Professional Documents
Culture Documents
Hikmahanto dalam jurnal itu mengatakan bahwa Indonesia meyakini Pulau Sipadan
dan Ligitan masuk ke wilayah Belanda, yang kemudian diwariskan ke Indonesia.
Sultan Sulu tidak pernah memiliki kedua pulau tersebut, namun pernilik dari
kedua pulau tersebut ialah Sultan Bulungan
Pada tanggal 31 Mei 1997, kedua pihak menyepakati “Special Agreement for the
submission to the International Court of Justice the dispute between Indonesia and
Malaysia concerning the soverignty over Pulau Sipadan and Pulau Ligitan”
Yang artinya “Perjanjian Khusus untuk diajukan ke Mahkamah Internasional dalam
Sengketa
antara Indonesia dan Malaysia menyangkut Kedaulatan atas Pulau Sipadan dan
Ligitan”.
isi perjanjian antara Malaysia dan Indonesia pada tanggal 31 mei 1997 ada beberapa
hal terpenting dari Perjanjian tersebut adalah sebagai berikut:
- Dalam Pasal 1 nya menyatakan bahwa : “pihak sepakat untuk mengajukan
sengketa ini ke Mahkamah berdasarkan Pasal 36 (1) Statuta Mahkama”.
- Dalam Pasal 2 : “Mahkamah dimohon untuk menetapkan berdasarkan
perjanjianperjanjian, persetujuan-persetujuan dan bukti-bukti lain yang diajukan
oleh para pihak, apakah kedaulatan atas Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan adalah
milik Republik Indonesia atau Malaysia
Kasus-kasaus yang dirujuk oleh para pihak di Pengadilan yaitu guna menentukan
perjanjian, dan bukti lain diberikan oleh kedua pihak. Bahwa Indonesia atau Malaysia
yang memiliki kedua pulau tersebut
yang menjadi argumen dasar dari Indonesia ialah perjanjian yang pernah dibuat
oleh Belanda dan Inggris pada tahu 1891 atau disebut dengan perjanjian 1891,
Berdasarkan perjanjian ini Indonesia berargumen bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan
masuk dalam wilayah Belanda pada waktu dibuatnya perjanjian itu, dan kemudian
setelah Indonesia merdeka maka Indonesia mewarisinya.
Indonesia membuat bantahan dalam dua bentuk, yaitu Counter Memorial dan Reply
dalam acara tertulis dan dipertegas dalam acara lisan, yang pada pokoknya Indonesia
Menurut Indonesia Sultan Sulu tidak pernah memiliki kedua pulau tersebut, namun
pernilik dari kedua pulau tersebut ialah Sultan Bulungan.
Note : Kemudian yang menjadi argumen dasar pihak Malaysia ialah berdasarkan 3
(Tiga) hal :
1. Hak atas kedua pulau tersebut berdasarkan pada beberapa transaksi (series of
transcations) dari Sultan Sulu hingga Inggris dan terakhir Malaysia.
2. Malaysia mengklaim bahwa dari Inggris hingga kemudian Malaysia telah
melakukan penguasaan damai secara berkesinambungan (continuoits peaceful
possession} sejak tahun 1878. Bahkan, Belanda dan kemudian Indonesia telah lama
menterlantarkan (inactivity} pulau Sipadan dan Ligitan Tersebut tersebut.
3. Bahwa Perjanjian 1891 tidak mendukung klaim Indonesia atas pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan
Berdasarkan ketentuan ini Indonesia berpendirian bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan
masuk dalam wilayah Belanda, pada waktu itu, dan Indonesia kemudian
mewarisinya. Dasar ini diuraikan secara ekstensif dalam Memorial Indonesia."
Memorial yang disusun oleh Indonesia terdiri dari 9 bab.
dari kedua pulau adalah Sultan Bulungan. Kedua, Indonesia mendalikan bahwa hak
atas kepemilikan dari British North Borneo Company (BNBC) sebenarnya tidak
pernah ada. Indonesia bersikukuh bahwa berdasarkan Perjanjian 1891 kepemilikan
atas kedua pulau berada pada Belanda."Bahkan, Spanyol dan Amerika Serikat tidak
memiliki hak atas kedua pulau. Terakhir, Indonesia berpendirian bahwa penguasaan
dan pelaksanaan administrasi (possession and administration) oleh Malaysia setelah
tahun 1891 tidak memberi hak kepada Malaysia untuk memilikinya."