Professional Documents
Culture Documents
Makalah Epide
Makalah Epide
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
AMMALIA 2107010172
DESSY 2107010281
BANJARMASIN
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
memungkinkan kami menyelesaikan makalah ini. Kami juga ingin mengungkapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, baik berupa ide
maupun dukungan materi.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas semester V AKK Reguler Banjarmasin
dibawah bimbingan Ibu SEPTI ANGGRAENI, SKM., M.Kes
Kami berharap agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi para pembaca. Bahkan, kami berharap bahwa isi makalah ini dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.
Sebagai penyusun, kami sadar bahwa makalah ini mungkin masih memiliki kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Oleh karena itu, kami sangat menghargai setiap kritik dan saran yang membangun yang
dapat diberikan oleh pembaca demi meningkatkan kualitas makalah ini.
KELOMPOK VII
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..............................................................................................5
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................................6
1.3 Manfaat Penulisan.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................7
2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas..................................................................7
2.2 Etiologi Dan Faktor Resiko Kecelakaan Lalu Lintas.................................7
2.2.1 Faktor Manusia.........................................................................................10
2.2.2 Faktor Kendaraan....................................................................................11
2.2.3 Faktor Jalan..............................................................................................13
2.2.4 Faktor Lingkungan...................................................................................15
2.3 Riwayat Penyakit Alamiah Prepatogenesis Dan Patpgenesis Kecelakaan
Lalu Lintas.........................................................................................................16
2.4 Diagnosis Pelaksanaan Dan Prognosis Kejadian Kecelakaan Lalu
Lintas................................................................................................................17
2.4.1 Diagnosis Kecelakaan Lalu Lintas..........................................................17
2.4.2 Pelaksanaan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas....................................24
2.4.3 Prognosis Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas.........................................27
2.5 Insiden Dan Prevalensi Kecelakaan Llau Lintas Di Indonesia...............28
2.5.1 Kecelakaaaan Berdasarkan Jenis Kendaraan.......................................31
1.5.2 Kecelakaan Di Ruas Tol...........................................................................32
2.5.3 Kecelakaan Berdasarkan Usia dan Pendidikan....................................33
2.6 Pencegahan dan Pengendalian...................................................................34
2.6.1 Lima Level Prevention Kecelakaan Lalu Lintas...................................34
2.6.2 Program dan Peraturan Pemerintah (Nasinal) dan Internasional
(WHO/CDC) Sera Evaluasi Penerapannya....................................................36
3
BAB III PENUTUP......................................................................................................43
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................43
3.2 SARAN.........................................................................................................43
BAB IV DAFTAR PUSTAKA......................................................................................44
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dari kecelakaan lalu lintas.
b. Untuk mengetahui etiologi dan faktor risiko yang terjadi pada kecelakaan lalu lintas.
c. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit akibat kecelakaan lalu lintas.
d. Untuk mengetahui diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis kecelakaan lalu lintas.
e. Untuk mengetahui insiden dan prevalensi penyakit akibat kecelakaan lalu lintas.
f. Untuk mengetahui pencegahan penyakit akibat kecelakaan lalu lintas.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Undang-undang No.22 tahun 2009, Kecelakaan lalu lintas adalah suatu
peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak sengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda
(Sugiyanto et al 2015). Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan yang
tergolong dalam penyakit tidak menular. Dampak negative dari kecelakaan lalu lintas seperti
yang tercantum dalam Peraturan Keputusan Kementerian Kesehatan No. 1116 Tahun 2003
tentang pedoman penyelenggaraan sistem surveilans epidemologi kesehatan (Hidayati dan
Yovita2016)
Sementara dalam pasal 93 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 ayat 1 tentang
Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai peristiwa
yang terjadi di jalan raya yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta
benda. Korban kecelakaan lalu lintas dapat berupa korban mati, luka berat dan luka ringan dan
diperhitungkan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan terjadi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan lalu
lintas adalah suatu kejadian yang tak diduga dan tidak diharapkan terjadi dijalan raya yang
melibatkan kendaraan bermotor maupun pengguna jalan lain dan mengakibatkan kerusakan
serta timbulnya korban manusia (mengalami luka ringan, luka berat dan meninggal dunia)
(Saputra dan Dwi 2017)
Tabel 2.1.
Jumlah Kecelakaan, Korban, dan Kerugian Materi, Tahun 2015-2019/ Number of Traffic Accident,
Casualties, and Material Losses, 2015-2019
Berdasarkan tabel 2.1 diatas selama kurun waktu 2015-2019, jumlah kecelakaan lalu
lintas mengalami kenaikan rata-rata 4,87 persen per tahun. Kenaikan pada jumlah kecelakaan
ternyata diikuti pula oleh kenaikan pada jumlah korban meninggal dunia dan luka ringan yaitu
masing-masing 1,41 persen dan 6,26 persen. Namun, nilai kerugian materi akibat kecelakaan
mengalami peningkatan rata-rata 4,23 persen per tahun.
Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas POLRI) mencatat jumlah
kecelakaan sepanjang 2019 sebanyak 116.411. Jumlah tersebut naik 6,59 persen dibandingkan
pada tahun 2018 dengan 109.215 kejadian.
8
Gambar2.1 Komposisi Korban Kecelakaan
Lalu Lintas, Tah
un 2019
Korban Meninggal
(Orang)/Killed
14.63% (Person)
7.11% Luka Berat
(Orang)/Seriously
Injured (Person)
78.26%
Luka Ringan Orang)/
Slight Injured
(Person)
korban dengan komposisi korban luka ringan 78,26 persen, korban luka berat 7,11 persen, dan
korban mati (meninggal) 14,63 persen dengan nilai kerugian materi yang dialami tahun 2019
mencapai 254.779 juta rupiah
Menurut Oder dan Spicer, menerangkan bahwa kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan
dari situasi – situasi konflik yang melibatkan pengemudi dengan lingkungan sebagai peran
penting pengemudi untuk melakukan tindakan mengelak atau menghindari sesuatu. Jadi
melaksanakan tindakan tersebut untuk menghindar dari rintangan, mungkin atau tidak mungkin
menyebabkan apa yang disebut dengan kecelakaan (Djalante S. 2013).
a. Faktor manusia
b. Faktor kendaraan
c. Faktor jalan
d. Faktor lingkungan
9
2.2.1 Faktor Manusia
Faktor manusia memegang peranan yang amat dominan, karena cukup banyak faktor yang
mempengaruhi perilakunya. Penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia paling banyak disebabkan
oleh faktor manusia (Hartono Dudi. 2016). Terdapat dua elemen utama dari faktor manusia yaitu
faktor fisiologis dan faktor psikologis (Ryanto et al 2019.)
Tabel 2.2
Elemen Utama Faktor Pemakai Jalan
a. Pengemudi
Semua pengguna jalan atau pengemudi mempunyai peran penting dalam pencegahan
dan pengurangan kecelakaan. Walaupun kecelakaan cenderung terjadi tidak hanya satu sebab,
tetapi pengguna jalan adalah pengaruh yang paling besar. Pada beberapa kasus yang terjadi pada
kecelakaan lalu lintas tidak adanya ketrampilan atau pengalaman untuk menyimpulkan hal – hal
yang penting dari serangkaian peristiwa menimbulkan keputusan atau tindakan yang salah.
Road Research Laboratory mengelompokkan menjadi 4 kategori :
10
Menurut hasil penelitian para psikolog ternyata bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh faktor diluar dirinya sendiri, disamping juga tergantung bentuk fisik, jenis kelamin,
intelegensia, karakter serta usia (Hartono Dudi. 2016). Pada faktor pengemudi berbagai hal yang
menyebabkan kecelakaan yaitu fisik pengemudi, tingkat kedisiplinan dan pemahaman berlalu
lintas masih rendah, kecakapan pengemudi, jarak pandang yang kurang (dalam mengambil jarak
aman antar kendaraan) dan pelanggaran nilai batas kecepatan maksimum kendaraan (speeding).
Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas, maka diperlukan
suatu pengendalian bagi para pejalan kaki yang meliputi hal – hal sebagai berikut :
g. Penyinaran
c. Usia Pengemudi
Berdasarkan usia pengemudi kecelakaan lalu lintas, mayoritas berusia antara 22 s.d
30 tahun kemudian disusul usia antara 31 s.d 40 tahun, di mana pada rentang usia tersebut
tergolong sebagai usia tingkat emosinya paling stabil, tingkat kecekatan dan reflek yang lebih
baik dibanding golongan usia lainnya, namun biasanya pada usia golongan ini tingkat
mobilitasnya di jalan juga sangat tinggi. Jika pelaku kecelakaan golongan ini juga sekaligus
menjadi korban, maka hal ini sekaligus merupakan golongan usia yang paling produktif. World
Health Organization (WHO) mencatat hampir 1,2 juta orang di seluruh dunia setiap tahun tewas
akibat kecelakaan di jalan. Dari jumlah itu, 40 persen berusia di bawah 25 tahun.Jutaan lagi
mengalami cedera dan sebagian lagi mengalami cacat seumur hidup.
Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan
sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak laik jalan ataupun
penggunaannya tidak sesuai ketentuan.
11
Gambar 2.2 Komposisi Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut
Figure Jenisnya, Tahun 2019 / Composition of Motor Vehicles by
Type , 2019
Mobil Penumpang/
Passenger Car
11.20%
Bis/Bus
Sepeda 1.72%
Mobil
81.78 %
5.30%
Pada faktor kendaraan ini, sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang paling banyak
digunakan masyarakat. Hal ini terlihat dari proporsi sepeda motor di tahun 2019 yang jauh lebih
besar dibandingkan jenis kendaraan lain yaitu 81,78 persen, diikuti oleh mobil penumpang dan
mobil barang masing-masing 11,20 persen dan 5,30 persen. Jumlah kendaraan bermotor yang
cenderung meningkat, merupakan indikator semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap
sarana transportasi yang memadai sejalan dengan mobilitas penduduk yang semakin tinggi.
Sedangkan jenis kendaraan yang memiliki proporsi jumlah paling kecil adalah bis yaitu
1,72 persen. Hal ini disebabkan karena karakteristik yang berbeda dari jenis kendaraan tersebut,
yaitu memiliki kapasitas yang cukup besar dalam mengangkut penumpang, sehingga jumlah
kendaraan yang digunakan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jenis kendaraan yang lain
(sepeda motor, mobil barang, mobil penumpang).
12
oleh kendaraan. Perbaikan design kendaraan terutama tergantung pada pembuat
kendaraan namun peraturan atau rekomendasi pemerintah dapat memberikan pengaruh
kepada perancang.
4. Sistem lampu kendaraan yang mempunyai dua tujuan yaitu agar pengemudi dapat
melihat kondisi jalan didepannya konsisten dengan kecepatannya dan dapat
membedakan atau menunjukkkan kendaraan kepada pengamat dari segala penjuru tanpa
menyilaukan,
5. Ban pecah disebabkan pada kondisi mengebut, panas yang ditimbulkan oleh gesekan
antara ban dan jalan dapat membuat kondisi ban semakin tipis dan pada akhirnya ban
menjadi pecah, sepeda motor yang mengalami ban pecah akan menjadi sulit
dikendalikan sehingga beresiko tinggi terjadi kecelakaan, faktor kecepatan juga
berpengaruh terhadap tingkat keparahan. Selain itu ban yang pecah mendadak pada saat
kendaraan melaju dapat menimbulkan kecelakaan beruntun, karena kendaraan berhenti
secara tiba – tiba tanpa memberi aba – aba agar kendaraan di belakangnya dapat
menjaga jarak
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara otomotif telah melakukan perubahan
fisik rancangan kendaran, termasuk pula penambahan lampu kendaraan, yang meningkatkan
kualitas penglihatan pengemudi (Marsala et al 2013)
Pada tahun 2019, panjang jalan di Indonesia mencapai 544.474 kilometer. Berdasarkan
tingkat kewenangan pembinaan, jalan kabupaten/kota masih merupakan bagian terbesar yaitu
442.701 kilometer atau 81,31 persen dari total panjang jalan di Indonesia. Sedangkan untuk
jalan negara dan jalan provinsi masing-masing 47.024 kilometer dan 54.749 kilometer atau 8,64
persen dan 10,05.
13
Gambar 2.3 Distribusi Panjang Jalan Menurut Kondisi
Jalan, Tahun 2019
Baik/Good
43,43%
Sedang/Moderate
14,98%
Selanjutnya jika dirinci menurut kondisi jalan 43,43 persen panjang jalan di Indonesia
berada dalam kondisi baik, 21,12 persen dalam kondisi sedang, 14,98 persen dalam kondisi
rusak, dan 20,47 persen dalam kondisi rusak berat.
Tabel 2.2
Panjang Jalan Dirinci Menurut Kondisi Jalan dan Tingkat Kewenangan, Tahun 2019
Rusak Berat/
Seriously 976 5 945 104 521 111 442
Damaged
Pemilihan bahan untuk lapisan jalan yang sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan
menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya dibanding pemilihan untuk tujuan –
tujuan konstruksi.. Hal ini penting bila pengereman atau pembelokan atau meninkung sering
terjadi, misalnya pada bundaran jalan yang terlalu melengkung dan persimpangan dan
persimpangan pada saat mendekati tempat pemberhentian bis, penyeberang dan pada jalan jalan
miring, maka perlu diberi permukaan jalan yang cocok. Pada kondisi jalan yang memang
menikung dapat mempengaruhi jarak pandang seseorang saat mengemudikan kendaraan, jarak
pandang pengendara pada saat berada di jalan menikung lebih terbatas dibandingkan saat di
jalan lurus (Marsala et al 2013).
Pada faktor cuaca ini, pertimbangan pada iklim yang tidak menguntungkan serta kondisi
jalan dapat mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, akan tetapi pengaruhnya belum dapat
ditentukan. Bagaimanapun pengemudi dan pejalan kaki merupakan faktor terbesar terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
Keadaan sekeliling jalan yang harus diperhatikan adalah penyeberang jalan, baik
manusia atau kadang kadang binatang. Lampu penerangan jalan perlu ditangani dengan
seksama, baik jarak penempatannya maupun kekuatan cahayanya.
Karena ahli teknik lalu lintas harus berusaha untuk merubah perilaku pengemudi dan
pejalan kaki, dengan penegasan terhadap peraturan dan pelaksanaan yang layak, sampai dapat
mereduksi tindakan – tindakan berbahaya bagi para pengemudi dijalanan.
15
Penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang bersangkut pautkan dengan faktor
lingkungan, khususnya yang terjadi pada anak-anak adalah sebagai berikut :
2.3 Riwayat Penyakit Alamiah Prepatogeneis Dan Patogenesis Kecelakaan Lalu Lintas
Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur
tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural history of
disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu,
dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik.
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa
dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem
penyakit tersebut.
16
perjalanan penyakit yang telah didiagnosis. Hal ini penting untuk dapat menerangkan tindakan
pencegahan, keganasan penyakit, lama kelangsungan hidup penderita, atau adanya gejala sisa
berupa cacat atau carrier. Informasi-informasi ini akan berguna dalam strategi pencegahan,
perencanaan lama perawatan, model pelayanan yang akan dibutuhkan kemudian, dan lain
sebagainya (Zata Ismah 2019). Untuk mempelajari riwayat alamiah dari kecelakaan lalu lintas:
• Menurut hasil penelitian Insurance Institute of Highway Safety (IIHS) menunjukkan kecelakaan
ganda lebih sering menimbulkan korban dibandingkan dengan kecelakaan tunggal.
• Laki-laki lebih rentan untuk mengalami kecelakaan lalu lintas,
• Hasil penelitian IIHS menunjukkan semakin kecil dan ringan suatu kendaraan, maka akan
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas
• Kecelakaan paling banyak terjadi karena perilaku manusia yang salah (human error),65%
korban kecelakaan lalu lintas adalah pejalan kaki.
• Menurut data yang dilansir oleh Fatality Analysis Reporting System (FARS) di Amerika
menunjukkan kejadian kecelakaan lalu lintas di daerah rural lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah urban.
Proporsi korban yang meninggal dunia tertinggi pada kecelakaan lalin tahun 2011 yaitu sebesar
22,4 persen dari 145.578 total korban kecelakaan lalin (32.609 orang), di urutan ke dua pada tahun
2010 sebesar 18,2 persen dari 171.787 korban kecelakaan lalin (31.265 orang).
Korban kecelakaan yang meninggal pada tahun 2014 sebesar Manusia Jalan Lingkungan Kendaraan
Human Machine Interface (HMI) IInterInterface Faktor Manusia
Faktor Fisik atau Rekayasa Pemeliharan Pemeliharaan Gambaran kecelakaan lalu lintas. (Sarimawar
D, Retno W, Kristina T, Doni L, Joko I) 33.17,2 persen dari 95.906 korban kecelakaan lalin (16.495
orang). Proporsi korban yang meninggal terendah pada tahun 2012.
17
Gambar 2. Jumlah Kecelakaan dan Korban. Kecelakaan Lalin di Indonesia, Tahun 2010-2014
Menurut propinsi, angka kejadian kecelakaan di atas 5000 pada tahun 2010- 2014 terjadi di propinsi
dengan penduduk banyak dan lalu lintas padat. Propinsi tersebut adalah Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Utara dan DKI Jakarta. Propinsi dengan angka kejadian kecelakaan di bawah 2500
terjadi di Indonesia Timur (Papua, Maluku, NTT, NTB, pulau Sulawesi kecuali Sulawesi Utara, serta
pulau Kalimantan. 29.634 orang (15 persen dari 197.560 korban kecelakaan lalin) (Gambar 3).
Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:
A. Kecelakaan Ringan
B. Kecelakaaan Sedang
C. Kecelakaan Berat
Kecelakaan sedang sebagaimana dimaksud, apabila mengakibatkan luka ringan dan kerusakan
kendaraan dan/atau barang. Luka ringan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
• Luka yang mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan inap di
rumah sakit;
• Selain yang diklasifikasikan dalam luka berat.
Kecelakaan berat sebagaimana dimaksud, apabila mengakibatkan korban luka berat atau meninggal
dunia. Luka berat sebagaimana dimaksud terdiri atas:
• Jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut;
• Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan;
• Kehilangan salah satu panca indera;
• Menderita cacat berat atau lumpuh;
• Terganggu daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih;
• Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan;
• Luka yang membutuhkan rawat inap lebih dari 30 hari.
Gambar 3. Proporsi Kematian dan Luka Akibat Kecelakaan Lalin di Indonesia, Tahun 2010-2014
Pelaku pada kejadian kecelakaaan lalin terbanyak pada usia 26-30 tahun. Kelompok usia muda banyak
yang menjadi pelaku kecelakaan lalu lintas terbanyak berusia 26-30 tahun sebanyak 145.303 orang, yang
berusia 16-25 tahun sebanyak 132.315 orang (Gambar 4).
Gambar 4. Jumlah dan Proporsi Pelaku pada Kecelakaan Lalin Sepanjang Tahun 2010-2014
Kejadian kecelakaan lalin memakan korban lebih banyak dibanding dengan pelaku kecelakaan.
Sepanjang tahun 2010- 2014, korban kecelakaan lalin terbanyak pada kelompok usia 26-30 tahun
(343.743 orang,rata-rata per tahun 68.748 orang), korban pada kelompok usia 16-25 tahun 102.881
orang. Proporsi kematian tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu 41 persen pada kelompok usia 26-30
tahun (Gambar 5).
1 perkap-nomor-15-tahun-2013-penanganan-laka-lantas.pdf – Pasal 4 - 7
19
Gambar 5. Jumlah dan Proporsi Korban pada Kecelakaan Lalin Sepanjang Tahun 2010-2014
Menurut pekerjaan, kejadian kecelakaaan lalin sepanjang tahun 2010-2014 tertinggi pada
karyawan swasta, kemudian diikuti mahasiswa/pelajar dan yang lainnya terdiri dari pedagang, petani,
buruh, dan yang bekerja di sektor informal lainnya. Proporsi korban kecelakaan lalu lintas pada
karyawan swasta pada tahun 2014 (52 persen) menurun dibandingkan tahun 2010-2012 (56 persen)
dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Dilain pihak, pelajar/mahasiswa sebagai
korban kecelakaan meningkat proporsinya pada tahun 2013 menjadi 25 persen. Jenis kendaraan yang
terlibat pada kecelakaan sepanjang tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, kejadian kecelakaan lalu
lintas pada tahun 2011 merupakan kecelakaan yang melibatkan jumlah terbesar berbagai macam
kendaraan, yaitu 210.701 unit kendaraan yang terdiri dari sepeda motor, mobil penumpang, mobil beban,
bus, kendaraan khusus, kendaraan tidak bermotor. Jenis kendaraan yang terlibat pada kecelakaan lalin
terbanyak adalah sepeda motor, dengan jumlah paling besar 147.391 unit pada tahun 2011 dan terkecil
108.883 unit pada tahun 2014 (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah Jenis Kendaraan (unit) yang Mengalami Kecelakaan Lalin, Tahun 2010-
2014
20
Kendaraan 4000 4200 0 0 0
tak bermotor
Selanjutnya kendaraan mobil penumpang berada pada urutan ke dua setelah sepeda motor dan
tertinggi pada tahun 2010 sebanyak 26.495 mobil. Urutan ketiga kendaraan yang terlibat kecelakaan
adalah mobil beban, pada tahun 2012 sebanyak 25.227 mobil beban. Kendaraan bus yang terlibat
kecelakaan terbanyak pada tahun 2012 mencapai 8.375 kendaraan. Kendaraan khusus seperti kontainer
yang mengalami kecelakaan sebanyak 3.109 pada tahun 2011 (Tabel 1 dan Gambar 6).
Gambar 6. Proporsi Jenis Kendaraan yang Terlibat dalam Kecelakaan Lalu Lintas, Tahun 2010-2014
Dari berbagai macam kendaraan yang terlibat pada kecelakaan lalin juga diidentifikasi sisi/bagian
kendaraan yang bertabrakan selama tahun 2010-2013. Bagian kendaraan yang terbanyak bertabrakan
adalah bagian depan dengan bagian depan. Urutan ke dua tabrakan bagian depan dengan bagian
samping dan urutan ke tiga tabrakan antara bagian depan dengan bagian belakang. Kendaraan
menabrak manusia cukup tinggi dan semakin meningkat pada tahun 2014 menjadi 2 kali lipat
dibandingkan tahun 2010 (Gambar 7).
21
Gambar 7. Proporsi Jenis Tabrakan pada Kendaraan dalam Kecelakaan Lalin, Tahun 2010-2013
Kasus kecelakaan lalin tahun 2013, menunjukan bahwa faktor pengemudi yang berperan pada kejadian
kecelakaan lalin adalah tidak tertib pada aturan lalu lintas (46 persen), diikuti dengan lengah (32 persen)
dan melebihi batas kecepatan (14 persen)(Gambar 8).
Gambar 8. Proporsi Penyebab Kecelakaan Lalin Berdasarkan Faktor Pengemudi, Tahun 2013
Faktor kendaraan yang tidak aman yang menyebabkan kecelakaan tertinggi adalah lampu tidak berfungsi
dengan baik, kemudi kurang baik dan rem tidak berfungsi (Gambar 9).
Gambar 9. Proporsi Penyebab Kecelakaan Lalin Berdasarkan Faktor Kendaraan, Tahun 2013
22
Kasus kecelakaan lalin tahun 2013, menunjukan bahwa faktor jalan yang menunjukkan proporsi terbesar
menyebabkan kecelakaan adalah jalan yang rusak atau berlubang (26 persen), diikuti dengan tidak ada
marka jalan atau rambu lalin (21 persen) dan bentuk jalan mentikung tajam (17 persen). Hal lainnya
yang penting adalah tidak berlampu. Kondisi alam juga ikut berperan dalam timbulnya kecelakaan
seperti hujan (82 persen), kabut (9 persen) (Gambar 10 dan 11).
Gambar 10. Proporsi Penyebab Kecelakaan Lalin Berdasarkan Faktor Jalan, Tahun 2013
Gambar 11. Proporsi Penyebab Kecelakaan Lalin Berdasarkan Faktor Alam, Tahun 2013
Kematian akibat kecelakaan di RS Fatmawati dari tahun 2010-2014 berkisar 10 persen dari
pasien yang dirawat. Persentase kematian dari tahun 2010-2014 berfluktuasi, tertinggi pada tahun 2010
(12,7 persen) dan terendah pada tahun 2012 (7,7 persen). Penyebab kematian terbesar cedera kepala
(S00-S09), kemudian cedera panggul, tungkai dan kaki (S70-S99). Persentase cedera thorak (S20-S29)
hampir sama dengan cedera abomen, punggung, bokong dan panggul (S30-S39) (Gambar 12).
23
Gambar 12. Persentase Jenis Cedera Akibat Kecelakaan Lalin dan Kecelakaan Lainnya di RS. Fatmawati,
Tahun 2010-2014
Langkah Pertama :
Pastikan korban kecelakaan masih hidup atau sudah meninggal, cara mendeteksi yang cepat :
• Pastikan korban dalam kondisi sadar atau tidak.
• Dengar dan Rasakan hembusan napas korban dengan cara “mendekatkan telinga/ pipi ke hidung
korban” sambil melihat pergerakan naik turunnya dada korban, untuk memastikan korban
bernapas atau tidak.
• Periksa kuku korban dan menekannya, bila sudah dari awal pucat dan dingin, atau awalnya
kemerahan dan diberi tekanan selama 2 detik, kemudian menjadi pucat dan tidak kembali
kemerahan maka korban sudah meninggal.
Langkah Kedua :
• Bila korban masih hidup pastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, berikut jenisnya:
- Sadar, korban merespon dan dapat berkomunikasi aktif
- Respon suara, berespon hanya bila namanya dipanggil, cenderung tidur.
- Respon nyeri, berespon hanya bila diberi rasa nyeri. Respon anya berupa erangan atau usaha
menepis.
- Tidak ada respon, korban tidak merespon setelah diberikan rangsang nyeri.
• Bila korban sadar dan mengeluh sesak nafas, lepaskan semua yang mengikat pada tubuh korban
seperti :
- Helm
- Jaket, dasi bila ada dan buka kancing kemeja korban - Pengait celana korban tanpa membuka
resletingnya.
24
- Longgarkan ikat pinggang pada celana korban
- Jangan memberi minum pada korban ketika sesak napas.
- Selanjutnya tunggu sampai bantuan medis datang.
• Membebaskan korban terjepit, bila korban sadar pastikan korban tidak panik.
- Jangan menarik korban secara paksa bila masih ada hambatan. Pastikan korban telah bebas dari
semua hambatan/jepitan.
- Pada kondisi korban terjepit diantara 2 benda bergerak, cukup bebaskan disatu sisi dan jadikan
sisi yang satu sebagai sandaran supaya korban tidak langsung terjatuh ketika jepitan
dilepaskan. Jepitan antara kursi mobil dan dashboard/ kemudi.
Langkah Ketiga :
• Bila korban tidak sadar, pastikan saluran nafas tidak tersumbat. Tanda tanda saluran nafas
tersumbat, terdengan seperti mendengkur atau berkumur.
• Periksa apakah terdapat cedera pada kepala atau leher. Jika tidak terdapat cedera pada kepala
dan leher, maka buka jalan napas dengan cara “menengadahkan kepala korban dan mengangkat
dagu korban” (Head Tilt – Chin Lift). Pada cedera kepala hati hati kemungkinan cedera tulang
leher, sehingga lakukan :
- Bila korban dalam posisi tidak terlentang, maka posisikan pasien terlentang dengan
kaidah menjaga tulang leher.
- Bila korban masih menggunakan pelindung kepala (helm), lepaskan Helm dengan cara
mengikuti kaidah melepaskan helm.
- Bila korban berada di tengah jalan, pindahkan korban dengan kaidah menjaga tulang
leher.
- Letakkan korban pada alas yang datar dan keras.
- Pastikan jalan napas korban tetap terbuka dan pernapasan cukup baik.
• Kaidah menjaga tulang leher :
- Penolong memasukkan ke empat jari-jari tangan ke punggung korban persis pada tepi
kiri dan kanan leher korban dengan ibu jari mengunci pada pundak korban.
- Kemudian jepit kepala pasien dengan kedua lengan bawah agar posisi tetap tegak lurus.
Lakukan tindakan sampai alat pelindung leher tersedia.
Langkah Keempat :
• Apabila terdapat pendarahan deras, segera lakukan :
- Hentikan pendarahan dengan menekan langsung pada tempat yang berdarah bisa dengan
menggunakan kain yang digulung ataupun alat/ benda lainnya dengan cukup kuat.
25
- Jangan sembarangan memberikan benda apapun untuk menghentikan perdarahan,
seperti mengoleskan oli, minyak rem, dll.
- Posisikan daerah yang mengalami perdarahan lebih tinggi daripada jantung.
- Pertahankan balut tekan sampai bantuan medis datang.
• Cara memindahkan korban.
- Pemindahan pada setiap korban yang tidak sadarkan diri harus dilakukan oleh minimal 3
orang penolong untuk mencegah cedera tidak bertambah parah.
- Pindahkan korban seperti mengangkat jenazah, jangan memindahkan korban seperti
menenteng atau menjinjing.
- Posisi Penolong pada saat memindahkan korban adalah, satu orang pada bagian atas
meliputi kepala sampai bahu, kemudian 1 orang bagian tengah meliputi bagian
punggung sampai pantat dan 1 orang selanjutnya bagian bawah mulai dari lutut sampai
mata kaki. Hindari posisi korban menggantung terutama bagian leher/kepala.
• Penanganan korban dengan patah tulang. Tanda tanda patah tulang :
- Terdapat kelainan bentuk pada tungkai atau lengan korban
- Patah tulang dapat terbuka yaitu tulang terlihat keluar atau pun tertutup.
- Hati-hati saat memindahkan korban, berikan pertolongan dengan cara membuat tungkai/
lengan yang patah tidak bergeser.
• Pertolongan Pertama pada Korban yang Tidak Sadar / Henti Nafas.
Apabila menemukan korban tidak sadar di jalan dan nafasnya satu-satu/tidak bernafas dan
bukan korban kecelakaan lalu lintas, hal yang harus diperhatikan:
- Untuk anda yang pernah berlatih Bantuan Hidup Dasar dan penggunaan Automated
External Defibrilator (AED), bila korban tidak respon disertai pernapasan satu-satu/tidak
bernapas maka Anda lakukan tindakan pijat jantung (RJP/CPR) selama 2 menit
kemudian mengaplikasikan AED (bila tersedia) bila tetap tidak berespon maka pijat
jantung dilanjutkan sampai dengan pertolongan medis datang.
- Bila anda tidak pernah terlatih Bantuan Hidup Dasar (BHD), anda bisa menghubungi
call center 119 dan menceritakan kondisi korban dan kemudian anda mengikuti setiap
instruksi/arahan dari petugas call center yang akan membimbing anda untuk melakukan
sesuatu terhadap korban.
Prognosis adalah sebuah prediksi dari kemungkinan mulai dari durasi penyakit, perawatan dan
juga hasil akhir dari suatu penyakit. Dengan dilandaskan ilmu patogenesis dan juga faktor resiko
penyakit.
26
Dalam kamus bahasa indonesia disebutkan bahwa prognosis adalah “ramalan tentang pristiwa yang akan
terjadi, terutama yang berhubungan dengan penyakit ataupun penyembuhan setelah operasi”.
Prognosis ini akan muncul setelah diagnosis dari dokter dan juga perencanaan sebelum
dilakukannya perawatan. Diantara faktor prognosis adalah kerakteristik yang dapat memprediksi hasil
akhir dari suatu penyakit ketika penyakit itu mulai timbul. Prognosis ini juga sering mengacu kepada
pemberitaan resiko dari penyakit. Tujuan dari prognosis ini adalah untuk memberikan prediksi
sementara kepada pasien terhadap penyakit yang dialaminya.
27
Pada kondisi patah pergelangan tangan tertentu, terapi fisik mungkin diperlukan untuk
mengembalikan fungsi tangan seperti semula. Kondisi patah pergelangan tangan yang parah akan
membutuhkan tindakan operasi untuk menanamkan sekrup, kabel, atau piringan di area tulang yang
patah. Tindakan ini dilakukan untuk patah pergelangan tangan terbuka, yaitu ketika tulang menembus
kulit akibat kecelakaan.2
Sementara lamanya penyembuhan patah pergelangan tangan pada tiap pengidap dapat berbeda-beda.
Hal ini ditentukan oleh faktor usia, tingkat keparahan patah tulang, dan tingkat kerusakan jaringan di
sekitarnya. Pada orang dewasa, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pulih adalah sekitar satu setengah
hingga dua bulan sejak pengobatan. Sedangkan pada anakanak, masa pemulihan dapat berlangsung lebih
cepat daripada orang dewasa.
Kejadian kecelakaan lalu lintas menjadi hal yang cukup membutuhakan perhatian serius
penangannya dari seluruh masyarakat Indonesia, karena banyaknya korban yang ditimbulkan
apakah cidera ringan, cidera berat ataupun meninggal cukup memprihatikan dari tahun ke tahun.
Setiap pengelola pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat terkecil di setiap wilayah sangat
berperan dalam penangganannya karena kecelakaan lalu lintas masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang harus ditangani dengan baik dan menyeluruh.
Pada pembahasan kali ini dengan menggunakan data dari Biro Pusat Statistik akan
dipaparkan prevalensi dan insiden kasus kecelakaan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2013
sampai dengan tahun 2018 dan ditambahkan beberap detail kasus kecelakaan berdasarkan
beberapa parameter tertentu di tiga provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Angka kecelakaan di Indonesia pada tahun 2013 terjadi sebanyak 100.106 kecelakaan
dimana kondisi tersebut menelan korban sebanyak 26.416 orang yang meninggal dunia, 28.438
yang menderita luka berat, 110. 448 menderita luka ringan serta menimbulkan kerugian secara
materi sekitar 256 Juta Rupiah. Di tahun 2014 jumlah kecelakaan yang terjadi menurun sekitar
4% namun korban meninggal meningkat dibandingkan dengan tahun 2013. Untuk tahun
selanjutnya angka kecelakaan cukup tajam berjadi di tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar
10% dari 96.233 di tahun 2015 menjadi 106.644 peningkatan ini juga terjadi di semua kondisi
dimana korban meninggal meningkat menjadi 31.262 orang, luka berat 20.075 orang, luka
ringan 120.532 dan kerugian materi terjadi sekitar 229 Juta Rupiah.
28
Angka kejadian kecelakaan dalam 6 tahun tersebut jika diamati terlihat tidak adanya
perubahan yang cukup signifikan dimana ada kondisi jumlah kecelakaan miningkat namun jika
dilihat kerugian secara materi menurun hal ini diperlihatkan juga dengan pergeseran jenis korban
kecelakaan dimana korban meninggal dan luka berat juga bergerak turun namun untuk luka ringan
ada peningkatan. Kondisi peningkatan luka ringan ini berdampak dengan menurunnya kerugian
materi. Dengan melihat kondisi ini perlu dilakukan pengkajikan kembali dan dicarikan jalan kelur
pemecahan masalah agar tingkat kecelakaan bisa diturunkan ke angka yang rendah dan korban yang
ditimbulkan juga dengan kondisi seringan mungkin tanpa adanya kematian ataupun kecacatan.
Jika dilihat lebih jauh ke tingkat daerah di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2017 tidak terlihat perubahan yang berarti dimana angka kecelakaan dan jumlah korban
kecelakaan perubahannya sangat minim. Pada tahun 2018 dan 2019 terjadi lonjakan yang cukup
tinggi baik dari jumlah kecelakaan maupun nilai kerugian materi dimana ada kenaikan sekitar 39%
hal ini perlu dicermati atas penyebab dan penanggulangannya.
29
Peningkatan nilai kerugian akibat kecelakaan pada tahun 2019 di wilayah Jawa Tengah jika
dicermati terjadi pada 5 Kabupaten / Kota dengan angka korban luka ringan yang cukup tinggi
sedangkan untuk korban meninggal dan luka berat sangat kecil.
Dari angka kejadian kecelakaan juga dapat melihat kinerja dari daerah apakah sudah
menjalankan program penanggulangan masalah kesehatan masyarakat atau belum, di Provinsi Jawa
Tengah berdasarkan data diketahui terdapat 4 Kabupaten / Kota yang memiliki angka kerugian
cukup tinggi dalam 3 tahun yaitu Kabupaten / Kota Klaten, Semarang, Brebes dan Cilacap. Dalam 3
tahun keempat wilayah tersebut termasuk dalam top 5 wilayah di Jawa Tengah yang mengalami
kerugian materi paling tinggi.
Berdasarkan jenis kendaraan angka kecelakaan di Jawa Barat tahun 2016 didominasi oleh jenis
kendaraan sepeda motor sebanyak 7.859 sedangkan untuk kendaraan mobil yang terbanyak adalah
jenis mobil penumpang sebanayak 1.736 diikuti oleh mobil beban sebanyak 1.487, Bus sebanyak
299 dan terakhir adalah kendaraan khusus sebanyak 49.
30
Jumlah KLL by Jenis Kendaraan 2016
Jawa Barat
7859
8000
6000
4000
1736 1487
2000 299 49
0
Sedangkan di wilayah DKI Jakarta untuk kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan pada tahun
2018 terbanyak juga terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor sebanyak 3.132 sedangkan yang
cukup perlu perhatian adalah kendaraan penumpang umum jenis bus dan minibus yang berada di
peringkat kedua sebanyak 1.095 hal ini bisa menjadi kajian dimana DKI Jakarta sebagai kota besar
dapat diartikan ketertiban di jalan raya khususnya bagi para sopir bus masih sangat
memprihatinkan.
4000 3132
3000
2000
1095
1000 448 408
80
0
DKI Jakarta yang merupakan kota metropolitan untuk mengurangi kemacetan salah satunya
adalah dengan membangun / memiliki jalan tol yang cukup panjang dimana jalan tol ini melingkar
menghubungi seluruh tempat di wilayah DKI Jakarta. Angka kecelakaan di jalan tol yang
melingkari kota Jakarta pada 2 periode waktu tahun 2018 dan 2019 tidak terlihat perubahan yang
besar, angka kejadian kecelakaan cenderung tetap kecuali untuk di Tol Jakarta – Cikampek dimana
31
angka kecelakaan turun sekitar 22% dari 415 kecelakaan tahun 2018 menjadi diangka 365
kecelakaan. Jika dilihat dari factor penyebab kecelakaan di jalan tol maka factor pengemudi yang
paling banyak menjadi penyebab dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tol.
Tol Jagorawi Tol Jkt - Tng Tol Jkt Ckp Tol Cwg, Tmg & Ckg
Indikator Kecelakaan
b. Kendaraan 12 25 16 7 47 32 21 73
c. Lingkungan 3 0 1 0 6 3 3
d. Tidak diketahui 0 0 0 0 0 0 0
Usia dan pendidikan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi besarnya angka
kecelakaan, di DKI Jakarta pada tahun 2016 kecelakaan yang terjadi pada penduduk yang
berpendidikan SLTA dan golongan usia 16 sampai dengan 30 tahun menjadi yang terbesar
penyumbang tingginya angka kecelakaan, diikuti oleh masyarakat yang berpendidikan SLTP,
Perguruan tinggi dan terakhir yang hanya bersekolah di sekolah dasar.
32
KLL By Profesi DKI Jakarta 2016
4000
2000
0
Pelajar / Karyawan Profesi ( TNI Profesi
Mahasiswa Sopir ) Swasta lain
Jumlah Korban 500 85 33 25 3513
Dari ketiga diagram diatas terlihat kondisi di DKI Jakarta penduduk yang mempunyai
kemungkinan besar dapat mengalami kecelakaan adalah penduduk usia produktif dengan
pendidikan menengah ataupun remaja yang masih sekolah.
Usia remaja memang menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli kehatan masyarakat dan para
pemangku kebijakan dalam membuat program – program penanggulangan dan pencegahan
kecelakaan lalu lintas yang sesuai metode dan caranya sehingga dapat diterima dan dilaksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat.
Contoh :
33
• Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
• Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial. Contoh tersebut
agar baik individu, keluarga dan masyarakat mendapatkan tubuh yang sehat dan bisa
berkendara dengan nyaman dan fokus, karena dalam kondisi sehat.
3. Perlindungan khusus
Merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Tindakan ini dilakukan pada
seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terjadinya kecelakaan.
Contoh :
• Pencegahan terjadinya kecelakaan menggunakan alat perlindungan diri seperti helm atau
sabuk pengaman.
• Hindari menggunakan handphone saat berkendara.
• Periksa kendaraan secara berkala. Berkendara secara perlahan tapi pasti.
4. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat Merupakan tindakan jika
terjadi kejadian kecelakaan lalu lintas.
Contoh :
• Penjajakan kasus (case finding), dan pemberian obat yang rational dan efektif pada
pengendara yang mengalami kecelakaan.
5. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang
telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi
kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
• Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) misalnya: pemasangan pin pada tungkai yang
patah pada anggota tubuh pengendara yang mengalami kecelakaan.
34
Contoh :
• Rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu/protese pada pengendara yang
kecelakaan (cacat).
Dengan adanya komitmen global dan nasional melalui Decade of Action (DoA) for Road
Safety 2011-2020 yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat fatalitas korban
kecelakaan lalu lintas secara global, maka setiap negara anggota dituntut untuk 2 Panduan
Penyelenggaraan Pekan Keselamatan Jalan Bidang Kesehatan Panduan Penyelenggaraan Pekan
Keselamatan Jalan Bidang Kesehatan meningkatkan kegiatan yang dijalankan pada skala nasional,
regional dan global. Sejalan dengan kegiatan Dekade Aksi Keselamatan Jalan di tingkat global,
Pemerintah Indonesia terlah menyusun Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) dan
Instruksi Presiden No. 4 tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan.
Kementerian Kesehatan diamanahkan menjadi leading sector pada pilar V pada Inpres No.4/2013
yaitu Penanganan Pra dan Paska Kecelakaan.
Pada penanganan pra kecelakaan, disebutkan salah satu aksi dalam rangka promosi tentang
perilaku sehat di jalan melalui terselenggaranya pemberdayaan masyarakat tentang aspek kesehatan
dalam keselamatan jalan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pengemudi untuk pencegahan
kecelakaan yaitu program pemeriksaan kesehatan pengemudi, bukan hanya pengemudi angkutan
umum namun juga masyarakat umum yang akan mengemudikan kendaraannya. Untuk itu disusun
suatu program yang disebut Posbindu Khusus. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan edukasi
kepada pengemudi dan masyarakat mengenai kondisi sehat dan aman berlalu lintas berupa kegiatan
posbindu khusus yang dapat dilaksanakan di terminal, rest area, dan perusahaan otobus (PO).
35
Daerah) dan pemangku kepentingan (Organda, Perusahaan Otobus). Sedangkan sosialisasi dan
edukasi dilakukan kepada pengemudi dan seluruh masyarakat pada umumnya.
Tabel 2.7
Peran Lembaga Swadaya dan Lembaga Pemerintah dalam
Pengendalian Kecelakaan Lalu Lintas1
36
Kementerian Kesehatan A. DIREKTORAT JENDERAL PP & PL •
Promosi pengendalian KLL berupa pemeriksaan
kesehatan pengemudi dan melakukan respon
cepat kegawatdaruratan akibat KLL
• Komunikasi penemuan dan tatalaksana
berupa pemeriksaan kesehatan pengemudi dan
melakukan respon cepat
kegawatdaruratan akibat KLL
• Cara pengendalian KLL di lapangan
berupa pemeriksaan kesehatan pengemudi dan
melakukan respon cepat
kegawatdaruratan akibat KLL
• Penyusunan pedoman norma, standar,
prosedur, kriteria (NSPK) KIE pengendalian
KLL berupa pemeriksaan kesehatan pengemudi
dan melakukan respon cepat kegawatdaruratan
akibat KLL. • Penemuan dan Tatalaksana
berupa pemeriksaan kesehatan pengemudi dan
melakukan respon cepat kegawatdaruratan
akibat KLL.
• Penyusunan pedoman standar, norma,
penemuan dan tatalaksana KLL berupa
pemeriksaan kesehatan pengemudi dan
melakukan respon cepat kegawatdaruratan
akibat KLL.
37
• Peningkatan SDM tentang penemuan dan
tatalaksana berupa pemeriksaan kesehatan
pengemudi dan melakukan respon cepat
kegawatdaruratan akibat KLL.
• Membuat skenario simulasi tentang
pemeriksaan kesehatan pengemudi dan respon
cepat kegawatdaruratan akibat KLL.
• Melakukan identifikasi penemuan dan
tatalaksana KLL berupa pemeriksaan kesehatan
pengemudi dan melakukan respon cepat
kegawatdaruratan akibat KLL.
Panduan Penyelenggaraan Pekan Keselamatan
Jalan Bidang Kesehatan Panduan
Penyelenggaraan Pekan
Keselamatan Jalan Bidang Kesehatan
38
D. PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS
KESEHATAN
• Membantu dalam menyiapkan simulasi
respon cepat kegawatdaruratan korban KLL.
• Memfasilitasi kendaraan darurat (bila
tersedia).
39
Perhubungan prov/kab/kota kegiatan sesuai dengan tupoksi
40
kegiatan.
Pihak Swasta/ LSM yang sudah memiliki • Sebagai mitra dalam pelaksanaan
MOU dengan kesehatan kegiatan, dalam hal pendanaan dan sponsorship.
Fungsi dari strategi nasional keselamatan jalan adalah untuk memandu dan mengarahkan
sumber daya nasional secara efektif dengan sasaran mengurangi korban kecelakaan. Beberapa
negara menetapkan sasaran pengurangan tingkat kematian sebesar 10%, 20%, atau 50% dalam
jangka waktu 3 tahun, 5 tahun atau 10 tahun. Sama dengan halnya di Negara kita sendiri jika pada
tahun 2020 memiliki target sasaran sebanyak 50%.25
41
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya tentang kejadian kecelakaan lalu lintas, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan ada 4 faktor yang terdiri dari faktor manusia,
faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan. Riwayat alamiah dari kecelakaan lalu lintas
seperti laki-laki lebih rentan untuk mengalami kecelakaan lalu lintas, semakin kecil dan ringan suatu
kendaraan, maka akan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas, dan
kecelakaan paling banyak terjadi karena perilaku manusia yang salah (human error), 65% korban
kecelakaan lalu lintas adalah pejalan kaki. Kasus kecelakaan di Indonesia dalam kurun waktu tahun
2013 sampai dengan tahun 2018 dari tahun-ketahun terus meningkat, dimana pada tahun 2013 terjadi
sebanyak 100.106 korban kecelakaan sedangkan pada tahun 2018 109.215 korban. Cara pencegahan
dan pengendaliannya pemerintah membuat program-program serta evaluasi penerapannya. Dimana
program tersebut diberikan peran masing-masing setiap Lembaga swadaya dan Lembaga pemerintah.
3.2 Saran
1. Saran untuk masyarakat umum agar lebih berhati-hati dalam berkendara, harus dalam keadaan
sehat, sadar, dan fokus. Untuk orang tua agar lebih menghimbau anaknya jika usia masih kurang
dari 17 tahun dan belum memiliki surat izin mengemudi untuk tidak mengendarai kendaraan
sendiri.
2. Untuk tenaga Kesehatan agar memberikan promosi kesehatan seminar-seminar kepada pelajar
dan masyarakat tentang kejadian kecelakaan lalu lintas, menyadarkan masyarakat akan
pentingnya aturan lalu lintas, dan memberitahu tentang penyakit akibat kecelakaan agar
masyarakat lebih berhati-hati.
3. Untuk intansi kesehatan atau pemerintah agar melakukan peninjauan terhadap jumlah
kecelakaan dan adanya tindak lanjut terhadap faktor-faktor tersebut, sehingga diharapkan jumlah
kejadian kecelakaan untuk masa mendatang semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
42
Artini GP. 2016. Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan Lalulintas Sebagai Acuan Perencanaan Jalan
Untuk Meningkatkan Keselamatan. Jurnal Forum Mekanika. 5(2). 114.
Aryawan K Putra, Surata I Nyoman. 2019. Faktor Kesalahan Dalam Kecelakaan Lalu
Lintas Dalam Hubungannya Dengan Pertanggungjawaban Pidana Di
Kepolisian Resor Buleleng. Jurnal Hukum. 7(2). 2.
Community Relations Division (CRD). 2015. ASEAN Regional Road Safety Strategy.
Jakarta : ASEAN Secretariat.14-7
Departemen Perhubungan. 2011. Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011-2035.
Jakarta: Departemen Perhubungan. 2-21
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 2020. Moda Jalan dan Moda KA. Jurnal
Penelitian Transportasi Darat. Jakarta Pusat : Badan Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan
Djalante S. 2013 Upaya Penanggulangan Lokasi Rawan Kecelakaan Berdasarkan Standar Teknis
Pelaksanaan Laik Fungsi Jalan (Studi Kasus: Simpang Jl. A.Yani-Jl. Budi Utomo-Jl.
M.T. Haryono Jurnal Stabilita. 1(3). 7.
Hartono Dudi. 2016. Psikologi. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.
Hidayati Annisa, Yovita Lucia. 2016. Analisis Risiko Kecelakaan Lalu Lintas Berdasar Pengetahuan,
Penggunaan jalur, dan Kecepatan Berkendara. Surabaya:
Jurnal Berkala Epidemiologi, vol 4 No. 2 Hal: 275–287.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Panduan Teknis 1 Rekayasa Keselamatan Jalan. Jakarta
Selatan : Direktorat Jenderal Bina Marga.
43
Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2020. Statistik Transportasi Darat (Land
Transportation Statistics). Jakarta : BPS RI/BPS-Statistics Indonesia. 18-34.
Sarimawar Djaja, “Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia, Tahun 2010- 2014”, Jurnal
Ekologi Kesehatan, Vol. 15 No 1, 2016, hal. 32-38.
Saputra, Dwi Abadi. 2017. Studi tingkat kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia berdasarkan data
KNKT (Komite Nasional Keselamayan Transportasi) dari tahun 2007-2016. Warta
Penelitian Perhubungan. 29(2). 180.
Siahaan JK. 2020. Analisa Tingkat Trauma Kecelakaan dengan Menerapkan Metode Fuzzy Mamdani.
Jurnal of Pharmaceutical and Health Research. 1(1). 21-6.
Sugiyanto, Gito, Mina Yumeisanti. 2015. Karakteristik Lalu Lintas Dan Pendidikan Keselamatan
Berlalulintas Sejak Usia Dini :Studi Kasus Di Kabupaten Purbalingga. Jurnal
ilmiah semesta teknika. 18(1). 66.
Utomo Nugroho. 2012. Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Segmen Jalan By-pass
Krian – Balongbendo (KM. 26+000 – KM. 44+520). Jawa Timur: Jurnal Teknik Sipil KERN
vol 20 No. 2. 73-83.
Wiratma Bram. 2018. Implementasi Penanganan Kegawatdaruratan Terpadu. Surabaya :
Universitas Airlangga. 3.
44
Zata Ismah. 2019. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan : Airlangga.
45