You are on page 1of 20

Jurnal Kebidanan 09 (02) 101 - 212

Jurnal Kebidanan
http : //www. journal.stikeseub.ac.id

PERAN DAN FUNGSI BIDAN DALAM PELAKSANAAN INFORMED


CONSENT PADA KEGAWAT DARURATAN OBSTETRI DI PUSKESMAS
Lestari Puji Astuti 1) , Dita Wasthu Prasida 2) , Putri Kusuma Wardhani 3)
1) Program Studi D IV Kebidanan STIKES Karya Husada Semarang
E-mail : tari_rozai@yahoo.co.id, wprasida@yahoo.co.id, putri.kusumawardhani81@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang : Penyebab langsung kematian ibu antara lain komplikasi pada kehamilan,
persalinan, dan nifas yaitu perdarahan (30-35%), eklamsi (28,76%), infeksi (20-25%), gestosis
(15-17%) (Sarwono Prawiroraharjo.2008) Perdarahan dan eklamsi merupakan kasus
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan bidan secara cepat dan tanggap. Masalah muncul
ketika tindakan yang diambil memiliki risiko yang cukup besar, sehingga mengharuskan bidan
untuk meminta persetujuan tindakan medis (informed consent). Tujuan : Mengeksplorasi persepsi
bidan tentang peran dan fungsi bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti pada
tindakan kegawatdaruratan. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Jumlah informan adalah 3 Bidan yang
bekerja di Puskesmas wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hasil: Hasil wawancara
mendalam pada informan didapatkan informasi tentang Persepsi bidan dalam pengertian informed
consent yaitu persetujuan dalam melakukan tindakan kegawatdaruratan, peran dan fungsi bidan
sebagai pelaksana khusunya melaksanakan tugas mandiri, peran dan fungsi bidan sebagai
pengelola dalam mengembangkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, peran dan fungsi bidan
sebagai pendidik dengan mewujudkan sebagai role model untuk anak didik, peran dan fungsi
bidan sebagai peneliti baik secara langsung atau tidak langsung melalui identifikasi. Saran : untuk
bidan agar memahami peran dan dan fungsinya sebagai bidan di puskesmas, bagi puskesmas
memaksimalkan tenaga kesehatannya khusunya bidan.
Kata kunci : informed consent, peran dan fungsi bidan
Daftar Pustaka: 24 (2008-2015)

ROLE AND FUNCTION OF THE MIDWIFE IN THE IMPLEMENTATION OF


THE INFORMED CONSENT IN HEALTH EMERGENCIES OBSTETRIC
COMMUNITY HEALTH CENTERS

ABSTRACT
Background: The immediate causes of maternal mortality include complications in pregnancy,
childbirth, and puerperal bleeding (30-35%), eclampsy (28.76%), infection (20-25%), gestosis
(15-17%). (Sarwono Prawiroraharjo.2008) Bleeding and eclampsia is an emergency case that
requires fast and responsive midwife action. Problems arise when actions taken have substantial
risks, requiring the midwife to seek informed consent. Objective: To explore midwives' perceptions
of the role and function of midwives as implementers, managers, educators and researchers on
emergency measures. Research Method: This research uses qualitative method. Data collection
techniques with in-depth interviews. Number of informants is 3 Midwives who work in PUskesmas
area Health Department of Semarang City. Result: The result of in-depth interview on informant
obtained information about midwives perception in the sense of informed consent that is approval
in performing emergency action, role and function of midwife as executor especially carry out
independent duty, role and function of midwife as manager in developing mother and child health
service, function of midwife as educator by realizing as role model for student, role and function of
midwife as researcher either directly or indirectly through identification. Suggestion: for midwife
to understand role and function as midwife in puskesmas, for community Health centers maximize
health worker especially midwife.

Keywords: informed consent, role and function of midwife

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 101


PENDAHULUAN
Bidan merupakan profesi yang informed consent merupakan persyaratan
sangat penting di dalam pelayanan mutlak diperlukan dalam melaksanakan
kesehatan ibu dan anak. Seringkali di tindakan medik pada pasien, karena jika
dalam pelayanannya muncul kasus – tanpa itu maka dokter dapat
kasus kegawat daruratan , yang menuntut dipersalahkan atas tindakannya. Berbeda
bidan harus memksimalkan fungsi dan pada tindakan kegawatdaruratan ,
perannya. tindakan prioritas dilakukan untuk
Kasus kegawatdaruratan yang penyelamatan nyawa pasien, sehingga
paling banyak muncul adalah tenaga medis tidak sempat menjelaskan
perdarahan dan eklamsi, pada kasus tindakan medisnya. Tetapi tenaga medis
kegawatdaruratan seperti ini diperlukan dihadapkan pada kondisi dilema, dimana
tindakan yang mengharuskan seorang jika tanpa informed consent maka ada
tenaga kesehatan khususnya bidan pelanggaran Standart Operasional
bertindak cepat dan tanggap. Masalah Prosedur, tetapi jika harus memnta
kemudian muncul ketika tindakan yang informed consent lebih dulu
diambil memiliki risiko yang cukup dikhawatirkan nyawa pasien tidak dapat
besar, sehingga mengharuskan bidan diselamatkan (Oka Wijaya, 2014).
untuk meminta persetujuan tindakan Hasil observasi yang sudah
medis (informed consent). Menurut dilakukan di beberapa bidan praktik
Permenkes No 290/Menkes/Per/III/2008 mandiri ternyata masih banyak
tentang persetujuan tindakan kedokteran , ditemukan bidan yang melaksanakan
Pasal 4 ayat 1 serta penjelasan pasal 45 peran dan fungsinya secara bersamaan,
UU praktik Kedokteran tindakan medis sehingga memberikan beban yang
dapat dilakukan dokter kepada pasien berat yang harus dilakukan oleh seorang
gawat darurat meski tanpa adanya bidan. Berdasarkan fenomena diatas
informed consent. Tetapi tenaga penulis tertarik untuk melakukan
kesehatan wajib untuk meminta penelitian dengna judul peran dan fungsi
persetujuan ketika tindakan sudah selesai bidan dalam pelaksanaan informed
dilakukan. Consent pada tindakan Kegawatdaruratan
Setiap orang berhak mendapatkan Obstetri di Puskesmas.
informasi seputar kesehatan dirinya Ruang lingkup pada penelitian ini
termasuk juga tindakan medis yang telah adalah mengexplorasi pengetahuan
maupun yang akan diberikan oleh dokter bidan mengenai informed consent
kepadanya. Dalam kondisi normal, pada tindakan kegawatdaruratan obstetri

102 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


agar dapat menjamin kepastian hukum dengan baik maka bidan tersebut
bagi bidan. berkompeten.
Peran Bidan
KAJIAN LITERATUR Peran sebagai pelaksana, peran
Pengertian Bidan sebagai pengelola, peran sebagai
Pengertian bidan menurut ICM pendidik, peran sebagai peneliti.
(International Confederation Of Bidan sebagai pelaksana adalah bidan
Midwives), bidan adalah seseorang memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas
yang telah mengikuti program mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
pendidikan bidan yang diakui di rujukan.
negaranya, telah lulus dari pendidikan Tugas Mandiri / Primer yaitu tugas
tersebut, serta memenuhi kualifikasi yang menjadi tanggung jawab bidan
untuk di daftar (register) dan atau sesuai kewenangannya, meliputi:
memiliki ijin yang sah (lisensi) Menetapkan manajemen kebidanan pada
untuk melakukan praktik kebidanan. setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
Praktik Bidan Memberi pelayanan dasar pra nikah pada
Praktik Bidan dilandasi oleh remaja dengan melibatkan mereka
beberapa peraturan, yaitu : sebagai klien. Memberi asuhan
KEPMENKES 900/2002. UU PRAKTIK kebidanan kepada klien selama
KEDOKTERAN PASAL 73 AYAT 3. kehamilan normal. Memberikan asuhan
PERMENKES 1419/2005 (PASAL 14 kebidanan kepada klien dalam masa
DAN 15) persalinan dengan melibatkan klien
Kompetensi Bidan /keluarga. Memberikan asuhan kebidanan
Kompetensi adalah kemampuan pada bayi baru lahir. Memberikan asuhan
yang dilandasi oleh pengetahuan, kebidanan kepada klien dalam masa nifas
keterampilan, dan sikap yang harus dengan melibatkan klien / keluarga.
dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan Memberikan asuhan kebidanan pada
praktik kebidanan pada berbagai tatanan wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan kesehatan secara aman dan pelayanan KB. Memberikan asuhan
bertanggungjawab sesuai dengan standar kebidanan pada wanita dengan gangguan
sebagai syarat mampu oleh masyarakat sistem reproduksi dan wanita dalam masa
(PI IBI, 2014). klimakretium dan nifas.
Apabila seorang bidan melakukan Tugas kolaborasi merupakan
peran, fungsi, dan tanggung jawab tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 103


anggota tim yang kegiatannya dilakukan Tugas Ketergantungan / Merujuk
secara bersamaan atau sebagai salah satu meliputi : Menerapkan manajemen
urutan dari proses kegiatan pelayanan kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
kesehatan. Tugas kolaborasi meliputi : sesuai dengan fungsi rujukan
Menerapkan manajemen kebidanan pada keterlibatan klien dan keluarga.
setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi Memberikan asuhan kebidanan melalui
kolaborasi dengan melibatkan klien dan konsultasi dan rujukan pada ibu hamil
keluarga. Memberikan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan kegawat
pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan daruratan. Memberikan asuhan
pertolongan pertama pada kegawatan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
yang memerlukan tindakan kolaborasi. pada masa persalinan dengan penyulit
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu tertentu dengan melibatkan klien dan
dalam masa persalinan dengan resiko keluarga. Memberikan asuhan kebidanan
tinggi dan keadaan kegawatan yang melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
memerlukan pertolongan pertama dengan dalam masa nifas dengan penyulit
tindakan kolaborasi dengan melibatkan tertentu dengan kegawatdaruratan dengan
klien dan keluarga. Memberikan asuhan melibatkan klien dan keluarga.
kebidanan pada ibu dalam masa nifas Memberikan asuhan kebidanan pada
dengan resiko tinggi dan pertolongan BBL dengan kelainan tertentu dan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
tindakan kolaborasi dengan klien melibatkan keluarga. Memberikan
dan keluarga. Memberikan asuhan asuhan kebidanan pada anak balita
pada BBL dengan resiko tinggi dan dengan kelainan tertentu dan kegawatan
yang mengalami komplikasi serta yang memerlukan konsultasi dan rujukan
kegawatdaruratan yang memerlukan dengan melibatkan
pertolongan pertama dengan tindakan Langkah yang diperlukan dalam
kolaborasi dengan meliatkan klien melakukan peran sebagai pelaksana:
dan keluarga. Memberikan asuhan Mengkaji status kesehatan untuk
kebidanan pada balita dengan memenuhi kebutuhan asuhan klien
resiko tinggi dan yang mengalami Menentukan diagnosa / masalah
komplikasi serta kegawatdaruratan Menyusun rencana tindakan sesuai
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan masalah yang dihadapi
dengan melibatkan keluarga. Melaksanakan tindakan sesuai rencana

104 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


yang telah disusun. Mengevaluasi kemampuan masyarakat serta
tindakan yang telah diberikan. Membuat memelihara kesehatannya dengan
rencana tindak lanjut tindakan. Membuat memanfaatkan potensi yang ada.
dokumentasi kegiatan klien dan keluarga Mempertahankan dan meningkatkan
Bidan sebagai pengelola memiliki mutu serta keamanan praktik profesional
2 tugas yaitu tugas pengembangan melalui pendidikan, pelatihan, magang,
pelayanan dasar kesehatan dan tugas dan kegiatan dalam kelompok profesi.
partisipasi dalam tim. Mendokumentasikan seluruh kegiatan
Pengembangkan pelayanan dasar yang telah dilaksanakan.
kesehatan. Bidan bertugas Berpartisipasi dalam tim. Bidan
mengembangkan pelayanan dasar berpartisi dalam tim untuk melaksanakan
kesehatan terutama pelayanan kebidanan program kesehatan dan sektor lain
untuk individu, keluarga kelompok melalui peningkatan kemampuan dukun
khusus dan masyarakat di wilayah kerja bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain
dengan melibatkan masyarakat / klien yang berada di wilayah kerjanya,
meliputi : Mengkaji kebutuhan terutama meliputi : Bekerjasama dengan
yang berhubungan dengan kesehatan ibu Puskesmas, institusi lain sebagai anggota
dan anak untuk meningkatkan serta tim dalam memberi asuhan kepada klien
mengembangkan program pelayanan bentuk konsultasi, rujukan & tindak
kesehatan di kerjanya bersama tim lanjut. Membina hubungan baik dengan
kesehatan dan pemuka masyarakat. dukun bayi, kader kesehatan, PLKB dan
Menyusun rencana kerja sesuai dengan masyarakat. Melaksanakan pelatihan
hasil kajian bersama masyarakat serta membimbing dukun bayi, kader dan
Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan petugas kesehatan lain. Memberikan
khususnya KIA/KB sesuai dengan asuhan kepada klien rujukan dari dukun
rencana. Mengkoordinir, mengawasi dan bayi. Membina kegiatan yang ada di
membimbing kader dan dukun atau masyarakat yang berkaitan dengan
petugas kesehatan lain dalam kesehatan
melaksanakan program / kegiatan Bidan sebagai pendidik
pelayanan KIA/KB. Mengembangkan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai
strategi untuk meningkatkan kesehatan pendidik dan penyuluh kesehatan bagi
masyarakat khususnya KIA KB termasuk klien serta pelatih dan pembimbing
pemanfaatan sumber yang ada pada kader. Memberikan pendidikan dan
program dan sektor terkait. penyuluhan kesehatan kepada individu,
Menggerakkan dan mengembangkan keluarga dan masyarakat tentang

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 105


penanggulanagan masalah kesehatan dilakukan, kerja bagian tubuh (Tim
khususnya KIA/KB Melatih dan Media Pena,2002:117).
membimbing kader termasuk siswa bidan Berdasarkan peran Bidan yang
/ keperawatan serta membina dukun di dikemukakan diatas, maka fungsi bidan
wilayah kerjanya. sebagai berikut :
Langkah - langkah dalam Fungsi Pelaksana bidan pelaksana
memberikan pendidikan dan penyuluhan mencakup: Melakukan bimbingan dan
yaitu: Mengkaji kebutuhan akan penyuluhan kepada individu, keluarga,
pendidikan dan penyuluhan kesehatan. serta masyarakat (khususnya kaum
Menyusun rencana jangka pendek dan remaja) pada masa praperkawinan.
jangka panjang untuk penyuluhan. Melakukan asuhan kebidanan untuk
Menyiapkan alat dan bahan pendidikan proses kehamilan normal, kehamilan
dan penyuluhan. Melaksanakan dengan kasus patologis tertentu, dan
program/rencana pendidikan dan kehamilan dengan risiko tinggi.
penyuluhan. Mengevaluasi hasil Menolong persalinan normal dan kasus
pendidikan dan penyuluhan. persalinan patologis tertentu. Merawat
Menggunakan hasil evaluasi untuk bayi segera setelah lahir normal dan bayi
meningkatkan program bimbingan. dengan risiko tinggi. Melakukan asuhan
Mendokumentasikan kegiatan kebidanan pada ibu nifas. Memelihara
Bidan sebagai Peneliti bertugas kesehatan ibu dalam masa menyusui
melakukan investigasi atau penelitian Melakukan pelayanan kesehatan pada
terapan dalam bidang kesehatan baik anak balita dan pcasekolah. Memberi
secara mandiri maupun kelompok pelayanan keluarga berencanasesuai
meliputi : Mengidentifikasi kebutuhan dengan wewenangnya. Memberi
investigasi/penelitian. Menyusun rencana bimbingan dan pelayanan kesehatan
kerja. Melaksanakan investigasi. untuk kasus gangguan system reproduksi,
Mengolah dan menginterpretasikan data termasuk wanita pada masa klimakterium
hasil investigasi. Menyusun laporan hasil internal dan menopause sesuai dengan
investigasi dan tindak lanjut. wewenangnya.
Memanfaatkan hasil investigasi untuk Fungsi Pengelola bidan sebagai
meningkatkan dan mengembangkan pengelola mencakup: kelompok
program kerja atau pelayanan kesehatan. masyarakat, sesuai dengan kondisi
Fungsi Bidan dan kebutuhan masyarakat setempat
Fungsi adalah kegunaan suatu hal, yang didukung oleh partisipasi
daya guna, jabatan (pekerjaan) yang masyarakat. Mengembangkan konsep

106 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


kegiatan pelayanan kebidanan bagi Wewenang Bidan
individu, keluarga, kelompok masyarakat Dalam menjalankan praktek
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan profesionalnya wewenang bidan diatur
masyarakat setempat. Menyusun rencana dalam Keputusan Menteri Kesehatan
pelaksanaan pelayanan kebidanan di RI No.900 / Menkes / SK / VII / 2002.
lingkungan unit kerjanya. Memimpin Pemberian kewenangan lebih luas kepada
koordinasi kegiatan pelayanan bidan dimaksudkan untuk mendekatkan
kebidanan. Melakukan kerja sama pelayanan kegawatan obstetri dan
serta komunikasi inter dan antarsektor neonatal kepada setiap ibuhamil/bersalin,
yang terkait dengan pelayanan nifas dan bayi baru lahir agar penanganan
kebidanan. Memimpin evaluasi hasil dini atau pertolongan pertama sebelum
kegiatan tim atau unit pelayanan rujukan dapat dilakukan secara cepat dan
kebidanan. tepatwaktu.
Fungsi Pendidik bidan sebagai Tanggung Jawab Bidan
pendidik mencakup: Memberi Sebagai tenaga profesional, bidan
penyuluhan kepada individu, keluarga, memikul tanggung jawab atas pelayanan
dan kelompok masyarakat terkait dengan yang diberikan dan berupaya secara
pelayanan kebidanan dalam lingkup optimal dengan mengutamakan
kesehatan serta KB. Membimbing dan keselamatan klien Bidan harus dapat
melatih dukun bayi serta kader kesehatan mempertahankan tanggung jawabnya bila
sesuai dengan tanggung jawab bidan. terjadi gugatan terhadap tindakan yang
Memberi bimbingan kepada Para dilakukannya
peserta didik bidan dalam kegiatan Informed Consent
praktik di klinik dan di masyarakat. Pengertian Informed Consent
Mendidik peserta didik bidan atau tenaga Menurut Permenkes 290 Tahun
kesehatan lainnya sesuai dengan bidang 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
keahliannya. Kedokteran, Pasal 1 (ayat 1) disebutkan
Fungsi Peneliti bidan sebagai bahwa Persetujuan Tindakan Kedokteran
peneliti mencakup : Melakukan evaluasi, adalah persetujuan yang diberikan
pengkajian, survei, dan penelitian kepada pasien atau keluarga terdekat
yang dilakukan sendiri atau berkelompok setelah mendapatkan penjelasan
dalam lingkup pelayanan kebidanan. secara lengkap mengenai tindakan
Melakukan penelitian kesehatan keluarga kedokteran atau kedokteran gigi yang
dan keluarga berencana. akan dilakukan terhadap pasien.

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 107


Sofwan Dahlan (2005) banyak sehingga tidah diperlukan
memberikan pengertian bahwa yang informed consent.
dimaksud informed consent adalah Bentuk Informed Concent
pernyataan sepihak oleh pasien, atau Secara garis besar, bentuk
dalam hal pasien tidak berkompeten oleh Informed Consent dapat berupa yaitu
orang yang berhak mewakilinya, yang dinyatakan secara jelas (express). Bentuk
isinya berupa persetujuan kepada dokter pernyataan secara jelas ini bisa secara
untuk melakukan suatu tindakan medis “lisan” (oral ) atau secara tertulis
sesudah orang tersebut diberi informasi (written). Ijin tertulis dalam arti penanda-
secukupnya mengenai tindakan medis tanganan formulir informed consent
yang akan dilakukan. Lebih lanjut diwajibkan untuk tindakan-tindakan yang
diberikan penjelasan bahwa persetujuan mengandung resiko tinggi, seperti :
oleh maksud informed consent yang tindakan invasif dan tindakan non invasif
diwakili oleh keluarga harus benar-benar yang punya resiko tertentu. Walaupun
dipahami dengan sungguh-sungguh hukum tidak mewajibkan selalu memakai
berdasarkan ketentuan terkait dengan bentuk tertulis, namun adalah praktek
persyaratan khusus yakni jika psien yang benar bila persetujuan tindakan
dalam kedudukan hukum yang medis diwujudkan dalam bentuk tertulis.
bertanggung jawab, yakni pasien adalah Dianggap diberikan (implied or
anak yang belum cukup umur atau tacit consent). Suatu persetujuan
keadaan yang sifatnya kondisional yang dianggap diberikan apabila memenuhi
diperbolehkan oleh undang-undang. dua keadaan, yaitu suatu tindakan medis
Menurut Permenkes 290 tahun yang dilakukan dalam keadaan biasa dan
2008 tentang Persetujuan Tindakan dalam keadaan emergency (darurat). Pada
Kedokteran, pasal 15 ; Dalam hal dua keadaan ini, seorang dokter dapat
tindakan kedokteran harus dilaksanakan dianggap telah memperoleh persetujuan
sesuai dengan program pemerintah dari pasien untuk melakukan tindakan
dimana tindakan medis tersebut untuk medis, walaupun tidak ada bukti materiil
kepentingan masyarakat banyak, maka dari persetujuan tersebut. Perlu
persetujuan tindakan kedokteran tidak diperhatikan juga, bahwa Informed
diperlukan. Dari penjelasan diatas dapat Consent selain disyaratkan dalam
juga dapat dipersepsikan bahwa bidan transaksi teraupetik, juga harus dipenuhi
desa adalah bagian dari petugas dalam penelitian biomedik pada manusia
kesehatan yang menjalankan program sebagaimana tercantum dalam Deklarasi
pemerintah dan untuk kepentingan orang Helsinki yang mengacu kepada The

108 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


Nuremberg Code. Dalam penelitian oleh meisel dan Lorel Loth disebut The
biomedik pada manusia ada 4 syarat yang Legal Model of The Medical Decision
harus dipenuhi : Persetujuan harus making Process.
diberikan secara sukarela. Diberikan oleh Menurut Sarwono Prawiroraharjo,
pihak yang berwenang secara hukum. ”secara umum cara penyampaian
Diberitahukan. Dipahami. informasi ada dua cara yaitu: dengan
Informed Consent merupakan lisan dan tertulis. Penandatanganan
aspek yang mencakup orang yang formulir Informed Consent secara tertulis
memberikan layanan dan yang di beri hanya merupakan pengukuhan atas apa
layanan. Dalam pelaksanaanya terjadi yang telah disepakati sebelumnya.
interaksi atau hubungan antara petugas Tujuan penjelasan yang lengkap adalah
kesehatan dengan pasien yang melalui agar pasien menentukan sendiri
tahapan sebagai berikut : Pasien datang keputusannya sesuai dengan pilihan diri
secara sukarela karena membutuhkan sendiri (informed decision).” Karena itu,
pelayanan. Penyampaian informasi pasien juga berhak untuk menolak
lengkap (edequate information) antara tindakan kesehatan yang dianjurkan.
pasien dan dokter berdasarkan The Right Pasien juga berhak untuk meminta
to information. Persetujuan atau pendapat tenaga kesehatan yang lain
penolakan tindakan medis berdasarkan (second opinion), dan bidan yang
The Right self information. memberikan pertolongan persalinan.
Hal diatas adalah penjabaran Isi dalam Informed Concent
doktrin Informed Consent yang Menurut UU No 29 Tahun 2004
merupakan perwujudan hak asasi tentang persetujuan tindakan kedokteran,
manusia (HAM). Dalam kondisi well Pasal 45 (ayat 3) : Penjelasan
informed, pasien mempunyai sebagaimana dimaksud pada (ayat 2)
kemampuan (capability dan ability) sekurang-kurangnya mencakup :
untuk mengambil keputusan untuk Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
dirinya sendiri, apakah menerima atau Tujuan tindakan medis yang akan
menolak rencana tindakan medis yang dilakukan; Alternatif tindakan lain dan
akan diberikan oleh pemberi resikonya; Resiko komplikasi yang
layanan/petugas kesehatan. Kedua hak mungkin terjadi ; dan Prognosis terhadap
tersebut (the right to information dan the tindakan yang akan dilakukan:
right to self determination) tercantum Sesuai dengan Permenkes 290
dalam The Universal Declaratin of Tahun 2008,Pasal 7 (ayat 3) Penjelasan
Human Rights. Rangkaian proses diatas tentang tindakan kedokteran sebagaimana

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 109


sebagaimana dimaksud pada (ayat 1) Dalam aspek hukum administrasi,
sekurang-kurangnya mencakup: perlindungan yang seimbang antara
Diagnosis dan tata cara tindakan tenaga kesehatan sebagai pemberi
kedokteran; Tujuan tindakan kedokteran layanan dan pasien sebagai penerima
yang akan dilakukan; Alternatif tindakan layanan dilakukan oleh Majelis Disiplin
lain dan resikonya; Resiko dan Tenaga Kesehatan (MDTK), tugasnya
komplikasi yang mungkin terjadi; dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan
Prognosis terhadap tindakan yang akan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
dilakukan; Perkiraan pembiayaan kesehatan dalam rangka memberikan
Yang berhak menandatangani Informed pelayanan. Majelis terdiri atas ahli
Concent psikologi, sosiologi, agama dan ahli
Menurut Permenkes 290 tahun hukum yang sekaligus bertindak sebagai
2008, pasal 13 (ayat 1) : Persetujuan ketua. Adapun hukuman yang diterapkan
diberikan oleh pasien yang berkompeten terhadap tenaga kesehatan yang
atau keluarga terdekat, (ayat 2) :penilaian melakukan kesalahan atau kelalaian
terhadap kompetensi pasien sebagaimana adalah hukuman administrasi berupa
dimaksud pada (ayat 1) dilakukan olah pencabutan izin untuk jangka waktu
dokter pada saat dilakukan persetujuan. tertentu atau hukuman lain sesuai dengan
Tujuan Informed Consent kesalahan atau kelalaiannya.
Dalam masalah informed consent Kegawatdaruratan
pelaksana jasa tindakan medis, Pelaksanaan Informed Consent
disamping terikat oleh KODEKI bagi dalam kondisi gawat darurat. Menurut
dokter dan Kode Etik Profesi bagi tenaga EMTALA (Emergency Medical
kesehatan lain, juga tidak dapat Treatment and Active labor Act):
melepaskan diri dari ketentuan hukum Suatu kondisi yang ditandai oleh
perdata, hukum pidana maupun hukum adanya gejala berat dan akut (meliputi
administrasi. Dalam tindakan medis rasa sakit yang sangat) yang apabila tidak
informed consent bertujuan : Melindungi ditangani segera akan mengakibatkan;
jasa tindakan medis (klien) secara hukum Kesehatan pasien (termasuk wanita hamil
dari segala tindakan medis yang atau bayi yang dikandungnya)
dilakukan tanpa sepengetahuannya. mengalami bahaya serius. Kerusakan
Memberikan perlindungan hukum bagi organ atau tubuh yang serius,atau
pelaksana tindakan medis dari tuntutan Kegagalan organ atau tubuh yang serius
klien yang tidak wajar, serta akibat Suatu kondisi dari wanita hamil
tindakan medis yang tidak terduga. yang sudah mengalami kontraksi tetapi:

110 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


Tidak mempunyai waktu yang METODE
cukup untuk dibawa ke rumah Penelitian ini menggunakan
sakit. Transportasi kerumah sakit metode kualitatif. Teknik pengumpulan
dapat membahayakan ibu hamil data dengan wawancara mendalam.
dan bayinya. Jumlah informan adalah 3 bidan yang
Di dalam Undang - Undang bekerja di Puskesmas wilayah Dinas
RI Nomor 44 tahun 2009, Pasal 45 ayat Kesehatan Kota Semarang, Penelitian ini
(1) ; Bahwa Rumah Sakit tidak dilaksananakan melalui beberapa
bertanggung jawab secara hukum tahapan, mulai dari pelaksanaan survey
apabila pasien dan / atau keluarganya awal untuk mengetahui pengetahuan
menolak atau menghentikan mendasar dari bidan, kepala puskesmas
pengobatan yang dapat memungkinkan dan organisasi profesi (Ikatan Bidan
akibat kematian pasien setelah adanya Indonesia) serta Dinas Kesehatan
penelasan medis secara komprehensif, mengenai Informed consent pada
dan ayat (2) ; Rumah Sakit tidak dapat tindakan kegawatdaruratan Obstetri,
dituntut dalam melaksanakan tugas melaksanakan wawancara mendalam
dalam rangka menyelamatkan nyawa kepada pihak-pihak tersebut tentang
manusia. pengetahuan dan implementasi, landasan
Dalam penanganan pasien hukum, aspek legal Informed consent,
kegawatdaruratan tidak diperlukan hambatan yang muncul dalam
persetujuan terlebih dahulu yang pelaksanaannya, serta harapan-harapan
paling penting adalah menyelamatkan yang ada terkait perlindungan hukum
nyawa pasien, sesuai dengan Permenkes bagi tenaga kesehatan, melakukan
290 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) ; publikasi ilmiah melalui jurnal
Dalam keadaan gawat darurat untuk terakreditasi ber ISSN dan melakukan
menyelamatkan nyawa pasien dan / atau mini lokakarya untuk menyampaikan
mencegah kecacatan tidak diperlukan hasil dari penelitian yang telah dilakukan
persetujuan tindakan kedokteran. sehingga pihak-pihak terkait dapat
Pada pelaksanaan tindakan medis mendapatkan pengetahuan tambahan
masalah etik dan hukum perdata tolok mengenai Informed consent pada
ukur yang digunakan adalah “kelalaian / tindakan kegawatdaruratan Obstetri.
kesalahan kecil”(culpalevis), sehingga Instrumen penelitian adalah alat
jika terjadi dan merugikan klien, maka atau fasilitas yang digunakan oleh
sudah dapat dimintakan pertanggung peneliti dalam mengumpulkan data agar
jawaban secara hukum. lebih mudah dan hasilnya lebih baik

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 111


(cermat, lengkap dan sistematis) sehingga obstetric oleh bidan di puskesmas
lebih mudah diolah (Moleong, 2007). wilayah kerja Dinas Kesehatan
Instrumen utama yang digunakan peneliti Kota Semarang. Dalam pembahasan
adalah peneliti sendiri yang melakukan nama informan peneliti tidak
wawancara dengan menggunakan menyebutkan nama informan namun
pedoman wawancara, selain itu peneliti peneliti mengurutkan dalam kode
menggunakan alat perekam, dan buku informan.
catatan untuk mencatat beberapa data Penelitian ini menggunakan
hasil wawancara. metode kualitatif dengan pendekatan
induktif melalui wawancara
HASIL DAN PEMBAHASAN mendalam untuk menggali
Hasil Penelitian informasi yang dipergunakan sebagai
Gambaran Penelitian pada data. Setelah dilakukan penelitian
penelitian ini, peneliti akan menjabarkan ke 15 puskesmas, di dapatkan
hasil wawancara pada tiap informan yang informan yang bisa menyampaikan
terkait dengan Studi eksplorasi dengan baik dan bisa mewakili
Implementasi Informed Consent informan yang lain, disimpulkan
pada tindakan kegawatdaruratan dari 3 infoman dan 2 triangulasi.

Berikut karakteristik khusus dari masing-masing informan.


Tabel 1 Karakteristik Informan

Tanggal/jam Usia Pendidikan


No Kode Lama Kerja
wawancara (Tahun) Terakhir

1 I1 23 Agustus 2017 43 D IV 22 Tahun

2 I2 28 Agustus 2017 42 D IV 20 Tahun

3 I3 29 Agustus 2017 40 D III 20 Tahun

Berdasarkan tabel 4.1 dari informan dapat diketahui


menunjukkan bahwa kriteria informan kesahihannya melalui cross check
dalam penelitian ini adalah Bidan dengan dua orang yang dianggap
yang sudah bekerja menjadi bidan tahu mengenai informan tersebut.
rata – rata minimal 20 tahun , berusia Dalam penelitian ini yang menjadi
antara 40 – 65 tahun . Keterangan sumber cross check adalah Ketua
jawaban wawancara dan Sek IBI Kota Semarang.

112 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


Tabel 4.2 Karakteristik Triangulasi
No Tanggal/Jam Usia Pendidikan Status Pekerjaan
Wawancara Terakhir

1 29 Agustus 2017 62 Tahun S2 Ketua IBI Kota Semarang

2 30 Agustus 2017 57 Tahun D IV Sek IBI Kota Semar ang

Berdasarkan status organisasi Berdasarkan wawancara dengan tiga


triangulasi pertama yang sebagai ketua informan. Semua informan mengatakan
IBI Kota Semarang dan yang kedua bahwa informed consent adalah
sebagai Sekertaris IBI Kota Semarang, persetujuan, walaupun berbeda kalimat .
dianggap lebih berkompeten untuk Hal ini sesuai dengan pernyataan
memberikan informasi mengenai studi informan sebagai berikut:
eksplorasi Implementasi Informed
“….inform consent adalah suatu
Consent pada tindakan tindakan dimana didalamnya kita
kegawatdaruratan obstetric oleh menjelaskan tentang persetujuan /
penolakan didalamnya memuat tentang
bidan di puskesmas wilayah apa yang akan kita kerjakan termasuk
kelebihan dan kekurangan” (I1)
kerja Dinas Kesehatan Kota
Semarang. “ya tahu...inform consent adalah surat
persetujuan yang sebelum melakukan
Wawancara Mendalam tindakan yang disetujui oleh yang
bersangkutan itu sendiri saksi itu bisa
Hasil penelitian ini adalah dari dari keluarga atau dari kita sendiri yang
hasil mengolah data mentah yang melaksanakan kegiatan” (I2)

merupakan hasil wawancara mendalam yaaa… ohh itu untuk pernyataan dari
pasien bahwa bersedia akan dilakukan
yang terkumpul. Data yang sudah tindakan persetujuan (I3)
terkumpul selanjutnya dicermati
beberapa kali dan dicari kata kunci yang Dapat disimpulkan Persepsi
sesuai dengan tujuan penelitian. Kata bidan dalam pengertian informed consent
kunci yang sudah diperoleh disimpulkan yaitu persetujuan dalam melakukan
menjadi kategori dan tema-tema. Setelah tindakan kegawatdaruratan dalam
itu peneliti mengelompokkan kata kunci mengeksplorasi persepsi bidan tentang
yang mengandung kategori dan tema peran dan fungsi bidan dalam
menjadi hasil penelitian dalam bentuk pelaksanaan informed consent pada
narasi. Adapun hasil penelitian yang tindakan kegawatdaruratan.
telah didapat adalah sebagai berikut : Berdasarkan wawancara dengan
Mengeksplorasi persepsi bidan tentang tiga informan. Semua informan rata-rata
pengertian informed consent pada menyimpulkan bahwa peran mereka di
tindakan kegawatdaruratan. dalam pelaksanaan informed consent

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 113


pada kegawat darur atan adalah sebagai pengelola di dalam kegiatan pelaksanaan
pelaksanan dan pengelola. Hal ini sesuai informed consent.
dengan pernyataan informan sebagai Berdasarkan hasil wawancara
berikut: dengan ketiga informan. Informan 1 dan
“Peran saya sebagai bidan ya double, 2 mengatakan bahwa peran sebagai
sebagai pelaksana dan pengelola kasus
kegawat daruratan tersebut. (I1)
pengelola, termasuk kategori
mengembangkan pelayanan dasar
““pelaksana Sebagai pelaksana dan
pengelola.”( I2) kesehatan Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan sebagai berikut:
Pelaksana dan pengelola” (I3)
-.. selama ini menurut saya peran
sebagai pengelola di pelaksanaan
Dapat disimpulkan Persepsi
informed consent yaitu pengembangan
bidan dalam peran bidan adalah sebagai pelayanan kesehatan (I1)

pelaksana dan pengelola dalam …....mengembangkan pelayanan...(I2)


mengeksplorasi persepsi bidan tentang - … pengembangan I3)
peran dan fungsi bidan sebagai
pelaksana, Dapat disimpulkan Persepsi
Berdasarkan wawancara dengan bidan dalam peran bidan adalah sebagai
tiga informan. Informan 1 dan 3 pelaksana dan pengelola dalam
mengatakan bahwa mereka mengeksplorasi persepsi bidan tentang
melaksanakan melaksanakan peran peran dan fungsi pendidik di dalam
pelaksana dengan aplikasi melaksanakan pelaksanaan informed consent.
tugas mandiri . Hal ini sesuai dengan Berdasarkan hasil wawancara
pernyataan informan sebagai berikut: dengan ketiga informan. Semua
mengatakan bahwa menurut pendapat
“…peran pelaksana yang kita
aplikasikan adalah melaksanakan tugas mereka Persepsi bidan tentang peran dan
bidan pelaksana secara mandiri” (I1)
fungsi pendidik di dalam pelaksanaan
“…maksudnya?? .. tugas mandiri” (I3)
informed consent adalah sebagai role
‘melaksanakan peran pelaksana
kategori mandiri model bagi anak didik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan informan sebagai
Dapat disimpulkan Persepsi berikut:
bidan dalam pelaksanaan informed “sebagai contoh pelayanan.” (I1)
consent yaitu berperan sebagai pelaksana ‘..role model anak didik...” (I2)

dengan melaksanakan tugas ..“memebrikan contoh yang sesuai


protap dalam pemberian
mandiridalam mengeksplorasi persepsi pelayanan..”(I3)
bidan tentang peran dan fungsi sebagai

114 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


Dapat disimpulkan Persepsi dimungkinkan terjadia karena semua
bidan dalam peran bidan adalah sebagai partisipan berasal dari dasar
pelaksana dan pengelola dalam pendidikan yang sama yaitu D III
mengeksplorasi persepsi bidan tentang Kebidanan, walaupun sekarang sudah
peran dan fungsi peneliti di dalam sebagian mengikuti studi lanjut D IV
pelaksanaan informed consent. Kebidanan. Mata kuliah tentang
Berdasarkan hasil wawancara informed consent secara teori sudah
dengan ketiga informan. Semua di dapatkan pada saat mereka
mengatakan bahwa menurut pendapat menempuh penididikan D III
mereka Persepsi bidan tentang peran dan Kebidanan, dan di perdalam di D IV
fungsi peneliti di dalam pelaksanaan Kebidanan. Informed Consent
informed consent adalah merupakan aspek yang mencakup
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan orang yang memberikan layanan dan
kesehatan yang bersangkutan. Hal ini yang di beri layanan. Dalam
sesuai dengan pernyataan informan pelaksanaanya terjadi interaksi atau
sebagai berikut: hubungan antara petugas kesehatan
dengan pasien yang melalui tahapan
“di teliti secara tidak langsung,
dengan mengidentifikasi kasus.” (I1) sebagai berikut :Pasien datang secara
‘..meneliti kasus, kemudian
mengidentifikasi...” (I2) sukarela karena membutuhkan
pelayanan, Penyampaian informasi
..“mengidentifikasi kasus yang di
temui..”(I3) lengkap (edequate information) antara
pasien dan dokter berdasarkan The
Pembahasan Right to information. Persetujuan atau
Peran dan fungsi bidan Pada penolakan tindakan medis
Tindakan Kegawatdaruratan Obstetri Di berdasarkan The Right self
Puskesmas information.
1. Mengeksplorasi persepsi bidan Menurut Permenkes 290 Tahun
tentang pengertian informed consent 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
pada tindakan kegawatdaruratan. Kedokteran, Pasal 1 (ayat 1)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disebutkan bahwa Persetujuan
dianalisa bahwa semua reponsen Tindakan Kedokteran adalah
menyatakan persepsi yang sama persetujuan yang diberikan kepada
bahwa pengertian informed consent pasien atau keluarga terdekat setelah
yaitu persetujuan dalam melakukan mendapatkan penjelasan secara
tindakan kegawatdaruratan. Hal ini lengkap mengenai tindakan

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 115


kedokteran atau kedokteran gigi yang 3. Mengeksplorasi persepsi bidan
akan dilakukan terhadap pasien. tentang peran dan fungsi sebagai
2. Mengeksplorasi persepsi bidan pengelola di dalam kegiatan
tentang peran dan fungsi bidan dalam pelaksanaan informed consent.
pelaksanaan informed consent pada
Berdasarkan hasil wawancara dengan
tindakan kegawatdaruratan.
ketiga informan. Informan 1 dan 2
Berdasarkan wawancara dengan tiga mengatakan bahwa peran sebagai
informan. Semua informan rata-rata pengelola, termasuk kategori
menyimpulkan bahwa peran mereka mengembangkan pelayanan dasar
di dalam pelaksanaan informed kesehatan. Sebagai pengelola bidan
consent pada kegawatdaruratan adalah memiliki 2 tugas, yaitu tugas
sebagai pelaksanan dan pengelola. pengembangan pelayanan dasar
Peran Sebagai Pelaksana kesehatan dan tugas partisipasi dalam
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tim. Mengembangkan pelayanan dasar
tiga kategori tugas, yaitu tugas kesehatan. Bidan bertugas;
mandiri, tugas kolaborasi, dan mengembangkan pelayanan dasar
tugas ketergantungan. Tugas mandiri kesehatan, terutama pelayanan
adalah Tugas - tugas mandiri bidan, kebnjanan untuk individu, keluarga
yaitu : Menetapkan manajemen kelompok khusus, dan masyarakat di
kebidanan pada setiap asuhan wilayah kerja dengan melibatkan
kebidanan yang diberikan, mencakup: masyarakat/klien, mencakup :
a. Mengkaji status kesehatan untuk a. Mengkaji kebutuhan terutama
memenuhi kebutuhan asuhan klien. yang berhubungan dengan
b. Menentukan diagnosis. kesehatan ibu dan anak untuk
c. Menyusun rencana tindakan sesuai meningkatkan serta
dengan masalah yang dihadapi. mengembangkan program
d. Melaksanakan tindakan sesuai pelayanan kesehatan di wilayah
dengan rencana yang telah kerjanya bersama tim kesehatan
disusun. dan pemuka masyarakat.
e. Mengevaluasi tindakan yang telah b. Menyusun rencana kerja sesuai
diberikan. dengan hasil pengkajian bersama
f. Membuat rencana tindak lanjut masyarakat. Mengelola kegiatan-
kegiatan/tindakan. kegiatan pelayanan kesehatan
g. Membuat pencatatan dan masyarakat, khususnya kesehatan
pelaporan kegiatan/tindakan. ibu dan anak serta keluarga

116 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


berencana (KB) sesuai dengan Persepsi bidan tentang peran dan
rencana. fungsi pendidik di dalam pelaksanaan
c. Mengoordinir, mengawasi, dan informed consent adalah sebagai role
membimbing kader, dukun, atau model bagi anak didik. Sebagai
petugas kesehatan lain dalam pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu
melaksanakan program/kegiatan sebagai pendidik dan penyuluh
pelayanan kesehatan ibu dan anak- kesehatan bagi klien serta pelatih dan
serta KB. pembimbing kader. Dalam hal ini,
d. Mengembangkan strategi untuk bidan menerapkan peran dan
meningkatkan keseharan fungsinya sebagai pendidik, akan
masyarakat khususnya kesehatan tetapi bukan untuk memberikan
ibu dan anak serta KB, termasuk penyuluhan ke kader dan melakukan
pemanfaatan sumber-sumber yang pendidikan kesehatan/penyuluhan,
ada pada program dan sektor tetapi memberikan pendidikan kepada
terkait. anak didik yang kemungkinan
e. Menggerakkan dan 5. Mengeksplorasi persepsi bidan
mengembanglran kemampuan tentang peran dan fungsi peneliti di
masyarakat serta memelihara dalam pelaksanaan informed consent.
kesehatannya dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
memanfaatkan potensi-potensi
ketiga informan. Semua mengatakan
yang ada.
bahwa menurut pendapat mereka
f. Mempertahankan, meningkatkan
Persepsi bidan tentang peran dan
mutu dan keamanan praktik
fungsi peneliti di dalam pelaksanaan
profesional melalui pendidikan,
informed consent adalah
pelatihan, magang sena
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kegiatankegiatan dalam kelompok
kesehatan yang bersangkutan. Bidan
profesi.
melakukan investigasi atau penelitian
g. Mendokumentasikan seluruh
terapan dalam bidang kesehatan baik
kegiatan yang telah dilaksanakan.
secara mandiri maupun berkelompok,
4. Mengeksplorasi persepsi bidan
mencakup:
tentang peran dan fungsi pendidik di
a. Mengidentifikasi kebutuhan
dalam pelaksanaan informed consent.
investigasi yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan b. Menyusun rencana kerja pelatihan.
ketiga informan. Semua mengatakan c. Melaksanakan investigasi sesuai
bahwa menurut pendapat mereka dengan rencana.

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 117


d. Mengolah dan menginterpretasikan pada kegawat darur atan adalah sebagai
data hasil investigasi. pelaksanan dan pengelola.
e. Menyusun laporan hasil investigasi Hasil penelitian dalam
dan tindak lanjut. Mengeksplorasi persepsi bidan tentang
f. Memanfaatkan hasil investigasi peran dan fungsi sebagai pengelola di
untuk meningkatkan dan dalam kegiatan pelaksanaan informed
mengembangkan program kerja consent.
atau pelayanan kesehatan Berdasarkan hasil wawancara
dengan ketiga informan. Informan 1 dan
PENUTUP 2 mengatakan bahwa peran sebagai
Berdasarkan hasil penelitian dan pengelola, termasuk kategori
pembahasan diatas, peneliti dapat mengembangkan pelayanan dasar
menarik kesimpulan penelitian “Peran kesehatan.
dan fungsi bidan dalam pelaksanaan Hasil penelitian dalam
Informed Consent Tindakan mengeksplorasi persepsi bidan tentang
Kegawatdaruratan Obstetri Di peran dan fungsi pendidik di dalam
Puskesmas” adalah sebagai berikut: pelaksanaan informed consent .
Hasil penelitian dalam Berdasarkan hasil wawancara
Mengeksplorasi persepsi bidan tentang dengan ketiga informan. Semua
pengertian informed consent pada mengatakan bahwa menurut pendapat
tindakan kegawatdaruratan, semua mereka Persepsi bidan tentang peran dan
informan mempunyai Persepsi bidan fungsi pendidik di dalam pelaksanaan
dalam pengertian informed consent yaitu informed consent adalah sebagai role
persetujuan dalam melakukan tindakan model bagi anak didik.
kegawatdaruratan. Hasil penelitian dalam
Hasil penelitian dalam Mengeksplorasi persepsi bidan tentang
Mengeksplorasi persepsi bidan tentang peran dan fungsi peneliti di dalam
peran dan fungsi bidan dalam pelaksanaan informed consent.
pelaksanaan informed consent pada Berdasarkan hasil wawancara
tindakan kegawatdaruratan. dengan ketiga informan. Semua
Berdasarkan wawancara dengan mengatakan bahwa menurut pendapat
tiga informan. Semua informan rata-rata mereka Persepsi bidan tentang peran dan
menyimpulkan bahwa peran mereka di fungsi peneliti di dalam pelaksanaan
dalam pelaksanaan informed consent informed consent adalah

118 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017


mengidentifikasi kebutuhan pelayanan Midwifery” diterjemahkan oleh Ria
Anjarwati et.al,Jakarta:EGC.
kesehatan yang bersangkutan.
Herkunto, 2007, Aspek Medikolegal
Saran Pelayanan Gawat Darurat, jakarta :
Maj.Kedokteran Indonesia Vol 27
Diharapkan bidan lebih memahami
nomer : 2, Februari 2007
peran dan fungsi bidan di dalam J.Guwandi.2004.Tanya Jawab
Persetujuan Tindakan Medik.edisi-
pelayanan kesehatan yang seringkali
2.Jakarta:FKUI
bertumpukan. Maliangga, J, 2013, Hak informed
consent sebagai hak pasien dalam
Diharapkan pihak puskesmas lebih
perlindungan Hak Azasi Manusia,
memaksimalkan peran dan fungsi bidan Let Ex Societatis, Vol I/ No.4/
Agustus/2013
di pelayanan puskesmas
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita
Manuaba, dan I.B.G. Fajar
Manuaba. Pengantar Kuliah
DAFTAR PUSTAKA
Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran
Ardiansa, dkk, 2014. Hubungan EGC, 2007.
Informed Consent terhadap Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi
Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT
Hernia di RSUD Salewangan Maros, Remaja Rosdakarya Offset,
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Bandung.
Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014, Oka Wijaya, IKG dkk, Tinjauan Yuridis
ISSN : 2302-1721, hal 4 Informed Consent Bagi Penanganan
Darmini, dkk,2014. Informed Consent Pasien Gawat Darurat , Program
atas Tindakan Kedokteran di Rumah Kekhususan Hukum Pidana,
Sakit GRHASIA Pakem Fakultas Hukum Univ Udayana.
Yogyakarta, Mimbar Hukum, Vol Pakendek, A, 2010, Informed consent
26, Nomor 2 Juni 2014 dalam pelayanan kesehatan, Al-
Dian Kinanti, dkk, 2015. Urgensi IHLAM Vol V, No. 2 Desember
penerapan mekanisme Informed 2010.
consent untuk mencegah tuntutan PerMenKes Nomor
malpraktik dalam perjanjian 290/MENKES/PER/2008 tentang
terapeutik, Privat Law, Vol III, No 2 Persetujuan Tindakan Kedokteran
Juli- Desember 2015. PerMenKes Nomor
Engel Budikasi, dkk. 2015. Hubungan 1464/MENKES/PER/2010,tentang
pemberian informed consent dengan Izin dan Penyelenggaraan Praktek
tingkat kecemasan pasien pre Bidan
operasi kategori status fisik I-II Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
Emergency American Society of 2009 Tentang Tenaga Kesehatan
Anesthesiologists (ASA) di Instalasi Ronny Hanintijo Soemitro.Metode
Gawat Darurat RSUP Prof. DR. RD Penelitian Hukum dan Jurimetri.
Kandou Manado. Ejournal Jakarta
Keperawatan (e-Kp) volume 3 Sofwan Dahlan.2005.Hukum Kesehatan.
nomor 2 Oktober 2015 Ed-3. Semarang :UNDIP
Fikriana, R, 2014. Informed consent pada Sweet Betty R.1988.Mayes Midwifery A
pasien dengan kondisi gawat Textbook for Midwives.London
darurat, Jurnal Sain Med, Vol 6 No Philadelphia Toronto Sydney
1 Juni 2014 Tokyo.Bailliere Tindall
Hendersen Cristine dan Jones Sarwono Prawiroraharjo.2008.Ilmu
Kathleen,2006.”Essential Kebidanan.Jakarta:PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawiroraharjo

Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017 119


Sarwono Prawiroraharjo.2008.Pelayanan Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
Maternal dan Neonatal. Tentang Rumah Sakit
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014
Sarwono Prawiroraharjo. Tentang Kesehatan
Syarifuddin, 2015, Urgensi Informed
consent terhadap perlindungan hak-
hak pasien, Hasanuddun Law
Review, Vol 1 Issue 2 August 2015
Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran

120 Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02, Desember 2017

You might also like