Professional Documents
Culture Documents
Awwalan, kita hatur sembah-kan puja puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb
semesta alam. Atas segala nikmat yang dikaruniakan kepada kita berupa kehidupan,
keimanan dan kesehatan. Sehingga kita dapat berkumpul di satu belahan bumi Allah
yang tentram dan aman. Sebuah negeri yang penuh dengan nikmat sumber daya alam
nan melimpah ruah, dengan berbagai keanekaragamannya. Yang dengan wujudnya
keanekaragaman itu kita bisa saling mengenal satu dengan yang lain. Sesungguhnya
nikmat aman, adalah amanah yang wajib kita syukuri, dengan cara mengelolanya
sesuai dengan perintah Allah.
Sesuai dengan tujuan penciptaan manusia sebagai pengelola bumi. Sembari
senantiasa mengingat firman Nya dalam Al Qur’an:
Tsaniyan, sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ; Nabiyyur Rahmah. Seorang Nabi yang
diutus dengan sifat-sifat basyariyyah dan insaaniyyah, namun terus dibimbing dengan
wahyu ilaahiyyah. Sehingga mampu menyampaikan risalah agama Islam nan mulia ke
seluruh dunia. Hingga sampai ke bumi Nusantara ini, dan akhirnya kita ditaqdirkan
oleh Allah SWT menjadi orang-orang yang beriman pada ajarannya. Sungguh tidak
ada nikmat yang lebih besar setelah nikmat penciptaan kecuali nikmat iman dan
islam; yang mana dengan iman dan islam kita itu kita mengetahui tujuan dari
penciptaan kita, tujuan hidup kita, yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibadah
kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an:
: كما قال هللا تعاىل. فقد فاز املتقون,أوصيكم وإييا نفسي بتقوى هللا
والمتوتن إال وأنتم مسلمون
ّ ايأيها الذين آمنوا اتقوا هللا حق تقاته
Al Imam Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah mendefinisikan taqwa dengan:
Hari ini kita kembali diizinkan oleh Allah SWT untuk merasakan datangnya bulan
Dzulhijjah. Bulan mulia yang Allah dimana kaum muslimin seluruh dunia lazimnya
melaksanakan ibadah haji. Sebuah ibadah agung yang menjadi salah satu pilar
agama, yang mana tidak sempurna islam seseorang kecuali telah melaksanakannya.
Sehingga seyogyanya seorang muslim harus berusaha sepenuh jiwa untuk hadir ke
Baitullah, memenuhi seruan Allah, menjadi tamu Allah, menyempurnakan tujuan
penciptaan sebagai manusia, sembari mengumandangkan talbiyyah; Labbaik
Allahumma Labbaik, Labbaika Laa Syarika laka Labbaik, innal hamda wan ni’mata
laka wal mulk laa syarika laka.
Sungguh, tidak ada kenangan yang lebih indah kelak di hadapan Allah, selain bahwa
kita pernah berfungsi sesuai tujuan penciptaan kita, yakni ibadah. Meskipun
kewajiban haji ini dalam hadits di ta’liq (diikat) dengan kalimat ‘man istatho’a ilahi
sabila’, namun sudah seharusnya seorang muslim minimal meniatkan dalam hatinya
untuk suatu hari ia mampu melaksanakan ibadah haji.
Hari ini, saat ini, dan entah sampai kapan, kita dihadapkan dengan sebuah kondisi di
mana kita seakan-akan diminta oleh Allah untuk memperhatikan kesehatan kita,
dengan hadirnya wabah virus covid-19, terlepas dari berbagai teori yang ada, nyata-
nya saat ini semua harus serba dibatasi dengan berbagai protocol kesehatan. Dan kita
harus menerima itu sebagai ujian dari Allah, seraya menggali hikmah yang ada
padanya. Kondisi ini ternyata juga memberikan dampak pada pelaksanaan ibadah
haji.
Sekian banyak kaum muslimin, termasuk dari Indonesia tidak bias berangkat menjadi
tamu Allah. Kumandang talbiyah itu, yang setiap tahun menggema di seantero kota
Mekkah, dikumandangkan oleh jutaan kaum muslimin yang dating dari penjuru dunia,
hari ini hanya bias diwakili oleh sedikit sekali perwakilan muslimin dari seluruh
dunia.
Ketika jama’ah haji sedang menjalankan ibadah haji, kaum muslimin yang tidak
sedang melaksanakannya, tepatnya pada tanggal 10 Dzulhijjah, disyariatkan untuk
melaksanakan rangkaian ibadah Idul Adha. Termasuk melaksanakan syari’at Qurban,
mengikuti teladan dari Nabi Allah, Abul Anbiya’, Khalilur Rahman, Ibrahim ‘Alaihis
Salaam. Sungguh pada diri Nabi Ibrahim dan keluarganya, terdapat pelajaran mulia
yang wajib diikuti oleh setiap pengikut Nabi Muhammad.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An Nahl ayat 120-123:
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang taat dan patuh kepada Allah, dan
sekali-kali bukan termasuk orang yang mempersekutukan-Nya. Ibrahim senantiasa
bersyukur nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan meng-hidayah-kan
kepadanya jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan dunia, dan
sesungguhnya dia di akhirat termasuk orang-orang yang shalih. Kemudian kami
wahyukan kepadamu (Wahai Muhammad) untuk mengikuti agama Ibrahim yang
hanif. Dan dia bukan termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah.
Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan beberapa karakter Nabi Ibrahim Alaihis
Salam. Kemudian di akhiri dengan perintah kepada Nabi Muhammad dan para
pengikutnya untuk mengikuti apa yang disebut oleh Allah sebagai ‘MILLAH IBRAHIM’.
Lantas apa yang dimaksud dengan Millah Ibrahim?
Barakallahu li walakum fil Qur’anil Adzim wa Nafa’ani waiyyakum bima Fihi minal
Ayaati wadz Dzikril Hakim, Wa Taqobbal Minni waminkum Tilawatahu
Innahu Huwal Ghofurur Rahim
Khutbah Kedua
Sesungguhnya ibadah haji dan Qurban, berikut sejarahnya penuh dengan nilai-nilai
simbolisme pada pelaksanaannya. Bagaimana jama’ah haji ber-ihram memakai kain ihram
tanpa jahitan, seakan-akan mereka sedang dikafani, kemudian bagaimana mereka
berkumpul bersama menuju satu titik Baitullah, seakan-akan dipanggil memenuhi seruan
pengadilan-Nya, demikian pula thawaf, lempar jumrah dan lain sebagainya. Demikian pula
pelaksanaan ibadah Qurban. Merujuk kepada kisah Nabi Ibrahim yang diperintah oleh Allah
melalui mimpi untuk menyembelih putera kesayangannya, Ismail Alaihis Salam. Dapat kita
tarik sebuah makna simbolik bahwa Allah SWT menguji tingkat keimanan manusia dengan
meminta mereka untuk mengorbankan hal-hal yang paling mereka senangi di dunia.
Kesenangan yang bahkan timbul secara naluri manusiawi, apalagi kesenangan yang timbul
dari kecamuk hawa nafsu semata.
Karenanya, melalui pelaksanaan ibadah Qurban di tengah pandemi ini, kami mengajak
kepada diri kami pribadi dan jama’ah sekalian untuk melaksanakan perintah Allah; yakni
mengorbankan sebagian dari waktu kita, harta kita, usaha kita di jalan Allah. Mengamalkan
Millah Ibrahim, ber-empati dan peduli pada kondisi sesama manusia di sekitar kita. Jangan
sampai kita melaksanakan ibadah qurban dengan menyembelih hewan-hewan yang telah
kita beli, namun ternyata kita tidak mampu menyembelih egoism kita, tidak mampu
menyembeli hawa nafsu kita, tidak mampu menyembelih kesombongan kita, keangkuhan
kita, permusuhan kita kepada orang lain, bahkan kita tidak mampu menyembelih sifat
kehewanan dalam diri kita yang ingin menang sendiri, ingin mulia sendiri, ingin selamat
sendiri di tengah kondisi yang serba susah ini, tanpa ada peduli sedikit pun pada orang lain.
Sesungguhnya pelaksanaan simbolisme ibadah tanpa disertai penghayatan atas esensi dan
hakikat dari pelaksanaan ibadah itu, akan menjadikan pelaksaan ibadah menjadi kosong dan
kering dari nilai.
Karenanya, kami pun mengajak kepada para jama’ah sekalian, jika kita berada pada posisi
yang tidak mampu, hidup serba kekurangan atau pas-pas an, ini lah momen pengamalan
dari sikap sabar, sikap menjaga kehormatan diri dan sikap tawakkal kita kepada Allah.
Sedangkan jika kita berada pada posisi yang berkecukupan atau bahkan lebih, maka kami
katakan ITTAQULLAHA FI AMWAALIKUM ber-taqwalah kalian kepada Allah atas harta yang
Allah titipkan pada kalian. Jangan kalian sia-sia kan infrasturktur rezeki yang telah Allah
takdirkan ada pada diri dan keluarga kalian.
Ingatlah sabda Nabi Muhammad SAW:
أفشوا السالم وأطعموا الطعام وصلوا األرحام وصلوا ابلليل والناس نيام تدخلوا اجلنة بسالم
Marilah kita tutup rangkaian ibadah shalat Idul Adha ini dengan memanjatkan doa kepada
Allah SWT.
Ta’awudz dan Basmalah
الفاتح ملا أغلق واخلامت ملا سبق انصراحلق ابحلق واهلادي,اللهم صل وسلم على سيدان ممد
اللهم صل وسلم على.إىل الصراط املستقيم وعلى آله وصحبه حق قدره ومقداره العظيم
وعن, وارض اللهم عن اخللفاء الراشدين,سيدان دمحم وعلى آله وصحبه أمجعني
.سائرالصحابة أمجعني وعن التابعني ومن تبعهم إبحسان إىل يوم الدين
Allahummaghfir lil Mukminina wal Mukminat…………
Allahumma Aslih lana Dinana Alladzi Huwa Ismatu Amrina, wa Aslih lana Dunyana Allati Fiha
Ma’asyuna, wa Aslih lana Akhiratana allati ilaiha Ma’aduna, Waj’alil Hayaata Ziyaadatan
lana fi Kulli Khair
Allahumma la tada’ lana dzanban illa ghofartah, walaa dainan illa qodhoitah, walaa
maridhan illa syafaitah, walaa haajatan min hawaijid dunya wal akhirah illa qadhaitah wa
yassartah Ya Akromal Akromin wa Yaa Arhamar Rahimin
Allahummadfa’ annal balaa’ wal wabaa’ waz zalaazila wal mihan, maa dzahara minha wa
maa bathon, an baladina hada Indonesia khossoh wa an saairi biladil muslimina amah..
الصالة والسالم عليك ايسيدي, الصالة والسالم عليك ايحبيب هللا,ايسيدي ايرسول هللا
ضاقت حيلتنا وأنت وسيلتنا أدركنا إبذن هللا ايرسول هللا,ايعظيم اجلاه
Robbana Atina fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzaaban naar. Wal
hamdulillahi Rabbil Alamin.