You are on page 1of 50

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ahmad Yani Semarang merupakan

bagian dari PT. Pertamina (Persero) Aviation yang berada di wilayah kerja

Marketing Operation Region IV. Pertamina Aviation (PAv) merupakan salah satu

unit bisnis Marketing and Trading Directorate PT. Pertamina yang memiliki visi

menjadi pemasar dan penyedia layanan bahan bakar penerbangan kelas dunia

dengan jaringan global.

Selain memiliki visi, Pertamina Aviation juga memiliki misi. Misi Pertamina

Aviation adalah:

1. Melakukan usaha dalam bidang pemasaran produk dan layanan Bahan Bakar

Minyak Penerbangan (BBMP) di pasar domestik, regional, dan internasional

dengan tujuan untuk menghasilkan nilai tambah bagi stakeholder.

2. Mengutamakan pemenuhan persyaratan pelanggan, kualitas produk,

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL), dan

standar operasi internasional dalam pengelolaan usaha.

3. Mengelola usaha dengan dukungan sumber daya manusia professional

berdasarkan tata nilai unggulan, setara dengan best practice yang diakui dalam

industri aviasi internasional.

Visi dan misi tersebut merupakan bukti dari komitmen Pertamina Aviation

(PAv) untuk memenuhi persyaratan pelanggan dan industri penerbangan.

Bahan Bakar Minyak Penerbangan (BBMP) merupakan aspek yang sangat

penting dalam bisnis penerbangan. Quality dan Quantity (QQ) dari BBMP harus

1
tetap terjaga demi kenyamanan dan keselamatan penerbangan. Sesuai dengan motto

yang dimiliki oleh Pertamina Aviation dalam pelayanannya terhadap pelanggan, To

Serve for Safe Flight, Pertamina Aviation berpedoman pada Security of Supply,

flexibility of Supply, dan Economic of Supply. Selain itu, untuk memenuhi harapan

pelanggan, Pertamina Aviation menerapkan lima nilai utama yang disebut Five

Zero: Zero Accident, Zero Delay, Zero Mistake, Zero Off-Spec, dan Zero

Tolerance. Dengan penerapan nilai nilai tersebut, diharapkan dapat meningkatkan

Operation Excellent dan Service Excellent dalam melayani pelanggan dan

melaksanakan kegiatan operasional. Selain itu, hal ini dilakukan untuk menjamin

mutu BBMP supaya tetap dalam kondisi memenuhi spesifikasi (On-Spec).

Oleh karena pengendalian mutu untuk menjamin kualitas Avtur/Jet A-1

sangatlah penting, maka penulis akan memilih judul “Proses Pengendalian mutu

Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad Yani Semarang” dalam penyusunan Kertas Kerja

Wajib (KKW) di STEM Akamigas Tingkat I Program Studi Logistik Minyak dan

Gas tahun 2017.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan KKW ini adalah : menguraikan pelaksaan proses

pengendalian mutu Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad Yani Semarang dalam

menjamin mutu Avtur/Jet A-1 agar dalam batasan spesifikasi. Penulisan KKW ini

juga sebagai bahan untuk memenuhi ujian lisan yang merupakan syarat kelulusan

tingkat I di STEM Akamigas.

2
1.3 Batasan Masalah

Dalam KKW ini penulis membatasi pada masalah proses pengendalian mutu

Avtur/Jet A-1 pada saat operasi penerimaan, penimbunan, dan penyaluran di DPPU

Ahmad Yani Semarang.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisanan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini terdiri dari beberapa bab, dengan

susunan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah dan

sistematika penulisan.

BAB II : ORIENTASI UMUM

Berisi uraian tentang sejarah singkat, struktur organisasi, tugas dan

fungsi terkait, sumber daya manusia serta sarana dan fasilitas yang

ada di DPPU Ahmad Yani Semarang.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang terkaitan dengan pengendalian

mutu Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad Yani Semarang.

BAB IV : PEMBAHASAN

Membahas tentang kegiatan pengendalian mutu Avtur/Jet A-1 di

DPPU Ahmad Yani Semarang

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab akhir yang berisi simpulan dan saran dari hasil

pembahasan mengenai hasil pengamatan di lapangan.

3
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Sejarah Singkat DPPU Ahmad Yani

Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ahmad Yani Semarang merupakan

bagian dari PT.Pertamina Aviation yang berada di wilayah Marketing Operation

Region IV Jawa Bagian Tengah. DPPU Ahmad Yani berdiri di atas lahan seluas

5000m2 milik Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) yang berlokasi di

Jalan Puad Ahmad Yani, Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Barat,

Kota Semarang, Jawa Tengah, dengan sistem sewa lahan. DPPU Ahmad Yani

berdiri pada tahun 1970 dengan peralatan yang sangat sederhana. Kemudian pada

tahun 1973, DPPU ini mulai direnovasi untuk menyesuaikan perkembangan dunia

penerbangan.

Dalam kesehariannya, DPPU Ahmad Yani melayani penjualan Avtur/Jet A-1

dan Avgas untuk penerbangan domestik, internasional, maupun TNI/Polri yang

beroperasi di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Dalam sehari, DPPU

Ahmad Yani mampu melayani pengisian ke pesawat dengan frekuensi 40 – 45

pesawat per harinya dengan Supply Fuel sekitar 120 – 152 KL per hari. Dalam

melayani konsumen, DPPU Ahmad Yani sangat mengutamakan kualitas mutu

Avtur/Jet A-1 supaya keselamatan dalam penerbangan aman dan terjamin.

Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad Yani Semarang di suplai langsung dari Terminal

Bahan Bakar Minyak (TBBM) Sleko, Cilacap menggunakan bridger setiap harinya

kecuali hari Minggu dengan jarak tempuh perjalanan 265 KM sekitar 7 – 9 jam.

Jumlah truput per-hari DPPU Ahmad Yani Semarang adalah 100 KL per hari.

4
2.2 Tugas dan Fungsi DPPU Ahmad Yani

Dalam beroperasi, DPPU Ahmad Yani memiliki tugas dan fungsi sebagai

berikut:

1. Menerima, menimbun, dan menyalurkan Avtur/Jet A-1 dan Avgas sesuai

dengan spesifikasi standar mutu internasional yang telah ditetapkan.

2. Menyerahkan Avtur/Jet A-1 dan Avgas langsung kepada konsumen dengan

tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat teknologi, tepat harga, tepat

pelayanan, aman, efektif, dan efisien.

3. Turut menjaga keselamatan penerbangan atas mutu BBMP yang diserahkan.

4. Memelihara dan menjaga kondisi seluruh sarana dan fasilitas yang ada

supaya tetap dalam keadaan siap dan layak untuk beroperasi.

5. Menjalin hubungan komunikasi dan kerjasama yang baik dengan customer

dan stakeholder yang ada di bandara.

2.3 Struktur Organisasi DPPU Ahmad Yani

Dalam menjalankan kegiatan operasional di Depot Pengisian Pesawat Udara

(DPPU) Ahmad Yani Semarang, tanggung jawab secara penuh terletak pada

Operation Head (OH) selaku pimpinan dimana dalam menjalankan tugasnya

dibantu oleh Supervisor Receiving, Storage and Distribution dengan 3 Ast.

Receiving Storage and Distribution, Spv. Maintenance, dan Spv. General Affair .

Struktur organisasi di DPPU Ahmad Yani dapat dilihat pada Gambar 2.1

5
Gambar 2.1 Struktur Organisasi DPPU Ahmad Yani

6
Adapun pekerja yang bekerja di DPPU Ahmad Yani Semarang berjumlah 27

orang, dengan rincian jumlah pekerja: 5 pekerja organik, 7 pekerja PTC, 11 pekerja

outsourcing, dan 4 tenaga sekuriti. Berikut ini adalah tugas atau bidang kerja di

DPPU Ahmad Yani Semarang:

2.3.1 Tugas dan Fungsi Supervisor Receiving, Storage, and Distribution (RSD)

Fungsi Supervisor RSD adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi

kegiatan receiving & storage serta kegiatan operasional refueling into

plane/defuelling from plane untuk mendukung ketersediaan stok BBMP serta

menjalankan kewajiban sosial kebutuhan pelanggan yang diikuti dengan

penanganan yang baik terhadap keluhan dan permintaan pelanggan serta membina

relasi dengan pihak – pihak terkait lainnya sesuai dengan kebijakan dan prosedur di

area DPPU Ahmad Yani Fungsi Aviation Region IV

2.3.2 Tugas dan Fungsi Junior Supervisor Maintenance

Fungsi Junior Supervisor Maintenance adalah melakukan kegiatan

penyusunan project detail dan keenjineringan, monitoring pekerjaan construction,

pengelolaan perubahan project scope dan penyusunan project progress report;

penyusunan rencana, pelaksanaan dan monitoring kegiatan pemeliharaan rutin

asset, sarana dan fasilitas; analisa kebutuhan pengadaan, jadwal pengadaan,

evaluasi penawaran,kegiatan pembinaan dan penilaian kinerja vendor terkait

pemeliharaan asset, sarana dan fasilitas receiving & storage serta refueling-

defuelling BBMP dan proyek pembangunan sesuai otorisasi yang berlaku di area

DPPU Ahmad Yani Fungsi Aviation Region IV

7
2.3.3 Tugas dan Fungsi Junior Supervisor General Affairs

Fungsi Junior Supervisor General Affair adalah melakukan kegiatan

administasi terkait layanan umum dan penjualan untuk mendukung penjualan

produk BBMP ke pelanggan dan kegiatan operasional lainnya meliputi;

penyusunan laporan manajemen regular, penyusunan sales order dan laporan

penjualan, catat transaksi, pengelolaan data pekerja, pengelolaan layanan umum

serta kebersihan lingkungan di area DPPU Ahmad Yani Fungsi Aviation Region

IV.

2.3.4 Tugas dan Fungsi Security

Fungsi Security adalah melakukan pengamanan; baik secara fisik maupun

non-fisik terhadap sarana dan fasilitas kegiatan operasional di DPPU Ahmad Yani

Semarang dari gangguan; baik gangguan dari dalam maupun dari luar.

2.4 Teknik Pemeliharaan di DPPU Ahmad Yani

Kegiatan teknik pemeliharaan di DPPU Ahmad Yani Semarang, yaitu:

1. Preventive Maintenance

Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan untuk menemukan

suatu keadaan yang menunjukkan gejala kerusakan sebelum alat atau fasilitas

tersebut mengalami kerusakan fatal. Kegiatan pemeliharaan untuk memeriksa

kondisi peralatan dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

2. Breakdown Maintenance.

Breakdown Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan ketika

alat atau fasilitas sudah mengalami kerusakan. Hal ini sebagian besar

8
diakibatkan oleh minimnya perhatian yang diberikan terhadap kondisi operasi

permesinan, peralatan atau system yang dijalankan.

3. Health Safety and Security Environment (HSE)

Lingkungan DPPU merupakan lingkungan yang beresiko terhadap terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Banyaknya pesawat, bridger, dan

mobil barang membuat area tersebut memiliki tingkat kebisingan yang cukup

tinggi. Oleh karena itu, Pertamina sebagai perusahaan yang peduli terhadap

keselamatan para pekerjanya mengusahakan untuk memperkecil terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan menerapkan beberapa

peraturan, meliputi:

a. Jika terjadi tumpahan / kebocoran minyak, maka aliran minyak harus

segera dihentikan dan dibersihkan dengan menggunakan lap oil

absorbent dan majun atau ditutup dengan pasir.

b. Rumput yang ada di DPPU harus tetap pendek dan tidak meletakkan

bahan atau barang yang mudah terbakar di atasnya.

c. Ditetapkan aturan larangan merokok di luar smooking area dan larangan

membawa telepon selular di area DPPU sesuai dengan kebijakan yang

berlaku.

d. Diharapkan selalu menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) di area

DPPU sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

e. Diharapkan untuk memeriksa dan memelihara dengan baik semua sarana

dan fasilitas yang ada. Khususnya, yang berhubungan dengan kelistrikan.

9
2.5 Sarana dan Fasilitas DPPU Ahmad Yani

Kegiataan penerimaan, penimbunan, dan penyaluran Avtur/Jet A-1

merupakan kegiatan utama yang dilakukan di DPPU Ahmad Yani Semarang.

Kelancaran dan keamanan dalam setiap pelaksanaan kegiatan tersebut sangat

ditekankan. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana dan fasilitas yang handal, standar,

dan terpelihara guna mendukung setiap kegiatan.

2.5.1 Sarana dan Fasilitas Penerimaan

DPPU Ahmad Yani menerima suplai Avtur/Jet A-1 dari Depot Cilacap

dengan menggunakan bridger. Proses penerimaan Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad

Yani dilakukan setiap hari (kecuali hari Minggu) pada pukul 17.00 – 21.00 WIB

dihitung mulai dari jam kedatangan bridger hingga kepulangan bridger. Setiap

harinya, DPPU Ahmad Yani menerima 120 KL – 152 KL Avtur/Jet A-1 dengan

rincian kapasitas bridger 5 x 24 KL dan 1x 32 KL menyesuaikan permintaan.

Dalam keadaan darurat, suplai Avtur/Jet A-1 dialihkan ke TBBM Rewulu.

Sarana dan Fasilitas penerimaan yang ada di DPPU Ahmad Yani Semarang,

antara lain:

1. Pipa

2. Pompa Produk

3. Strainer

4. Filter Water Separator (FWS)

5. Loading Arm

6. Close Circuit Draining System (CCDS)

10
Gambar 2.2 Close Circuit Drain System (CCDS) Pada Penerimaan

2.5.2 Sarana dan Fasilitas Penimbunan

Operasi penimbunan dilakukan setelah kegiatan operasi penerimaan selesai

hingga akan dilakukan penyerahan/penyaluran. Berdasarkan kapasitas tangki dan

jumlah truput perharinya, DPPU Ahmad Yani memiliki ketahanan stok BBMP

selama 3,6 hari. Untuk menimbun Avtur/Jet A-1, DPPU Ahmad Yani memiliki 6

tangki timbun horizontal dengan tipe konstruksi semi-burried.

Sarana dan fasilitas penimbunan di DPPU Ahmad Yani Semarang, antara

lain:

1. Tangki timbun semi buried

11
Tabel 2.1 Data Tangki Timbun DPPU Ahmad Yani

Tangki Full capacity Safe capacity Unpumpable


Grade
no. mm liter mm liter mm liter

1 2621 54232 2420 51691 310 3120 JET A-1

2 2663 54846 2460 52624 270 2735 JET A-1

3 2733 54734 2530 52764 450 4988 JET A-1

4 2668 56056 2470 53723 320 3519 JET A-1

5 2679 100100 2480 95077 430 6825 JET A-1

6 2668 100050 2470 94950 405 6302 JET A-1

2. Inlet dan Outlet Pipe

3. Floating Suction

4. Manhole

5. Free Vent

6. Drain sample

7. Dipstick

8. Hand Pump

9. Close Circuit Draining System (CCDS)

12
Gambar 2.3 Close Circuit Drain System (CCDS) Pada Penimbunan

2.5.3 Sarana dan Fasilitas Penyaluran

Setelah ditimbun, Avtur/Jet A-1 siap disalurkan kepada pelanggan. Dalam

sehari, DPPU Ahmad Yani melayani penyaluran Avtur/Jet A-1 ke pesawat rata –

rata sebanyak 40 – 45 kali penyaluran. Penyaluran Avtur/Jet A-1 ke pesawat

dilakukan dengan menggunakan refueller.

Sarana dan fasilitas penyaluran di DPPU Ahmad Yani Semarang, antara lain:

1. Sarana transportasi : Refueller

13
Gambar 2.4 Refueller DPPU Ahmad Yani

2. Penyaluran dari tangki ke Refueller : Loading Arm, pompa, strainer, meter

arus, filter water separator, bonding cable

2.5.4 Sarana dan Fasilitas Pengendalian Mutu

Selama proses penerimaan, penimbunan, dan penyaluran berlangsung,

Avtur/Jet A-1 harus selalu diperhatikan mutunya. Pengendalian mutu dilakukan

untuk menjaga mutu Avtur/Jet A-1di DPPU Ahmad Yani agar selalu dalam

keadaan memenuhi standar spesifikasi yang telah ditetapkan.

Sarana dan fasilitas pengendalian mutu di DPPU Ahmad Yani Semarang,

antara lain:

1. Filter Water Separator (FWS)

2. Strainer

3. Ember / Wadah stainless

4. Kain lap oil absorbent dan majun

5. Chemoice Leather / kanebo

14
6. Beaker Glass

7. Matt Glass

8. Chemical Water Detector (CWD)

9. Electrical Conductivity

10. Thermometer

11. Hydrometer

12. Close Circuit Draining System (CCDS)

2.5.5 Sarana dan Fasilitas Health, Safety, Security, and Environment (HSSE)

Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab bagi setiap pekerja yang

berada di DPPU Ahmad Yani Semarang. Agar para pekerja terlindungi dari bahaya

yang bisa terjadi di area kerja, maka masing – masing pekerja harus dilengkapi

dengan Alat Pelindung Diri (APD), diantaranya adalah Safety helmet, safety

glasses, ear muff, safety glove, safety shoes, dan safety vest.

Sarana dan fasilitas HSSE di DPPU Ahmad Yani Semarang, antara lain:

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

b. Alat Pemadam Api Beroda (APAB)

c. Pasir

d. Oil Catcher

e. Sumur pantau

15
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Product Knowledge Avtur/Jet A-1

Avtur / Jet A-1 merupakan bahan bakar fraksi kerosene yang digunakan

untuk pesawat jenis jet atau turbo jet (baik tipe jet propulsion/propeller). Avtur/Jet

A-1 memiliki spesifikasi mengacu British Defence Standard 91-91 Issue 9

(equivalen dengan NATO Code F-35 and ASTM D 1655), ATA 103 (USA) dan SK

Dirjen Migas No. 12201.K/10/DJM.S/2009 tanggal 23 Juni 2009.

Selain itu Avtur/Jet A-1 juga memiliki fungsi sebagai bahan bakar untuk

menghasilkan tenaga & gaya dorong (thrust) sehingga dapat terbang, sebagai

penyerap panas (heat sink), pendingin sayap body dari gesekan dengan udara serta

pendingin komponen mesin, sebagai balancing, dan pelumas sebagai pelumas

untuk melumasi fuel pump, dan bagian atas lainnya.

Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang berencana dalam rangka

menjaga dan menjamin kualitas dari Bahan Bakar Minyak Penerbangan dari proses

penerimaan, penimbunan dan penyerahan Bahan Bakar Minyak Penerbangan

kepada konsumen (Airliner), sesuai dengan moto Pertamina Aviation yaitu Serve

for Save Flight dan Five Zero : ZeroAccident, Zero Off-spec, Zero Tolerance, Zero

Delay,dan Zero Mistake.

Perkembangan penetapan suatu bahan bakar dipengaruhi oleh :

Perkembangan IPTEK, perkembangan spesifikasi BBM Internasional,

perkembangan aspek HSE, kemampuan produsen dalam negeri, kebutuhan

pelanggan, dan kemampuan daya beli.

16
Avtur/Jet A-1 memiliki sifat – sifat penting yang harus sesuai standard untuk

tercapainya on-spec. Sifat – sifat Avtur/Jet A-1 antara lain : Appearance,

Komposisi Kimia, Volatility (kemudahan menguap), Fluidity (kemudahan

mengalir), Combustion (pembakaran), Corrosion (kemudahan berkarat), Thermal

Stability (kestabilan pada suhu tinggi), Existent Gum (adanya kontaminan gum),

Water Separation (sifat pemisahan air), Conductivity (daya hantar listrik), dan

Lubricity (pelumasan)

3.2. Pengendalian Mutu Avtur/Jet A-1

3.2.1. Proses Pengendalian Mutu Pada Saat Penerimaan Avtur/Jet A-1

Pada saat proses pembongkaran bridger, hal yang dilakukan pertama kali

adalah melakukan pemeriksaan dan pengamatan terhadap kebenaran isi dokumen

mutu AFRN (Aviation Fuel Delivery Release Note) dan dokumen muatan (Loading

Order, Surat Pengiriman Produk dan Surat Jalan). Setelah dokumen – dokumen

diperiksa dan sesuai, maka selanjutnya adalah melakukan settling time selama

minimum 10 (sepuluh) menit yang dihitung sejak bridger berhenti di tempat

pembongkaran. Beberapa hal yang perlu dilakukan ketika membongkar, antara lain

: memasang bonding cable pada bonding point, memasang ganjal roda sehingga

bridger tidak dapat bergerak maju dan mundur, dan memeriksa seluruh kondisi

segel pada semua kerangan dan manhole harus pada kondisi utuh dan kode segel

sesuai dengan dokumen.

Proses pengendalian mutu pertama kali dimulai pada operasi penerimaan

dengan cara melakukan pengambilan sampel melalui saluran penurasan (drain

line). Kemudian, melakukan pemeriksaan kontrol (control check) dan daya hantar

17
listrik pada masing masing kompartemen. Control Check terdiri dari pemeriksaan

kejernihan (appearance check) ditambah penetapan density. Perbedaan density

15°C antara pemeriksaan di lokasi penerima dengan AFRN tidak boleh melebihi 3

kg/m³. Perbedaan density antara pemeriksaan di lokasi penerima dan AFRN

menggunakan density converter. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir

penerimaan BBMP.

Untuk memulai proses pembongkaran, pasang Bottom Loader pada

receptacle. Selama pembongkaran, amati PDG dan kemungkinan adanya kebocoran

dan/atau tumpahan. Hasil pengamatan penunjukan PDG harus dicatat pada formulir

yang berlaku.

Selesai pembongkaran, lakukan drain melalui saluran penurasan hingga

produk dalam tangki sudah tidak dapat dituras lagi. lakukan pengamatan bagian

dalam tangki bridger untuk memastikan tangki sudah kosong. Setelah memastikan

tangki dalam keadaan kosong, lakukan drain melalui saluran penurasan hingga

tidak ada lagi produk yang dapat dituras.

Produk yang disalurkan ke tangki penerimaan perlu dilakukan pengendapan

(settling time) untuk penerimaan sesuai ketentuan yang berlaku. Produk dapat

disalurkan kepada pelanggan bila hasil visual check, density dan electrical

conductivity dinyatakan baik melalui penerbitan Tank Release.

18
3.2.2. Proses Pengendalian Mutu Pada Saat Penimbunan Avtur/Jet A-1 dalam

tangki timbun

Pengawasan mutu pada tangki timbun dilakukan secara harian dan berkala,

yaitu mingguan, bulanan, tiga bulanan dan enam bulanan.

Pelaksanaan pengawasan mutu harian (setiap pagi), meliputi : mengukur

volume produk dalam tangki, dan mengambil sampel dari pipa drain harian tangki

(daily check off) untuk visual check dan mengukur electrical conductivity.

Setiap habis hujan lebat apabila akan dilakukan penyaluran/penyerahan, maka

harus dilakukan pengambilan sampel dari pipa penurasan harian (Daily Check Off)

untuk appearance check dan air bebas dalam bentuk curah/bulk.

Setiap minggu, perlu dilakukan beberapa pengecekan, diantaranya dengan :

memeriksa kinerjanya floating suction dengan cara menarik kabel pemeriksa,

memeriksa Free Vent (lubang pernafan) tangki timbun horizontal, melakukan WDO

dengan mengeluarkan Avtur/Jet A-1 dari dalam tangki sebanyak minimal 2 x isi

pipa .

3.2.3. Penyerahan Avtur/Jet A-1

Sebelum dilakukan pengisian ke pesawat udara, perlu dilakukan uji untuk

memastikan Avtur telah memenuhi spesifikasi, dengan cara melakukan visual chek

yaitu dengan melihat warna dari Avtur/Jet A-1 clear and bright dan menggunakan

alat Chemical Water Detector (CWD). Pengujian dengan CWD disaksikan oleh

kedua pihak, yaitu pihak petugas pengisi dan pihak customer / airliner. Setelah

pengujian menggunakan CWD dan dinyatakan on-specification, maka tanyakan

pada awak pesawat yang bersangkutan jumlah avtur yang dibutuhkan, untuk

19
mencegah adanya kelebihan penyerahan.

Langkah pertama melakukan pengisian ke pesawat udara, dengan

menghubungkan bonding cable dari refueller ke pesawat udara, lalu menarik selang

dari tempatnya secara aman dan menghubungkan underwing coupling ke coupler

pengisian di pesawat udara. Pada pengisian secara overwing, sebelum nozzle

dimasukkan ke lubang pengisian terlebih dahulu hubungkan bonding cable di

earthing hole pada pesawat udara.

Setelah selesai pengisian ke pesawat udara, underwing coupling dilepas dan

pasang dust cap pada coupler/nozzle, lalu melepas bonding cable .selanjutnya

peralatan Refueler dikembalikan ke tempatnya dengan hati-hati.

Selesaikan pencatatan dalam formulir mengenai jumlah dan tanggal

penyerahan dan juga dokumen penyerahan, yaitu FD105. Setelah semua dokumen

terselesaikan, lakukan ABK setelah pengisian pesawat. ABK merupakan amati atas,

untuk memastikan apakah ada peralatan yang masih tertinggal/terpasang pada

bagian atas kendaraan, amati bawah: untuk memastikan apakah ada peralatan yang

masih tertinggal/terpasang di bagian bawah kendaraan, dan keliling kendaraan :

dalam mengamati atas dan bawah harus mengelilingi kendaraan 360o sebelum

meninggalkan area pengisian. Kemudian, Refueller kembali ke DPPU/Aviation

Fuel Terminal, apabila masih memungkinkan sebelum kembali ke DPPU/Aviation

Fuel Terminal dapat melakukan pengisian ke pesawat udara lagi.

3.2.4 Pengujian Millipore Test

Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa kebersihan BBMP yang melewati

berbagai titik pada suatu sistem, dengan menentukan tingkatan dari kontaminasi

20
kotoran dengan menggunakan colorimetric dan gravimetric. Hasil Pengujian ini

dapat menunjukkan kinerja dari peralatan filtrasi dan memberikan informasi

tentang mutu BBMP.

Uji colorimetric membrane tunggal harus dilakukan bulanan pada filter

penerimaan, penyaluran, dan kendaraan pengisian. Sampel pengujian colorimetric

diambil dari titik – titik tertentu sebanyak 5 liter.

3.3 Penyebab Kerusakan Mutu Avtur/Jet A-1

3.3.1 Kontaminasi

Kontaminasi didefinisikan sebagai peristiwa tercampurnya atau tercemarnya

suatu jenis bahan bakar minyak penerbangan (BBMP) oleh satu atau lebih bahan

bakar minyak penerbangan lain atau non bahan bakar minyak penerbangan yang

dapat menyebabkan penurunan atau kerusakan mutu produk bahan bakar minyak

penerbangan yang bersangkutan.

Kontaminasi BBMP diklasifikasikan dalam beberapa golongan, yaitu :

a. Kontaminasi oleh bahan bakar jenis lain.

Pada golongan ini kontaminasi bahan disebabkan oleh bahan bakar jenis lain,

beberapa kontaminasi tersebut diantaranya adalah kontaminasi Avtur oleh

Avgas/Mogas/Solar.

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah kontaminasi produk release dengan

jenis produk yang sama namun belum release, karena akan menghasilkan produk

belum release.

21
b. Kontaminasi oleh partikel padat.

Partikel yang menjadi kontaminan padat, misalnya pasir, debu, karat, karet

dan serpihan coating. Partikel tersebut dapat masuk kedalam bahan bakar

penerbangan pada waktu penanganan transportasi dan ini sulit dihindari. Pada

umumnya untuk menghindari keadan ini dilakukan settling, filtrasi dan penggunaan

floating suction.

Adanya kontaminan partikel padat dapat dilihat dengan cara visual check.

Partikel padat akan tampak di dasar penampung sampel bahan bakar setelah

dilakukan settling time. Selain dengan cara visual check, dapat juga dilakukan

dengan cara pemeriksaan menggunakan filtrasi membran (membrane filtration test)

yaitu colorimetric dan atau gravimetric test.

c. Kontaminasi oleh air.

Bahan bakar penerbangan dapat mengandung air dalam bentuk : Air bebas

(free water), Air tersuspensi (water in suspension), dan Air terlarut (dissolved

water) .

Garam masuk kedalam bahan bakar penerbangan biasanya bersamaan dengan

air. Garam tersebut sebagai unsur hara untuk pertumbuhan mikroba yang berada

dalam bahan bakar penerbangan. Besarnya kandungan garam dalam bahan bakar

penerbangan diperiksa di laboratorium.

22
d. Kontaminasi oleh Mikroba

Faktor utama penyebab tumbuhnya mikroba dalam bahan bakar penerbangan

dipengaruhi oleh : Oksigen, Air (water), Temperatur yang kondusif, PH, dan

Kandungan garam.

Minyak yang mengandung air akan membentuk bakteri, dan bakteri bakteri

tersebut menjadi sulfit. Apabila sulfit bertemu dengan air, maka akan

mengakibatkan peralatan lain menjadi korosi karena sulfit memiliki sifat korosi.

Mikroba dapat masuk ke dalam sistem distribusi bahan bakar penerbangan

melalui berbagai cara, diantaranya : Terbawa bersama lumpur atau air yang masuk

tangki melalui pipa discharge, Terbawa bersama debu melalui free vent, terikut

minyak dari sump drain yang telah terkontaminasi oleh mikroba, dan Ballast air

dari Tanker.

e. Kontaminasi oleh surfactan.

Surfactants (surface active agent) adalah merupakan senyawa aktif yang

dapat memecahkan tegangan permukaan antara air dan minyak. Surfactants dapat

berasal dari bakteri, jamur, detergent dan additive.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk membantu mengamati dan

mengawasi masalah Surfactants tersebut adalah Pemeriksaan Micro Separometer

(MSEP) ASTM D.3948. Salah satu pengujian adanya surfactants adalah Millipore

test.

23
3.3.2 Deteriorisasi

Deteriorasi didefinisikan sebagai peristiwa perubahan sifat suatu zat atau

bahan bakar minyak penerbangan (BBMP) karena keadaan lingkungan atau oleh

perubahan yang timbul dari dalam atau diri zat atau bahan itu sendiri, misalnya oleh

adanya faktor pendukung seperti waktu, keberadaan kontaminan, cuaca, suhu,

tekanan, adanya oksigen / udara , perubahan sifat fisika, sifat kimia dari dalam zat

atau bahan itu sendiri.

Deteriorasi terjadi disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Penguapan berlebihan, akan merusak sifat distilasi dan menurunkan RVP.

2. Color Instability, disebabkan oleh komposisi kimia dan penyimpanan BBM

terlalu lama.

3. Corrosivity, disebabkan oleh komposisi kimia dan kontaminasi

4. Pembentukan Gum,

5. Pengaruh Cuaca

3.3.3. Faktor – Faktor Penyebab kontaminasi dan Deteriorisasi

Kontaminasi dan deteriorisasi yang ada pada suatu zat disebabkan oleh :

1. Kebocoran Sarana dan Fasilitas pengangkutan, penimbunan, dan penyaluran.

2. Kondensasi atau pengembunan

3. Pembilasan (flushing)

4. Kondisi sarana dan fasilitas

5. Pengkaratan

6. Kondisi operasi atau kondisi kerja yang terlalu berat

24
3.4 Upaya Pencegahan dan Tindak Lanjut Atas Kerusakan Mutu Avtur/Jet

A-1

3.4.1. Upaya Pencegahan atas kerusakan mutu Avtur/Jet A-1

Upaya yang dilakukan untuk mencegah kerusakan mutu Avtur/Jet A-1 adalah

dengan pemeriksaan adanya air, dapat dilakukan secara visual dan menggunakan

alat pendeteksi air. Pendeteksi air dalam bahan bakar penerbangan, diantaranya :

a. Water Finding Paper dan Water Finding Paste.

Water finding ini digunakan untuk mendeteksi adanya air bebas dalam bahan

bakar penerbangan. Water finding paper dan paste akan berubah warna jika terkena

air. Water Finding Paper dan Water Finding Paste masih ada pada tanker.

b. Water Detector

Water detector digunakan untuk mendeteksi adanya air yang terlarut dalam

bahan bakar penerbangan. Pengujian ini dapat menunjukan adanya kandungan air

sebesar 15 - 30 ppm . Pada water detector dapat diketahui dengan melihat

perubahan warna, seperti sampel :

(i) CWD dan Repsol/YPF bila terkena air akan berubah warna dari kuning

menjadi hijau kebiruan pada membrannya

(ii) Hydrokit bila terkena air akan berubah warna dari putih menjadi pink pada

membrannya.

3.4.2. Upaya Penanggulangan Atas Kerusakan Mutu Avtur/Jet A-1

Penanggulangan terjadinya kontaminasi dan deteriorisasi, bertujuan untuk

memperkecil kerugian, dilaksanakan berdasar urutan prioritasnya.

25
IV. PEMBAHASAN

4.1 Pengendalian Mutu Avtur/Jet A-1 Pada Operasi Penerimaan

Proses penerimaan Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad Yani Semarang dilakukan

dengan menggunakan bridger konsinyasi dari TBBM Sleko, Cilacap. Pengendalian

mutu Avtur/Jet A-1 pada operasi penerimaan terjadi pada sebelum pembongkaran,

selama pembongkaran, dan setelah pembongkaran.

4.1.1 Sebelum Pembongkaran Avtur/Jet A-1

Sebelum melakukan pembongkaran, hal – hal yang harus dilakukan petugas

operator:

1. Memeriksa stock bahan bakar penerbangan setiap hari sebelum operasi,

dengan mencatat ullage, mengambil sampel, dan mencatat hasil visual check

bahan bakar penerbangan.

2. Mengisi daily check , storage tank sump drain record, dan storage tank

product movement record dan menyampaikan permintaan suplai produk ke

suplai point.

Hal- hal yang harus dilakukan pada saat sebelum pembongkaran:

1. memastikan bridger berada pada tempatnya dengan tepat dan aman. Mesin

kendaraan sudah dalam kondisi mati beserta rem tangan dan pasang penahan

roda.

2. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian dokumen serta keutuhan segel

tangki.

26
3. Memeriksa kembali kebenaran isi dokumen mutu AFRN (Aviation Fuel

Release Note) dan dokumen muatan BPP (Bukti Pengiriman Produk), Sealed

Certificate , Loading Order, dan Surat Jalan, serta segel valve bongkar.

4. Melaksanakan hasil klarifikasi, apabila diterima maka melaksanakan

pembongkaran.

5. melakukan settling time minimal 10 menit terhitung mulai dari bridger

datang ke tempat pembongkaran. Sementara menunggu untuk settling time,

pastikan tangki timbun penerima dalam keadaan siap, ullage cukup, produk

dalam keadaan on-spec.

6. memasang bonding cable pada bonding point

7. memeriksa kondisi segel pada semua kerangan. Manhole harus pada kondisi

utuh dan kode segel sesuai dengan yang tertera pada dokumen pegiriman.

8. Melakukan pengambilan sampel melalui saluran penurasan (drain line).

9. melakukan control check, yang meliputi Chemical Water Detector,

temperature, dan density.

Gambar 4.1 Chemical Water Detector

27
10. melakukan pengukuran electrical conductivity

Gambar 4.2 Electrical Conductivity

11. Perbedaan density 15°C antara pemeriksaan di lokasi penerima dengan

AFRN tidak boleh melebihi 3 kg/m3, menggunakan density converter.

Gambar 4.3 Density Converter

12. mencatat hasil pemeriksaan dalam formulir Bridger Quality Control Before

Receipt Record.

13. memasang selang pembongkaran (bottom loader)

28
4.1.2 Selama Pembongkaran Avtur/Jet A-1

Hal – hal yang harus diperhatikan saat pembongkaran yang berkaitan dengan

pengendalian mutu Avtur/Jet A-1 :

1. Pengemudi / petugas Quality Control harus siaga dan tidak boleh

meninggalkan tempat.

2. Membuka kerangka pada strainer untuk membuang udara untuk menghindari

kavitasi.

3. Menyalakan pompa untuk memulai pembongkaran. Amati flowrate

pemompaan.

4. Harus melewati Filter Water Separator (FWS)

5. Amati Pressure Differential Gauge (PDG) pada Filter Water Separator

(FWS) dan catat hasil pengamatan penunjukan PDG pada formulir yang

berlaku.

4.1.3 Setelah Pembongkaran Avtur/Jet A-1

Hal – hal yang harus diperhatikan setelah pembongkaran berkaitan dengan

pengendalian mutu Avtur/Jet A-1 :

1. Hentikan pompa untuk mengakhiri pembongkaran.

2. melakukan penurasan melalui saluran penurasan hingga produk dalam tangki

sudah tidak dapat dituras lagi.

3. melakukan pengamatan isi dalam tangki bridger telah benar – benar habis.

4. Manhole sebagai saluran masuk/keluar ditutup dan disegel.

5. Melepas selang dan bonding cable

6. Dokumen penerimaan ditanda tangani.

29
7. Semua saluran masuk dan keluar / valve in & out ditutup dan disegel

8. Melakukan pengukuran isi / volume tangki untuk mengetahui jumlah

penerimaan.

9. Melakukan pengendapan (Settling Time) minimal dengan aturan 1 jam/meter

untuk product release dan 3 jam/meter tinggi produk untuk tangki

penerimaan vertikal / produk via tanker.

4.2 Pengendalian Mutu Avtur/Jet A-1 dalam tangki

DPPU Ahmad Yani Semarang memiliki 6 buah tangki timbun yang

seluruhnya berjenis semi buried dengan total kapasitas 400 KL. Pengendalian mutu

Avtur/Jet A-1 pada operasi penimbunan dilakukan secara berkala.

Pengendalian mutu pada tangki timbun dilakukan secara harian dan berkala,

yaitu mingguan, bulanan, tiga bulanan, dan enam bulanan.

4.2.1 Pengendalian Mutu Harian

Pengendalian mutu Avtur/Jet A-1 secara harian dilakukan pada pagi hari,

meliputi :

a. Memeriksa kondisi fisik tangki dan perlengkapannya.

b. Mengukur volume produk dalam tangki dengan menggunakan dipstick

c. Melakukan penurasan setiap pagi minimal 2x isi pipa, dan lakukan uji visual.

d. ambil sampel 1000cc dari pipa turas dengan gelas beaker. Lakukan uji

control untuk diperiksa appearance, visual, density, dan temperature.

30
Gambar 4.4 Thermohydrometer

e. Melakukan pengukuran electrical conductivity.

f. Kemudian, sampel dimasukkan ke dalam botol dan disimpan sebagai storage

sump tank selama 1x24 jam.

4.2.2 Pengendalian Mutu Akibat Perubahan Cuaca

Pengendalian mutu juga dilakukan pada setiap kali terjadi perubahan cuaca,

seperti setelah hujan lebat. Pengendalian mutu dilakukan setelah hujan lebat untuk

memastikan produk tidak terkontaminasi oleh air. Pengendalian mutu ini dilakukan

dengan mengambil sampel dari pipa penurasan harian (daily check 0ff) untuk

pemeriksaan visual.

31
4.2.3 Pengendalian Mutu Mingguan

Hal – hal yang harus dilakukan pada pengendalian mutu mingguan :

a. melakukan Water Draw Off (WDO) setiap pagi dengan mengeluarkan

Avtur/JetA-1 dari dalam tangki sebanyak minimal 2x isi pipa

b. Mengambil sampel 1000cc dari pipa turas dengan gelas beaker.

c. melakukan control check untuk diperiksa appearance, density, dan

temperature.

d. melakukan uji electrical conductivity unit.

Dalam operasi penimbunan, stariner pada saluran operasi penerimaan,

penimbunan, dan penyaluran juga dibersihkan setiap minggunya agar Avtur/Jet A-1

bebas dari partikel dan air tidak terlarut.

4.3 Pengendalian Mutu Avtur/Jet A-1 Pada Operasi Penyaluran

4.3.1 Pengisian (Topping up) Refueller

Persyaratan melalui refueller :

a. Material dan sarana fasilitas pada tangki refueller tidak boleh galvanish.

b. Kompartemen dilengkapi manhole dan tutup, katup pernafasan, dan sump

drain.

c. Pengisian dari dasar (Bottom Loading) dan dilengkapi dengan receptacle.

d. Dilengkapi peralatan pengisian seperti : pompa, meter, selang, bonding cable,

dll.

e. Dilengkapi filter monitor untuk Avtur/Jet A-1

f. Dipasang tanda jenis produk dengan jelas.

32
Penyaluran Avtur/Jet A-1 di DPPU Ahmad Yani Semarang dilakukan dengan

menggunakan refueller. Sebelum melakukan topping up, perlu diperhatikan :

a. Kondisi saluran dan meter arus pada refueller harus dipastikan dalam

keadaan baik.

b. Lakukan deeping untuk mengukur ketinggian Avtur/Jet A-1

c. Kompartemen Refueller tidak boleh mengandung air dan kotoran. Bila kotor,

maka lakukan pembilasan.

d. Pengisian melalui filter water separator.

e. Pengisian dari dasar (Bottom Loading)

Selama pengisian, amati Pressure Differential Gauge (PDG). Setelah topping

up selesai, bagian dalam refueller harus di-settling time sekurang – kurangnya

10menit sebelum dapat dilakukan pengendalian mutu.

Proses pengendalian mutu pada refueller adalah menuras sump tank refueller

dari air dan partikel padat. Penurasan refueller dilakukan dengan volume penurasan

harus dipastikan 2x isi pipa pada pagi hari dan setelah hujan lebat. Sampel

minimum yang diambil untuk diperiksa visual-nya adalah sebanyak 1000cc /

1Liter. Hasil pengambilan contoh kemudian dicatat dalam formulir Refueller

Quality Control Record.

4.3.2 Pengisian (Refuelling Operation) Pesawat

Hal – hal yang harus dilakukan pada pelaksanaan pengisian pesawat udara:

1. Melakukan visual check untuk mengetahui keberadaan air dan partikel padat

menggunakan CWD dan disaksikan oleh kedua belah pihak (pihak Pertamina

selaku pengisian dan crew pesawat)

33
2. Hasil visual check dari refueller harus baik

3. menyambungkan bonding cable dan peralatan pengisian lainnya ke pesawat

udara

4. melakukan pengisian dan amati PDG

5. Selesai pengisian, lepaskan peralatan dan setelah administrasi penyerahan

(FD 105) diselesaikan, refueller kembali ke DPPU.

6. melakukan ABK setelah pengisian pesawat.

a. Amati atas : untuk memastikan apakah ada peralatan yang masih

tertinggal/terpasang pada bagian atas kendaraan

b. Amati bawah : untuk memastikan apakah ada peralatan yang masih

tertinggal/terpasang di bagian bawah kendaraan

c. Keliling kendaraan : dalam mengamati atas dan bawah harus

mengelilingi kendaraan 360o sebelum meninggalkan area pengisian.

4.4 Pengendalian Mutu dalam Bridger dan Refueller

Untuk menjamin mutu Avtur/Jet A-1, kondisi tangki bridger dan refueller

harus dipastikan dalam keadaan baik dan terbebas dari kemungkinan terjadinya

kontaminasi. Settling time pada bridger saat akan dilakukan pembongkaran juga

harus diperhatikan. Minimal 10menit dihitung dari waktu kedatangan bridger.

Setelah di-settling, lakukan penurasan sebanyak 2x isi pipa pada bridger untuk

lebih memastikan kondisi produk. Begitu juga dengan refueller. Berprinsip

menghindari masuknya air dan kotoran, dengan cara : usahakan kompartemen

tangki selalu terisi penuh produk, manhole dan diphole selalu tertutup rapat, ujung

34
ujung terbuka pada sarana pengisian seperti hose unit, ground unit, underwing

coupling, nozzle, suction hose, dan penutup (dust cap)-nya harus selalu terpasang.

4.5 Pengujian Millipore Test

Dengan menggunakan peralatan pengambilan sampel di lapangan, uji

colorimetric membrane tunggal harus dilakukan bulanan pada filter penerimaan,

penyaluran, dan kendaraan pengisian. Sampel pengujian colorimetric merman

diambil dari saluran keluaran filter.

Pengambilan sampel menggunakan peralatan khusus dengan persyaratan

sebagai berikut:

1. Quick Disconnect Millipore Coupling

2. Selang bypassdengan Quick Disconnect untuk flushing

3. Stainless Steel dan anodize aluminium wetted parts thoughout

4. Katup tiga arah untuk pembilasan, stop, dan pengambilan sampel melalui

selang plastic yang tahan BBMP yang terpisah.

5. Container monitor yang digunakan adalah monitor plastik yang dibersihkan

filter membrane.

6. Pinset/Tweezers yang dilengkapi sliplock untuk menjepit membrane, agar

tidak dipegang dengan jari tangan yang dapat mengakibatkan terpaparnya

kulit tangan oleh bahan bakar.

35
Gambar 4.5 Alat Uji Pengambil Sampel

Skala warna untuk BBMP jenis Avtur/Jet A-1 harus sesuai dengan metode uji

ASTM D-2276/IP-216. Buku Panduan “ASTM COLOR STANDARDS” yang

direkomendasikan ASTM adalah yang diproduksi oleh Gammon Technical Product

Inc, dengan nomor suku cadang Model GTP-1074-1.

Gambar 4.6 Buku Panduan ASTM Color Standards

36
Persiapan monitor di lapangan dilakukan beberapa hal untuk memulai

pengujian filter menggunakan membran :

1. Pilih kapsul monitor dan tandai sebagai identifikasi.

2. Kapsul diharuskan kering dan bersih serta belum pernah digunakan. Jika ada

partikel yang terlihat, dapat dibuang dengan cara meniup partikel tersebut

menggunakanudara kompresor

3. Masukkan bantalan penahan yang bersih (bantalan penahan di sisi bagian

bawah monitor)

4. Dengan menggunakan pinset, letakkan filter membran grade AA baru di

tempatnya pada bantalan penahan dan pasang kembali monitor. Dua bagian

monitor harus sudah dalam keadaan terpasang dengan kuat, erat, dan

menjepit membran dengan benar.

5. Masukkan penyumbat pelindung dalam monitor dan simpan di tempat yang

bersih dan sejuk sampai dibutuhkan.

Gambar 4.7 Kapsul Monitor

37
Pengambilan sampel pengujian filter membran dilakukan pada kendaraan

pengisian dan pada fasilitas tetap. Pengambilan sampel pada kendaraan pengisian,

pengujian colorimetric paling mudah dilakukan di tempat pengujian (Test Rig),

BBMP yang sedang diambil sampelnya tidak boleh dimasukkan kembali ke dalam

kendaraan yang sedang diperiksa, dan pengambilan sampel saat pengisian BBMP

lebih baik dilakukan pada tahap awal operasi dimana kecepatan aliran tinggi dan

srabil dengan tekanan 30 s/d 35 psi. Pengambilan sampel filter membrane pada

fasilitas tetap, sampel harus diambil pada tapping point yang sedekat mungkin

dengan outlet filter, dan pengujian harus dilakukan dengan peralatan yang

beroperasi pada kecepatan aliran maksimum.

Prosedur umum untuk melaksanakan uji filter membran pada peralatan

pengisian BBMPdi DPPU / Aviation Fuel Terminal:

1. Peralaan pengambilan sampel sudah lengkap, bersih, dipasang dengan benar,

dan berfungsi baik.

2. Lakukan run pumping dengan kecepatan air (flowrate) 400 – 600 dan batasan

maksimal tekanan 45 psi.

3. Sambungkan Quick Disconnect Millipore Coupling ke Outlet Sample.

4. lakukan flushing menggunakan selang bypass dengan quick disconnect untuk

membilas kandungan minyak jika ada kotoran.

5. Pasang kapsul monitor yang sudah ada membran pada Stainless Steel dan

anodize aluminium wetted parts thoughout.

38
Gambar 4.8 Pemasangan Kapsul Membran

6. BBMP akan mengalir melalui saluran pembilasan pada kecepatan yang cukup

tinggi. Hentikan aliran setelah aliran BBMP yang melalui membran sudah

mencapai 5 liter.

7. Tunggu sekitar 30 detik agar muatan listrik statis hilang, kemudian lepaskan

sambungan perlatan dari titik pengambilan sampel.

8. Lepaskan monitor membrane kapsul yang berada pada Stainless Steel dan

anodize aluminium wetted parts thoughout.

9. Bersihkan minyak agar kering dengan cara menghisap BBMP melalui

membrane dan bantalan penahan dari lubang bagian bawah menggunakan alat

suntikan standard.

39
Gambar 4.9 Proses Menghisap BBMP Melalui Membran

10. Buka container monitor kemudian keluarkan membran menggunakan

pinset/tweezers yang dilengkapi sliplock untuk menjepit membran.

11. Bandingkan tampilan membrane terhadap Standar Warna ASTM.

Gambar 4.10 Perbandingan Tampilan Membran

12. Membran dibiarkan mengering pada keadaan bersih yang terlindungi dari

debu.

13. Jika semua pengambilan sampel selesai, kuras peralatan dan kembalikan ke

kotaknya.

40
4.6 Kontaminasi dan Deteriorisasi

4.6.1 Kontaminasi

Kontaminasi merupakan masuknya bahan lain yang tidak dikehendaki ke

dalam produk. Di DPPU Ahmad Yani, kontaminasi yang mungkin terjadi adalah

kontaminasi akibat partikel dan air. Partikel dapat berasal dari sarana dan fasilitas

yang kurang diperhatikan dan juga karena kondensat. Kemungkinan terjadinya

kontaminasi di DPPU Ahmad Yani sangat kecil. Hal ini dikarenakan proses

pengendalian mutu produk yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan. Kemungkinan kecil bukan berarti tidak terjadinya kontaminasi

sama sekali, di DPPU Ahmad Yani ditemukan water content di dalam tangki

timbun nomor 5.

4.6.2 Deteorisasi

Deteriorisasi merupakan kerusakan pada fisik Avtur/Jet A-1 yang disebabkan

oleh perubahan lingkungan maupun kontaminan. Kemungkinan terjadinya

deteriorisasi di DPPU Ahmad Yani juga kecil. Hal ini dikarenakan sirkulasi

kegiatan operasi di DPPU Ahmad Yani berlangsung cepat

4.7 Usaha Pelayanan DPPU Ahmad Yani Semarang

Five Zero merupakan lima nilai utama harapan pelanggan yang merupakan

sasaran operasional layanan bahan bakar penerbangan Pertamina Aviation untuk

memperkuat operation excellence dan service excellence. Maka, DPPU Ahmad

Yani menerapkan program Pertamina Aviasi menjadikan five zero sebagai nilai

41
utama dalam melayani pelanggan dan melaksanakan kegiatan – kegiatan

operasional Pertamina Aviation. Five Zero tersebut antara lain :

1. Zero Accident, untuk safety yang terjamin.

Dari tanda (x) menjadi tanda (+), dari kesalahan menuju keselamatan.

Seluruh aktifitas operasi harus didasari pada keyakinan bahwa budaya

keselamatan merupakan penentu utama keberhasilan, dengan sasaran tidak

ada kecelakaan.

2. Zero Off Spec, untuk mutu yang tinggi.

Dari menyimpang menjadi lurus, sesuai dengan standar.

Seluruh aktifitas penanganan produk Avtur/Jet A-1 harus dilakukan kontrol

kualitas yang ketat tanpa toleransi atas penyimpangan dengan sasaran tidak

ada produk off-specification yang disalurkan ke pelanggan.

3. Zero Tolerance, untuk takaran yang pas.

Dari selisih yang tinggi, menjadikan takaran yang pas.

Setiap aktifitas penerimaan, penimbunan, serta penyaluran dan penyerahan

produk kepada pelanggan, harus diyakini dalam kuantitas atau jumlah yang

sesuai, dengan sasaran tidak ada toleransi atas selisih.

4. Zero Delay, untuk waktu yang tepat.

Setiap penyaluran dan penyerahan produk serta layanan pelanggan harus

diyakini dilakukan dengan cepat dan tepat, dengan sasaran tidak ada

keterlambatan.

5. Zero Mistake, untuk pendataan yang akurat.

Semua tak luput dari pengawasan untuk hasil yang akurat.

42
Setiap pendataan, pencatatan, dan penyajian informasi sebelum dan setelah

pemberian layanan kepada pelanggan harus dilakukan secara akurat dengan

sasaran tidak ada kesalahan.

4.8 Permasalahan dan Penanganan dalam Pengendalian Mutu Avtur/Jet A-1

Berdasarkan pengamatan lapangan pengendalian mutu Avtur/Jet A-1 pada

saat operasi penerimaan, penimbunan, penyaluran, dan penyerahan di DPPU Ahmad

Yani Semarang, ditemukan beberapa kelemahan yang diuraikan sebagai berikut :

4.8.1 Permasalahan Pengendalian Mutu pada Operasi Penerimaan

Hasil praktik kerja lapangan selama dua minggu, menemukan beberapa

permasalahan pada operasi penerimaan :

1. Aspal jalan yang berada di area penerimaan dan penimbunan berlubang.

Mungkin terlihat sangat sepele, namun akibat yang ditimbulkan bisa jadi akan

menjadi masalah suatu saat. Bridger dan Refueller yang melewati aspal dan

jalan tersebut akan mengalami turbulence/guncangan yang akan menyebabkan

Avtur/Jet A-1 di dalam bridger maupun refueller akan timbulnya busa. Hal ini

ditakutkan akan merusak mutu dari Avtur/Jet A-1 apabila Avtur/Jet A-1 berbusa.

Selain itu, guncangan yang diakibatkan oleh refueller / bridger akan

menyebabkan kepresisian pengukuran Avtur. Akan lebih baik jika dilakukan

perbaikan pada aspal.

43
4.8.2 Permasalahan Pengendalian Mutu pada Operasi Penimbunan

Hasil praktik kerja lapangan selama dua minggu, menemukan beberapa

permasalahan pada operasi penimbunan :

1. Terdapat water content dalam jumlah banyak ± 5 ember tiap 15 Liter pada

Tangki nomor 5 ketika tangki terisi penuh. Sedangkan dalam kondisi kosong,

tidak ditemukan adanya air. Hal ini terjadi secara berkelanjutan. Untuk

menyelesaikan permasalahan, maka pihak petugas / operator Pertamina di DPPU

Ahmad Yani mengambil tindakan untuk membuat berita acara bahwa telah

terjadi kebocoran air di dalam Tangki nomor 5. Langkah selanjutnya, setelah

mendapat persetujuan maka dilakukan inspeksi dan pengosongan isi tangki

untuk pengecekan apakah ada kebocoran terhadap tangki 5 tersebut. Inspeksi

tersebut terdiri dari: Tank Cleaning, Cek Kebocoran dengan thickness plat

(ketebalan tangki), Cek epicoat pada tangki

Sampai saat ini, status tangki 5 tidak dipakai (blockir). Menurut hasil inspeksi:

1. Hasil pengukuran Thickness Plat, terukur remaining life pada drain sump

cukup rendah.

2. Terdapat titik – titik pitting di lasan pipa sample ke shell bagian atas, lasan

ball head bagian barat, dan lasan ball head bagian timur yang belum dapat

dipastikan apakah terdapat lubang tembus.

3. Dari hasil pengukuran coating thickness, didapat coating tangki secara

keseluruhan < 350 µm

4. Kondisi free vent cat kusam dan mulai mengalami korosi.

5. Kondisi check valve dan perpipaan cat terkelupas dan mengalami korosi.

44
6. Tangki sudah mengalami ovality cukup besar.

7. Hasil pengujian dengan air pada tiap – tiap opening tangki, didapat

ketidakkedapan pada pipa sample.

Dari permasalahan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Kemungkinan penyebab utama dari kebocoran air di dalam tangki nomor 5

adalah kondisi free vent cat kusam dan mulai mengalami korosi. Free Vent

yang mengalami korosi maka bertanda bahwa free vent tidak berfungsi

sebagaimana mestinya. Kondisi ini menyebabkan udara masuk, lalu

mengembun sehingga pada pagi hari udara tersebut terkondensasi menjadi air

dan ketika penge-drain-an ditemukannya air di dalam tangki.

2. Kemungkinan penyebab lain yang mendukung adanya kebocoran air adalah

check valve mengalami korosi sehingga menyebabkan fungsi check valve

tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Ketika pemompaan selesai, check

valve tidak menutup sempurna sehingga ada tekanan balik dan menyebabkan

volume di tangki menyusut. Pada keadaan ini, udara akan banyak yang masuk

ke tangki lewat free vent dan akan mengembun dalam tangki dalam bentuk

air bebas pada bottom tangki.

3. Secara tidak langsung, ovality menyebabkan keberadaan air di tangki menjadi

banyak. Hal ini dibuktikan dengan peregangan akibat tekanan dan cairan di

tangki, membuat ullage di tangki semakin besar sehingga tempat untuk udara

semakin besar.

4. Ditemukannya water content pada tangki menyebabkan usia plat tangki

berkurang.

45
2. Close Circuit Drain System (CCDS) yang berada di area penimbunan

memiliki konstruksi yang salah, dapat dikatakan salah karena tidak adanya

drain point sehingga Avtur/Jet A-1 yang berada di dalam CCDS akan

langsung masuk ke dalam tangki tanpa adanya pengecekan untuk di drain

ulang. Hal ini akan mengganggu mutu dan kurang yakin nya atas mutu

Avtur/Jet A-1 yang ada di dalam CCDS.

4.8.3 Permasalahan Pengendalian Mutu pada Operasi Penyerahan

Hasil praktik kerja lapangan selama dua minggu, menemukan beberapa

permasalahan pada operasi penerimaan :

1. Tidak dilakukan deeping pada refueller saat sebelum topping up. Hal ini

dikarenakan sudah dilengkapinya refueller dengan alat indikasi level dan

Motor Otomatic Valve (MOV) untuk mendeteksi ketinggian Avtur/Jet A-1

2. Perlu ditingkatkannya lagi atas pengendalian mutu pada saat penyerahan ke

pesawat. Diperlukan pengujian visual menggunakan Chemical Water Detector

(CWD) yang digunakan sebagai pembuktian mutu Avtur/Jet A-1 bahwa

Avtur/Jet A-1 sudah memenuhi on-specification, jadi apabila pesawat dalam

perjalanan terjadi accident maka tidak bisa menyalahkan Pertamina atas mutu

bahan bakar Avtur/Jet A-1. Di dalam operasi saat penyerahan, masih jarang

digunakannya CWD , perlu ditingkatkan untuk dilakukannya uji visual dengan

CWD untuk kedepannya.

46
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan di Depot Pengisian Pesawat

Udara (DPPU) Ahmad Yani Semarang, Penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan operasi penerimaan, penimbunan, penyaluran, dan

penyerahan serta pengendalian mutu dalam keseluruhan operasi di DPPU

Ahmad Yani Semarang sudah sesuai dengan prosedur dan berlangsung

dengan lancar.

2. Sumber daya manusia yang berada di wilayah kerja DPPU Ahmad Yani

yang memiliki sertifikasi pada bidangnya terhitung minim. Hanya tersedia 2

petugas operator yang memiliki sertifikasi lengkap dari keseluruhan

operator.

3. Terdapat masalah di tangki timbun penerimaan nomor 5, terindikasi adanya

air di dalam tangki nomor 5 ketika tangki terisi penuh. Kemungkinan

penyebab utama dari kebocoran air di dalam tangki nomor 5 adalah kondisi

free vent cat kusam dan mulai mengalami korosi. Kemungkinan penyebab

lain yang mendukung adanya kebocoran air adalah check valve mengalami

korosi. Secara tidak langsung, ovality menyebabkan keberadaan air di

tangki menjadi banyak. Ditemukannya water content pada tangki

menyebabkan usia plat tangki berkurang.

4. Tidak dilakukannya deeping pada refueller untuk mengetahui ketinggian

minyak sebelum dilakukannya topping up.

47
5. Jarang dilakukannya uji visual dengan menggunakan chemical water

detector pada saat penyerahan Avtur/Jet A-1 ke customer/airlines.

6. Konstruksi Close Circuit Drain System (CCDS) yang salah, tidak terdapat

drain point sehingga tidak bisa dilakukannya penge-drain-an Avtur/Jet A-1

yang berada di dalam CCDS.

7. Ada bagian aspal yang kurang baik sehingga mengganggu jalannya bridger
ataupun refueller sehingga mengganggu jalannya kendaraan dan akan
mengurangi kepresisian pengukuran,
5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang dapat diberikan

oleh Penulis adalah sebagai berikut:

1. Menambah sertifikasi petugas yang bekerja di bidang operasi sesuai dengan

bidang dan tugasnya untuk menghindarinya delay penyerahan Avtur/Jet A-1

ke pihak customer/airlines.

2. Mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan kepada prosedur kerja operasi

penerimaan, penimbunan, penyaluran, dan penyerahan serta pengendalian

mutu keseluruhan operasi dan juga mengutamakan keselamatan kerja sesuai

pada pedoman, TKO (Tata Kerja Organisasi), TKI (Tata Kerja Individu), dan

TKPA (Tata Kerja Penggunaan Alat) yang berlaku.

3. Mempertahakan dan meningkatkan plan maintenance. Penggantian free vent

yang baru pada tangki nomer 5 untuk mengganti free vent yang sudah mulai

korosi, perbaikan / penggantian check valve yang mengalami korosi agar

dapat bekerja sebagai mana fungsinya lagi, segera dilakukannya pengujian

apakah terdapat kebocoran pada lasan tangki, utamanya pada pitting – pitting

48
yang ditemukan. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan Vacuum

Box. Lakukan juga pengamatan pada sumur – sumur pantau apakah ada

indikasi kebocoran minyak, dilakukan perbaikan tangki dengan cara

pengelasan dan coating ulang pada tangki sesuai dengan spesifikasi Aviasi.

Pada bagian aksesoris tangki dengan coating yang mengelupas, agar

dilakukan pengecatan juga untuk menghambat laju korosi, dan pastikan

kalibrasi tangki masih berlaku dengan cara melakukan pengecekan ulang

terhadap isi tangki dan dibandingkan dengan hasil kalibrasi.

4. Segera mengganti Close Circuit Drain System (CCDS) yang berada di area

penimbunan dengan konstruksi CCDS yang sesuai dengan standar yang

berlaku.

5. Perlu ditegaskan dan ditingkatkan lagi pengawasan mutu atas mutu Avtur/Jet

A-1 sesuai dengan pedoman, TKO, dan TKI. Salah satunya, pemeriksaan

visual menggunakan chemical water detector.

6. Perlunya perbaikan jalan pada aspal yang mengalami kerusakan di DPPU.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. -----2016,”Buku 2 Penanganan Operasi dan Pengendalian Mutu Rev. 2”,

Pertamina Aviation

2. -----2016,”Buku 4 Prosedur Pemeliharaan Sarfas Rev. 2”, Pertamina Aviation

3. -----2013,”TKO Penerimaan dan Penimbunan No. B-033/F20100/2013-S0

Revisi ke - 0”, PT. Pertamina Direktorat Pemasaran dan Niaga Unit Aviation

4. -----2013,”TKO Pelayanan Pengisian Bahan Bakar Pesawat Udara No. B-

031/F20100/2013-S0 Revisi ke - 0”, PT. Pertamina Direktorat Pemasaran dan

Niaga Unit Aviation

5. -----2013,”TKI Pengendalian Mutu Bahan Bakar Minyak Penerbangan No. C-

001/F20130/2013-S0 Revisi ke - 0”, PT. Pertamina Direktorat Pemasaran dan

Niaga Unit Aviation

6. -----2014,”Power Point Aviation Fuel Handling and Quality Control”,

Pusdiklat Migas Cepu

7. -----2012,”Ms.Word. Penyegaran Aviasi Type B, Aviation Turbine Fuel”,

Pusdiklat Migas Cepu

50

You might also like