You are on page 1of 7

Kumpulan Khutbah Jum'at dan 'Ied

Generasi Anak Shaleh dan Pesan Keagamaan Idul Adha

‫صصاَبم‬‫اص ابركببصصرر اكللمَّصصاَ ب ب‬ ‫×( اا ابركببرر اكللبمَّاَ هبلل ههلبلَال بوابرببدبر ا‬3) ‫×( اا باكببرر‬3) ‫×( اا ابركببرر‬3) ‫اا ابركببرر‬
‫طبعصصبم قبصصاَنهاع‬ ‫ت بوابرزهبصصرر بواكللبمَّصصاَ اب ر‬ ‫ت نبببصصاَ لَا‬‫ب بوابرمطبصصرر بواكللمَّصصاَ ب نبببصص ب‬ ‫طرر اا ابركببرر اكللمَّاَ ب تببرابكصصبم بسصصبحاَ لَا‬ ‫صاَئهلَام بوابرف ب‬
‫ب‬
‫ضصبحىَ ببرعصبد يبصصروهم‬ ‫ضصاَبن بورعيْصبد رالب ر‬ ‫صصيْاَ بهم بربم ب‬ ‫ر‬
‫ ابرلْبحرمَّاد له الْلهذىِ بجبعبل لْهرلامَّرسلههمَّريْبن هعريْبد رالْفهطهر ببرعبد ه‬..‫رالْامَّرعتبرر‬
‫ك رالْبعهظريْصصام رالبركببصصرر بوابرشصصهبلَاد ابلن بسصصيْيبدناَ ب امبحلمَّصصددا‬ ‫ك لْبها لْبها رالْبمَّلهصص ا‬‫ابرشهباد ابرن لب اهلْبهب اهلل اا بورحبدها لب بشهرري ب‬.‫بعبرفببة‬
َ‫صصصيل بعلصصبى‬ ‫ الْلهاصصلم ب‬.‫ي قبرد بغفببر اا لْبها بماَ تبقبلدبم همرن بذرنبههه بوبماَ تبأ بلخبر‬ ‫بعربادها بوبراسرولْاها الْلشاَفهاع هفىَ رالْبمَّرحبشرر نببه ل‬
‫ فبيْبصصاَ هعببصصاَبداه اهتلقاصصوااب‬.‫ ابلماَ ببرعصصاد‬.‫طهلرر‬ ‫س بو ب‬ ‫ب بعرنهاام الْيررج ب‬ ‫صبحاَبههه الْلهذريبن ابرذهب ب‬‫بسيْيهدبناَ امبحلمَّدد بوبعبلىَ ابلْههه بواب ر‬
‫ق تابقاَتههه بولب تبامَّروتالن اهلل بوابرنتارم امرسلهامَّروبن‬ ‫ بح ل‬،
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah swt karena pada pagi hari ini kita masih
diberikan karunia untuk melakukan shalat iedul ‘Adha secara berjama’ah. Idul Adha ini adalah
momentum indikator ketakwaan kita pada Allah Swt sebagai bekal kita meraih kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat nanti. Semoga kita semua selalu berusaha menjadi orang bertakwa dan
termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Amien ya rabbal alamien.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Baru saja kita rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri salat kita dengan menyebarkan salam sejahtera
kepada semua makhluk di sekitar kita. Sejak tadi malam sampai pagi ini, kita memenuhi langit
dengan suara takbir kita. “Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu akbar.
Allahu akbar walillahil hamdu “.
Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari segenap
penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan
gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan
ilahi dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik.
Innal hamda wan nikmata la wal mulk la syarika laka.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Idul Ahda yang khas dengan ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur kita pada Allah Swt.
Demikian ini karena banyaknya Allah Swt. telah melimpahkan anugerah pada kita semua. Kita
telah diberi banyak hal oleh Allah Swt. Anggota tubuh yang kita miliki: kepala, telinga, tangan,
kaki, hidung, dan lain-lain. Semuanya adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung
berapa nominal harganya, pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermilyar-milyar. Demikian
juga, udara yang kita hirup, biji-bijian yang kita makan, udara yang kita hirup, kendaraan yang
kita tumpangi, semuanya disediakan oleh Allah Swt. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
untuk manusia. Wallahu khalaqa lakum ma fil ardli jami’a. Allah Swt. telah menciptakan yang
ada di dunia untuk kalian semua. Semua kalo dihitung dengan nominal angka manusia, pasti
tiada terhingga.
Tentang syukur ini, Allah Swt. Berfirman:

‫ت‬‫ف َّ فبصصإ هبذا بوبجببصص ر‬ ‫اهصص بعلبريْهبصصاَ ب‬


‫صصصبوا ل‬ ‫اه لْباكرم هفيْبهاَ بخريْصصلَار َّ فبصصاَرذاكاروا ارسصصبم ل‬ ‫بوارلْباردبن بجبعرلبناَبهاَ لْباكرم همرن بشبعاَئههر ل‬
‫ك بسلخرربناَبهاَ لْباكرم لْببعللاكرم تبرشاكاروبن‬ ‫طهعامَّوا ارلْبقاَنهبع بوارلْامَّرعتبلر َّ بكذبذلْه ب‬
‫اجانوبابهاَ فباكالوا همرنبهاَ بوأب ر‬
Artinya:
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati),
maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya
(yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan
untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur”. (QS. al-Hajj : 36)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekontruksi sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan
figur-figur agung para kekasih Allah Swt. Yaitu figur Nabiullah Ibrahim AS. Figur anak hebat
Nabi Ismail AS. Dan figur ibu luar biasa, Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat
manusia adalah penyembelihan Nabiullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang
akhirnya diganti kambing oleh Allah Swt.
Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah Swt, ibadah kurban adalah merupakan bentuk
solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka: Orang-orang fakir dan
orang miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di Negara Indonesia, dengan
nilai tukar rupiah yang anjlok di atas Rp. 14.000,- dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan
saudara-saudara kita, adalah kewajiban bagi kita semua untuk membantu mereka. Nabi Saw.
Sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah kurban bukan
hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan
kesalehan orang-orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, ibadah kurban adalah dalam rangka
memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang yang
sengsara. Qurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah
Swt. bila ia sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.
Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung Nabi Ibrahim
AS dan keluarganya.
Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah Swt. pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika
Nabi Ibrahim yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan
seratus ekor unta, beliau ditanya, “Hendak kemana ia pergi”. Maka beliau menjawab, “Inni
dzahibun ila rabbi sayahdin” (QS. At-Takwir: 26). Artinya: “Sesungguhnya aku pergi menghadap
Tuhanku dan dia memberi petunjukan padaku”. Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan
kekayaan, bukan pangkat, bukan jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup kita adalah Allah
Swt.
Seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin
memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia ini, maka
diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga
peralatan yang lain agar manusia bisa hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun
jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga udara. Manusia juga mengkapling-kapling lautan
dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk mengetahui luasnya dunia, pada
akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi didaratan, lautan maupun udara. Oleh
karena itu, manusia menciptakan internet dan teknologi fotografi serta televisi. Di masa
sekarang, manusia hanya dengan duduk di komputer atau televisi, mereka sudah dapat
menjangkau dunia yang lebih luas dan warna-warni, meskipun disajikan dalam bentuk potongan
gambar, rekaman video atau foto. Mereka menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan di era visual
age.
Islam –seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim—mentrandensikan jalan menuju Tuhan sebagai jalan
kebahagiaan dan jalan menuju akhirat. Islam memberikan dimensi moral spritual agar aktivitas
manusia memiliki tujuan yang lebih bermakna, bukan hanya sekedar mobilitas fisik tanpa tujuan
yang bersifat ilahi. Pertanyaan Allah Swt. pada Nabi Ibrahim adalah pertanyaan moral yang
penuh makna: Hendak dibawa kemana harta kita? Hendak dibawa mobil kita? Hendak dibawa
kemana jabatan kita? Hendak dibawa kemana pangkat kita? Hendak dibawa kemana ilmu kita?
Hendak dibawa kemana tubuh kita?
Di tengah hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting untuk
menanyakan kembali pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer bagi manusia secara
faktual dewasa ini adalah avoiding the pain, menghindari apapun yang menyakitkan. Lalu
juga looking for the pleasure, mengejar apapun yang dirasakan menyenangkan. Sehingga yang
muncul hanyalah kehidupan materi duniawah belaka. Sebagaimana dikatakan oleh Prof
Komarudin Hidayat, bahwa salah satu dimensi dan misi manusia sebagai moral being adalah
menegakkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya di manapun berada. Moral being ini harus
diwujudkan dalam ruang-ruang kantor, di kamar rumah, di masjid, di restoran, di warung kopi
dan sebagainya. Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju
pada Allah Swt. Tuhan semesta alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi
rabbil alamin. Sesungguhnya sholatku, matiku, hidupku adalah untuk Allah Swt. Setiap sholat,
kita sudah seringkali mengikrarkan dalam lisan kita.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pelajaran berharga lainnya yang kita bisa teladani dari Nabi Ibrahim AS adalahbahwa tujuan
tertinggi manusia adalah seperti doa Nabi Ibrahim. Rabbi lab li minasshalihin. Ya Allah berilah
kami anak-anak yang soleh. Nabi Ibrahim meminta anak yang soleh. Bukan anak yang pintar.
Bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya
pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak kaya, anak berpangkat dan jabatan, anak yang
pintar tapi mereka tidak soleh. Karena itu, kata kuncinya adalah “anak soleh”.
Untuk mewujudkan anak yang soleh, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal
utama dan pertama dalam mewujudkan anak soleh. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang
soleh dan solehah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi
Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa.
Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nbi Saw
dalam mendidik anak-anak muslim: “Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai
Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca al-Qur’an”. (HR. Tabrani).
Dan Nabi juga bersabda:

‫علمَّوا اولدكم فاَنهم مخلوقون في زماَن غيْر زماَنكم‬


“Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita. Bagaimanapun, keteladanan
merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak-anak kita. Dengan keteladanan
yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan mempengaruhi anak-anak kita.
Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan berpengaruh bagi anaknya.
Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya
meniru. Karena itu, Abdullah Nasih Ulwan dalam “Kitab Tarbiyatul Aulad”, mengutip penyair
yang melontarkan kecaman bagi pengajar atau orang tua yang tindak tanduknya bertentangan
dengan ucapannya

‫ياَ ايهاَ الْرجل الْمَّعلم غيْره‬


‫هل لْنفسك كاَن ذا الْتعليْم‬
‫تصف الْدواء لْذي الْسقاَم و ذي الْضني‬
Wahai orang Yang mengajar orang lain
‫كمَّاَ يصح به و انت سقيْم‬ Kenapa engkau tidak juga menyadari
Dirimu sendiri.
َ‫ابدأ بنفسك فاَنههاَ عن غيْها‬
Engkau terangkan bermacam obat Bagi
‫فاَذا انتهت هىه فأنت حكيْم‬ segala penyakit

‫فهناَك يقبل م وعظت و يقتدي‬ Agar semua yang sakit sembuh, Sedang
engkau sendiri ditimpa sakit.
‫باَلْعلم منك و ينفع الْتعليْم‬ Obatilah dirimu dahulu. Lalu cegahlah agar
tidak menular pada orang lain.
Dengan demikian, Engkau adalah seorang Ilmu yang engkau ajarkan Akan bermanfaat
yang bijak bagi mereka.
Apa yang engkau nasehatkan Akan mereka
terima dan ikuti,
‫‪Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang soleh atau‬‬
‫‪solehah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus,‬‬
‫‪tempat dimana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga pada‬‬
‫‪adik-adik kita. Bordie menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”. Habitus adalah‬‬
‫‪“lingkungan dari kekuatan yang ada”. Alm. KH. Abdul Muchith Muzadi, selalu memberi nasehat‬‬
‫‪pada orang-orang: “Lebih baik sekolah yang berakhalkul karimah meskipun tidak bermutu‬‬
‫‪daripada bermutu daripada tidak berakalakul karimah”. Untuk memilih pendidikan yang Karena‬‬
‫‪itu, carilah habitus yang baik-baik. Jangan terjerumus pada habitus yang kurang baik sehingga‬‬
‫‪menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut.‬‬
‫‪Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah‬‬
‫‪Demikianlah khutbah yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.‬‬

‫ك اا لْهصصي بولْباكصصرم فهصصي ارلْقاصصررآْهن‬


‫بسم ا الْرحمَّن الْرحيْم قد افلح من تزكي و ذكر اسم ربه فصلي بباَبر ب‬
‫ت بوالْصصيذركهر ارلْبحهكريْصصهم‪ .‬بوتبقببيصصبل اصص همنيصصي بوهمرناكصصرم هتلبوتبصصها اهنلصصه‬
‫ارلْبعهظريْهم‪ .‬بونبفببعهني بواهيياَاكرم بمَّاَ فيْصصه همصصبن اليبصصاَ ه‬
‫‪.‬هابواالْلسهمَّريْاع ارلْبعلهريْام‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫‪.‬ا أكبر‪ ,‬ا أكبر‪ ,‬ا أكبر‪ ,‬ا أكبر‪ ,‬ا أكبر‪ ,‬ا أكبر‪ ,‬ا أكبر‬

‫الْحمَّد ل أفاَض نعمَّه عليْناَ وأعظم‪ .‬وإن تعدوا نعمَّة ا ل تحصوهاَ‪ ,‬أشهد أن ل إلْه إل ا وحصصده‬
‫ل شريك لْه‪ .‬أسبغ نعمَّه عليْناَ ظاَهرهاَ وباَطنهاَ وأشهد أن محمَّدا عبده ورسولْه‪ .‬رسصصول اصصصطفاَه‬
‫علىَ جمَّيْع الْبرياَت‪ .‬ملكهاَوإنسهاَ وجننهاَ‪ .‬الْلهم صل وسلم علىَ سيْدناَ محمَّد وعلىَ ألْصصه وأصصصحاَبه‬
‫‪.‬أهل الْكمَّاَل فىَ بقاَع الرض بدوهاَ وقراهاَ‪ ,‬بلدانهاَ وهدنهاَ‬

‫الْلهم صل علىَ سيْدناَ محمَّد وعلىَ أل سيْدناَ محمَّد‪ .‬كمَّاَ صليْت علصصىَ إبراهيْصم وعلصىَ أل إبراهيْصصم‪,‬‬
‫وباَرك علىَ محمَّد وعلىَ أل محمَّد‪ ,‬كمَّاَباَركت علىَ إبراهيْم وعلىَ أل إبراهيْصصم فصصىَ الْعصصاَلْمَّيْن إنصصك‬
‫‪.‬حمَّيْد مجيْد‬

‫الْلهم اغفر لْلمَّسلمَّيْن والْمَّسلمَّاَت والْمَّؤمنيْن والْمَّؤمناَت الحيْاَء منهم والموات‪ .‬إنك سمَّيْع قريب‬
‫مجيْب الْدعوات وقاَضىَ الْحاَجاَت‪ .‬الْلهم وفقناَ لْعمَّل صاَلْح يبقىَ نفعه علىَ ممَّر الْصصدهور‪ .‬وجنبنصصاَ‬
‫من الْنواهىَ وأعمَّاَل هىَ تبور‪ .‬الْلهم أصلح ولةا أمورناَ‪ .‬وباَرك لْنصصاَ فصصىَ علومنصصاَ وأعمَّاَلْنصصاَ‪ .‬الْلهصصم‬
‫ألْف بيْن قلوبناَ وأصلح ذات بيْنناَ‪ .‬الْلهم اجعلناَ نعظم شكرك‪ .‬ونتبع ذكرك ووصيْتك‪ .‬ربناَ ل تصصزغ‬
‫قلوبناَ بعد إذ هديتناَ وهب لْناَ من لْدنك رحمَّة إنك أنت الْوهصصاَب‪ .‬ربنصصاَ أتنصصاَ فصصىَ الْصصدنيْاَ حسصصنة وفصصىَ‬
‫الخرةا حسنة وقناَ عذاب الْناَر‪.‬سبحاَنك رب الْعزةا عمَّاَ يصفون‪ .‬و سلم علي الْمَّرسصصليْن‪ .‬والْحمَّصصد‬
‫ل رب الْعاَلْمَّيْن‬

‫عباَد ا ! إن ا يأمركم باَلْعدل والحساَن وإيتاَء ذىِ الْقربىَ وينهىَ عن الْفحشاَء والْمَّنكر‪ .‬يعذكم‬
‫لْعلكم تذكرون‪ .‬فاَذكروا ا يذكركم واشكروا علىَ نعمَّه يزدكم ‪.‬ولْذكر ا أكبر‬

You might also like