You are on page 1of 14

Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 77

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PENGETAHUAN,


SIKAP DAN KETERAMPILAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK DI SD
TAMAN SUKARIA I KOTA TANGERANG

Ema Hikmah
Poltekes Kemenkes Banten
Korespondensi: ema_hikmah@poltekkesbanten.ac.id

ABSTRACT

Hand washing is very effective in preventing transmission of disease, so encouraging hand


washing early is very important so that children are prevented from contracting the disease.
Many tools and methods that can be used to improve children's clean and healthy living
behavior through health education, one of them are by playing puzzle therapy. This study aims
to determine the effect of puzzle playing therapy on knowledge, attitudes and handwashing skills
in grade 1 students at SDN Taman Sukaria 1 Tangerang City. Place of research in SDN Taman
Sukaria 1 Kota Tangerang from June to November 2018. This study used a quasi-experimental
research design. The number of respondents in this study was 59 students with details of 29
control groups and 30 intervention groups. Quasi-experimental design in research using the
type of one-group design with pre and post-test. The bivariate analysis used was an independent
t-test. Results of the study There were significant differences in puzzle play therapy that could
improve the awareness, attitude and handwashing skills of students in Class 1 in SDN Taman
Sukaria 1 Kota Tangerang in the intervention group (p-value = 0,000 α = 0.05). Significant
results in this study indicate that this is meaningful if the puzzle play therapy is carried out so
students can increase their knowledge, attitudes, and skills in hand washing. Suggested to
teachers and parents to create a pleasant atmosphere when learning one of them by using
puzzle play therapy.
Keywords: Puzzle Therapy, Hand washing

ABSTRAK

Cuci tangan sangat efektif dalam mencegah penularan penyakit, sehingga pengenalan cuci
tangan sejak dini sangat penting agar anak tercegah dari terjangkitnya penyakit. Banyak alat dan
cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat anak melalui
pendidikan kesehatan, salah satunya yaitu dengan terapi bermain puzzle Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan cuci tangan pada siswa kelas 1 di SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang. Tempat
penelitian di SDN taman Sukaria 1 Kota Tangerang periode Juni sampai Nopember 2018.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimen. Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 59 siswa dengan rincian 29 orang kelompok control dan 30 orang
kelompok intervensi. Desain kuasi-eksperimen dalam penelitian menggunakan tipe onegroup
design dengan pre dan post test. Analisi bivariat yang digunakan adalah t-test independent.
Hasil penelitian Ada perbedaan signifikan terapi bermain puzzle dapat meningkatkan
pengetahauan, sikap dan keterampilan mencuci tangan pada siswa SD Kls 1 di SDN Taman
Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok intervens (p value=0,000 α=0,05). Hasil yang
signifikan pada penelitian ini menunjukan bahwa hal ini bermakna apabila terapi bermain
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 78

puzzle dilakukan maka siswa dapat meningkat pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam
mencuci tangan. Disasankan pada guru dan orangtua agar menciptakan suasana yang
menyenangkan pada saat belajar salah satunya dengan menggunakan terapi bermain puzzzle

Kata Kunci: Kata kunci : terapi puzzle, cuci tangan

PENDAHULUAN
Indonesia telah melaksanakan berbagai Penyakit pada anak dalam beberapa
strategi dalam upaya meningkatkan dekade tahun ini semakin berbahaya seperti
kesehatan. Strategi tersebut lebih mulai muncul kembali penyakit diphteri,
menekankan pada upaya promotif dan ISPA, hepatitis A, scabies dan meningkatnya
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan kejadian diare, yang kemungkinan timbul
rehabilitatif. (Depkes RI, 2009) akibat perilaku hygiene perorangan yang
Salah satu upaya promotif dan preventif tidak baik serta tidak membiasakan cuci
yang telah dicanangkan pemerintah tangan dengan sabun. Data organisasi
Indonesia adalah dengan melakukan Perilaku kesejahteraan anak dunia (UNICEF) pada
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu 2013 menyebutkan, setiap tahun lebih dari
perilaku hidup bersih dan sehat adalah 1,7 juta kematian anak di bawah umur 5
dengan cuci tangan, dimana cuci tangan ini tahun disebabkan diare dan infeksi saluran
merupakan perilaku hidup sehat yang sangat pernapasan. Data ini diperkuat temuan WHO
efektif untuk mencegah penyebaran yang memaparkan bahwa 760 ribu kasus
penyakit. (Riskesdas, 2013). Sebab, salah kematian anak dipicu diare. Tak hanya itu,
satu pemicu timbulnya penyakit yakni dari setiap hari sedikitnya 3 ribu anak di seluruh
tangan. Untuk itu, mencuci tangan dunia meninggal karena terjangkit infeksi
menggunakan sabun merupakan cara terbaik saluran pernapasan.
untuk mencegah mikroorganisme penyebab Upaya mensosialisasikan perilaku sehat,
penyakit masuk kedalam mulut, hidung dan sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun di
anggota tubuh lainnya dengan mudah. Nigeria dimulai oleh sebuah program yang
Anak adalah usia yang rentan tertular diprakarsai oleh UNICEF dengan
penyakit. Anak sering kali tidak menggunakan anak sekolah sebagai agen
menghiraukan akan pentingnya cuci tangan, perubahan. Dalam membentuk perilaku
sehingga perlu peran serta orang dewasa sanitasi mandiri dan pengetahuan akan hidup
ataupun orangtua untuk membiasakan anak yang bersih dan sehat anak-anak sekolah
berperilaku hidup bersih dan sehat. dirangsang untuk membentuk kelompok-
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 79

kelompok sekolah seperti klub sehat dan hak dan sehat anak melalui pendidikan
untuk anak, yang melibatkan orangtua dan kesehatan. Salah satunya yaitu dengan terapi
mengajak partisipasi komunitas di desa bermain puzzle sebagai strategi inovasi
untuk ikut serta dalam proyek-proyek pengajaran bagi perawat yang memiliki
sanitasi. Salah satu sekolah memprakarsai peran sebagai educator dalam memberikan
klub lingkungan sehat dimana para murid informasi kesehatan kepada anak-anak
mempromosikan perilaku mencuci tangan dengan usia sekolah.
dengan sabun untuk komunitas dan
memperkenalkan teknik-teknik untuk METODE
menjaga kebersihan serta berusaha agar Penelitian ini menggunakan desain
pengetahuan untuk hidup bersih dan sehat ini penelitian kuasi-eksperimen, dengan
diterapkan dirumah. Dua tahun sesudah menggunakan tipe nonequivalent control
intervensi ini, perilaku mencuci tangan group design dengan pre dan post test.
dengan sabun meningkat hingga 95 persen. Intervensi yang diberikan adalah
Guru melaporkan bahwa para murid datang memberikan terapi bermain puzzle pada
ke sekolah dalam keadaan bersih, dan kasus kelompok perlakuan sedangkan pada
cacingan serta penyakit kulit lainnya kelompok kontrol tidak. Sampel dalam
berkurang. Tidak hanya itu, angka kehadiran penelitian ini berjumlah 59 siswa yang
murid pun naik dengan teratur per tahunnya. terdiri dari 30 siswa di kelompok intervensi
(Kemenkes RI, 2014) dan 29 siswa di kelompok kontrol. Kriteria
Di Indonesia telah banyak penelitian pemilihan dimasukkan dalam penelitian
yang menyatakan terdapat berbagai penyakit sampai jumlah subyek penelitian terpenuhi.
dapat di cegah dengan mencuci tangan pakai Analisis data dalam penelitian ini
sabun. Salah satunya adalah diare, ISPA, diolah dengan program statistik. Analisis
kecacingan. (Kemenkes RI, 2014) bivariat untuk sampel berpasangan
Berdasarkan pemaparan diatas, cuci digunakan uji t-test dependen dan untuk
tangan sangat efektif dalam mencegah data yang tidak berpasangan dilakuakan uji
penularan penyakit, sehingga pengenalan t-tes independen
cuci tangan sejak dini sangat penting agar
anak tercegah dari terjangkitnya penyakit. HASIL
Banyak alat dan cara yang dapat digunakan Hasil penelitian pengaruh terapi bermain
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih puzzle terhadap pengetahuan, sikap dan
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 80

keterampilan mencuci tangan siswa Kls 1 di sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
SDN Taman Sukaria 1 Kota Tangerang. terjadi peningkatan yaitu 89,84.
Jumlah responden penelitian sebanyak 59 Tabel 2
responden yaitu 29 responden pada Perbandingan Nilai pengetahuan, sikap,
keterampilan pada kelompok control
kelompok kontrol dan 30 responden pada
sebelum dan sesudah diberikan terapi
kelompok intervensi. Analisa Bivariat akan bermain puzzle pada kelompok intervensi
dan kelompok control
menguraikan ada tidaknya peningkatan
Variabel Pre Post
pengetahuan, sikap dan keterampilan Mean SD Min- Mean SD Min-
Max Max
mencuci tangan sesudah dilakukan terapi Pengetahuan 57,59 15,27 30- 62,26 20,77 10-
90 100
bermain menggunakan puzzle, serta apakah
Sikap 25,21 3,33 17- 25,45 2,97 17-
ada perbedaan yang bermakna antara 30 30

Keterampilan 60,86 16,04 30- 62,76 20,07 30-


sebelum dan sesudah dilakukan terapi 100 100

bermain terapi puzzle pada siswa kls 1 di


Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai rerata
SDN taman Sukaia 1 Kota Tangerang pada
pengetahuan sebelum adalah 57,59, dan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Tabel 1
Perbandingan Nilai pengetahuan, sikap, pada kelompok intervensi 62,26. Nilai
keterampilan pada kelompol intervensi sikap sebelum adalah 25,30 sedangkan
sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain puzzle nilai sikap sesudah dilakukan terapi
Variabel Pre-terapi bermain Puzzle Post-terapi bermain puzzle bermain puzzle pada kelompok
Mean SD MinMax Mean SD MinMax intervensi adalah 25,45. Nilai rerata
Pengetahuan 62,26 21,56 20-100 84,19 11,77 60-100
keterampilan sebelum adalah 60,86,
Sikap 25,32 2,97 16-30 27,00 2,69 20-30
sesudah dilakukan terapi bermain puzzle
Keterampilan 60,32 15,91 30-95 89,84 12,21 60-100
pada kelompok intervensi adalah 62,76.

Tabel 1. menunjukkan bahwa nilai rerata Tabel 3


Perbandingan rerata nilai pengetahuan pada
pengetahuan sebelum dilakukan terapi kelompok intervensi dan kelompok kontrol
bermain puzzle yaitu 62,26, sesudah sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain puzzle pada kelompok intervensi
dilakukan terapi bermin puzzle reratanya Variabel Klp Mean P
SD df value
meningkat menjadi 84,19. Nilai sikap Pengetahuan Intrvensi
sebelum 62,26 3,87 29
sesudah 84,19 2,11
sebelum adalah 25,32 sedangkan nilai Perbedaan 21,93 19,90 0,000
sikap sesudah dilakukan terapi bermain Kontrol
sebelum 57,59 15,27 28
puzzle adalah 27,00. Nilai rerata sesudah 63,79 20,77
Perbedaan 6,21 2,039 0,045
keterampilan sebelum adalah 60,32, Ket: *bermakna/signifikan pada α <0,05
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 81

Tabel 3 menunjukkan rata-rata nilai dengan standar deviasi 2,79 dan sesudah
pengetahuan pada siswa kls 1 SD Taman dilakukan terapi puzzle adalah 27,00
Sukaria sebelum dilakukan terapi bermain dengan standar deviasi 2,69. Analisa lebih
puzzle pada kelompok intervensi adalah lanjut adanya perbedaan bermakna antara
62,26 dengan standar deviasi 3,87 dan sikap angka pada kelompok intervensi
sesudah dilakukan terapi puzzle adalah sebelum dan sesudah dilakukan terapi
84,19 dengan standar deviasi 2,11. Analisa bermain puzzle dengan kata lain ada
lebih lanjut adanya perbedaan bermakna perbedaan signifikan bahwa terapi
antara nilai pengetahuan angka pada bermain puzzle dapat meningkatkan sikap
kelompok intervensi sebelum dan sesudah tentang mencuci tangan yang baik pada
dilakukan terapi bermain puzzle dengan siswa SD kls 1 di SDN Taman Sukaria 1
kata lain ada perbedaan signifikan bahwa Kota Tangerang pada kelompok intervensi
terapi bermain puzzle dapat meningkatkan sebesar 1,67 (p value=0,001 α=0,05).
pengetahuan tentang mencuci tangan yang
Tabel 5
baik pada siswa SD kls 1 di SDN Taman
Perbandingan rerata nilai keterampilan
Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi sebesar 21,93 (p value=0,000
terapi bermain puzzle pada kelompok
α=0,05). intervensi
Variabel Klp Mean P
Tabel 4 SD df value
Keterampilan Intrvensi
Perbandingan rerata nilai sikap pada sebelum 60,32 15,91 29 0,0000
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah 89,84 12,21
Perbedaan 29,94 17,43
sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain puzzle pada kelompok intervensi Kontrol
sebelum 60,86 16,04 28 0,448
sesudah 62,76 20,07
Variabel Klp Mean P Perbedaan 1,89 14,54
SD df value
Sikap Intrvensi Ket: *bermakna/signifikan pada α <0,05
sebelum 25,32 2,79 29
sesudah 27,00 2,69
Perbedaan 1,67 2,53 0,001
Tabel 5. menunjukkan rata-rata nilai
Kontrol
sebelum 25,21 3,33 28 keterampilan pada siswa kls 1 SD Taman
sesudah 25,45 2,97
Perbedaan 0,24 2,18 0,556 Sukaria sebelum dilakukan terapi bermain
Ket: *bermakna/signifikan pada α <0,05
puzzle pada kelompok intervensi adalah
Tabel 4. menunjukkan rata-rata sikap
60,32 dengan standar deviasi 15,91 dan
pada siswa kls 1 SD Taman Sukaria
sesudah dilakukan terapi puzzle adalah
sebelum dilakukan terapi bermain puzzle
89,84 dengan standar deviasi 12,21.
pada kelompok intervensi adalah 25,32
Analisa lebih lanjut adanya perbedaan
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 82

bermakna antara nilai keterampilan pada


Tabel 7
kelompok intervensi sebelum dan sesudah Perbandingan Rerata Nilai Sikap Antara
dilakukan terapi bermain puzzle dengan Kelompok Intervensi dan Kelompok kontrol
sesudah dilakukan intervensi
kata lain ada perbedaan signifikan bahwa
Variabel Mean SD SE P
terapi bermain puzzle dapat meningkatkan df value
Sikap
keterampilan mencuci tangan yang baik Intervensi 1,67 2,69 0,484 29 0,038
Kontrol 0,24 2,97 0,552 28
pada siswa SD Kls 1 di SDN Taman
Sukaria 1 Kota Tangerang pada kelompok Tabel 7 Hasil analisis didapatkan bahwa
intervensi sebesar 29,94 (p value=0,000 ada perbedaan yang signifikan selisih
α=0,05). rerata antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol (p value=0.000,
Tabel 6
Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan α=0,05), pada kedua kelompok terdapat
Antara Kelompok Intervensi dan kelompok
adanya perbedaan yang signifikan, pada
control Kelompok Intervensil sesudah
dilakukan intervensi kelompok intervensi didapatkan adanya
Variabel Mean SD SE P perbedaan yang signifikan meningkatkan
df value
Pengetahuan sikap sebelum dan sesudah dilakukan
Intervensi 21,93 11,76 2,11 29 0,000
Kontrol 6,21 20,77 3,86 28 terapi bermain puzzle sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat adanya
Tabel 6. Hasil analisis menunjukkan perbedaan tetapi tidak significant
bahwa ada perbedaan yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
selisih rerata antara kelompok intervensi bermain puzzle berpengaruh terhadap
dan kelompok kontrol (p value=0.000, peningkatan sikap.
α=0,05), pada kedua kelompok terdapat Tabel 8
Perbandingan Rerata Nilai Keterampilan
adanya perbedaan yang signifikan, pada
Pada siswa SD Antara Kelompok
kelompok intervensi didapatkan adanya Intervensi dan Kelompok kontrol sesudah
dilakukan intervensi di SD Taman Sukaria
perbedaan yang signifikan meningkatkan
1 Kota Tangerang Tahun 2018
pengetahuan sebelum dan sesudah Variabel Mean SD SE P
df value
keterampilan
dilakukan terapi bermain puzzle Intervensi 29,52 12,21 2,19 29 0,000
Kontrol 6,20 20,07 3,72 28
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
Ket: *bermakna/signifikan pada α = 0,05
adanya perbedaan tetapi tidak significant
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
Tabel 8 hasil analisis menunjukkan
bermain puzzle berpengaruh terhadap
bahwa ada perbedaan yang signifikan
peningkatan pengetahuan.
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 83

selisih rerata antara kelompok intervensi pengethuan sebelum 57,59. Sedangkan pada
dan kelompok kontrol (p value=0.000, kelompok intervensi, terdapat 22 orang
α=0,05), pada kedua kelompok terdapat anak berpengetahuan baik dan 7 orang
adanya perbedaan yang signifikan, pada berpengetahuan kurang mengenai mencuci
kelompok intervensi didapatkan adanya tangan dengan enam langkah dengan nilai
perbedaan yang signifikan meningkatkan rerata pengethuan 62,26. Kedua kelompok
keterampilan sebelum dan sesudah memiliki lebih banyak yang berpengetahuan
dilakukan terapi bermain puzzle baik dibandingkan yang berpengetahuan
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat kurang.
adanya perbedaan tetapi tidak significant Pada komponen sikap, sebelum
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi dilakukan terapi bermain pada kelompok
bermain puzzle berpengaruh terhadap intervensi menunjukkan pada kelompok
peningkatan keterampilan. control yang mempunyai sikap positif
berjumlah 22 orang dan yang mempunyai
PEMBAHASAN sikap negative berjumlah 7 orang dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sikap 25,21 . Sedangkan pada
kelompok intervensi berjumlah 30 anak dan kelompok intervensi terdapat 24 anak
kelompok kontrol berjumlah 29 anak. Pada bersikap positif dan 5 orang anak bersikap
saat pengukuran pengetahuan, sikap dan negative dengan rerata sikap 25,32. Kedua
keterampilan pada kedua kelompok kelompok memiliki sikap yang positif
sebelum di lakukan terapi bermain puzzle terhadap mencuci tangan lebih banyak
hasil pretest menunjukkan α >0,005(p dibandingkan yang bersikap negative.
value=0.000, α=0,05), hal ini berarti kedua Komponen keterampilan sebelum
kelompok memiliki kemampuan dilakukan terapi puzzle pada kelompok
pengetahuan, sikap dan keterampiln yang intervensi menunjukkan pada kelompok
sama sebelum dilakukan terapi bermain control terdapat 7 orang mempunyai praktek
puzzle. mencuci tangan yang baik dan terdapat 22
Pengetahuan pada kelompok control orang mempunyai praktek mencuci tangan
sebelum dilakukan terapi bermain puzzle yang buruk dengan nilai rerata keterampilan
menunjukkan, 18 orang anak 60,86. Sedangkan di kelompok intervensi
berpengetahuan baik dan 11 orang anak terdapat 10 orang mempunyai praktek
berpengetahuan kurang dengan nilai rerata mencuci tangan yang baik, dan terdapat 19
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 84

orang anak mempunyai praktek mencuci Hasil penelitian menunjukkan bahwa


tangan yang buruk dengan rerata nialai nilai rerata pengetahuan sebelum dilakukan
keterampilan 60,32. Kedua kelompok terapi bermain puzzle yaitu 62,26, sesudah
memiliki keterampilan mencuci tangan dilakukan terapi bermin puzzle reratanya
yang buruk lebih banyak dibandingkan meningkat menjadi 84,19. Analisa lebih
dengan ketrampilan mencuci tangan yang lanjut adanya perbedaan bermakna antara
baik. nilai pengetahuan angka pada kelompok
Pada komponen pengetahuan dan intervensi sebelum dan sesudah dilakukan
sikap, baik kelompok control maupun terapi bermain puzzle dengan kata lain ada
kelompok intervensi memiliki sebagian perbedaan signifikan bahwa terapi bermain
besar berpengetahuan baik dan bersikap puzzle dapat meningkatkan pengetahuan
posistif, hal ini dikarenakan di SD Taman tentang mencuci tangan yang baik pada
Sukaria 1 dan 2 Kota Tangerang secara siswa SD kls 1 di SDN Taman Sukaria 1
berkala mendapat kunjungan dari Kota Tangerang pada kelompok intervensi
Puskesmas Neglasari. Salah satu kegiatan sebesar 21,93 (p value=0,000 α=0,05).
kunjungan tersebut adalah memberikan Perbedaan rerata anatar kelompok
penyuluhan tentang mencuci tangan. Pihak control dan kelompok intervensi
sekolah menyatakan bahwa sejak 2 tahun menunjukkan rerata peningkatan
yang lalu fasilitas mencuci tangan sudah pengetahuan pada kelompok intervensi
tersedia yaitu dengan dibangun wastafel adalah 21,93 dengan standar deviasi 11,76
untuk mencuci tangan, wastafel tersebut sedangkan pada kelompok kontrol adalah
berjumlah 6 yaitu 3 dilantai bawah dan 3 peningkatan sedikit sebesar 6,21 dengan
lagi di lantai atas. Keadaan ini standar deviasi 20,77. Hasil analisis lebih
memungkinkan para siswa untuk lanjut didapatkan bahwa ada perbedaan
melakukan kegiatan cuci tangan dengan yang signifikan selisih rerata antara
menggunakan air mengalir. Sedangkan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
untuk keterampilan mencuci tangan yang (p value=0.000, α=0,05), pada kedua
benar dengan enam langkah sebagian siswa kelompok terdapat adanya perbedaan yang
mengungkapkan bahwa lupa dan tidak ingat signifikan, pada kelompok intervensi
langkah-langkahnya karena menurut para didapatkan adanya perbedaan yang
siswa yang penting telah melakukan cuci signifikan meningkatkan pengetahuan
tangan. sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain puzzle sedangkan pada kelompok
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 85

kontrol terdapat adanya perbedaan tetapi berbagai stimulasi, bukan hanya visual
tidak significant sehingga dapat tetapi ketrampilan motoric halus dan daya
disimpulkan bahwa terapi bermain puzzle ingat pada anak juga dirangsang, sesuai
berpengaruh terhadap peningkatan dengan pengertian pengetahuan menurut
pengetahuan. Notoatmojo tahun 2012 bahwa pengetahuan
Terapi permainan puzzle di berikan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi
pada kelompok intervensi, yaitu dengan sesudah orang melakukan pengindraan
memberikan permaianan berupa puzzle terhadap objek tertentu. Panca indera
dengan gambar enam langkah mencuci manusia yaitu indera penglihatan,
tangan. Siswa dibagi dalam kelompok pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
sebanyak 5 kelompok. Peneliti dan asisten Sebagian besar pengetahuan manusia
peneliti mendampingi siswa pada saat diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu
bermain puzzle. Setiap siswa diberikan 1 proses melihat dan mendengar.
puzzle dan waktu yang diberikan untuk Kegiatan yang dilakukan pada saat
bermain puzzle selama 30 menit. Pada saat bermain puzzle adalah dengan membongkar
kegiatan bermain puzzle siswa sangat dan menyusun kembali kepingan puzzle
senang dan gembira menyususn puzzle- menjadi bentuk utuh. Posisi awal puzzle
puzzle tersebut. Ada sebagian siswa dengan yang dalam keadaan acak-acakan bahkan
mudahnya menyusun puzzle mencuci keluar dari tempatnya anak akan merasa
tangan dan ada sebagian yang lain agak tertantang untuk karena hal ini yang
lebih lambat. Hal ini dikarenakan siswa mendorong kelincahan koordinasi tangan
yang lebih cepat menyusn puzzle karena dan pikiran terwujud secara nyata.
telah terbiasa melakukan permainan (Depdiknas, 2003).
tersebut, pada saat TK atau di rumah di Pada saat anak berkonsentrasi untuk
sdiakan oleh orangtuanya. Siswa yang menyusun kembali kepingan-kepingan
terlambat tetap bersemangat menyelesaikan gambar yang sesuai urutan maka aanak
permaian puzzle karena di motivasi oleh akan mendapat tantangan dan timullah rasa
teman yang lain yang sudah berhasil keinginan untuk menyelseaikannya. Pada
menyususn puzzle tersebut. saat anak menyusun puzzle cuci tangan
Pengetahuan anak dapat meningkat maka dengan otomatis anak akan mengingat
setelah diberikan terapi bermain dengan langkah demi langkah cara mencuci tangan
media puzzle dikarenakan anak mendapat enam langkah dengan baik dan benar.
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 86

Melakukan permainan dengan media kelompok kontrol adalah peningkatan


pembelajaran edukatif anak tidak merasa sedikit sebesar 0,24 dengan standar deviasi
bahwa sedang belajar, sehingga susanan 2,97. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan
belajar dengan media puzzle sangat bahwa ada perbedaan yang signifikan
menyenangkan bagi anak. Kegiatan yang selisih rerata antara kelompok intervensi
menyenangkan juga dapat meningkatkan dan kelompok kontrol (p value=0.000,
aktifitas sel otak secara aktif, dapat α=0,05), pada kedua kelompok terdapat
merangsang daya pikir anak, termasuk adanya perbedaan yang signifikan, pada
diantaranya kemampuan konsentrasi dan kelompok intervensi didapatkan adanya
memecahkan masalah. perbedaan yang signifikan meningkatkan
Penelitian ini sejalan dengan sikap sebelum dan sesudah dilakukan terapi
Penelitian yang dilakukan oleh Nurvita bermain puzzle sedangkan pada kelompok
(2014) yang berjudul Permainan Puzzle kontrol terdapat adanya perbedaan tetapi
Berpengaruh Terhadap Kemampuan tidak significant sehingga dapat
Kognitif Pada Anak Usia Dini Kelompok B disimpulkan bahwa terapi bermain puzzle
Di TK Pertiwi Karanglor, Manyaran, berpengaruh terhadap peningkatan sikap.
Wonogiri 2013/2014. mengatakan bahwa Bermain puzzle adalah permainan
secara tidak sadar anak melatih koordinasi yang merupakan kegiatan membongkar dan
mata dan tangan dalam memasang kepingan menyusun kembali kepingan-kepingan satu
puzzle menjadi bentuk utuh serta melatih gambar menjadi bentuk gambar yang utuh.
kemampuan kognitif dalam memecahkan Dengan mengajarkan anak bermain puzzle
masalah dalam permainan tersebut. Anak maka dapat melatih kreativitas, keteraturan
berkembang lebih optimal sesudah dan tingkat konsentrasi pada anak.
dilakukan eksperimen dengan permainan (Soebachman, 2012). Keuntungan
puzzle. Hal ini mendukung hipotesis yang pembelajaran menggunakan media puzzle
menyatakan permainan puzzle berpengaruh adalah media puzzle menstimuls anak untuk
terhadap perkembangan kognitif anak ikut aktif dalam pembelajaran. Anak yang
kelompok B TK Pertiwi Karanglor, kurang termotivasi dalam belajar akan
Manyaran, Wonogiri 2013/2014. termotivasi berperan aktif belajar mencuci
Hasil penelitian pada komponen sikap tangan dengan media puzzle. Bermain tidak
menunjukkan rerata peningkatan sikap hanya membuat anak menyukai permainan
pada kelompok intervensi adalah 1,67 tetapi juga dituntut agar membuat anak
dengan standar deviasi 2,69 sedangkan pada untuk teliti dan tekun ketika mengerjakan
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 87

permainan tersebut. Kegiatan yang disimpulkan bahwa terapi bermain puzzle


menyenangkan juga dapat meningkatkan berpengaruh terhadap peningkatan
aktifitas sel otak secara aktif. keterampilan.
Menurut Umama tahun 2016 bermain Pada saat bermain puzzle otak anak
puzzle melatih anak memusatkan pikiran akan dilatih untuk berpikir kreatif dengan
karena ia harus berkonsentrasi ketika memasang kepingan gambar, ketika tangan
merangkai kepingan-kepingan puzzle. memasangan kepingan gambar,
Mainan puzzle memberikan berbagai keterampilan motoric anak akan semakin
stimulus, seperti: Koordinasi motoric halus, terasa, hal ini sejalan dengan pendapat beaty
Sensori peraba, Kecerdasan logika 2013 bahwa bermain puzzle juga
matematika, Kecerdasan visual spasial, mengajarkan anak untuk melatih
Konsentrasi,Pembangunan karakter baik keterampilan anak, melatih ketangkasan
kesabaran, kegigihan dan ketelatenan. jari, koordinasi mata dan tangan, mengasah
Pada Komponen keterampilan otak dan konsep kognitif. (Beaty, 2013)
menunjukkan rerata peningkatan Semakin terampil anak memasang
keterampilan pada kelompok intervensi potongan gambar, keterampilan anak akan
adalah 29,52 dengan standar deviasi 12,21 semakin baik. Berulang kali anak mencoba
sedangkan pada kelompok kontrol adalah memasang dan menggbungkan potongan
peningkatan sedikit sebesar 6,20 dengan gambar, anak dapat membuat kesimpulan
standar deviasi 20,07. Hasil analisis lebih suatau maslah. Puzzle dapat meningkatkan
lanjut didapatkan bahwa ada perbedaan daya ingat anak karena di dalam
yang signifikan selisih rerata antara puzzleterdapat urutan langkah-langkah
kelompok intervensi dan kelompok kontrol mencuci tangan.
(p value=0.000, α=0,05), pada kedua Permaianan edukatif sangat disenangi
kelompok terdapat adanya perbedaan yang oleh anak, karena belajar lewat permaianan
signifikan, pada kelompok intervensi membuat anak tidak menyadari bahwa
didapatkan adanya perbedaan yang kegiatan tersebut adalah sedang belajar.
signifikan meningkatkan keterampilan Beberapa penelitian membuktikan bahwa
sebelum dan sesudah dilakukan terapi rangsangan belajar lewat permaianan dapat
bermain puzzle sedangkan pada kelompok meningkatkan kognitif, sikap dan perilaku
kontrol terdapat adanya perbedaan tetapi anak sesuai dengan penelitian yang
tidak significant sehingga dapat dilakukan oleh Prayogi (2017) yang
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 88

berjudul yang berjudul Pengaruh Media peningkatan pengetahuan, sikap dan


Video dan Permainan Ular Tangga dalam keterampilan mencuci tangan.
Peningkatan Perilaku Anak mengenai Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) di TK Dian DAFTAR RUJUKAN
Ekawati. Menggunakan rancangan Azizah, Nurul. (2015). Pengaruh Terapi
Bermain SCL (Snake, Cards and
penelitian dan metode yang sama dengan
Ladders) terhadap Keterampilan
peneliti yakni Non-equivalent control group Mencuci Tangan Siswa Kelas I dan II
di SDN Pakusasri II Kabupaten
design, dengan jumlah sampel sebanyak 27
Jember. Jakarta: Jurnal Pustaka
responden, dimana didalam peneltiannya Kesehatan Volume 3 No. 3
Beaty, Janice J. (2013). Observasi
menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
Perkembangan Anak Usia Dini.
perilaku anak sebelum dan sesudah Kencana Prenademedia Group, Jakarta.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI
diberikan perlakuan pendidikan kesehatan
Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
dengan media bermain ular tangga dan lebih Pendidikan Nasional.
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan
berpengaruh dalam peningkatan
Nasional. Jakarta: Depkes RI
pengetahuan dan sikap anak mengenai Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: Remaja
CTPS dibandingkan media video, karena
Rosdakarya
ular tangga lebih banyak memberikan Gunarsa, D. S. (2006). Psikologi Praktis:
Dari Anak Sampai Usia Lanjut.
rangsangan terhadap anak dan sesuai
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
dengan keinginan anak yakni bermain. Helmi. (2009). 12 Permainan untuk
Meningkatkan Intelegensia Anak.
Jakarta: Visimedia
SIMPULAN https://books.google.co.id/books?id=py
VUBAAAQBAJ&pg=PA36&dq=kons
Terapi bermain puzzle dapat meningkatkan
ep+bermain+puzzle&hl=en&sa=X&ve
pengetahuan, sikap dan keterampilan anak d=0ahUKEwjplJOCt77YAhVFp48KH
T5NBPgQ6AEIWDAH#v=onepage&q
di SD Taman Sukari 1 Kota Tangerang.
&f=false diakses pada 4 Desember
Pada kelompok intervensi didapatkan 2017
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode
adanya perbedaan yang signifikan
Penelitian Keperawatan dan Teknik
meningkatkan pengetahuan, sikap dan Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
keterampilan sebelum dan sesudah
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar
dilakukan terapi bermain puzzle sedangkan Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi Dasar/Riskesdas. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
bermain puzzle berpengaruh terhadap
Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 89

Kemenkes RI. (2014). Infodatin: Perilaku http://ejournal.unesa.ac.id Diakses


Mencuci Tangan Pakai Sabun di online pada 4 Desember 2017.
Indonesia. Jakarta: Pusdatin Kemenkes Sobur, Alex. (2016). Psikologi Umum.
RI Bandung: CV. Pustaka Setia
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Soebachman, Agustina. 2012. Permainan
Pedoman Pembinaan Hidup Bersih Asyik Bikin Anak Pintar. Yogyakarta.
dan Sehat. Jakarta: Kemenkes RI In Azna Books.
Lestari, Titik. (2015). Kumpulan Teori Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Bandung: Penerbit Alfabeta
Montolalu, dkk. (2009). Bermain dan Sujarweni, V Wiratna. (2015). Statistik
Permainan Anak. Jakarta: Universitas untuk Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit
Terbuka Gava Media.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks
Rineka Cipta Sumantri, Arif. (2013). Metode Penelitian
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Media GroupSunaryo. (2013).
Jakarta: PT. Rineka Cipta Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:
Nurvita. (2014). Permainan Puzzle EGC.
Berpengaruh Terhadap Perkembangan Supartini. (2004). Konsep Dasar
Kognitif Pada Anak Usia Dini Di TK Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Pertiwi Karanglor, Manyaran Umama. (2016). Pojok Bermain Anak.
Wonogiri. Yogyakarta: CV. Diandra Primamitra
Poerwadarmita, W.J.S. (2011). Kamus Media
Umum Bahasa Indonesia Edisi III. https://books.google.co.id/books?id=fS
Jakarta: Balai Pustaka fTDQAAQBAJ&pg=PA144&lpg=PA1
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005) 44&dq=konsep+bermain+puzzle&sour
Findamental Nursing: Concept, ce=bl&ots=mbUdZEHfle&sig=L1KdR
Process and Practice. Sixth edition. St. qLgZdMckSEKhvttcFBrq2A&hl=en&
Louis: Mosby Year Book. sa=X&ved=0ahUKEwjkz6eNs77YAh
Prayogi. (2017). Pengaruh Media Video dan XENY8KHaUBBiIQ6AEIaDAH#v=on
Permainan Ular Tangga dalam epage&q=konsep%20bermain%20puzz
Peningkatan Perilaku Anak mengenai le&f=false diakses pada 4 Desember
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 2018
TK Dian Ekawati. Medan: Universitas Wawan, A dan Dewi M. (2011). Teori dan
Sumatera Utara Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Proverawati dan Rahmawati. (2012). Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Medika
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika. Widhiarso, Wahyu. (2011). SKALO
Proverawati, A & Rahmawati, E. (2011). Program Analisis Skala Guttman.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Yogyakarta: Nuha Medika Wong, et al. (2001). Buku Ajar
Reza, Muhammad. (2013). Meningkatkan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Kemampuan Kognitif Melalui Media World Health Organization. (2009).
Puzzle pada Kelompok B di TK Siswa Guidelines On Hand Hygiene In Health
Budi 1 Surabaya. Care. Switzerland: WHO.
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 90

http://who.int/patientsafety/en/ diakses
pada 5 Desember 2018
Yulianti, Rani. (2008). Permainan yang
Meningkatkan Kecerdasan Anak.
Jakarta: Laskar Askara
Rini AT, et al. 2009. Karakteristik
Leukemia Limfoblastik Akut pada
Anak di Rumah Sakit Kanker
Dharmais 2000-2008.
http://indonesianjournalofcancer.or.id/e
journal/index.php/ijoc/article/view/122.
Diakses Oktober 2016
Saadadiyah N, Sartika D. 2015. Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan
Character Strength Orang Tua Dari
Anak Penderita Kanker Di Rumah
Cinta Bandung.
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.p
hp/psikologi/article/view/1184.
Diakses Oktober 2016

You might also like