Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Status Kepemilikan Lahan Sawah Terhadap Intensitas Penanaman Di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo
Pengaruh Status Kepemilikan Lahan Sawah Terhadap Intensitas Penanaman Di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo
Sudrajat
sdrajat@ugm.ac.id
Abstract
The ricefield ownership status is an unique phenomenon in a rural society, influenced
bycustom factor. This research aimed to know kinds of the ricefield ownership status, kinds of
cropping pattern, the level of cropping intensity, and the effect of ricefield ownership status towards
the cropping intensity. The land ownership status divided into 3, they are own land, sakap land, dan
rent land. The plant intensity obtained based on the plant frequency in a year based on the calendar for
cropping.The research was conducted in Banjararum village, Kalibawang subdistrict, Kulon Progo
regency as a agriculture base village, the sample choosed by purposive sampling technique, with
household farmers analysis unit. The data were collected from collecting primer data through
interview questionnaire, and field observation. The data analysis used frequency descriptive methode,
cross tabulation, and chi-square test.Based on the study, there are several results: ricefield ownership
status in Banjararum village dominated by combination of own land and rent land (33,3%). Cropping
pattern dominated by rice-rice-palawija (43,3%) and cropping intensity 3 times by year. Based on
crosstab analysis result, there is effect between ricefield ownership status towards cropping intensity,
but chi-square test showed that none of them related significantly.
Abstrak
Status kepemilikan lahan sawah merupakan fenomena yang unik danbervariasidalam suatu
masyarakat di pedesaan. Keunikan status kepemilikan lahan salah satunya dipengaruhi faktor adat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status lahan kepemilikan lahan sawah di Desa Banjararum,
jenis pola urutan tanam danintensitas penanaman lahan di Desa Banjararum serta mengetahui ada
tidaknya pengaruh antara status kepemilikan lahan terhadap intensitas penanaman. Status kepemilikan
lahan yang akan diteliti dibatasi pada 3 jenis status kepemilikan lahan yang secara umum ada di Desa
Banjararum, yaitu lahan milik sendiri, lahan sakap dan lahan sewa. Intensitas penanaman diperoleh
berdasarkan frekuensi penanaman dalam satu tahun berdasarkan kalender tanam.
Penelitian dilakukan di Desa Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo yang merupakan Desa
Berbasis Pertanian, pemilihan sampel ditentukan dengan metode Purposive Sampling dengan unit
analisis rumah tangga tani. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengumpulan data primer
melalui wawancara dengan kuesioner dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan metode
deskriptif frekuensi,tabulasi silang/crosstab dan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan Desa Banjararum didominasi
oleh status kepemilikan lahan sawah kombinasi, yang terdiri dari lahan milik sendiri dengan lahan
sewa (33,3%). Pola tanam didominasi oleh Padi-padi-palawija (43,3%) dan intensitas penanaman 3
kali dalam 1 tahun (60%). Berdasarkan hasil analisis crosstab, terdapat pengaruh antara status
kepemilikan dengan intensitas penanaman, namun hasil uji chi-square menunjukkan keduanya tidak
berhubungan secara signifikan.
PENDAHULUAN
Ilmu geografi mengkaji tentang pertanian, antara lain mempengaruhi pola
interaksi antara manusia dengan penanaman, teknik penanaman, intensitas
lingkungannya. Ciri khas ilmu geografi penanaman, pendapatan petani dll.
dalam penelitian ini adalah menggunakan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
pendekatan keruangan (spatial dirumuskan permasalahan penelitian,
approach),suatu pendekatan yang fokus sebagai berikut:
pada pola sebaran suatu lokasi atau tempat 1.Bagaimana status kepemilikan lahan
suatu obyek berada. Interaksi manusia sawah yang dikuasai rumah tangga
dengan lingkungan dapat menimbulkan tani di Desa Banjararum ?
terjadinya berbagai macam fenomena unik, 2.Bagaimana intensitas dan pola tanam
salah satunya adalah terjadinya penguasaan pada lahan sawah yang dikuasai
lahan. Lahan merupakan bagian dari rumah tangga tani di Desa
lingkungan sebagai tempat manusia Banjararum?
melakukan kegiatan untuk mencukupi 3. Adakah pengaruh status kepemilikan
kebutuhan hidupnya. lahan sawah terhadap intensitas
Sering perkembangan zaman, penanamandi Desa Banjararum?
ketersediaan akan lahan kosong yang Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
semakin terbatas dan tingginya peningkatan fenomena status kepemilikan lahan
kebutuhan manusia akan lahan, pertanian yang terjadi di pedesaan,
menyebabkan pentingnya kejelasan dalam fenomena yang akan diteliti antara lain :
status kepemilikan lahan. Adanya status 1. Mengetahui status kepemilikan lahan
kepemilikan lahan yang jelas dapat sawah yang dikuasai rumah tangga
meminimalkan sengketa dan tani di Desa Banjararum.
konflikperebutan hak kepemilikan atas 2. Mengetahui intensitas penanaman dan
lahan. Permasalahan terkait sengketa pola tanam di Desa Banjararum.
kepemilikan lahan biasa terjadi di daerah 3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh
perkotaan akibat adanya arus urbanisasi. status kepemilikan lahan sawah
Permasalahan sengketa lahan tidak hanya terhadap intensitas penanaman di
terjadi di perkotaan, masalah kepemilikan Desa Banjararum..
lahan juga terjadi di daerah pedesaan, hanya Penelitian ini dilakukan untuk
saja jenis permasalahan terkait penguasaan menguji hipotesis yang menyatakan bahwa
lahan di pedesaan tidak hanya terbatas pada status kepemilikan lahan sawah
konflik perebutan hak milik saja. Daerah mempengaruhi intensitas penanaman lahan
pedesaan yang terdiri dari wilayah pertanian di Desa Banjararum.
yang luas menimbulkan fenomena status
kepemilikan lahan pertanian yang unik dan
berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. METODE PENELITIAN
Daerah yang dipilih dalam Jenis dan Sumber Data
penelitian ini adalah Desa Banjararum, Jenis data yang digunakan dalam
Kecamatan Kalibawang, Kab. Kulon Progo, penelitian ini adalah data primer. Sumber
pemilihan daerah penelitian didasarkan pada data primer diambil secara langsung dengan
status Desa Banjararum sebagai Daerah menggunakan kuesioner, wawancara dan
Agropolitan, yaitu daerah pembangunan observasi secara langsung di lapangan.
berbasis pertanian, selain itu luas Untuk mendukung analisis hasil pengujian,
wilayahnya didominasi oleh pertanian lahan menggunakan data sekunder yang diperoleh
sawah yang produktif dan pertanian dari BPS Kabupaten Kulon Progo, Balai
merupakan mata pencaharian utama Penyuluhan Pertanian Kab. Kulon Progo,
masyarakatnya. Fokus penelitian ditekankan Dinas Pertanian Kab. Kulon Progo dan
pada status kepemilikan lahan sawah karena Kantor Desa Banjararum. Jenis data dan
wilayah penelitian merupakan kawasan sumber data secara rinci dapat dilihat pada
agropolitan yang didominasi oleh lahan Tabel 3.1(hal. 4).
sawah.
Status kepemilikan lahan sawah
dianggap dapat mempengaruhi aktivitas
3
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data silang. Metode crosstab efektif bila
Sumber diterapkan untuk data yang tidak terlalu
No. Tujuan Penelitian Data
Data
1 Mengetahui status 1.Jenis
bervariasi (Suparyoko, 2014).
kepemilikan lahan Kepemilikan Kuesioner Hasil crosstab diuji dengan
sawah yang ada di Lahan Sawah menggunakan chi-square, untuk mengetahui
Desa Banjararum, 2.LuasLahan
Kalibawang, Sawah yang hubungan antara variabel bebas dengan
Kulon Progo dikuasai Rumah Kuesioner variabel terikat (Sutanto dan Abdullah,
Tangga Tani 2015). Syarat pengambilan keputusan pada
2 Mengetahui 1. Frekuensi hasil perhitungan Chi-Square, antara lain :
intensitas dan pola Penanaman 1. Jika nilai Asymp. Sig. < 0.05, maka
tanam pada lahan dalam Satu
sawah di Desa Tahun Kalender
Kuesioner terdapat hubungan yang signifikan
Banjararum, Tanam antara variabel bebas dengan
Kulon Progo variabel terikat.
2. Jenis
Pemilihan Kuesioner
Jika nilai Asymp.Sig. > 0.05, maka
komoditas MT tidak terdapat hubungan yang
1, MT 2 dan signifikan antara variabel bebas
MT 3
dengan variabel terikat.
3. Mengetahui dan 1. Status 2. Jika x² hitung > x² tabel, maka
menganalisis Kepemilikan terdapat hubungan antara variabel
pengaruh status Lahan Sawah
kepemilikan lahan Rumah Tangga
Kuesioner bebas dengan variabel terikat.
sawah dengan Tani Desa Jika x² hitung < x² tabel, maka tidak
intensitas Banjararum
penanaman di 2. Frekuensi
terdapat hubungan antara variabel
Desa Banjararum. Penanaman bebas dengan variabel terikat.
dalam Satu Kuesioner Cara menentukan nilai x² tabel
Tahun Kalender
Tanam
adalah menggunakan membandingkan nilai
df (degree of freedom ) dengan p-value 5%
Metode Analisis Data (0,05). Nilai df merupakan jumlah baris-1
Analisis Frekuensi dikali jumlah kolom -1. Nilai x² pada hasil
Teknik analisis data frekuensi perhitungan SPSS ditunjukkan pada kolom
dilakukan untuk mengelompokkan data ke nilai pada baris Pearson Chi-Square.
dalam beberapa kategori yang menunjukkan Syarat pengambilan keputusan untuk
banyaknya data dalam setiap kategori. uji koefisien kontingensi adalah :
(Suharyadi,2003).Data yang disajikan 1. Apabila nilai koefisien
dengan metode deskriptif frekuensi, antara kontingensi = 1, atau mendekati
lain : angka 1, maka hubungan antar
1. Frekuensi rumah tangga tani variabel erat.
berdasarkan luas lahan masing-masing 2. Apabila nilai koefisien
jenis status kepemilikan lahan sawah kontingensi = 0, atau mendekati
2. Frekuensi rumah tangga tani 0, maka hubungan antar variabel
berdasarkan pemilihan jenis komoditas disebut tidak ada hubungan
tiap musim tanam. (Suparyoko, 2014).
3. Frekuensi rumah tangga tani
berdasarkan pemilihan pola tanam HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam satu tahun kalender tanam. Status Kepemilikan Lahan Pertanian
4. Frekuensi rumah tangga tani Sawah.
berdasarkan pemilihan frekuensi tanam Status kepemilikan lahan dalam
dalam kurun waktu satu tahun kalender penelitian ini dibatasi pada status
tanam. kepemilikan lahan milik sendiri, lahan
Analisis Crosstab sawah menyewa dan lahan sawah
Teknik analisis data dengan menyakap.
crosstab dilakukan untuk mengetahui Hasil penelitian berupa kondisi
hubungan kausal antar dua variabel atau secara rinci mengenai penguasaan lahan
lebih dengan metode membandingkan satu sawah oleh rumah tangga tani di Desa
variabel dengan variabel lain dengan tabel Banjararum dideskripsikan berdasarkan hasil
4
wawancara hasil pengolahan data dengan Palawija juga menjadi komoditas alternatif
kuesionr dan hasil observasi di lapangan. pada musim tanam 2 apabila pasokan air
Hasil yang diperoleh dalam penelitian untuk tanaman padi berkurang. Selain
menunjukkan bahwa status kepemilikan palawija, tanaman hortikultura juga menjadi
lahan yang ada di Desa Banjararum pilihan komoditas alternatif rumah tangga
membentuk suatu kombinasi yang unik, tani Desa Banjararum. Apabila pasokan air
dimana dalam satu rumah tangga tani pada musim tanam 2 dan 3 terbatas,
terdapat 2 hingga 3 macam status beberapa rumah tangga tani yang tidak mau
kepemilikan lahan sawah, namun ada juga merugi memilih bera atau tidak menanami
yang hanya memiliki lahan tanpa kombinasi lahannya.
menyewa ataupun menyakap. Frekuensi dan intensitas penanaman
Kombinasi status kepemilikan lahan yang ada di Desa Banjararum terdiri dari 2
sawah di Desa Banjararum dapat dilihat jenis frekuensi atau intensitas penanaman,
yaitu dalam satu tahun lahan sawah ditanam
Frekuensi
No. ∑ (%) 2 kali atau 3 kali. Berikut Tabel 4.3 yang
Tanam menunjukkan frekuensi atau intensitas
1. 2 kali tanam 24 40 penanaman lahan sawah di Desa Banjararum
2. 3 kali tanam 36 60 :
Tabel 4.3 Frekuensi Penanaman Lahan
Total 60 100
Sawah di Desa Banjararum
berdasarkan Tabel 4.1 (terlampir)), sebanyak Sumber : Data Primer, 2015
30% rumah tangga tani hanya memiliki Intensitas penanaman dengan
lahan sawah dengan status milik sendiri frekuensi sebanyak 2 kali dalam setahun ,
tanpa menyewa atau menyakap, Sebanyak memilih bera pada musim tanam 2 atau
33,3% rumah tangga tani memiliki lahan musim tanam 3, sedangkan intensitas
sawah dengan kombinasi status kepemilikan penanaman dengan frekuensi 3 kali dalam
lahan sendiri sekaligus menyewa lahan. setahun menanami lahan sawah pada musim
Sebanyak 20% rumah tangga tani menyakap tanam 1, 2 dan 3.
lahan sekaligus memiliki lahan dengan Berdasarkan Tabel 4.3 (terlampir),
status milik sendiri. Sebanyak 16,7% rumah Rumah tangga tani dengan frekuensi tanam
tangga tani memiliki lahan sawah dengan 2 kali dalam setahun sebanyak 16,7%
status milik sendiri sekaligus menyewa dan memilih pola tanam padi-padi-bera,
menyakap lahan milik orang lain. sedangkan rumah tangga tani dengan
frekuensi 3 kali dalam setahun sebanyak
Pola Tanam dan Intensitas Penanaman. 33,3% memilih pola tanam padi-padi-
Pola tanam yang digunakan oleh palawija. Berdasarkan uji chi-square antara
rumah tangga tanisangat bervariasi, terdapat pola tanam dengan intensitas penanaman
7 jenis pola tanam yang digunakan oleh 60 pada Tabel 4.4a dan 4.4b (terlampir),
responden rumah tangga tani. Berdasarkan terdapat pengaruh dan hubungan antara pola
Tabel 4.2 (terlampir), pola tanam yang tanam dengan intensitas penanaman, nilai
digunakan oleh rumah tangga tani Desa koefiien kontingensi kedua variabel ini
Banjararum didominasi oleh pola tanam adalah 0,524 atau hampir mendekati 1,
padi-padi-palawija, yaitu sebanyak 43,3%. sehingga terdapat hubungan antara intensitas
Penggunaan pola tanam padi-padi-palawija penanaman dan pola tanam.
terlihat pada seluruh kombinasi kepemilikan
lahan. Pengaruh Status Kepemilikan Lahan
Padi merupakan jenis komoditas Sawah terhadap Intensitas Penanaman.
unggulan yang diusahakan oleh rumah Untuk mengetahui pengaruh antara
tangga tani Desa Banjararum karena harga status kepemilikan lahan sawah dengan
yang baik di pasaran dan kualitas padi yang intensitas penanaman, maka dilakukan
dihasilkan juga baik. Padi biasanya analisis mengenai hubungan dan pengaruh
diusahakan pada musim tanam 1 dan musim dengan metode crosstab dan pengujian
tanam 2, sedangkan palawija menjadi dengan chi-square serta koefisien
pilihan komoditas yang ditanam pada musim kontingensi. Berikut hasil crosstab yang
tanam 3, yaitu pada musim kemarau. dapat dilihat pada Tabel 4.5 (terlampir).
5