You are on page 1of 13

Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

PENGARUH BUDAYA KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP PELAYANAN


PUBLIK DI DINAS CATATAN SIPIL DAN KEPENDUDUKAN KOTA PAYAKUMBUH

Aldri Frinaldi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang


Email: aldri@fis.unp.ac.id

Abstract
The many negative assessments of the work culture of civil servants in public
service is an issue that must be addressed by the government and local government.
This research was conducted by formulating the problem of how culture influences the
work of civil servants in the public service in the Payakumbuh Civil Registry Office in
order to analyze the work culture of civil servants in an effort to improve the quality of
human resources in public services. This study used a descriptive quantitative
approach. The population is all employees in the Payakumbuh’s Department of
Population and Civil Registration amounting 30 people based on the data in the month
of December 2013. Due to the small number of population in this study, total sampling
is applied. The data is collected by spreading questionnaires to all respondents and
then returned after some time, whose whole process took place from October to
December 2013. The questionnaire was scaled based on Likert scale that is made in a
positive statement. The result of the study shows that in general the work culture of
civil servants in the Payakumbuh’s Department of Population and Civil Registration
are very good, although two indicators are still mediocre. The effort to improve these
two indicators are suggested by training programs based on local wisdom and the
involvement of stakeholders who are experts in the field by the Payakumbuh
administration in building and cultivating a positive work culture based on local
wisdom.
Keywords: work culture, public servants, public service
Abstrak
Banyaknya penilaian negatif terhadap budaya kerja para Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dalam pelayanan publik merupakan suatu permasalahan yang harus diatasi
oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan dengan
perumusan masalah bagaimanakah pengaruh budaya kerja PNS terdapat pelayanan
publik di Dinas Catatan Sipil Kota Payakumbuh? Hal ini dimaksudkan untuk
menganalisis budaya kerja di kalangan PNS di lokasi tersebut dalam upaya
menemukan upaya peningkatan mutu sumber daya manusia para aparatur sipil negara
(ASN). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, dan yang
menjadi populasi adalah seluruh pegawai pada Dinas Kependudukan Dan Catatan
Sipil Kota Payakumbuh yang berjumlah 30 orang berdasarkan bezzeting Dinas ini
pada kondisi bulan Desember 2013.Oleh karena jumlah populasi dalam penelitian ini
adalah 30 orang maka penarikan sampel dilakukan secara keseluruhan (total
sampling). Pengumpulan data dengan angket ini mulai dari penyebaran hingga semua
angket terkumpul kembali keseluruhan berlangsung bulan Oktober – Desember 2013,
dan angket ini disusun menurut skala Likert yang dibuat dalam pernyataan positif.
Berdasarkan data penelitian ini terlihat secara umum budaya kerja PNS di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Payakumbuh sudah tinggi, meskipun
terdapat 2 indikator yang masih sedang. Upaya peningkatan budaya kerja ada 2
indikator ini dapat dilakukan dengan program-program pelatihan yang berbasiskan
kearifan lokal. Selain itu, diperlukan adanya keterlibatan pihak yang ahli di bidang

180
Vol. XIII No.2 Th. 2014

pembinaan budaya kerja oleh pemerintah kota Payakumbuh dalam membangun dan
membina budaya kerja positif berbasiskan kearifan lokal tersebut.
Kata kunci: Budaya Kerja, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pelayanan Publik
Pendahuluan pemerintahan ataupun pemerintah daerah akan
Budaya kerja merupakan suatu pe- dapat membangun kepercayaan masyarakat
mahaman, sikap dan perilaku yang diterapkan kepada pemerintah ataupun pemerintah daerah
orang-orang sewaktu melaksanakan pekerjaan tersebut.
dalam suatu organisasi/institusi. Nilai yang Namun mungkin penerapan budaya kerja
dianut dalam menerapkan budaya kerja sewaktu berkualitas ini masih lemah dan tidak merata.
bekerja dapat menentukan kualitas suatu Sehingga muncul anggapan bahwa budaya kerja
pekerjaan yang dilakukan seseorang atau se- aparatur sipil negara termasuk pegawai negeri
kelompok orang. Apabila para pegawai yang sipil (PNS) di dalamnya kurang memahami
bekerja dalam suatu institusi mampu me- budaya kerja positif. Ini terlihat dengan adanya
nerapkan budaya kerja berkualitas tentu dapat anggapan bahwa para PNS bekerja masih
pula meningkatkan kualitas pelayanan publik dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan di
dari pada pemerintah maupun pemerintah sebagian PNS, bisa jadi bekerja dianggap
daerah. sebagai beban dan paksaan terutama bagi orang
Terdapat sejumlah budaya kerja yang yang malas. Apabila alat ukur yang tepat dalam
bernilai negatif masih menghiasi pelaksanaan mengkategori budaya kerja yang berkualitas
tugas dan kewajiban oleh para pegawai belum ditentukan, maka akan terlihat sebagian
berpotensi menghambat kinerja organisasi pimpinan dalam berbagai instansi pemerintah
(Zulkifli, dkk, 2014). Faris (2014) mengemuka- daerah memberi tugas kepada pegawai di
kan bahwa mutu sumberdaya manusia lingkungan instansinya tanpa melihat ke-
Indonesia yang tidak mampu bersaing, hal ini mampuan yang dimiliki. Yang dipentingkan
disebabkan oleh karena faktor budaya kerja adalah asal itu bisa membuat posisi sang
yang juga masih lemah dan tidak merata. Ada pimpinan aman dan terkendali.
anggapan bahwa budaya kerja produktif di Keadaan ini juga dapat kemungkinannya
Indonesia, belum merata karena bekerja masih disebabkan ketidakmampuan pemerintah daerah
dianggap sebagai sesuatu yang rutin. untuk melakukan perubahan struktur, norma,
Menurut Aldri (2014a) dalam hal suatu nilai bagi pegawai di daerah, telah menyebab-
instansi mempunyai budaya kerja positif yang kan gagalnya upaya untuk memenuhi aspirasi
kuat dalam bekerja, terjadi sinergisitas antara dan kebutuhan masyarakat. Sehingga muncul
pegawai staf dengan pimpinannya, maka para anggapan masyarakat bahwa kualitas dan
pimpinan tidak tersita waktu, pemikiran dan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan
tenaga hanya untuk menyelesaikan konflik publik masih jauh dari harapan. Masih belum
diantara mereka karena perbedaan nilai budaya tercipta budaya pelayanan publik yang ber-
yang dianut dalam bekerja. orientasi pada kebutuhan pelanggan (service
Dengan begitu pelayanan publik yang delivery culture). Sebaliknya, yang terbentuk
dilakukan dalam instansi tersebut akan dapat adalah obsesi para birokrat dan politisi untuk
menjadi berkualitas dan prima dalam memberi- mengalihkan birokrasi sebagai lahan peme-
kan layanan kepada masyarakat. Karena itu rintahan hasrat dan kekuasaan (power culture).
menurut Aldri (2014b) suatu pelayanan publik Hasil penelitian Shinta (2014) bahwa belum ada
yang berintegritas adalah suatu pelayanan yang solusi yang dapat memecahkan sebab akibat
dilakukan dengan sepenuh hati berdasarkan penurunan kualitas pelayanan Publik. Seiring
karakter moral dan etika yang benar. Hal ini dengan hal itu, masyarakat semakin menuntut
dimakusdkan agar pelayanan yang diberikan efektivitas kerja Pelayanan aparatur pemerintah
menghasilkan suatu kebaikan bagi masyarakat sebagai abdi Negara.
pengguna jasa layanan publik tersebut. Apabila Image tentang rendahnya kinerja sektor
pelayanan seperti ini dilaksanakan oleh instansi publik tentu sudah tidak asing lagi. Selain

181
Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

kinerja yang rendah, diwarnai juga birokrasi Rastogi (dalam Aldri 2014) suatu nilai-nilai
yang sulit, berbelit-belit dan intrik praktik suap budaya kerja yang mampu mengarahkan bagi
yang selalu mewarnai dan menjadikan citra mereka boleh bekerja secara bermutu dan
aparatur di sektor publik semakin buruk. Untuk produktif. Budaya kerja yang produktif mem-
itulah kedepan budaya organisasi yang tidak punyai nilai-nilai iaitu :
kondusif harus dirubah menjadi organisasi yang a. Suatu kemampuan seseorang untuk senan-
berkinerja tinggi dan terukur dalam memberi- tiasa mempunyai prestasi kerja peringkat
kan pelayanan kepada masyarakat. Lemahnya tinggi, merasa bangga atas keunggulan, dan
budaya organisasi pada kebanyak sektor publik kesediaan untuk belajar dan melampaui
atau pada kebanyakan organisasi pemerintah prestasi kerja.
menurut Dewi Sartika (dalam LAN-RI; 2004) b. Menyakini peningkatan kualitas mutu dari
disebabkan antara lain oleh faktor: (a) Aparat produktifitasnya dapat meningkat pula ke-
pemerintah kebanyak berorientasi pada peratur- sejahteraan diri dan kemajuan organisasi.
an, bukan pada visi dan misi organisasinya; (b) c. Suatu orientasi yang tinggi dengan sikap
Ketidak jelasan visi dan misi organisasi; (c) kooperatif dalam hubungan antara pribadi,
Sistem kompensasi yang kurang layak dan rela dan tulus hati dalam prestasi kerja
kuran adil; (d) Lebih melayani atasan daripada dengan mendasarkan kepercayaan timbal
melayani masyarakat; (e) Promosi yang didasari balik, rasa hormat dan membahagi bersama
senioritas daripada kompetensi; (f) Mem- pengenalan dengan organisasi.
budayanya korupsi, kolusi dan nepotisme di Atribut dari budaya kerja ini dapat di-
lingkungan kerja. pergunakan sebagai penanda dalam rangka
Upaya untuk merubah aparatur dari membantu para aparatur untuk menjadi amanah
budaya organisasi semacam itu sebenarnya dalam melayani kepentingan masyarakat se-
sudah dilakukan dengan menerapkan program bagai bentuk upaya semangat untuk selalu
budaya kerja aparatur, dengan maksud me- berjuang menggapai prestasi yang tinggi.
ningkatkan produktivitas kerjanya. Namun Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan
memang dirasakan belum bisa optimal. Bertitik budaya kerja itu adalah (a) meningkatkan
tolak dari hal tersebut, maka dalam mewujud- kualitas hasil kerja; (b) meningkatkan kualitas
kan organisasi berkinerja tinggi dari aspek pelayanan; (c) menciptakan budaya kualitas; (d)
budaya, diperlukan komitmen tinggi dan meningkatkan profesionalitas; (e) mengurangi
konsensus bersama sebagai hal penting yang kelemahan birokrasi (Buku Saku Budaya Kerja
menjadi prasyarat untuk mewujudkan organi- Kemendiknas, 2010).
sasi yang berkinerja tinggi. Adapun manfaat dari penerapan budaya
Sehubungan dengan latar belakang kerja yang baik antara lain (Puspita, 2008:4):
diatas maka peneliti bermaksud meneliti (1) Memelihara lingkungan kerja yang serasi
tentang Pengaruh Budaya Kerja PNS terhadap serta harmonis; (2) Menciptakan kondisi kerja
Pelayanan Publik di Dinas Catatan Sipil Kota yang teratur; (3) Menciptakan kondisi kerja
Payakumbuh. Untuk itu rumusan masalah yang yang tertib dan aman; (4) Memastikan pelak-
diajukan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana- sanaan hak dan kewajiban kerja; (5) Memak-
kah pengaruh budaya kerja PNS terdapat murkan dan mensejahtrakan pekerja; (6) Me-
pelayanan publik di Dinas Catatan Sipil Kota ningkatkan etos kerja yang tinggi dan dinamis.
Payakumbuh ? Siew and Kelvin (2004) budaya kerja ber-
kualitas membantu suatu organisasi untuk
Tinjauan Konseptual membangun suatu konseptualisasi yang disusun
Budaya Kerja menjadi sistem kognisi sebagai simbol, norma-
Schraeder, dkk (2005) menegaskan norma dan makna bersama. Sehingga budaya
pengaruh budaya budaya kerja para pegawai kerja tersebut dapat memberikan kontribusi
dapat membawa perubahan organisasi bagi terhadap kinerja organisasi. Dianne (2002)
peningkatan mutu dan kualitas. Budaya kerja budaya kerja memiliki efek pada suatu
meliputi berbagai sikap dan tingkah laku yang organisasi dan mempengaruhi bagaimana
mempunyai keberkesanan, kepada usaha organisasi itu organisasi bereaksi terhadap
mempebaiki mutu dan kualitas kerja yang berbagai bentuk situasi. Budaya kerja selalu
dilakukan untuk peningkat kinerja organisasi. menjadi gudang untuk sejarah masa lalu dan
Selanjutnya, budaya kerja menurut pendapat pelajaran, seorang penerjemah untuk acara dan
182
Vol. XIII No.2 Th. 2014

tindakan, dan desainer strategi. Dengan demi- menjadi panutan / contoh penerapan nilai-nilai
kian, budaya kerja akan menentukan apakah di lingkungan Kementerian / Lembaga dan
sebuah organisasi belajar membentuk kesalahan Pemerintah Daerah; (4) Antara Pimpinan dan
atau mengabaikan mereka, melihat peristiwa Pegawai, saling percaya, saling terbuka dan
sebagai peluang atau ancaman, dan proaktif menerima perubahan kebijakan serta metoda
atau reaktif dalam strateginya. kerja yang baru yang lebih efektif; (5) Budaya
Gerakan budaya kerja, tersirat dalam kerja harus terkait langsung dengan kepenting-
ucapannya bersama, hal-hal, perbuatan, dan an pelaksanaan tugas, pekerjaan dan masalah-
perasaan. kemudian menurut Schein (dalam masalah yang dihadapi bersama oleh instansi/
Aldri, 2014) pergerakan dinamika budaya kerja unit organisasinya; (6) Budaya kerja diterapkan
dapat menggambarkan transfer pengetahuan di secara konsisten, disiplin dan berkelanjutan.
lima sepuluh mekanisme bahwa pendiri dan Pendapat Heri dan Nuraini (2010; dan
manajer gunakan untuk menanamkan dan me- Fendy (2014) terdapat pula pengaruh faktor
ngirimkan nilai-nilai dan asumsi dalam bentuk kepemimpinan mempunyai pengaruh yang
cerita, legenda, mitos dan perumpamaan signifikan untuk mewujudkan nilai-nilai dari
tentang orang-orang kunci dan peristiwa budaya kerja berkualitas dari suatu organisasi.
penting yang telah terjadi. Sebab secara umum setiap seorang pegawai
Selanjutnya budaya kerja menurut Aldri membutuhkan keamanan dalam pekerjaannya.
(2014) suatu dasar yang terlihat maupun tidak Seorang karyawan pasti ingin agar pekerjaan-
terlihat dalam diri seseorang dipandang dari nya dapat terlepas dari resiko, dan untuk me-
perspektif nilai, pemahaman cara bekerja, mastikan hal tersebut maka diperlukan para
norma, pola pikir, dan perilaku setiap orang pimpinan yang mempunyai suatu strategi yang
atau sekelompok orang dalam menjalankan dapat meminimalkan resiko sehingga pegawai
suatu pekerjaan. Hal-hal tersebut diperoleh dan dapat berkomitmen secara penuh terhadap
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada di masya- pekerjaannya. Sebab sebagaimana pendapat
rakat sekitarnya sebagai hasil interaksi dengan Dedi, dkk (2012) apabila terdapat sebagian dari
lingkungannya. Hal ini dapat terlihat dalam hal pegawai mempunyai budaya kerja yang
terjadi respon terhadap pekerjaan yang dikerja- berkomitmen rendah maka berarti ada
kan seseorang. Sewaktu ia bekerja maka secara gangguan terhadap prestasi kerja yang hendak
langsung maupun tidak langsung terdapat inter- dicapai. Karena itu sosialisasi dan internalisasi
aksi pengaruh dari lingkungan kerja. Akibat budaya kerja bagi para pegawai seharusnya
pengaruh itu terdapat dampak yang besar menjadi program utama. Selain itu pengem-
karena dapat memberikan nilai positif dan bangan sumberdaya manusia bagi para pegawai
negatif pada pegawai tersebut. Oleh sebab itu, yang menyangkut kecerdasan emosional dan
para pegawai mestilah cermat mengamati dan kecerdasan sosial harus pula dapat menjadi
mengkondusifkan lingkungan kerjanya dalam prioritas disamping kemampuan tentang ke-
mengambil langkah maupun tindakan yang terampilan teknis.
sesuai pada budaya kerja yang berdasar pada Pemimpin dalam suatu organisasi ter-
norma dan aturan, sebab pada hakikatnya setiap masuk organisasi pemerintah daerah (Pemda)
pegawai memiliki pandangan yang berbeda selain mempunyai kemampuan kepemimpinan
terhadap makna kerja sesuai dengan penga- dari aspek (1) keterampilan teknik; (2) keteram-
lamannya masing-masing. pilan human relationship; dan; (3) keterampilan
Dalam Peraturan Menteri PAN dan RB konseptual, juga harus mempunyai kemampuan
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman dalam membangun suatu kreatifitas. Keteram-
Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan pilan (skills) adalah sesuatu yang dapat di-
menjelaskan bahwa Budaya kerja baru dapat pelajari melalui pelatihan yang bersifat motorik
terbentuk, bila hal-hal berikut dipenuhi: (1) (menggunakan organ tubuh terutama tangan),
Komitmen dari Pimpinan tertinggi Kementeri- kognitif (kemampuan menggunakan daya nalar
an/Lembaga dan Pemerintah Daerah; (2) Nilai- atau analisis), dan verbal (menggunakan mulut
nilai pembentuk sikap perilaku positif dan atau berkomunikasi) yang disebut dengan kete-
produktif yang telah dirumuskan dan akan di- rampilan interpersonal. Hasil penelitian yang
terapkan, dapat dimengerti dan dipahami dilakukan oleh Lehman (2004) manusia pada
dengan mudah oleh seluruh Pimpinan dan umumnya mampu membangun kreatifitas yang
Pegawai; (3) Pimpinan pada setiap jenjang puncaknya kreatifitas itu pada usia 35 tahun.
183
Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

Namun pada hakikatnya kreatifitas ter- yang diberikan oleh lembaganya. Instentif yang
sebut dapat saja terjadi dalam berbagai usia dianggap memadai oleh aparatur pemda maka
yang dialami manusia atau seseorang. Sebab mereka dapat menjalankan tugas dan pekerja-
kreatifitas itu dapat pula disebabkan adanya annya dengan baik.
kemampuan seseorang dalam bergaul dengan Kemudian menurut Aldri dan Dede
orang lain, kemampuan untuk membangun (2014) adanya suatu pelayanan publik oleh
kestabilan emosi dan kontrol pribadi. pemerintah daerah merupakan suatu upaya me-
nunjukkan eksistensi kemampuan pemerintah
Pelayanan Publik daerah dalam memenuhi kebutuhan la yanan
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai bagi berbagai kepentingan masyarakat di
pemberian layanan (melayani) keperluan orang daerahnya. Aldri (2014) pelayanan publik ber-
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan kualitas dapat pula dilihat dari karakteristik para
pada organisasi sesuai dengan aturan pokok dan pegawai yang tercermin dalam kecermatan, ke-
tata cara yang telah ditetapkan. Pengertian adilan, keprakarsaan, kebijaksanaan, kegairahan
pelayanan publik dalam Pasal 1 ayat (1) UU dan kemampuan dalam pengendalian perasaan,
No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan publik, selalu dipengaruhi oleh sikapnya yang me-
yaitu kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam nunjukkan peran aktif, rasa kepeduliaan, sikap
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai terhadap tugas, loyalitas, disiplin diri dan
dengan peraturan perundang-undangan bagi tanggungjawabnya terhadap tugas. Selanjutnya
setiap warga negara dan penduduk atas barang, untuk mengukur kualitas pelayanan menurut
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang di- Parasuraman,dkk (dalam Aldri dan Muhammad
sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Ali Embi, 2011a; 2011b) bahwa konsep kualitas
Sedangkan dalam ayat (5) menyebutkan layanan yang diharapkan dan dirasakan ditentu-
pelaksana pelayanan publik yang adalah kan oleh kualitas layanan. Kualitas layanan ter-
pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang sebut terdiri dari daya tanggap, lokasi, jaminan,
yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara bukti fisik, empati, kehandalan, dan ketepatan
yang bertugas melaksanakan tindakan atau waktu pelayanan. Oleh sebab itu, pendapat
serangkaian tindakan pelayanan publik. Pe- Aldri dan M. Ali (2011b) pelayanan publik
ngertian pelayanan publik perlu memperhitung- bermutu tinggi merupakan suatu pelayanan
kan unsur-unsur sebagai berikut (Haryatmoko, yang diberikan oleh organisasi Pemerintah
2011:13): (a) Pelayanan publik merupakan maupun Pemerintah Daerah kepada segenap
pengambilan tanggung jawab oleh kolektivitas unsur pengguna yang memerlukan layanan
atas sejumlah kekayaan, kegiatan atau pelayan- sesuai dengan keperluan masing-masing masya-
an dengan menghindari logika milik pribadi rakat pengguna layanan, dalam upaya me-
atau swasta karena tujuannya pertama-tama wujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
bukan mencari keuntungan; (b) Pelayanan laju pembangunan.
publik mempunyai beragam bentuk organisasi Suatu pelayanan publik berkualitas
hukum, baik di dalam maupun di luar sektor adalah suatu pelayanan yang dilakukan dengan
public; (c) Pelayanan publik, merupakan lem- sepenuh hati secara amanah dan berdedikasi
baga rakyat yang memberi pelayanan kepada tinggi dengan maksud menghasilkan suatu
warga negara, memperjuangkan kepentingan kebaikan bagi masyarakat pengguna jasa
kolektif, dan menerima tanggung jawab untuk layanan publik tersebut. Apabila pelayanan
member hasil. Jadi siapa saja yang berusaha seperti ini dilaksanakan oleh instansi
memajukan kesejahtraan publik dan me- pemerintah daerah akan dapat membangun
numbuhkan kepercayaan untuk mengusahakan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah
kesejahteraan bersama merupakan bagian dari ataupun pemerintah daerah tersebut. Penataan
pelayanan publik; (d) Kekhasan pelayanan sistem manajemen dan prosedur kerja di
publik terletak dalam upaya merespons ke- lingkungan pemerintah daerah dalam
butuhan publik sebagai pengguna jasa layanan. memberikan pelayanan publik yang berkelas
Selanjutnya menurut pendapat Caiden & tinggi dapat terwujud dengan mengoptimalkan
Sundaram (2004) bahwa satu bentuk faktor budaya kerja positif di kalangan aparatur sipil
penting dalam menentukan tingkat kinerja negara (ASN) termasuk para Pegawai Negeri
aparatur pemerintah daerah (pemda) dalam Sipil (PNS).
melayani masyarakat adalah sistem insentif
184
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Penelitian yang terkait kearifan dalam pelayanan publik yang prima.


Penelitian yang dilakukan oleh Darmanto Untuk itu diperlukan upaya perubahan budaya
& Syarif (2010) menemukan kecepatan pe- kerja PNS pada organisasi pemerintah daerah,
layanan oleh petugas juga belum menggembira- yang dapat dilakukan dengan perpaduan budaya
kan, karena cukup tinggi petugas yang meminta kerja yang ditetapkan Pemerintah, budaya kerja
masyarakat untuk melengkapi persyaratan etnik positif dan budaya kerja berdasarkan
administratif yang dibutuhkan, tanpa mem- ajaran agama guna peningkatan kualitas
proses permohonan yang diajukan masyarakat. pelayanan publik yang prima.
Faktor selanjutnya adalah menyangkut orientasi Penelitian Dandy (2014) ditemukan
pegawai di lingkungan Pemkot Depok terhadap bahwa persepsi masyarakat terhadap kualitas
perubahan dimana faktor orientasi pegawai pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan
yang terjadi di lingkungan Pemkot Depok Sipil Kota Payakumbuhpada aspek tangibles
termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini nilai TCR sebesar 70,46% dengan kategori
ditandai dengan kesadaran pegawai yang cukup Cukup Baik. Pada aspek reabilitynilai TCR
tinggi terhadap manfaat penataran/pelatihan, sebesar 67,4% dengan kategori Cukup Baik.
studi banding atau studi lanjut bagi pe- Sedangkan pada aspek responsiveness nilai
ngembangan aparatur pemerintah. Walaupun TCR sebesar 65,95% dengan kategori Cukup
demikian, pegawai juga berani mengingatkan Baik. Kemudian pada aspek assurance nilai
secara langsung, tanpa melalui pihak ketiga, TCR sebesar 65,4% dengan kategori Cukup
ketika pimpinan melakukan kesalahan. Di lain Baik dan pada aspek empathy nilai TCR sebesar
pihak, pegawai di lingkungan Pemkot Depok 69,73% dengan kategori Cukup Baik. Sehingga
memiliki etika yang relatif baik dalam me- bila dirata-ratakan kelima aspek pelayanan
laksanakan pekerjaannya melayani masyarakat. publik di atas, maka masyarakat mempersepsi-
Hal ini ditandai dengan perilaku mereka yang kan kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan
sebagian besar tidak pernah membedabedakan dan Catatan Sipil Kota Payakumbuh (studi
pelayanan kepada berbagai anggota masyarakat, kasus pada pelayanan pengurusan akta kelahir-
apalagi minta uang pelicin. Selain itu, sebagian an) memiliki kategori Cukup Baik dengan nilai
besar dari pegawai juga memberikan layanan TCR sebesar 67,79%.
berdasarkan urutan dalam antrian, bukan di- Penelitian Shinta (2014) bahwa pegawai
dasarkan kepada hubungan persaudaraan dan negeri sipil yang ada di kantor kelurahan belum
pertemanan. Sebagian besar dari responden juga maksimal dalam menjalankan tugasnya sesuai
berupaya memberikan penjelasan secara jelas standar operasional. Masih rendahnya tingkat
dan memuaskan ketika ada anggota masyarakat kedisiplinan pegawai berdampak membuat pe-
yang menanyakan penyelesaian kasusnya, dan layanan terasa lamban. Beberapa pegawai ter-
secara umum mereka juga tidak mau melayani lihat datang terlambat di atas jam 08.00 pagi,
masyarakat yang minta segera dilayani, jika hal tidak dilaksanakannya apel pagi, serta kebiasa-
itu melanggar hukum. Adapun menyangkut an-kebiasaan lain yang berhubungan dengan
sistem insentif di lingkungan Pemkot Depok etos kerja dan jika di ambil benang merahnya,
pada dasarnya termasuk kategori cukup baik. dapat diketahui bahwa tidak efektifnya pe-
Penelitian Aldri dan Muhamad Ali layanan yang ada di kantor kelurahan kolongan
(2011) Keberanian diartikan dorongan yang disebabkan oleh kedisiplinan pegawai itu sen-
kuat dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk diri. Kurangnya kesadaran dari pegawai sendiri
memikul resiko dampak pengambilan keputus- menjadi salah satu faktor penting dalam men-
an dalam berbagai situasi, sedangkan kearifan capai organisasi yang efektif.
mengacu pada kebijaksanaan dalam bertindak
dengan pertimbangan matang untuk kepenting- Metode Penelitian
an umum. Penelitian ini bermaksud meng- Penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis pengaruh budaya kerja etnik terhadap kuantitatif deskriptif, dan yang menjadi
budaya kerja Keberanian dan Kearifan PNS populasi adalah seluruh pegawai pada Dinas
dalam pelayanan publik yang prima. Temuan Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
penelitian menunjukkan kecenderungan masih Payakumbuh yang berjumlah 30 orang ber-
kuat pengaruh budaya etnik terhadap PNS di dasarkan bezzeting Dinas ini pada kondisi bulan
Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, se- Desember 2013.
hingga berpengaruh kepada keberanian dan Penarikan sampel merujuk kepada pen-
185
Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

dapat Sugiyono (2011) bahwa sampel adalah tahapan ini yaitu untuk memeriksa data yang
bagian dari jumlah dan karakteristik yang ada atau yang telah diperoleh, yaitu dengan
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi memeriksa apakah ada kesalahan dalam peng-
besar, maka peneliti dapat menggunakan isian kuesioner, dan apakah jumlah kuesioner
sampel yang diambil dari populasi. Apa yang telah sesuai dengan jumlah kuesioner yang di-
dipelajari dari sampel kesimpulannya akan bagikan sebelumnnya; (2) Scoring, tahapan ini
dapat diberlakukan untuk populasi, untuk itu akan diberikan bobot dari jawaban kuesioner
sampel yang diambil dari populasi harus betul- dalam bentuk angka-angka berdasarkan skala
betul representatif (mewakili). yang digunakan; (3) Tabulasi adalah tabel yang
Namun karena jumlah populasi dalam digunakan untuk memasukkan data-data yang
penelitian ini adalah berjumlah sebanyak 30 telah didapatkan untuk dianalisa; (4) Deskripsi
orang maka penarikan sampel dilakukan secara data.
keseluruhan (total sampling). Hal ini dilakukan Menurut Sugiyono (2004) menjelaskan
karena populasi dalam penelitian ini tidak untuk mendapatkan gambaran tentang hasil
dalam jumlah yang besar. Sumber data yang pengukuran variabel mengenai: a) Kecende-
digunakan adalah: (a) Data primer yaitu data rungan distribusi data; b) Menghitung nilai
yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari jawaban. Selanjutnya dengan menghitung
responden melalui penyebaran daftar pertanya- frekuensi jawaban yang diberikan responden
an (kuesioner). Data primer ini menyangkut atas item pernyataan yang diajukan dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi menghitung nilai rata-rata jawaban responden
budaya kerja di kalangan PNS dalam melaku- dengan rumus:
kan pelayanan publik di Dinas Kependudukan Rerata=
dan Catatan Sipil Kota Payakumbuh. Pengum-
pulan data dengan angket ini mulai dari penye-
baran hingga semua angket terkumpul kembali Re rata = nilai skor rata-rata;
N = jumlah responden;
keseluruhan berlangsung bulan Oktober- SS = Sangat Setuju;
Desember 2013; (b) Data sekunder yaitu data ST = Setuju;
pendukung yang diperoleh melalui dokumen- RG = Ragu – ragu;
tasi, yaitu data yang menyangkut tentang TS = Tidak Setuju;
jumlah PNS di dinas tersebut, peraturan per- STS = Sangat Tidak Setuju
undang-undangan yang terkait dengan tujuan Skala pengukuran tingkat partisipasi
penelitian ini. Alat yang digunakan dalam masyarakat tersebut adalah:
membantu penelitian adalah angket atau Tabel 2. Skala Pengukuran
kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk No Rentangan Kategori
memperoleh data adalah disusun menurut skala 1 1,00 - 2,33 Rendah
Likert dibuat dalam pernyataan positif. 2 2,34 – 3,67 Sedang
3 3,68 – 5,00 Tinggi
Tabel 1. Skala Likert
No Klasifikasi Positif Negatif Tingkat Pencapaian
1 Sangat Setuju (SS) 5 1 Tingkat pencapaian jawaban responden
2 Setuju (ST) 4 2 pada masing-masing variabel diketahui dengan
3 Ragu-Ragu (RR) 3 3 menggunakan rumus Sugiyono (2004) yaitu:
4 Tidak Setuju (TS) 2 4
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Keterangan :
Sumber: Sugiyono, 2011:108 TCR : Tingkat Pencapaian Responden
Rs : rata-rata skor jawaban responden
Teknis Analisis Data n : nilai alternative jawaban
Analisis data adalah proses menginter- Arikunto dalam Riduwan (2004: 114)
pretasikan dan menganalisis data yang telah ada mengemukakan jawaban responden sebagai
pada tahap pengolahan data. Analisis data di- berikut:
lakukan dengan menggunakan analisis statistik - Jika TCR berkisar antara 76 % - 100 % = Baik
deskriptif. Analisis data dilakukan melalui - Jika TCR berkisar antara 56 % - 75,99 % = Cukup
Baik
tahapan-tahapan berikut: (1) Editing, pada - Jika TCR berkisar antara 0 – 55,99 % = Kurang Baik
186
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen


Penelitian
Sebelum instrumen penelitian disebarkan
kepada responden maka terlebih dahulu dilaku-
kan uji validitas dan reabilitas untuk menilai
kelayakan dari instrumen penelitian yang
digunakan.

Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan sikap ke-validan dan kesahan Diagram 1. Keadaan PNS berdasarkan
suatu intrument. Validitas yang digunakan Eselon dan Non Eselon
adalah validitas konstak, yang mana suatu alat Berdasarkan tabel jabatan struktural yang
ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan ada di dinas ini terlihat keadaan staf dengan
kontruksi teoritis yang menjadi dasar peng- jabatan yang ada seimbang dalam makna
ukuran. Untuk uji validitas ini digunakan jumlah staf lebih besar dari jumlah jabatan yang
bantuan SPSS versi 16. Valid atau tidaknya ada yaitu sebesar 54 %.
pertanyaan yang di uji dapat dilihat dari
corrected item-total correlation, jika nilainya
negatif atau kecil dari r tabel, maka nomor item
tersebut tidak valid dan sebaliknya, dengan
kriteria:
r tabel = 0,361 pada α = 0,05
r hitung>r tabel = Valid
r hitung < r tabel = Tidak valid
Uji validitas telah dilakukan terhadap 30 orang
PNS dilakukan pada dinas lain yang bukan Diagram 2. Keadaan PNS Berdasarkan
lokasi penelitian ini. Data yang telah terkumpul Jenis Kelamin
ditabulasikan ke dalam program SPSS versi 16. Para PNS yang bertugas di dinas ini
Berdasarkan tabel diatas, terdapat tabel dominan berjenis kelamin lelaki sebesar 53 %.
yang memuat hasil uji validitas persepsi
masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik.
Hasil uji validitas seluruh item adalah valid
karena nilai corrected item-total correlation
lebih besar 0.361. Dan, hasil uji Reliabilitas
yang dilakukan dengan teknik Cronbach’s
Alpha. Dengan α = 0,05 maka instrumen di-
nyatakan realibel jika nilai Cronbach Alpha’s
≥0,6 (Nilai berdasarkan tabel r (pearson
product moment). Hasil uji reliabilitas
instrumen dinyatakan reliabel karena nilai Diagram 3. Keadaan PNS berdasarkan
Cronbach Alpha lebih/sama dari 0.6 untuk Golongan
variabel budaya kerja PNS terhadap kualitas
pelayanan publik. Para PNS yang bertugas di dinas ini
dominan mempunyai golongan III sebesar 43 %
Hasil dan Pembahasan dan yang mempunyai golongan II sebesar 37 %.
Profil Responden
Dalam penelitian ini responden ber-
jumlah 30 orang pada Dinas Catatan Sipil dan
Kependudukan Kota Payakumbuh, berdasarkan
data yang berasal besetting kepegawaiannya
dalam keadaan Desember 2013 disajikan pada
tabel berikut ini.

187
Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

Para PNS yang bertugas di dinas ini


berusia 41 tahun ke atas yaitu sebesar 13,33 +
3,33 +36,67 = 53,33 %.

Diagram 4. Keadaan PNS berdasarkan


Masa Kerja
Dari aspek masa kerja yang terbesar
Diagram 6. Keadaan PNS Berdasarkan
adalah 26 tahun keatas sebesar 33 % dan yang
Pendidikan
kedua terbesar adalah 0-5 tahun sebesar 30 %.
Berdasarkan data tabel di atas tingkat
pendidikan PNS yang terbesar adalah Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 37 %
dan yang terbesar kedua adalah sarjana (S1)
sebesar 27 %.

Diagram 5. Keadaan PNS berdasarkan Usia

Tabel 3. Indikator Tangibles


Frekuensi jawaban responden
Re TCR
No Aspek yang diteliti SS S RG TS STS
rata %
F % F % F % F % F %
1. Kelengkapan sarana dan prasarana fisik 9 36 14 56 2 8 0 0 0 0 4,28 85,6
2. Memiliki fasilitas pendukung yang memadai 6 24 15 60 4 16 0 0 0 0 4,08 81,6
3. Lokasi pelayanan yang mudah dijangkau 4 16 15 60 6 24 0 0 0 0 3,92 78,4
4. Ketidaktersediaan loket khusus 5 20 19 76 1 4 0 0 0 0 4,16 83,2
(kelengkapan) tidak menghalangi pelayanan
5. Pegawai berpenampilan menarik agar tidak 7 28 17 68 1 4 0 0 0 0 4,24 84,8
menimbulkan kesan negatif
Jumlah 4,14 82,72
Sumber : Diolah peneliti dari data primer, 2014

Tabel 4. Indikator Reability


Frekuensi jawaban responden
STS Re TCR
No Aspek yang diteliti SS S RG TS
Rata %
F % F % F % F % F %
6. Pegawai mau menerima resiko yang buruk 0 0 0 0 0 0 15 60 10 40 1,6 32
dari pelaksanaan pekerjaan
7. Pelayanan yang sesuai keinginan masyarakat 4 16 21 84 0 0 0 0 0 0 4,16 83,2
8. Pelayanan yang memuaskan 9 36 16 64 0 0 0 0 0 0 4,36 87,2
9. Konsisten dalammelayani 8 32 17 68 0 0 0 0 0 0 4,32 86,4
10. Pegawai memberikan pelayanan yang 16 64 9 36 0 0 0 0 0 0 4,64 92,8
ramah dan sopan
Jumlah 3,82 76,32
Sumber : Diolah peneliti dari data primer, 2014

188
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Temuan Data Hasil Pengolahan Angket Total Capaian Responden (TCR) sebesar 82,72
Selanjutnya peneliti menyajikan data berarti berdasarkan ukuran yang dibuat
yang berasal dari hasil pengolahan angket yang Sugiyono (2004) adalah tinggi dan baik.
telah diisi oleh para responden dalam penelitian Dari tabel 4 terlihat Indikator Reabiltiy
ini. Secara berturut-turut ditampilkan tabel 3 mempunyai rerata (mean) sebesar 3,82 dan
sesuai dengan indikator yang digunakan. Total Capaian Responden (TCR) sebesar 76,32
Dari tabel 3 terlihat Indikator Tangibles berarti berdasarkan ukuran yang dibuat
mempunyai rerata (mean) sebesar 4,14 dan Sugiyono (2004) adalah tinggi dan baik.
Tabel 5. Indikator Responsiveness
Frekuensi jawaban responden
Re TCR
No Aspek yang diteliti SS S RG TS STS
rata %
F % F % F % F % F %
11 Pegawai tidak mau menghabiskan tenaga
0 0 0 0 1 4 16 64 8 32 1,72 34,4
untuk pelayanan
12 Pemberian pelayanan yang tidak
8 32 15 60 2 8 0 0 0 0 4,08 81,6
membeda-bedakan masyarakat
13 Pegawai cepat menanggapi dan
menindaklanjuti kritik dan saran dari 6 24 19 76 0 0 0 0 0 0 4,24 84,8
masyarakat
14 Pegawai cepat menanggapi keluhan dari
9 36 15 60 1 4 0 0 0 0 4,32 86,4
masyarakat
Jumlah 3,59 71,8
Sumber : Diolah peneliti dari data primer, 2014

Tabel 6. Indikator Assurance


Frekuensi jawaban responden
Re TCR
No Aspek yang diteliti SS S RG TS STS
rata %
F % F % F % F % F %
15. Pegawai tidak pernah meminta biaya
administrasi pelayanan selain yang 8 32 17 68 0 0 0 0 0 0 4,32 86,4
ditetapkan peraturan
16. Pelayanan yang tepat waktu oleh pegawai 6 24 19 76 0 0 0 0 0 0 4,24 84,8
17. Pegawai memiliki keterampilan dalam
6 4 19 76 0 0 0 0 0 0 4,24 84,8
memberikan pelayanan
Jumlah 4,27 85,34
Sumber : Diolah peneliti dari data primer, 2014

Tabel 7. Indikator Empathy


Frekuensi jawaban responden
Re TCR
No Aspek yang diteliti SS S RG TS STS
rata %
F % F % F % F % F %
18. Pegawai tidak memperhatikan hambatan
0 0 2 8 1 4 15 60 7 28 1,92 38,4
pada saat pelayanan
19. Pegawai memahami prosedur yang harus
7 28 18 72 0 0 0 0 0 0 4,28 85,6
dilakukan dalam memberikan pelayanan
20. Penjelasan dari pegawai tentang prosedur
pelayanan kepada masyarakat secara 6 24 18 72 1 4 0 0 0 0 4,20 84
transparan
21 Pegawai memberikan kemudahan kepada
8 32 17 68 0 0 0 0 0 0 4,32 86,4
masyarakat
Jumlah 3,18 73,6
Sumber : Diolah peneliti dari data primer, 2014

189
Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

Dari tabel 5 terlihat Indikator Respon- dengan mudah oleh seluruh Pimpinan dan
siveness mempunyai rerata (mean) sebesar 3,59 Pegawai; (3) Pimpinan pada setiap jenjang
dan Total Capaian Responden (TCR) sebesar menjadi panutan/contoh penerapan nilai-nilai di
76,32 berarti berdasarkan ukuran yang dibuat lingkungan Kementerian/Lembaga dan Peme-
Sugiyono (2004) adalah sedang dan cukup baik. rintah Daerah; (4) Antara Pimpinan dan
Dari tabel 6 terlihat Indikator Assurance Pegawai, saling percaya, saling terbuka dan
mempunyai rerata (mean) sebesar 4,27 dan menerima perubahan kebijakan serta metoda
Total Capaian Responden (TCR) sebesar 85, 34 kerja yang baru yang lebih efektif; (5) Budaya
berarti berdasarkan ukuran yang dibuat kerja harus terkait langsung dengan kepenting-
Sugiyono (2004) adalah tinggi dan baik. an pelaksanaan tugas, pekerjaan dan masalah-
Dari tabel 7 terlihat Indikator Empathy masalah yang dihadapi bersama oleh instansi/
mempunyai rerata (mean) sebesar 3, 18 dan unit organisasinya; (6) Budaya kerja diterapkan
Total Capaian Responden (TCR) sebesar 73,6 secara konsisten, disiplin dan berkelanjutan.
berarti berdasarkan ukuran yang dibuat Sebagaimana juga hasil penelitian Heri
Sugiyono (2004) maka hasil di atas terlihat dan Nuraini (2010; dan Fendy (2014) menjelas-
sedang dan cukup baik. kan faktor kepemimpinan mempunyai pengaruh
yang signifikan untuk mewujudkan nilai-nilai
Hasil Pembahasan dari budaya kerja berkualitas dari suatu organi -
Dari lima indikator yang digunakan sasi. Sebab secara umum setiap seorang pega -
dalam penelitian ini terlihat bahwa terdapat dua wai membutuhkan keamanan dalam pekerjaan-
indikator yang bermakna sedang dan cukup nya. Seorang karyawan pasti ingin agar pekerja-
baik dan terdapat 3 yang bermakna tinggi dan annya dapat terlepas dari resiko, dan untuk
baik. Hasil ini menunjukkan secara umum dinas memastikan hal tersebut maka diperlukan para
kependudukan dan catatan sipil telah mem- pimpinan yang mempunyai suatu strategi yang
punyai budaya kerja yang tinggi dan baik jika dapat meminimalkan resiko sehingga pegawai
diambil reratanya. dapat berkomitmen secara penuh terhadap
Hal ini dapat pula menggambarkan ke- pekerjaannya.
mampuan pimpinan di dinas ini untuk mem- Namun begitu, dalam hal berkaitan
bangun dan mentransformasikan nilai-nilai dengan indikator Reability dan Responsiveness
budaya kerja yang positif. Seperti pendapat yang terlihat mempunyai kategori cukup baik
Schein (dalam Aldri, 2014) pergerakan ini dapat bermakna dalam hal keandalan yang
dinamika budaya kerja dapat menggambarkan meliputi kemampuan memberikan pelayanan
transfer pengetahuan di lima sepuluh yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan me-
mekanisme bahwa pendiri dan manajer gunakan muaskan, dan daya tanggap yang meliputi ke-
untuk menanamkan dan mengirimkan nilai-nilai inginan para petugas pelayanan untuk mem-
dan asumsi dalam bentuk cerita, legenda, mitos bentuk dan memberikan pelayanan yang cepat
dan perumpamaan tentang orang-orang kunci tanggap. Sebab sebagaimana pendapat Dedi,
dan peristiwa penting yang telah terjadi. Sebab dkk (2012) apabila terdapat sebagian dari
seperti hasil penelitian yang dilakukan Aldri pegawai mempunyai budaya kerja yang ber-
Frinaldi (2014) diri seseorang dipandang dari komitmen rendah maka berarti ada gangguan
perspektif nilai, pemahaman cara bekerja, terhadap prestasi kerja yang hendak dicapai.
norma, pola pikir, dan perilaku setiap seseorang Karena itu sosialisasi dan internalisasi budaya
atau sekelompok orang maupun pimpinannya kerja bagi para pegawai seharusnya menjadi
dalam menjalankan suatu pekerjaan. program utama. Selain itu pengembangan
Dalam Peraturan Menteri PAN dan RB sumber daya manusia bagi para pegawai yang
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman menyangkut kecerdasan emosional dan ke-
Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan cerdasan sosial harus pula dapat menjadi
menjelaskan bahwa Budaya kerja baru dapat prioritas disamping kemampuan tentang ke-
terbentuk, bila hal-hal berikut dipenuhi: (1) terampilan teknis.
Komitmen dari Pimpinan tertinggi Kementeri- Peningkatan kedua indikator di atas me-
an/Lembaga dan Pemerintah Daerah; (2) Nilai- merlukan adanya dukungan fungsi-fungsi
nilai pembentuk sikap perilaku positif dan manajemen sumberdaya manusia lainnya tidak
produktif yang telah dirumuskan dan akan di- boleh diabaikan. Hal ini dimaksudkan agar
terapkan, dapat dimengerti dan dipahami tidak terjadi kekeroposan dalam suatu
190
Vol. XIII No.2 Th. 2014

organisasi karena rendah budaya kerja yang lingkungan pemerintah kota Payakumbuh ter-
berkualitas. Sehingga dapat dilakukan upaya sebut. Pembinaan budaya kerja positif dalam
dalam hal penampilan fisik yang meliputi pelayanan publik seyogianya juga dilakukan
perlengkapan, pegawai, dan cara dalam ber- dengan berbasiskan kearifan lokal di daerah
komunikasi, dan jaminan yang meliputi penge- tersebut.
tahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya, serta empati yang meliputi kemudah- Simpulan
an dalam melakukan hubungan yang ramah, Secara umum budaya kerja PNS di Dinas
perhatian pribadi, dan memahami keperluan Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota
pelanggan dimiliki para staf bebas dari bahaya, Payakumbuh sudah tinggi, meskipun terdapat 2
resiko, atau keragu-raguan dari data diatas indikator yang masih sedang. Upaya peningkat-
terlihat baik. Sebagaimana hasil penelitian Siew an budaya kerja ada 2 indikator ini dapat di-
and Kelvin (2004) budaya kerja berkualitas lakukan dengan program-program pelatihan
membantu suatu organisasi untuk membangun yang berbasiskan kearifan lokal. Selain itu,
suatu konseptualisasi yang disusun menjadi diperlukan adanya keterlibatan pihak yang ahli
sistem kognisi sebagai simbol, norma-norma di bidang pembinaan budaya kerja oleh peme-
dan makna bersama. Sehingga budaya kerja rintah kota Payakumbuh dalam membangun
tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap dan membina budaya kerja positif berbasiskan
kinerja organisasi. Dianne (2002) budaya kerja kearifan lokal tersebut.
memiliki efek pada suatu organisasi dan mem-
pengaruhi bagaimana organisasi itu organisasi Daftar Rujukan
bereaksi terhadap berbagai bentuk situasi. Aldri Frinaldi dan Dede Pradana Putra. 2014.
Budaya kerja selalu menjadi gudang untuk Hubungan Kualitas Pelayanan Publik Di
sejarah masa lalu dan pelajaran, seorang Bidang Kesehatan Dengan Kepuasan
penerjemah untuk acara dan tindakan, dan Masyarakat (Studi Kasus Rumah Sakit
desainer strategi. Dengan demikian, budaya Swasta X di kota Padang, Sumatera
kerja akan menentukan apakah sebuah organi- Barat). Prosiding Seminar Nasional “
sasi belajar membentuk kesalahan atau meng- Tantangan Pemerintahan Baru“.
abaikan mereka, melihat peristiwa sebagai Universitas Negeri Padang.
peluang atau ancaman, dan proaktif atau reaktif Aldri Frinaldi dan Muhammad Ali Embi.
dalam strateginya. 2011b. Pengaruh Budaya Kerja Etnik
Diantara bentuk strategi yang dapat di- erhadap Budaya Kerja Keberanian dan
lakukan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh Kearifan PNS dalam Pelayanan Publik
secara umum untuk meningkatkan budaya kerja yang Prima (Studi Pada Pemerintah
para aparaturnya, yakni memberi kesadaran ke- Kabupaten Pasaman Barat). Prosiding
pada para aparatur untuk membangun suasana Simposium Nasional Otonomi Daerah
lingkungan kerja yang dapat meningkatkan 2011. LAB-ANE Fisip Untirta; 62-68.
mutu lingkungan kerja di berbagai Satuan Kerja http://ejurnal.fisip-
Perangkat Daerah (SKPD) termasuk di dinas untirta.ac.id/index.php/eJLAN/article/vie
yang menjadi lokasi penelitian ini. Strategi w/10/11
untuk meningkatkan mutu tersebut melalui ke-
Aldri Frinaldi, Muhammad Ali Embi, dan
giatan dan kebijakan yang diterapkan pada
Norapiah A. Rahman. 2011a. Hubungan
aparatur sipil negara (ASN), yang meliputi
Budaya Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada
insentif dalam bentuk tambahan penghasilan
Fakultas Teknik Universitas Negeri
yang mampu memberi kehidupan layak bagi
Padang Terhadap Kualitas Pelayanan
para aparatur tersebut bersama keluarganya.
Bagi Mahasiswa. Proseding
Selain itu perlu pula dilakukan program ber-
International Seminar of Vocational
kaitan dengan strategi membangun budaya and Techical Education. Fakultas
kerja yang positif dalam kehidupan kerja me- Teknik UNP Colaboration with
lalui kursus yang sistematis dan berkelanjutan. University Kebangsaan Malaysia and
Dalam program ini sebaiknya melibatkan
University Pendidikan Sultan Idris
tenaga ahli yang berkompeten untuk mem- Malaysia ; 291-317
bangun keselarasan budaya kerja yang positif
dengan lingkungan kerja yang terdapat di Aldri Frinaldi. 2014a. Konflik Dan Pengaruh
191
Pengaruh Budaya Kerja PNS ...

Budaya Kerja Etnik Dalam Kalangan Dianne Lewis. 2002. Five Year on - The
Kakitangan Awam Di Pihak Berkuasa Organizational Culture Saga Revisted.
Tempatan Pasaman Barat, Wilayah Leadership & Organization Develop-
Sumatera Barat, Indonesia. Disertasi ment Journal. 23/5(2002); 280-287.
Doktor Falsafah. Universiti Utara http://www.emeraldinsigt.com/1043-
Malaysia. 7739.htm
Aldri Frinaldi. 2014b. Hubungan Kualitas Faris Ihsan. 2014. Reformasi Budaya Kerja
Pelayanan Publik Berintegritas dengan Pada Birokrasi Pemerintah. Artikel
Kepuasan Masyarakat : Studi Pelayanan pada Website BKD dan Diklat Provinsi
Kesehatan Berintegritas di Rumah Sakit NTB.Http://Bkddiklat.Ntbprov.Go.Id/Wp
Umum Daerah di Kota P, Sumatera -Content/Uploads/2014/09/Reformasi-
Barat. Proceeding Seminar Nasional “ Budaya-Kerja-Pada-Birokrasi-
Mewujudkan Administrator Publik Pemerintah.Pdf
yang Berintegritas di Era Pemerintah- Fendy Budianto. 2014. Pengaruh Keselamatan
an Baru”. Jurusan Ilmu Administrasi dan Kesehatan Kerja Terhadap
Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Komitmen Organisasional Karyawan
Negeri Yogjakarta. 28-29 November Pada Bagian Produksi PT.Sumber
2014. Hal 57-72. Kencana di Bojonegoro. Jurnal
Caiden, Gerald E., & Sundaram,P., 2004. The AGORA. 2/1(2014).
Specificity of Public Service Reform. Heri Susanto dan Nuraini Aisiyah. 2010.
Journal, Public Administration and Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan
Development, Vol.24, No.5: 373-383 Budaya Kerja dengan Motivasi Se-bagai
Dandy Fadhillah Asrah. 2014. Persepsi Variabel Intervening Terhadap Kinerja
Masyarakat Terhadap Kualitas Karyawan di Kantor Pertanahan
Pelayanan Publik di Dinas Kepen- Kabupaten Kebumen. Jurnal Magistra.
dudukan dan Catatan Sipil Kota 74 /XXII (2010); hal 15-38.
Payakumbuh. (Studi Kasus Pelayanan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 10
Pengurusan Akta Kelahiran. Skripsi. Tahun 2011 tentang Pedoman
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Pelaksanaan Program Manajemen
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Perubahan
Padang. Shinta Bonita Moningka. 2014. Efektivitas
Darmanto & Syarif Fadillah. 2010. Kinerja Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam
Aparatur Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik Di Kantor Kelurahan
Rangka Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah
Administrasi Negara. 10(2), Juli 2010: Kota Tomohon. Jurnal POLITICO.
192 – 203. 1(4)/2014.http://ejournal.unsrat.ac.id/inde
Dedi Kurniawan, A. Rahman Lubis, dan x.php/politico/article/view/5175
Muhammad Adam. 2012. Pengaruh Siew Kim Jean Lee and Kelvin Yu. 2004.
Budaya Kerja Dan Motivasi Kerja Corporate culture and organizational
Terhadap Kinerja Karyawan performance. Journal of Managerial
International Federation Red Cross Psychology. 19/4 (2004); pp, 340-359.
(IFRC) Banda Aceh. Jurnal Ilmu www.emeraldinsight.com/0268-3946.htm
Manajemen. Pascasarjana Universitas Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Syiah Kuala. 1(1/1) 2012; hal 1- 16. Pelayanan Publik .
Dedi Kurniawan, A. Rahman Lubis, Zulkfili T, Paranoan, dan Achmad Djumali.
Muhammad Adam. 2012. Pengaruh 2014. Hubungan Budaya Kerja Dengan
Budaya Kerja Dan Motivasi Kerja
Kinerja Komitmen Pegawai Negeri Sipil Di
Terhadap Karyawan lingkungan Rumah Sakit Daerah Atma
International Federation Red Cross (Ifrc) Husada Mahakam. eJournal
Banda Aceh. Jurnal Ilmu Manajemen. Administratiive Reform. 2(2)/2014:
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.1/1 1316-1327.
(2012); 1- 16.
192

You might also like