You are on page 1of 11

Jurnal FishtecH

ISSN: 2302-6936 (Print), ISSN: 2625-1913 (Online)


(Online, http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fishtech) Vol.11, No.1: 47-57 Mei 2022

Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila dengan


Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal Kulit Pepaya
NPK Analysis of Tilapia Viscera Liquid Organic Fertilizer by Using Local Microorganism Papaya Peel

Galih Dwiyogo Wicaksono, Siti Hanggita R.J*)


Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir, Telp/Fax. (0711) 580934
Kode Pos 30662 Sumatera Selatan, Indonesia
*)
Penulis untuk korespondensi: sitihanggitarj_thi@unsri.ac.id

ABSTRACT
Liquid organic fertilizer is an organic fertilizer made in liquid with the aim to ease the process
absorption of nutrients by plants because the nutrient content in liquid organic fertilizer has
been decomposed. This study aims to utilize waste viscera of tilapia (Oreochromis niloticus)
as a raw material in the making process of liquid organic fertilizer and find effect of
concentration differences of papaya peel (Carica papaya L.) as local microorganisms (MOL)
on the nutrient content of liquid organic fertilizers. The research used a randomized block
design by 4 treatment levels and 3 replications. The treatment was the difference in
concentration of papaya peel as MOL i.e. A1 (0%), A2 (25%), A3 (50%) and A3 (75%). The
parameters observed were the content of macronutrients nitrogen (N), phosphorus (P) and
potassium (K) in liquid organic fertilizer. The results showed that the maximum levels of N, P
and K in this study were nitrogen (N) levels of 0.143% the addition of 75% MOL papaya peel,
phosphorus content (P) 0.030% the addition of 25% MOL papaya peel and potassium (K)
content of 0.070% the addition of 75% MOL papaya peel. The results of this study, the best
treatment was A3 by addition 75% MOL papaya peel.

Keywords: liquid organic fertilizer, nitrogen (N), phosphorus (P), potassium (K)

ABSTRAK
Pupuk organik cair merupakan pupuk orgaik yang dibuat dalam bentuk cair dengan tujuan
untuk mempermudah proses penyerapan unsur hara oleh tanaman karena kandungan nutrisi
dalam pupuk organik cair sudah terurai. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah
jeroan ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk organik cair
dan mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi kulit buah pepaya (Carica papaya L.) yang
digunakan dalam pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) terhadap kandungan unsur hara
pupuk organik cair. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4
taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan meliputi konsentrasi kulit buah
pepaya dalam pembuatan MOL yaitu A1 (0%), A2 (25%), A3 (50%) dan A3 (75%). Parameter
pengamatan meliputi kandungan unsur hara makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K)
pada pupuk organik cair. Hasil penelitian menunjukkan kadar N, P dan K maksimum yang
diperoleh pada penelitian ini adalah kadar nitrogen (N) 0,143% dengan penambahan MOL
75% kulit pepaya, kadar fosfor (P) 0,030% dengan penambahan MOL 25% kulit pepaya dan
kadar kalium (K) 0,070% dengan penambahan MOL 75% kulit pepaya. Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada penelitian ini, perlakuan terbaik merupakan perlakuan A3 dengan penambahan
MOL kulit buah pepaya 75%.

Kata kunci: pupuk organik cair, nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K)

Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 48

PENDAHULUAN pada jenis mikroba yang digunakan serta


keadaan lingkungan selama terjadinya
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah
proses fermentasi. Pembuatan pupuk
jenis ikan air tawar yang memiliki potensi
organik cair diperlukan adanya
sebagai salah satu penyumbang protein dari
penambahan mikroorganisme yang
hewan serta dapat dikonsumsi oleh seluruh
berfungsi untuk mempercepat proses
golongan konsumen (Prayitno 2012).
pendegradasian suatu bahan organik
Menurut Wibowo et al. (2021), ikan
(Prihandarini 2014).
merupakan penyumbang protein hewani
Komponen penting yang diperlukan
selain dari daging hewan ternak, susu dan
dalam proses pembuatan pupuk organik
telur. Selain itu, ikan merupakan salah satu
cair adalah mikroorganisme lokal (MOL).
bahan pangan yang memenuhi kriteriaa gizi
MOL dalam proses fermentasi berfungsi
seimbang. Peningkatan produksi hasil
sebagai biofaktor dalam proses pembuatan
perikanan akan berdampak pada
pupuk organik cair maupun padat. Kulit
peningkatkan limbah yang dihasilkan dari
buah pepaya merupakan salah satu limbah
proses produksi ikan. Limbah ikan
organik yang mudah ditemui dan dapat
mengandung nutrisi yang dapat digunakan
dijadikan sebagai bahan baku dalam
sebagai bahan baku dalam pembuatan
pembuatan MOL. Adapaun bahan utama
pupuk organik cair yaitu nitrogen (N),
yang dibutuhkan dalam proses pembuatan
phosphor (P) serta kalium (K). Kandungan
MOL terdiri dari glukosa, sumber
nutrisi tersebut adalah bagian utama dari
mikroorganisme dan karbohidrat.
pupuk organik (Hapsari dan Welasi 2013).
Karbohidrat merupakan sumber nutrisi
Menurut Harianti (2012), limbah
yang dibutuhkan dalam proses
perikanan di perairan dapat menyebabkan
pertumbuhan mikroorganisme, karbohidrat
eutrofikasi karena limbah ikan mengandung
dapat diperoleh dari sisa bahan organik
nutrisi yang tinggi sehingga dapat
seperti gandum, air bekas cucian beras,
menyebabkan terjadinya peningkatan
singkong, kentang dan lain-lain.
pertumbuhan ganggang, menyebabkan
Glukosa yang dibutuhkan dalam proses
organisme yang hidup di air akan mati dan
fermentasi dapat diperoleh dari air kelapa,
dapat menyebabkan pendangkalan pada
tetes tebu, gula merah yang telah dicairkan,
suatu perairan. Jika dimanfaatkan lebih
maupun gula putih yang telah dicairkan.
lanjut limbah ikan memiliki banyak
Mikroorganisme yang dibutuhkan dalam
kegunaan salah satunya sebagai bahan
proses fermentsi dapat diperoleh dari
pembuatan pupuk organik cair.
limbah organik seperti kulit buah-buahan
Pupuk organik cair (POC) merupakan
yang telah membusuk, terasi, keong sawah,
pupuk organik yang dibuat dalam bentuk
maupun nasi basi yang telah berjamur
cair. Pembuatan pupuk organik dalam
(Sriyundiyati 2013).
bentuk cair dilakukan untuk mempermudah
Pengolahan ikan nila menjadi ikan
proses penyerapan unsur hara oleh tanaman
konsumsi ataupun sebagai pembuatan
karena kandungan nutrisi dalam pupuk
olahan makanan tentu saja menghasilkan
organik cair sudah terurai. Pembuatan POC
limbah. Limbah tersebut hanya di buang
dilakukan secara anaerob (tanpa
begitu saja sehingga dapat menyebabkan
menggunakan oksigen). Menurut
pencemaran pada lingkungan. Oleh karena
Wignyanto dan Hidayat (2017), fermentasi
itu perlu dilakukan pengolahan terhadap
secara anaerob merupakan proses
limbah ikan nila agar limbah yang dihasilkan
fermentasi yang tidak memerlukan oksigen
bermanfaat. Menurut Alcantara et al. (2016),
selama terjadinya proses inkubasi. POC
menyatakan bahwa tumbuhan yang diberi
terbentuk melalui proses dekomposisi suatu
pupuk organik cair berbasis hewani
bahan organik dengan menggunakan
menunjukkan biomassa total yang lebih
bantuan mikroba, kecepatan proses
tinggi dibandingkan dengan pupuk organik
dekomposisi suatu bahan dan kualitas
cair berbasis nabati dengan perkembangan
pupuk organik yang dihasilkan bergantung

Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022


49 Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022

organ baru seperti daun dan akar serabut MOL yang berasal dari limbah ikan dalam
yang lebih baik. Pemupukan tanaman proses pembuatan bokashi rumput gajah
menggunakan pupuk organik cair (Palupi 2015).
berdampak terhadap peningkatan serapan Penelitian Alcantara et al. (2016),
unsur hara makro dan mikro yang lebih baik menyatakan bahwa penggunaan pupuk
dibandingkan dengan tumbuhan yang organik cair berbasis hewani lebih baik
dipupuk dengan mineral. Pupuk organik dibandingkan dengan pupuk organik cair
cair berbasis hewani dapat meningkatkan berbasis nabati. Lepongbulan et al. (2017)
kandungan karbohidrat pada daun dan melaporkan bahwa kandungan unsur hara
konsentrasi nitrat tanah yang lebih rendah, pada pupuk organik cair (POC) yang berasal
P dan Mg yang lebih tinggi dapat ditukar dari limbah ikan mujair menggunakan
dalam ekstrak tanah dibandingkan dengan variasi volume MOL bonggol pisang
pupuk nabati. Oleh karena itu, pupuk mendapatkan nilai maksimum yaitu untuk
organik cair dapat digunakan sebagai nitrogen (N) sebesar 0,311% pada
alternatif pemupukan pada tumbuhan. penambahan 100 mL MOL bonggol pisang,
Pupuk organik cair dapat dibuat phosfor 0,167% pada penambahan 150 mL
mengunakan bahan dasar limbah jeroan MOL bonggol pisang, dan kalium 0,037%
ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan pada penambahan 150 mL MOL bonggol
penambahan MOL yang berasal dari limbah pisang.
kulit buah papaya (Carica papaya L.). Berdasarkan hal tersebut tersebut perlu
Menurut Hossain dan Alam (2015) jeroan dilakukan penelitian dengan penggunaan
ikan secara umum mengandung 20% lemak, bahan organik berbasis hewani dengan
14,01% protein, 60,62% kadar air dan pengaruh penggunaan MOL dari limbah
4,75% kadar abu. Berdasarkan nutrient yang kulit buah papaya (Carica papaya L.) sebagai
terkandung dalam jeroan ikan cukup tinggi biofaktor dalam pembuatan pupuk organik
maka, limbah dari jeroan ikan nila dapat cair (POC) limbah ikan nila (Oreochromis
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam niloticus). Tujuan dari penelitian ini adalah
proses pembuatan pupuk organik cair. pemanfaatan limbah jeroan ikan nila sebagai
Untuk memperkaya kandungan unsur hara bahan baku dalam proses pembuatan pupuk
pada pupuk organik cair (POC) dapat organik cair dan menentukan pengaruh
dilakukan penambahan tepung ikan. perbedaan konsentrasi kulit buah pepaya
Menurut Sundari (2014), penambahan (Carica papaya L.) yang digunakan dalam
tepung ikan dapat meningkatkan kandungan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL)
unsur hara dalam pupuk organik cair terhadap kandungan unsur hara N, P dan K
melalui proses dekomposisi oleh pada pupuk organik cair yang dihasilkan.
mikroorganisme. Dalam melakukan proses
dekomposisi, mikroorganisme memerlukan BAHAN DAN METODE
sumber karbon (C) dalam bahan organik
Bahan dan Aalat
sebagai sumber energi serta nitrogen (N)
Alat-alat yang digunakan dalam
yang digunakan untuk mensintesis protein
penelitian ini adalah gelas ukur 250 ml
bagi pertumbuhan mikroorganisme itu
(Pyrex), gelas ukur plastik 1000 ml (Maggie),
sendiri.
baskom, pisau (Golden Stainless), talenan,
Selanjutnya akan dilepas kembali
piring, pengaduk, toples plastic, corong
sebagai unsur yang terkandung dalam
plastik, mangkuk plastik, neraca digital (SF-
pupuk organik cair yang dihasilkan.
400), blender, sendok, spatula, saringan,
Menurut (Palupi 2015) limbah kulit buah
kertas label, kain lap, labu kjedahl, alat
pepaya dapat digunakan sebagai bahan
destruksi, alat destilasi, alat titrasi, pipet
utama dalam pembuatan MOL atau
tetes, tablet kjeldahl, tabung reaksi, labu
mikroganisme lokal. Penggunaan MOL
ukur, spektrofotometer dan gelas kimia.
yang berasal dari kulit buah papaya
Bahan-bahan yang digunakan dalam
merupakan MOL terbaik kedua setelah
penelitian ini adalah jeroan ikan nila, larutan

Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 50

gula merah, air cuian beras, air kelapa tua, Parameter Pengamatan
tepung ikan, aquadest, limbah kulit pepaya, Parameter yang diamati pada penelitian
larutan H2SO4 (Merck), NaOH (Merck), ini adalah kandungan unsur hara makro
H3BO3 9Merck) dan HCl (Merck). nitrogen (N) (SNI 2801: 2010), fosfor (P)
(SNI 06-6989.31-2005) dan kalium (K)
Metode Penelitian (SNI 03-4152-1996) pada pupuk organik
Penelitian yang dilakukan mengunakan cair yang dihasilkan.
rancangan acak kelompok (RAK) dengan
menggunakan faktor perlakuan yaitu Analisis Data
perbedaan konsentrasi kulit buah pepaya Hasil dari penelitian dijabarkan secara
pada pembuatan MOL yang digunakan deskriptif serta disajikan dalam bentuk
dalam pembuatan pupuk organik cair yaitu diagram batang untuk menetahui pengaruh
A0 (0%), A1 (25%), A2 (50%) dan A3 pada perlakuan perbedaan konsentrasi kulit
(75%) dengan masing-masing perlakuan buah pepeya (Carica papaya L.) terhadap
dilakukan 3 kali ulangan. kandungan unsur hara makro yaitu N, P
dan K pada pupuk organik cair yang
Prosedur Kerja dihasilkan.
Pembuatan mikroorganisme lokal
(MOL) kulit buah (Palupi 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN
Prepasrasi kulit buah pepaya
Nitrogen (N)
berdasarkan perlakuan yaitu 0%, 25%, 50%
Hasil pengujian kadar nitrogen (N)
dan 75%. Kulit pepaya diblender sampai
yang terkandung di dalam pupuk organik
halus. Kulit pepaya yang telah halus
cair limbah jeroan ikan nila (Oreochromis
dimasukkan kedalam wadah yang berbeda
niloticus) pada 4 perlakuan yaitu A0, A1, A2
berdasarkan perlakuan. Gula merah
dan A3 setelah dilakukan fermentasi selama
sebanyak 125 g yang telah dihaluskan
14 hari adalah sebagai berikut:
dimasukkan ke dalam masing-masing wadah.
Selanjutnya 500 mL air cucian beras dan
Persentase Nitrogen (%)

500 mL air kelapa tua ditambahkan ke 0,15% 0,15%


0,15% 0,14% 0,14%
dalam masing-masing wadah. Bahan-bahan 0,14%
di dalam wadah diaduk hingga homogen, 0,14% 0,13%
kemudian wadah ditutup dan dilakukan 0,13%
fermentasi selama 7 hari. MOL yang 0,13%
dihasilkan disaring terlebih dahulu sebelum 0,12%
digunakan. A0 A1 A2 A3
Perlakuan
A0 : 0% Kulit Pepaya
Pembuatan pupuk organik cair A1 : 25 % Kulit Pepaya
(Lepongbulan et al. 2017) A2 : 50 % Kulit Pepaya
Jeroan ikan yang telah disiapkan A3 : 75% Kulit Pepaya
dihaluskan menggunakan blender. Jeroan
ikan yang telah halus dimasukkan ke dalam Gambar 1. Grafik kandungan nitrogen
wadah toples sebanyak 200 g. Tepung ikan pupuk organik cair
sebanyak 50 g ditambahkan. Selanjutnya
200 mL MOL kulit buah pepaya Gambar 1. menunjukkan bahwa
ditambahkan berdasarkan perlakuan dan kandungan unsur nitrogen berdasarkan
ditambahkan aquadest sebanyak 1000 mL. perlakuan yang berbeda. Hasil tertinggi
Bahan-bahan yang telah tercampur dalam terdapat pada perlakuan A3 yaitu 0,143%
wadah di homogenkan lalu difermentasi dan kandungan nitrogen paling rendah
selama 14 hari. POC disaring lalu dilakukan adalah pada perlakuan A0 yaitu 0,130%.
uji total N, P dan K pada setiap sampel. perlakuan A1 dan A2 hasilnya sama yaitu
0,140%. Perlakuan dengan penambahan

Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022


51 Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022

kulit pepaya mendapatkan hasil yang lebih yang tersedia dalam proses fermentasi
besar dibandingkan dengan hasil pada jumlahnya sangat terbatas sehongga dapat
perlakuan tanpa menggunakan kulit pepaya, mengakibatkan ammonia yang dihasilkan
namun perlakuan A1, A2 dan A3 tidak dalam proses fermentasi tidak bisa diubah
memberikan pengaruh yang nyata. Pada kedalam bentuk nitrat, dan nitrogen bisa
perlakuan kontrol, kadar nitrogen yang hilang dalam bentuk gas NH3 pada kondisi
dihasilkan lebih rendah dari pada perlakuan pH dan suhu yang tinggi. Berdasarkan hasil
dengan menggunakan penambahan kulit penelitian yang diperoleh menyatakan
buah pepaya. Hal ini dapat terjadi karena bahwa perlakuan terbaik untuk
pada penambahan kulit buah pepaya mendapatkan nilai nitrogen yang tertinggi
mengandung enzim papain yang dapat adalah perlakuan A3 dengan penambahan
mendegradasi protein dalam bahan jeroan kuit pepaya sebanyak 75% yaitu 0,143%.
limbah ikan menjadi asam amino Bahan utama yang digunakan dalam
(Simanjorang et al. 2012). Menurut penelitian ini adalah jeroan ikan nila dan
Simanjorang et al. (2012), rendahnya tepung limbah ikan. Zaroh et al. (2018),
kandungan nitrogen pada produk menyebutkan bahwa secara umum jeroan
fermentasi hasil perikanan tanpa ikan mengandung protein 36-57%. Fahrizal
menggunakan enzim papain disebabkan dan Ratna (2018) menyebutkan bahwa
karena proses hidrolisis bahan organik tepung berbahan dasar limbah ikan
tanpa penambahan enzim akan berjalan memiliki kandungan protein antara 48-57%.
lambat. Enzim proteolitik yang berperan Protein adalah makromolekul yang
dalam proses pendegradasian bahan oganik terbentuk dari rantai polipeptida.
dalam proses fermentasi berasal dari ikan Protein terdiri dari beberapa molekul
terutama terdapat pada saluran cerna, yaitu diantaranya unsur C, H, N, O dan
pada bagian sekum pilorus dan mukus usus. terkadang S, P, Fe, Zn dan Co. Rumus
Enzim proteolitik dari bakteri diproduksi umum protein adalah RCH(NH2) COOH,
oleh bakteri halofilik (Lepongbulan et al dimana C adalah karbon, H adalah
2012). hidrogen, N adalah nitrogen, O adalah
MOL yang berasal dari kulit buah oksigen, dan R merupakan suatu gugus yang
pepaya juga mengandung mikroba memiliki struktur dan komposisi yang
pendegradasi bahan organik untuk bervariasi (Bolly et al. 2018). Kandungan
menguraikan protein (senyawa kompleks) protein pada jeroan ikan dan tepung ikan
menjadi unsur yang lebih sederhana dan akan dirombak oleh bakteri nitrifikasi
salah satunya adalah nitrogen. Menurut Rina dengan mengubah ammonia menjadi nitrat.
(2015), nitrogen dapat diserap oleh tanaman Pada saat proses pembusukan selesai,
dalam bentuk ion ammonium (NH4+) atau mikroorganisme akan melepaskan nitrogen
ion nitrat (NO3-). Untuk dapat sebagai salah satu komponen utama yang
dimanfaatkan oleh tumbuhan senyawa terkandung dalam pupuk organik cair
protein harus dipecah menjadi unsur yang (Sundari et al. 2014). Menurut Tiwow et al.
lebih sederhana. Mikroba pengurai bahan (2019), menyatakan bahwa pada fermentasi
organik yang terkandung di dalam MOL ikan terjadi pemecahan protein, lemak dan
yang berasal dari kulit buah pepaya adalah komponen lainnya. Terutama protein yang
Bacillus sp dan Pseudomonas. Oleh karena itu akan dihidrolisis menjadi turunan-
MOL yang digunakan dalam pembuatan turunannya, seperti protease, pepton,
pupuk organik cair juga berpengaruh peptida, dan asam amino.
terhadap kadar nitrogen yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi dalam proses
Menurut Mustofa dan Fikri (2022), fermentasi untuk mendapatkan nitrogen
nitrogen yang dihasilkan dalam proses menurut Susilo (2021) adalah sebagai
fermentasi berbentuk ammonia. Oksigen berikut:
Protease
Protein + Energi TP + NADP + NH3 + Energi

Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 52

2NH3 + 3O2 Nitrosomonas


2HNO2 + 2H2O + Energi

Berdasarkan Gambar 1. nilai kadar kandungan Fosfor paling rendah adalah


nitrogen yang dihasilkan pada penelitian ini pada perlakuan A0 yaitu 0.022%. Hasil
adalah 0,130 – 0,146%. Hasil yang diperoleh pengujian kadar Fosfor yang terkandung
pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dalam pupuk organik cair pada penelitian ini
dengan hasil kadar nitrogen pada pupuk mendapatkan hasil 0,022 - 0,030%. Bahan
organik cair dari limbah keripik nanas dan utama yang digunakan dalam penelitian ini
nangka dengan penambahan urin sapi dan mengandung protein yang cukup tinggi.
EM4 mendapatkan hasil kadar nitrogen Menurut Rina (2015), fosfor dapat diserap
sebesar 0,03-0,04 % (Syafri et al. 2017). oleh tanaman dalam bentuk H2PO4 (asam
Kadar nitrogen yang terkandung dalam fosfat).
pupuk organik cair ini belum memenuhi Rendahnya kandungan fosfor yang
standar mutu pupuk organik cair pada dihasilkan pada penelitian ini dapat
Peraturan Menteri Pertanian Tahun 2011 disebabkan kandungan N total dari kulit
Nomor 70/Permentan/SR. 140/10/2011. buah pepaya juga rendah, yaitu 0,14%
Nilai N, P, K, dari pupuk organik cair yang (Syahputriani 2017). Hal tersebut
dihasilkan pada penelitian ini belum dikarenakan protein merupakan senyawa
memenuhi standar baku pupuk organik cair. kompleks yang tersusun dari unsur unsur C,
Karena baku mutu N, P, K pada pupuk H, O, N dan terkadang P dan S akan
organik cair yang ditetapkan adalah 3-6%. dipecah menjadi senyawa yang lebih
sederhana dan salah satunya adalah fosfor.
Fosfor oleh karena itu pada penelitian ini
Hasil pengujian kadar fosfor (P) yang kandungan nitrogen lebih besar
terkandung di dalam pupuk organik cair dibandingkan dengan kandungan unsur
limbah jeroan ikan nila (Oreochromis niloticus) fosfor karena unsur fosfor dalam rumus
yang dilakukan dengan 4 taraf perlakuan kimia protein hanya sebagai rantai samping.
yaitu A0, A1, A2 dan A3 setelah dilakukan Kandungan unsur fosfor yang terkandung
fermentasi selama 14 hari adalah sebagai dalam pupuk berkaitan dengan kandungan
berikut: unsur nitrogen yang tersedia dalam bahan
baku pembuatan pupuk.
0,04% Semakin tinggi kandungan nitrogen
Persentase Fosfor %

0,03% a b ab ab
0,03% dalam bahan maka multiplikasi
0,02% mikroorganisme yang akan merombak
0,02% fosfor akan meningkat, begitu juga
0,01%
0,01% kandungan unsur fosfor dalam pupuk akan
0,00% meningkat seiring dengan semakin tingginya
A0 A1 A2 A3 kandungan fosfor dalam bahan (Fryathamaet
Perlakuan al. 2016). Menurut Syahputriani (2017),
A0 : 0% Kulit Pepaya kandungan fosfor dalam kulit buah pepaya
A1 : 25 % Kulit Pepaya yang relatif kecil yaitu sebesar 0,02%
A2 : 50 % Kulit Pepaya sehingga unsur fosfor yang dihasilkan pada
A3 : 75% Kulit Pepaya penelitian ini relatif kecil.
Selain kandungan unsur nitrogen
Gambar 2. Grafik kandungan fosfor pupuk dan fosfor yang tersedia dalam bahan yang
organik cair digunakan dalam pembuatan pupuk organik
cair, mikroba dalam MOL kulit buah
Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui pepaya juga berperan dalam perombakan
bahwa kandungan unsur fosfor tertinggi bahan organik sehingga dapat menghasilkan
adalah pada perlakuan A1 yaitu 0,030% dan unsur N, P dan K yang dapat dimanfaatkan

Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022


53 Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022

oleh tumbuhan. Mikroba yang terkandung sehingga lingkungan fermentasi menjadi


di dalam MOL dari kulit buah pepaya asam. Keadaan yang asam tersebut
adalah Pseudomonas, Bacillus dan aspergillus menyebabkan fosfor akan larut dalam asam
niger. dimana mikroba dan fungi tersebut organik yang dihasilkan oleh
juga berperan sebagai pelarut fosfor dalam mikroorganisme.
bahan organik yang dihasilkan (Fryatama Untuk mendapatkan fosfor, bakteri
2016). pelarut fosfor (Pseudomonas sp) akan
Menurut Amanillah (2001) menyatakan memanfaatkan ATP yang sebelumnya
bahwa peningkatan kadar fosfor disebabkan terbentuk pada awal proses fermentasi.
adanya aktivitas bakteri Lactobacillus sp. yang Reaksi pembentuka fosfor menurut Susilo
mengubah glukosa dalam bahan organik (2021), adalah sebagai berikut:
yang digunakan menjadi asam laktat,

Glukosa + ATP Pseudomonas Glukosa 6 fosfat + ADP

Glukosa 6 fosfat + H2O Proteinase Glukosa + Fosfat

Hasil uji ANOVA (analysis of varian) proses pembuatan pupuk organik cair
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi mendapatkan hasil kandungan fosfor yang
kulit buah pepaya pada perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan kandungan
digunakan dalam pembuatan MOL dalam fosfor pada perlakuan tanpa menggunakan
pembuatan pupuk organik cair limbah kulit buah pepaya. Hal tersebut dapat dilihat
jeroan ikan nila, memberikan pengaruh yang pada hasil penelitian bahwa pada perlakuan
nyata pada taraf 5% terhadap kandungan A0 dengan penambahan MOL tanpa kulit
fosfor (P) yang dihasilkan sehingga pepaya didapatkan hasil 0,022%, selanjutnya
dilakukan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) perlakuan A1, A2 dan A3 secara berurut
taraf 5% untuk melihat perbedaan adalah 0,030%, 0,025% dan 0,27%.
kandungan unsur fosfor pada setiap Berdasarkan hasil yang diperoleh,
perlakuan penambahan konsentrasi kulit kandungan kadar fosfor yang dihasilkan
buah pepaya yang berbeda pada pembuatan pada penelitian ini lebih baik dibandingkan
pupuk orgaik cair limbah jeroan ikan nila dengan kandungan kadar fosfor yang
(Oreochromis niloticus). dihasilkan pada pupuk organik cair
Berdasarkan hasil uji lanjut beda nyata berbahan dasar serasah lamun (Seagrass)
jujur (BNJ) didapatkan hasil perlakuan A1 dengan penambahan bioaktivator EM4
berbeda nyata dengan perlakuan A0 namun dengan hasil kadar fosfor 30,64 ppm atau
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2 0,0030 % (Dewi, 2016). Kadar fosfor yang
dan A3. Dari hasil yang diperoleh diperoleh pada penelitian ini juga lebih
menyatakan bahwa perlakuan terbaik untuk besar jika dibandingkan dengan kandungan
uji kandungan fosfor dalam penelitian ini unsur fosfor pada pupuk organik cair yang
adalah perlakuan A1 dengan penambahan terbuat dari tetes tebu dengan penambahan
kuit buah pepaya sebanyak 25% dengan daun tebu mendapatkan hasil kadar fosfor
hasil 0,030%. 0,005% (Phibunwatthanawong, 2019).
Penambahan kulit pepaya sebanyak Fosfor yang diperoleh pada penelitian ini
25% (A1) berbeda nyata dengan juga lebih besar jika dibandingkan dengan
penambahan kulit pepaya sebanyak 0% pupuk organik cair yang terbuat dari
(A0), namun tidak berbeda nyata dengan kotoran kambing dengan penambahan EM4
penambahan kulit pepaya 50% (A2) dan mendapatkan kadar fosfor 60,68 ppm atau
75% (A3). Berdasarkan hasil yang diperoleh 0,0060%. Unsur fosfor yang dihasilkan pada
dapat diketahui bahwa secara umum, penelitian ini belum memenuhi standar
penambahan kulit buah pepaya pada mutu pupuk organik cair berdasarkan
pembuatan MOL yang digunakan dalam Peraturan Menteri Pertanian Tahun 2011

Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 54

Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011. dekomposisi bahan organik yang terurai


Kandungan fosfor pada upuk organik cair dalam pupuk organik cair. Unsur kalium
yang diperoleh pada penelitian ini belum dapat diserap oleh tumbuhan dalam bentuk
memenuhi standar mutu pupuk organik ion K+ (Rina, 2015). Menurut Rahmawati
cair, karena standar baku mutu kandungan (2020), menyatakan bahwa unsur kalium
unsur hara makro N,P,K yang ditetapkan yang terkandung didalam senyawa kalium
untuk pupuk organik cair adalah 3-6%. dioksida (K2O) dalam substrat digunakan
oleh mikroorganisme sebagai katalisator,
Kalium (K) akan mempengaruhi keberadaan bakteri dan
Hasil pengujian kadar kalium (K) yang aktivitasnya dalam proses fermentasi.
terkandung di dalam pupuk organik cair Kalium disimpan dan diikat oleh bakteri
limbah jeroan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan jamur di dalam sel, kalium akan tersedia
pada 4 perlakuan yaitu A0, A1, A2 dan A3 kembali jika didegradasi Kembali oleh
setelah dilakukan fermentasi selama 14 hari mikroorganisme. Dalam sumber lain,
adalah sebagai berikut: menurut Amanillah (2001), dalam Safitri
(2017), kalium adalah unsur yang dihasilkan
0,07% dari proses metabolisme bakteri, bakteri
Persentase kalium %

0,07% b
0,07% akan menggunakan ion-ion K+ bebas yang
0,07% ab ab
0,06%
0,06% a terkandung pada bahan organik sebagai
0,06% katalisator. Sehingga kadar kalium akan
0,06%
0,06% meningkat bersamaan dengan semakin
0,05%
A0 A1 A2 A3 bertambahnya jumlah bakteri. Menurut
Perlakuan Widyabudiningsih (2021), menyatakan
A0 : 0% Kulit Pepaya
bahwa aktivita mkroorganisme selama
A1 : 25 % Kulit Pepaya berlangsungnya proses pendegradasian
A2 : 50 % Kulit Pepaya bahan organik dalam proses pembuatan
A3 : 75% Kulit Pepaya
pupuk organik cair menyebabkan rantai
karbon dalam bahan organik terputus
Gambar 3. Grafik kandungan kalium pupuk menjadi unsur yang lebih sederhana
organik cair sehingga akan menyebabkan peningkatan
Gambar 3. menunjukkan bahwa unsur kalium dalam pupuk yang dihasilkan.
kandungan kalium tertinggi adalah pada Kadar kalium akan meningkat bersamaan
perlakuan A3 dengan hasil 0,070% dan hasil dengan berkembang dan bertambahnya
yang paling kecil adalah pada perlakuan A1 jumlah bakteri.
yaitu 0.060%. Sedangkan pada perlakuan A0 Hasil uji ANOVA (analysis of varian)
dan A2 sama yaitu 0.063%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi
kadar kalium yang diperoleh pada penelitian kulit buah pepaya pada perlakuan yang
ini mendapatkan hasil kadar kalium antara digunakan dalam pembuatan pupuk organik
0,060-0,070%. Menurut Syahputriani cair, memberikan pengaruh yang nyata pada
(2017), kandungan kalium dalam buah taraf 5% terhadap kandungan kalium (K)
pepaya adalah 0,023% dimana kandungan yang dihasilkan sehingga dilakukan uji lanjut
kadar kalium pada kulit buah pepaya beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk
tersebut berpengaruh terhadap hasil melihat perbedaan kandungan unsur kalium
kandungan kalium yang dihasilkan. pada setiap perlakuan penambahan
Sehingga hasil kadar kalium yang diperoleh konsentrasi kulit buah pepaya.
juga relatif kecil Berdasarkan hasil uji lanjut beda nyata
Piri (2018), menyatakan bahwa jujur (BNJ) didapatkan hasil bahwa
terjadinya peningkatan kadar kalium pada perlakuan A3 berbeda nyata dengan
pupuk organik cair disebabkan karena hasil perlakuan A1 namun Tidak berbeda nyata
metabolisme melepaskan ion K+ yang dengan perlakuan A0 dan A2. Berdasarkan
dihasilkan dari pertukaran antara kation dan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa

Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022


55 Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022

perlakuan terbaik untuk mendapatkan nilai agriculture: nutrient uptake of organic


kalium yang tertinggi adalah perlakuan A3 versus mineral fertilizers in citrus trees.
dengan penambahan kuit buah pepaya Journal Pone. 10: 1-20. DOI:
sebanyak 75% dengan hasil 0,070%. https://doi.org/10.1371/journal.pone.
Kadar kalium pupuk organik cair yang 0161619
dihasilkan pada penelitian ini lebih besar Amanillah Z, 2001. Pengaruh konsentrasi
dibandingkan dengan pupuk organik cair EM4 pada fermentasi urin sapi
yang terbuat dari limbah jeroan ikan mujair terhadap konsentrasi N, P dan K.
(Oreochromis mosambicus) dengan perbedaan Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.
variasi volume mikroorhanisme lokal [BSN] Badan Standar Nasional. 2010. SNI
(MOL) bonggol pisang dengan hasil kadar 2801:2010. Pupuk urea. Jakarta.
kalium (K) sebesar 0,030-0,037% [BSN] Badan Standar Nasional. 2005. SNI
(Lepongbulan et al. 2017). Selain itu kadar 06-6989.31-2005. Air dan limbah air
kalium yang dihasilkan juga lebih besar bagian 31: cara uji kadar fosfat dengan
dibandingkan dengan kadar kalium pada spektrofotometer secara asam askorbat.
pupuk organik cair kotoran kambing Jakarta.
dengan penambahan EM4 yaitu 519,02 Bolly HMB, Rosye T, Ngili Y. 2018. Asam
ppm atau 0,051%. Namun kadar kalium Amino, Peptida dan Protein. Yogyakarta:
yang diperoleh belum memenuhi standar Innosain.
mutu pupuk organik cair pada Peraturan Dewi NK, Kiswardianta RB, Huriawati F.
Menteri Pertanian Tahun 2011 Nomor 2016. Pemanfaatan serasah lamun
70/Permentan /SR.140/10/2011. Kadar (seagrass) sebagai bahan baku POC
kalium yang didapatkan pada penelitian ini (pupuk organik cair). Jurnal Prosiding
belum memenuhi standar baku mutu pupuk Konferensi Pendidikan Biologi, 13(1): 649-
organik cair, karena baku mutu N, P, K 652.
pupuk organik cair yang ditetapkan adalah Fahrizal A, dan Ratna. 2018. Pemanfaatan
3-6%. limbah pelelangan ikan jembatan puri
di Kota Sorong sebagai bahan
KESIMPULAN
pembuatan tepung ikan. Gorontalo
Berdasarkan penelitian yang telah Fisheries Journal, 1(2): 10-21. DOI:
dilakukan dapat diketahui bahwa perbedaan https://doi.org/10.32662/.v1i2.421
konsentrasi kulit buah pepaya (Carica papaya Fryathama I, Sukmiwati M, Sumarto. 2016.
L.) yang digunakan dalam pembuatan Pemanfaatan jeroan ikan patin
mikroorganisme lokal (MOL) tidak (Pangasius hypoptalmus) dengan
berpengaruh nyata terhadap kandungan penambahan kulit pisang kepok (Musa
nitrogen (N) yang dihasilkan serta acuminata balbisiana) pada pembuatan
berpengaruh nyata terhadap kandungan pupuk organik cair. Jurnal Online
fosfor (P) dan kalium (K). perlakuan terbaik Mahasiswa, 4(1): 1-10.
pada penelitian ini adalah perlakuan A3 Hapsari N, dan Welasi T. 2013.
dengan penambahan kulit buah pepaya Pemanfaatan limbah ikan menjadi
75%. Hasil kandungan NPK yang diperoleh pupuk organik. Jurnal Teknik
dalam penelitian ini belum memenuhi Lingkungan, 2(1): 1-6.
Peraturan Mentri Pertanian Tahun 2011 Harianti. 2012. Pemanfaatan limbah padat
Nomor 70/Permentan/SR.140 /10/2011. hasil perikanan menjadi produk yang
bernilai tambah. Jurnal Balik Dewa. 3
(2): 39-46.
DAFTAR PUSTAKA Hossain U. dan Alam AKMN. 2015.
Production of powder fish silage from
Alcantara BM, Cuenca MRM, Bermenjo A, fish market waters. SAARC Journal of
Legaz F, Quinones A. 2016. Liquid Agriculture. 13(2): 13-25. DOI:
organic fertilizers for sustainable

Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 56

https://doi.org/10.3329/sja.v13i2.265 http://dx.doi.org/10.26418/protobion
65 t.v6i3.22473
Lepongbulan W, Tiwow V, Diah A. 2017. Simanjorang N, Kurniawati N, Hasan Z.
Analisis unsur hara pupuk organik cair 2012. Pengaruh penggunaan enzim
dari limbah ikan mujair (Oreochromis papain dengan konsentrasi yang
mosambicus) Danau Lindu dengan variasi berbeda terhadap karakteristik kimia
volume mikroorhanisme lokal (MOL) kecap tutut. Jurnal Perikanan dan
bonggol pisang. Jurnal Akad. Kim. 6(2): Kelautan, 3(4): 209-220
92-97. DOI: Sriyundiyati NP. 2013. Pemanfaatan nasi
https://doi.org/10.22487/j24775185.2 basi sebagai pupuk organik cair dan
017.v6.i2.9239 aplikasinya untuk pemupukan tanaman
Mustofa M, dan Fikri LS. 2022. Pupuk cair bunga kertas orange (Bougainvil lea
organik dari limbah bioeranol dan spectabilis). Jurnal Kimia Akademik, 2(4):
limbah ternak kambing: analisis kadar 187-195.
N, P, dan K. Jurnal Sosial dan Sains. 2(1): Sundari I, Makruf WF, Dewi EN. 2014.
210 - 218. Pengaruh penggunaan bioaktivator
Palupi NP. 2015. Ragam larutan em4 dan penambahan tepung ikan
mikroorganisme lokal sebagai terhadap spesifikasi pupuk organik cair
dekomposer rumput gajah (Pennisetum rumput laut (Gracilaria sp.). Jurnal
purpureum). Jurnal Ziraa’ah, 40(2): 123- Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
128. Perikanan, 3(3): 88-94.
Phibunwatthanawong T, dan Riddech N. Susilo PIS. 2021. Penentuan kadar nitrogen,
2019. Liquid organic fertilizer fosfor dan kalium pupuk organik cair
production for growing vegetables daun kelor (Moringa oleifera L.) hasil
under hydroponic condition. fermentasi menggunakan EM4. Thesis.
International Journal of Recycling of Organic Universitas Islam Negeri Maulana
Waste in Agriculture. 8: 369-380. Malik Ibrahim.
Piri GA, dan Mirwan M. 2018. Pembuatan Syafri R, Chairil, Simamora D. 2017.
pupuk cair dari limbah pengolahan Analisa unsur hara makro pupuk
ikan tradisional. Jurnal Enviroten. 9(2): 1- organik cair (POC) dari limbah industri
5. keripik nenas dan nangka desa kualu
Prayitno. 2012. Pemanfaatan limbah kulit nenas dengan penambahan urin sapi
ikan nila dari industri filet untuk kulit dan EM4. Jurnal Photon, 8(1): 99-104.
jaket. Jurnal Majalah Kulit, Karet dan Syahputriani N. 2017. Pengujian Pupuk
Plastik, 28(1): 51-59. Organik Cair Limbah Buah Pepaya
Prihandarini R. 2014. Manajemen Sampah, Pada Pertumbuhan dan Produksi
Daur Ulang Sampah Menjadi Pupuk Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.
Organik. Jakarta: PerPod. Saccharata Sturt). Skripsi. Universitas
Rina D. 2015. Manfaat unsur N, P dan K Medan Area.
bagi tanaman. (Online). http://kaltim. Tiwow VMA, Adrianto, Abram PH.
Litbang.Pertanian.go.id/ind/index.php Hopiyanti N. 2019. Production of
?option=com_content&view=article&i liquid and solid organic fertilizer from
d=707&Itemid=59. (Diakses pada tilapia fish (Oreochromis mossambicus)
tanggal 27 Maret 2022). wasteusing “bakasang” traditional
Safitri AD, Linda R, Rahmawati. 2017. fermentation technology. International
Aplikasi pupuk organik cair (POC) Journal of Engineering and Advanced
kotoran kambing difermentasikan Technology (IJEAT). 8(3): 885-888.
dengan EM4 terhadap pertumbuhan Wibowo TA, Untari DS, Anwar R. 2021.
dan produktivitas tanaman cabai rawit Tingkat penerimaan masyarakat
(Capsicum frutescents L.) Var. Bara. Jurnal terhadap ikan nila (Oreochromis niloticus)
Protobiont, 6(3): 182 – 187. DOI: segar dengan habitat yang berbeda.

Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022


57 Jurnal FishtecH, Vol. 11 No. 1 Tahun 2022

Jurnal Ilmu Perikanan. 12(1): 72-79. https://doi.org/10.20885/ijca.vol4.iss1


DOI: .art4
https://doi.org/10.35316/jsapi.v12i1.1
124 Wignyanto, Hidayat N. 2017. Bioindustri.
Widyabudiningsih D, Troskialina L, Fauziah Malang: UB Press.
S, Shalihatunnisa, Riniati, Djenar NS, Zaroh F, Kusrinah, Setyawati SM. 2018.
Hulupi M, Indrawati L, Fauzan A, Perbandingan variasi konsentrasi
Abdilah F. 2021. Pembuatan dan pupuk organik cair dari limbah ikan
pengujian pupuk organik cair dari terhadap pertumbuhan tanaman cabai
limbah kulit buah-buahan dengan merah (Capsicum annum L.). Jurnal
penambahan bioaktivator em4 dan Biologi dan Pengaplikasian Biologi. 1(1):
variasi waktu fermentasi. Jurnal Analisis 50-57. DOI:
Kimia Indonesia. 4(1) : 30-39. DOI: https://doi.org/10.21580/ah.v1i1.26
87

Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila

You might also like