Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Liquid organic fertilizer is an organic fertilizer made in liquid with the aim to ease the process
absorption of nutrients by plants because the nutrient content in liquid organic fertilizer has
been decomposed. This study aims to utilize waste viscera of tilapia (Oreochromis niloticus)
as a raw material in the making process of liquid organic fertilizer and find effect of
concentration differences of papaya peel (Carica papaya L.) as local microorganisms (MOL)
on the nutrient content of liquid organic fertilizers. The research used a randomized block
design by 4 treatment levels and 3 replications. The treatment was the difference in
concentration of papaya peel as MOL i.e. A1 (0%), A2 (25%), A3 (50%) and A3 (75%). The
parameters observed were the content of macronutrients nitrogen (N), phosphorus (P) and
potassium (K) in liquid organic fertilizer. The results showed that the maximum levels of N, P
and K in this study were nitrogen (N) levels of 0.143% the addition of 75% MOL papaya peel,
phosphorus content (P) 0.030% the addition of 25% MOL papaya peel and potassium (K)
content of 0.070% the addition of 75% MOL papaya peel. The results of this study, the best
treatment was A3 by addition 75% MOL papaya peel.
Keywords: liquid organic fertilizer, nitrogen (N), phosphorus (P), potassium (K)
ABSTRAK
Pupuk organik cair merupakan pupuk orgaik yang dibuat dalam bentuk cair dengan tujuan
untuk mempermudah proses penyerapan unsur hara oleh tanaman karena kandungan nutrisi
dalam pupuk organik cair sudah terurai. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah
jeroan ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk organik cair
dan mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi kulit buah pepaya (Carica papaya L.) yang
digunakan dalam pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) terhadap kandungan unsur hara
pupuk organik cair. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4
taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan meliputi konsentrasi kulit buah
pepaya dalam pembuatan MOL yaitu A1 (0%), A2 (25%), A3 (50%) dan A3 (75%). Parameter
pengamatan meliputi kandungan unsur hara makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K)
pada pupuk organik cair. Hasil penelitian menunjukkan kadar N, P dan K maksimum yang
diperoleh pada penelitian ini adalah kadar nitrogen (N) 0,143% dengan penambahan MOL
75% kulit pepaya, kadar fosfor (P) 0,030% dengan penambahan MOL 25% kulit pepaya dan
kadar kalium (K) 0,070% dengan penambahan MOL 75% kulit pepaya. Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada penelitian ini, perlakuan terbaik merupakan perlakuan A3 dengan penambahan
MOL kulit buah pepaya 75%.
Kata kunci: pupuk organik cair, nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K)
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 48
organ baru seperti daun dan akar serabut MOL yang berasal dari limbah ikan dalam
yang lebih baik. Pemupukan tanaman proses pembuatan bokashi rumput gajah
menggunakan pupuk organik cair (Palupi 2015).
berdampak terhadap peningkatan serapan Penelitian Alcantara et al. (2016),
unsur hara makro dan mikro yang lebih baik menyatakan bahwa penggunaan pupuk
dibandingkan dengan tumbuhan yang organik cair berbasis hewani lebih baik
dipupuk dengan mineral. Pupuk organik dibandingkan dengan pupuk organik cair
cair berbasis hewani dapat meningkatkan berbasis nabati. Lepongbulan et al. (2017)
kandungan karbohidrat pada daun dan melaporkan bahwa kandungan unsur hara
konsentrasi nitrat tanah yang lebih rendah, pada pupuk organik cair (POC) yang berasal
P dan Mg yang lebih tinggi dapat ditukar dari limbah ikan mujair menggunakan
dalam ekstrak tanah dibandingkan dengan variasi volume MOL bonggol pisang
pupuk nabati. Oleh karena itu, pupuk mendapatkan nilai maksimum yaitu untuk
organik cair dapat digunakan sebagai nitrogen (N) sebesar 0,311% pada
alternatif pemupukan pada tumbuhan. penambahan 100 mL MOL bonggol pisang,
Pupuk organik cair dapat dibuat phosfor 0,167% pada penambahan 150 mL
mengunakan bahan dasar limbah jeroan MOL bonggol pisang, dan kalium 0,037%
ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan pada penambahan 150 mL MOL bonggol
penambahan MOL yang berasal dari limbah pisang.
kulit buah papaya (Carica papaya L.). Berdasarkan hal tersebut tersebut perlu
Menurut Hossain dan Alam (2015) jeroan dilakukan penelitian dengan penggunaan
ikan secara umum mengandung 20% lemak, bahan organik berbasis hewani dengan
14,01% protein, 60,62% kadar air dan pengaruh penggunaan MOL dari limbah
4,75% kadar abu. Berdasarkan nutrient yang kulit buah papaya (Carica papaya L.) sebagai
terkandung dalam jeroan ikan cukup tinggi biofaktor dalam pembuatan pupuk organik
maka, limbah dari jeroan ikan nila dapat cair (POC) limbah ikan nila (Oreochromis
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam niloticus). Tujuan dari penelitian ini adalah
proses pembuatan pupuk organik cair. pemanfaatan limbah jeroan ikan nila sebagai
Untuk memperkaya kandungan unsur hara bahan baku dalam proses pembuatan pupuk
pada pupuk organik cair (POC) dapat organik cair dan menentukan pengaruh
dilakukan penambahan tepung ikan. perbedaan konsentrasi kulit buah pepaya
Menurut Sundari (2014), penambahan (Carica papaya L.) yang digunakan dalam
tepung ikan dapat meningkatkan kandungan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL)
unsur hara dalam pupuk organik cair terhadap kandungan unsur hara N, P dan K
melalui proses dekomposisi oleh pada pupuk organik cair yang dihasilkan.
mikroorganisme. Dalam melakukan proses
dekomposisi, mikroorganisme memerlukan BAHAN DAN METODE
sumber karbon (C) dalam bahan organik
Bahan dan Aalat
sebagai sumber energi serta nitrogen (N)
Alat-alat yang digunakan dalam
yang digunakan untuk mensintesis protein
penelitian ini adalah gelas ukur 250 ml
bagi pertumbuhan mikroorganisme itu
(Pyrex), gelas ukur plastik 1000 ml (Maggie),
sendiri.
baskom, pisau (Golden Stainless), talenan,
Selanjutnya akan dilepas kembali
piring, pengaduk, toples plastic, corong
sebagai unsur yang terkandung dalam
plastik, mangkuk plastik, neraca digital (SF-
pupuk organik cair yang dihasilkan.
400), blender, sendok, spatula, saringan,
Menurut (Palupi 2015) limbah kulit buah
kertas label, kain lap, labu kjedahl, alat
pepaya dapat digunakan sebagai bahan
destruksi, alat destilasi, alat titrasi, pipet
utama dalam pembuatan MOL atau
tetes, tablet kjeldahl, tabung reaksi, labu
mikroganisme lokal. Penggunaan MOL
ukur, spektrofotometer dan gelas kimia.
yang berasal dari kulit buah papaya
Bahan-bahan yang digunakan dalam
merupakan MOL terbaik kedua setelah
penelitian ini adalah jeroan ikan nila, larutan
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 50
gula merah, air cuian beras, air kelapa tua, Parameter Pengamatan
tepung ikan, aquadest, limbah kulit pepaya, Parameter yang diamati pada penelitian
larutan H2SO4 (Merck), NaOH (Merck), ini adalah kandungan unsur hara makro
H3BO3 9Merck) dan HCl (Merck). nitrogen (N) (SNI 2801: 2010), fosfor (P)
(SNI 06-6989.31-2005) dan kalium (K)
Metode Penelitian (SNI 03-4152-1996) pada pupuk organik
Penelitian yang dilakukan mengunakan cair yang dihasilkan.
rancangan acak kelompok (RAK) dengan
menggunakan faktor perlakuan yaitu Analisis Data
perbedaan konsentrasi kulit buah pepaya Hasil dari penelitian dijabarkan secara
pada pembuatan MOL yang digunakan deskriptif serta disajikan dalam bentuk
dalam pembuatan pupuk organik cair yaitu diagram batang untuk menetahui pengaruh
A0 (0%), A1 (25%), A2 (50%) dan A3 pada perlakuan perbedaan konsentrasi kulit
(75%) dengan masing-masing perlakuan buah pepeya (Carica papaya L.) terhadap
dilakukan 3 kali ulangan. kandungan unsur hara makro yaitu N, P
dan K pada pupuk organik cair yang
Prosedur Kerja dihasilkan.
Pembuatan mikroorganisme lokal
(MOL) kulit buah (Palupi 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN
Prepasrasi kulit buah pepaya
Nitrogen (N)
berdasarkan perlakuan yaitu 0%, 25%, 50%
Hasil pengujian kadar nitrogen (N)
dan 75%. Kulit pepaya diblender sampai
yang terkandung di dalam pupuk organik
halus. Kulit pepaya yang telah halus
cair limbah jeroan ikan nila (Oreochromis
dimasukkan kedalam wadah yang berbeda
niloticus) pada 4 perlakuan yaitu A0, A1, A2
berdasarkan perlakuan. Gula merah
dan A3 setelah dilakukan fermentasi selama
sebanyak 125 g yang telah dihaluskan
14 hari adalah sebagai berikut:
dimasukkan ke dalam masing-masing wadah.
Selanjutnya 500 mL air cucian beras dan
Persentase Nitrogen (%)
kulit pepaya mendapatkan hasil yang lebih yang tersedia dalam proses fermentasi
besar dibandingkan dengan hasil pada jumlahnya sangat terbatas sehongga dapat
perlakuan tanpa menggunakan kulit pepaya, mengakibatkan ammonia yang dihasilkan
namun perlakuan A1, A2 dan A3 tidak dalam proses fermentasi tidak bisa diubah
memberikan pengaruh yang nyata. Pada kedalam bentuk nitrat, dan nitrogen bisa
perlakuan kontrol, kadar nitrogen yang hilang dalam bentuk gas NH3 pada kondisi
dihasilkan lebih rendah dari pada perlakuan pH dan suhu yang tinggi. Berdasarkan hasil
dengan menggunakan penambahan kulit penelitian yang diperoleh menyatakan
buah pepaya. Hal ini dapat terjadi karena bahwa perlakuan terbaik untuk
pada penambahan kulit buah pepaya mendapatkan nilai nitrogen yang tertinggi
mengandung enzim papain yang dapat adalah perlakuan A3 dengan penambahan
mendegradasi protein dalam bahan jeroan kuit pepaya sebanyak 75% yaitu 0,143%.
limbah ikan menjadi asam amino Bahan utama yang digunakan dalam
(Simanjorang et al. 2012). Menurut penelitian ini adalah jeroan ikan nila dan
Simanjorang et al. (2012), rendahnya tepung limbah ikan. Zaroh et al. (2018),
kandungan nitrogen pada produk menyebutkan bahwa secara umum jeroan
fermentasi hasil perikanan tanpa ikan mengandung protein 36-57%. Fahrizal
menggunakan enzim papain disebabkan dan Ratna (2018) menyebutkan bahwa
karena proses hidrolisis bahan organik tepung berbahan dasar limbah ikan
tanpa penambahan enzim akan berjalan memiliki kandungan protein antara 48-57%.
lambat. Enzim proteolitik yang berperan Protein adalah makromolekul yang
dalam proses pendegradasian bahan oganik terbentuk dari rantai polipeptida.
dalam proses fermentasi berasal dari ikan Protein terdiri dari beberapa molekul
terutama terdapat pada saluran cerna, yaitu diantaranya unsur C, H, N, O dan
pada bagian sekum pilorus dan mukus usus. terkadang S, P, Fe, Zn dan Co. Rumus
Enzim proteolitik dari bakteri diproduksi umum protein adalah RCH(NH2) COOH,
oleh bakteri halofilik (Lepongbulan et al dimana C adalah karbon, H adalah
2012). hidrogen, N adalah nitrogen, O adalah
MOL yang berasal dari kulit buah oksigen, dan R merupakan suatu gugus yang
pepaya juga mengandung mikroba memiliki struktur dan komposisi yang
pendegradasi bahan organik untuk bervariasi (Bolly et al. 2018). Kandungan
menguraikan protein (senyawa kompleks) protein pada jeroan ikan dan tepung ikan
menjadi unsur yang lebih sederhana dan akan dirombak oleh bakteri nitrifikasi
salah satunya adalah nitrogen. Menurut Rina dengan mengubah ammonia menjadi nitrat.
(2015), nitrogen dapat diserap oleh tanaman Pada saat proses pembusukan selesai,
dalam bentuk ion ammonium (NH4+) atau mikroorganisme akan melepaskan nitrogen
ion nitrat (NO3-). Untuk dapat sebagai salah satu komponen utama yang
dimanfaatkan oleh tumbuhan senyawa terkandung dalam pupuk organik cair
protein harus dipecah menjadi unsur yang (Sundari et al. 2014). Menurut Tiwow et al.
lebih sederhana. Mikroba pengurai bahan (2019), menyatakan bahwa pada fermentasi
organik yang terkandung di dalam MOL ikan terjadi pemecahan protein, lemak dan
yang berasal dari kulit buah pepaya adalah komponen lainnya. Terutama protein yang
Bacillus sp dan Pseudomonas. Oleh karena itu akan dihidrolisis menjadi turunan-
MOL yang digunakan dalam pembuatan turunannya, seperti protease, pepton,
pupuk organik cair juga berpengaruh peptida, dan asam amino.
terhadap kadar nitrogen yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi dalam proses
Menurut Mustofa dan Fikri (2022), fermentasi untuk mendapatkan nitrogen
nitrogen yang dihasilkan dalam proses menurut Susilo (2021) adalah sebagai
fermentasi berbentuk ammonia. Oksigen berikut:
Protease
Protein + Energi TP + NADP + NH3 + Energi
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 52
0,03% a b ab ab
0,03% dalam bahan maka multiplikasi
0,02% mikroorganisme yang akan merombak
0,02% fosfor akan meningkat, begitu juga
0,01%
0,01% kandungan unsur fosfor dalam pupuk akan
0,00% meningkat seiring dengan semakin tingginya
A0 A1 A2 A3 kandungan fosfor dalam bahan (Fryathamaet
Perlakuan al. 2016). Menurut Syahputriani (2017),
A0 : 0% Kulit Pepaya kandungan fosfor dalam kulit buah pepaya
A1 : 25 % Kulit Pepaya yang relatif kecil yaitu sebesar 0,02%
A2 : 50 % Kulit Pepaya sehingga unsur fosfor yang dihasilkan pada
A3 : 75% Kulit Pepaya penelitian ini relatif kecil.
Selain kandungan unsur nitrogen
Gambar 2. Grafik kandungan fosfor pupuk dan fosfor yang tersedia dalam bahan yang
organik cair digunakan dalam pembuatan pupuk organik
cair, mikroba dalam MOL kulit buah
Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui pepaya juga berperan dalam perombakan
bahwa kandungan unsur fosfor tertinggi bahan organik sehingga dapat menghasilkan
adalah pada perlakuan A1 yaitu 0,030% dan unsur N, P dan K yang dapat dimanfaatkan
Hasil uji ANOVA (analysis of varian) proses pembuatan pupuk organik cair
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi mendapatkan hasil kandungan fosfor yang
kulit buah pepaya pada perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan kandungan
digunakan dalam pembuatan MOL dalam fosfor pada perlakuan tanpa menggunakan
pembuatan pupuk organik cair limbah kulit buah pepaya. Hal tersebut dapat dilihat
jeroan ikan nila, memberikan pengaruh yang pada hasil penelitian bahwa pada perlakuan
nyata pada taraf 5% terhadap kandungan A0 dengan penambahan MOL tanpa kulit
fosfor (P) yang dihasilkan sehingga pepaya didapatkan hasil 0,022%, selanjutnya
dilakukan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) perlakuan A1, A2 dan A3 secara berurut
taraf 5% untuk melihat perbedaan adalah 0,030%, 0,025% dan 0,27%.
kandungan unsur fosfor pada setiap Berdasarkan hasil yang diperoleh,
perlakuan penambahan konsentrasi kulit kandungan kadar fosfor yang dihasilkan
buah pepaya yang berbeda pada pembuatan pada penelitian ini lebih baik dibandingkan
pupuk orgaik cair limbah jeroan ikan nila dengan kandungan kadar fosfor yang
(Oreochromis niloticus). dihasilkan pada pupuk organik cair
Berdasarkan hasil uji lanjut beda nyata berbahan dasar serasah lamun (Seagrass)
jujur (BNJ) didapatkan hasil perlakuan A1 dengan penambahan bioaktivator EM4
berbeda nyata dengan perlakuan A0 namun dengan hasil kadar fosfor 30,64 ppm atau
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2 0,0030 % (Dewi, 2016). Kadar fosfor yang
dan A3. Dari hasil yang diperoleh diperoleh pada penelitian ini juga lebih
menyatakan bahwa perlakuan terbaik untuk besar jika dibandingkan dengan kandungan
uji kandungan fosfor dalam penelitian ini unsur fosfor pada pupuk organik cair yang
adalah perlakuan A1 dengan penambahan terbuat dari tetes tebu dengan penambahan
kuit buah pepaya sebanyak 25% dengan daun tebu mendapatkan hasil kadar fosfor
hasil 0,030%. 0,005% (Phibunwatthanawong, 2019).
Penambahan kulit pepaya sebanyak Fosfor yang diperoleh pada penelitian ini
25% (A1) berbeda nyata dengan juga lebih besar jika dibandingkan dengan
penambahan kulit pepaya sebanyak 0% pupuk organik cair yang terbuat dari
(A0), namun tidak berbeda nyata dengan kotoran kambing dengan penambahan EM4
penambahan kulit pepaya 50% (A2) dan mendapatkan kadar fosfor 60,68 ppm atau
75% (A3). Berdasarkan hasil yang diperoleh 0,0060%. Unsur fosfor yang dihasilkan pada
dapat diketahui bahwa secara umum, penelitian ini belum memenuhi standar
penambahan kulit buah pepaya pada mutu pupuk organik cair berdasarkan
pembuatan MOL yang digunakan dalam Peraturan Menteri Pertanian Tahun 2011
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 54
0,07% b
0,07% akan menggunakan ion-ion K+ bebas yang
0,07% ab ab
0,06%
0,06% a terkandung pada bahan organik sebagai
0,06% katalisator. Sehingga kadar kalium akan
0,06%
0,06% meningkat bersamaan dengan semakin
0,05%
A0 A1 A2 A3 bertambahnya jumlah bakteri. Menurut
Perlakuan Widyabudiningsih (2021), menyatakan
A0 : 0% Kulit Pepaya
bahwa aktivita mkroorganisme selama
A1 : 25 % Kulit Pepaya berlangsungnya proses pendegradasian
A2 : 50 % Kulit Pepaya bahan organik dalam proses pembuatan
A3 : 75% Kulit Pepaya
pupuk organik cair menyebabkan rantai
karbon dalam bahan organik terputus
Gambar 3. Grafik kandungan kalium pupuk menjadi unsur yang lebih sederhana
organik cair sehingga akan menyebabkan peningkatan
Gambar 3. menunjukkan bahwa unsur kalium dalam pupuk yang dihasilkan.
kandungan kalium tertinggi adalah pada Kadar kalium akan meningkat bersamaan
perlakuan A3 dengan hasil 0,070% dan hasil dengan berkembang dan bertambahnya
yang paling kecil adalah pada perlakuan A1 jumlah bakteri.
yaitu 0.060%. Sedangkan pada perlakuan A0 Hasil uji ANOVA (analysis of varian)
dan A2 sama yaitu 0.063%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi
kadar kalium yang diperoleh pada penelitian kulit buah pepaya pada perlakuan yang
ini mendapatkan hasil kadar kalium antara digunakan dalam pembuatan pupuk organik
0,060-0,070%. Menurut Syahputriani cair, memberikan pengaruh yang nyata pada
(2017), kandungan kalium dalam buah taraf 5% terhadap kandungan kalium (K)
pepaya adalah 0,023% dimana kandungan yang dihasilkan sehingga dilakukan uji lanjut
kadar kalium pada kulit buah pepaya beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk
tersebut berpengaruh terhadap hasil melihat perbedaan kandungan unsur kalium
kandungan kalium yang dihasilkan. pada setiap perlakuan penambahan
Sehingga hasil kadar kalium yang diperoleh konsentrasi kulit buah pepaya.
juga relatif kecil Berdasarkan hasil uji lanjut beda nyata
Piri (2018), menyatakan bahwa jujur (BNJ) didapatkan hasil bahwa
terjadinya peningkatan kadar kalium pada perlakuan A3 berbeda nyata dengan
pupuk organik cair disebabkan karena hasil perlakuan A1 namun Tidak berbeda nyata
metabolisme melepaskan ion K+ yang dengan perlakuan A0 dan A2. Berdasarkan
dihasilkan dari pertukaran antara kation dan hasil yang diperoleh menyatakan bahwa
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila 56
https://doi.org/10.3329/sja.v13i2.265 http://dx.doi.org/10.26418/protobion
65 t.v6i3.22473
Lepongbulan W, Tiwow V, Diah A. 2017. Simanjorang N, Kurniawati N, Hasan Z.
Analisis unsur hara pupuk organik cair 2012. Pengaruh penggunaan enzim
dari limbah ikan mujair (Oreochromis papain dengan konsentrasi yang
mosambicus) Danau Lindu dengan variasi berbeda terhadap karakteristik kimia
volume mikroorhanisme lokal (MOL) kecap tutut. Jurnal Perikanan dan
bonggol pisang. Jurnal Akad. Kim. 6(2): Kelautan, 3(4): 209-220
92-97. DOI: Sriyundiyati NP. 2013. Pemanfaatan nasi
https://doi.org/10.22487/j24775185.2 basi sebagai pupuk organik cair dan
017.v6.i2.9239 aplikasinya untuk pemupukan tanaman
Mustofa M, dan Fikri LS. 2022. Pupuk cair bunga kertas orange (Bougainvil lea
organik dari limbah bioeranol dan spectabilis). Jurnal Kimia Akademik, 2(4):
limbah ternak kambing: analisis kadar 187-195.
N, P, dan K. Jurnal Sosial dan Sains. 2(1): Sundari I, Makruf WF, Dewi EN. 2014.
210 - 218. Pengaruh penggunaan bioaktivator
Palupi NP. 2015. Ragam larutan em4 dan penambahan tepung ikan
mikroorganisme lokal sebagai terhadap spesifikasi pupuk organik cair
dekomposer rumput gajah (Pennisetum rumput laut (Gracilaria sp.). Jurnal
purpureum). Jurnal Ziraa’ah, 40(2): 123- Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
128. Perikanan, 3(3): 88-94.
Phibunwatthanawong T, dan Riddech N. Susilo PIS. 2021. Penentuan kadar nitrogen,
2019. Liquid organic fertilizer fosfor dan kalium pupuk organik cair
production for growing vegetables daun kelor (Moringa oleifera L.) hasil
under hydroponic condition. fermentasi menggunakan EM4. Thesis.
International Journal of Recycling of Organic Universitas Islam Negeri Maulana
Waste in Agriculture. 8: 369-380. Malik Ibrahim.
Piri GA, dan Mirwan M. 2018. Pembuatan Syafri R, Chairil, Simamora D. 2017.
pupuk cair dari limbah pengolahan Analisa unsur hara makro pupuk
ikan tradisional. Jurnal Enviroten. 9(2): 1- organik cair (POC) dari limbah industri
5. keripik nenas dan nangka desa kualu
Prayitno. 2012. Pemanfaatan limbah kulit nenas dengan penambahan urin sapi
ikan nila dari industri filet untuk kulit dan EM4. Jurnal Photon, 8(1): 99-104.
jaket. Jurnal Majalah Kulit, Karet dan Syahputriani N. 2017. Pengujian Pupuk
Plastik, 28(1): 51-59. Organik Cair Limbah Buah Pepaya
Prihandarini R. 2014. Manajemen Sampah, Pada Pertumbuhan dan Produksi
Daur Ulang Sampah Menjadi Pupuk Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.
Organik. Jakarta: PerPod. Saccharata Sturt). Skripsi. Universitas
Rina D. 2015. Manfaat unsur N, P dan K Medan Area.
bagi tanaman. (Online). http://kaltim. Tiwow VMA, Adrianto, Abram PH.
Litbang.Pertanian.go.id/ind/index.php Hopiyanti N. 2019. Production of
?option=com_content&view=article&i liquid and solid organic fertilizer from
d=707&Itemid=59. (Diakses pada tilapia fish (Oreochromis mossambicus)
tanggal 27 Maret 2022). wasteusing “bakasang” traditional
Safitri AD, Linda R, Rahmawati. 2017. fermentation technology. International
Aplikasi pupuk organik cair (POC) Journal of Engineering and Advanced
kotoran kambing difermentasikan Technology (IJEAT). 8(3): 885-888.
dengan EM4 terhadap pertumbuhan Wibowo TA, Untari DS, Anwar R. 2021.
dan produktivitas tanaman cabai rawit Tingkat penerimaan masyarakat
(Capsicum frutescents L.) Var. Bara. Jurnal terhadap ikan nila (Oreochromis niloticus)
Protobiont, 6(3): 182 – 187. DOI: segar dengan habitat yang berbeda.
Wicaksono et al. Analisis NPK Pupuk Organik Cair Limbah Ikan Nila