You are on page 1of 6

CONTOH KHUTBAH JUMAT

KHUTBAH PERTAMA

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,


Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita. Segala puji
hanya milik-Nya yang telah menganugerahkan kenikmatan yang tak terhitung bagi kita
semua. Dan diantara semua kenikmatan itu, nikmat Islam dan Iman adalah yang paling
utama. Dengan nikmat itu, nikmat yang lain menjadi bernilai di hadapan Allah. Atas
dasar nikmat itu, nikmat yang lain menjadi berharga di sisi Allah. Hanya dengan adanya
nikmat itu, nikmat yang lain bermakna bagi kita, dalam pandangan Allah SWT.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Kehidupan dunia adalah kehidupan yang fana, kehidupan sementara, kehidupan yang
sebentar saja. Jika kita dikaruniai usia yang sama dengan Rasulullah, hidup kita di dunia

sekitar 63 tahun lamanya. Mungkin ada yang lebih lama dari itu, tetapi banyak juga yang
kurang dari itu. Betapa banyak saudara dan teman kita yang meninggal di usia muda;
entah didahului oleh sakit maupun kematian yang tiba-tiba. Melalui kecelakaan atau
bencana alam, misalnya. Pendek kata, jika waktunya telah tiba, kematian tak bisa
ditunda.


Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (QS.
An Nahl : 61)
Maka hidup yang sangat singkat ini harus diisi dengan memperbanyak bekal. Selagi
kematian belum datang maka hidup ini harus dipenuhi dengan amal. Dan diantara amal
kebaikan yang dilakukan oleh manusia, ada tiga amal istimewa yang tidak akan terputus
pahalanya meskipun sang pelaku telah berada di alam barzakh. Pahala tiga amal itu akan
tetap mengalir kepadanya meskipun ia tak lagi hidup di dunia.
Apa saja tiga amal jariyah yang tidak terputus itu? Rasulullah SAW bersabda :







Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim
dan Ahmad)
Hadits yang sama, dengan matan sedikit berbeda diriwayatkan juga oleh Tirmidzi, Abu
Dawud, dan An-Nasai)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Amal pertama yang tidak terputus meskipun mukmin itu telah meninggal adalah sedekah
jariyah. Yaitu sedekah yang kemanfaatannya terus mengalir. Selama ia bermanfaat,
selama itu pula pahalanya mengalir kepada orang yang bersedekah itu, walaupun ia telah
meninggal.
Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan dari Anas r.a. disebutkan contoh sedekah jariyah
ini; yakni membangun masjid, membuat saluran air, membuat sumur, menanam pohon,
dan menulis/mencetak mushaf. Selama masjid yang dibangunnya itu ditempati shalat, ia
mendapatkan pahala itu. Selama saluran air yang ia buat dimanfaatkan orang lain entah
air minum ataupun irigasi, ia mendapatkan pahala itu. Selama sumur yang ia buat
dimanfaatkan oleh orang lain, ia pun tetap mendapatkan pahala itu. Selama pohon yang ia
tanam, buahnya dimakan orang lain bahkan binatang atau menjadi tempat berteduh dan
penyimpan air, ia mendapatkan pahalanya. Selama mushaf yang ia cetak atau ia
sedekahkan masih dibaca, ia juga mendapatkan pahalanya. Tentu, lima hal itu adalah
contoh dan tidak membatasi sedekah jariyah pada itu saja. Membangun sekolah, lembaga
pendidikan, rumah sakit, jalan, jembatan dan seterusnya selama manfaatnya masih terus
dirasakan, orang yang bersedekah membangunnya terus mendapatkan pahalanya.
Mengalir.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Amal kedua yang tidak terputus meskipun mukmin itu telah meninggal adalah ilmu yang
bermanfaat. Yaitu ilmu yang diajarkan kepada orang lain, lalu orang itu mengalamkan

dan mengajarkannya kepada orang lain, dan demikian seterusnya. Maka sepanjang ilmu
itu terus bergulir, diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan diamalkan,
orang yang mengajarkannya mendapatkan limpahan pahala yang terus mengalir itu.
Orang-orang yang dikaruniai harta lalu mensedekahkannya, termasuk dengan sedekah
jariyah, dan orang yang dikaruniai ilmu lalu menjadikannya ilmu manfaat dengan
mengalamkan dan mengajarkan, kedua tipe orang itulah yang boleh diiri agar kita juga
bisa seperti itu.

Tidak boleh hasad (iri) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan
padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia
ilmu, lalu ia menunaikan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Amal ketiga yang tidak terputus meskipun mukmin itu telah meninggal adalah anak
shalih yang mendoakan kedua orang tuanya. Anak di sini tidak terbatas anak keturunan
pertama, tetapi juga anak dari anak dan seterusnya. Maka di sinilah pentingnya bagi
orang tua untuk mendidik putra-putrinya menjadi anak-anak yang shalih sehingga mereka
mendoakan orang tuanya tatkala orang tuanya telah meninggal. Demikian pula anak-anak
itu nantinya mendidik putra-putrinya untuk menjadi shalih dan shalihah lalu mendoakan
orang tua serta kakek dan neneknya.
Karenanya salah satu doa yang sangat penting untuk kita panjatkan adalah seperti doanya
Nabi Ibrahim:

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang


yang saleh. (QS. Ash Shafat : 100)
Doa ibadurrahman yang tercantum dalam QS. Al furqan ayat 74 secara implisit juga
mengharapkan anak dan keturunan yang mendoakan orang tuanya.

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. (QS. Al Furqan : 74)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Kesimpulannya adalah, mari kita berusaha untuk memperbanyak sedekah jariyah yakni
sedekah yang kemanfaatannya berjangka panjang bahkan permanen tentu saja tanpa
mengesampingkan sedekah lainnya; kita berusaha untuk terus dan terus mencari ilmu
(thalabul ilmi) disertai dengan mengamalkan dan mendakwahkan/mengajarkan ilmu
tersebut; kita juga terus berusaha mendidik putra-putri kita serta mendoakan mereka agar
menjadi anak yang shalih dan shalihah yang nanti secara sadar akan mendoakan kita.
Sebab sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan kedua

orangtuanya itulah tiga investasi utama, yang pahalanya terus mengalir meskipun kita
meninggal dunia.

KHUTBAH KEDUA

You might also like