You are on page 1of 5

A.

Reasuransi
Reasuransi adalah istilah yang digunakan saat satu perusahaan asuransi
melindungi dirinya terhadap risiko asuransi dengan memanfaatkan jasa dari
perusahaan asuransi lain. Terdapat banyak alasan yang menyebabkan perusahaan
asuransi melakukan reasuransi. Pembagian resiko adalah salah satu alasan reasuransi.
Jika perusahaan asuransi berpendapat bahwa nilai asuransi suatu premi lebih besar
daripada nilai yang dapat ditanggungnya, maka ia dapat membagi resiko yang
dihadapinya dengan mengasuransikan kembali sebagian nilai itu pada perusahaan
reasuransi (pada dasarnya hal ini mirip dengan tidakan hedging pada industri
keuangan lainnya) (Kamah, 2015).
Terdapat dua cara dalam melakukan kerjasama asuransi antara pihak
penanggung pertama (direct insurers) dan pihak penaggung ulang (reinsurers) yaitu
(Kamah, 2015):
1. Metode reasuransi secara fakultatif: adalah transaksi pertanggungan ulang antara
pihak penaggung pertama dan para penanggung ulang secara bebas, yaitu para
pihak penanggung ulang tidak terikat harus menerima penawaran pertanggungan
ulang.
2. Metode reasuransi secara kontrak (treaty): adalah perjanjian antara pihak
penangung pertama dan para penanggung lain atau para pengnggung ulang
profesional yang dalam perjanjian tersebut pihak penaggung pertama, yang
selanjutnya disebut pemberi sesi atau ceding company, setuju memberikan bagian
(share) dan para penaggung ulang, yang selanjutnya disebut pihak kedua, setuju
dan wajib menerima bagian atau sesi dari tanggungjawab atas asuransi yang telah
ditutup oleh penggung pertama sesuai dengan pembagian yang telah disepakati
oleh masing-masing penanggung ulang (peserta treaty) sampai dengan batas-batas
tanggung gugat/jawab tertinggi dari setiap kelas resiko berdasarkan pernyataan
dan ketentuanketentuan yang disebutkan dalam kontrak reasuransi.
Keberadaan reasuransi adalah wajib, dikarenakan tidak semua risiko secara
finansial dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi secara sendiri/individual. Hal ini
dapat terjadi akibat dari beberapa hal atau kondisi yang perlu perhatian khusus dari
perusahaan asuransi, antara lain yaitu (Hamid, et al., 2019):
a. Asuransi dengan nilai pertanggungan yang sangat besar yang melebihi nilai
modal perusahaan asuransi itu sendiri, atau;
b. Asuransi yang menjamin suatu risiko yang karakteristik-nya belum atau tidak
dipahami oleh personil diperusahaan asuransi tersebut, akibatnya di butuhkan
asistansi pihak lain untuk dapat memahaminya dan juga asistansi dalam
melakukan risk assessment yang didalamnya sudah termasuk bagaimana cara
penanganan back-up reasuransinya dan juga asistansi dalam penanganan klaim
terutama yang berkenaan dengan hal pembayaran klaim yang nilainya berlipat-
lipat akibat dari loss consequential effect, atau;
b) Asuransi yang menjamin kerugian akibat risiko yang bersifat akumulatif, yang
kejadiannya diluar asuransi yang menjamin kerugian akibat risiko yang bersifat
akumulatif, yang kejadiannya diluar
B. Fungsi Reasuransi
Dengan dilakukannya reasuransi ini, pada dasarnya Perusahaan asuransi telah
melakukan perlindungan terhadap kestabilan tingkat pendapatannya karena reasuransi
telah melindunginya dari potensi kerugian yang besar. Selain itu untuk mendapatkan
keuntungan sebagai perantara dengan mengasuransikan kembali pada perusahaan
reasuransi dengan premi yang lebih rendah daripada tingkat premi yang dikenakan
perusahaan asuransi itu sendiri pada pelanggannya (Kamah, 2015). Berikut
merupakan fungsi reasuransi, yaitu:
a. Memberi jaminan atau perlindungan kepada penanggung dari kerugian-kerugian
underwriting yang dapat sewaktu-waktu membahayakan likuiditas, solvabilitas,
dan kelestarian kegiatan usaha mereka.
b. Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi atas risiko-risiko yang
melampaui batas kemampuannya karena kelebihan tanggung-gugat yang tidak
bisa mereka tampung sendiri akan dijamin oleh penanggung ulang yang telah
bersedia menampungnya.
c. Sebagai alat penyebar resiko, baik dipasaran reasuransi dalam negeri maupun
dipasaran luar negeri.
d. Bila kerjasama reasuransi atas sebagian resiko dilakukan antar sesama perusahaan
asuransi, akan terdapat dua fungsi didalamnya, yaitu sebagai penyebaran risiko
dan sebagai sarana pertukaran bisnis yang mampu meningkatkan pendapatan
premi yang dapat ditahan karena disamping adanya pengeluaran terdapat
pulapemasukan premi.
e. Meningkatkan atau mendukung kestabilan hasil underwriting dan keadaan
keuangan perusahaan asuransi, termasuk menjaga stabilitas pendapatannya.
Dalam hal ini, reasuransi seolah-olah berfungsi menyediakan fasilitas bank
kepada perusahaan asuransi .
f. Meningkatkan dan memperbesar keleluasaan dalam melakukan pemasaran
berbagai macam produk asuransi, baik yang konvensional maupun yang baru
dengan segala macam tingkat besar kecilnya resiko.
DAFTAR PUSTAKA

R. Ali Ridho. 1884. Hukum Dagang Tentang Aspek-Aspek Asuransi Udara Dan
Perkembangan Perseroan Terbatas. Remaja Karya. Bandung.

Kamah, M.Z.S. 2015. Aspek Hukum Pengalihan Tanggung Jawab Hukum pada Perjanjian
Asuransi. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. Vol 3. No. 6. Hal:1-9

Hamid, Maryasin Abdul, Hendri Tanjung, Trisiladi Supriyanto. 2019. Analisa Penerapan
Praktek Reasuransi pada Perusahaan Asuransi Syari’ah di Indonesia. Kasaba:
Journal Of Islamic Economy, Vol 12. No. Hal: 1-19

5.Fungsi utama dan tambahan reasuransi

Mekanisme reasuransi diperlukan dalam industri perasuransian dengan fungsi/tujuan


sebagai berikut :
A. Capacity (kapasitas)
Terbatasnya kapasitas yang dimiliki oleh Direct Insurer tertentu membuat Direct Insurer
tersebut tidak leluasa mengaksep jumlah-jumlah pertanggungan yang melebihi kapasitasnya.
Fasilitas Reasuransi akan memperbesar kapasitas Direct Insurer tersebut, sehingga
memungkinkan untuk mengaksep jumlah-jumlah pertanggungan yang tinggi. Dalam hal
seperti ini reasuransi berfungsi sebagai “Capacity Boosting”.
B. Removal of Uncertainty
Terjadinya kerugian dapat dianggap pasti (certain). Tetapi apa yang tidak dapat dipastikan
(uncertain) adalah frekwensi terjadinya kerugian, kapan kerugian itu akan terjadi, dan berapa
besar kerugian yang akan diderita. Reasuransi dapat membuat kerugian Direct Insurer
menjadi pasti; dengan kata lain reasuransi membantu direct insurer dalam menstabilkan
tingkat kerugiannya dengan menghilangkan beberapa dari ketidakpastian.
C. Confidence
Sebagaimana halnya asuransi yang salah satu manfaatnya bagi Tertanggung adalah
menciptakan rasa yakin (confidence), reasuransi pun memberikan manfaat yang sama bagi
Direct Insurer. Sebagai contoh, dengan dapat dihilangkannya ketidakpastian (uncertainties)
tertentu melalui mekanisme asuransi, pengusaha akan bersedia untuk memperbesar
investasinya ketimbang menyimpan uangnya sebagai cadangan. Hal ini berlaku sama bagi
Direct Insurer sebagai pengaruh dari beberapa ketidakpastian yang dapat dihilangkan dengan
bantuan mekanisme reasuransi.
D. Catastrophe Protection
Keadaan finansial Direct Insurer dapat menjadi sangat buruk dalam hal ia harus menanggung
kerugian-kerugian yang luar biasa jumlahnya (Catastrophic Losses). Reasuransi berperan
sebagai pengaman untuk melindungi Direct Insurer dari keadaan seperti ini.Intinya
Melindungi perusahaan asuransi dari risiko kerugian finansial yang luar biasa jumlahnya.
E. Spread of Risk
Seperti telah dikemukakan di atas, reasuransi adalah mekanisme pengalihan risiko dari Direct
Insurer kepada reasuradur. Oleh sebab itu reasuransi berperan sebagai alat penyebar risiko
(spread of Risk).Tujuannya sebagai mekanisme pengalihan risiko dari perusahaan asuransi ke
reasuradur, karena fungsi reasuransi adalah sebagai alat penyebar risiko

Sumber : pada https://www.akademiasuransi.org/2012/11/fungsi-dan-tujuan-reasuransi.html?


m=1 di akses pada tanggal 26 oktober 2022

You might also like