You are on page 1of 17

IV.

BEBERAPA RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN


1. DESAIN DENGAN SATU VARIABEL BEBAS
Desain dengan satu variabel bebas, meliputi;
1.1. Desain studi kasus sekali tes (one shot case study)
Desain studi kasus sekali test merupakan jenis desain pre-eksperimen. Pada jenis ini tidak
terdapat kelompok kontrol dan hanya satu kelompok yang diukur dan diamati gejala-gejala yang
muncul setelah diberi perlakuan (postes).
Desainnya sebagai berikut:
Perlakuan Postes
X* O*

1.2. Desain pretes-postes satu kelompok (One Group Pretes Postes Design)
Desain pretes-postes satu kelompok juga termasuk pre-eksperimen. Pada desain ini
dilakukan pretes untuk mengetahui keadaan awal subjek sebelum diberi perlakuan sehingga
peneliti dapat mengetahui kondisi subjek yang diteliti sebelum atau sesudah diberi perlakuan yang
hasilnya dapat dibandingkan atau dilihat perubahannya (Sukardi, 2010:180-181).
Desainnya sebagai berikut;
Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2

Untuk penelitian-penelitian pendidikan yang menerapkan metode pembelajaran, desain ini


masih belum tepat karena perubahan atau perbedaan skor antara pretes dan postes bisa jadi bukan
karena disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, tetapi karena faktor-faktor lain.
1.3. Perbandingan kelompok statik (static group comparison)
Perbandingan kelompok statik terdapat kelompok kontrol selain kelompok eksperimen.
Masing-masing kelompok tidak diberikan pretes untuk mengetahui kondisi awalnya namun diberi
postes untuk mengetahui gejala yang terjadi setelah diberikan perlakuan.

Desainnya sebagai berikut:


Kelompok Perlakuan Postes
Eksperimen X O2
Kontrol - O2
Pada desain ini, kelompok kontrol tidak diberikan perlakuanX tetapi diberikan tes yang
sama dengan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen kemudian hasil postes dibandingkan.

1.4. Desain eksperimen, meliputi:


1.4.1. Desain kelompok kontrol hanya uji-akhir
Desain ini menggunakan pemilihan subjek secara acak dan melibatkan dua kelompok
subjek (kelompok eksperimen dan kontrol) tanpa pretes.
Desainnya adalah:
Kelompok Perlakuan Postes

(R) Eksperimen X O2

(R) Kontrol - O2

1.4.3. Desain kelompok kontrol uji awal-uji akhir


Desain ini menggunakan randomisasi pemilihan subjek serta menggunakan pretes dan
postes. Berikut ini desainnya;
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
(R) Eksperimen O1 X O2
(R) Kontrol O1 - O2

1.5. Desain quasi eksperimen (desain eksperimen semu)


Model desain ini merupakan salah satu desain eksperimen satu variabel. Jenis desain ini
meliputi
1.5.1 Desain kelompok kontrol tidak ekuivalen
Desain model ini sangat cocok jika peneliti memerlukan subjek penelitian yang sesuai
dengan kondisi dan tatanan yang sudah permanen.
Desainnya meliputi:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
atau dapat juga menggunakan:
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2

1.5.2 Desain deret waktu


Desain ini melakukan pretes dan postes berkali-kali. Desainnya sebagai berikut;
Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O11 O12 O13 X1 O21 O22 O23

1.5.3 Desain deret waktu dengan kelompok kontrol


Pada desain ini merupakan desain yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dan hasil yang didapatkan lebih menyakinkan daripada desain
pretes-postes satu kelompok. Jika hasil pretes dan postes pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya
sama atau skor postes lebih baik daripada skor pretes hendaknya menggunakan desain model ini.
Desainnya sebagai berikut;
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O11 O12 O13 X1 O21 O22 O23
Kontrol O11 O12 O13 X2 O21 O22 O23

V. KESIMPULAN
Penelitian eksperimental merupakan metode penelitian yang dapat menguji secara benar
hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat). Dalam studi eksperimtal peneliti
memanipulasi paling sedikit satu variable, mengontrol variable lain yang relevan, dan
mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variable terikat. Peneliti menentukan
“siapa memperoleh apa”, kelompok mana dari subjek yang memperoleh perlaakuan
mana. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang didalamnya melibatkan
manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai dengan upaya control yang ketat terhadap
factor-faktor luar, serta melibatkan subjek pembanding. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
dari penelitian eksperimen: 1. Adanya kesetaraan, 2. Adanya kelompok-kelompok yang berbeda,
3. Adanya kontrol terhadap terhadap variable-variabel non-eksperimen, 4. Adanya pengukuran
atau observasi terhadap variable-variabel terikatnya dan 5. Ada satu variable bebas yang
dimanipulasi.
Desain Penelitian Eksperimen
Eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam
penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai
sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol
fenomena.

JENIS-JENIS DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN


Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mengemukakan kriteria-kriteria untuk suatu desain
penelitian eksperimen yang baik, diantaranya:
 Kontrol eksperimental yang memadai
 Mengurangi artifisialitas (dalam merealisasikan suatu hasil eksperimen ke non-
eksperimen)
 Dasar untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
 Informasi yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
 Data yang diambil tidak terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh Tidak
mencampurkan variabel yang relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi
 Keterwakilan dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
 Kecermatan terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimen yang dipilih oleh peneliti membutuhkan
perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan.
Dengan demikian maka suatu desain eksperimen yang dipilih oleh peneliti membutuhkan
perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan dilakukan. Emzir (2009)
mengklasifikasikan desain eksperimen dalam dua kategori yakni
1. Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang
dimanipulasi) yang terdiri atas:
 Pra-Experimental Designs (non-designs).
Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-
sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat
(dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa
saja terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random).
Bentuk pra-experimental designs antara lain:

a. One-Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)


Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan
selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah
sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis
perlakuan lalu diukur hasilnya.
b.One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c.Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu;
setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok
kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
 True Experimental Design.
Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri
utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya
adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true
experimental terbagi atas :

a.Posstest-Only Control Design


Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut
kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
c.The Solomon Four-Group Design
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari
kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini diberi
posttest.
 Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang
sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol
yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian
menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan
dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi
Experimental.

Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:


a.Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk
mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil
pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya
labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui
dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan
satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b.Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan,
kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang
ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c.Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang
berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
2. Desain Faktorial, yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya
satu yang dimanipulasi)

Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan


membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual dan dalam
interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel
eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat
digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental
variabel tunggal.
A. Pengertian Eksperimen Semu (kuasi eksperimen)
Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan,
pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk
menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan
(Cook & Campbell, 1979). Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan rancangan
eksperiment semu (kuasi eksperimen). Desain tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap
randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas.
Penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi pada dasarnya sama dengan penelitian
eksperimen murni. Penelitian eksperimen murni dalam bidang pendidikan, subjek, atau partisipan
penelitian dipilih secara random dimana setiap subjek memperoleh peluang sama untuk dijadikan
subjek penelitian. Peneliti memanipulasi subjek sesuai dengan rancangannya. Berbeda dengan
penelitian kuasi, peneliti tidak mempunyai keleluasaan untuk memanipulasi subjek, artinya
random kelompok biasanya diapakai sebagai dasar untuk menetapkan sebagai kelompok perlakuan
dan control. Misalnya, kita ingin menguji apakah pebelajar yang dibelajarkan melalui buku teks
yang disertai video memperoleh hasilatau prestasi belajar yang lebih unggul, jika dibandingkan
dengan pebelajar yang hanya dibelajarakan dengan buku teks saja? Untuk maksud tersebut, kita
menentukan kelompok subjek mana yang diberi perlakuan (buku teks dan video) dan control atau
kendali (buku teks saja). Setelah diberi perlakuan dalam kurun waktu tertentu, kedua kelompok
subjek diberi pascates. Hasil pascates ini kita uji dengan teknik statistic tertentu[1].
Adapula yang menyatakan bahwa eksperimen semu adalah penelitian yang mendekati
percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan control/ memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal sesuai dengan
batasan-batasan yang ada[2]. Adapun contoh metode eksperimen semu diantaranya yaitu:
1. Penelitian untuk menilai efektivitas 3 cara mengajar konsep-konsep dasar suatu ilmi di SD apabila
guru-guru tertentu dapat secara sukarela tanpa random memilih cara mengajar tertentu karena
guru-guru tersebut tertarik akan bahan ajaran tersebut.
2. Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat kesehatan
karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok
tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. O1 dan
O3 merupakan derajat kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajat
kesehatan karyawan setelah senam pagi selama satu tahun. O4 adalah derajat kesehatan karyawan
yang tidak diberi perlakuan senam pagi, pengaruh senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan
adalah (O2 - O1 ) – ( O4 - O3 )[3].
B. Tujuan, Kelemahan, dan Keunggulan Eksperimen Semu,
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua
kelompok tersebut tidak dengan teknik random[4].
Adapun beberapa kelemahan/ keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi eksperimen
adalah terlalu fokus terhadap kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak berkelanjutan
sehingga dapat mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang tidak terduga akibat faktor
fenomena ekonomi atau perkembangan politik. Dan juga kurang kuatnya pengukuran dalam hal
asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang terjadi pengukurannya terbatas. Hal tersebut
mengakibatkan beberapa efek seringkali “tidak terlihat” pada saat pengukuran terjadi (Caporaso,
1973:31-38).
Adapun secara terperinci kelemahan dari penelitian Quasi Eksperiment adalah sebagai
berikut:
a. Tidak adanya randomisasi (randoimization), yang berarti pengelompokan anggota sampel pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random atau acak.
b. Kontrol terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan,
karena eksperimenini biasanya dilakukan di masyarakat[5].
Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi eksperimen sangat
disarankan mengingat kondisi objek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya
penugasan secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally
formed intactgroup), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga
sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true
eksperimen tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek
penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan
peningkatan kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di
dalam implementasinya (Azam, Sumarno &Rahmat, 2006) [6].
Selain memiliki kelemahan quasi eksperimen juga memiliki keuntungan. Adapun
keuntungannya yaitu pada penelitian ekperimen semu ini tidak mempunyai batasan yang ketat
terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancama-ancaman validitas.
C. Macam-Macam Rancangan yang ada dalam Quasi Eksperimen
Dalam kaitannya dengan pemilihan subjek penelitian, penelitian tidak selalu dapat
melakukan pemilihan subjek secara random (individual randum). Dalam penetapan random
(random assignment), peneliti tidak memungkinkan memilih dan memilah subjek sesuai dengan
rancangannya. Akan tetapi, peneliti terpaksa harus menerima kelas atau kelompok subjek yang
telah ditentukan oleh sekolah, sesuai dengan kebijakan sekolah. Oleh sebab itulah, peniliti yang
dilakukan menurut Stanley dan Campbell (Asher dan Vockel, 1995) disebut penelitian eksperimen
kuasi. Walaupun demikian, apabila peneliti ini dirancang dengan cermat dan tepat tetap akan
memberikan hasil yang bermanfaat[7].
1. Times Series Design

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara
random. Sebelumnya diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud
untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil
pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berate kelompok tersebut keadaannya
labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok daoat diketahui
dengan jelas maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok
saja., sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1=O2=O3=O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah
O5=O6=O7=O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5+O6+O7+O8) – (O1+O2+O3+O4).
Desain time series sebagai kuasi eksperimen memiliki ciri adanya pengukuran yang
berulang-ulang, baik sebelum maupun sesudah perlakuan terhadap satu atau beberapa intact group.
Variasi terhadap Time Series Design dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
adalah:

2. Single Subject Design


Pada umumnya penelitian pendidikan menggunakan subjek penelitian dalam bentuk
kelompok (kelas). Penelitian seperti ini akan memberikan hasil yang menggambarkan keadaan
satu atau beberapa kelompok, tidak menggambarkan keadaan individual dalam kelompok tersebut.
Pada situasi eksperimen tertentu, perlakuan perlu diberikan hanya pada satu individu saja.
Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian single subject. Penelitian ini sangat berguna bagi
guru yang sedang melaksanakan penelitian terhadap individual siswa, misalnya dalam melakukan
penelitian bimbingan dan konseling atau dalam melakukan rehabilitasi dan terapi fisik yang
perlakuannya hanya diberikan pada satu individu saja. Desain single subject umumnya
menggunakan pengukuran yang berulang dan hanya mengimpleentasikan variabel bebas tunggal
yang diharapkan dapat merubah hanya satu variabel terikat. Pengukuran variabel dilakukan pada
kondisi normal yang disebut baseline[8].
3. Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding ( control time series desaign)
Rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu, dengan kelompok pembanding
(control ). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas internal,
sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi.
4. Rancangan “separate sample pretest-postest”
Rancangan ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga
berencana, pengukuran pertama (pretest) dilakukan terhadap sample yang dipilih secara acak dari
populasi tertentu. Kemudian dilakukan intervensi atau program pada seluruh populasi tersebut.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (posttest) pada kelompok sampel lain, yang dipilih
secara acak (random) dari populasi yang sama. Rancangan ini sangat baik untuk menghindari
pengaruh atau efek dari “test”, meskipun tidak dapat mengontrol “sejarah”, “maturitas”[9].
5. Kelompok berhubungan (intact group comparison)
Rancangan penelitian intact group comparison atau desebut juga rancangan static group
comparison. Rancangan penelitian intac group desain ini sebenarnya berasal dari kelompok subjek
yang sama dan berhubungan. Dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi
tertentu dikelompokan secara rambang menjadi dua, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakukan tertentu dalam waktu tertentu, sedangkan
kelompok control tidak. Kedua kelompok subjek itu kemudian dikenakan pengukuran atau
observasi (tes) yang sama.
Rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut:

Faktor validitas seperti sejarah dan maturasi dikendalikan dengan kelompok control (yang
tidak diberi perlakuan). Artinya, dalam situasi yang secara kebetulan berpengaruh terhadap hasil,
yang mungkin juga berpengaruh pada hasil observasi[10].
6. Rancangan kelompok kontrol yang tidak sama (non-equivalent control group design)
Rancangan peneitian ini sering dipakai dalam penelitian. Dalam rancangan ini, subjek
penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk dilibatkan dalam kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada dasarnya, langkah-langkah dalam rancangan ini sama
seperti pada rancangan pretest-posstest experimental control group design.
Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek dimana satu mendapat perlakuan dan satu
kelompok sebagai kelompok control. Keduanya memperoleh prates dan pascates. Perbedaan
dengan kelompok non ekuivalen, bahwa kelompok tidak dipilih secara acak atau random.
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
O X O
O O
Rancangan kelompok nonekuivalen ini disebut juga sebagai untreated control group
design with pretest and posttest. Rancangan penelitian ini dikategorikan sebagai rancangan
eksperimen kuasi (quasi experiment design). Rancangan ini sangat sering dipakai dalam penelitian.
Rancangan diatas juga digambarkan sebagai berikut:

Rancangan di atas (rancangan kuasi eksperimen) tidak menggunakan random assignment


sehingga ada kelemahan-kelemahan jika dibandingkan rancangan eksperimen yang sebenarnya.
Namun demikian, rancangan ini dilakukan dengan jadwal perlakuan dan pengamatan yang sangat
cermat. Rancangan ini memberikan landasan yang kuat untuk memberikan alasan untuk
mengendalikan ancaman yang berkaitan dengan validitas internal.
Sebagaimana kita saksikan di atas, rancangan di atas tidak melakukan random terhadap
kelompok subjek bahwa garis putus-putus di antara kedua kelompok menunjukkan kelompok-
kelompok yang ditetapkan tidak dipilih secara random (nonrandomly assigned groups)[11]
Non-Equivalent Grup Desain adalah desain yang paling sering digunakan dalam penelitian
sosial. Hal ini terstruktur seperti sebuah eksperimen pretest posttest-acak. Dalam NEGD, kita
paling sering menggunakan grup utuh yang kita anggap sama seperti perlakuan dan kelompok
kontrol. Dalam pendidikan, kita bisa memilih dua kelas yang sebanding. Dalam penelitian
berbasis masyarakat, kita bisa menggunakan dua komunitas yang sama. Kita mencoba untuk
memilih grup yang semirip mungkin, tapi kita tidak pernah bisa yakin kelompok-kelompok yang
sebanding. Atau, dengan kata lain, tidak mungkin bahwa kedua kelompok akan mirip jika mereka
kita tugaskan melalui undian acak. Karena sering kemungkinan bahwa kelompok-kelompok yang
tidak setara. Berarti bahwa tugas yang kita berikan untuk kelompok seharusnya tidak acak. Dengan
kata lain, peneliti tidak menguasai tugas untuk kelompok melalui mekanisme penugasan acak., ini
yang dinamakan desainkelompok non equivalent [12].

Kesimpulan
Quasi eksperiment merupakan eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak,
unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan
dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979).
Pada dasarnya penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi sama dengan penelitian
eksperimen murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua
kelompok tersebut tidak dengan teknik random.
Adapun beberapa kelemahan yang dimiliki oleh desain quasi eksperimen adalah terlalu
fokus terhadap kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak berkelanjutan sehingga dapat
mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi
atau perkembangan politik. Dan juga kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang
menjadikan beberapa efek yang terjadi pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan
beberapa efek seringkali “tidak terlihat” pada saat pengukuran terjadi.
Selain memiliki kelemahan quasi eksperimen juga memiliki keuntung. Adapun
keuntungannya yaitu pada penelitian ekperimen semu ini tidak mempunyai batasan yang ketat
terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancama-ancaman validitas.
Adapun macam-macam quasi eksperimen diantaranya yaitu:
 Times Series Design, dimana dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dapat dipilih secara random. Sebelumnya diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat
kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi
perlakuan.
 Single Subject Design, dimana desain single subject umumnya menggunakan pengukuran yang
berulang dan hanya mengimpleentasikan variabel bebas tunggal yang diharapkan dapat merubah
hanya satu variabel terikat. Pengukuran variabel dilakukan pada kondisi normal yang disebut
baseline.
 Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding ( control time series desaign) dimana
rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu, dengan kelompok pembanding (control ).
 Rancangan “separate sample pretest-postest”, dimana rancangan ini sering digunakan dalam
penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga berencana, pengukuran pertama (pretest) dilakukan
terhadap sample yang dipilih secara acak dari populasi tertentu.
 Kelompok berhubungan (intact group comparison), dimana dalam rancangan ini sekelompok
subjek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokan secara rambang menjadi dua, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
 Rancangan kelompok kontrol yang tidak sama (non-equivalent control group design), yaitu desain
yang paling sering digunakan dalam penelitian social.

ABSTRAK ARTIKEL : “Kepemimpinan Triwulanan” _ Tinjauan meta-analitik terhadap


penelitian dampak kepemimpinan: Studi eksperimental dan kuasi eksperimental

Dalam penelitian ini kami menetapkan untuk melakukan analisis penelitian kuantitatif
yang komprehensif terhadap hasil pelaporan literatur mengenai dampak kausal kepemimpinan
dengan memusatkan perhatian pada pemeriksaan yang kami sebut sebagai 'intervensi
kepemimpinan'. kami mendefinisikan intervensi kepemimpinan sebagai studi di mana peneliti
secara terang-terangan memanipulasi kepemimpinan sebagai variabel independen melalui
pelatihan. tugas, skenario atau cara lain, fokus kami meliputi pemeriksaan eksperimental dan kuasi
eksperimental serta penelitian lapangan dan laboratorium yang dilakukan di organisasi publik dan
swasta.

Tujuan kami adalah untuk menjawab pertanyaan sederhana: apakah intervensi


kepemimpinan memiliki dampak yang diharapkan dan jika demikian sampai tingkat tertentu? kami
melakukan tinjauan komprehensif terhadap literatur yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan
dan menemukan 200 laboratorium dan studi lapangan yang memenuhi kriteria kami sebagai studi
intervensi kepemimpinan. kami melaporkan di sini temuan serangkaian efek metanalisis yang
membandingkan dampak relatif intervensi kepemimpinan terhadap jenis intervensi, teori
kepemimpinan, dan beberapa variabel dependen yang umum. Secara keseluruhan, intervetsi
kepemimpinan menghasilkan probabilitas 66% untuk mencapai hasil positif versus 50-50 efek
acak untuk peserta pengobatan, namun efek ini bervariasi secara signifikan saat menilai, moderator
seperti jenis teori kepemimpinan.
Kesimpulan dan implikasi praktisnya

Salah satu implikasi praktis dari penelitian kami adalah bahwa terlepas dari jenis intervensi,
tampaknya intervensi kepemimpinan memiliki dampak pada berbagai hasil. Namun, intervensi
kepemimpinan tampaknya berbeda dalam hal dampaknya berdasarkan fokus teoritis model
kepemimpinan. Teori kepemimpinan yang lebih memusatkan perhatian pada perubahan perilaku
memang memiliki dampak yang lebih besar pada perilaku versus teori yang berfokus pada
perubahan emosional atau kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan masa depan pada
pengembangan kepemimpinan harus mempertimbangkan bagaimana model kepemimpinan yang
dipelajari oleh peserta terkait dengan hasil spesifik yang diharapkan memiliki dampak terbesar
dari waktu ke waktu. Dengan menghubungkan model kepemimpinan dengan hasil yang spesifik,
kita tidak hanya dapat menunjukkan efektivitas intervensi kepemimpinan, kita juga dapat
membangun kepercayaan pada peserta bahwa apa yang kita katakan akan bekerja dan di mana,
sebenarnya dapat bekerja dalam hal pengembangan kepemimpinan, sehingga membangun
pemimpin yang lebih besar kemanjuran. Namun, kita juga telah mengamati di sini bahwa efek
intervensi kepemimpinan cukup bervariasi dan multi dimensi, yang menunjukkan perlunya
memiliki tingkat kecanggihan yang lebih besar dalam bagaimana kita merancang eksperimen,
metode, dan kriteria masa depan untuk menilai secara tepat bagaimana kepemimpinan penting,
untuk siapa itu penting, dan dalam keadaan apa itu penting. Kami berharap hasil akumulasi dan
interpretasi yang disajikan di sini akan memberikan awal baru untuk mempercepat kerja yang
menguji dampak sebab akibat dari kepemimpinan.

You might also like