebabkan nilai tersebut rendah
yang berarti substrat sisa produksi jumlahnya masih besar. Keadaan ini dialami oleh jamur
yang ditumbuhkan pada substrat dengan rasio C/N=10.
3. Persentase Kontaminasi
 Kontaminasi yang tinggi menyebabkan kompetisi substrat dengan organisme lain,
seperti jamur, bakteri dna pda umumnya miselium bibit akan kalah. Kontaminasi yang
tinggi, gejalanya ditunjukan dengan adanya spot seperti mentega adalah tanda
kontaminasi bakteri, sedangkan timbulnya warna-warna yang mencolok seperti hijau,
kuning menyala, merah, coklat tua, biru, abu-abu dan hitam adalah tanda
kontaminasi yang disebabkan oleh golongan jamur.
 Tidak dianjurkan menggunakan bibit yang telah terkontaminasi, jika dipaksakan akan
menyebabkan penurunan produksi bahkan dapat gagal panen. Rumus yang
dipergunakan untuk menghitung persentase kontaminasi sebagai berikut ;
4. Bahan Baku Substrat
 Pada budidaya inkonvensional substrat tanam yang diperlukan berupa gelondongan-
gelondongan kayu. Jenis kayu sangat menentukan kualitas dan kuantitas jamur yang
diproduksi. Memperhatikan sifat jamur kayu yang saprofit, maka kayu-kayu yang sudah
kering dan tidak berbau getah sangat disukai oleh jamur.
 Prinsip pemilihan bahan sebagai substrat tanam adalah kandungan serat dan
nutrisinya. Material yang mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa dapat
dipergunakan sebagai substrat tanam. Senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa
adalah senyawa yang mendominasi dinding sel tanaman, oleh sebab itu pada limbah-
limbah pertanian yang pemanfaatannya belum optimal dapat dipergunakan sebagai
substrat alternatif selain serbuk gergaji kayu, bisa dilihat di tabel berikut ;
Golongan Kayu
Komposis Kimia Berdaun Lebar (%) Berdaun Jarum (%)
Selulosa 40-45 41-44

Lignin 18-33 28-38

Pentosa 21-24 8-13

Zat ekstraktif 1-12 2,03


Tabel ,Komposisi Kimia Serbuk Kayu Berdasarkan
Abu 0,22-6 0,89 Golongan Kayu
 Hampir semua jenis kayu, terutama kayu keras dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan substrat, kecuali kayu pinus yang mengandung terpenting
(minyak pelarut cat) yang memiliki sifat fungisida, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan serat jamur (Sugianto, 2004).
 Budidaya jamur inkonvensional (semi modern) adalah suatu upaya untuk meniru
pola hidup dan habitat dari jamur kayu seperti yang ada di alam. Oleh sebab itu,
untuk menyimulasikan hal tersebut, substrat dibuat dalam bentuk batang (bag-
log) yang performancenya menyerupai batang kayu.
5. Pemberian Nutrisi Tambahan

 Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, jamur memerlukan sumber nutrisi dalam


bentuk senyawa yang mengandung unsur-unsur nitrogen, fosfor, belerang, kalium, kalsium
dan karbon serta beberapa unsur lainnya. dalam jaringan kayu, unsur-unsur ini sudah
tersedia walaupun tidak sebanyak yang dibutuhkan. Oleh karena itu, perlu penambahan
nutrisi dari luar, misalnya dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran
selama pembuatan substrat tanam atau dengan cara lainnya
 Komposisi substrat dasar dan bahan tambahan yang digunakan untuk media tanam jamur
harus sesusai dengan takaran karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantittas
produksi jamur. Berdasarkan hasil penelitian Sugianto (2004), formula yang lebih bagus dari
yang digunakan oleh petani jamur pada umumnya dapat dilihat pada tabel berikut ;
No Kategori Bahan/Substrat Jenis Persentase (%)

1 Dasar Serbuk gergaji 47 %

2 Tambahan Bekatul/Dedak Padi 10 %

Gipsum (CaSO4) 10 %
Tabel Formulasi Bahan Dasar
Kapur tohor (CaCO3) 1,5 % Substrat Dan Nutrisi Tambahan
Tepung Jagung 0,5 %

SP-36 0,5 %

3 Dasar Air 40 %
 Jamur sebagai makhluk hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur
antara lain karbohidrat, lignin dan serat.
 Bahan baku yang dibutuhkan untuk media tanam bagi pertumbuhan jamur adalah
serbuk kayu dan ditambah dengan nutrisi tambahan lainnya yang mengandung
karbohidrat, serat, lignin, selulsa, hemiselulosa, pentosa, zat ekstraktif dan abu yang
berguna dan membantu pertumbuhan jamur. Serbuk kayu sebagai bahan nutrisi utama
yang digunakan sebagi media tanam atau media tumbuh jamur antara lain kayu
albasia, randu dan meranti yang mengandung karbohidrat, serat, lignin, selulosa,
hemiselulosa, pentosa, zat ekstraktif dan abu.
 Nutrisi tambahan yang biasa digunakan untuk budidaya jamur adalah ;
1. Bekatul
2. Tepung Jagung
3. Kapur Tohor
4. Gipsum
5. SP-36 yang mengandung Phospor

You might also like