You are on page 1of 12

JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO.

Media Pengembangan Ilmu dan


Profesi Kegeografian
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/index

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH BERBASIS LINGKUNGAN


Oleh: As’ari, Ruli(1), Siti Fadjarani(2)
Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Abstract
Tasikmalaya City has a slum dwelling area, located in Bantarsari Village Bungursari Sub-district,
Tasikmalaya. Slum areas need to structuring the environment. The Slum areas are characterized by
high population density, the distance between houses coincide, the area of the house is very narrow,
most of the house there is no divider between the bedroom with the living room family room, and
the kitchen, and do not have a private toilet. The formation of slum areas became one of the
obstacles in the development of facilities and infrastructure in the Sub-district of Bungursari
Tasikmalaya City. Settlement of slum settlement problems through the concept of environmentally
sound settlements, improving the balance of population and improving the quality of local
environmental carrying capacity. The method used in this research is descriptive survey method.
Area Analysis Planning is done systematically done by reviewing aspects; 1) Development of
Social-Demography, 2) Prospect of Economic Growth, 3) Physical and Environmental Supporting
Capacity, beside that analysis is done by SWOT analysis. Research results can be seen that the
concept of settlement slum settlement suitable for development in the arrangement of the
environment that is Land Sharing Model, the rearrangement on the land with the level of community
ownership is high enough.

Keywords:
Structuring, Slums, Environment

56
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Abstrak
Kota Tasikmalaya memiliki kawasan permukiman kumuh yang berlokasi di Kelurahan Bantarsari
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya. Karakteristik wilayah pemukiman tersebut memiliki
kepadatan penduduk tinggi, jarak antara rumah berhimpitan, Luas rumah yang sangat sempit
(rata-rata hanya 3-4 bata), sebagian besar rumah tidak ada sekat antara kamar tidur dengan ruang
tamum ruang keluarga, dan dapur, serta tidak memiliki MCK pribadi. Terbentuknya kawasan
permukiman kumuh menjadi salah satu kendala dalam Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif.. Analisis kawasan dan wilayah perencanaan dilakukan secara
sistematis dilakukan dengan meninjau aspek; 1) perkembangan sosial-kependudukan, 2) prospek
pertumbuhan ekonomi, 3) daya dukung fisik dan lingkungan, selain itu analisis dilakukan dengan
analisis SWOT.pengembangan sarana dan prasarana di wilayah Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya. Penyelesaian permasalahan pemukiman kumuh melalui konsep lingkungan
permukiman yang berwawasan lingkungan, penyelesaian permasalahan kegiatan penambangan
bahan galian C melalui upaya reklamasi lahan, dan penyelesaian permasalahan kepadatan
penduduk yang tinggi melalui upaya keseimbangan penduduk dan daya dukung lingkungan
setempat. Hasil Penelitian dapat diketahui bahwa konsep penataan permukiman kumuh yang cocok
untuk dikembangan dalam penataan lingkungan yaitu Model Land Sharing, yaitu penataan ulang
di atas lahan dengan tingkat kepemilikan masyarakat cukup tinggi.

Kata Kunci:
Penataan, Pemukiman Kumuh, Lingkungan

Alamat Korespondensi : Email: ruliasari@unsil.ac.id

1. PENDAHULUAN lingkungan yang memadai, membahayakan


Kawasan permukiman adalah kawasan keberlangsungan kehidupan penghuninya.
yang diperuntukan untuk tempat tinggal Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk
atau lingkungan hunian dan tempat akan mengakibatkan tuntutan pemenuhan
kegiatan yang mendukung bagi peri kebutuhan hidup manusia yang harus
kehidupan dan penghidupan. Di dalamnya tercukupi semakin tinggi, diantaranya
terdapat kawasan perumahan yaitu kebutuhan sandang, pangan, papan,
kelompok rumah yang berfungsi sebagai pendidikan, dan kesehatan (Hariyono
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan 2010:34). Pada tahun 2030 jumlah
hunian yang dilengkapi dengan prasarana penduduk Kota Tasikmalaya akan
dan sarana lingkungan. Kawasan mencapai sekitar 931.660 jiwa (Sumber:
Perumahan meliputi perumahan kepadatan RTRW Kota Tasikmalaya 2010 – 2030).
tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Maka pada tahun 2030 harus disediakan
Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang sekitar 186.332 unit rumah, dan
Perumahan dan Permukiman Permukiman diperkirakan akan membutuhkan sediaan
kumuh adalah permukiman yang tidak lahan seluas 2.794,97 Ha. Rencana
layak huni antara lain karena berada pada kebutuhan rumah berdasarkan jumlah
lahan yang tidak sesuai dengan penduduk Kota Tasikmalaya sampai tahun
peruntukkan atau tata ruang, kepadatan 2030.
bangunan yang sangat tinggi dalam luasan Strategi pengembangan kawasan
yang sangat terbatas, rawan penyakit social perumahan di Kota Tasikmalaya dapat
dan penyakit lingkungan, kualitas umum dilakukan oleh masyarakat dalam skala
bangunan rendah, tidak terlayani prasarana kecil yang umumnya tumbuh secara alami
57
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

dan dibangun secara horisontal sesuai 2. METODE PENELITIAN


kebutuhan, yang penyediaan fasilitas Metode yang digunakan dalam penelitian
pelayanan umum dapat dibangun melalui ini adalah metode deskriptif survey, yang
swadaya masyarakat yang dibantu oleh bertujuan untuk mengkaji masalah yang
Pemerintah Kota. Sedangkan terjadi saat sekarang dengan cara
Pengembangan lingkungan perumahan mengumpulkan data, menyusun dan
oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya mengklasifikasikan data, kemudian
dititikberatkan pada penataan lingkungan dianalisis. Analisis kawasan dan Wilayah
perkampungan, khususnya di Perencanaan dilakukan secara sistematis
perkampungan kumuh yang dilakukan dilakukan dengan meninjau aspek; 1)
melalui perbaikan dan peremajaan rumah Perkembangan Sosial-Kependudukan, 2)
dan lingkungannya, seperti program Prospek Pertumbuhan Ekonomi, 3) Daya
perbaikan kampung dengan Dukung Fisik dan Lingkungan. Selain itu
mengikutsertakan sumber daya masyarakat analisis dilakukan dengan analsisi SWOT
setempat.
Salah satu kawasan permukiman kumuh 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdapat di Kota Tasikmalaya berada 1. Identifikasi Rencana Pengembangan
Kelurahan Bantarsari Kecamatan Ruang Kawasan Perumahan Kota
Bungursari Kota Tasikmalaya. Sebagian Tasikmalaya
besar bangunan di permukiman kumuh Kawasan permukiman yang
berbentuk semi permanen yang kualitasnya terdapat di Kota Tasikmalaya dalam
rendah dan dibangun dengan jarak antar pembahasan RTRW ini terbagi atas
permukiman kawasan kepadatan tinggi,
satu rumah degan rumah lainnya sangat
permukiman kawasan kepadatan sedang,
berdekatan, serta tidak direncanakan secara dan permukiman kawasan kepadatan
baik. Akibatnya terbentuknya suatu rendah.
kawasan permukiman yang tidak teratur
yang menjadi salah satu kendala dalam
pengembangan sarana dan prasarana di
wilayah Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya. Ketersediaan prasrana
lingkungan di permukiman kumuh
Kelurahan Bantarsari sangat minim,
sehingga aktivitas warga tidak terpenuhi
secara baik.

58
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Tabel 1. Klasifikasi Permasalahan Perumahan Kota Tasikmalaya


Perumahan Perumahan Kepadatan Sedang Perumahan
Kepadatan Tinggi Kepadatan
Rendah
Pengelolaa a. penataan dana. pengembangan kawasan siap
a. peningkatan
n peremajaan kawasan bangun/lingkungan siap bangun di kualitas sarana
perumahan padat Kecamatan Tamansari dan dan prasarana;
tidak teratur (kumuh); Kecamatan Kawalu. dan
b. pengembangan c. pengembangan sumur-sumur resapan b. pengembangan
perumahan vertikal di individual dan kolektif di setiap kawasan
Kecamatan Tawang, pengembangan lahan terbangun; perumahan
Kecamatan d. penyediaan prasarana, sarana, dan berdasarkan
Cihideung dan utilitas umum; dan ketentuan luasan
Kecamatan Cipedes; e. penyediaan kawasan siap kavling rumah.
bangun/lingkungan siap bangun
berdiri sendiri dan perbaikan kualitas
perumahan.
Arahan a. Kelurahan Tuguraja,a. Kelurahan Leuwiliang, Tanjung, a. Kelurahan
Sebaran Nagarawangi, Gunung Gede, Talagasari, Cibeuti, Setiawargi,
Lokasi Cilembang, Karanganyar, Cilamajang, Tamansari,
Yudanegara, Kersamenak, Kecamatan Kawalu; Setiamulya,
Argarsari, Kecamatanb. Kelurahan Sukahurip, Mulyasari, Tamanjaya,
Cihideung; Kecamatan Tamansari; Mugarsari,
b. Kelurahan Cikalang,c. Kelurahan Ciherang, Ciakar, Sumelap,
Tawangsari, Kersanegara, Kotabaru, Setiajaya, Kecamatan
Lengkongsari, Awipari, Setianegara, Tamansari;
Empangsari, Setiaratu,Kecamatan Cibeureum; b. Kelurahan
Kecamatan Tawang; d. Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Sambong Pari,
c. Kelurahan Cipedes, Cihideung; Karikil,
Panglayungan,Kecame. Kelurahan Sambong Jaya, Lingga Cigantang,
atan Cipedes; Jaya, Mangkubumi, Kecamatan Cipari,
Kelurahan Mangkubumi; Cipawitra,
Panyingkiran, f. Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Kecamatan
Kecamatan Tawang; Mangkubumi;
Indihiang. g. Kelurahan Purbaratu, Sukanagara, c. Kelurahan Urug,
Sukamenak, Sukajaya, Sukaasih, Gunungtandala,
Kecamatan Purbaratu; Kecamatan
h. Kelurahan Sukamulya, Bantarsari, Kawalu;
Sukajaya, Bungursari, Sukarindik, d. Kelurahan
Sukalaksana, Cibunigeulis, Margabakti,
Kecamatan Bungursari; Kecamatan
i. Kelurahan Sukamanah, Nagarasari, Cibeureum; dan
Kecamatan Cipedes; e. Kelurahan
j. Kelurahan Parakannyasag, Indihiang, Singkup,
Sirnagalih, Sukamaju Kaler, Kecamatan
Sukamaju Kidul, Kecamatan Purbaratu.
Indihiang;
Sumber : SPPIP Kota Tasikmalaya Tahun 2010

59
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Tabel 2. Profil Kawasan Kumuh Kelurahan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota


NO ASPEK KRITERIA PENJELASAN
A Permasalahan 1.Kondisi Bangunan 80% bangunan tidak memiliki keteraturan
Kekumuhan
Kepadatan bangunan sebesar 201-349 Unit/Ha
80% bangunan tidak memenuhi persyaratan
teknis
2. Kondisi Jalan Cakupan layanan jalan ingkungan tidak
Lingkungan memadai, 80% rawan
Kualitas jalan buruk pada 80% kawasan
3.Kondisi Drainase Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi
Lingkungan genangan minimal 80% kawasan
80% kawasan tidak terlayani drainase
lingkungan
4.Kondisi Penyediaan Air SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di
Minum 80% kawasan
Cakupan layanan SPAM tidak memadai
terhadap 80% populasi
5.Kondisi Pengelolaan Pengelolaan air limbah tidak memenuhi
Air Limbah persyaratan teknis di 80% kawasan
Cakupan pengolahan air limbah tidak
memadai terhadap 80% populasi
6.Kondisi Pengelolaan Pengelolaan persampahan tidak memenuhi
Persampahan persyaratan teknis di 80% kawasan
Cakupan pengolahan persampahan tidak
memadai terhadap 80% populasi
7.Kondisi Pengamanan Pasokan air damkar tidak memadai di 80%
Bahaya Kebakaran kawasan
Jalan lingkungan untuk mobil damkar tidak
memadai di 80% kawasan
TINGKAT RINGAN
KEKUMUHAN
B Pertimbangan 1.Nilai Strategis Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis
Lain Lokasi/Kawasan kawasan / wilayah
2.Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar 201-
480 Jiwa/Ha
3.Potensi Sosial Ekonomi Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi tinggi
yang potensial dikembangkan
4.Dukungan Masyarakat Dukungan masyarakat terhadap proses
penanganan kekumuhan tinggi
5.Komitmen Pemda Komitmen penanganan oleh Pemda tinggi
PERTIMBANGAN TINGGI
LAIN
C Legalitas 1.Status Tanah Status tanah legal
Lahan
2.Kesesuaian dengan Sesuai
Rencana Tata Ruang
3.Persyaratan Sebagian atau keseluruhan bangunan pada
Administrasi Bangunan / lokasi belum memiliki IMB
IMB
LEGALITAS LAHAN LEGAL
REKOMENDASI PENANGANAN PEMUGARAN
KAWASAN

60
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015


2. Konsep Penataan Permukiman Kumuh
Berdasarkan hasil analisis lapangan, Kelurahan Bantarsari Berbasis
diketahui bahwa permukiman kumuh di Lingkungan
Kecamatan Bantarsari tersebar di 6 (enam) Pengembangan Kawasan Pemukiman
kelurahan, yaitu di Kelurahan Sukajaya, Kumuh di Kecamatan Bungursari dapat
Kelurahan Sukalaksana, Kelurahan dicapai dengan beberapa strategi
Bungursari, Kelurahan Cibunigeulis, pengembangan kawasan, antara lain:
Kelurahan Sukarindik, dan Kelurahan Konsep dan strategi pemberdayaan
Bantarsari. Namun demikian, sebaran masyarakat/sumberdaya manusia melalui:
terpadat dan paling parah adalah 1. Meningkatkan peran serta aktif
permukiman kumuh di Kelurahan masyarakat.
Bantarsari. Dengan demikian, maka 2. Memberdayakan peran Perguruan
wilayah penataan difokuskan pada Tinggi yang memiliki Tenaga Ahli
penataan permukiman kumuh di Kelurahan 3. Meningkatkan kemampuan
Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota masyarakat dalam pengelolaan
Tasikmalaya. lingkunghan
4. Mengembangkan kelembagaan
masyarakat
5. Meningkatkan kemampuan analisis
permasalahan lingkungan dan
pengembangan potensi wilayah.

Gambar 1. Kondisi Kawasan Pemukiman


Kumuh Kelurahan Bantarsari Kecamatan
Bantarsari Kota Tasikmalaya

61
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Gambar 2. Konsep Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan (PL) Kecamatan Bungursari

Tabel 3. Matrik Analisis SWOT Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya


Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
(Strength) (Weaknesses)

1. Potensi kondisi lahan 1. Merupakan kawasan resapan air yang


resapan air yang baik perlu pengendalian kegiatan
2. Terdapat sumber mata air pembangunan
potensial kawasan 2. Resiko adanya bencana longsor melihat
3. Kondisi Pemandangan kondisi topografi kawasan
alam yang cukup Indah 3. Kurangnya kesadaran masyarakat akan
berbukit pemeliharaan lingkungan
4. Adanya potensi kawasan 4. Kurangnya kesadaran dari masyarakat
minapolitan yang menyebabkan kerusakan
5. Terdapat kandungan bahan lingkungan
Galian C 5. Masih kurangnya sarana dan prasarana
6. Dukungan pemerintah dan transportasi untuk menjangkau lokasi
masyarakat setempat 6. Berkembangnya permukiman kumuh
7. Terdapat jalur transportasi
penghubung

Faktor Eksternal
Peluang Strategi (SO) Strategi (WO)
(Opportunities)

1. Adanya akses jalan 1. Pengembangan sarana dan 1. Perlu adanya perkembangan kawasan
Mangin prasana transportasi pemukiman yang layak
2. Pengembangan kawasan 2. Peningkatan 2. Penatakelolaan lingkungan dan
minapolitan pengembangan kawasan penegasan aturan pemeliharaan
3. Adanya kerjasama minapolitan lingkungan
dengan pihak terkait 3. Pembangunan fasilitas
dalam pengembangan yang mendukung kawasan
lokasi 4. Penguatan peraturan bahan
4. Pembudidayaan galian C dan pembuatan
perikanan untuk zonasi kawasan
pembesaran penambangan
5. Peluang untuk sumber
mata air untuk
pemanfaatan pertanian

62
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Ancaman Strategi (ST) Strategi (WT)


(Threath)
1. Merupakan jalur rawan 1. Membuat aturan yang1. Memperjelas kepemilikan lahan supaya
bencana, aliran lahar tegas untuk tidak terjadi sengketa untuk kawasan
Galunggung penambangan bahan penambangan
2. Adanya kawasan Galian C 2. Pengembangan pengelolaan kawasan
penambangan liar yang 2. Membuat peraturan pemukiman kumuh
menyebabkan kerusakan tentang pemeliharaan3. Pembuatan zonasi kawasan rawan
lingkungan lingkungan bencana
3. Berkembangnya kawasan 3. Pengembangan kawasan
pemukiman kumuh yang pemukiman perkotaan
menyebabkan lingkungan
menjadi semrawut dan
tidak sehat

Sumber: Hasil Analisis Tahun 2014

63
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

Pemukiman kumuh adalah lingkungan Berdasarkan hasil analisis Kecamatan


hunian yang kualitasnya sangat tidak layak Bungursari secara internal kawasan
huni, ciri-cirinya antara lain berada pada memiliki berbagai kekuatan dan
lahan yang tidak sesuai dengan kelemahan, disamping itu juga secara
peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan eksternal kawasan memiliki peluang
sangat tinggi dalam luasan yang sangat pengembangan dan hambatan
terbatas, rawan penyakit sosial dan pengembangan.
penyakit lingkungan, serta kualitas Tema Penataan Lingkungan Kecamatan
bangunan yang sangat rendah, tidak Bungursari Kota Tasikmalaya adalah
terlayani prasarana lingkungan yang “Mewujudkan Lingkungan Kecamatan
memadai dan membahayakan Bungursari yang Kreatif, Produktif, dan
keberlangsungan kehidupan dan Berwawasan Lingkungan”.
penghidupan penghuninya (Budiharjo:  Kreatif artinya kemampuan untuk
1997). menciptakan suatu produk baru, dan
Berdasarkan hasil analisis lapangan dapat kemampuan untuk melahirkan suatu yang
diidentifikasi berbagai permasalahan yang baru, baik berupa gagasan maupun karya
terjadi di Kecamatan Bungursari Kota nyata yang relatif berbeda dengan apa yang
Tasikmalaya, sebagai berikut: telah ada sebelumnya.
1. Pertambahan jumlah penduduk  Produktif artinya bahwa kegiatan
tinggi yang dapat mendorong kebutuhan pembangunan di Kecamatan Bungursari
lahan permukiman yang dapat harus dapat menghasilkan nilai manfaat
mengakibatkan tingginya konversi lahan bagi masyarakat setempat.
pertanian/perkebunan potensial;  Efektif artinya tepat waktu, sesuai
2. Pertambangan bahan galian C di dengan rencana yang telah ditetapkan.
bukit-bukit tanpa disertai reklamasi  Efisien artinya sesuatu yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan; dikerjakan dengan berdaya guna atau
3. Eksploitasi bukit-bukit sebagai segala sesuatau yang diselesaikan dengan
potensi resapan sumber mataair; tepat, cermat, hemat, dan selamat.
4. Pembangunan perumahan tanpa  Berwawasan Lingkungan artinya
perencanaan yang matang pada lahan-lahan bahwa kegiatan pembangunan di
konservasi; Kecamatan Bungursari adalah upaya sadar
5. Kepadatan penduduk yang tinggi di dan berencana menggunakan dan
beberapa lokasi, yang mendorong mengelola sumber daya secara bijaksana
tumbuhnya kawasan permukiman, dalam pembangunan yang terencana dan
sementara harga lahan perkotaan tinggi, berkesinambungan untuk meningkatkan
mengakibatkan munculnya permukiman mutu hidup.
kumuh terutama di kelurahan yang padat Menurut Setijanti (2010) dalam Butar Butar
penduduk, yaitu Kelurahan Bantarsari. (2012 : 2) Pendekatan partisipasi dalam
6. Belum optimalnya ketersediaan upaya penataan lingkungan permukiman
sarana dan prasarana permukiman kumuh diperlukan karena mampu
perkotaan, misalnya sistem mengeksplorasi masukan dari komunitas,
drainase/pembuangan limbah yang sangat khususnya kelompok sasaran, yang
tidak memadai. mefokuskan pada permintaan lokal,

64
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

perubahan prilaku dan yang mampu kumuh di atas tanah negara akan sangat
mengeksplorasi cara-cara inovatif untuk berbeda dengan permukiman kumuh di atas
melaksanakan operasional dan tanah milik. Berdasarkan perbedaan
pemeliharaannya. karakteristik dan permasalahannya, maka
Terlaksananya pembangunan berwawasan dibutuhkan pendekatan dan penanganan
lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan yang berbeda. Ketidaktepatan dalam
sumber daya alam secara bijaksana pemilihan pola penanganan yang mengacu
merupakan tujuan utama pengelolaan pada tipologi permasalahan kumuh akan
lingkungan hidup. Hal tersebut dapat mengakibatkan kegagalan dalam
dilakukan dengan cara mengoptimalkan penanganannya.
manfaat sumber daya alam dan sumber Lahan berkembang cepat menjadi hunian
daya manusia dengan cara menserasikan sementara yang kumuh dan seringkali
aktivitas manusia dengan kemampuan bukan pada peruntukan perumahan dalam
sumber daya alam untuk menopangnya. RTRW/RDTR. Mempertimbangkan
Permukiman kumuh merupakan kondisi di atas, maka terlihat peran kajian
permasalahan krusial bagi fungsi kota dan identifikasi terhadap suatu lahan
karena menjadi hambatan bagi efektifitas permukiman kumuh dalam menentukan
perekonomian dan aktifitas inhabitatnya. tipologi permasalahan dan kekumuhannya
Kesadaran akan pentingnya permasalahan memiliki peran yang sangat penting sebagai
ini tertuang dalam komitmen penanganan dasar atau pijakan untuk memberikan
permukiman kumuh di Indonesia oleh arahan dalam menentukan pola penanganan
Departemen Pekerjaan Umum cq. kawasan kumuh. Oleh sebab itu dibutuhkan
Direktorat Jenderal Cipta Karya yang kegiatan kajian pendayagunaan tanah di
dilaksanakan dengan konsep permukiman kumuh yang diharapkan dapat
pemberdayaan masyarakat melalui merupakan kegiatan awal dari proses
fasilitasi pendampingan yang langsung kegiatan penanganan permukiman kumuh
menyentuh permasalahan strategisnya. yang utuh.
Upaya tersebut melalui program Penanganan Lingkungan Permukiman
peningkatan kualitas lingkungan Kumuh Berbasis Kawasan adalah dengan
permukiman seperti program KIP, P2LPK, meningkatkan kualitas perumahan kumuh
P3KT dan Program PKL. dan permukiman kumuh secara
Permukiman kumuh timbul karena terkoordinasi dan berkelanjutan serta
penyebab dan kondisi yang berbeda-beda. terintegrasi dengan rencana tata ruang
Perbedaan karakteristik permukiman wilayah kabupaten/kota melalui
kumuh seharusnya menjadi pertimbangan pendekatan tridaya, serta mendorong
utama dan “jalan masuk” (entry point) terwujudnya lingkungan perumahan dan
dalam merumuskan rencana permukiman yang layak huni.
penanganannya, sebagai contoh; Sasaran Penanganan Lingkungan
berdasarkan status tanahnya, beberapa Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan
permukiman kumuh berdiri di atas tanah antara lain:
negara atau tanah milik. Dikaitkan dengan a. Terlaksananya penataan perumahan
kemungkinan penanganan kepemilikan kumuh dan permukiman kumuh yang
tanahnya dan konsekuensi legal maupun sesuai dengan fungsi kawasan dan struktur
biaya, maka penanganan permukiman kota.

65
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

b. tercapainya pengurangan luasan sebagai Pusat Lingkungan. Selain itu


perumahan kumuh dan permukiman pengembangan kawasan pemukin kumuh
kumuh. berbasis lingkungan dapat dilakukan
c. terwujudnya masyarakat yang dengan pendekatan berikut :
secara mandiri dapat merencanakan dan 1. Pengembangan Kawasan
melaksanakan upaya peningkatan kualitas Kecamatan Bungursari sebagai Pusat
perumahan kumuh dan permukiman kumuh Lingkungan adalah peningkatan potensi
serta memeliharanya. perdagangan kecil dan menengah melalui
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 UMKM dan jasa penunjang kegiatan
tentang Perumahan dan Kawasan perdagangan.
Permukiman, Pasal 96 dan Pasal 97 bahwa 2. Konsep Pengembangan Kecamatan
dalam upaya peningkatan kualitas terhadap Bungursari melalui pengembangan
perumahan kumuh dan permukiman Kelembagaan Usaha dengan konsep
kumuh, Pemerintah dan/atau pemerintah utamanya dalah Pengembangan Kawasan
daerah menetapkan kebijakan, strategi, Minapolitan melalui pemberdayaan
serta pola-pola penanganan yang masyarakat dan peningkatan pusat kegiatan
manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan secara fungsional.
ekonomis. Peningkatan kualitas terhadap 3. Isu strategis utama di Kecamatan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh Bungursari yang perlu segera diselesaikan
didahului dengan penetapan lokasi adalah berkembangnya kawasan
perumahankumuh dan permukiman kumuh pemukiman kumuh, adanya kegiatan
dengan pola-pola penanganan: a. penambangan bahan galian C, dan
pemugaran; b. peremajaan; atau c. kepadatan penduduk yang tinggi.
pemukiman kembali. Penyelesaian permasalahan pemukiman
Mempertimbangkan bahwa penanganan kumuh melalui konsep lingkungan
permukiman kumuh merupakan bagian permukiman yang berwawasan lingkungan,
yang tidak terpisahkan dari penanganan penyelesaian permasalahan kegiatan
permasalahan dan strategi pembangunan penambangan bahan galian C melalui
kota, maka bentuk penanganan upaya reklamasi lahan, dan penyelesaian
permukiman kumuh harus mengacu pada permasalahan kepadatan penduduk yang
konstelasi penanganan kota. Peremajaan tinggi melalui upaya keseimbangan
kota merupakan salah satu cara penduduk dan daya dukung lingkungan
pengembangan kota, karenanya perlu setempat.
dicermati bahwa kawasan permukiman 4. Konsep penanganan permasalahan
kumuh yang akan diinventarisasi harus permukiman kumuh di Kelurahan
dibatasi pada kawasan kumuh yang akan Bantarsari Kecamatan Bungursari Kota
ditangani dengan peremajaan kota atau Tasikmalaya, maka digunakan Model Land
terkait dan mendukung program Sharing. Model Land Sharing, yaitu
peremajaan kota. penataan ulang di atas lahan dengan tingkat
kepemilikan masyarakat cukup tinggi.
4. KESIMPULAN Dalam penataan kembali tersebut,
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat masyarakat akan mendapatkan kembali
disimpulkan bahwa Kecamatan Bungursari lahannya dengan luasan yang sama
memiliki potensi utama yaitu adalah sebagaimana yang selama ini

66
JURNAL GEOGRAFI Vol. 15 NO. 1

dimiliki/dihuni secara sah, dengan DAFTAR PUSTAKA


memperhitungkan kebutuhan untuk Budiharjo. Eko. 1991. Arsitektur dan Kota
prasarana umum (jalan, saluran, dan di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
sebagainya). Mada University Press.
5. Tema Penataan Lingkungan Hariyono, Paulus. 2010. Perencanaan
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Pembangunan Kota Dan Perubahan
adalah “Mewujudkan Lingkungan Paradigma. Yogyakarta: Pustaka
Kecamatan Bungursari yang Kreatif, Pelajar.
Produktif, dan Berwawasan Lingkungan” Butar Butar, Catrine dan Rulli Pratiwi
Setiawan. 2012. Penataan
Lingkungan Permukiman Kumuh di
Wilayah Kecamatan Semampir Kota
Surabaya Melalui Pendekatan
Partisipasi Masyarakat (PDF
Download Available). Available
from:
https://www.researchgate.net/publica
tion/281837596_Penataan_Lingkung
an_Permukiman_Kumuh_di_Wilaya
h_Kecamatan_Semampir_Kota_Sura
baya_Melalui_Pendekatan_Partisipa
si_Masyarakat [accessed Nov 04
2017].
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Tasikmalaya Tahun 2010 –
2030.
Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman
Permukiman kumuh

67

You might also like