Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. MARETA SUCI LISTARI
2. JULIANARISKA NANDASAPUTRI
3. BUDIMAN
4. IRFAN HADI
5. ARIANI
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta nikmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
MALARIA”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak penulisan makalah ini
tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen kami ibu
Hapipah,S.Kep.,Ners.,M.Kep atas bimbingannya.
Penulis berusaha semampunya untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal
mungkin, akan tetapi penulis juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan untuk
menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang. Penulis berharap semoga
Allah SWT senantiasa memberikan ridho’Nya sehingga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan yang menulis khususnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tersebar di beberapa
wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapat pada
Negara-negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan atau
pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat
dijadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.
Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis
plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium falciparum
dengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14
hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan plasmodium malaria
dengan masa inkubasi 7-30 hari . Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia
melalui gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles. Gejala yang ditimbulkan
antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk
mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya
plasmodium pada sampel darah.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan penyakit Malaria.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Malaria.
2. Untuk mengetahui etiologi Malaria.
3. Unttuk mengetahui manisfestasi klinis Malaria.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Malaria
5. Untuk mengetahui pathway/WOC Malaria.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Malaria.
7. Untuk mengetahui terapi Malaria.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengkajian pada klien dengan
Malaria.
9. Untuk mengetahui penyusunan diagnosa keperawatan dan mempriotitaskan
masalah pada klien dengan Malaria.
10. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan tindakan keperawatan dengan
baik dan benar pada klien dengan Malaria.
1.3 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Dapat menjadi masukan terhadap perbaikan kebiasaan hidup yang bisa
merugikan kesehatan sehingga dapat menjaga kesehatan diri.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan sebagai masukan maupun membantu proses perkuliahan.
BAB 2
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Definisi
Malaria penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang
hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. (Teuku Romi Imansyah Putra,
2011,hal 104).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur
nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan
oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay &
Raharja, 2000).
2.2 Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu :
1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
2. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
3. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
4. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia
dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan
dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
2.3 Klasifikasi
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis
plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang
paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari.
Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh
Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies
yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup.
Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi
tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black
Water Fever).
2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah.
Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali
lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior.
Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan
jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan,
mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran
eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis
dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).
4. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah
merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan.
Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan
hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan
b. Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui
duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).
2.5 Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam
mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam
antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF).
TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur
suhu tubuh manusia.
Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh
bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. 5,6 Limpa merupakan organ
retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadi peningkatan jumlah
eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem retikuloendotelial untuk
memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit akibat hemolisis.5,6
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status
imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi
oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan
eritropoisis. Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria
dan Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh
darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan karena sel darah merah terinfeksi
menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat
pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi
penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan
timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi
perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan
malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.( Teuku Romi
Imansyah Putra, 2011 hal 106 ).
2.7 Pemerikaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, antara
lain:
1. Pemeriksaan mikroskopis Darah
Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah, yaitu
sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada pemeriksaan ini
bisa melihat jenis plasmodium dan stadiumstadiumnya. Pemeriksaan ini banyak
dan sering dilakukan karena dapat dilakukan puskesmas, lapangan maupun
rumah sakit. Untuk melihat kepadatan parasit, ada dua metode yang digunakan
yaitu semi-kuantitatif dan kuantitatif.
2. Pemeriksaan tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dan eritrosit.
3. Pemeriksaan serologis
4. PCR
5. ELISA
6. RIA ( Radioimunnoassay)
2.8 Komplikasi
1. Malaria selebral
2. Edema paru
3. Malaria algida/kolaps
4. Black water fever
5. Herpes labialis
6. Gangguan hati
7. Dehidrasi
8. Gagal ginjal akut
2.9 Terapi
Berdasarkan atas aktivitasnya, obat anti malaria dapat dibagi menjadi :
1. Gametosida : untuk membunuh bentuk seksual plasmodium (misalnya
klorokuin, kuinin dan primakuin).
2. Sporontosida : untuk menghambat ookista (misalnya primakuin, kloroguanid).
3. Skozintisida : untuk memberantas bentuk skizon jaringan dan hipnozoit
(misalnya primakuin dan pirimetamin).
4. Skizontisida darah : untuk membunuh skizon yang berada di dalam darah
(misalnya klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, pirimetamin, sulfadoksin,
sulfon dan tetrasiklin).
BAB 3
KONSEP PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian terlebih dahulu kita harus melakukan anamnesa
terlebih dahulu pada pasien. Dimana Anamnesa ada 2 jenis yaitu Auto
Anamnesa (pencarian informasi kepada subjek yg bersangkutan) dan
Allo Anamnesa (pencarian informasi kepada orang yang ada kaitannya
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Identitas Penanggung Jawab
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, alamat, dan hubungan dengan pasien.
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien malaria biasanya menggigil/dingin, panas, keringat,
anoreksia, nyeri tulang, anemi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien datang
biasanya mengeluhkan malaise, mialgi, mual-muntah, panas, nyeri tulang, dan
pusing.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang pernah dideritanya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang
sama.
C. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi dan penanganan Kesehatan
Klien mengatakan bahwa badan klien panas dan klien merasakan sakit di
persendian, lemas, dan mual – mual. Klien juga mengatakan awal gejalanya
yaitu panas dan kemudian 2 hari yang lalu muntah, awal muncul penyakitnya
kira – kira 6 hari yang lalu dan berhenti 2 hari setelah itu timbul lagi.
2) Pola Nutrisi / Metabolisme
Pasien mengatakan selama sakit bahwa anaknya tidak nafsu makan. Setiap
makan hanya mampu menelan 2-3 sdm kemudian pasien merasakan mual dan
kadang muntah
3) Pola Eliminasi
Selama sakit klien mengatakan kadang dalam 1 hari tidak BAB. BAK klien
selama sakit tidak ada perubahan.
4) Pola aktivitas dan istirahat
Pasien dalam beraktivitas menggunakan bantuan keluarganya. Selain itu
terpasang infuse dilengan kiri pasien.
5) Pola Istirahat Dan Tidur
Klien mengatakan bahwa susah tidur dan sering merengek karena kesakitan
6) Pola Kongnitif – persepsi
Klien tidak mengalami gangguan dalam hal penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan
7) Pola persepsi diri – konsep diri
Klien merasakan lemas semenjak sakit, tidak selera makan, dan merasakan
kedinginan waktu suhu tubuhnya naik.
8) Pola peran hubungan
Klien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Selama di rumah sakit pasien di
kunjungi oleh tetangga di lingkungan nya dan keluarganya seperti kakek,
nenek, dan lain-lain dari pihak ayah atau ibunya.
9) Koping - Toleransi Stress
Selama sakit klien merasa cemas karena tidak bisa bisa bersama-sama dengan
keluarga.
10) Pola Seksualitas
Reproduksi pasien normal.
11) Nilai Kepercayaan
Selama dirumah sakit pasien selalu taat dengan agamanya.
D. Pemeriksaan Fisik
Head To Toes Inspeksi Palpasi
Sebagian menempel
Gangguan perfusi
jaringan
Ds : Histamin Hipertermi
Klien mengatakan
demam dan keringt Merangsang
dingin prostaglandin E2 di
Do : hipotalamus
Suhu tubuh 38,5
Nadi lemah dan cepat Meningkatkan pelepasan
92x/menit. prostaglandin E2
Termoregulasi tidak
stabil
Hipertermi
Ds: klien mengatakan Mempengaruhi pelepasan Nyeri
nyeri dengan skala 5 mediator-mediator kimia
Do :
Klien nampak cemas Bradikin
Skala 5
Merangsang reseptor
saraf nyeri
Respon
Nyeri
Gangguan keseimbangan
DS : Kompensasi,usaha
Klien mengtakan cairan & elektolit
mual,muntah Penuruhan
DS: Penguapan
Klien terlihat berkeringat
Evaporasi meningkat
Keringat berlebih
Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit.
b. Rumusan Diagnosa
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
b) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah terganggu
c) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh sistemik
d) Nyeri berhubungan dengan merangsang reseptor saraf nyeri.
e) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan evaporasi
meningkat.
3. Intervensi
No.Dx Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk Mengawasi masukan kalori
makanan atau kualitas kekurangan
yang disukai. Observasi dan konsumsi makanan.
catat
masukan makanan klien.
Berikan makan sedikit dan Dilatasi gaster dapat terjadi
makanan tambahan kecil yang bila pemberian makan terlalu
tepat. cepat setelah periode
anokresia.
Pertahankan jadwal Mengawasi penurunan berat
penimbangan berat badab secara badan atau efektivitas
teratur. intervensi nutrisi.
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari
sempurna,untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak selalu penulis harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA