You are on page 1of 18

KASUS KEJIWAAN

“DEPRESI”

PORTOFOLIO KEJIWAAN

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh : dr. Andy Rangan

Pendamping : dr. Deby Mamuaja

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RSUD MOKOPIDO

TOLI-TOLI

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Andy Rangan

Topik : Kasus Kejiwaan

Judul Potofolio : Depresi

Pendamping : dr. Deby Mamuaja

Toli-Toli, November 2018

Pendamping Dokter Internsip

dr. Deby Mamuaja dr. Andy Rangan


Borang Portofolio
Topik: Depresi berat dengan gejala Psikotik
Tanggal (kasus): 4 Mei 2017 Persenter: dr. Andy Rangan
Tanggal (presentasi): Pendamping: dr. Danial

Tempat Presentasi : Aula RSUD Mokopido


Obyektif Presentasi:

 Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

 Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja  Dewasa Lansia


Bumil

Deskripsi : Wanita, 41 tahun dengan nyeri di seluruh lapangan perut

Tujuan:
- Mampu mendiagnosis depresi dengan tepat
- Mampu melakukan pemberian terapi psikologis
- Mampu melakukan pemberian psikofarmaka

Tinjauan Pustaka Riset  Kasus

Bahan bahasan:

Audit

Diskusi  Presentasi dan Email Pos


Cara membahas: diskusi
Data pasien: Nama: Ny. S Nomor Registrasi: 0975858
Nama klinik: RSUD Mokopido Telp: (-) Terdaftar sejak: 03 Mei 2017
Data utama untuk bahan diskusi:
Data Pribadi Pasien:
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 40 Tahun
3. Alamat : Simpang Teritis, Kabupaten Aceh tengah
4. Status : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku : Tolitoli
7. Tanggal masuk : 4 Mei 2017
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Keluhan Umum : Nyeri perut
Aloanamnessa (Keluarga Pasien)
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD Mokopido, dengan keluhan mengamuk dirumah.
Sebelumnya pasien marah-marah setelah pasien dilarang mandi oleh keluarganya di bak air rumahnya
setelah pasien menghabiskan satu bak air untuk mandi. Menurut keluarga pasien juga kadang memukul
anak-anaknya. Keluarga pasien juga mengatakan pasien banyak berbicara.

Anamnessa/Autoanamnessa
Pasien datang ke IGD dengan keluhan marah-marah. Pasien mengaku marah-marah disebabkan tidak
senang karean dicegah mandi di bak air kamar mandinya. Pasien mengaku Tuhannya menyuruh dia untk
mandi agar suci dari dosa-dosa. Namun, pasien belum merasa suci walupun sudah beberapa kali mandi.
pasien juga mengaku bahwa Tuhan telah menjelma kedalam dirinya dan menampakan hari kiamat dan
neraka kepadanya. Pasien juga mengaku mendengar suara-suara bisikan seorang laki-;laki yang
menyuruhnya melakukan sesuatu. Pasien mengaku awalnya merasa sedih dan depresi karena bercerai
dari suaminya sekitar 10 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di RSU Mokopido
dengan keluhan yang sama, dan pernah juga di rawat Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. Pasien juga mengaku
pikiran kacau sehingga sulit tidur di malam hari.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien sering mengalami sakit hal seperti ini, dan dirawat di Ruang Rawat Jiwa secara berulang-ulang, dan
dirawat di Rumah sakit. Obat-obatan yang sering diminum oleh pasien adalah
3. Riwayat kesehatan/penyakit terdahulu:
Pasien mengakui merasakan sakit seperti ini sejak tahun 2005.
4. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya:
Pasien beberapa kali keluar masuk RSJ

5. Riwayat bunuh diri:

6. Riwayat berhubungan dengan pihak kepolisian:


Pasien tidak mengakui adanya berhubungan dengan pihak kepolisian.
7. Stressor psikologis :
Pasien memiliki masalah dengan kasus perslingkuhan dan perceraian dengan suaminya
8. Riwayat penggunaan zat :
Pasien tidak pernah memakai zat narkotika.
9. Riwayat Kehidupan Pribadi :
 Prenatal : pasien tidak ingat
 Bayi : baik
 Anak-anak : baik
 Remaja : baik
 Dewasa : mengalami gangguan jiwa
 Riwayat Pekerjaan : Pasien merupakan ibu rumah tangga
 Riwayat Perkawinan : Pasien menikah sekali, Namun telah bercerai ± 10 tahun yll. Os memiliki 2
orang anak yang sehat
 Riwayat Pendidikan : Pasien taman Sarjana
10. Pemeriksaan Status Mental/Psikiatri:
 Penampilan : Seorang wanita, wajah tidak sesuai dengan usia, kurang rapi, kesan : kurang dapat
mengurus diri.
 Pembicaraan
Arus : lambat
Perbandaharaan : kurang
Produktivitas : kurang
Isi : sesuai
 Aktivitas Psikomotor : hipoaktif
 Sikap : kooperatif
 Emosi
Afek : Appropiate
Mood : Depresi
Emosi lain : takut, dan cemas
 Persepsi
Halusinasi : Pendengaran, dengan intensitas lebih dari 10 kali, dengan kalimat berupa “kamu tidak
berguna”.
Penglihatan, berupa bayangan putih hanya satu, bentuknya besar, hadir ketika waktu
subuh.
 Proses Fikir
Bentuk fikiran : RTA Terganggu, psikotik
Isi fikiran : adanya waham referensi dimana pasien mengaku sering disindir-sindir oleh
tetangganya.
 Memori
Sangat jauh : baik
Jauh : terganggu
Baru : baik
Seketika : terganggu

 Orientasi
Waktu : terganggu
Tempat : baik
Orang : baik
 Pikiran abstrak : baik
 Judgement
Sosial : terganggu
Test : baik
 Tilikan : Derajat 5
 Pengendalian Impuls : Terganggu
11. Pemeriksaan Fisik
a STATUS PRESENT
Pukul 14:30
1. Keadaan Umum : Gelisah, Menangis
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
4. Nadi : 90x/menit, reguler, kuat angkat
5. Frekuensi Nafas : 22x/menit
6. Temperatur : 36,8o C

b STATUS INTERNA
A. Kulit
Warna : sedikit pucat
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Pucat : (+)
Sianosis : (-)
Oedema : (-)
Kelembaban : (-)
B. Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Ikal, berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (+/+), sklera
ikterik (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)
C. Mulut
Bibir : Pucat (+), Sianosis (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
D. Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
Peningkatan TVJ : R-2 cmH2O
E. Axilla : Pembesaran KGB (-)
F. Thorax
1. Thoraks depan
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.
Tipe pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal

Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-) , Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.
Tipe pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi : interkostal (-)
Palpasi
Stem premitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap.Paru bawah Normal Normal
Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Parutengah Sonor Sonor
Lap.Paru bawah Sonor Sonor
Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
G. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral línea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas : ICS III sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis kanan
Batas Kiri : ICS V 2 cm lateral línea midclavicula sinistra
- Auskultasi : HR : 90 x/menit, reguler, bising (-). BJ I : terdengar tunggal. BJ II :
terdengar split
H. Abdomen
- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)
- Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (+), Nyeri tekan diseluruh lapangan
perut
Lien tidak teraba, hepar tidak teraba
- Perkusi : Tympani (+), Shifting Dullness (-)
- Auskultasi : peristaltik usus (+)
I. Genetalia : tidak dilakukan
J. Anus : tidak dilakukan
K. Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
c STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS 15
Pupil : isokor, 3mm/3mm
Reflex cahaya langsung : +/+
Raflex cahaya tidak langsung : +/+
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : Negatif
Laseque : Negatif
Kernig : Negatif
Burdzinsky 1 : Negatif
Burdzinsky 2 : Negatif
Tanda-tanda tekanan intracranial : tidak ditemukan
Pemeriksaan Nervus Kranialis : Dalam batas normal
Pemeriksaan Reflex fisiologis : Dalam batas normal
Pemeriksaan Reflex patologis : Tidak ditemukan
Pemeriksaan Motorik
55555 55555
55555 55555
Pemeriksaan Sensorik : Dalam batas normal
Gerakan Abnormal : tidak ditemukan
Fungsi vegetatif
Miksi : tidak ditemukan inkontinensi urin
Defekasi : tidak ditemukan inkontinensi alvi
Kesan : Dalam batas normal
d Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (5 Oktober 2012)
Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

Haemoglobin 8,5 gr/dl 13 - 17 gr/dl


Leukosit 10,1 x 103 /ul 4,1-10,5.103/ul

Trombosit 230 x 103 / ul 150-400.103/ul


Hematokrit 27,5 % 40-55%
Kreatinin Darah - 0,6-1,1 mg/dl
Ureum darah - 20-45 mg/dl
KGDS 120 mg/dl 100-140 mg/dl
SGOT - < 35 U/L
Asam Urat - 3,4-7,0 mg/dl
Kolesterol - <200 mg/dl

e EVALUASI MULTIAKSIAL
Axis I : F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III` : Anemia
Axis IV : Masalah atau stressor dengan ekonomi
Axis V : 50-41 : gejala berat (serious), disabiltas berat.

f DIAGNOSA SEMENTARA
Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik + Anemia
g PLANNING
1. Rawat di Ruang Jiwa
2. Psikoterapi

Saran Pemeriksaan :
1. USG Abdomen
2. Cek Gula Darah Sewaktu

h PENATALAKSANAAN
 UMUM
- Rawat kebersihan diri
- Terapi sosial
- Istirahat
● KHUSUS
- Amitriptylin tablet 25 mg 2x1
- Haloperidol tablet 5 mg 1x1 (malam)
- Inj. Haloperidol 5 mg 0,5 cc IM di Bokong Kanan K/P
- Inj. Delladryl 2 cc IM di Bokong Kiri K/P

i PROGNOSIS
Dubia ad malam
Daftar pustaka
1. Budihalim S, Mudjadid. Kedokteran Psikosomatis. Dalam : buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi
IV. FK UI Jakarta 2006 : 903- 908.
2. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya 2006:339-371.

3. Direktorat Jendral Pelayanan Medik - Yayasan Gangguan Depresif Indonesia. Anxietas dan Gangguan
Depresif , Modul Pelatihan bagi dokter umum . Jakarta. 2002.
4. Maslim Rusdi. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa. Bagian IKJ FK Atmajaya. Jakarta
2003 : 76-77.
5. Kemenkes RI. Pharmacetical Care Untuk Penderita Gangguan Depresif. Jakarta. 2007 : 1-18.
6. Burnham. TA. Drug Fact and Comparison. 55 th ED St. Louis : A Walter Kluers Company. 2001 : 902-
944.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Episode depresif
2. Penatalaksanaan terapi non medikamentosa
3. Penatalaksanaan terapi medikamentosa

Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien datang diantar oleh suaminya, dengan mengeluh keluhan sakit perut berulang diseluruh
lapangan perut, nyeri ini sampai pasien histeris, hal ini sudah dirasakan sejak + 3 tahun yang lalu
pasien sudah keluar masuk dari Rumah sakit dengan keluhan yang serupa. Nyeri tersebut ditujukan
oleh pasiennya tidak jelas yang dituju, sakit ini sudah lama dirasakan, nyeri ini sampai pasien tidak
bisa tertidur.
Selama ini pasien merasa menarik diri dari lingkungan, karena menurut pengakuan keluarganya
pasien sering diceritain yang jelek-jelek kepadanya, pasien tidak ada riwayat jatuh, tidak ada
riwayat pemakaian ganja dan hisap rokok.
Menurut pengakuan suami pasien, pasien tidak mampu melakukan interaksi sosial dengan tetangga
dan suka menyendiri, dan pernah menangis tanpa sebab.
2. Objektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis
Episode Depresi Berat dengan Gejala psikotik. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
 Aloanamnessa didapatkan adanya keluhan yang berulang, nyeri perut yang dirasakan sejak 3
tahun yang lalu, nyerinya hingga histeris, serta nyeri ini mengganggu untuk tidur malam.
Selama ini pasien sering menarik diri dari pergaulan serta lingkungan karena pasien sering
diceritain-ceritain yang jelek kepadanya, serta pasien sering menangis tanpa sebab.
 Dari autoanamnessa didapatkan pasien datang dengan nyeri perut yang dirasakan sejak + 3
tahun yang lalu, sakitnya ini berulang dan nyeri ini hingga mengganggu aktivitas dan pasien
sering terbangun tengah malam dan tertidur ketika siang hari. Nafsu makan menurun, juga
daya ingat yang menurun, susah berfikir dan berkonsentrasi. Pasien juga mengatakan sering
sedih dan menangis, mengurung diri dalam kamar dan pernah berfikir untuk bunuh diri. Pasien
juga merasakan ada bisikan-bisikan dri telinganya sebelah kanan yang isinya “kamu tidak
berguna” dan sering melihat bayangan putih yang pasien katakana bahwa “malaikat melihat
saya”.
 Dari evaluasi status mental didapatkan pembicaraan arus lambat, perbendaharaan kurang,
serta produktivitas yang kurang. Aktivitas psikomotor yang hipoaktif juga mood tampak
depresif, didapatkan adanya halusinasi auditorik, dan visual. Bentuk fikiran didapatkan RTA
terganggu, psikotik, isi fikiran berupa waham referensi. Memori jauh dan seketika terganggu,
orientasi diri terganggu dan judgement sosial terganggu.
 Dari pemeriksaan status interna dijumpai pada pemeriksaan abdomen ditemukan adanya nyeri
tekan diseluruh lapangan abdomen. Dan pada pemeriksaan status neurologis dalam batas
normal.
 Dari pemeriksaan darah, hanya hemoglobin yang rendah 8,5 g/dl, komponen darah yang lain
dalam batas normal.

3. Asesmen (penalaran klinis):


Gangguan depresif adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Prevalensi
gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8 % dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif
yaitu 20-50 tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresif berada pada
urutan keempat penyakit di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki
pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan
depresif semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia 1,3.
Seseorang dapat terpicu menderita gangguan depresif karena adanya interaksi antara tekanan,
daya tahan mental diri dari lingkungan. Pada dasarnya inti dari gangguan depresif adalah kehilangan
obyek cinta misalnya kematian anggota keluarga atau orang yang sangat dicintai, kehilangan
pekerjaan, kesulitan keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak sempurna,
penyakit, kehamilan dan bertambahnya usia. Selain itu, gangguan depresif juga dipengaruhi faktor
genetik dan faktor biologis berupa gangguan neurotransmitter di otak 3.
Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya,
dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresif, gangguan distimik, gangguan
depresif mayor dan gangguan depresif unipolar serta bipolar. Gangguan depresif dapat terjadi pada
semua umur, dengan riwayat keluarga mengalami gangguan depresif, biasanya dimulai pada usia 15
dan 30 tahun. Usia paling awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun.
Gangguan depresif berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun (20-50 tahun). Epidemiologi ini tidak
tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan sosioekonomi. Perempuan juga dapat mengalami
depresi pasca melahirkan anak. Beberapa orang mengalami gangguan depresif musiman, di negara
barat biasanya pada musim dingin. Gangguan depresif ada yang merupakan bagian gangguan bipolar
(dua kutub: kutub yang satu gangguan depresif, kutub lainnya mania). Gangguan depresif berat adalah
suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%.
Perempuan mempunyai kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresif daripada
laki-laki. Alasan dalam penelitian di negara barat dikatakan karena masalah hormonal, dampak
melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari 2,3.

Tanda gangguan depresif itu adalah3,4:

 Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan mimpi
buruk
 Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
 Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
 Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
 Bangun tidur pagi rasanya malas
F32 Episode Depresif
Gejala utama pada gangguan depresif ringan, sedang dan berat :
 afek depresi
 kehilangan minat dan kegembiraan
 berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas
Gejala lainnya : konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
pikiran rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, pikiran
atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan terganggu.
F.32.0 Episode depresi ringan
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti tersebut di
atas
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya
F 32.1 Episode depresi sedang
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti tersebut diatas
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga

F32.2 EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK


 Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat.
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok, maka
penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode gangguan depresif
berat masih dapat dibenarkan.
 Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika
gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
 Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.

F32.3 EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK


 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas.
 Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab
atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat
menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

4
4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis Episode depresi berat dengan gejala psikotik.
Penatalaksanaan:
Dengan non medikamentosa (psikoterapi)4,5:
Penderita dengan gangguan depresif perlu didukung dengan empati, dengan menekankan
bahwa pasien dapat ditolong dan diobati. Kebanyakan dari mereka merasa putus asa dan merasa tidak
berdaya. Hindari ketidak-empatian seperti mengatakan kepada mereka untuk senyum, bergembira,
jangan malas, bergaul dsb. Ini akan membuat mereka lebih terpuruk. Evaluasi dan observasi penderita
akan kemungkinan bunuh diri, keluarga diminta bantuannya untuk mengawasi hal ini. Tujuannya
adalah untuk mengamankan penderita dari tindak mengakhiri kehidupan.
Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan-
keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi
dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antara terapis dengan penderita.
Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan secara individu, kelompok, atau
pasangan disesuaikan dengan gangguan psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan
memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dari dokter atau penderitanya 3,5.
Dengan medikamentosa6:
Antidepresan klasik
Mekanisme kerja : Obat–obat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan noradrenalin dari sela
sinaps di ujung-ujung saraf.
Antidepresan Generasi Kedua
Mekanisme kerja : SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini menghambat
resorpsi dari serotonin. NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini tidak
berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin. Terdapat beberapa
indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.

Pendidikan: dilakukan pada keluarga pasien untuk membantu pasien dalam memberi semangat dan
harapan hidup. Serta mengamankan pasien untuk mengakhiri hidupnya, dan menjaganya.
Konsultasi: Dijelaskan perlunya konsultasi dengan spesialis Kedokteran jiwa dan Penyakit Dalam.
Penjelasan mengenai faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya gejala-gejala episode depresi
dihadapi beserta prognosis pada pasien ini. Pasien beserta keluarga perlu diedukasi untuk
penatalaksanaan awal gejala Episode depresi, yaitu:
 Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
 Segera dilakukan pemberian obat antidepresan
 Serta pemberitahuan tentang psikoterapi pada pasien serta keluarga
 Memberikan semangat hidup kepada pasien.

You might also like