Professional Documents
Culture Documents
20-26
Penelitian
Tanggal masuk 28 Agustus 2015, Revisi pertama 08 Oktober 2015, Revisi terakhir 20 November 2015, Diterima 11
Desember 2015, Terbit daring 2 Januari 2016
Abstract. Worm infection in Indonesia is the largest public health problem, after malnutrition. Approximately 12% of total
morbidity in children aged 5-14 years infected with worms, this age are the age of schools and the group which are vulnerable to
disease transmission. The study aims to determine differences in the incidence of worm infection at elementary school student in
the village with PAMSIMAS and without PAMSIMAS program, in the working area of "UPT Puskesmas Karang Intan Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar". The observed population was elementary school students, grades 3 and 4. The sample was all
total populasi. Data was analyzed with the Chi-square test. The results showed that in village with PAMSIMAS (10,8%) and
without PAMSIMAS program (36,6%) Chi-Square statistic had significant result (Pvalue<0,05, =0,01).In conclusion, there are
differences in the incidence of worm infection at elementary school student in the village with PAMSIMAS and without PAMSIMAS
program, in the working area of "UPT Puskesmas Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar".
Keywords: Worm infection, elementary school student, PAMSIMAS
Abstrak. Di Indonesia penyakit kecacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat terbanyak, setelah malnutrisi.
Diperkirakan sebesar 12 % dari kesakitan total pada siswa umur 5 – 14 tahun terinfeksi cacing, umur ini merupakan
umur sekolah dan kelompok yang rentan terhadap penularan penyakit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan
infeksi kecacingan pada siswa sekolah dasar (SD) di desa program dan non program PAMSIMAS di wilayah kerja UPT
Puskesmas Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Populasi yang diamati adalah siswa SD Kelas 3 dan
4. Sampel penelitian adalah total populasi siswa. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa infeksi kecacingan siswa di SD desa program PAMSIMAS 4 sampel positif (10,8%). Non program
PAMSIMAS 11 sampel positif (36,6%).Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh hasil significant (Pvalue<0,05, =0,01).
Kesimpulan terdapat perbedaan infeksi kecacingan pada siswa SD di desa program dan non program PAMSIMAS di
wilayah kerja UPT Puskesmas Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Kata kunci: infeksi kecacingan, siswa SD, PAMSIMAS
20
Darmiah, dkk. Kecacingan pada desa program dan non program Pamsimas...
21
JHECDs Vol. I, No. 1, Desember 2015
22
Darmiah, dkk. Kecacingan pada desa program dan non program Pamsimas...
terinfeksi kecacingan dibandingkan siswa yang tidak jauh berbeda. Hasil analisis uji statistik
memiliki personal hygiene yang baik.9 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna penggunaan alas kaki siswa SD kelas 3
Frekuensi mandi siswa dan 4 di desa program PAMSIMAS dan non
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi program PAMSIMAS, Pvalue>0,05 ( =0,50).
mandi siswa SD kelas 3 dan 4 di desa program Menurut penelitian Fitri dkk, penggunaan alas kaki
PAMSIMAS yang melakukan mandi 2 kali dalam sangat penting dalam mencegah penularan
sehari sebanyak 70,3%, 1 kali mandi dalam sehari kecacingan karena dengan alas kaki tidak terjadi
sebanyak 29,7%, sedangkan frekuensi mandi siswa kontak langsung dengan tanah yang merupakan
SD kelas 3 dan 4 di desa non program sumber penularan dari kecacingan.11
PAMSIMAS yang melakukan mandi 2 kali dalam
sehari 63,3%, siswa yang melakukan mandi 1 kali Cuci tangan sebelum makan dan minum
dalam sehari sebanyak 36,7%. Kebiasaan mandi 2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
kali atau 1 kali dalam sehari bagi siswa SD kelas 3 94,5% siswa di desa program PAMSIMAS dengan
dan 4 di desa desa program PAMSIMAS dan siswa kebiasaan selalu cuci tangan sebelum makan dan
SD kelas 3 dan 4 di desa non program minum, sebanyak 5,5% dengan kebiasaan kadang-
PAMSIMAS terhadap infeksi kecacingan tidak ada kadang mencuci tangan sebelum makan dan
beda. Hasil analisis data statistik menunjukkan minum. Siswa di desa non program PAMSIMAS
tidak ada perbedaan yang bermakna antara seluruhnya 100% melakukan kebiasaan cuci
kebiasaan mandi 2 kali dalam sehari dan mandi 1 tangan sebelum makan dan minum. Cuci tangan
kali dalam sehari pada siswa SD kelas 3 dan 4 di sebelum makan/minum sangat penting dalam
desa program PAMSIMAS dan non program personal hygiene karena dengan cara ini dapat
PAMSIMAS dengan nilai Pvalue>0,05 (= 0,73). memutus mata rantai penularan penyakit yang
masuk dari tangan ke mulut.13 Hal ini sejalan
Kebiasaan mandi dengan menggunakan dengan penelitian Nita Rahayu dan Muttaqien
sabun Ramdani, bahwa transmisi Ascaris lumbricoides dan
Dalam penelitian ini semua siswa di desa program Trichuris trichiura dapat terjadi secara langsung
PAMSIMAS dan non program PAMSIMAS 100% karena tertelan larva infektif yang melekat di jari
menggunakan sabun untuk mandi. Kebiasan ini tangan pada waktu anak menghisap jari atau tidak
sangat mendukung untuk mencegah terjadinya mencuci tangan sebelum makan.14 Hasil analisis uji
penularan penyakit dan kecacingan ke tubuh statistik menunjukkan bahwa kebiasaan cuci
manusia. Karena mandi menggunakan sabun dapat tangan sebelum makan dan minum pada siswa SD
menghilangkan kuman-kuman atau bakteri yang kelas 3 dan 4 di desa program PAMSIMAS dengan
menempel pada kulit. Hasil analisis data siswa SD di desa non program PAMSIMAS
menunjukkan bahwa kebiasaan mandi menunjukkan ada perbedaan yang
menggunakan sabun kelompok siswa SD kelas 3 bermakna(Pvalue<0,05, =0,029).
dan 4 di desa program PAMSIMAS dengan
kelompok siswa SD di desa non program Cuci tangan pakai sabun
PAMSIMAS menunjukkan ada perbedaan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD di
bermakna(Pvalue<0,05 = 0,01). Kebiasaan mandi desa program PAMSIMAS sebanyak 45,9% selalu
dengan menggunakan sabun dapat mendukung cuci tangan pakai sabun dan 54,1,% kadang-kadang
keadaan hygiene perorangan yang baik bagi siswa. cuci tangan pakai sabun. Pada siswa SD kelas 3
Kebersihan perorangan yang baik dapat dan 4 di desa non program PAMSIMAS sebanyak
memutuskan mata rantai penularan infeksi 43,2% yang cuci tangan selalu pakai sabun, dan
kecacingan. Faktor hygiene perorangan siswa sebanyak 56,6% kadang-kadang cuci tangan pakai
mempunyai peran yang sangat penting dalam sabun. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
penularan askariasis.10 siswa SD kelas 3 dan 4 di desa program
PAMSIMAS kurang beresiko terhadap penularan
Menggunakan alas kaki kuman dan parasit dibandingkan dengan siswa SD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak kelas 3 dan 4 di desa non program PAMSIMAS.
72,9 % siswa SD kelas 3 dan 4 di desa program Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa siswa
PAMSIMAS menggunakan alas kaki, dan kadang- yang cuci tangan selalu pakai sabun pada
kadang menggunakan alas kaki sebanyak 27,1% kelompok siswa SD program PAMSIMAS dengan
sedangkan siswa SD kelas 3 dan 4 di desa non kelompok siswa SD non program PAMSIMAS
program PAMSIMAS yang menggunakan alas kaki menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
sebanyak 70% dan kadang-kadang mengunakan (Pvalue<0,05, =0,01). Hal yang sama juga terdapat
alas kaki sebanyak 30%. Jumlah yang menggunakan pada penelitian Umar dalam Rawina, ada
alas kaki pada siswa SD kelas 3 dan 4 di desa hubungan bermakna antara perilaku cuci tangan
program PAMSIMAS non program PAMSIMAS
23
JHECDs Vol. I, No. 1, Desember 2015
memakai sabun sebelum makan dengan kejadian infektif ditanah yang tercemar akan menempel
kecacingan.16 Kebiasaan cuci tangan pakai sabun ditangan yang kotor dan bersembunyi di kuku
dapat memberikan pengaruh terhadap kejadian yang panjang sehingga masuk ketubuh manusia.
kecacingan pada siswa. Telur cacing ascaris Kuku yang terawat dan bersih juga merupakan
lumbricoides dapat menempel dikulit pada saat cerminan kepribadian seseorang. Kuku yang
siswa bermain di tanah, mencuci tangan dengan panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat
menggunakan sabun dapat melarutkan kotoran melekat berbagai kotoran yang mengandung
yang menempel ditangan sehingga terbebas dari berbagai bahan dan mikroorganisme diantaranya
telur infektif dari tanah yang tercemar.15 bakteri dan telur cacing.9
Penggunaan sabun dalam mencuci tangan
berfungsi sebagai anti septik yang dapat 2. Infeksi kecacingan dan karakteristik
membunuh kuman dan penyebab penyakit. siswa SD infeksi kecacingan
Menurut WHO, cuci tangan adalah tindakan Hasil pemeriksaan dari 37 sampel siswa SD di
paling utama dan menjadi salah satu cara desa program PAMSIMAS sebanyak 89,2%
mencegah terjadinya penularan penyakit.17 Sejalan dinyatakan negatif, dan sebanyak 10,8%
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rawina dinyatakan positif. Dari 10,8% yang dinyatakan
menyatakan bahwa pemberian informasi cuci positif ini ditemukan prevalensi Ascaris
tangan disertai dengan peragaan tangan yang lumbricoides sebanyak 8,1% dan positif campuran
benar memberikan efek pada penurunan angka Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura sebanyak
infeksi kecacingan.16 2,7%. Sedangkan siswa SD di desa non program
PAMSIMAS dari 30 sampel yang diperiksa
Cuci tangan dengan air mengalir. terdapat 63,3% dinyatakan negatif dan 39,9%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD dinyatakan positif. Dari 39,9% positif ini
kelas 3 dan 4 di desa program PAMSIMAS yang ditemukan prevalensi Ascaris lumbricoides
cuci tangan selalu dengan air mengalir sebanyak sebanyak 36,6% dan campuran Ascaris
5,4%, kadang-kadang dengan air mengalir lumbricoides + Trichuris trichiura sebanyak 3,3%.
sebanyak 94,6%. Siswa SD kelas 3 dan 4 di desa Hasil uji statistik Chi – Square signifikan
non program PAMSIMAS 100% cuci tangan (Pvalue<0,05, =0,01). Hal ini menunjukkan bahwa
kadang-kadang dengan air mengalir. Tujuan ada perbedaan yang bermakna antara infeksi
dilakukan cuci tangan dengan air mengalir ini, kecacingan siswa SD di desa program PAMSIMAS
dimaksudkan agar sewaktu cuci tangan dan non program PAMSIMAS di wilayah kerja
kuman/parasit akan larut dibawa air sewaktu cuci UPT Puskesmas Karang Intan Kabupaten Banjar.
tangan, kebiasaan siswa SD program PAMSIMAS
dan non program PAMSIMAS mencuci tangan Umur dan infeksi kecacingan
dengan air mengalir ini perlu ditingkatkan, agar Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD
personal hygiene siswa tetap terjaga dalam kelas 3 dan 4 program PAMSIMAS umur 8,9 – 8,9
kondisi baik. Walaupun dalam penelitian ini tahun sebanyak 50%. Umur 9,0 –9,9 tahun 25%
kebiasaan siswa mencuci tangan selalu dengan air dan ≥10 tahun 25%. Siswa non program
mengalir dan kadang-kadang dengan air mengalir PAMSIMAS umur 8,9 – 8,9 tahun sebanyak 55%
tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dan umur 9,0 – 9,9 tahun 45%. Dari data tersebut
(Pvalue>0,05, =0,32). terlihat bahwa kelompok umur siswa 8,9 – 9,9
tahun yang paling banyak terjadi infeksi
Kebersihan tangan dan kuku kecacingan. Secara epidemiologi puncak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD terjadinya infeksi kecacingan pada umur 5 – 10
kelas 3 dan 4 di desa program PAMSIMAS tahun.17
sebanyak 70,2% kebersihan tangan dan kuku Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan
siswa bersih, dan sebanyak 29,8% kotor. Sadjimin, bahwa infeksi cacing perut mencapai
Sedangkan non program PAMSIMAS sebanyak puncak intensitasnya pada umur 5-10 tahun.8 Di
60% bersih dan 40% kotor. Data Tabel 1 negara berkembang diperkirakan siswa umur 5 –
menunjukkan bahwa kebersihan tangan dan kuku 14 tahun, penyakit cacing merupakan 12 % dari
siswa SD di desa program PAMSIMAS lebih baik beban kesehatan total karena itu kecacingan
dari non program PAMSIMAS. Walaupun hasil uji merupakan penyumbang tunggal terbesar beban
statistik kebersihan tangan dan kuku kesakitan pada kelompok umur tersebut.18 Hasil
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna analisis uji statistik menunjukkan bahwa ada
antara kebersihan tangan dan kuku siswa dengan perbedaan yang bermakna antara umur dengan
yang kotor (Pvalue>0,05, =0,49), tetapi kebersihan infeksi kecacingan pada siswa SD kelas 3 dan 4
tangan dan kuku dapat menunjang dalam di desa program PAMSIMAS dan non program
penularan kecacingan, karena telur/larva yang PAMSIMAS (Pvalue<0,05, =0,032). Menurut
24
Darmiah, dkk. Kecacingan pada desa program dan non program Pamsimas...
25
JHECDs Vol. I, No. 1, Desember 2015
26