You are on page 1of 20

MAKALAH

KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen Pengampu: NAMA

Disusun Oleh :
NAMA NPM
NAMA NPM
NAMA NPM
NAMA NPM
NAMA NPM
NAMA NPM
NAMA NPM
NAMA NPM

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul,
“Kebijakan Publik” dapat kami selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca untuk memahami kebijakan publik.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah Swt. karuniai kepada
kami sehingga karya tulis ilmiah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah.
Kepada kedua orang tua yang telah memberikan banyak kontribusi bagi penulis, dosen
dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam berbagai hal.
Harapan penulis adalah semoga informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada penulisan makalah ini,
kami mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Banjarmasin, 19 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
3
Pendahuluan

Maha Suci Allah yang telah menciptakan beraneka ragam hewan ternak
yang bermanfaat dalam kehidupan manusia. Jika kita perhatikan makna
yang tersirat dalam surat Al Mukminuun ayat 21 tersebut dapat dilihat
pentingnya hewan ternak bagi manusia. Betapa tidak, produk utama ternak
(susu, daging dan telur) merupakan bahan pangan hewani bergizi tinggi
yang dibutuhkan manusia. Selain itu, ternak juga berperan sebagai sumber
pendapatan, sebagai tabungan hidup, tenaga kerja pengolah lahan, alat
transportasi, penghasil biogas, penghasil pupuk kandang dan sebagai
hewan kesayangan (Tangka et al. 2000). Tidak heran bila Prof. I.K. Han,
Guru Besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul, Korea
Selatan (1999) menyebutkan pentingnya ternak dalam peningkatan kualitas
hidup manusia. Ternak juga bermanfaat dalam kegiatan keagamaan:
misalnya dalam melaksanakan ibadah qurban, dibutuhkan ternak sapi,
domba ataupun kambing. Pada zaman dahulu jumlah pemilikan ternak juga
merupakan indikasi strata sosial seseorang.

Hewan ternak merupakan komoditi yang sudah lama akrab dalam


kehidupan sehari-hari kaum Muslimin. Di dalam Al Quran terdapat
beberapa nama hewan ternak yang dijadikan sebagai nama surat, misalnya
ternak sapi betina (Al Baqarah), hewan ternak (Al An'am), dan lebah (An
Nahl). Banyak sekali ayat Al Quran yang secara eksplisit menyebut nama-
nama hewan ternak, misalnya ternak sapi (QS. 2: 67-71, 73; QS. Yusuf:
43), unta (QS. Al An'am: 144; Al Hajj: 27, 37; Al Ghasiyah: 17), domba
(QS. Al An'am: 143, 146; An Nahl: 80), kambing (QS. Al An'am: 143, An
Nahl: 78, Shad: 23-24), unggas (QS. 2:260; 3: 49; 5: 110; 6: 38; 16:79; 23:
41; 27: 16; 67: 19), kuda (QS. 3: 14; 8: 60; 16: 8; 38: 31; 100: 1) dan lebah

4
(QS. 16:68-69).

Hewan ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena


terdapat banyak hikmah dalam kehidupannya. Lihatlah bagaimana Allah
memberikan kemampuan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, domba
dan kerbau) yang mampu mengkonversi rumput menjadi daging dan susu.
Atau kemampuan lebah madu yang mampu mengkonversi cairan nektar
tanaman menjadi madu (QS. An Nahl [16]: 68-69).

Sedemikian besarnya peranan peternakan dalam memacu pembangunan


ekonomi umat, maka sudah pada tempatnya sub sektor ini mendapat
perhatian kaum Muslimin. Persaingan yang semakin ketat membuat
banyak para pelaku bisnis tampak lebih memilih jalan pintas dengan
meninggalkan nilai etis asalkan usahanya terselamatkan, daripada
menjunjung tinggi etika namun usahanya gulung tikar. Memulai dan
menjalankan bisnis ( perdagangan ) tentu tidak boleh lepas dari etika, etika
dapat diartikan sebagai kode etik yang merupakan kumpulan asas atau nilai
moral. Seperti, kode etik dokter, kode etik pers dan lain-lain. Bisa juga
etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk, etika di sini sama artinya
dengan filsafat moral. Adapun moral adalah nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau satu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. ( Tarigan, 2016 : 47)

Etika dalam pemeliharaan hewan terbak Islam merupakan suatu norma


yang bersumber dari alQur’an dan Hadits yang dijadikan pedoman untuk
bertindak, bersikap, bertingkah laku serta membedakan antara mana yang
baik dan mana yang buruk dalam melakuan aktivitas bisnis dengan
demikian antara etika dan bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Al-Qur’an merupakan pedoman utama bagi umat Islam dalam
mendapatkan petunjuk yang tidak diragukan lagi kebenarannya, dalam
mengatur kehidupan di dunia termasuk dalam bidang ekonomi, terutama
terkait perdagangan Dan jual beli yang didalamnya membahas tentang

5
Etika Bisnis, firman Allah swt.dalam QS al Baqarah /2:2:

“Kitab (Al Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.”

Alquran banyak menjelaskan mengenai larangan-larangan segala bentuk


kecurangan. Allah akan menimpakan azab bagi mereka yang curang untuk
alasan apapun termasuk para pelaku bisnis yang curang akan timpakan
azab Allah yang nyata. Sebagaimana Rasulullah SAW selaku pelaku bisnis
beliau menerapkan ekonomi yang berdasarkan kejujuran sebagai etika
dasar dengan tidak menyembunyikan kekurangan dan mengunggulkan
barang dagangannya. Sebagaimana firman Allah dalam QS
al-Mutaffifin/83:1-3:

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang: (yaitu) orang-orang


yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di penuhi;
dan apabila mereka menakar dan menimbang untuk orang lain mereka
mengurangi”.

Berpijak pada prinsip-prinsip di atas, terlihat bahwa begitu indahnya Islam


mengatur semua sisi kehidupan manusia dalam rangka bermuamalah
dengan lingkungan sekitarnya. Prinsip ini hendaknya bisa menjadi
pedoman bagi para pelaku bisnis, yang tentunya mereka akan memberi
yang terbaik bagi para pembeli atau konsumen mereka. Di dalam era
globalisasi dari pasar bebas, konsumen bebas memilih barang yang ingin
dibelinya. Konsumen kini memiliki tuntutan nilai yang jauh lebih besar dan
beragam karena dihadapkan pada berbagai pilihan berupa barang maupun

6
jasa yang akan mereka beli.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian yang berjudul “Penerapan Etika Peternakan Hewan Terhadap
Prinsip dan Nilai Alquran Pada Praktik Pemeliharaan Hewan Ternak”

Landasan Teori

1. Penerapan

a. Pengertian Penerapan

Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan


hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan
tersusun sebelumnya (KBBI, 2016 : 1170). Berdasarkan pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan
yang baik dilakukan secara individu maupun kelompok dengan maksud
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

b. Unsur- Unsur Penerapan

Penerapan merupakan sebuah kegiatan yang memiliki tiga unsur penting


dan mutlak dalam menjalankannya. Adapun unsur-unsur penerapan
meliputi :

1) Adanya program yang dilaksanakan

2) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran


dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

3) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang


bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksaan maupun pengawasan
dari proses penerapan tersebut.

7
Berdasarkan penjelasan unsur- unsur penjelasan di atas maka penerapan
dapat terlaksana apabila adanya program- program yang memiliki sasaran
serta dapat memberi manfaat pada target yang ingin dicapai dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. (Aziz. A, 2013 : 19)

2. Etika

a. Pengertian Etika

Etika adalah cabang filsafat yang mencari hakikat nilai-nilai baik dan
buruk yang berkaitan dengan perbuatan dan tindakan seseorang, yang
dilakukan dengan penuh kesadaran berdasarkan pertimbangan
pemikirannya. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang baik, baik itu berhubungan dengan diri sendiri maupun
berhubungan dengan orang lain. (Aziz. A, 2013 : 20) Dilihat dari segi asal
usulnya pun berbeda, meskipun ada kesamaan arti bahwa kata “Etika”
(Ethos) adalah istilah Yunani yang berarti adat, watak atau kesusilaan.
Dalam pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,
baik dalam diri seseorang maupun pada suatu kelompok atau masyarakat.
(Aziz. A2013 : 24) Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa etika adalah seperangkat aturan mana yang boleh dan dilarang
untuk dilakukan oleh seseorang dalam bertindak agar dapat memberikan
maslahah bersama.

3. Peternakan Hewan

a. Pengertian Peternakan

8
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan
ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan
yang banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam. kambing, domba, dan
babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian
(seperti wol). Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan
tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk
membajak tanah. Hal-hal yang termasuk kegiatan beternak di antaranya
pemberian makanan, pemuliaan atau pengembangbiakan untuk mencari
sifat-sifat unggul, pemeliharaan, penjagaan kesahatan dan pemanfaatan
hasil. Peternakan dapat dibedakan menjadi peternakan ekstensif atau
intensif, dan terdapat juga peternakan semi intensif yang menggabungkan
keduanya. Dalam peternakan ekstensif, hewan dibiarkan berkeliaran dan
mencari makan sendiri, kadang di lahan yang luas, dan kadang dengan
pengawasan agar tidak dimangsa. Dalam peternakan intensif, terutama
peternakan pabrik yang umum di negara-negara maju, hewan
dikandangkan dalam gedung berkepadatan tinggi, makanannya dibawa dari
luar, dan hidupnya diatur agar memiliki produksi dan efisiensi tinggi.

4. Peternakan Hewan Dalam Islam

a. Profesi Peternak Hewan Zaman Nabi

Profesi sebagai peternak sapi juga pernah dilakukan Nabi Musa AS selama
delapan tahun, sebagai mahar atas pernikahannya dengan anak perempuan
Nabi Syuaib AS. Menjadi peternak sapi selama 8 tahun tentu bukanlah
waktu yang singkat, namun itu yang dijalani Nabi Musa. Ikhlas menjadi
seorang peternak. Bahkan, profesi pengembala ternak telah tercatat dalam
sejarah sejak Nabi Adam AS ketika Allah SWT memerintahkan kepada
dua anak lelaki Nabi Adam, Habil dan Qabil untuk berkurban, dalam
menentukan siapa yang lebih berhak kawin dengan Iklima (anak gadis
Nabi Adam yang cantik) dan Labuda (anak gadis Nabi Adam yang kurang

9
cantik). Sejarah mencatat, Habil mempersembahkan seekor domba yang
sehat dan gemuk, sedangkan Qabil hanya mempersembahkan hasil
pertanian yang tidak baik. Kurban Habil diterima Oleh Allah SWT.
Berkurban dengan seekor domba. Ada pula sebuah hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai: “Sesungguhnya Tuhanmu kagum
pada seorang pengembala kambing”. Menjadi pengembala kambing
mungkin profesi yang biasa di mata kita, bukan pekerjaan yang istimewa.
Tapi dimata Allah, si pengembala kambing itu adalah istimewa. “Alkisah,
seorang pengembala, di padang lapang, sunyi, tak berpenduduk, tak
berpenghuni. Sendirian, ia hanya bersama kambing-kambingnya. Bila
waktu shalat tiba, di padang lapang itu, ia berdiri mengumandangkan adzan
sendiri, lalu shalat sendirian. Setelah melakukan shalat, Allah swt.
berfirman:

“Lihatlah hambaKu ini, ia adzan, lalu mendirikan shalat. Ia takut kepada-


Ku. Aku telah mengampuninya dan Aku masukkan ia ke dalam surga”.

Dalam tulisannya Dr. Rusfidra, S. Pt menerangkan tentang hubungan


Agama Islam dengan peternakan dia menyebutkan bahwa ilmu peternakan
merupakan ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di dalam Al Quran.
Bahkan beberapa nama hewan ternak dijadikan sebagai nama surat di
dalam Al Quran, misalnya sapi betina (Al Baqarah), hewan ternak (Al
An’am), dan ternak lebah (An Nahl). Bahkan ternak telah lama akrab
dalam kehidupan kaum Muslimin, baik dalam pelaksanaan ibadah (zakat,
kurban) maupun manfaatnya yang multi guna dalam kehidupan.

Penelitian Yang Relevan

10
Penulisan ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sriayu (2021) dengan judul penelitian “Etika Bisnis Dalam


Perspektif Hukum Islam”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa etika
bisnis dalam perspektif hukum Islam. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dengan
penelusuran buku dan jurnal yang otoritatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa etika bisnis dalam Islam tidak sebatas sebagai bahan
kajian dan penelitian semata, akan tetapi lebih dari sekedar itu etika bisnis
dalam Islam perlu diterapkan dalam praktik bisnis modern. Dalam
perspektif hukum Islam terdapat prinsip dasar yang harus dihindari dalam
berbisnis yaitu: tidak mengandung unsur riba, tidak mengandung unsur
penipuan serta tidak berbisnis dengan barang-barang yang diharamkan.
Setelah keuntungan bisnis diperoleh maka sangat penting untuk
mengeluarkan zakat untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Oleh
karena pada harta yang dimiliki dalam pandangan hukum Islam terdapat
hak-hak orang lain yang wajib ditunaikan

2. Khumairoh (2018) dengan judul penelitian “Pentingnya Etika


Dalam Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Era Global”.
Pada penelitian yang beliau lakukan, beliau mengatakan bahwa Di era
global saat ini Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan sesuatu yang
tidak asing lagi, hampir seluruh kalangan di dunia ini melakukan kegiatan
UMKM. Dalam setiap usaha tidak terlepas dari Etika oleh karena itu,
Tidak ada etika dalam usaha yang dapat membuat kehancuran hidup.
Tujuan dari penyusunan artikel ini untuk mengetahui pentingnya etika
dalam pertumbuhan UMKM. Etika dalam usaha memiliki peran penting,
sehingga keberhasilan suatu usaha bisa dilihat dari pekerja yang memiliki
etika. Manfaat dari penyusunan artikel ini untuk mengetahui tingkat
keberhasilan usaha dengan kinerja yang memiliki etika di era global.
Dalam islam, etika usaha dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadits

11
Penerapan Etika Peternakan Hewan Terhadap Prinsip dan Nilai Alquran

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, dalam


memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat diharuskan untuk
bekerja/berusaha salah satunya yaitu dengan berbisnis. Bisnis merupakan
suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk menghasilkan dan
menjual barang dan jasa guna mendapatkan sebuah keuntungan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat. Istilah bisnis sendiri ditekankan pada
tiga hal, yaitu bisnis skala kecil, bisnis skala besar dan bisnis dalam
struktur ekonomi negara. Kegiatan bisnis juga dapat dibedakan menjadi
lima macam yaitu bisnis industri, bisnis perdagangan, bisnis jasa, bisnis
agraris, dan bisnis ekstraktif. Kegiatan bisnis yang banyak diminati oleh
para pelaku bisnis yaitu bisnis dalak sektor agraris yang meliputi pertanian,
perkebunan dan peternakan. Namun yang memiliki prospek baik dan
mudah yaitu bisnis dalam bidang peternakan.

Peternakan merupakan kegiatan memelihara hewan ternak untuk


dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut.
Peternakan terbagi menjadi tiga yaitu ternak besar diantaranya adalah sapi
(perah/potong), kerbau, kuda dan ternak kecil lainnya yang diantaranya
adalah kambing, domba, babi serta ternak unggas seperti ayam, bebek, itik
dan puyuh).

Perilaku dalam Berternak atau berdagang tidak luput dari adanya nilai
moral atau etika. Nilai-nilai inilah yang sangat diperhatikan islam untuk di
intregasikan dalam perilaku berternak dan berbisnis. Perilaku bisnis sangat
perlu dilakukan dalam bermuamalah yang bertujuan memberikan manfaat
baik produsen maupun konsumen. Perilaku merupakan salah satu unsur
yang paling penting dalam aktivitas perekonomian baik dari konsumen
maupun produsen.

Ada ungkapan lain bahwa peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan

12
saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Selain mengetahui bagaimana tata cara beternak, kita juga
harus memperhatikan bagaimana etika dalam berbisnis, karena etika bisnis
dalam islam disini sebagai seperangkat prinsip dan norma dimana para
pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan
berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya dengan selamat. Sedangkan titik
sentral etika islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak
dan bertanggung jawab karena kepercayaannya terhadap kemahakuasaan
Allah Swt. Hanya saja kebebasan manusia itu tidak mutlak, dalam arti
kebebasan yang terbatas. Dengan keterbatasan tersebut manusia harus
mampu memilih antara yang baik dan jahat, benar dan salah, halal dan
haram. Sebagaimana Firman Allah Swt Qs. At-Taubah (9) Ayat 111:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan


harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang
pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran.
dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah, maka
bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah
kemenangan yang besar.”

Dari ayat tersebut, memberikan pemahaman, bahwasanya Allah Swt


memberikan kemenangan bagi orang-orang yang melakukan jual beli atau
berbisnis. Apabila dikaitkan dengan Berternak sangatlah berhubungan
karena etika bisnis islam disini sebagai norma-norma yang harus
digunakan sebagai pedoman bagi para pebisnis muslim agar bisnis yang
dilakukan tidak hanya bertumpu pada manfaat materi saja tetapi juga
mendapatkan manfaat non materi.

Pentingnya etika dalam berternak salah satunya yaitu etika terhadap


lingkungan. Peternakan yang dilakukan tidak boleh merusak lingkungan,
dan menganggu ketentraman orang lain. Pendirian usaha peternakan sangat

13
erat kaitannya dengan lingkungan, oleh karena itu harus adanya standar
kelayakan dalam mendirikan kandang untuk usaha peternakan. Terdapat
tiga unsur yang berkaitan dengan standar kelayakana mendirikan kandang
usaha peternakan di lingkungan masyarakat.

Pertama tidak mengganggu lingkungan sekitar. Kedua, usaha dibangun


dilingkungan yang dijamin. Ketiga lokasi memiliki potensi sumber daya
terutama pakan yang cukup. Ketiga unsur tersebut haruslah ada dalam
mendirikan usaha peternakan unsur yang pertama kaitannya dengan limbah
yang dapat mengganggu lingkungan, unsur yang kedua kaitannya dengan
perizinan harus adanya izin usaha dari masyarakat sekitar maupun
pemerintah setempat. Perizinan usaha peternakan dalam peraturan menteri
pertanian No.404/KP/OT.210/6/2002 yang mengatur tentang pedoman
perizinan dan pendaftaran usaha peternakan. Unsur yang ketiga kaitanya
dengan penyediaan sumber daya pakan yang cukup. Selain itu untuk
pendirian lokasi kandang harus dalam kondisi tenang jauh dari keramaian
yang dapat menimbulkan kebisingan, dan pembangunan peternakan dapat
memberikan pekerjaan dan peningkatan pendapatan bagi penduduk sekitar.

Pendirian usaha peternakan sudah tertuang dalam peraturan menteri


pertanian No.28/permentaan/OT.140/5/2008 tentang pedoman penataan
kompartemen dan penataan zona usaha perunggasan, tentang pemeliharaan
unggas dipemukiman, bahwa apabila tidak memungkinkan membuat
kandang di pekarangan maka hanya diperbolehkan melakukan
pemeliharaan unggas secara kolektif dalam suatu wilayah perkandangan
yang terpisah dengan jarak yang aman dan jauh dari pemukiman.

Sementara di dalam industri perunggasan harus memperhatikan lingkungan


tempat peternakan tersebut berada. Jarak antara pemukiman dengan
kandang peternakan ayam minimal 500 M agar tidak menimbulkan
pencemaran udara, air, bau, dan kotoran. Peternakan yang didirikan tepat
dilahan yang kosong dan luas namun terdapat beberapa masyarakat yang

14
tinggal dan menetap didaerah tersebut sudah pasti banyak sekali dampak
yang akan ditimbulkan, dari limbah hasil peternakan tersebut baik dampak
negatif maupun dampak positif.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh peternakan tersebut seperti bau


limbah kotoran (fases) dari ayam, debu yang bertebaran, lalat yang timbul
pasca musim penghujan dan penyakit yang ditimbulkan dari ayam tersebut
misalnya flu burung dan juga berdampak pada air yang biasa digunakan
masyarakat untuk kehidupan sehari-hari. Dampak tersebut tentunya dapat
mengganggu kesehatan yang akan berimbas terhadap lingkungan sekitar
peternakan khususnya masyarakat yang telah menetap. Sedangkan dampak
positifnya yaitu memudahkan masyarakat dalam mencari pupuk dan
mencari kebutuhan sehari-hari karena harga ayam potong (Broiler) atau
ayam ras pedaging lebih murah dibandingkan dengan harga ayam yang
lainnya.

Kesimpulan

15
Daftar Pustaka

ALMAR, A. S. (2022). ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS


ISLAM PADA PENGELOLAAN USAHA PETERNAKAN AYAM
(Studi Pada Usaha Peternakan Ayam Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan) (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN
LAMPUNG).

Basran, N. F. (2019). Penerapan Etika Bisnis Islam pada Jual Beli Telur
Ayam Ras di Lingkungan Mangarabombang Kelurahan Samataring Kec.
Sinjai Timur (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Muhammadiyah
Sinjai).

Fadilah, R. (2019). Sistem kemitraan peternak sapi ditinjau dari etika bisnis
islam (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Cempaka Dalam Kecamatan
Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang) (Doctoral dissertation, IAIN
Metro).

Harahap, H. M. (2019). Etika Bisnis Perdagangan Menurut Al-Quran


(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Hasna, A. M. (2022). Pentingnya Etika dalam Pertumbuhan Usaha, Mikro,


Kecil dan Menengah (UMKM). Youth & Islamic Economic, 3(02), 31-36.

Hasna, A. M. (2023). PENTINGNYA ETIKA DALAM PERTUMBUHAN


USAHA, MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM). JAHE: Jurnal
Ayat dan Hadits Ekonomi, 1(1), 35-41.

Hulaimi, A. (2017). RETRACTION:(ETIKA BISNIS ISLAM

16
PEDAGANG SAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI KECAMATAN MASBAGIK
KABUPATEN LOMBOK TIMUR). Justicia Islamica: Jurnal Kajian
Hukum dan Sosial, 14(1), 32-46.

Hulaimi, A., Sahri, S., & Huzaini, M. (2017). Etika Bisnis Islam Dan
Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Pedagang Sapi. JEBI (Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Islam), 2(1), 17-32.

Khumairoh, G. (2018). Pentingnya Etika Dalam Pertumbuhan Usaha,


Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Era Global. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

MAHARANI, P. (2021). Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam dalam


Pelaksanaan Penjualan Sapi di Pasar Ternak Batusangkar.

Munthe, Y. A. G. (2018). Analisis penerapan sistem bagi hasil belah sapi


dalam peternakan sapi di Desa Lobu Rampah Kecamatan Marbau
Kabupaten Labuhan Batu Utara (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Meddan).

Panggabean, S. A., & Kaharuddin, K. (2021). Etika Bisnis Dalam


Perspektif Hukum Islam. Citra Justicia: Majalah Hukum dan Dinamika
Masyarakat, 22(2), 77-86.

Puspitasari, L. L. (2014). Analisis penerapan etika bisnis Islam terhadap


tingkat profitabilitas Rumah Yoghurt berdasarkan perspektif karyawan:
Studi kasus pada Rumah Yoghurt di Kota Batu (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang).

Ramlan, R., & Nahrowi, N. (2014). Sertifikasi Halal Sebagai Penerapan


Etika Bisnis Islami Dalam Upaya Perlindungan Bagi Konsumen Muslim.
AHKAM: Jurnal Ilmu Syariah, 14(1).

Saputri, S. M. (2018). Usaha Peternakan Ayam di Tengah Pemukiman

17
Masyarakat Ditinjau dari Etika Bisnis Islam (Studi Kasus di Desa
Sembersari Bantul Metro Selatan) (Doctoral dissertation, IAIN Metro).

Supiantini, N. L. S. (2020). Penerapan Sistem Bagi Hasil Ternak Sapi


Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam Didesa Buranga Kecamatan Ampibabo
Kabupaten Parigi Moutong (Doctoral dissertation, IAIN Palu).

Syafiq, A. (2019). Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan Konsumen


dalam pandangan Islam. El-Faqih: Jurnal Pemikiran Dan Hukum Islam,
5(1), 96-113

18
19

You might also like